ETIKA JURNALISTIK DALAM BINGKAI ISLAM : PERSEPSI DOSEN JURNALISTIK FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.

ETIKA JURNALISTIK DALAM BINGKAI ISLAM
(Prsepsi Dosen Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Ampel Surabaya)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratandalam Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :
Ahmad Ibnu Abbas
NIM. B01212002
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2016

ABSTRAK
Ahmad Ibnu Abbas, B01212002, 2016. Etika Jurnalistik dalam Bingkai Islam
(persepsi Dosen Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel
Surabaya)

Kata kunci: Persepsi, Etika Juenalistik Islam.
Wartawan merupakan istilah profesi yang biasa dipakai bagi orang yang
bekerja di media massa, baik itu cetak, elektronik dan internet. Tugas dari
wartawan itu sendiri dalam Undang-Undang Pers No.40 Tahun 1990, Bab I Pasal
I dinyatakan bahwa wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan
kegiatan jurnalistik. Fenomena positif dan negatif dalam profesi wartawan adalah
suatu realitas yang dapat terjadi dan selalu ada. Karenanya, di tengah
perkembangan dunia jurnalistik seperti sekarang ini, perhatian dan selektivitas
masyarakat terhadap profesi wartawan perlu diprioritaskan. Dari sinilah peneliti
mencoba untuk mencari tahu persepsi Dosen Jurnalistik Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, terhadap Etika Jurnalistik Islam.
Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu:Bagaimana
pandangan Dosen Jurnalistik jurusan Komunikasi Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Ampel tentang etika jurnalistik islam. Untuk menjawab
pertanyaan ini peneliti menggunakan metode kualitatif dalam penelitian ini.
Metode kualitatif digunakan dengan alasan dapat mencari dan mendapatkan
informasi sedalam-dalamnya dari sumber data tanpa harus dipatok dengan
pertanyaan, observasi peneliti juga berperan selama di lapangan dan dokumentasi
dikumpulkan agar dijadikan bukti dan keterangan.Dari hasil penelitian ini
ditemukan bahwa ada tujuh poin persepsi dosen yaitu : a. Menggunakan bahasa

yang baik dan benar dalam menyampaikan berita b.Berahklak yang baik dalam
mencari informasi dan tidak boleh bertindak kasar kepada informan
c.Bertanggungjawab atas berita yang di sampaikan d.Jujur dalam menyampaikan
berita e.Bijaksana f.Mendidik.
Kemudian wartawan berakhlak dalam menyampaikan berita kepada
masyarakat dengan cara yang baik, dan tidak lupa selalu memberikan pendidikan,
edukasi dan hiburan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat luas.

vii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ix

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..............................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI.........................................................................iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................v

KATA PENGANTAR.........................................................................................vi
ABSTRAK ..........................................................................................................viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................ix
BAB I : PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Latar Belakang.........................................................................................1
Rumusan Masalah ...................................................................................5
Tujuan Penelitian.....................................................................................6
Manfaat Penelitian...................................................................................6
Definisi Konsep .......................................................................................7
Sistematika Pembahasan .........................................................................9

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Kajian pustaka .........................................................................................12

1. Pengertian Jurnalistik........................................................................12
2. Sejarah Jurnalistik.............................................................................16
3. Ragam dan Karakter Jurnalistik........................................................22
4. Peran dan Fungsi Jurnalistik.............................................................33
5. Kode Etik Jurnalistik ........................................................................38
6. Jurnalistik Islam……………………………………………………..43
7. Pengertian Etika Jurnalistik...………………………………………..46
8. Pengertian Etika Islam………………………………………………48
B. Kajian Teori.............................................................................................51
C. Penelitian Terdahulu…………………………………………………….53
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ..............................................................55
B. Kehadiran Peneliti ...................................................................................56

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

x

C.
D.

E.
F.
G.

Sumber Data ............................................................................................57
Teknik Pengumpulan Data ......................................................................58
Teknik Analisis Data ...............................................................................59
Teknik Keabsahan Data ...........................................................................61
Tahap Penelitian ......................................................................................62

BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A.
B.
C.
D.

