PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI DOSEN TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN MATERI KULIAH MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.
i
MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA”
Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Oleh:
Ayis Nuzul Maulidah NIM.B06212003
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
viii
Ayis Nuzul Maulidah, B06212003, 2015. Pengaruh Kompetensi Komunikasi Dosen terhadap Tingkat Pemahaman Materi Kuliah Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci : Kompetensi Komunikasi, Pemahaman Materi Kuliah Mahasiswa. Pada skripsi ini persoalan yang dikaji mencakup dua rumusan masalah, yaitu: (1) Adakah pengaruh kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman materi kuliah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. (2) Seberapa jauh tingkat pengaruh kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman materi kuliah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Untuk mengungkapkan persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, kemudian dianalisis dengan regresi linier dan korelasi product moment. Analisis data pada penelitian ini menggunakan program aplikasi SPSS 16 for windows. Sesuai dengan persoalan tersebut maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, kuesioner, dan wawancara.
Hasil penelitian ini ditemukan bahwa (1) Ada pengaruh antara kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman materi kuliah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Hasil uji regresi linier, nilai untuk Sig. adalah 0,000. Nilai ini < 0,05, maka hipotesis Ha diterima yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman materi kuliah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. (2) Tingkat pengaruh kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman materi kuliah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tergolong kuat. Berdasarkan uji korelasi product moment, nilai Pearson Correlation antara kompetensi komunikasi dosen terhadap Pemahaman materi kuliah mahasiswa adalah positif 0,652.
Berdasarkan penemuan tersebut, saran sebagai pertimbangan untuk meningkatkan kompetensi komunikasi dosen agar dapat meningkatkan pemahaman materi kuliah mahasiswa (1) Dosen perlu meningkatkan kompetensi komunikasi. (2) Pihak fakultas disarankan memberikan suatu pelatihan kepada dosen guna meningkatkan kompetensi komunikasi.
(6)
ix
Ayis Nuzul Maulidah, B06212003, 2015. The influence of Communication Competence of Lecturers against The Level of Understanding Lecture Content at The Faculty of Da'wa and Communication State Islamic University of Sunan Ampel Surabaya. Thesis, Department of Communication, Faculty of Da'wa and Communication, State Islamic University of Sunan Ampel Surabaya.
Keywords : Communication Competence, Understanding of lecture material. In this thesis, the problem to be researched include two problem formula, are: (1) Whether there is influence of communication competence of lecturers against the level of understanding lecture content at The Faculty of Da'wa and Communication State Islamic University of Sunan Ampel Surabaya?; (2) How much influence of Communication Competence of Lecturers against The Level of Understanding Lecture Material at The Faculty of Da'wa and Communication State Islamic University of Sunan Ampel Surabaya?.
In order to reveal the matter thoroughly and deeply, in this research uses a quantitative research, and then analyzed by linear regression and correlation product moment. Analysis of the data in this research used SPSS 16 application program. In accordance with these problems then the data collection techniques used are observation, questionnaire, and interview.
From this research it was found that (1) There is influence between communication competence of lecturers against the level of understanding lecture content at The Faculty of Da'wa and Communication State Islamic University of Sunan Ampel Surabaya. The results of linear regression, value of Sig. is 0,000. The value of <0.05, then the hypothesis Ha accepted meaning that there is significant influence between communication competence of lecturers against the level of understanding lecture content at The Faculty of Da'wa and Communication State Islamic University of Sunan Ampel Surabaya; (2) the level of influence communication competence of lecturers against the level of understanding lecture content at The Faculty of Da'wa and Communication State Islamic University of Sunan Ampel Surabaya classified as strong. Based on the product moment correlation test, value of Pearson
Correlation between communication competence of lecturers against the level
of understanding lecture content is positive 0,652.
Based on the research, it is suggested: (1) Lecturers need to improve their communication competence. (2) The faculty are advised to provide a training for lecturers to improve their communication competence.
(7)
x
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR BAGAN ... xvii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 8
F. Definisi Operasional... 12
1. Kompetensi Komunikasi ... 12
2. Pemahaman Materi Kuliah Mahasiswa ... 14
G. Metode Penelitian... 16
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 16
2. Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian ... 17
3. Teknik Sampling (Populasi dan Sampel) ... 18
4. Variabel dan Indikator Variabel ... 20
(8)
xi BAB II : KAJIAN TEORI
A. Kajian Pustaka ... 29
1. Kompetensi Dosen dalam Pengembangan Pembelajaran ... 29
2. Kompetensi dan Gaya Komunikasi Dosen ... 36
3. Kompetensi Komunikasi Dosen dan Pemahaman Materi Kuliah ... 41
4. Dampak Kecerdasan pada Proses Pemahaman ... 47
5. Meningkatkan Pemahaman melalui Kreativitas Berpikir Mahasiswa ... 52
B. Kajian Teori ... 56
BAB III : HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Subjek dan Lokasi Penelitian ... 59
1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 59
a. Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi ... 60
1) Karakteristik Responden Prodi Ilmu Komunikasi ... 66
b. Mahasiswa Prodi Komunikasi Penyiaran Islam ... 69
1) Karakteristik Responden Prodi Komunikasi Penyiaran Islam 75 c. Mahasiswa Prodi Manajemen Dakwah ... 78
1) Karakteristik Responden Prodi Manajemen Dakwah ... 84
d. Mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam ... 87
1) Karakteristik Responden Prodi Pengembangan Masyarakat Islam ... 92
e. Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Islam ... 96
1) Karakteristik Responden Prodi Bimbingan dan Konseling Islam ... 102
(9)
xii
1. Pengkodean ... 114
2. Tabulasi ... 115
BAB IV : PEMBAHASAN A. Pengujian Hipotesis ... 116
1. Uji Normalitas ... 116
2. Uji Regresi ... 117
3. Uji Korelasi Product Moment ... 120
B. Analisis Hasil Penelitian ... 124
BAB V : PENUTUP A. Simpulan ... 130
B. Rekomendasi ... 132 DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN
(10)
xiii
Tabel 1.2 Teknik Pengumpulan Data ... 24
Tabel 3.1 Latar Belakang Pendidikan Mahasiswa Semester Tiga Prodi Ilkom .. 60
Tabel 3.2 Latar Belakang Pendidikan Mahasiswa Semester Lima Prodi Ilkom . 61 Tabel 3.3 Keadaan Ekonomi Mahasiswa Semester Tiga Prodi Ilkom ... 62
Tabel 3.4 Keadaan Ekonomi Mahasiswa Semester Lima Prodi Ilkom ... 62
Tabel 3.5 Asal Daerah Mahasiswa Semester Tiga Prodi Ilkom ... 63
Tabel 3.6 Asal Daerah Mahasiswa Semester Lima Prodi Ilkom ... 64
Tabel 3.7 Jenis Kelamin Responden Mahasiswa Ilmu Komunikasi ... 66
Tabel 3.8 Persentase Jenis Kelamin Responden Prodi Ilkom ... 66
Tabel 3.9 Usia Responden Prodi Ilkom ... 66
Tabel 3.10 Persentase Usia Responden Prodi Ilkom ... 67
Tabel 3.11 Latar Belakang Pendidikan Responden Mahasiswa Prodi Ilkom .... 67
Tabel 3.12 PersentaseLatar Belakang Pendidikan Responden Mahasiswa Prodi Ilkom ... 67
Tabel 3.13 Keadaan Ekonomi Responden Mahasiswa Semester Lima Prodi Ilkom ... 68
Tabel 3.14 Persentase Keadaan Ekonomi Responden Mahasiswa Semester Lima Prodi Ilkom ... 68
Tabel 3.15 Latar Belakang Pendidikan Mahasiswa Semester Tiga Prodi KPI .. 70
Tabel 3.16 Latar Belakang Pendidikan Mahasiswa Semester Lima Prodi KPI . 70 Tabel 3.17 Keadaan Ekonomi Mahasiswa Semester Tiga Prodi KPI ... 71
(11)
xiv
Tabel 3.20 Asal Daerah Mahasiswa Semester Lima Prodi KPI ... 73
Tabel 3.21 Jenis Kelamin Responden Prodi KPI ... 75
Tabel 3.22 Persentase Jenis Kelamin Mahasiswa Prodi KPI ... 75
Tabel 3.23 Usia Responden Mahasiswa Prodi KPI ... 76
Tabel 3.24 Persentase Usia Responden Mahasiswa Prodi KPI ... 76
Tabel 3.25 Latar Belakang Responden Mahasiswa Prodi KPI ... 77
Tabel 3.26 Persentase Latar Belakang Responden Mahasiswa Prodi KPI ... 77
Tabel 3.27 Keadaan Ekonomi Responden Prodi KPI ... 77
Tabel 3.28 Persentase Keadaan Ekonomi Responden Prodi KPI ... 78
Tabel 3.29 Latar Belakang Pendidikan Mahasiswa Semester Tiga Prodi MD .. 79
Tabel 3.30 Latar Belakang Pendidikan Mahasiswa Semester Lima Prodi MD .. 80
Tabel 3.31 Keadaan Ekonomi Mahasiswa Semester Tiga Prodi MD ... 80
Tabel 3.32 Keadaan Ekonomi Mahasiswa Semester Lima Prodi MD ... 81
