T2 942011087 BAB III
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis
Penelitian,
Waktu,
dan
Lokasi
Pengambilan Data
3.1.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif mencakup
penilaian sikap atau pendapat tentang individu,
organisasi,
peristiwa,
atau
prosedur
dengan
memanfaatkan peranan teknik statistika (Silalahi,
2009)
3.1.2 Waktu dan Lokasi Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan selama bulan
Februari
–
Mei 2014 di 15 SLTA di Salatiga dengan
responden guru BK sekolah. Ada 28 SLTA di Salatiga
terdiri dari 8 SMA, 19 SMK, dan 1 MA. Pemilihan 15
SLTA berdasarkan pada keberadaan guru BK sekolah
dan pemberian ijin dari pihak sekolah.
3.2
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah guru BK di 15 SLTA
di Salatiga yang berjumlah 47 orang guru. Penulis
menggunakan teknik sampel jenuh yaitu teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel. Penelitian ini melibatkan 47 orang guru BK.
(2)
34
3.3 Teknik Pengumpulan Data dan Teknik
Analisis Data
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah dengan menyebarkan skala sikap kepada
setiap guru BK di setiap sekolah. Skala sikap
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial (Widoyoko, 2012). Skala sikap untuk
guru BK ini dipergunakan untuk mengumpulkan data
faktor penyebab guru BK tidak melakukan evaluasi
terhadap program BK sekolah mereka.
(3)
35
Tabel 3.1Kisi-kisi Skala Sikap Alasan Guru BK Tidak Melakukan Evaluasi Perencanaan Program
Konsep Sub-konsep Epistemic
Correlation Indikator Item
Alasan guru BK SLTA adalah: 1. Kekurangan waktu 2. Kurangnya pelatihan tentang
penelitian dan evaluasi
3. Terbatsnya data sekolah tentang
siswa untuk
kepentingan evaluasi perencanaan program BK 1. Kekurangan Waktu
a. Kegiatan non-BK
merupakan dasar bagi guru BK tidak melakukan
evaluasi perencanaan program.
b. Waktu yang
tersedia untuk
merencanakan
program BK
merupakan dasar
a. Guru BK
mengerjakan tugas
selain tugas utama
sebagai konselor
sekolah
b. Kecukupan waktu
untuk merencanakan program BK
1. Sebagai guru BK saya banyak
mendapatkan dan
melaksanakan tugas sekolah
di luar tugas di area
pengembangan diri peserta didik.
2. Sebagai guru BK saya terlibat
hampir di setiap aspek
operasional sekolah
3. Waktu bagi guru BK untuk
membuat perencanaan
program tidak banyak.
4. Selama pelaksanaan program
(4)
36
4. Evaluasi membutuhkan dana 5. Kesulitan menentukan kriteria yang tepat dan dapat diukurbagi guru BK
tidak melakukan evaluasi
perencanaan program.
c. Pendistribusian
waktu untuk
layanan dasar,
perencanaan individu, layanan
responsif, dan
dukungan system merupakan dasar
bagi guru BK
tidak melakukan evaluasi
perencanaan program.
c.Pendistribusian waktu untuk layanan dasar, perencanaan individu, layanan responsif, dan dukungan sistem.
membutuhkan layanan secara
insidental sehingga
mengurangi waktu untuk
kegiatan perencanaan
program.
5. Waktu yang saya gunakan
lebih banyak untuk
memberikan layanan di dalam
dan luar kelas untuk
membantu siswa mencapai kompetensi-kompetensi dasar yang sudah ditetapkan dalam program BK.
6. Waktu yang saya gunakan
lebih banyak untuk
memberikan layanan
penilaian, pemberian saran,
dan perencanaan individu
(5)
37
d. Rasio guru
BK:siswa
d. Rasio guru BK : siswa
7. Waktu yang saya gunakan
lebih banyak untuk
memberikan layanan
konseling individu dan
kelompok, konsultasi, dan referral.
8. Waktu yang saya gunakan
lebih banyak untuk
melakukan penelitian dan
pengembangan,
pengembangan profesional,
humas, dan manajemen
program BK.
9. Layanan orientasi, informasi, penempatan & penyaluran,
dan penguasaan konten
menyita sebagian besar
waktu.