Penyajian Data ........................................................................................64
Deskripsi Penelitian……………………………………………………..66
Hasil Temuan Penelitian..........................................................................74
Konfirmasi Teori .....................................................................................82


BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................85
B. Saran ........................................................................................................86
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BIODATA PENULIS..........................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini perkembangan teknologi komunikasi massa mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dibuktikan mudahnya berhubungan
dengan orang yang berada di negara lain. Jarak yang dulunya terasa sangat
jauh, kini sudah terasa sangat dekat dengan hadirnya alat telekomunikasi.
Berbagai informasi dan peristiwa yang terjadi di seluruh dunia lain dengan
mudah dan cepat diketahui oleh mananusia walaupun berbeda negara.
Selain informasi dan peristiwa ataupun kejadian yang cepat di ketahui,

juga masyarakat dengan mudahnya mendapatkan pilihan informasi . Sekarang
ini, banyak pilihan informasi yang didapatkan seperti informasi dari wartawan
seperti surat kabar dan majalah, juga dari media elektronik seperti radio dan
telervisi, bahkan sekarang ini muncul jaringan internet1 yang memberikan
informasi yang beragam dan bermacam-macam pengetahuan di seluruh dunia.
Semakin cepatnya datangnya informasi, semakin bermacamnya media
yang ada dan semakin mudah mendapatkannya segala informasi, pada saatnya
akan meningkatkan kualitas keilmuan yang di dapatkan manusia. Menurut

1

Internet adalah singkatan dari Internasional Network, yaitu jaringan informasi yang bersifat
internasional yang dipancarkan melalui satelit komunikasi kepada PC (Personal Computer). Berbeda
dengan Media Elektronik lainnya, internet dapat secara bebas dipergunakan baik secara individu
maupun instansi. Memberikan informasi yang menglobal dengan jarak dan waktu yang cepat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2


Ziauddin Sardar dalam bukunya Tantangan Dunia Islam Abad 21 bahwa
informasi yang dijajakan sekarang ini, merupakan suatu rahmat bagi umat
manusia. Hal ini dapat dilihat di televisi, surat kabar, dan majalah-majalah
yang mewah2.
Untuk mendapatkan informasi atau suatu berita, maka ini adalah tugas
seorang wartawan (jurnalis). Kegiatan jurnalistik, telah dicontohkan oleh
Rasulullah SAW. Surat ajakan masuk islam kepada Kaisar Persia, merupakan
suatu kegiatan jurnalistik, dan sewaktu para Kholifah membukuan al-Qur’an
yang kita kenal dengan mushaf dalam pandangan jurnalistik, Al-Qur’an
adalah karya jurnalistik juga, yakni di kumpulkan dalam buku yang isinya
firman-firman Allah SWT. Demikian pula, termasuk karya jurnalistik adalah
kitab-kitab kumpulan hadis seperti Shahih Bukhari dan Shahih Muslim ,
maupun kitab-kitab fiqih yang di tulis oleh para ulama. Semua kegiatan ini
adalah profesi seorang wartawan (jurnalis).
Profesi sebagai wartawan (jurnalis) dalam masyarakat sangatlah
penting, sama pentingnya dengan peran yang dilakukan oleh para ilmuwan,
cendikiawan dan para ulama. Seorang wartawan harus memberikan informasi
yang akurat, lengkap, jelas, jujur serta aktual, dan juga dapat memberikan
petunjuk ke arah perubahan dan transformasi. Selain itu wartawan pula harus
bertanggungjawab kepada berita yang diperolehnya. Meskipun pekerja