Tabel 3.33 Asal Daerah Mahasiswa Semester Tiga Prodi MD ... 81
Tabel 3.34 Asal Daerah Mahasiswa Semester Lima Prodi MD... ..82
Tabel 3.35 Jenis Kelamin Responden Prodi MD ... 84
Tabel 3.36 Persentase Jenis Kelamin Responden Prodi MD ... 84
Tabel 3.37 Usia Responden Mahasiswa MD ... 84
Tabel 3.38 Persentase Usia Responden Mahasiswa MD ... 85
Tabel 3.39 Latar Belakang Pendidikan Responden Prodi MD ... 85
(12)
xv
Tabel 3.42 Persentase Keadaan Ekonomi Responden Mahasiswa MD ... 86
Tabel 3.43 Latar Belakang Pendidikan Mahasiswa Semester Tiga Prodi PMI . 88 Tabel 3.44 Latar Belakang Pendidikan Mahasiswa Semester Lima Prodi PMI . 88 Tabel 3.45 Keadaan Ekonomi Mahasiswa Semester Tiga Prodi PMI ... 89
Tabel 3.46 Keadaan Ekonomi Mahasiswa Semester Lima Prodi PMI ... 89
Tabel 3.47 Asal Daerah Mahasiswa Semester Tiga Prodi PMI ... 90
Tabel 3.48 Asal Daerah Mahasiswa Semester Lima Prodi PMI ... ..91
Tabel 3.49 Jenis Kelamin Responden Prodi PMI ... 92
Tabel 3.50 Persentase Jenis Kelamin Responden Prodi PMI ... 93
Tabel 3.51 Usia Responden Mahasiswa PMI ... 93
Tabel 3.52 Persentase Usia Responden Mahasiswa PMI ... 94
Tabel 3.53 Latar Belakang Pendidikan Responden Prodi PMI ... 94
Tabel 3.54 Persentase Latar Belakang Pendidikan Responden Prodi PMI ... 95
Tabel 3.55 Keadaan Ekonomi Responden Mahasiswa PMI ... 95
Tabel 3.56 Persentase Keadaan Ekonomi Responden Mahasiswa PMI ... 96
Tabel 3.57 Latar Belakang Pendidikan Mahasiswa Semester Tiga Prodi BKI .. 97
Tabel 3.58 Latar Belakang Pendidikan Mahasiswa Semester Lima Prodi BKI . 97 Tabel 3.59 Keadaan Ekonomi Mahasiswa Semester Tiga Prodi BKI ... 98
Tabel 3.60 Keadaan Ekonomi Mahasiswa Semester Lima Prodi BKI ... 99
Tabel 3.61 Asal Daerah Mahasiswa Semester Tiga Prodi BKI ... 99
(13)
xvi
Tabel 3.64 Persentase Jenis Kelamin Responden Prodi BKI ... 104
Tabel 3.65 Usia Responden Mahasiswa BKI ... 104
Tabel 3.66 Persentase Usia Responden Mahasiswa BKI ... 105
Tabel 3.67 Latar Belakang Pendidikan Responden Prodi BKI ... 105
Tabel 3.68 Persentase Latar Belakang Pendidikan Responden Prodi BKI ... 106
Tabel 3.69 Keadaan Ekonomi Responden Mahasiswa BKI ... 106
Tabel 3.70 Persentase Keadaan Ekonomi Responden Mahasiswa BKI ... 106
Tabel 3.71 Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi ... 111
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas ... 117
Tabel 4.2 Hasil Uji Regresi Linier ... 118
Tabel 4.3 Hasil Uji Sumbangan Efektif Variabel ... 118
Tabel 4.4 Untuk Mengetahui Keberpengaruhan Variabel dan Koefisien Regresi ... 119
Tabel 4.5 Hasil Uji Korelasi Product Moment ... 122
(14)
(15)
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komunikasi merupakan inti dari hubungan sosial. Apabila seseorang telah mengadakan hubungan tetap, maka sistem komunikasi yang mereka lakukan berperan untuk mempersatukan mereka, mengurangi ketegangan, atau melenyapkan persengketaan. Sehingga akan tercipta pembangunan bangsa.
Aspek pembangunan yang erat kaitannya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses pemberdayaan potensi yang ada pada manusia sebagai individu dan masyarakat yang fungsinya selain untuk memberdayakan potensi manusia juga untuk mengembangkan dan mengontrol potensi tersebut agar bermanfaat bagi peningkatan kualitas manusia itu sendiri.1
Seorang dosen hendaklah melakukan proses sosialisasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Sosialisasi juga berlaku dalam kegiatan pembelajaran, termasuk pembelajaran yang dilakukan di kelas saat perkuliahan. Hubungan timbal balik antara dosen dan mahasiswa menentukan hasil akhir dari proses pembelajaran. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai interaksi.
1Dedy Kusumah Wijaya,”Pentingnya Komunikasi Organisasi, Motivasi Kerja dan Kompensasi
untuk Meningkatkan Kinerja Guru”, Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Vol. 3, No. 1, Juli 2014, hlm 27.
(16)
Proses interaksi yang dilakukan dosen diharapkan dapat membentuk situasi yang positif dengan mahasiswa. Sehingga akan berpengaruh baik terhadap proses perkuliahan.
Interaksi ada beberapa bentuk. Khususnya mengenai interaksi yang disengaja, ada istilah interaksi edukatif. Interaksi edukatif merupakan interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu, interaksi edukatif perlu dibedakan dari bentuk interaksi yang lain. Arti yang lebih spesifik pada bidang pengajaran, dikenal adanya istilah interaksi belajar-mengajar.2
Prinsip mengajar yaitu mempermudah kegiatan belajar. Dosen memiliki tugas memberikan fasilitas maupun kemudahan bagi kegiatan belajar mengajar mahasiswa. Oleh sebab itu, setiap dosen hendaknya memiliki kompetensi dalam bidang komunikasi.
Kompetensi komunikasi yang dimiliki diharapkan dapat memperlancar proses perkuliahan. Semakin baik dosen menguasai komunikasi verbal, maka semakin baik pula interaksi edukatif yang berlangsung. Namun, komunikasi dengan mahasiswa hendaklah disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Saat melakukan penyesuaian dengan tuntutan baru serta pentingnya orientasi kemasyarakatan, pada gilirannya dibutuhkan pola adopsi ke dalam pembelajaran yang diawali dengan desain kurikulum. Penyesuaian dengan tuntutan jaman tersebut bisa diadakan perubahan muatan kurikulum atau
2Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006),
(17)
bahkan perubahan sistem dan paradigmanya, sehingga perubahan tersebut bersifat esensial.3
Sebagai seorang pengajar, dosen memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan pembelajaran yang baik dan efektif. Pembelajaran yang baik dan efektif tidak terlepas dari komunikasi antara dosen dan mahasiswa. Oleh sebab itu, pengetahuan serta keterampilan saat mengajar perlu dikuasai. Karena tujuan mengajar salah satunya adalah membuat mahasiswa menjadi paham.
Tingkat pemahaman mereka tentang materi kuliah yang disampaikan juga dapat tercapai dengan keaktifan saat mengikuti diskusi maupun kegiatan lainnya. Kompetensi komunikasi dosen secara tidak langsung diamati oleh setiap mahasiswa.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang membutuhkan penataan yang teratur dan sistematis, karena pembelajaran terkait dengan apa yang ingin dicapai (tujuan dan/atau kompetensi yang harus dikuasai). Sebuah proses pembelajaran yang akan dilaksanakan harus diawali dengan perencanaan yang matang; agar implementasinya dapat dilakukan dengan efektif. Perencanaan akan berkenaan dengan kegiatan analisis, perkiraan, pertimbangan, dan pengambilan keputusan tentang tujuan atau kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh peserta didik, kegiatan menganalisis dan menetapkan materi pokok, kegiatan memilih dan menetapkan sumber belajar dan media pembelajaran, merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar. Selain itu, analisis, perkiraan, pertimbangan dan pengambilan
3Luluk Fikri Zuhriyah,”Pengembangan Desain Model Kurikulum Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam Berbasis Kompetensi Tuntutan Masa Depan”, Wacana Jurnal Studi Islam , Vol. 4, No. 1, Maret 2004, hlm. 3.
(18)
keputusan itu juga berhubungan dengan tindakan-tindakan yang harus dilakukan, sehingga tujuan/kompetensi itu dapat dicapai sesuai dengan harapan.4
Perencanaan pembelajaran dapat diikuti pula dengan perencanaan komunikasi. Dosen dapat membuat strategi komunikasi saat proses pembelajaran berlangsung. Misalnya, dosen menggunakan media pembelajaran dengan memutar film pendek, kemudian mahasiswa diminta menganalisis. Otomatis diskusi di kelas menjadi hidup dengan pendapat yang disampaikan mahasiswa.
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, penilaian hasil pembelajaran umumnya dilihat melalui Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa. Mengenai bagus tidaknya IPK, peneliti membatasi bahwa IPK dengan nilai 3 keatas dianggap bagus. Sedangkan IPK dengan nilai 3 kebawah dianggap kurang.
Peneliti melihat bahwa IPK Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi tergolong bagus. Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi semester tiga 97,27% memiliki IPK bagus, sementara 2,72% kurang. Sedangkan mahasiswa semester lima 95,4% memiliki IPK bagus, sementara 4,59% kurang.
Mahasiswa Prodi Komunikasi Penyiaran Islam semester tiga 96,72% memiliki IPK bagus, sementara 3,27% kurang. Sedangkan mahasiswa semester lima 94,82% memiliki IPK bagus, sementara 5,17% kurang.
4Didi Supriadie dkk, Komunikasi Pembelajaran (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm.
(19)
Mahasiswa Prodi Manajemen Dakwah semester tiga 93,18% memiliki IPK bagus, sementara 6,81% kurang. Sedangkan mahasiswa semester lima 89,58% memiliki IPK bagus, sementara 10,41% kurang.
Mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam semester tiga 86,53% memiliki IPK bagus, sementara 13,46% kurang. Sedangkan mahasiswa semester lima 95,34% memiliki IPK bagus, sementara 4,65% kurang.
Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Islam semester tiga 99,1% memiliki IPK bagus, sementara 0,89% kurang. Sedangkan mahasiswa semester lima 97,64% memiliki IPK bagus, sementara 2,35% kurang.
