GAYA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DI FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN AMPEL SURABAYA.

(1)

GAYA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DI FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN AMPEL

SURABAYA SKRIPSI Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Disusun oleh : MOH.MATHORI

NIM. B04211018

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Moh. Mathori, 2016. Gaya Kepemimpinan Perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya.

Dinamika kehidupan manusia selalu dinamis, perubahan zaman, perkembangan teknologi semakin canggih dan tidak dapat dibendung. Semakin hari perubahan itu semakin nyata seiring perubahan pola pikir manusia dan telah membuka gerak langkahnya bagi perempuan untuk berkiprah ke dunia publik (pemimpin). Hal demikian yang menjadi latar belakang bagi penulis untuk menyusun skripsi yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana gaya kepemimpinan seorang perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kemudian data yang didapatkan di lapangan akan dianalisa dan digambarkan dalam bentuk narasi.

Selanjutnya hasil penelitian ini menggambarkan bahwa gaya kepemimpinan perempuan yaitu Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya Dr. H. Rr. Suhartini, M.Si menggunakan gaya kepemimpinan demokratis. Terlihat bagaimana seorang pemimpin dalam memberikan peran terhadap anggotanya yang selalu terbuka terhadap saran, pendapat, maupun kritik yang membangun untuk mencapai tujuan organisasi yang lebih baik.

Selain saran, pendapat, dan kritik, musyawarah mufakat merupakan ciri dari kepemimpinan demokratis. Dalam pengambilan keputusan serta kebijakan dari seorang pemimpin, pemimpin selalu melibatkan anggota yang telah dipimpin guna untuk mencapai tujuan bersama-sama dalam mengembangkan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya yang lebih baik sesuai dengan visi dan misi yang telah dirumuskan.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Definisi Konsep ... 12

F. Sistematika Pembahasan ... 13

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 15

B. Kerangka Teori ... 18

C. Pengertian Dekan ... 34

D. Pengertian Fakultas ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 38

B. Lokasi Penelitian ... 39

C. Jenis dan Sumber Data ... 39

D. Tahap-tahap Penelitian ... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

F. Teknik Validitas Data ... 48

G. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambar Umum Obyek Penelitian ... 53

1. Identitas Fakultas Dakwah dan Komunikasi ... 53

2. Sejarah Singkat ... 53

3. Letak Geografis ... 56

4. Profil Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi ... 58

5. Struktur Organisasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi ... 59

6. Visi, Misi, dan Tujuan ... 61

7. Program Studi ... 62

8. Tenaga Pendidik dan Kependidikan... 65

B. Penyajian Data ... 67


(8)

BAB V PENUTUP

A. Kesempulan ... 87

B. Saran dan Rekomendasi ... 88

C. Keterbatasan Penelitian ... 89

D. Peliti Selanjutnya ... 89 DAFTAR PUSTAKA


(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesuksesan maupun kegagalan dari berbagai organisasi umumnya tergantung pada perilaku para pemimpinnya. Pada umumnya motivasi bawahan, antusiasme, harapan masa depan dan bahkan kemampuan bawahan untuk menunjukkan usahanya akan tergantung pada bagaimana baiknya para pemimpin melakukan tugas dan kewajibannya sebagai pemimpin. Belakangan ini banyak seorang ahli sosial, kaum akademisi (mahasiswa) atau pun yang lainnya memusatkan dan membicarakan tentang kepemimpinan seorang perempuan.

Dari perbincangan atau diskusi, ada pula yang menilai terhadap perempuan tidak di perbolehkan untuk menjadi seorang pemimpin. Peranan seorang perempuan dimata masyarakat kerap kali menjadi sebuah persoalan, dimana masyarakat menilai bahwa perempuan hanya diperbolehkan untuk beraktivitas didalam rumah untuk menjadi ibu rumah tangga, mengurus suami beserta anak-anaknya dan tidak diperbolehkan beraktivitas diluar rumah (publik). Persoalan perempuan merupakan hal yang sangat menarik untuk di perbincangkan dan perspektif manusia berbeda-beda dalam memberikan pengertian sekaligus menganalisa terkait perempuan dalam hal ini tentang kepemimpinan seorang perempuan.

Didalam pandangan Islam, seorang perempuan menjadi pemimpin terjadi sebuah perdebatan yang sangat kuat antara memperbolehkan dan


(10)

2

tidak memperbolehkan bagi seroang perempuan untuk menjadi seorang pemimpin. Pada kenyataannya sebagian masyarakat berpendapat bahwa perempuan itu tidak boleh menjadi seorang pemimpin dan ada juga sebagian beranggapan bahwa pemimpin itu harus laki-laki karena laki-laki lebih unggul dibandingkan perempuan. Sesuai dengan Firman Allah SWT yang berbunyi sebagai berikut ;









































































































Artinya : kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri, ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari


(11)

3

jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi

Maha besar. ( QS : An Nisa’ : 34)1

Dari uraian diatas, ayat diatas dijadikan sebagai referensi atau rujukan oleh masyarakat yang tidak memperbolehkan bahkan melarang bagi seorang perempuan untuk menjadi seorang pemimpin karena seorang laki-laki adalah sebagai pemimpin bagi seorang perempuan.

Seiring dengan perkembangan zaman dan modernitas dimana seorang individu bebas bergerak dengan kemampuan maupun kreatifitas yang dimilikinya. Kemajuan dan perkembangan zaman sangat cepat dimana pola pikir maupun pradigma masyarakat mengalami perubahan dimana sebelumnya perempuan hanya beraktivitas didalam rumah menjadi ibu rumah tangga, melayani suami dan menjaga anaknya. Pernyataan seorang perempuan hanya boleh beraktivitas didalam rumah semakin hari semakin memudar karena sudah bermunculan seorang perempuan yang mempunyai jabatan dan kedudukan yang sejajar dengan laki-laki baik itu dalam pemerintahan maupun kemasyarakatan.

Kepemimpinan perempuan di Indonesia sendiri terjadi sebuah perdebatan yang sangat kuat ketika sosok Megawati Soekarno Putri terpilih menjadi seorang Presiden Indonesia menggantikan Presiden Abdurrahman Wahid melalui sidang MPR pada pemilu 1999. Tampil seorang Megawati Soekarno Putri (Seorang Prempuan) sebagai pemimpin perempuan pertama kali dalam sejarah berdirinya Negara Kesatuan

1


(12)

4

Republik Indonesia yang di usung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) mendapatkan perolehan suara terbesar dalam pemilu 1999.2 Tampilnya Megawati Soekarno Putri sebagai Presiden Republik Indonesia terjadi perdebatan yang sangat kuat dikalangan masyarakat, apalagi dikalangan masyarakat yang punya latar belakang pondok pesantren. Mereka beranggapan bahwa seorang perempuan tidak di perbolehkan untuk menjadi seorang pemimpin.

Uraian diatas tentang Megawati Soekarno Putri membuktikan bahwa seorang perempuan tidak lagi harus beraktivitas didalam rumah menjadi ibu rumah tangga dan tidak harus pesimis dengan anggapan orang yang tidak memperbolehkan seorang perempuan untuk menjadi seorang pemimpin.

Dekan merupakan seorang pemimpin di tingkat Fakultas yang bertanggung jawab dalam penyelenggara pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, serta membina civitas akademika maupun tenaga pendidik dan kependidikan; dekan juga bertanggung jawab atas mutu hasil (Tridharma Perguruan Tinggi) pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh Fakultas yang dipimpinnya.3

Seiring berjalannya waktu terus bergulir, tampillah sosok seorang perempuan kelahiran Kota Blitar yaitu Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si untuk

2

Ani Wadyai soejipto, 2005, Politik Perempuan Bukan Gerhana, Kompas, Jakarta, hal. 2 3

Peraturan Meteri Agama Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2016 Tentang Statuta Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, hal. 6


(13)

5

berkiprah dalam kedunia publik (pemimpin). Tidak diragukan lagi kemampuan serta kecerdasan yang dimiliki oleh Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si untuk menjadi pemimpin di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Berbagai pengalaman dan prestasi yang diperoleh olehnya menunjukan bahwa Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.S.i benar-benar melakukan kerja keras dalam mencapai atau mewujudkan apa yang dicita-citakan untuk kemaslahatan umum.

Perempuan kelahiran Kota Blitar pada tanggal 13 Januari 1958 terpilih menjadi pimpinan (dekan) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya pada tanggal 15 Agustus 2013. Beliau merupakan seorang pemimpin perempuan pertama kali dalam sejarah sebagai pemimpin perempuan di lingkungan civitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya. Beliau menjadi pemimpin (dekan) perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi periode 2014-2018.