jurnalistik

memiliki

kebebasan,

namun

tidak

dapat

terlepas

dari

tanggungjawab seorang wartawan.
2

Ziauddin Sardaar, Tantangan Dunia Islam Abad 21 , ( Bandung: Mizan, 1993) h.24


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Oleh karena itu seorang wartawan harus menerapkan etika jurnalistik
dalam mengumpulkan data, mengola dan menyampaikan berita, sehingga
wartawan harus mengerti dan memahami tentang etika dalam jurnalistik .
Seorang wartawan yang sengaja melebih-lebihkan suatu berita dengan
maksud untuk membuat berita itu lebih terangkat sekaligus lebih heboh dan
sensasional merupakan pelanggaran pres. Wartawan yang dengan mudah
tergoda untuk mempertajam fakta-fakta dengan menghilangkan sebahagian
sumber berita, memusatkan suatu detail yang kecil tetapi menyentil, atau
dengan memancing kutipan-kutipan yang provokasi perseorangan maupun
kelompok, yang tujuannya bukanlah untuk mengatakan suatu kebenaran
melainkan untuk menarik perhatian. Wartawan seperti inilah yang melanggar
etika dalam jurnalistik. Allah telah berfirman QS. Al-Nahl (16) : 116

          


        
     

Artinya : Dan janganlah kamu mengatakan apa yang disebut-sebut oleh lidahmu
secara dusta'' ini halal dan ini haram' untuk mengadakan kebohongan terhadap
Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah
tiadalah beruntung3.

Melihat ayat tersebut diatas, maka seorang wartawan dilarang keras
untuk melakukan kebohongan publik karena akan merugikan dirinya sendiri.
3

Departemen Agama RI. , Al-Quran dan Terjemahnya ( Jakarta: Depertemen Agama RI, 1982 ),h. 419

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Melihat peran dan fungsi wartawan sebagai pemberi informasi dan
pendidik massal, memberikan hiburan, melakukan pengawasan oleh
masyarakat, penyalur aspirasi rakyat banyak, pembentuk kecenderungan
pendapat masyarakat, kelompok penekan yang dapat turut mempengaruhi dan
mewarnai kebijakan politik negara dan pembela kebenaran dan keadilan4.
Beberapa dari peran dan fungsi wartawan di atas, maka peran dan
fungsi sebagai pembela keadilan dan kebenaran dianggap hal yang sangat
penting, karena dapat melakukan control di tengah-tengah masyarakat
terhadap kemungkaran yang terjadi. Fungsi keadilan ini juga banyak diakui
oleh orang sebagai fungsi yang bersifat universal dan ideal. Fungsi kebenaran
dan keadialan ini berkaitan dengan aturan nilai , norma, etika dan agama.
Seperti yang dikatakan oleh Burhanuddin salam dalam bukunya Etika
Sosial, mengatakan bahwa etika adalah sebuah refleksi kritis atas norma atau
ajaran moral yang menentukan dan terwujudnya dalam sikap dan pola
perilaku hidup manusia5.
Dalam Islam sendiri etika yang dijadikan dasar panutan adalah nilainilai yang terkandung dalam al-Quran dan Sunah Rasul SAW. Al-Quran
sebagai wahyu telah memberikan aturan-aturan dasar tentang etika
komunikasi, termasuk etika jurnalistik. Sehingga dalam penggarapan skripsi

4

Ahmad Y. Samantho, Jurnalistik Islam (Panduan Praktis bagi para Aktivis Muslim), (Cet. I ; Jakarta:
Harakah, 2002), h.64
5
Burhanuddin Salam, Etika Sosial Asas Moral dalam Kehidupan Manusia (Cet. I; Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1997),h.1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

ini, etika yang akan diteliti adalah etika Islami sebagaimana yang terkandung
dalam al-Quran dan hadis.
Penelitian substansi ayat-ayat yang mengandung nilai-nilai etika
tersebut dilakukan dengan kitab-kitab dan buku-buku yang menjelaskan
tentang islam, persoalannya kemudian sangat menarik untuk diteliti, karena
menyangkut dengan praktik atau kegiatan jurnalistik dan penggunaan media
tekhologi yang dapat menimbulkan dampak dan dapat pula mempengaruhi
pembaca. Bagi pekerja jurnalistik Islam, kepatuhan terhadap nilai-nilai moral
dan etika merupakan hal yang sangat penting dan wajib bagi pekerja
jurnalistik untuk menaati tatakrama nilai Islam. Tanpa memperhatikan
tatakrama nilai Islam maka pekerjaan jurnalistik dapat saja menyebarkan
berita-berita bohong yang dapat menyesatkan semua pembaca.
Etika yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah etika yang
berhubungan dengan jurnalistik. Dengan demikian maka etika komunikasi
persona, etika komunikasi kelompok dan etika komunikasi massa tidak akan
menjadi pembahasan. Serta bagaiman konsep jurnalistik dalam Islam.
B. Rumusan masalah
Bagaimana pamdangan Dosen Jurnalistik Jurusan Komunikasi
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negri Sunan Ampel
tentang Etika Jurnalistik dalam Bingkai Islam