Hasil diatas menunjukkan bahwa Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi memiliki semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Mereka tidak semata-mata mengikuti proses perkuliahan, namun juga memiliki keseriusan dalam mencapai hasil belajar yang maksimal.
Hasil belajar tersebut tentunya tidak lepas dari peran dosen. Dosen membimbing mahasiswa untuk mengembangkan potensi secara maksimal. Proses membimbing mahasiswa tidak terlepas dari interaksi. Interaksi inilah yang membuat proses komunikasi terjadi. Sehingga kompetensi komunikasi penting untuk dimiliki.
Lembaga pendidikan harus mampu mendidik peserta didik agar menjadi manusia dewasa di masyarakat. Untuk itu diperlukan adanya analisis terhadap aktifitas yang seharusnya dilakukan manusia dewasa di masyarakat
(20)
dan hal inilah yang nantinya harus diajarkan kepada anak di lembaga pendidikan.5
Hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, kenyataannya beberapa dosen masih memiliki kekurangan dalam berkomunikasi. Misalnya dalam pengaturan kata-kata serta alur bicara yang kurang lancar. Tentu saja hal ini berkaitan dengan timbal balik dari mahasiswa, yaitu pemahaman mereka terhadap materi yang diberikan oleh dosen. Sehingga dosen perlu merencanakan pembelajaran, terutama menitikberatkan pada proses komunikasi.
Mahasiswa berusaha untuk memahami dengan cara menyampaikan pendapatnya. Semakin mahasiswa aktif dalam diskusi, maka rasa penasaran mereka semakin tersalurkan. Sehingga dosen perlu menanggapi agar pendapat mereka terarah. Agar tanggapan dosen dapat diterima mahasiswa, dosen hendaklah memiliki kompetensi komunikasi.
Namun faktanya Fakultas Dakwah dan Komunikasi belum memiliki pelatihan khusus kompetensi komunikasi untuk dosen. Untuk mengembangkan kompetensi komunikasi dosen, perlu adanya pelatihan khusus tersebut. hal itu dirasa penting karena selain menilai materi yang disampaikan dosen, mahasiswa juga menilai kompetensi komunikasinya.
5Luluk Fikri Zuhriyah,”Pengembangan Desain Model Kurikulum Jurusan Komunikasi Penyiaran
(21)
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan beberapa rumusan masalah, diantaranya :
1. Adakah pengaruh kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman materi kuliah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya?
2. Jika ada, seberapa jauh tingkat pengaruh kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman materi kuliah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, peneliti melakukan penelitian ini dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman materi kuliah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
2. Untuk mengetahui tingkat pengaruh kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman materi kuliah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini terbagi atas dua kategori manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Kedua manfaat tersebut antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai kompetensi komunikasi kepada dosen.
(22)
b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber data bagi dosen dalam memberikan pengajaran.
2. Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Selain itu dapat memberikan pengetahuan mengenai pengaruh kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman materi kuliah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
E. KAJIAN HASIL PENELITIAN TERDAHULU
Peneliti berupaya mencari referensi mengenai penelitian yang sudah dilakukan oleh orang lain. Hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh orang lain ini digunakan peneliti sebagai acuan untuk meneliti dengan tema yang memiliki kesamaan konteks. Penelitian yang memiliki kesamaan konteks dengan penelitian ini, yaitu :
1. Pentingnya komunikasi organisasi, motivasi kerja, dan kompensasi untuk meningkatkan kinerja guru (Dedy Kusumah Wijaya, 2014).
Penelitian tersebut merupakan sebuah jurnal dengan metodologi kuantitatif dan menekankan pembahasan mengenai komunikasi organisasi, motivasi kerja dan kompensasi terhadap kinerja guru.
Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa komunikasi organisasi, motivasi kerja dan kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru baik secara parsial maupun bersama-sama.
(23)
Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama menganalisis tentang kinerja pengajar yang nantinya berdampak baik terhadap keberhasilan lembaga dalam dalam menyelenggarakan pendidikan.
Sedangkan perbedaannya adalah penelitian sebelumnya hanya berfokus pada kinerja atau kompetensi guru. Sedangkan penelitian ini akan membahas kompetensi dosen dan tingkat pemahaman mahasiswa.
2. Peningkatan kompetensi guru (Jejen Musfah, 2011).
Penelitian tersebut merupakan sebuah buku dengan metodologi literatur, karena mencakup beberapa penelitian-penelitian yang dijadikan buku. Penelitian tersebut menekankan pembahasan mengenai kompetensi guru secara umum.
Hasil dari penelitian tersebut yang dapat diterapkan adalah berupa empat kompetensi yang harus dimiliki pengajar, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Selain itu di buku tersebut juga menjelaskan tentang pelatihan yang dapat dijalani oleh pengajar agar menjadi guru yang baik.
Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama menganalisa kompetensi pengajar dari berbagai aspek sehingga dapat berdampak baik pada peserta yang diajar.
Sedangkan perbedaannya adalah buku ini mengarah pada cara meningkatkan kompetensi guru melalui pelatihan dan sumber belajar secara teori dan praktik. Sedangkan penelitian kali ini menilai kompetensi komunikasi dosen.
(24)
3. Peningkatan kompetensi guru di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Khoirot Sambirejo Geger Madiun (Anif Muawanah, 2012)
Penelitian tersebut merupakan sebuah tesis dengan metodologi penelitian kualitatif dan difokuskan pada peningkatan kompetensi pedagogik dan profesional guru di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Khoirot Sambirejo, Geger, Madiun.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan guru Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Khoirot dalam meningkatkan kompetensi pedagogik melalui kegiatan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG), mengikuti pendidikan dan pelatihan baik ditingkat daerah maupun nasional, melakukan studi banding ke sekolah lain terkait dengan hal-hal baru dalam proses peningkatan pembelajaran, dan untuk meningkatkan kompetensi profesional guru Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Khoirot mengadakan kegiatan workshop, seminar, dan melakukan browsing di internet.
Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama menganalisa kompetensi pengajar di lembaga pendidikan. Sedangkan perbedaannya pada lokasi penelitian. penelitian terdahulu berada di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Khoirot Sambirejo, Geger, Madiun. Sedangkan penelitian ini, berlokasi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
(25)
Tabel 1.1
Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Judul Penulis Jenis Metodologi Tahun Persamaan Perbedaan
Pentingnya komunikasi organisasi, motivasi kerja, dan kompensasi untuk meningkatkan kinerja guru. Dedy Kusumah Wijaya
Jurnal Kuantitatif 2014 Mengetahui tentang kinerja pengajar yang nantinya berdampak baik terhadap keberhasilan lembaga dalam dalam menyelenggara kan pendidikan. Penelitian sebelumnya hanya berfokus pada kinerja atau kompetensi guru. Sedangkan penelitian ini akan membahas kompetensi dosen dan tingkat pemahaman mahasiswa. Peningkatan
kompetensi guru Jejen Musfah Buku Literatur 2011 Menganalisa kompetensi pengajar dari berbagai aspek sehingga dapat berdampak baik pada peserta yang diajar. Buku ini mengarah pada cara meningkatkan kompetensi guru melalui pelatihan dan sumber belajar secara teori dan praktik. Sedangkan penelitian kali ini menilai kompetensi komunikasi dosen. Peningkatan kompetensi guru di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Khoirot Sambirejo Geger Madiun. Anif Muawana h
Tesis Kualitatif 2012 Mengetahui kompetensi pengajar di lembaga pendidikan. Lokasi penelitian berada di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Khoirot Sambirejo Geger Madiun. Sedangkan
(26)
penelitian ini, lokasi
penelitian di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya F. DEFINISI OPERASIONAL
1. Kompetensi Komunikasi Dosen
Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Inggris, competence yang berarti kecakapan dan kemampuan. Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar.6
Kompetensi terkait erat dengan standar. Seseorang disebut kompeten dalam bidangnya jika pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya, serta hasil kerjanya sesuai standar (ukuran) yang ditetapkan dan/atau diakui oleh lembaganya/pemerintah. Wolf menegaskan,”Competencies refer only to very specific practical activities.” Pemaknaan ini sejalan dengan istilah tugas profesi (professional).7
Sedangkan kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Definisi secara luas sebagai “berbagai pengalaman.” Sampai
6Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru (Jakarta : Predana Media Group, 2011), hlm. 27. 7Ibid…hlm. 28.
(27)
batas tertentu, setiap makhluk dapat dikatakan melakukan komunikasi dalam pengertian berbagi pengalaman. Namun dalam hal ini yang dimaksud komunikasi adalah komunikasi manusia yang dalam bahasa Inggrisnya adalah human communication.8
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.9
Singkatnya kompetensi komunikasi akan melibatkan segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan bahasa.10
Cooley dan Roach, menyatakan bahwa kompetensi komunikasi merupakan demonstrasi dari pengetahuan tentang komunikasi yang diwujudkan dengan tepat melalui keterampilan berkomunikasi. Sedangkan Larson, Backlund, Redmond & Barbour menyatakan bahwa kompetensi komunikasi meliputi kemampuan seorang individu untuk mendemonstrasikan pengetahuannya tentang perilaku komunikasi yang tepat pada situasi yang ada. Sedangkan Salleh menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa kompetensi komunikasi merupakan kemampuan beradaptasi seseorang dalam setiap situasi komunikasi dengan menampilkan kemampuan komunikasi berdasarkan pengetahuan yang tepat untuk setiap konteks dan situasi komunikasi. 11
8Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010),
hlm. 46.