10. Seorang guru BK melayani lebih dari 250 siswa
(6)
38
merupakan dasarbagi guru BK
tidak melakukan evaluasi
perencanaan program.
a. Kesempatan
mengikuti pelatihan tentang penelitian
dan evaluasi
program BK
merupakan dasar
bagi guru BK tidak melakukan evaluasi perencanaan
program
b. Penguasaan tentang konsep dan praksis 2. Kurangnya
pelatihan tentang
penelitian dan evaluasi
a. Kesempatan
mengikuti pelatihan
tentang penelitian
dan evaluasi program BK
b. Penguasaan tentang konsep dan praksis
11. Sebagai guru BK saya
mendapat kesempatan yang
cukup untuk mengikuti
seminar/workshop tentang
penelitian termasuk
evaluasi program BK.
12. Dengan pelatihan yang saya dapatkan, saya memahami
(7)
39
penelitian dalam BKsebagai hasil dari pelatihan
merupakan dasar
bagi guru BK tidak melakukan evaluasi perencanaan
program.
c. Terlibat atau
tidaknya guru BK
dalam penelitian
merupakan dasar
tidak melakukan
evaluasi
penelitian dalam BK sebagai hasil dari pelatihan
c. Keterlibatan guru BK dalam penelitian
berbagai jenis dan metode penelitian.
13. Dengan pelatihan yang saya
dapatkan, saya mampu
merancang penelitian
bimbingan dan konseling 14. Dengan pelatihan yang saya
dapatkan, saya mampu
memanfaatkan hasil
penelitian dalam bimbingan
dan konseling dengan
mengakses jurnal
pendidikan dan bimbingan dan konseling.
15. Sebagai guru BK saya
mampu melakukan
penelitian, termasuk
evaluasi perencanaan
program BK, secara objektif dan ilmiah.
(8)
40
perencanaanprogram.
Ada atau tidaknya
data siswa
merupakan hal yang
16. Saya hanya membantu
mengumpulkan data ketika ada penelitian dan evaluasi
program BK sehingga
ketrampilan penelitian dan
evaluasi saya kurang
berkembang.
17. Hanya staf tertentu yang
sudah mendapatkan
pelatihan saja yang
merencanakan dan
melakukan penelitian dan evaluasi.
18. Saya tertarik untuk
melakukan evaluasi
program BK tetapi kurang mengetahui sistematikanya.
3. Terbatasnya data sekolah tentang siswa
Ketersediaan data siswa di sekolah
19.Data siswa yang
dikumpulkan sejak awal
(9)
41
untukkepentingan evaluasi perencanaan program BK
mendasari guru BK
tidak melakukan
evaluasi perencanaan program BK
kepentingan administratif
dan bukan untuk
kepentingan evaluasi
perencanaan program BK.
20.Tidak terdapat data
mengenai kemampuan
intelegensi, bakat, minat, dan aspirasi karier siswa.
21.Terdapat data mengenai
gender dan orientasi seksual siswa.
22.Terdapat data mengenai
keragaman orang tua siswa, misal orang tua biologis, orang tua angkat, atau orang tua yang homoseksual.
23.Terdapat data mengenai
etnisitas, keadaan ekonomi
keluarga, latar belakang
pendidikan orang tua, dan komunitas asal.
(10)
42
a. Kebutuhan akan
dana menjadi
dasar bagi guru BK
tidak melakukan
evaluasi perencanaan program BK
24.Terdapat data mengenai
permasalahan, isu, atau
hambatan yang dihadapi
siswa.
25.Tidak terdapat data yang memadai mengenai tingkat
capaian program tahun
sebelumnya.
26.Terdapat data mengenai
umpan balik dari siswa, orang tua, staf sekolah, dan komunitas tentang program BK sekolah.
4. Evaluasi membutuhkan dana
a. Kebutuhan evaluasi perencanaan
program BK akan dana cukup besar
27.Evaluasi perencanaan
program BK membutuhkan dana yang cukup besar.
(11)
43
b. Ada/tidaknya danauntuk evaluasi
menjadi dasar bagi
guru BK tidak
melakukan evaluasi perencanaan program
b. Ketersediaan dana
untuk evaluasi
perencanaan program BK
28.Sekolah tidak menyediakan
anggaran untuk evaluasi
perencanaan program BK.