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya
sesuatu hal yang diperoleh setelah selesai penelitian. Seperti rumusan masalah
yang dipaparkan diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui etika jurnalistik dalam pandangan Islam menurut
Dosen Jurnalistik jurusan komunikasi fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Untuk memberikan wawasan yang komprehensip kepada semua
mahasiswa khusunya ummat Islam, baik sebagai pelaku dalam jurnalistik
(produsen) untuk dijadikan pegangan yang harus dipedomani maupun
sebagai pengguna (konsumen) untuk menilai hasil kerja dari produsen.
2. Dengan adanya pembahasan ini, maka diharapkan akan menjadi salah
satu pelengkap dan referensi dalam memahami tentang jurnalistik yang
berwawasan Islam dengan etika-etika dalam al-Quran, khusunya kepada
orang-orang yang terlibat dalam jurnalistik ini, dan kepada kalangan
akademis bidang jurnalistik pada berbagai perguruan tinggi.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

E. Definisi Konsep
Skripsi ini berjudul " Etika jurnalistik dalam Bingkai Islam". Untuk
memahami judul tersebut agar tidak terjadi salah pemahaman, maka penulis
akan mengemukakan dan menjelaskan setiap kata yang dianggap penting.
Kata etika , menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 1.
kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; 2. Ilmu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)6.
Melihat kedua pengertian di atas maka semua pengertian yang memiliki
nuansa Islami.
Kata jurnalistik dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah yang
menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran.7 Tetapi saat ini kata
jurnalistik bukan hanya ditujukan kepada surat kabar, tetapi lebih luas lagi
pemaknaannya karena mencakup media elelotronik seperti televisi radio dan
sebagainya. Orang yang bekerja sebagai jurnalistik disebut jurnalis.
Kata Islam dalam Ensiklopedi Islam adalah agama samawi yang
diturunkan oleh Allah swt. melalui utusan-Nya Muhammad saw. , yang
ajaran-ajarannya terdapat dalam kitab suci al-Quran dan sunnah dalam bentuk
perintah-perintah, larangan-larangan, dan petunjuk untuk kebaikan manusia di
dunia dan akhirat.8

6

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar bahasa Indonesia , (Cet. III ; Jakarta : Balai Pustaka,
2003), h. 309
7
Ibid .,h. 482
8
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 2, ( cet. III ; Jakarta : Ichtiar
baru Van Hoeve, 1994), h. 247

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Konsep Jurnalistik Islam. Secara singkat Jurnalisme Islam merupakan
aktualisasi dakwah dalam system kepenulisanuntuk mempengaruhi cara
berasa, berfikir, dan bertindak manusia untuk mewujudkan ajaran islam di
berbagai aspek kehidupan, atau dapat di katatkan sebagai peruses meliput,
mengolah dan menyebar luaskan berbagai peristiwa dengan muatan nilai-nilai
islam dengan memathui kaidah-kaidah jurnalistik dan norma-norma yang
bersumber pada Al-Qur’an dan Al-Hadith.
Sementara itu, karakter dasar jurnalistik islam secara umum hamper
sama dengan karya jurnalistik yang menjunjung nilai-nilai kebenaran secara
hakiki, namun ada beberapa karakter yang dapat membedakannya, yaitu:
1. Menjunjung tinggi nilai keaktualitas, kefaktualitas dan informasi secara valid
dan benar.
2. Mengedepankan nilai-nilai humanisme yang ditopang oleh nilai-nilai
keislaman.
3. Kritik terhadap lingkungan luar dan sanggup menyaring informasi yang
terkadang memiliki nilai biasa.
4. Berperan sebagai penerjemah dan frontier spirit bagi pembaharuan dan
gagasan-gagasan kreatif kontenporer.
5. Transformasi

nilai-nilai

keislaman dalam

rangka pemeliharaan

dan

pengembangan khazanah intelektual keislaman.
6. Penyelaras berbagai aliran pemikiran islam yang berkembang.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Berpijak dari karakter jurnalistik islam ini, maka seorang wartawan
dalam prsepektif islam tidak hanya sekedar informasi kepada khalayak luas,
tapi juga harus memerankan diri sebagai mua’addib (pendidik) musaddid