Sebelum menjadi dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, berbagai proses yang begitu panjang untuk mencapai puncak (pemimpin). Adapun riwayat jabatan struktural yang pernah beliau tempuh di Fakultas Dakwah dan komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya meliputi :

1. Sekretaris Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 1990-1996

2. Ketua Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 1996-2001


(14)

6

3. Pembantu Dekan II Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2001-2004

4. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya periode 2014-2018.

Berbagai pengalaman dalam riwayat jabatan struktural yang ditempuh sampai saat ini merupakan prestasi sekaligus kerja keras yang dilakukan oleh Dr. Hj. Rr. Suhartini, M. Si. Untuk menunjukkan bahwa sosok seorang perempuan mampu menunjukkan bahwa tidak harus orang laki-laki untuk menjadi pemimpin. Yang menentukan antara pemimpin laki-laki dan perempuan hanya dengan kemampuan dan kecerdasaan yang dimiliki setiap manusia serta tanggung jawab sebagai pemimpin.

Jabatan struktural sebagai pemimpin (dekan) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya yang diperoleh oleh Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si bukan semata karena kebetulan atau hanya sebatas lompatan melainkan karena kemampunan, kecerdasan, ketekunan, kerja keras, tanggung jawab dan pengalaman yang dimiliki oleh Dr. Hj. Rr. Suhartini, M. Si.

Selain pengalaman, prestasi, dan jabatan struktural yang dimiliki oleh Dr. Hj. Rr. Suhartini, M. Si ada berbagai macam karya tulis atau buku yang pernah beliau tulis selama ini, diantara karya tulisannya adalah sebagai berikut :


(15)

7

a. Dampak Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat Korban Langsung Luapan Lapindo : suatu tinjaun Strukturasi Giddens, tahun 2008

b. Metode Penelitian Kualitatif ( Dakwah Digital Press), tahun 2009 c. Trancam Lapindo : Studi Makna Religius Masyarakat Korban Lapindo

(Dakwah Digital Press), tahun 2009

d. State of The Art Phenomenology (Dakwah Digital Press), tahun 2009 e. Anatomi Teori Dekonstruksi Jasques Derrida (Dakwah Digital Press),

tahun 2009

f. Kajian Sosial Ekonomi Optimalisasi Jembatan Suramadu Tahun 2010 : Analisis Teori Konstruksi Sosial, tahun 2010

g. Geneologi Pemikiran Kontemporer Islam dan Aplikasinya di Perguruan Tinggi (IAIN Sunan Ampel Press), tahun 2011

Dari berbagai macam uraian diatas, bahwa Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si memiliki latar belakang yang sangat banyak dalam berkarir sekaligus berkiprah ke dunia publik. Prestasi serta pengalaman dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa beliau benar-benar memiliki kemampuan dalam kepemimpinan, ilmu pengetahuan, dan penelitian.

Secara definisi organisasi adalah merupakan wadah atau tempat sekumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan bersama-sama.4 Dari uraian tersebut, organisasi atau lembaga membutuhkan seorang pemimpin untuk mengatur, mengarahkan dan menggerakkan yang pimpinnya agar organisasi tersebut berjalan dengan apa yang diinginkan secara

4


(16)

8

sama. Seorang pemimpin tidak hanya mengatur, mengarahkan, dan menggerakkan bawahanya akan tetapi gaya kepemimpinan sangat dibutuhkan dalam menjalankan organisasi yang dipimpinnya.

Adapun pengertian manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.5

Dari uraian pengertian manajemen diatas, penulis menyimpulkan bahwa manajemen dapat di definisikan sebagai bekerja dengan orang-orang untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, dan kepemimpinan.

Dalam teori The Great Man menyatakan bahwa seorang yang dilahirkan sebagai pemimpin ia akan menjadi pemimpin apakah ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai pemimpin. Contoh dalam sejarah ialah Napoleon. Ia dikatakan mempunyai kemampuan alamiah sebagai pemimpin, yang dapat menjadikannya sebagai pemimpin besar pada zamannya.6

Pada umumnya, kegagalan organisasi manapun itu disebabkan kepemimpinan yang tidak efektif, mereka tidak mampu memimpin

5

Hani Handoko, 2011, Manajemen, BPFE, Yogyakarta.hal.2 6

Miftah Thoha, 1995, Kepemimpinan Dalam Manajemen, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. hal. 32


(17)

9

bawahannya, tidak bisa bekerja sama dengan orang lain atau bahkan mereka tidak bisa menguasai, mengendalikan diri sendiri, dan berbagai kekeliruan terjadi sehingga roda organisasi tidak berjalan efektif sesuai rencana yang di inginkan secara bersama. Misalnya, bawahan tidak bisa dimotivasi untuk bekerja yang lebih baik, kurang disiplin, demikian pula dengan relasi organisasi tidak terjalin kerjasama yang baik dengan lainnya dan juga perilaku pemimpin sendiri yang tidak bisa memberi contoh terhadap bawahannya yang dipimpin. Seperti dalam Firman Allah SWT.











































































Artinya : Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." ( QS : Al Baqorah : 30 )7

Dalam uraian ayat diatas, dapat dijelaskan bahwa manusia mempunyai keistimewaan sendiri dibandingkan dengan makhluk ciptaan

7


(18)

10

Tuhan yang lainnya dimuka bumi ini. Keistimewaan ini bisa dilihat dari sisi penciptaan fisik maupun personalitas krakter yang dimiliki oleh manusia dan yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah dengan akalnya. Karena keistimewaan itu, manusia memiliki tugas dan kewajiban yang berbeda dengan makhluk lainnya..

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang di uraiakan diatas maka masalah umum yang hendak dicarikan jawaban melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana Gaya Kepemimpinan Perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan diatas, maka peneliti bertujuan untuk menggambarkan bagaimana Gaya Kepemimpinan Perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Dengan adanya penelitian tentang gaya kepemimpinan, peniliti mengembangkan pemahaman tentang teori-teori yang berhubungan dengan teori gaya kepemimpinan untuk menjawab rumusan masalah diatas.


(19)

11

b. Manfaat Praktis

Peneliti berharap penelitian ini menjadi acuan atau referensi bagi :

a) Obyek Peneliti

Dari penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberi masukan tentang gaya kepemimpinan perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. b) Bagi Peniliti

Dapat memberikan tambahan khasanah keilmuan maupun wawasan bagi peneliti bagaimana mengaplikasikan teori kepemimpinan dan gaya kepemimpinan pada kehidupan sehari-hari yang diperoleh selama proses belajar di Program Studi Manajemen Dakwah (MD) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

c) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya Dengan adanya penelitian tentang Gaya Kepemimpinan Perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Peneliti mengharap para jajaran Fakultas Dakwah dan Komunikasi diharapkan dapat menjadi masukan dalam memimpin organisasisi maupun lembaga dan mampu mengambil pengetahuan beserta referensi dalam hal gaya kepemimpinan perempuan.


(20)

12

1. Gaya kepemimpinan

Menurut Miftah Thoha mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan norma prilaku yang digunankan oleh seorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi prilaku orang lain atau bawahan yang dipimpin.8

dari uraian diatas tentang gaya kepemimpinan dapat dijelaskan bahwa setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda bagaimana gaya tersebut mampu di aplikasikan untuk mempengaruhi anggota yang di pimpin dan seorang pemimpin harus memahami situasi agar mampu menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan akan diterapkan terhadap anggota yang di pimpin.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat di uraikan bahwa gaya kepemimpinan perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikas UIN Sunan Ampel Surabaya yang dimaksud oleh peneliti adalah norma prilaku pimpinan (dekan) sebagai pemimpin tertinggi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi dalam memimpin anggota yang di pimpin serta bagaimana mengaplikasikan gaya kepemimpinan dalam melakukan aktivitas sehari-harinya.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan runtutan sekaligus untuk mempermudah penulisan skripsi, maka dalam skripsi ini dibagi beberapa

8


(21)

13

bab dalam beberapa bab terdapat sub-sub bab sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Adapun susunan sistematika pembahasan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

a) Latar Belakang Masalah b) Rumusan Masalah c) Tujuan Penelitian d) Manfaat Penelitian e) Definisi Konsep

f) Sistematika Pembahasan

BAB II : KAJIAN TEORITIK

a) Penelitian Terdahulu Yang Relevan

b) Kerangka Teori Dalam Perspektif Islam (Sub-bab khusus)

BAB III : METODE PENELITIAN

a) Pendekatan dan Jenis Penelitian b) Lokasi Penelitian

c) Jenis dan Sumber Data d) Tahap-tahap Penelitian e) Tekhnik Pengumpulan Data f) Teknik Validitas Data g) Teknik Analisis Data


(22)

14

a) Gambaran Umum Obyek Penelitian b) Penyajian Data

c) Pembahasan Hasil Penelitian (Analisis Data)

BAB V : PENUTUP

a) Kesimpulan

b) Saran dan Rekomendasi c) Keterbatasan Penelitian

Bagian akhir dalam penulisan skripsi ini adalah daftar pustaka, lampiran-lampiran meliputi instrumen penelitian seperti pedoman wawancara, observasi, dokumentsi, surat keterangan hasil penelitian, kartu konsultasi kepada dosen pembimbing, biodata dekan, dan biodata penulis.