9https://id.m.wikipedia.org/wiki/Dosen, diakses pada 23 Februari 2015, pukul 00.33 WIB 10Engkus Kuswarno, Etnografi Komunikasi (Bandung : Widya Padjadjaran, 2008), hlm 44. 11http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30841/4/Chapter%20II.pdf, diakses pada 5
(28)
Bentuk yang paling nyata dalam komunikasi adalah bahasa. Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai suatu sistem lambang yang terorganisasi, disepakati secara umum, dan merupakan hasil belajar, yang digunakan untuk menyajikan pengalaman-pengalaman dalam suatu komunitas geografis atau budaya.12 Dalam bahasa, ada beberapa poin yang perlu diperhatikan. Hal tersebut mengenai kata-kata dan makna serta nada suara dan emosi.
Sehingga dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi komunikasi dosen yaitu kemampuan dosen untuk menyesuaikan diri dalam setiap situasi komunikasi dengan cara menunjukkan keterampilan komunikasinya dari pengalaman yang didapat. Bentuk yang paling nyata dalam melihat kompetensi komunikasi adalah bahasa. Sehingga kompetensi komunikasi dosen dapat terlihat dari bahasa yang digunakan jelas, sesuai, dan menggunakan bahasa ilmiah. Kompetensi komunikasi juga terlihat dari perilaku dosen saat mengajar maupun melakukan diskusi, serta penampilan atau pemakaian busana. 2. Pemahaman Materi Kuliah Mahasiswa
Dalam proses perkuliahan, antara dosen dan mahasiswa perlu adanya interaksi. Interaksi berguna untuk meningkatkan pemahaman materi kuliah yang disampaikan oleh dosen. Hal tersebut dapat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa.
Pemahaman materi kuliah oleh mahasiswa bisa diartikan dengan kemampuan mahasiswa untuk menangkap informasi, menginterpretasi arti,
12Ahmad Sihabudin, Komunikasi Antarbudaya Satu Perspektif Multidimensi (Jakarta : Bumi
(29)
dan melakukan ekstrapolasi atau memberikan saran-saran. Penangkapan informasi, pesan atau materi mata kuliah bisa dibuktikan dengan kemampuan menjelaskan informasi atau materi yang didapat dengan kalimat lain, bisa juga dilihat dari kemampuan mengembangkan ringkasan yang lebih teliti, menuliskan kembali dalam bentuk verbal dalam suatu pernyataan yang berbentuk simbol-simbol, atau memberi contoh khusus dapat mengilustrasikan ide yang abstrak.13
Dosen dapat mengetahui pemahaman materi kuliah yang diraih mahasiswa dengan melihat keaktifan saat perkuliahan berlangsung. Keaktifan tersebut terlihat saat diskusi di kelas. Selain itu, keaktifan mahasiswa saat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari dosen juga dapat dijadikan tolak ukur pemahaman mereka. Pertanyaan yang ditujukan kepada mahasiswa dapat secara lisan maupun tulisan.
Proses mahasiswa dalam memahami materi kuliah dengan melakukan penerimaan input informasi, pengolahan informasi, serta ekspresi hasil pengolahan informasi.14
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman materi kuliah mahasiswa yaitu kemampuan mahasiswa untuk menangkap informasi, menginterpretasi arti, dan melakukan ekstrapolasi atau memberikan saran-saran. Proses pemahaman melalui tiga tahap yaitu penerimaan input informasi, pengolahan informasi, dan ekspresi hasil pengolahan informasi.
13Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2000), hlm. 116.
14Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul
(30)
Pemahaman mahasiswa juga dapat dilihat dari kemampuan berdiskusi dengan baik dan menjelaskan kembali materi yang didapat.
G. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian eksplanasi. Sebab penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh variabel X terhadap variabel Y, dan menggunakan perhitungan dengan rumus-rumus tertentu. Selain itu penelitian ini juga menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang diisi oleh responden.
Pendekatan kuantitatif sebagai metode ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis.15
Metode penelitian yang digunakan yaitu eksplanasi agar dapat menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap populasinya atau menjelaskan hubungan, perbedaan atau pengaruh satu variabel dengan variabel yang lain. Karena itu penelitian eksplanasi menggunakan sampel dan hipotesis.16
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman materi kuliah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
15Ibid…hlm. 7.
(31)
Pendekatan ini juga digunakan sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari pendidikan. Desain penelitian dengan pendekatan kuantitatif memberikan keuntungan pada kecepatan pengumpulan data. Hal ini dimanfaatkan peneliti agar dapat berfokus melaksanakannya dalam waktu yang seefisien mungkin.
2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian
Subyek adalah responden penelitian yang memberikan jawaban melalui angket.17 Subjek dari penelitian ini yaitu mahasiswa semester tiga dan lima Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Mahasiswa semester satu tidak dipilih menjadi subyek karena baru mengikuti perkuliahan, sehingga mereka dianggap belum bisa mengukur kompetensi komunikasi dosen. Sedangkan mahasiswa semester tujuh keatas tidak dijadikan subyek penelitian disebabkan sudah tidak aktif mengikuti proses perkuliahan di kelas.
Mahasiswa semester tiga dan lima merupakan mahasiswa aktif yang melakukan perkuliahan. Hal ini disebabkan mereka sudah dapat menilai kompetensi dosen. Sehingga memiliki pengaruh pada tingkat pemahaman mereka. Dalam meneliti subyek adapun syarat tertentu yang sebelumnya dipertimbangkan oleh peneliti agar hasil dari penelitian ini benar-benar ikut dirasakan oleh semua kalangan.
Obyek yaitu aspek keilmuan komunikasi yang menjadi kajian penelitian.18 Objek penelitian kali ini lebih mengarah pada komunikasi interpersonal. Menurut Devito, “Interpersonal communication as the
17Pedoman Teknis Penulisan Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi, diakses pada 8 September
2015.hlm 10
(32)
sending of message by one person, and the recieivening of message by another person, of small group of persons with some effect and some
immediate feed-back” (komunikasi interpersonal sebagai pengiriman
pesan dari satu orang, dan penerima pesan tersebut orang lain, dari kelompok kecil dengan beberapa efek dan timbal balik secara langsung).19 .Hal ini berdasarkan kompetensi komunikasi dosen saat pembelajaran dirasakan oleh mahasiswa, sehingga tingkat pemahaman terhadap materi kuliah yang disampaikan dimiliki oleh setiap mahasiswa.
Sedangkan lokasi penelitian adalah tempat penelitian dilakukan.20 Lokasi penelitian masih dalam lingkungan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang terletak di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
3. Teknik Sampling (Populasi dan Sampel) a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karasteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.21 Populasi menggambarkan berbagai karakteristik subjek penelitian untuk kemudian menentukan pengambilan sampel. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka penentuan populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi semester tiga dan lima dari semua program studi Fakultas Dakwah dan Komunikasi di UIN Sunan
19Yoyon Mudjiono, Ilmu Komunikasi…hlm 72-73 20Ibid,
(33)
Ampel Surabaya. Keseluruhan berjumlah 841 mahasiswa dengan rincian 453 dari semester tiga dan 388 dari semester lima.
Mahasiswa-mahasiswi tersebut menjadi populasi dalam penelitian ini namun tidak akan dipakai semuanya dalam penelitian ini mengingat minimnya waktu dan biaya peneliti oleh karena karena itu dipergunakan teknik sampling yang sesuai dengan kemampuan peneliti.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportionate Stratified
Random Sampling22. Teknik sampling ini dipandang peneliti dapat
mempermudah pemilihan sampel secara acak namun atas dasar acuan tertentu.
Teknik penelitian ini dimaksudkan agar lebih mudah dalam pengambilan data. Peneliti menggunakan Rumus Slovin dalam menentukan jumlah sampel yang akan diambil.23
= 1 + ( )
n = Jumlah elemen/anggota sampel N = Jumlah elemen/anggota populasi
22Ibid…hlm. 82.
23Juliansyah Noor, Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, (Jakarta :
(34)
e = Error level (tingkat kesalahan) (catatan: umumnya digunakan 1% atau 0,01, 5% atau 0,05, dan 10% atau 0,1 (catatan dapat dipilih oleh peneliti)
n = N
1 + Ne²
n = 841
1 + ( 841 × 0,1² ) n = 89,37 dibulatkan menjadi 90
Maka jumlah responden penelitian ini adalah sebanyak 90 responden. Fakultas Dakwah dan Komunikasi memiliki lima program studi. Setiap program studi diambil 18 responden dengan rincian sembilan responden dari semester tiga dan Sembilan responden dari semester lima. Responden yang dipilih dari setiap prodi dipilih secara acak, namun dengan memenuhi beberapa syarat yaitu semester yang sesuai (3 atau 5) dan merupakan mahasiswa aktif.
4. Variabel dan Indikator Variabel
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Menurut Kerlinger bahwa variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari. Sedangkan indikator variabel adalah alat yang memberikan keterangan dan sebagai petunjuk terhadap atribut, sifat, atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
(35)
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.24
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua variabel, yaitu: 25 a. Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel ini merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
b. Variabel Dependen
Sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
Pada penelitian ini, variabel bebas terletak pada “Kompetensi komunikasi dosen,” sedangkan variabel terikatnya terletak pada “pemahaman materi kuliah mahasiswa”
Berikut ini adalah indikator variabel yang telah ditentukan: Variabel bebas : Kompetensi komunikasi dosen
Indikatornya adalah : 1)Lugas dan jelas
2)Parabahasa (paralinguistik) yang sesuai 3)Penggunaan bahasa ilmiah populer
24Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D… hlm. 38. 25Ibid…hlm. 39.