(pelurus informasi), mujaddid (pembaharu pemikiran islam), muwahhid
(pemersatu) dan mujahid (pejuang nilai-nilai keislaman).
Dengan memperhatikan judul tersebut di atas dengan pengertian katakatanya maka akan memberikan gambaran ruang lingkup pembahasan dan
pengertian operasional. Jadi Etika Jurnalistik dalam Bingkai Islam adalah
suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang jurnalis dalam meliput,
mengumpulkan data, mengola data, dan menyebarluaskan kemasyrakat guna
untuk memperkaya wawasan dengan mengacu kepada kode etik jurnalistik
dalam Bingkai Islam.

F. Sistematika Pembahasan
Agar penelitian skripsi ini tersusun dengan secara rapi dan jelas
sehingga mudah dipahami, maka peneliti susun sistematika pembahasan
sebagai berikut:
BAB I

: PENDAHULUAN
Bab ini meliputi : latar balakang masalah, rumusan masalah, tujuan

masalah, manfaat penelitian, kajian penelitian terdahulu, definisi konsep,
metode penelitian, dan terakhir sistematika pembahasan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

BAB II

: KAJIAN KEPUSTAKAAN
Bab ini berisi tentang kajian kepustakaan. Bab ini juga menjelaskan

teori yang berkenaan dengan “Etika Jurnalistik dalam Bingkai Islam” yang

digunakan untuk menganalisis sebuah penelitian. Kerangka teoritik ini adalah
suatu model konseptual tentang bagaimana teori yang digunakan berhubungan
dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah
penelitian.
BAB III

: METODE PENELITIAN

Bab ini memuat uraian secara rinci tentang metode dan langkahlangkah penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran
peneliti, setting penelitian, sumber data, pengumpulan data, analisis data,
pengecekan keabsahan data dan tahapan penelitian.
BAB IV

: PENYAJIAN DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang mengenai setting penelitian serta data dan
fakta subyek penelitian, terutama yang terkait dengan rumusan masalah yang
diajukan, dalam arti pada bagian ini berisi tentang jawaban atas berbagai
masalah yang diajukan oleh peneliti, yang didasarkan atas hasil observasi dan
wawancara serta informasi lainnya seperti dokumen, foto, rekaman video, dll
dan yang terakhir berisikan temuan penelitian.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

BAB V

: PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir yang didalamnya berisi tentang
kesimpulan dan saran-saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
KAJIAN TEORTIS
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Jurnalitik
Junalistik sendiri, berasal dari kata “jour” (perancis) yang berarti
“catatan harian”. Sejak zaman romawi kuno, Julius Caesar, telah di kenal
kata “Acta Diurma”. Yang berarti segala kegiatan dari hari kehari

(pengumuman pemerintah, dan lain sebagainya).9
Almarhum Adinegoro merumuskan jurnalistik sebagai “ semacam

kepandanya mengarang yang pokoknya member pekabaran pada
masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya”.10
Dalam hubungan ini dapat dijelaskan bahwa secara singkat dapat
di

kemukakan

bahwasanya

“jurnalistik

kegiatannya

adalah

mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan berita kepada khalayak
seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya”.
Istilah jurnalistik pada saat ini, mungkin sudah tidak asing lagi
terdengar di telinga . Di era sekarang ini berbagai media informasi dan
telekomunikasi sangat mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat,
khususnya di perkotaan, bahkan media massa dapat mempengaruhi
masyarakat sampai kepelosok-pelosok pedesaan. Televisi dan radio bukan
9