(23)

15

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Gaya Kepemimpinan Perempuan Dalam Lembaga Pendidikan Islam (Studi Kasus di MTs Negeri Yogyakarta 1) yang disusun oleh Dennis Haruna Nim 05470030 Fakultas Tarbiyah Jurusan/Program Studi Kependidikan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2009.1

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisis mengenai bagaimana model kepemimpinan kepala sekolah perempuan dilembaga pendidikan islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan mengambil latar MTs Negeri Yogyakarta 1. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data yang diperoleh dengan menggunakan metode deskriptif-analitik yakni menganalisa data yang diperoleh sesuai dengan data dari lapangan dan sumber data pada penelitian ini diantara kepala sekolah perempuan, 10 guru, dan 10 karyawan.

Hasil penelitian ini adalah model kepemimpinan perempuan kepala sekolah di MTs Negeri Yogyakarta 1 merupakan orang yang menggunakan model kepemimpinan kontingensi fiedler, terlihat dengan adanya hubungan baik antara pemimpin dan anggotanya, kepercayaan diantara pemimpin dan anggotanya, kepribadian pemimpin yang baik,

1

Dennis Haruna, 2009. Model Kepemimpinan Perempuan Dalam Lembaga Pendidikan Islam (Studi Kasus di MTs Negeri Yogyakarta 1), Skripsi, Jurusan/Program Studi Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.


(24)

16

ketegasan, loyalitas pemimpin, dan rasa hormat anggotanya terhadap pemimpin serta struktur kerja yang jelas.

Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Perempuan (Studi Kepala Desa Suka Jaya dan Kepala Desa Paya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran) yang di susun oleh Siti Fei Kenia Nournabilla Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Lampung Tahun 2014.2

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Data yang didapatkan di lapangan akan diolah dan disajikan dalam bentuk teks narasi. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa kedua Kepala Desa Suka Jaya dan Kepala Desa Paya dalam pelaksanaan gaya kepemimpinannya yaitu menerapkan gaya kepemimpinan transformasional dan menerapkan gaya kepemimpinan situasional. Hal ini berdasarkan pelaksanaan fungsi-fungsi kepemimpinan. Gaya Kepemimpinan Kedua Kepala Desa tersebut menganggap staf/rekan kerja sebagai “teman” yang dihargai. Terjalinnya pertemanan antara pemimpin dengan bawahan dapat menciptakan hubungan kerja sama yang baik dan kepemimpinan yang efektif.

Dari uraian diatas, persamaan dan perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh Dennis Haruna dan Siti Fei Kenia Nournabilla dengan

2

Siti Fei Kenia Nournabilla, 2014. Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Perempuan (Studi Kepala Desa Suka Jaya dan Kepala Desa Paya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)


(25)

17

peneliti Gaya Kepemimpinan Perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya sama-sama meneliti tentang Gaya Kepemimpinan dengan menggunakan penelitian kualitatif dan pengumpulan data dengan metode yang sama yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi akan tetapi perbedaan terletak pada objek penelitian serta analisis data yang diperoleh dengan metode deskriptif-analitik sedangkan peneliti sendiri mengunakan metode penelitian kualitatif deskriptif-naratif serta menggunakan teknik observasi partisipatif dan gaya kepemimpinan yang berbeda.

Dari penelitian terdahulu yang di uraikan diatas agar lebih jelas dapat dibuat tabel sebagai berikut :

Tabel 2.1

No Nama

Peneliti Jenis Karya Tahun Penelitian Metode Penelitian

Hasil Temuan Perbedaan

11 Dennis Haruna

Skripsi 2009 Kualitatif Deskriptif

Model

Kepemimpinan perempuan kepala sekolah di MTs Negeri Yogyakarta 1 menggunakan model kepemimpinan kontingensi fiedler. Obyek Penelitian, Lokasi

Penelitian, dan analisis data menggunakan metode deskriptif-analitik


(26)

18

2 Siti Fei Kenia Nournabill a

Skripsi 2014 Kualitatif Deskriptif

Kepala Desa Suka Jaya dan Kepala Desa Paya dalam pelaksanaan gaya kepemimpinan menerapkan gaya kepemimpinan transformasion

al dan

menerapkan gaya kepemimpinan situasional. Obyek Penelitian, Lokasi Penelitian, Analisis data menggunakan metode deskriptif-naratif, dan Observasi partisipatif.

B. Kerangka Teori

1. Pengertian Kepemimpinan

Didalam kajian pustaka terdapat banyak pengertian kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar tentang kepemimpinan menurut perspektifnya masing-masing. Dari berbagai pengertian tentang kepemimpinam terdapat banyak kesamaan diantara pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh beberapa pakar maupun tokoh yang memungkinkan adanya pengkelompokan terhadap pengertian tentang kepemimpinan kemudian disederhanakan untuk memahami lebih jelas tentang arti, makna, dan pengertian kepemimpinan.


(27)

19

Secara etimologi kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” (lead) berarti bimbing atau tuntun, dengan begitu di dalam terdapat dua pihak yaitu yang dipimpin (rakyat) dan yang memimpin (imam). Setelah ditambah awalan “pe” menjadi “pemimpin” (leader) berarti orang yang mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan kominikasi sehingga orang lain tersebut bertindak sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Dan setelah ditambah akhiran an menjadi pimpinan artinya orang yang mengepalai. Apabila dilengkapi dengan awalan ke menjadi kepemimpinan (leadership) berarti kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakuakan tindakan pencapaian tujuan bersama, sehingga dengan demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok yang dipimpin.3

Dari uraian diatas dapat dijelaskan secara sederhana bahwa kepemimpinan merupakan aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar orang lain tersebut mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini tujuan organisasi atau lembaga yang dipimpin oleh seorang pemimpin.

Miftha Thoha dalam bukunya Prilaku Organisasi mengemukakan bahwa Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin,

3

Miftah Thoha, 2004, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Raja Grafindo Persada, Bandung, hal. 10


(28)

20

artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok. 4

Menciptakan pengaruh adalah inti dari aktivitas kepemimpinan, hal itu dapat berupa menggerakkan, mengorganisir dan sebagainya. Merangkum dari beberapa pandangan, Kartono merumuskan pengertian kepemipinan dari para tokoh sebagai berikut :5

a. Benis mendefinisakan kepemimpinan “ ...the process by wich

an agent induces a subordinate to behave in desired manner” ( Suatu proses dimana seorang agent menyebabkan bawahan bertingkah laku menurut satu cara yang berlaku.

b. Odway Tead mendefinisikan kepemimpinan adalah sebagai kegiatan/usaha mempengaruhi orang lain agar mereka mau bekerja sama.

c. George Terry mendefenisikan kepemimpinan merupakan sebagai kegiatan memengaruhi orang-orang agar berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok.

d. Howard H. Hoyt mendefisinikan kepemimpinan sebagai seni/ keterampilan memengaruhi tingkah laku manusia dan kemampuan untuk membimbing orang.

4

Miftah Thoha, 1998, Prilaku organisasi, Raja Grafindo Persada, Bandung, hal.255

5


(29)

21

Kepemimpinan adalah proses dimana seorang atau sekelopok orang (tim) memainkan pengaruh atas orang lain (tim) lain, menginspirasi, memotivasi, dan mengarahkan aktivitas mereka untuk mencapai sararan.6

Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses interaksi sosial untuk mempengaruhi antara pemimpin dan yang dipimpin. Didalam kehidupan apapun, jika terdapat aktivitas yang mempengaruhi suatu kelompok atau organisasi maka disitu ada aktivitas kepemimpinan. Aktivitas kepemimpina terjadi dimana saja termasuk dalam kehidupan sehari-hari kita dengan sahabat, temen, keluarga, maupun dengan yang lain.

Menurut Stoner didalam buku Manajemen mengemukakan bahwa kepemimpinan (Manajerial) dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan kelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.7

Ada beberapa pengertian kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli selain yang dikemukan diatas, yaitu: 8

1) Stephen P. Robbins mengatakan, kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok kearah tercapainya sebuah tujuan.

6

Mohammad Karim, 2010, Konsep Kepemimpinan Transformasional, UIN Maliki Press, Malang, hal. 14

7

T. Hani Handoko, 2011, Manajemen Edisi , BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, Hal.294 8


(30)

22

2) Richard L. Daft mengatakan, kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan mempengaruhi orang yang mengarah kepada pencapaian tujuan.