(36)
4)Pemakaian busana saat di kampus 5)Perilaku saat berdiskusi
Variabel terikat : Pemahaman materi kuliah mahasiswa Indikatornya adalah :
1)Mahasiswa mengerti maksud yang diucapkan dosen 2)Menyimak penjelasan dosen
3)Rasa ingin tahu yang tinggi 4)Dapat berdiskusi dengan baik 5)Kemampuan menjelaskan kembali 5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data digali dari pelaku yang dijadikan objek sebagai sumber data. Penggalian data dilakukan dengan cara pengisian angket atau kuesioner, wawancara mendalam, pengamatan terlibat, dan tidak lupa dokumentasi.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien serta dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui internet.26
Pada penelitian ini pengumpulan data juga dilakukan dengan menggunakan angket kuesioner pengaruh kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman materi kuliah mahasiswa Fakultas Dakwah
(37)
dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Kuesioner tersebut berisi identitas subjek yang terdiri dari nama, semester, usia, program studi, jenis kelamin, dan tanggal pengisian kuesioner tersebut. Karena banyaknya responden dalam penelitian ini, maka angket yang digunakan adalah angket tertutup, sehingga responden hanya memilih jawaban yang telah disediakan.
a. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.27 Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien karena peneliti tahu variabel yang akan diukur serta hal yang dapat diharapkan dari responden. Peneliti mencari penilaian dari responden melalui pernyataan yang diberikan. b. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.28 Peneliti ingin mengetahui hal lain di luar kuesioner yang telah diberikan, sehingga wawancara dilakukan.
c. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi (1986), observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses
27Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D…hlm 142 28Ibid, hlm 137
(38)
biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.29 Observasi dilakukan untuk melengkapi data selain dari hasil kuesioner dan wawancara. Jika kuesioner dan wawancara selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, namun juga objek lainnya.
Tabel 1.2
Teknik Pengumpulan Data No. Pengumpulan Data Teknik Jenis Data
1. Kuesioner Kuesioner adalah daftar pernyataan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya untuk dijawab oleh responden.
2. Wawancara Wawancara dilakukan dengan
mahasiswa.
3 Observasi Peneliti mengamati pengaruh
kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman materi kuliah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya
6. Teknik Analisis Data
Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tahapan berikut : a. Editing
Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai menghimpun data di lapangan. Kegiatan ini menjadi penting karena kenyataannya bahwa data yang terhimpun kadang kala belum memenuhi harapan peneliti, ada diantaranya kurang atau terlewatkan, tumpang tindih, berlebihan bahkan terlupakan.30 Kegiatan yang
29Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D…hlm 145 30Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif…hlm 175.
(39)
dilakukan peneliti yaitu mengecek nama, isian, dan pemeriksaan kembali terhadap kelengkapan jawaban yang diperoleh melalui data. b. Pengkodean
Setelah tahap editing selesai dilakukan, kegiatan berikutnya adalah mengklarifikasi data-data tersebut melalui tahapan koding. Maksudnya bahwa data yang telah diedit tersebut diberi identitas sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis. 31 Hal yang dilakukan peneliti yaitu memberi kode pada masing-masing jawaban responden dengan mempertimbangkan kategori-kategori yang disusun sebelumnya.
c. Tabulasi
Tabulasi adalah bagian terakhir dari pengolahan data. Maksud tabulasi adalah memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur angka-angka serta menghitungnya.32 Hal yang dilakukan peneliti yaitu memberi skor, menghitung, serta memasukkan angka-angka tersebut pada tabel.
Setelah melalui tahapan diatas, maka peneliti menggunakan pendekatan statistika dengan maksud untuk menguji diterima atau ditolaknya hipotesis yang disajikan.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel X terhadap variabel Y, maka untuk mengetahuinya peneliti mencoba menggunakan analisis regresi linier sederhana. Analisis regresi linier sederhana mengestimasi besarnya koefisien-koefisien yang dihasilkan dari
31Ibid, hlm 176.
(40)
persamaan yang bersifat linier, yang melibatkan satu variabel bebas (independent variable), digunakan sebagai alat untuk memprediksi besarnya nilai variabel terikat (dependent variable). Persamaan umum regresi linier yaitu:33
Keterangan :
Y = Subjek dalam variabel bebas yang diprediksikan a = Harga Y bila X=0 (harga konstan)
b = Angka arah atau nilai koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel bebas. Bila b positif (+) maka naik, dan bila negatif (-) maka terjadi penurunan. X = Subyek pada variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu Sedangkan untuk mengetahui tingkat kekuatan hubungan variable X terhadap variable Y, maka peneliti mencoba menggunakan analisis korelasi product moment. Analisis korelasi merupakan suatu hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Rumus korelasi product moment adalah sebagai berikut :34
= (∑ ) − (∑ ) (∑ )
[ ∑ 2 − (∑ )2] [ ∑ 2 − (∑ )2]
Keterangan :
r : Koefisien korelasi
N : Jumlah individu atau responden
33Abdul Muhid, Analisis Statistik 5 Langkah Praktis Analisis Statistik dengan SPSS For Windows
(Sidoarjo: Zifatama, 2012), hlm 117
34Ibid, hlm 96
(41)
∑X : Jumlah nilai variabel X
∑Y : Jumlah nilai variabel Y
∑X2 : Jumlah nilai kuadrat X
∑Y² : Jumlah nilai kuadrat Y
∑(X)² : Jumlah nilai variabel X dikuadratkan ∑(Y)² : Jumlah nilai variabel Y dikuadratkan
∑ XY : Jumlah hasil kali antara variabel X dan Y
Analisis data pada penelitian ini menggunakan program aplikasi SPSS 16 for windows.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan gambaran yang utuh dan terpadu atas hasil penelitian ini, maka sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab. Adapun rinciannya sebagai berikut :
a. Bab I: Pendahuluan. Berisi latar belakang dan perumusan masalah, tujuan serta manfaat penelitian, kajian hasil penelitian terdahulu, definisi operasional, hipotesis. Selain itu juga terdapat penjabaran metode penelitian dan sistematika pembahasan.
b. Bab II: Kajian Teori. Memaparkan kajian pustaka mengenai konsep kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman materi mahasiswa. Pada bab ini memuat istilah pengertian kompetensi komunikasi, dan tingkat pemahaman yang kemudian dikaitkan dengan teori yang sesuai.
(42)
c. Bab III: Hasil Penelitian. Menyajikan data tentang subjek dan lokasi penelitian yang dilakukan dengan sumber data mahasiswa semester tiga dan lima Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. d. Bab IV: Pembahasan. Poin-poin yang akan dianalisis adalah penggujian
hipotesis dan pembahasan hasil penelitian pengaruh kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya
e. Bab V: Penutup. Hasil pembahasan dalam penelitian ini akan dipaparkan dalam bagian kesimpulan yang merupakan penegasan jawaban pokok problematika yang diangkat dan asumsi-asumsi yang pernah diutarakan sebelumnya. Dalam bab ini juga dikemukakan saran/rekomendasi dari penulis berkenaan dengan hasil penelitian.
(43)
29
KAJIAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Kompetensi Dosen dalam Pengembangan Pembelajaran
Seorang dosen pasti memiliki kompetensi yang mumpuni dalam bidang pendidikan. Hal tersebut dapat terlihat pada saat dosen melakukan kegiatan pembelajaran di kelas dengan mahasiswanya. Dosen juga memiliki peran penting dalam menentukan kualitas akademik mahasiswanya. Oleh sebab itu pengertian kompetensi perlu dipahami terlebih dahulu guna meningkatkan kualitas dalam pembelajaran.
Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki dosen untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar.1
Pemaknaan kompetensi dari sudut istilah mencakup beragam aspek, tidak saja terkait fisik dan mental, tetapi juga aspek spiritual. Menurut Mulyasa, “Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kafah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalitas.”2
1Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru …hlm. 27. 2Ibid, hlm 27.
(44)
Seorang dosen juga dapat mengasah kemampuan tersebut dengan membuat komunitas pembelajaran. Komunitas pembelajaran profesional telah muncul sebagai sarana yang paling banyak diyakini dan paling baik untuk secara berkesinambungan memperbaiki instruksi pengajaran dan kinerja dari mahasiswa.3
Proses pembelajaran tentu tidak hanya melibatkan mahasiswa pandai dan cerdas, namun dalam proses tersebut pasti ada mahasiswa yang kurang memahami penjelasan dosen yang telah disampaikan. Oleh sebab itu dosen harus memiliki strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya dengan memiliki kompetensi sehingga dapat mengendalikan mahasiswanya.
Merujuk pada suatu hasil kerja individu maupun kelompok, kompetensi berarti kemampuan mewujudkan sesuatu sesuai dengan tugas yang diberikan. Tuxworth mengutip pendapat Burke, dkk, tentang kompetensi,”Competency statements describe outcomes expected from the performance of professionally related function, or those knowledge, skills, and attitudes thought to be essential to the performance of those function”; Mansfield menulis,” Competence is about performance”; kompetensi menurut Training Agency – sebagaimana dikutip Ouston, ialah “Deskripsi tentang sesuatu yang harus dapat dilakukan oleh seseorang yang bekerja dalam bidang profesi tertentu. Ia adalah deskripsi
(45)
tindakan, perilaku, dan hasil yang harus dapat diperagakan oleh orang bersangkutan.”4
Kompetensi juga terkait erat dengan standar. Seseorang disebut kompeten dalam bidangnya jika pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya, serta hasil kerjanya sesuai standar (ukuran) yang ditetapkan dan diakui oleh lembaganya. Dosen tentu memiliki standar kompetensi yang telah ditentukan oleh pihak kampus. Sebab kompetensi sangat menentukan pengembangan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran menjadi sentral untuk pengejawantahan pendidikan yang harus direncanakan dan dikembangkan. Proses pembelajaran dikembangkan sejalan dengan dilakukannya pengelolaan pembelajaran. Sebab, pembelajaran tidak saja harus dikembangkan secara sistematis, efektif, dan efisien. Namun untuk menuju ke hal tersebut, atmosfer kelas harus ditata dengan baik (kondusif).