29.Anggaran lebih banyak
dialokasikan untuk
memenuhi kebutuhan
material yang dibutuhkan dalam layanan & kegiatan BK.
30.Anggaran lebih banyak
dialokasikan untuk
kebutuhan perlengkapan,
seperti kebutuhan
audio-visual untuk layanan & kegiatan BK.
31.Anggaran lebih banyak
dialokasikan untuk
kebutuhan fasilitas di ruang BK.
(12)
44
c. Sikap kepala
sekolah/pembuat keputusan
terhadap nilai
evaluasi
merupakan hal
yang mendasari
guru BK tidak
melakukan evaluasi perencanaan program BK
c. Ketidakyakinan kepala
sekolah/pembuat keputusan mengenai
nilai evaluasi
perencanaan program BK
32.Kepala sekolah/pembuat
keputusan menganggap
evaluasi perencanaan
program BK sebagai hal yang membutuhkan dana cukup
besar untuk dilakukan
sehingga anggaran dialihkan.
33.Kepala sekolah/pembuat
keputusan tidak yakin
mengenai arti penting
evaluasi perencanaan
program BK sehingga
anggaran dialihkan.
34.Kepala sekolah/pembuat
keputusan berpendapat
evaluasi perencanaan
program BK tidak harus
menjadi prioritas
dibandingkan dengan
kegiatan dan layanan BK yang lain sehingga anggaran
(13)
45
Kesulitan dalam
menentukan visi,
misi, tujuan program,
dan standar
kompetensi siswa
merupakan hal yang mendasari guru BK
SLTA tidak
melakukan evaluasi
perencanaan program BK
dialihkan. 5. Kesulitan
menentukan kriteria yang
tepat dan
dapat diukur
Kesulitan/ke-mudahan menetapkan visi & misi,
serta tujuan program
dan standar kompetensi siswa.
35.Tidak mudah untuk
menentukan visi dan misi
program BK yang pada
akhirnya bisa diukur dengan ukuran tertentu.
36.Tidak mudah untuk
menentukan tujuan program BK yang pada akhirnya bisa
diukur dengan ukuran
tertentu.
37.Tidak mudah menentukan
apa yang seharusnya siswa peroleh dalam program BK
38.Mudah untuk menentukan
standar kompetensi siswa yang tepat dan dapat diukur
dengan ukuran tertentu
dalam program BK.
39.Tidak mudah menentukan
(14)
46
seharusnya siswa
kembangkan dalam program BK.
40.Mudah menentukan sikap
apa yang seharusnya
terbentuk pada siswa setelah mengikuti program BK.
(15)
47
Jawaban setiap item menggunakan skala Likert dengan respon
skala empat (4), yaitu sangat setuju (SS) dengan skor 4 untuk
pernyataan positif dan skor 1 untuk pernyataan negatif; setuju (S)
dengan skor 3 untuk pernyataan positif dan skor 2 untuk pernyataan
negatif; tidak setuju (TS) dengan skor 2 untuk pernyataan positif dan
skor 3 untuk pernyataan negatif; dan sangat tidak setuju (STS)
dengan skor 1 untuk pernyataan positif dan skor 4 untuk peryataan
negatif. Pemilihan skala 4 ini, yang berarti menghilangkan
pilihan/respons netral pada instrumen, berdasarkan pada alasan
untuk mengurangi peluang bagi responden untuk bersikap netral
sehingga memaksa responden untuk menentukan sikap terhadap
fenomena yang disebutkan dalam instrumen (Widoyoko, 2012)
Data hasil skala sikap untuk mengukur faktor penyebab guru
BK tidak melaksanakan evaluasi perencanaan program BK kemudian
akan ditabulasi dalam tabel seperti di bawah ini:
Guru BK
Item
1 2 3 5 6 7 8 9 ... 40
1 2 3 4 5 ... 47
Setelah data terkumpul, akan dianalisis menggunakan analisis faktor
untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
3.3.2 Teknik Analisis data
Data hasil skala sikap akan dianalisis menggunakan teknik
analisis faktor. Analisis faktor merupakan salah satu analisis
multivariat yang dipergunakan untuk mereduksi atau meringkas data
dari banyak variabel menjadi lebih sedikit variabel (Supranto, 2010).