3) Ricky W. Griffin mengatakan, pemimpin adalah individu yang mampu mempengaruhi perilaku orang lain tanpa harus mengandalkan kekerasan; pemimpin adalah individu yang diterima oleh orang lain sebagai pemimpin.

4) Kepemimpinan ( Leadership) memiliki arti luas, yaitu meliputi ilmu tentang kepemimpinan, teknik kepemimpinan, seni kepemimpinan, ciri kepemimpinan, serta sejarah kepemimpinan.

Dari uraian yang dikemukan oleh beberapa tokoh diatas bahwa kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah organisasi, karena kepemimpinan merupakan sesuatu yang tidak dapat di pisahkan dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk bekerja bersama-sama demi tercapainya visi dan misi yang ingin di capai didalam organisasi atau pun lembaga.

Disampin itu, setiap organisasi selalu mengalami perubahan sesuai kebutuhan dan perkembangan zaman yang selalu berubah dan dinamis. Maka dari itu, setiap organisasi memerlukan seorang pemimpin yang peka terhadap situasi disekitarnya ataupun kebutuhan yang terjadi pada saat ini maupun masa depan, dalam hal ini sangat diperlukan seorang pemimpin yang mampu memberikan perubahan yang lebih baik untuk mencapai sebuah tujuan yang di inginkan secara bersama-sama didalam kelompok.


(31)

23

Wahjosumidjo juga mengemukakan pengertian kepemimpinan sebagai berikut. “ Kepemimpinan merupakan kemampuan dan keterampilan seorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan suatu kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya untuk berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif, ia memberikan sumbangsih

nyata dalam pencapaian tujuan organisisasi.”9

2. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah cara atau teknik seseorang dalam menjalankan suatu kepemimpinan dengan berusaha mempengaruhi perilaku orang-orang yang dipimpin.10

Miftah Thoha mengemukakan dalam buku prilaku organisasi bahwa gaya kepemimpinan merupakan norma prilaku yang digunankan oleh seorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi prilaku orang lain atau bawahan yang dipimpin.11

Gaya kepemimpinan (Style) ialah cara pemimpin membawa diri sebagai pemimpin, cara ia berlagak, dan tampil dalam menggunakan kekuasaannya.12

Dari uraian diatas tentang gaya kepemimpinan dapat dijelaskan bahwa gaya kepemimpinan merupakan sebuah prilaku, cara atau teknik seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinan agar

9

Mohammad Karim, 2010, Konsep Kepemimpinan Transformasional, UIN Maliki Press, Malang, hal. 24

10

M. Ngalim Purwanto, 2006, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung, hal. 48

11

Miftah Thoha, 1998, Prilaku Organisasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 278. 12


(32)

24

anggota yang di pimpin mengikuti arahan sesuai dengan apa yang di perintahkan.

3. Tipe/Gaya Kepemimpinan

Dari cara seorang pemimpin dalam melakukan kepemimpinannya itu dapat digolongkan atas beberapa gaya/ tipologi ;

a. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Otoriter)

Kepemimpinan otokratis (Otoriter) adalah kepemimpinan yang cara memimpinnya menganggap organisasi sebagai miliknya sendiri. Sehingga seorang pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap para anggota organisasinya dan menganggap mereka itu sebagai bawahannya dan merupakan alat atau mesin, tidak diperlakukan sebagaimana manusia.13

Seorang pemimpin yang tergolong pemimpin otakratis (otoriter) memiliki serangkaian krakteristik yang dapat dipandang sebagai krakteristik negatif, analisis yang rasional memamng membenarkan pandangan yang demikian.14

Dari uraian diatas dapat disederhakan bahwa gaya kepemimpinan otokratis merupakan gaya kepemimpinan dimana pengambilan keputusannya dalam segala hal terpusat pada seorang pemimpin, para bawahan hanya bergerak menjalankan tugas-tugas

13

Sondang P. Siagian, 1994, Teori dan Praktek Kepemimpinan, PT Rineka, Jakarta, hal. 40

14


(33)

25

yang diatur oleh pemimpin. Tipe kepemimpinan otakratis ini lebih cendrung egois, suka memaksa tanpa lebih dulu konsultasi maupun musyawarah terhadap anggotanya dan tidak suka menerima pendapat dari orang lain.

Seorang pemimpin yang otoriter akan menunjuk berbagai sikap yang akan menonjolkan kelakuannya antara lain dalam bentuk:15

a) Kecendrungan melakukan bawahan para bawahan sama dengan alat-alat dalam organisasi, kurang menghargai martabat bawahan.

b) Mengutamakan orientasi pada pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengaitkannya dengan kebutuhan dan kepentingan para bawahan.

c) Pengabaian peran bawahan dalam proses pengambilan keputusan, dan para bawahan dituntut untuk melaksanakannya saja dari keputusan yang telah diambil itu.

b. Tipe Kepemimpinan Paternalistik

Kepemimpinan paternalistik adalah seorang pemimpin yang bersifat kebapaan, ia menganggap bawahannya bagaikan anak yang belum dewasa.16 Tipe pemimpin yang paternalistik banyak terdapat di lingkungan masyarakat yang masih bersifat tradisional,

15

Sondang P. Siagian, 1994, Teori dan Praktek Kepemimpinan, PT Rineka, Jakarta, hal. 32 16


(34)

26

umumnya di masyarakat agraris. Seorang pemimpin yang paternalistik ini dalam hal-hal yang tertentu sangat dibutuhkan, akan tetapi sebagai pemimpin pada umumnya kurang efektif.

Kepemimpinan yang telah diuraikan diatas merupakan gaya kepemimpinan yang selalu memberikan pengawasan terhadap bawahannya. Tujuannya adalah untuk melindungi bawahan dan untuk memberikan arahan seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.

c. Tipe Kepemimpinan Kharismatik

Kepemimpinan kharismatik adalah bahwa pemimpin tersebut mempunyai daya tarik sendiri. Pemimpin yang kharismatik mampu menguasai bawahannya karena mereka diliputi oleh kepercayaan yang luar biasa terhadapnya. Para pengikut seorang pemimpin yang kharismatik tidak pernah mempersoalkan nilai yang diikuti, sikap, gaya dan perilaku yang digunakan pemimpin diikutinya. Kemampuan untuk menguasai bawahannya yang terdapat pada diri seorang pemimpin yang kharismatik disebabkan kepercayaannya yang luar biasa kepada kemampuannya itu.17

17


(35)

27

Kepemimpinan kharismatik adalah pemimpin yang ide atau gagasan, pemikiran, konsep, teori, suasana batin, dan perilakunya meyakinkan orang lain. 18

Seorang pemimpin kharismatik merupakan seorang pemimpin yang dianggap mempunyai kekuatan ghaib atau kesaktian yang tidak dapat di indra secara ilmiah, sehingga dikagumi para bawahannya meskipun para bawahannya tidak selalu dapat menjelaskan secara konkrit mengapa orang tersebut dikagumi.

d. Kepemimpinan Laissez Faire

Kepemimpinan laissez faire adalah seorang pemimpin yang mempunyai krakteristik sikap permisif, dalam arti bahwa para anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan bisikan hati nuraninya asal saja kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisasi tetap tercapai.19

Gaya kepemimpinan laissez faire dapat dicirikan sebagai berikut:20

1. Kebebasan lengkap untuk keputusan kelompok atau individual dengan minimum partisipasi pemimpin.

18

Mohammad Karim, 2010, Konsep Kepemimpinan Transformasional, UIN Maliki Press, Malang, hal. 14

19

Sondang P. Siagian, 1994, Teori dan Praktek Kepemimpinan, PT Rineka, Jakarta, hal. 32 20


(36)

28

2. Macam-macam bahan yang disediakan oleh pemimpin, yang dengan jelas mengatakan bahwa ia akan menyediakan keterangan apabila ada permintaan ia tidak turut berpartisipasi bagian dalam diskusi kelompok.

3. Pemimpin tidak berpartispasi sama sekali

4. Komenter spontan yang tidak frekwen atas aktifitas anggota dan ia tidak berusaha sama sekali untuk menilai atau mengatur kejadian-kejadian.

Pemimpin dengan tipe Laissez faire menyerahkan sepenuhnya pekerjaan kepada bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak ikut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dari para bawahannya, sehingga dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa tekanan. Bawahan dapat berkreasi sebaik mungkin untuk menyelesaikan pekerjannya

Dari uraian diatas dapat disederhakan bahwa anggota diberikan kepercayaan penuh oleh pemimpinnya untuk melakukan sebuah pekerjaan yang telah ditetapkan secara bersama-sama dan tetap menjaga kepentingan organisasi. Seorang pemimpin menganggap anggotanya telah dewasa dan dapat bertanggung jawab atas tugas yang diberikan.