Pembelajaran atau intruksional adalah suatu konsepsi dari dua dimensi kegiatan (belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah kompetensi dan indikatornya sebagai gambaran hasil belajar. Konsep pembelajaran adalah suatu proses dalam lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Seperti yang diungkapkan oleh Nana Syaodih S dalam buku Didi Supriadie menyatakan bahwa: pengajaran (teaching) dan
(46)
pembelajaran (instruction) secara konsep memiliki perbedaan, tetapi dalam hal ini dipandang sama. Baik pengajaran maupun pembelajaran merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa atau peserta didik belajar.5
Dosen dapat melakukan berbagai cara dalam mengajar, seperti memberi petunjuk, menyarankan, mendesak, membujuk, mendorong, membimbing, menunjuk, berbicara, memerintah, memberitahu, menceritakan, menyampaikan materi, mendemonstrasikan, melatih, menguji, meneliti, mengkritik, mengoreksi, mengarahkan, mengasah keterampilan, serta hal lain yang tidak menghambat pemahaman mahasiswa. 6
Oleh sebab itu, berbagai cara diatas harus dimiliki dosen guna mengembangkan proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran jika dilakukan dengan monoton tanpa adanya kreatifitas, tentu membuat mahasiswa jenuh. Dosen juga perlu membuat kegiatan belajar menjadi menyenangkan serta terarah, sehingga dapat berlangsung lebih efektif dan cepat.
Dosen juga perlu memahami potensi yang ada di diri mahasiswa. Potensi tersebut terpendam dalam diri mahasiswa dan bersifat bawaan sesuai dengan warisan hereditas dari orang tua masing-masing.
Potensi mahasiswa meliputi potensi fisik dan psikis. Kedua potensi dasar tersebut akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan keadaan. Potensi fisik akan menyangkut pertumbuhan jasmani dan fungsi fisiologis
5Didi Supriadie, dkk, Komunikasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm
9.
(47)
mahasiswa. Sedangkan potensi psikis meliputi potensi cipta, rasa, karsa, dan performance dengan bakat-bakatnya. Secara umum pertumbuhan dan perkembangan mahasiswa ditentukan oleh kondisi lingkungannya, termasuk juga pergaulan.7
Penjelasan tersebut berarti bahwa dua orang mahasiswa atau lebih memiliki potensi dasar sama, tetapi kualitas pertumbuhan dan perkembangan mereka nantinya bisa tidak sama karena sangat ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan, misalnya pendidikan, latihan-latihan, dan sebagainya.
Ada beberapa macam lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan sehingga menjadi penyebab perbedaan antar individu yaitu faktor lingkungan fisik yang sukar. Hal tersebut membuat perkembangan anak menemui banyak kendala. Kemudian faktor lingkungan fisik yang makmur. Anak yang tinggal di daerah seperti itu mempunyai banyak peluang untuk berkembang lebih baik dan berkualitas, terutama dalam bidang pendidikan. Selanjutnya ada faktor status sosial ekonomi. Daerah yang keadaan sosial ekonominya maju berpengaruh terhadap perkembangan anak yang cenderung lebih baik. Terakhir yaitu faktor budaya. Budaya dapat menyebabkan kelompok-kelompok masyarakat. Misalnya kebudayaan daerah, kebudayaan suku, kebudayaan nasional bangsa. Batasan-batasan tersebut akan memperjelas bahwa kelak akan memunculkan perbedaan-perbedaan individu dalam bertingkah laku.8
7Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru (Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media, 2014), hlm 99
(48)
Setelah mengetahui potensi potensi dasar yang dimiliki oleh mahasiswa yang bersangkutan, dosen dapat menciptakan lingkungan serta suasana yang cocok agar realisasi yang terjadi dapat optimum.
Untuk mengatasi perbedaan dari beberapa faktor diatas, kompetensi dosen sangat berperan. Hal tersebut mengenai tindakan yang dilakukan dosen untuk menghindari peluang terjadinya tindakan negatif mahasiswa di kelas. Dosen dapat menerapkan interaksi edukatif.
Dalam kegiatan interaksi edukatif antara dosen dengan mahasiswa, dosen berperan sebagai pemimpin intruksional (instructional leader). Ibarat sebuah pesawat yang sedang terbang tinggi, interaksi edukatif antara dosen dan mahasiswa sering disebut sebagai kotak hitam untuk merekam semua peristiwa penting yang terjadi dalam interaksi edukatif tersebut. Proses pengajaran yang dilaksanakan oleh dosen berupa kegiatan yang dikenal dengan fungsi-fungsi pengajaran (instructional functions), yang akan menghasilkan efek intruksional (instructional effects) dan efek pengiringnya (nurturant effects).9
Potensi yang dimiliki mahasiswa juga tidak terlepas dari kecerdasan mereka. Andrianto (2008) menguraikan hal yang dimaksud kecerdasan individu. Kecerdasan diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia. Kecerdasan merupakan alat untuk belajar, untuk menyelesaikan masalah, dan menciptakan semua hal yang dapat dimanfaatkan manusia.
(49)
Kecerdasan berkembang di luar individu dan meningkat melalui interaksi dengan orang lain.10
Dunia modern saat ini mengartikan kecerdasan yaitu kemampuan mental seseorang merespon dan menyelesaikan problem dari hal-hal yang bersifat kuantitatif dan fenomenal, seperti matematika, fisika, data-data sejarah, dan sebagainya. Sedangkan ukuran kecerdasan atau IQ merupakan perbandingan kemampuan antara umur mental dan umur kronologis. Menurut Suharsono (2002), membekali anak dengan IQ tinggi saja tidak dapat menjamin bisa hidup sukses. Sebab IQ tinggi baru merupakan bekal yang baik untuk dapat mengenal dan merespon alam semesta. Tetapi IQ tinggi belum dapat mengakomodasi untuk mengenal dan memahami diri sendiri dan sesamanya. Jenis kecerdasan untuk dapat mengenal dan memahami diri sendiri dan sesamanya disebut dengan IE (Intelegence Emotional). IQ dan IE terdapat perbedaan mendasar. IQ lebih menekankan tinjauan pada objek di luar diri manusia, sedangkan IE lebih menekankan pada objek yang berada di dalam diri manusia. Kecerdasan tidak lagi diukur pada skala waktu tertentu dan melalui tes standar semata. Tetapi kecerdasan merupakan proses berkelanjutan yang bermuara pada tercapainya tujuan yang ditargetkan. Berdasarkan konfigurasinya, manusia memiliki spektrum kecerdasan penuh dan setiap individu mampu mewujudkan ciri-ciri kognitif yang sanggup menunculkan keunggulan-keunggulan sesuai dengan bakat dan karakternya. 11
10Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru…hlm 150-151. 11Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru…hlm 152-153
(50)
Penjelasan diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa kompetensi terarah pada tiga aspek yang harus dimiliki seorang dosen, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Tiga aspek tersebut saling berkaitan dan berpengaruh satu sama lain. Tentunya dapat diwujudkan dalam hasil kerja nyata sehingga dapat bermanfaat untuk diri sendiri serta mahasiswa, termasuk lingkungan sekitar.
2. Kompetensi dan Gaya Komunikasi Dosen
Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang. Dikatakan kompeten apabila orang tersebut memiliki kemampuan yang terlihat dan diakui oleh orang lain.
Pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi, hal ini sesuai perspektif kebijakan nasional. Keempat jenis kompetensi tersebut tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional.
a. Kompetensi Pedagogis
Dosen tidak hanya mendidik mahasiswa di dalam kelas, namun juga diluar kelas. Mahasiswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan selalu mencoba hal-hal baru. Tugas dosen yaitu membantu perkembangan keingintahuan tersebut dan membuat mereka lebih ingin tahu. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, yang dimaksud kompetensi pedagogis adalah:
Kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi : (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman
(51)
tentang peserta didik; (c) pengembangan kurikulum / silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.12
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian yaitu “Kemampuan kepribadian yang : (a) berakhlak mulia; (b) mantap, stabil, dan dewasa; (c) arif dan bijaksana; (d) menjadi teladan; (e) mengevaluasi kinerja sendiri; (f) mengembangkan diri; dan (g) religius.”13
c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai sebagian dari masyarakat untuk: (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. (BNSP, 2006: 88).14
Mulyasa menyatakan, ”Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan sosial di lingkungan sekolah. Cara ini antara lain diskusi, bermain peran, dan kunjungan langsung ke
12Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru…hlm. 31. 13Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru…hlm. 42. 14Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru…hlm 53.
(52)
masyarakat dan lingkungan sosial yang beragam.” Hal tersebut juga dapat diterapkan dalam situasi perkuliahan.15
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan metode kelilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.16
Kemampuan atau kompetensi yang ada dalam diri seseorang disebut dengan kompetensi individu. Kompetensi individu menurut John adalah penampilan spesifik yang rasional sebagai harmoni dan pemilihan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dibutuhkan oleh tugas pekerja untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan penuh keberhasilan.17
Seseorang tentu memiliki sikap dalam melakukan proses komunikasi. Sikap tersebut berasal dari diri individu yang bersangkutan dan biasa disebut dengan gaya komunikasi.
Setiap dosen tentu memiliki gaya sendiri dalam berkomunikasi. Gaya komunikasi adalah seperangkat perilaku antar pribadi yang
15Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru…hlm 53. 16Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru …hlm 54.