Analisis faktor menyediakan alat untuk menganalisis struktur
(16)
48
interrelasi (korelasi) antara sejumlah variabel dengan mendefinisikan
seperangkat variabel yang berelasi kuat, yang disebut sebagai faktor
(Hair et al, 2010). Dari tujuh alasan yang dikemukakan oleh shertzer
& Stone (1981) mengenai tidak terlaksananya program BK sekolah,
akan diketahui alasan mana yang signifikan terjadi di SMA/SMK/MA
di Salatiga. Faktor-faktor akan dianalisis menggunakan analisis
faktor dengan bantuan program SPSS 22.
Terdapat lima langkah dalam uji analisis faktor (Purwanto,
2010), yaitu:
1.
Menguji kelayakan analisis
Uji ini disajikan dengan perhitungan KMO dan Bartlet. Uji KMO
dipergunakan untuk mengetahui apakah semua data yang telah
terambil telah cukup untuk difaktorkan, sedangkan uji Bartlett
digunakan untuk mengetahui apakah variabel tidak berkorelasi
dalam populasi. Sekelompok data dikatakan memenuhi asumsi
kecukupan data jika nilai KMO lebih besar dari 0,5 dan
signifikansi dalam uji Bartlett harus lebih kecil dari 0,005.
2.
Menyajikan matriks korelasi
Penyajian
matriks
korelasi
digunakan
untuk
melihat
pengelompokan-pengelompokan
butir-butir
dalam
kluster-kluster.
3.
Melakukan ekstraksi
Ekstraksi dilakukan untuk mengetahui urutan besarnya
sumbangan butir-butir terhadap keseluruhan kualitas butir.
Faktor yang dipertahankan adalah faktor yang memiliki
eigenvalue di atas 1,00.
4.
Melakukan rotasi
Butir akan menjadi bagian faktor apabila memberikan
sumbangan (factor loading) paling tidak 0,50 (Hair et al, 2010).
5.
Memberi nama faktor
Hasil dari proses rotasi akan menunjukkan pengelompokan dan
besar sumbangan butir ke dalam faktor. Faktor-faktor tersebut
belum memiliki nama dan harus diberi nama sesuai dengan
kesamaan ciri yang dimiliki oleh butir-butir yang mendukung.
3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
3.4.1 Uji Validitas
Alat ukur (instrumen) dikatakan valid apabila memiliki
kemampuan untuk mengukur secara tepat sesuatu yang ingin diukur
(Purwanto, 2010). Menurut Widoyoko (2012), harga koefisien korelasi
(17)
49
dilakukan dengan membandingkan harga
r
xy dengan harga kritikdimana harga kritik untuk validitas butir instrumen adalah 0,3. Jika
r
xy lebih besar atau sama dengan 0,3 maka nomor butir tersebut dapatdikatakan valid.
3.4.2 Uji Reliabilitas
Instrumen dikatakan reliabel jika digunakan untuk mengukur
objek yang sama berulang kali akan tetap memberikan hasil yang
sama (Arikunto, 2002). Tinggi rendahnya reliabilitas menggunakan
acuan menurut Sutriyono (2004) sebagai berikut:
0,00
–
0,20 Reliabilitas rendah sekali
0,21
–
0,40 Reliabilitas rendah
0,42
–
0,60 Reliabilitas cukup
0,61
–
0,80 Reliabilitas tinggi
0,81
–
1,00 Reliabilitas sangat tinggi
3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Sikap
Terdapat 40 item yang disebarkan untuk uji validitas dan
reliabilitas. Pada uji yang pertama, dengan koefisien reliabilitas
sebesar 0.820, terdapat 14 butir soal yang koefisien validitasnya ≤
0.30 sehingga 14 item tersebut dinyatakan tidak valid dan dibuang.