(37)

29

e. Tipe Kepemimpinan Demokratik (Demokratis)

Kepemimpinan demokratik (Demokratis) adalah seorang pemimpin yang memandang peranannya sebagai kordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas.21 Dalam melaksanakan tugasnya ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran dari para bawahannya, demikian juga terhadap kritik yang membangun dari bawahannya dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan. Pemimpin demokratik memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi.

Gaya kepemimpinan demokratis dalam melaksanakan tugasnya selalu menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran dari para bawahannya, demikian juga terhadap pendapat saran, dan kritik yang membangun dari bawahannya dijadikan sebagai umpan balik dan bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan.

Gaya pemimpin yang paling ideal dan paling didambakan adalah gaya kepemimpinan demokratik.22 Karena gaya kepemimpinan demokratis selalu mengikutsertakan anggota yang dipimpin dalam pengambilan keputusan untuk mencapai musyawarah mufakat dan kebaikan organisasi yang lebih baik.

21

Sondang P. Siagian, 1994, Teori dan Praktek Kepemimpinan, PT Rineka, Jakarta, hal. 32 22


(38)

30

Menurut Ngalim Purwanto gaya kepemimpinan demokratis dapat diketahui sebagaimana berikut 23:

1. Dalam menggerakkan bawahan bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu makhluk yang termulia.

2. Selalu berusaha menyingkronkan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dari tujuan pribadi bawahan. 3. Senang menerima saran, pendapat, dan kritik dari bawahan. 4. Mengutamakan kerjasama dalam mencapai tujuan.

5. Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan dan membimbingnya.

6. Mengusahakan agar bawahan dapat lebih sukses dari pada dirinya.

7. Selalu mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin

Didalam buku yang berjudul prilaku organisasi terdapat empat ciri kepemimpinan demokratis.24

a) Semua kebijaksanaan merupakan bahan pembahasan kelompok dan keputusan kelompok yang dirangsang dan dibantu oleh pemimpin.

23

M. Ngalim Purwanto, 2006, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung , hal. 52.

24


(39)

31

b) Perspektif aktivitas dicapai selama diskusi berlangsung. Dilukiskan langkah-langkah umum kearah tujuan kelompok dan apabila diperlukan nasehat teknis, maka pemimpin menyarankan dua atau lebih banyak prosedur-prosedur alternatif yang dipilih.

c) Para anggota bebas untuk bekerja dengan siapa yang mereka kehendaki dan pembagian tugas terserah kelompok. d) Pemimpin bersifat obyektif dalam pujian dan kritiknya dan

ia berusaha untuk menjadi anggota kelompok secara mental. Tanpa terlampau banyak melakukan pekerjaan tersebut.

Kepemimpinan yang demokratis adalah pemimpin katalisator dari berbagai pendapat yang ada diantara pengikut-pengikutnya. Ia selalu meminta pendapat-pendapat dari pengikutnya sebelum menentukan sesuatu keputusan terakhir tetap berada di tangan seorang pemimpin.25

Seorang pemimpin yang demokratik selalu dihormati dan disegani dan bukan ditakuti karena prilakunya dalam kehidupan organisasional perilakunya mendorong para bawahannya menumbuhkan dan mengembangkan daya inovasi, kreativitasnya,

25


(40)

32

dengan sungguh-sungguh ia mendengarkan pendapat, saran, dan bahkan kritik dari orang lain, terutama bawahannya.26

Dari beberapa uraian diatas, dapat disederhanakan bahwa kepemimpinan demokratis dapat diterapkan dimana dalam pengambilan keputusan dalam rapat tertentu untuk kepentingan organisasi, seorang pemimpin mengikutsertakan atau bersama-sama bawahannya, baik diwakili oleh orang-orang tertentu atau berpartisipasi langsung dalam pengambilan keputusan dalam forum rapat ataupun yang lainnya. Seorang pemimpin demokratis menganggap dirinya bagiaan dari kelompok dan bersama-sama untuk melakukan pekerjaan dalam mencapai sebuah tujuan yang ingin dicapai.

f. Kepemimpinan Situasional

Kepemimpinan situasional adalah kepemimpinan yang mencoba mengidentifikasi karakteristik situasi dan keadaan sebagai faktor penentu utama yang membuat seorang pemimpin berhasil melakukan tugas-tugas organisasi secara efektif dan efisien. Kepemimpinan situasional menekankan bahwa keefektifan kepemimpinan seseorang bergantung pada pemilihan gaya

26


(41)

33

kepemimpinan yang tepat dalam menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan.27

Gaya kepemimpinan situasional yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard. Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin yang selalu berusaha menyesuaikan dengan situasi dan kondisi organisasi, serta bersifat fleksibel dalam menyesuaikan dengan kematangan bawahan dan lingkungan kerjanya.28

g. Kepemimpinan Transfomasional

Kepemimpinan transformasional adalah sebuah proses dimana pimpinan dan bawahan nya berusaha untuk mencapai moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan bagi seorang pemimpin yang cenderung memberi motivasi kepada bawahan untuk melakukan tindakan yang lebih baik dan menitik beratkan pada perilaku membantu/transformasi antar individu dengan organisasi.

Dari beberapa macam tipologi/gaya kepemimpin yang di uraikan diatas, penilti lebih menfokuskan tentang tipe/gaya

27

Mohammad Karim, 2010, Konsep Kepemimpinan Transformasional, UIN Maliki Press, Malang, hal. 14

28

Hersey, Paul dan Blanchard, H, Kenneth. 1995.Manajemen Perilaku Organisasi:Pendayagunaan Sumber Daya Manusia. Edisi 4. Erlangga, Jakarta, hal.179


(42)

34

kepemimpinan Perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Seorang pemimpin harus mengetahui apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta mengetahui apa yang harus dikerjakan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang selalu dinamis dan kehadiran seorang pemimpin sejatinya akan membantu dan menjadi aktor utama perubahan dalam organisasi yang di pimpin.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan merupakan sebuah gaya atau prilaku seorang pemimpin dalam menjalin hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan anggota (bawahan), menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersama serta bagaimana seorang pemimpin dalam mempengaruhi untuk mengarahkan anggotanya secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan suatu organisasi yang dipimpin.

C. Pengertian Dekan

Dekan adalah pemimpin Fakultas yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di fakultas.29

Dekan merupakan pimpinan fakultas yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan belajar mengajar

29

Peraturan Meteri Agama Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2016 Tentang Statuta Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, hal. 6


(43)

35

dimasing-masing fakultas atau sekolah dilingkungan Universitas yang dibantu oleh para wakil dekan.30

Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa dekan merupakan pimpinan atau pemimpin tertinggi di Fakultas dan dibantu oleh Wakil Dekan I, II, III, Prodi/jurusan, Tenaga Pendidik, dan Tenaga Kependidikan yang bekerja di bawah naungan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

D. Pengertian Fakultas 1. Fakultas

Fakultas adalah himpunan sumber daya pendukung yang menyelenggarakan dan mengelola pendidikan, akademik, advokasi, atau profesi dalam satu rumpun disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni.31 Fakultas adalah bagian administratif pada sebuah Universitas namun secara umum Fakultas diartikan sebagai sebuah divisi dalam sebuah Universitas yang terdiri dari suatu area subyek atau sejumlah bidang studi terkait, sebuah fakultas dibagi menurut ilmu yang diajarkan pada bagian Universitas.32

2. Jurusan/Program Studi

Jurusan adalah himpunan program studi dalam sub rumpun ilmu yang menyelenggarakan dan mengelola pendidikan dan Program

30

M. Dahlan Al Barry, 1994, Kamus Imiah Populer, Arkola, Surabaya, hal. 97 31

Ibid,. hal. 6

32


(44)

36

Studi adalah kesatuan kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang memiliki kurikulum dan metode pembelajaran tertentu dalam satu jenis pendidikan akademik, pendidikan profesi, dan/atau pendidikan advokasi.33

Ada beberapa pembagian ilmu yang diajarkan pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Ada lima Program Studi (Prodi), yaitu Ilmu Komunikasi (ILKOM), Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), Bimbingan Konseling Islam (BKI), Manajemen Dakwah (MD), dan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI). Masing-masing Program Studi mempunyai jurusan atau konsentrasi yang berbeda-beda sebagai berikut :

1. Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam ada dua peminatan, yaitu Jurnalistik dan Public Speaking.

2. Program Studi Ilmu Komunikasi menawarkan konsentrasi Broadcasting, Public Relation, dan Advertising.

3. Program Studi Bimbingan Konseling Islam menawarkan konsentrasi dalam bidang Konseling Masyarakat, Keluarga, dan Kelompok.