17Aan Komariah, dkk, Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif (Jakarta: Bumi Aksara,
(53)
terspesialisasi dan digunakan dalam suatu sistem tertentu. Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertetu pula. Kesesuaian dari gaya komunikasi yang digunakan bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver).18
Pengirim dalam hal ini adalah dosen. Dosen tentu mengharapkan bahwa maksud dari penjelasan yang diucapkan akan diterima oleh mahasiswa. Dosen memiliki peran penting pada proses tersebut. Kegiatan pembelajaran bagi sebagian mahasiswa akan terasa jenuh jika pengirim pesan, dalam hal ini dosen, tidak dapat membangkitkan semangat mereka. Sedangkan penerima pesan adalah mahasiswa. Mahasiswa juga dituntut untuk berusaha memahami materi yang disampaikan dosen. Ketika belum memahamimaksud yang disampaikan, mahasiswa tidak boleh merasa malu untuk bertanya.
Namun dalam proses perkuliahan, dosen tidak hanya berperan sebagai pengirim pesan, tapi juga penerima pesan. Begitu pula sebaliknya, mahasiswa juga dapat disebut sebagai pengirim pesan. Hal ini karena setiap mahasiswa perlu menyampaikan ide maupun gagasan saat perkuliahan berlangsung. Saat itu dosen berperan sebagai penerima, dan pada saat itulah dosen perlu menjadi pengirim pesan lagi ketika alur berpikir mahasiswa dirasa kurang benar. Gaya komunikasi dosen akan terlihat pada saat itu.
18Sasa Djuarsa Sendjaja, Materi Pokok: Teori Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994)
(54)
Steward L. Tubbs dan Sylvia Mos menyatakan “Gaya komunikasi ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa, dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one – away communication.”19
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi lebih menyukai jika dosen menggunakan gaya bersahabat atau friendly style, yaitu gaya komunikasi yang ditampilkan seseorang secara ramah, merasa dekat, selalu memberikan respon positif, dan mendukung. Karena efek ini membuat mahasiswa mencari interaksi dengan dosen. Komunikator dalam gaya komunikasi ini menggunakan bahasa tubuh dan komunikasi verbal. Hal tersebut menunjukkan citra diri orang lain dengan menunjukkan bahwa mereka orang yang ramah. Gaya komunikasi ini juga ditandai oleh pengakuan dari prestasi dan nilai dari komunikan.20Hal tersebut terlihat dari hasil observasi dan kuesioner yang dijawab oleh mereka.
Mahasiswa juga menyukai gaya berkesan atau impression style. Hal ini menyebabkan mereka mudah mengingat materi kuliah yang disampaikan dosen. Gaya berkesan adalah gaya komunikasi yang merangsang orang lain sehingga mudah diingat. Orang yang menggunakan gaya ini menyampaikan pesan dengan cara yang unik dan mudah bagi penerima pesan untuk membedakan dari komunikator lainnya. Kualitas ini membuat orang menggunakan gaya meninggalkan kesan mudah diingat.21
19Retno Wijianti, Gaya Komunikasi BBM (Studi pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas
Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Surabaya. 2012.hlm 9
20Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana, 2011).hlm 310. 21Ibid.
(55)
Gaya berkesan yang dimiliki dosen dapat terlihat saat menyampaikan materi, baik itu melalui bahasa yang digunakan maupun gerak tubuh. Kata-kata yang diucapkan dosen akan berkesan jika memiliki gaya tersendiri dan dapat diingat oleh mahasiswa. Sementara gerak tubuh yang unik dapat berkesan di hati mahasiswa. Contohnya dosen menggunakan logat saat berbicara serta sikap santai dan memiliki aura.
Sementara gaya komunikasi yang kurang disukai mahasiswa adalah gaya dominan atau dominant style yaitu gaya seorang individu untuk mengontrol situasi sosial. Dalam gaya dominan ini orang-orang tersebut lebih menyukai memberikan nasehat secara bebas dan sering melakukan tuntutan. Mereka lebih tegas dan cenderung mencari kontrol atas orang lain.22
Tidak dilarang jika dosen memiliki gaya komunikasi dominan. Namun yang menjadi persoalan adalah saat mahasiswa tidak menerima dengan hal itu. Gaya tersebut memiliki arti bahwa mahasiswa dilarang untuk menyampaikan argumen, sebab dosen cenderung mengontrol mahasiswanya. Namun yang terpenting adalah dosen menyesuaikan gaya komunikasi dengan situasi dan kondisi mahasiswa pada saat proses perkuliahan.
3. Kompetensi Komunikasi Dosen dan Pemahaman Materi Kuliah
Menurut Onong Uchjana Effendi, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain sebagai konsekuensi dari hubungan sosial. Sehingga dapat
(56)
dinyatakan bahwa komunikasi adalah upaya seseorang untuk merubah, mempengaruhi dan memberikan ide, gagasan, perasaan dan perilaku orang lain agar terdapat persamaan pengertian sesuai dengan yang dikehendakinya, baik secara langsung ataupun tidak langsung yang dapat dilakukan dengan isyarat, lisan, tertulis, visual, maupun audio visual23.
Komunikasi yang dilakukan oleh dosen terhadap mahasiswa dimaksud untuk memberikan ide berupa pengetahuan baru dalam konteks keilmuan. Hal tersebut dapat tersalurkan setiap kesempatan, misalnya saat berlangsung proses pembelajaran di kelas.
Dosen tentu menginginkan agar dirinya terlihat berwibawa saat melakukan proses pembelajaran. Kewibawaan yang dibentuk karena kepintaran dan kecerdasan cenderung dapat bertahan lama. Karena kewibawaan tersebut berasal dari dirinya sendiri, bukan orang lain. Beberapa cara yang dilakukan seseorang untuk menjaga kewibawaannya antara lain menjaga penampilan (rapi dan sopan), selalu menjaga sikap dan perilaku, meningkatkan kualitas diri, cerdas bertutur, pandai menjaga diri (kapan harus bicara, kapan harus diam).24
Komunikasi yang dilakukan dosen saat melakukan proses pembelajaran, tentu berbeda dengan komunikasi yang dilakukan saat berbincang santai dengan teman maupun keluarga. Mahasiswa tentunya menantikan keterangan yang bersifat ilmiah.
Tentunya kegiatan tersebut memiliki fungsi. Fungsi komunikasi mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri,
23Yoyon Mudjiono, Ilmu Komunikasi (Surabaya : Jaudar Press, 2012), hlm. 7.
24Mulyana A.Z, Rahasia Menjadi Guru Hebat Memotivasi Diri Menjadi Guru Luar Biasa
(57)
serta aktualisasi diri25. Komunikasi yang bersifat menghibur serta memupuk hubungan dengan mahasiswa dapat dibuat selingan sehingga tidak bersifat monoton.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi dosen adalah proses penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh dosen kepada mahasiswa yang bertujuan untuk memberikan ide berupa pengetahuan baru dalam konteks keilmuan.
Kemampuan atau ketidakmampuan dalam menguasai satu jenis keterampilan akan mengakibatkan tidak tepatnya perilaku komunikasi yang ditampilkan. Perilaku komunikasi yang ditunjukkan dosen pada mahasiswa berupa kemampuannya dalam berbicara serta bersikap. Kemampuan ini akan membantu dosen dalam menginterpretasikan bentuk linguistik.
Memenuhi keterampilan tersebut, seorang dosen perlu memiliki kompetensi komunikasi. Singkatnya kompetensi komunikasi akan melibatkan segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan bahasa.26
Cooley dan Roach, menyatakan bahwa kompetensi komunikasi merupakan demonstrasi dari pengetahuan tentang komunikasi yang diwujudkan dengan tepat melalui keterampilan berkomunikasi. Sedangkan Larson, Backlund, Redmond & Barbour menyatakan bahwa kompetensi komunikasi meliputi kemampuan seorang individu untuk mendemonstrasikan pengetahuannya tentang perilaku komunikasi yang
25Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar…hlm 6 26Ibid, hlm 44.
(58)
tepat pada situasi yang ada. Sedangkan Salleh menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa kompetensi komunikasi merupakan kemampuan beradaptasi seseorang dalam setiap situasi komunikasi dengan menampilkan kemampuan komunikasi berdasarkan pengetahuan yang tepat untuk setiap konteks dan situasi komunikasi. 27
Bentuk yang paling nyata dalam komunikasi adalah bahasa. Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai suatu sistem lambang yang terorganisasi, disepakati secara umum, dan merupakan hasil belajar, yang digunakan untuk menyajikan pengalaman-pengalaman dalam suatu komunitas geografis atau budaya.28 Dalam bahasa, ada beberapa poin yang perlu diperhatikan. Hal tersebut mengenai kata-kata dan makna serta nada suara dan emosi.
Orang yang mengatakan dengan jelas dan singkat mengenai hal yang ingin dimaksudkan, maka orang tersebut bisa diandalkan dan jujur. Mengenai makna, Devito menyatakan bahwa isyarat mempunyai kebebasan makna ; mereka tidak memiliki karakteristik atau sifat dari benda atau hal yang mereka gambarkan. Manusia berkomunikasi tidak hanya dengan kata-kata saja. Nada suaranya, ekspresi wajahnya, gerak-geriknya, semua itu mengandung makna yang perlu diperhitungkan. Jadi, tidak hanya bahasa yang dapat membingungkan tetapi juga gerak-gerik
27http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30841/4/Chapter%20II.pdf, diakses pada 5
Februari 2015 pukul 08.58 WIB.
(1)
kompetensi komunikasi dosen terhadap Pemahaman materi kuliah mahasiswa adalah positif 0,652. Ini artinya bahwa korelasi antara kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman materi kuliah mahasiswa berada dalam katergori “Kuat”. Sementara itu, nilai positif mengindikasikan pola hubungan antara kompetensi komunikasi dosen terhadap pemahaman materi kuliah mahasiswa adalah sempurna, artinya semakin tinggi kompetensi komunikasi dosen maka akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman materi kuliah oleh mahasiswa. Sedangkan nilai Sig.(2-tailed) adalah 0,000. Nilai ini < 0,05, maka artinya bahwa hubungan yang terjadi antara kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman materi kuliah mahasiswa adalah signifikan.