26 item yang tersisa diuji kembali, menghasilkan koefisien reliabilitas
sebesar 0.921, dan masih terdapat satu item yang nilai koefisien
validitasnya ≤ 0.30 sehingga
item tersebut dibuang dan tersisa 25 item
yang kemudian diujikan kembali. Pada uji yang ketiga kalinya
menghasilkan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0.927 dan ke25 item
memiliki nilai koefisien validitas ≥ 0.30 sehingga dinyatakan valid
dan
koefisien reliabilitas dari uji yang terakhir sebesar 0.927 berarti
reliabilitas skala sikap sangat tinggi (tabel hasil uji validitas &
reliabilitas lihat lampiran).
(1)
44
c. Sikap kepala sekolah/pembuat keputusan
terhadap nilai evaluasi
merupakan hal yang mendasari guru BK tidak melakukan
evaluasi perencanaan program BK
c. Ketidakyakinan kepala
sekolah/pembuat keputusan mengenai nilai evaluasi perencanaan program BK
32.Kepala sekolah/pembuat keputusan menganggap evaluasi perencanaan program BK sebagai hal yang membutuhkan dana cukup besar untuk dilakukan sehingga anggaran dialihkan. 33.Kepala sekolah/pembuat keputusan tidak yakin mengenai arti penting evaluasi perencanaan program BK sehingga anggaran dialihkan.
34.Kepala sekolah/pembuat keputusan berpendapat evaluasi perencanaan program BK tidak harus menjadi prioritas dibandingkan dengan kegiatan dan layanan BK yang lain sehingga anggaran
(2)
45
Kesulitan dalam menentukan visi, misi, tujuan program,
dan standar
kompetensi siswa merupakan hal yang mendasari guru BK
SLTA tidak
melakukan evaluasi perencanaan program BK
dialihkan. 5. Kesulitan
menentukan kriteria yang tepat dan dapat diukur
Kesulitan/ke-mudahan menetapkan visi & misi, serta tujuan program dan standar kompetensi siswa.
35.Tidak mudah untuk menentukan visi dan misi program BK yang pada akhirnya bisa diukur dengan ukuran tertentu.
36.Tidak mudah untuk menentukan tujuan program BK yang pada akhirnya bisa diukur dengan ukuran tertentu.
37.Tidak mudah menentukan apa yang seharusnya siswa peroleh dalam program BK 38.Mudah untuk menentukan
standar kompetensi siswa yang tepat dan dapat diukur dengan ukuran tertentu dalam program BK.
39.Tidak mudah menentukan ketrampilan apa yang
(3)
46
seharusnya siswa
kembangkan dalam program BK.
40.Mudah menentukan sikap apa yang seharusnya terbentuk pada siswa setelah mengikuti program BK.
(4)
47 Jawaban setiap item menggunakan skala Likert dengan respon skala empat (4), yaitu sangat setuju (SS) dengan skor 4 untuk pernyataan positif dan skor 1 untuk pernyataan negatif; setuju (S) dengan skor 3 untuk pernyataan positif dan skor 2 untuk pernyataan negatif; tidak setuju (TS) dengan skor 2 untuk pernyataan positif dan skor 3 untuk pernyataan negatif; dan sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1 untuk pernyataan positif dan skor 4 untuk peryataan negatif. Pemilihan skala 4 ini, yang berarti menghilangkan pilihan/respons netral pada instrumen, berdasarkan pada alasan untuk mengurangi peluang bagi responden untuk bersikap netral sehingga memaksa responden untuk menentukan sikap terhadap fenomena yang disebutkan dalam instrumen (Widoyoko, 2012)
Data hasil skala sikap untuk mengukur faktor penyebab guru BK tidak melaksanakan evaluasi perencanaan program BK kemudian akan ditabulasi dalam tabel seperti di bawah ini:
Guru BK
Item
1 2 3 5 6 7 8 9 ... 40
1 2 3 4 5 ... 47
Setelah data terkumpul, akan dianalisis menggunakan analisis faktor untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
3.3.2 Teknik Analisis data
Data hasil skala sikap akan dianalisis menggunakan teknik analisis faktor. Analisis faktor merupakan salah satu analisis multivariat yang dipergunakan untuk mereduksi atau meringkas data dari banyak variabel menjadi lebih sedikit variabel (Supranto, 2010). Analisis faktor menyediakan alat untuk menganalisis struktur
(5)
48 interrelasi (korelasi) antara sejumlah variabel dengan mendefinisikan seperangkat variabel yang berelasi kuat, yang disebut sebagai faktor (Hair et al, 2010). Dari tujuh alasan yang dikemukakan oleh shertzer & Stone (1981) mengenai tidak terlaksananya program BK sekolah, akan diketahui alasan mana yang signifikan terjadi di SMA/SMK/MA di Salatiga. Faktor-faktor akan dianalisis menggunakan analisis faktor dengan bantuan program SPSS 22.