4. Program Studi Manajement Dakwah menawarkan konsentrasi dalam bidang Manajement Kelembagaan dan Enterpreniurship.

.33 Peraturan Meteri Agama Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2016 Tentang Statuta Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, .hal. 6


(45)

37

5. Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam sendiri berharap penuh kepada mahasiswanya agar terampil dalam hal Analisi Lingkungan,Kebencaan, dan Kewirausahaan Sosial.


(46)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini akan menggambarkan dan menjelaskan bagaimana mengaplikasikan Gaya Kepemimpinan Perempuan yang dilakukan oleh Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya yakni Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik, bahwa dasarnya menyatakan dalam keadaan sebenarnya atau sebagaimana adanya (natural setting) dengan tidak merubah dalam bentuk simbol- simbol atau bilangan.1

Jenis penelitian yang digunakan oleh peniliti adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Deskriptif adalah data yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.2

Dari uraian diatas, peneliti akan menjelaskan dan menggambarkan dalam bentuk narasi tentang data yang diperoleh dari obyek yang diteliti tentang gaya kepemimpinan perempuan di Fakultas Dakwah dan

1

Hadari Nawawi dan Mini Martini, 1996, Penelitian Terapan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, hal. 174.

2

Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, CV ALFABETA, Bandung, hal.147


(47)

39

Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya dengan sistematis, terstruktur, dan akurat sebagaimana data yang diperoleh.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dijadikan obyek adalah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya yang bertempat di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya JL. A Yani No. 117 Surabaya.

C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data meliputi sebagai berikut : a. Jenis Data

Jenis data yang akan dikumpulkan oleh peneliti merupakan jawaban atas pertanyaan yang dilakukan oleh peneliti terhadap obyek yaitu tentang gaya kepemimpinan perempuan di fakultas dakwah dan komunikasi kemudian diajukan terhadap masalah yang dirumuskan di latar belakang yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini, terdapat dua jenis data yaitu :

1) Data Primer (pokok)

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data langsung ke pengumpul data.3 Dalam hal ini data yang akan di kumpulkan oleh peneliti mengenai Gaya

3


(48)

40

Kepemimpinan Perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya adalah Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si. kemudian untuk menambah data yang dibutuhkan lagi, peneliti mencari informasi tembahan sebagai data kepada orang-orang yang berkenan dengan objek peneliti yaitu Wakil Dekan, Kaprodi, Sekprodi, Kasubbag Umum, Staff Subbag Umum, dan Dosen dibawah naungan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

2) Data Sukunder (Penunjang)

Data sekunder adalah data atau sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya melalui orang lain atau lewat dokumen.4 Data sekunder merupakan data pelengkap yang dianggap penting untuk mendukung data pokok.

Adapun jenis data sekunder yang dimaksud oleh peneliti sebagaimana berikut :

(a) Identitas Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

(b) Sejarah Singkat Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

(c) Letak Geografis Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

4


(49)

41

(d) Profi Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

(e) Struktur Organisasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

(f) Visi, Misi, dan Tujuan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

(g) Program Studi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

(h) Tenaga Pendidik (Dosen) dan Tenaga Kependidikan (Tenaga Administrasi) Fakultas Dakwah dan Komunikasi . 2. Sumber data

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data meliputi :

1. Responden, yaitu pimpinan (dekan) Fakultas Dakwah dan Komunikasi terkait tentang gaya kepemimpinan perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. 2. Informan, yaitu Wakil Dekan, Kaprodi, Sekprodi, Staff Subbag

Administasi dan Akademik, Kabag Umum, Staff Subbag Umum, dan Dosen di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

3. Dokumen, yaitu data yang dimiliki oleh fakultas dakwah dan komunikasi untuk melengkapan data yang sudah ada.


(50)

42

D. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti akan diuraikan sebagai berikut;

1. Tahap Pra Lapangan

Dalam melaksanakan tahapan pra lapangan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

a. Menyusun Rancangan Agenda Penelitian

Latar belakang masalah penelitian :

1. Kajian pustaka desertai dengan teori 2. Memilih lapangan penelitian

3. Menentukan jadwal penelitian

4. Rancangan pengumpulan data dan analisis data 5. Kesimpulan hasil penelitian

b. Memilih Lokasi Penelitian

Dalam hal ini peneliti melakukan observasi atau menelusuri obyek maupun subyek yang akan diteliti oleh peneliti. Dalam pemilihan lapangan penelitian, peneliti menentukan obyek peneilitian yakni Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.


(51)

43

Peneliti mengurus surat perizinan kepada pihak Ketua Program Studi Manajemen Dakwah (MD) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya untuk diberikan kepada lokasi penelitian yaitu Pimpinan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya yang bertempat di Jln. A.Yani No. 117 Surabaya.

d. Memilih Obyek Penelitian

Dalam hal ini peneliti meninjau langsung kondisi keadaan maupun situasi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya dan berdiskusi santai dengan obyek yang diteliti oleh peneliti tentang Gaya Kepemimpinan Perempuan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yaitu Pimpinan Fakultas Dakwah dan Komuniksi UIN Sunan Ampel Surabaya.

e. Memilih Informan Dalam Penelitian

Informan disini meliputi Dekan, Wakil Dekan, Kaprodi, Sekprodi, Staff Subbag Administasi dan Akademik, Kabag Umum, Staff Subbag Umum, dan Dosen di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

f. Menyiapkan Peralatan Penelitian

Dalam hal ini, demi kelancaran yang akan dilakukan oleh peneliti, ada beberapa yang dipersiapkan oleh peneliti diantaranya


(52)

44

perlengkapan materi (panduan wawancara) maupun non materi meliputi alat tulis menulis dan hal-hal yang berhubungan dengan penelitian.

2. Tahap Pekerja di Lapangan

a. Memahami Latar penelitian dan Persiapan Diri

Dalam memahami latar penelitian, peneliti perlu memahami tentang penelitian terdahulu untuk dijadikan sebuah acuan agar kegiatan wawancara dengan informan berjalan dengan lancar sesuai rencana yang sudah ditentukan.

b. Memasuki Lapangan Penelitian

Dalam memasuki lapangan penelitian, peneliti mencari data atau informasi tentang apa yang diteliti oleh peneliti meliputi Gaya Kepemimpinan Perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

c. Berperan Serta Mengumpulkan Data Penelitian

Dalam hal ini peneliti berperan aktif dalam mencari data atau informasi data yang diperoleh dari obyek yang di teliti.

d. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data disini yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan oleh peneliti didalam latar belakang masalah. Dalam hal ini peneliti akan


(53)

45

melakukan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil telaah pustaka, wawancara, dan hasil dokumentasi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode survey dengan teknik ; observasi, wawancara,dan studi dokumentasi.

1. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti oleh peneliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.5

Jenis pertanyaan yang digunakan oleh peneliti dalam wawancara mendalam ini adalah pertanyaan terbuka. Alasannya karena ini memungkinkan perolehan variasi jawaban sesuai dengan pemikiran informan. Dalam hal ini, informan dapat memberikan jawaban secara lebih terinci serta mendapatkan kesempatan mengekspresikan caranya dalam menjawab pertanyaan. Dalam rangka mengatasi kemungkin adanya jawaban yang tidak sesuai atau tidak relevan dan tidak standar yang mempersulit pengelolaan data maka peneliti berusaha sedapat mungkin menanyakan informan untuk memperoleh jawaban misalnya

5

Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, Dan R&D, Alfabeta, Bandung, hal.137.


(54)

46

dengan menggunakan teknik-teknik probing (mengorek jawaban informan agar terarah pada tujuan penelitian).

Dalam tahapan wawancara ini, peneliti menggunakan sampel para struktur organisasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya periode 2014-2018 meliputi Dekan, Wakil Dekan, Kaprodi, Sekprodi, Staff Subbag Administasi dan Akademik, Kabag Umum, Staff Subbag Umum, dan Dosen di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Adapun dari tujuan wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk menemukan jawaban terkait rumusan masalah yang ada latar belakang dalam penulisan skripsi yaitu Gaya Kepemimpinan Perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

2. Observasi (Pengamatan)

Istilah Observasi diturunkan dari bahasa latin yang berarti melihat dan memperhatikan. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.6

Observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang prilaku, aktivitas, peristiwa, proses kerja, gejala-gejala alam, dan

6


(55)

47

responden yang ditetapkan oleh peneliti meliputi Dekan, Wakil Dekan, Kaprodi, Sekprodi, Staff Subbag Administasi dan Akademik, Kabag Umum, Staff Subbag Umum, dan Dosen di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Agar hasil obsevasi dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya maka hasil observasi akan dibandingkan dengan hasil observasi peneliti yang lainnya misalnya wawancara dan dokumentasi.