3. Ada pengaruh kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman materi kuliah Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi. Hal tersebut terlihat dari hasil uji regresi linier 0,014. Nilai ini <0,05. Sementara hasil uji korelasi product moment didapat hasil positif 0,569. Nilai tersebut menunjukkan korelasi antara kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi berada dalam kategori “Sedang”. 4. Ada pengaruh kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman
materi kuliah Mahasiswa Prodi Komunikasi Penyiaran Islam. Hal tersebut terlihat dari hasil uji regresi linier 0,005. Nilai ini <0,05. Sementara hasil uji korelasi product moment didapat hasil positif 0,628. Nilai tersebut menunjukkan korelasi antara kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman mahasiswa Prodi Komunikasi Penyiaran Islam berada dalam kategori “Kuat”.
(2)
132
5. Ada pengaruh kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman materi kuliah Mahasiswa Prodi Manajemen Dakwah. Hal tersebut terlihat dari hasil uji regresi linier 0,004. Nilai ini <0,05. Sementara hasil uji korelasi product moment didapat hasil positif 0,65. Nilai tersebut menunjukkan korelasi antara kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman mahasiswa Prodi Manajemen Dakwah berada dalam kategori “Kuat”.
6. Ada pengaruh kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman materi kuliah Mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam. Hal tersebut terlihat dari hasil uji regresi linier 0,032. Nilai ini <0,05. Sementara hasil uji korelasi product moment didapat hasil positif 0,507. Nilai tersebut menunjukkan korelasi antara kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam berada dalam kategori “Sedang”.
7. Ada pengaruh kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman materi kuliah mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Islam. Hal tersebut terlihat dari hasil uji regresi linier 0,000. Nilai ini <0,05. Sementara hasil uji korelasi product moment didapat hasil positif 0,777. Nilai tersebut menunjukkan korelasi antara kompetensi komunikasi dosen terhadap tingkat pemahaman mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Islam berada dalam kategori “Kuat”.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti merekomendasikan hal-hal di bawah ini kepada :
(3)
1. Dosen
a. Dosen harus bisa menciptakan hubungan sosial yang baik dengan mahasiswa, baik dalam proses pembelajaran maupun di keseharian. b. Dosen harus memiliki empat kompetensi dasar yaitu kompetensi
pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Empat kompetensi tersebut dapat mendukung kompetensi komunikasi dosen. Sehingga tingkat pemahaman materi kuliah mahasiswa meningkat.
c. Dosen perlu memiliki kompetensi komunikasi. Karena dari penelitian yang telah dilakukan, kompetensi komunikasi berpengaruh sangat kuat terhadap tingkat pemahaman materi kuliah mahasiswa.
d. Dosen dapat menggunakan gaya bersahabat dalam berkomunikasi dengan mahasiswanya. Sebab mayoritas mahasiswa menyukai gaya komunikasi tersebut. Mahasiswa akan memberikan respon positif karena sikap dosen yang ramah dan dekat.
e. Dosen sebaiknya membuat inovasi dalam menyampaikan materi mata kuliah pada mahasiswa sehingga memunculkan ketertarikan dan semangat untuk belajar. Salah satunya dengan memancing kreatifitas komunikasi mahasiswa guna meningkatkan pemahamannya.
2. Praktisi Pendidikan.
Praktisi pendidikan diharapkan mampu meningkatkan kompetensi komunikasi. Sebab peran praktisi pendidikan yaitu memberikan pemahaman materi kuliah kepada mahasiswa, lebih jauh lagi agar mahasiswa termotivasi dan memiliki semangat belajar. Di samping itu
(4)
134
untuk perbaikan proses pembelajaran, diharapkan pihak fakultas memberikan suatu pelatihan kepada dosen guna meningkatkan kompetensi komunikasi.
3. Mahasiswa.
Mahasiswa diharapkan terus meningkatkan kecerdasannya. Sebab hal tersebut berpengaruh pada tingkat pemahaman mereka mengenai materi kuliah yang didapat. Meningkatkan kecerdasan dapat dilakukan dengan kegiatan membaca dan menulis. Membaca buku maupun artikel ilmiah serta menulis karangan ilmiah dapat meningkatkan kecerdasan. Oleh karena itu mahasiswa harus memilik semangat yang tinggi untuk menggali ilmu lebih dalam serta berusaha memahami materi yang disampaikan oleh dosen.
Aspek keislaman dari penelitian ini yaitu menitikberatkan pada ilmu pengetahuan. Hadist yang berkaitan yaitu :
َﯿْﻧﱡﺪﻟا َداَرَا ْﻦَﻣ
ِﮫْﯿَﻠَﻌَﻓ ﺎِﻤُھَداَرَا ْﻦَﻣَو ِﻢْﻠِﻌْﻟﺎِﺑ ِﮫْﯿَﻠَﻌَﻓ َةَﺮِﺧَ ْﻷا َداَرَا ْﻦَﻣَو ِﻢْﻠِﻌْﻟﺎِﺑ ِﮫْﯿَﻠَﻌَﻓ ﺎ
ِﻢْﻠِﻌْﻟﺎِﺑ
ٌﻢِﻠْﺴُﻣَو ىِرﺎَﺨُﺒْﻟا ُهاَوَر)
(
Artinya :
“Barang siapa yang menghendaki kebaikan di dunia maka dengan ilmu. Barang siapa yang menghendaki kebaikan di akhirat maka dengan ilmu. Barang siapa yang menghendaki keduanya maka dengan ilmu” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hadist tersebut mengisyaratkan bahwa seseorang dapat melakukan kebaikan di dunia dan akhirat dengan ilmu. Hubungan dengan penelitian ini adalah keilmuan komunikasi yang dapat diterapkan untuk dosen dan mahasiswa.
(5)
Akbar Hawadi, Reni. 2002. Identifikasi Keberbakatan Intelektual Melalui Metode
Non Tes Jakarta: PT Gramedia.
Atmaja Prawira, Purwa. 2014. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta : Prenada Media Group.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif,
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djuarsa Sendjaja, Sasa. 1994. Materi Pokok: Teori Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka.
Komariah, Aan dkk. 2005. Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Kriyantono, Rachmat. 2014. Teori Public Relations Perspektif Barat & Lokal :
Aplikasi Penelitian dan Praktik, Jakarta : Kencana.
Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi, Bandung : Widya Padjadjaran. Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna, Jakarta: Kencana. Mudjiono, Yoyon. 2012. Ilmu Komunikasi, Surabaya : Jaudar Press.
Muhid, Abdul. 2012. Analisis Statistik, Sidoarjo : Zifatama.
Mulyana A.Z. 2010. Rahasia Menjadi Guru Hebat Memotivasi Diri Menjadi Guru
Luar Biasa, Jakarta: PT Grasindo.
Mulyana. Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Musfah, Jejen. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru, Jakarta : Predana Media Group.
Na’im, Ngainun. 2011. Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Noor, Juliansyah. 2011. Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Rakhmat, Jalaluddin. 2011. Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Santrock, John W. 2014. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Salemba Humanika. Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Schmoker, Mike. 2012. Menjadi Guru yang Efektif , Jakarta: Penerbit Erlangga. Sihabudin, Ahmad. 2011. Komunikasi Antarbudaya Satu Perspektif Multidimensi,
Jakarta : Bumi Aksara.
Sudjana, Nana. 2010. Evaluasi Proses dan Hasil Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: CV Alfabeta.
Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif , Yogyakarta: Hikayat.
Supriadie, Didi dkk. 2012. Komunikasi Pembelajaran, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Syamsudin Makmun, Abin. 2012. Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem
(6)
Taniredja, Tukiran dkk. 2011. Penelitian Kuantitatif Sebuah Pengantar, Bandung: Alfabeta.
Wijaya, Dedy Kusumah. Juli 2014. “Pentingnya Komunikasi Organisasi, Motivasi Kerja, dan Kompensasi untuk Meningkatkan Kinerja Guru”. Jurnal Ilmu
Ekonomi dan Sosial, Vol. 3. No 1. Jakarta.
Wijianti, Retno. 2012. Gaya Komunikasi BBM (Studi pada Mahasiswa Ilmu
Komunikasi Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Surabaya: Skripsi
Zuhriyah, Luluk Fikri. Maret 2004. “Pengembangan Desain Model Kurikulum Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Berbasis Kompetensi Tuntutan Masa Depan”. Wacana Jurnal Studi Islam. Vol. 4, No. 1. Surabaya.
Data mahasiswa, diakses pada 7 Januari 2016 di akademik fakultas.
Pedoman Teknis Penulisan Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi, diakses pada 8 September 2015.hlm 10.
Rekapitulasi mahasiswa aktif Fakultas Dakwah dan Komunikasi, diakses pada 1 Oktober 2015 di akademik fakultas.
http://fdik.uinsby.ac.id/index.php/profil/visi-dan-misi, diakses pada 1 Januari 2016 pukul 10.23 WIB.
http://fdik.uinsby.ac.id/index.php/profil/struktur-organisasi, diakses pada 1 Januari 2016 pukul 10.23 WIB.
http://fdik.uinsby.ac.id/index.php/fasilitas, diakses pada 1 Januari 2016 pukul 10.24 WIB.
http://fdik.uinsby.ac.id/index.php/organisasi, diakses pada 1 Januari 2016 pukul 10.25 WIB.
http://fdik.uinsby.ac.id/index.php/dosen, diakses pada 1 Januari 2016 pukul 10.25 WIB.
http://id.shvoong.com/social.sciences/education/2203596-pengertian-pemahaman/, diakses pada 5 Januari 2016 pukul 10.45 WIB.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30841/4/Chapter%20II.pdf, diakses pada 5 Februari 2015 pukul 08.58 WIB.