Terdapat lima langkah dalam uji analisis faktor (Purwanto, 2010), yaitu:
1. Menguji kelayakan analisis
Uji ini disajikan dengan perhitungan KMO dan Bartlet. Uji KMO dipergunakan untuk mengetahui apakah semua data yang telah terambil telah cukup untuk difaktorkan, sedangkan uji Bartlett digunakan untuk mengetahui apakah variabel tidak berkorelasi dalam populasi. Sekelompok data dikatakan memenuhi asumsi kecukupan data jika nilai KMO lebih besar dari 0,5 dan signifikansi dalam uji Bartlett harus lebih kecil dari 0,005.
2. Menyajikan matriks korelasi
Penyajian matriks korelasi digunakan untuk melihat
pengelompokan-pengelompokan butir-butir dalam
kluster-kluster.
3. Melakukan ekstraksi
Ekstraksi dilakukan untuk mengetahui urutan besarnya sumbangan butir-butir terhadap keseluruhan kualitas butir. Faktor yang dipertahankan adalah faktor yang memiliki eigenvalue di atas 1,00.
4. Melakukan rotasi
Butir akan menjadi bagian faktor apabila memberikan sumbangan (factor loading) paling tidak 0,50 (Hair et al, 2010).
5. Memberi nama faktor
Hasil dari proses rotasi akan menunjukkan pengelompokan dan besar sumbangan butir ke dalam faktor. Faktor-faktor tersebut belum memiliki nama dan harus diberi nama sesuai dengan kesamaan ciri yang dimiliki oleh butir-butir yang mendukung. 3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
3.4.1 Uji Validitas
Alat ukur (instrumen) dikatakan valid apabila memiliki kemampuan untuk mengukur secara tepat sesuatu yang ingin diukur (Purwanto, 2010). Menurut Widoyoko (2012), harga koefisien korelasi
(6)
49 dilakukan dengan membandingkan harga rxy dengan harga kritik dimana harga kritik untuk validitas butir instrumen adalah 0,3. Jika
rxy lebih besar atau sama dengan 0,3 maka nomor butir tersebut dapat dikatakan valid.
3.4.2 Uji Reliabilitas
Instrumen dikatakan reliabel jika digunakan untuk mengukur objek yang sama berulang kali akan tetap memberikan hasil yang sama (Arikunto, 2002). Tinggi rendahnya reliabilitas menggunakan acuan menurut Sutriyono (2004) sebagai berikut:
0,00 – 0,20 Reliabilitas rendah sekali 0,21 – 0,40 Reliabilitas rendah
0,42 – 0,60 Reliabilitas cukup 0,61 – 0,80 Reliabilitas tinggi
0,81 – 1,00 Reliabilitas sangat tinggi
3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Sikap
Terdapat 40 item yang disebarkan untuk uji validitas dan reliabilitas. Pada uji yang pertama, dengan koefisien reliabilitas
sebesar 0.820, terdapat 14 butir soal yang koefisien validitasnya ≤
0.30 sehingga 14 item tersebut dinyatakan tidak valid dan dibuang. 26 item yang tersisa diuji kembali, menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0.921, dan masih terdapat satu item yang nilai koefisien
validitasnya ≤ 0.30 sehingga item tersebut dibuang dan tersisa 25 item
yang kemudian diujikan kembali. Pada uji yang ketiga kalinya menghasilkan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0.927 dan ke25 item
memiliki nilai koefisien validitas ≥ 0.30 sehingga dinyatakan valid dan
koefisien reliabilitas dari uji yang terakhir sebesar 0.927 berarti reliabilitas skala sikap sangat tinggi (tabel hasil uji validitas & reliabilitas lihat lampiran).