3. Dokumentasi

Teknik studi dokumentasi digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data-data yang terekam dalam dokumen baik dokumen pribadi maupu dokumen yang bersifat umum. Dokumen pribadi adalah catatan, rekaman, atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan dan pengalamannya. Pengumpulan dokumen ini dimaksud untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi di struktur organisasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Adapun dokumen resmi disini dimaksud untuk menggali data yang di publikasikan.

Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis oleh peneliti dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Dengan metode ini diharapkan peneliti mampu menganalisa secara mendalam dan dapat berpikir bebas kemudian ditarik kesimpulan, proses analisa datanya


(56)

48

dilakukan dengan tahapan-tahapan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan

F. Teknik Validitas Data

Teknik Validitas Data merupakan salah satu pijakan serta dasar obyektif dari hasil yang dilakukan dengan pengecekan kualitatif. Dalam teknik pengecekan data yang sudah didapatkan berdasarkan metode pengumpulan data yang sudah disebutkan diatas, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Perpanjangan Waktu Penelitian.

Untuk mendapatkan data yang lebih valid maka peneliti disini melakukan perpanjangan waktu selama berada di lapangan dengan harapan data yang diperoleh benar-benar valid sesuai fakta yang ada. b. Pendalaman Observasi.

Selain itu peneliti juga akan melakukan pendalaman observasi agar dalam penelitian yang dilakukan peneliti saat berada di lapangan dapat dipertanggungjawabkan keabsahan datanya.

c. Triangulasi Data.

Agar dalam penelitian ini mendapatkan data yang lebih banyak lagi dengan tujuan mendapatkan data yang benar-benar valid, maka peneliti melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data melalui teknik triangulasi data. Dalam metode triangulasi data terdapat beberapa cara, salah satunya menggunakan beberapa sumber data. Peneliti ingin


(57)

49

membandingkan dan mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang di peroleh peneliti melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka peneliti akan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data di sini merupakan proses pencandraan (description) dan penyusunan material lain yang telah terkumpul. Maksudnya agar dapat disempurnakan pemahaman terhadap data tersebut untuk kemudian disajikan kepada orang lain dengan lebih jelas tentang apa yang telah ditemukan atau didapatkan dari lapangan. Analisis data dilakukan secara induktif yaitu bertumpu pada fakta peristiwa yang dikaji lebih khusus yang selanjutnya dijadikan konklusi yang bersifat umum. karena penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari data empiris untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian.


(58)

50

Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah analisis deskriftif, yaitu bahwa data yang dikumpulkan kemudian disusun, dijelaskan dan selanjutnya dianalisa. Data-data tersebut dianalisis dengan memberi pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif, keadaaan geografis, hubungan dengan Gaya Kepemimpinan Perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Objektivitas harus dijaga sedemikian rupa agar subjektivitas peneliti membuat interpretasi dapat dihindarkan. Analisis ini dilakukan dengan perumusan masalah, menentukan jenis informasi yang diperlukan, menentukan prosedur pengumpulan data, menentukan prosedur pengelolaan informasi atau data dan menarik kesimpulan penelitian

Dari uraian diatas, maka penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu menggambarkan secara fakta dan krakteristik objek yang diteliti secara tepat sehingga kesimpulan yang dibuat berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan diatas.

Analisis yang kedua adalah analisis data interaktif yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman. Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verying conclusions).

Pada tahap kedua, peneliti menyusun kode – kode dan catatan – catatan (memo) mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta proses – proses sehingga peneliti dapat menemukan


(59)

51

tema-tema, kelompok-kelompok, dan pola-pola data. Catatan yang dimaksud di sini tidak lain adalah gagasan-gagasan atau ungkapan yang mengarah pada teorisasi berkenaan dengan data yang ditemui. Langkah-langkah dalam analisis data sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data.

2. Penyajian Data

Komponen kedua analisis dari miles dan Huberman yaitu penyajian data (data display) melibatkan langkah – langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar – benar dilibatkan dalam satu kesatuan karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa bertumpuk maka penyajian data (data display) pada umunya diyakini membantu proses analisis.dalam hubungan ini, data yang tersaji berupa kelompok – kelompok yang kemudian saling dikait – kaitkan sesuai dengan kerangka teori yang digunakan.


(60)

52

Pada komponen terakhir, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing and verying conclusions), peneliti mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola – pola data yang ada dan atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat.


(61)

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Identitas Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

a. Nama Perguruan Tinggi : UIN Sunan Ampel Surabaya b. Nama Fakultas : Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Alamat : Jl. A. Yani No. 117 Surabaya

Kecamatan : Wonocolo

Kelurahan : Jemur Wonasari

Kota : Surabaya

Provinsi : Jawa Timur

c. Dekan : Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si

d. Status : Negeri

e. Tanggal dan Tahun Berdiri : 30 September 1970 f. Status Akreditasi : Terakditasi “ A “ 2. Sejarah Singkat

a. Sejarah Berdirinya Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

Berdirinya IAIN Sunan Ampel Surabaya yang sekarang menjadi UIN Sunan Ampel Surabaya dimulai pada Tahun 1961 yang timbul atas gagasan para tokoh masyarakat Jawa Timur untuk memiliki Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri yang bernaung


(62)

54

dibawah lingkungan Departemen Agama Republik Indonesia. Rapat panitia pendiri IAIN menghasilkan suatu keputusan untuk mendirikan Fakultas Syariah di Surabaya dan Tarbiyah di Malang. Keduanya merupakan Fakultas Cabang dari IAIN. Pada Tanggal 09 Oktober 1961 dengan SK Menteri Agama RI No. 17 Tahun 1961 dibentuklah sebuah yayasan yang diberi nama “ Yayasan Badan Wakaf Kesejahteraan Fakultas Syariah dan Fakultas Tarbiyah IAIN Cabang Surabaya.1

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya pada hari rabu tanggal 4 Desemeber 2013 telah launching menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya. Peresmian IAIN Sunan Ampel Surabaya menjadi UIN Sunan Ampel Surabaya ditandai dengan pemukulan bedug oleh Menteri Agama RI Bapak Surya dharma Ali dan penandatangan prasasti yang digelar di gedung Auditorium UIN Sunan Ampel Surabaya pada hari rabu tanggal 04 Desember 2013. 2

Perubahan IAIN Sunan Ampel Surabaya menjadi UIN Sunan Ampel Surabaya berdasarkan Peraturan Presiden (PP) Nomer 65 Tahun 2013 yang dikeluarkan pada tanggal 1 Oktober. Berdasarkan Peraturan Presiden (PP) tersebut, secara legal formal

1

Buku Panduan UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015, hal.19 2

Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2013 Tentang Perubahan Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Menjadi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, yang ditetapka pada 1 Oktober 2013 oleh Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono.


(63)

55

IAIN Sunan Ampel Surabaya resmi menjadi UIN Sunan Ampel Surabaya. UIN Sunan Ampel Surabaya merupakan Perguruan Tinggi yang di selenggarakan oleh Kementerian Agama RI yang berada dibawah naungan Menteri Agama dan bertanggung jawab kepada Menteri Agama Republik Indonesia.

Berdasarkan surat keputusan Menteri Agama RI pada Tanggal 30 September Tahun 1970 Fakultas Dakwah berdiri di IAIN Sunan Ampel Surabaya.3

Fakultas merupakan unsur pelaksana akademik Universitas, yang bertugas mengkordinasikan atau melaksanakan pendidikan akademik atau profesi dalam satu atau seperangkat cabang ilmu pengetahuan. 4

Sejak Tahun 2014 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi berganti menjadi Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Fakultas Dakwah dan Komunikasi merupakan bagian dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Fakultas Dakwah dan Komunikasi mengembangkan keilmuan dakwah integrative-transformative dan pada saat yang sama, juga memusatkan perhatiannya pada pengembangan ilmu komunikasi. Fakultas Dakwah dan Komunikasi mengembangkan keilmuan dakwah melalui dua

3

Surat Keputusan Menteri Agama RI. No. 256/1970, 30-09-1970 4

Peraturan Meteri Agama Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2016 Tentang Statuta Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, hal. 6


(64)

56

jurusan, yaitu Jurusan Dakwah dan Jurusan Komunikasi. Jurusan adalah suatu pelaksana akademik pada fakultas yang mempunyai tugas menyelenggarakan program studi dalam 1 (satu) disiplin ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.5

Di Fakultas Dakwah dan Komunikasi masing-masing jurusan terdapat program studi, Jurusan Dakwah terdiri dari tiga (3) Program Studi yaitu Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI), Manajemen Dakwah (MD), dan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI). Sedangkan Jurusan Komunikasi terdiri dari dua Program Studi yaitu Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) dan Program Studi Ilmu Komunikasi (ILKOM).

3. Letak Georafis

Kampus UIN Sunan Ampel Surabaya letak sangat strategis dari beberapa kampus yang berada di Kota Surabaya karena berada ditengah kota paling selatan sebagai pintu gerbang kota Surabaya yang menghubungkan antara Surabaya dengan kota-kota lainnya misalnya Sidoarjo, Mojokerto, dan Pasuruan.

Letak geografis Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya yang berada dibelakang paling pojok utara berdekatan dengan rumah penduduk jemursari wonocolo serta

5

Peraturan Meteri Agama Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2016 Tentang Statuta Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, .hal. 6


(1)

86

Keterbukan dalam menerima saran, pendapat, dan kritikan dari anggota yang dipimpin merupakan ciri-ciri dari seorang pemimpin yang demokratis. Gaya Kepemimpinan Perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi selain demokratis juga memiliki ketegasan, basic keilmuan, pengalaman, dan bertanggungjawab atas apa yang dipimpin.

Dari berbagai uraian diatas dapat dipahami dan disederhakan oleh peneliti bahwa Gaya Kepemimpin Perempuan (dekan) di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya menggunakan Gaya kepemimpinan demokratis. Gaya kepemimpinan demokratis digunakan oleh pimpinan (dekan) dalam menghadapi anggotanya, karena gaya kepemimpinan demokratis selalu mengikutsertakan anggota yang dipimpin dalam pengambilan keputusan atau kebijakan untuk mencapai musyawarah mufakat, kebaikan organisasi yang lebih baik, dan gaya kepemimpinan demokratis merupakan gaya yang paling ideal serta sangat didambakan oleh berbagai individu dalam memimpin organisasi maupun lembaga.


(2)

87

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bagian ini merupakan bab terakhir laporan hasil penelitian tentang Gaya Kepemimpinan Perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Berdasarkan data sesuai fakta dilapangan yang dikumpulkan dan analisisa yang telah dilakukan oleh peneliti tentang bagaimana Gaya Kepemimpinan Perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya. Maka dapat dirumuskan kesimpulan bahwa Gaya Kepemimpinan Perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi menggunakan gaya kepemimpinan demokratis.

Gaya kepemimpinan demokratis yang digunakan oleh pimpinan (dekan) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya yang selalu mengutamakan musyawarah dalam pengambilan keputusan atau kebijakan, terbuka terhadap pendapat, aspirasi, saran, dan kritik dari anggota yang di pimpin guna untuk mencari solusi yang terbaik untuk organisasi atau lembaga yang di pimpin.

Gaya kepemimpinan demokratis dalam melaksanakan tugasnya selalu menerima dan bahkan mengharapkan pendapat serta saran dari para bawahannya, demikian juga terhadap masukan-masukan, dan kritik yang membangun dari bawahannya dijadikan sebagai umpan balik dan bahan


(3)

88

pertimbangan dalam pembuatan atau mengambil keputusan. Karena gaya kepemimpinan demokratis selalu mengikutsertakan anggota yang dipimpin dalam pengambilan keputusan untuk mencapai musyawarah mufakat dan kebaikan organisasi yang lebih baik.

Selain gaya kepemimpinan yang diurai diatas, pimpinan perempuan (dekan) Fakultas Dakwah dan Komunikasi mempunyai berbagai macam karya buku tulis, penelitian, pengalaman dalam organisasi dan berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan demikian seorang pemimpin diharuskan memiliki kualitas, integritas, komitmen, dan tanggungjawan sebagai pemimpin demi terwujudnya visi dan misi yang ingin di capai oleh organisasi atau lembaga yang dipimpin.

B. Saran dan Rekomendasi

Berdasarkan uraian diatas, maka saran dan rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Karena antara laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama atau mempunyai kesamaan dalam memimpin tergantung kemampuan dan kecerdasan yang dimilikinya. Menjadi tauladan bagi anggotanya dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpin

2. Diharapkan seorang perempuan bisa termotivasi menjadi seorang pemimpin yang baik. Dalam hal ini perempuan dapat menunjukkan eksistensinya dan prestasinya sebagai seorang pemimpin serta mampu berkompetisi dengan laki-laki.


(4)

89

3. Profesionalisme, komitmen, totalitas, dan tanggung jawab adalah hal yang sangat penting untuk dimiliki bagi setiap pemimpin.

4. Kepemimpinan demokratis merupakan gaya kepemimpinan yang sangat ideal dan sangat didambakan oleh berbagai manusia dalam hal memimpin. Keterbukaan dalam menerimak saran, pendapat, dan kritikan dari anggotanya sebagai motivasi serta support dalam memimpin.

C. Keterbatasan Peneliti

Di dunia tidak ada makhluk yang sempurna, kesempurnaan hanya dimiliki olehNya. Maka dari itu, penelitian ini banyak keterbatasan dalam meneliti tentang Gaya Kepemimpinan Perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya dan penelitian ini masih sangat kurang bahkan jauh dari kata-kata sempurna. Dengan keterbatasan dan ketidaksempurnaan penelitian ini, peneliti berharap saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan dan keterbatasan dalam penelitian ini. D. Penelitian Selanjutnya

Peneliti mengharap kepada peneliti selanjutnya penelitian ini bisa menjadi bahan referensi atau acuan dalam meneliti dan mengkaji masalah yang sama di masa yang akan datang tentang Gaya Kepemimpinan Perempuan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Al Nisa’ (34) 2005, Departemen Agama RI, Al Qur’an da Terjemahannya, CV Penerbit Diponegoro, Bandung.

Al Baqorah (30), 2008, Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, CV Penerbit Diponegoro, Bandung.

Soejipto Wadyai Ani, 2005, Politik Perempuan Bukan Gerhana, Kompas, Jakarta.

Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2013 Tentang Perubahan Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Menjadi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, yang ditetapka pada 1 Oktober 2013 oleh Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono.

Lensufiie Tikno, 2010, Leadership untuk Profesional dan Mahasiswa, Erlangga, Jakarta.

Handoko Hani, 2011, Manajemen, BPFE, Yogyakarta.

Thoha Miftah, 1995, Kepemimpinan Dalam Manajemen, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Thoha Miftah, 1998, Prilaku Organisasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Siti Fei Kenia Nournabilla, 2014. Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Perempuan (Studi Kepala Desa Suka Jaya dan Kepala Desa Paya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran) Skripsi, Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Lampung.

Dennis Haruna, 2009. Model Kepemimpinan Perempuan Dalam Lembaga Pendidikan Islam (Studi Kasus di MTs Negeri Yogyakarta 1), Skripsi, Jurusan/Program Studi Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Karim, Mohammad , 2010, Konsep Kepemimpinan Transformasional, UIN Maliki Press, Malang.

Fahmi, I., 2012, Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi, Alfabeta, Bandung..

Purwanto, Ngalim, M, 2006, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung.


(6)

Riberu, 1992, Dasar-Dasar Kepemimpinan, Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta. Nawawi Ismail, 2010, Prilku Organisasi, Dwi Putra Pustaka Jaya, Jakarta.

Matutina George C. dkk, 1993, Manajemen Personalia, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Siagian Sondang , 1994, Teori dan Praktek Kepemimpinan, PT Rineka, Jakarta.

Al Barry , Y.D., 1994, Kamus Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya.

Subianto Achmad, 2004, Kepemimpinan Organisasi, Yayasan Bermula Dari Kanan, Jakarta.

Machendrawati, N.,dan Safei A.A.,2001, Pengembangan Masyarakat Islam, PT Remaja Rosda Karya, Bandung.

Hartono, D dan Priyanti, W, 2014, Kepemimpinan Visioner Mewujudkan Sekolah

Bernuansa Islam Siap Bersaing di Era Globalisasi, Ponpes Jagat ‘

Alimussirry, Surabaya.

Moeloeng, J.L., 2001, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya, Bandung.

Nawawi, H.,dan Martini M.,1996, Penelitian Terapan, Gajah Mada Unuversity Press, Yogyakarta.

Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, Dan R&D, Alfabeta, Bandung.

Masruhan, 2013, Metode Penelitian Hukum, Hilal Pustaka, Surabaya.

Darma, Agus,2004, Managemen Supervisi (Petunjuk Praktis Bagi Para Supervisor),

Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Buku Panduan UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015.

Hersey, Paul dan Blanchard, H, Kenneth. 1995. Manajemen Perilaku

Organisasi:Pendayagunaan Sumber Daya Manusia. Edisi 4. Erlangga,

Jakarta.

Kamaluddin Ahmad Undang, 2010, Etika Manajemen Islam , Pustaka Setia, Bandung. Buku Profil Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015