M.Djen Amar, hokum komunikasi jurnalistik (Bandung: penerbit alumni,1984) h 30
Ibit…h 30

10

12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

lagi barang yang dianggap mewah, sehingga banyak masyarakat desa yang
memilikinya. Sehingga dari media massa itulah kerap sering termuat
istilah jurnalistik. Karena media massa sebagai sarana penyaluran kegiatan
hasil kerja jurnalistik . Dari segi asal katanya, istilah jurnalistik berasal
dari jurnalistiek ( bahasa Belanda), sama halnya dengan istilah dalam
bahasa Inggris yaitu Journalism yang bersumber dari perkataan jounal,
yang merupakaan terjemahan dari bahasa latin diurna yang berarti
"harian"atau "setiap hari", di mana segala berita yang pada hari itu termuat
dalam lembaran kertas yang tercetak.11
Dalam Kamus Besar Indonesia disebutkan hahwa jurnalistik
adalah pekerjaan mengumpulkan , menulis, mengedit dan menerbitkan
berita di surat kabar dan sebagainya, yang menyangkut kewartawanan dan
persuratkabaran12. Melihat pengertian di atas, maka pada point pertama
memberikan pemahaman karena pada point pertama memberi perincian
yang mendalam mulai dari proses memgumpulkan berita hingga
penerbitan pada surat kabar (media cetak), meskipun di era sekarang ini,
bukan hanya media cetak tetapi juga media elektonik yang menjadi media
bagia kegiatan jurnalistik.

11

Ibit…h 31
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Cet. III; Jakarta: Balai Pustaka,
2003),h 482-483

12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Untuk memahami lebih jauh dan lebih komprehensip tentang
pengertian jurnalistik yang memiliki pengertian yang beragam tergantung
dari sudut pandang mana melihatnya, maka penulis akan mengemukakan
berbagai pendapat para ahli tentang jurnalistik.
Jurnalistik menurut Onong U. Effendi, jurnalistik adalah
mengelolah berita sejak dari

mendapatkan

bahan sampai

pada

menyebarluaskannya kepada khalayak. Pada mulanya jurnalistik hanya
mengelola hal-hal yang sifatnya informatif saja. Itu terbukti pada Acta
Diurma sebagai peroduk jurnalistik pertama pada zaman Romawi kuno,
ketika kaisar Julius Caesar berkuasa.13
Selanjutnya menurut Junaedhie bahwa jurnalistik adalah suatu
kegiatan dalam komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita
atau ulasan mengenai berbagai hal atau peristiwa sehari-hari yang bersifat
umum dan hangat, dalam waktu yang secepat-cepatnya. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa jurnalistik adalah suatu bidang profesi yang
menyajikan informasi tentang kejadian sehari-hari, secara berkala dengan
menggunakan sarana media massa yang ada.14

13

Onong U, Effendy, Dimensi-dimensi komunikasi (Bandung: Alumni, 1984) h 124
Junaedhie Kurniawan, Ensiklopedi Pers Indonesia,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991),h. 116117

14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

Berikutnya pengertian jurnalistik menurut M. Djan Amar adalah
usaha memproduksi kata-kata dan "gambar-gambar" dan dihubungkan
dengan proses transfer ide/gagsan dalam bentuk suara, inilah sebagai cikal
bakal makna jurnalistik secara sederhana.15
Pengertian jurnalistik lebih lanjut dikemukakan dalam buku yang
berjudul Studi Ilmu Publisistik. Jurnalistik adalah suatu kegiatan dalam
komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun
ulasannya mengenai berbagai peristiwa atau berbagai kejadian sehari-hari
yang umum dan aktual dalam waktu yang secepat-cepatnya.16
Kermudian menurut M. Ridwan, jurnalistik ialah suatu kepandaian
praktis mengumpulkan, menulis, mengedit berita, untuk pemberirtaan
dalam surat kabar , majalah, atau terbit berkala lainnya . Selain bersifat
keterampilan praktis, jurnalistik juga sebuah seni.17 Sedangkan menurut
Riyati Irawan, jurnalistik adalah salah satu bentuk publisitik/komunikasi
yang menyiarkan berita atau ulasan beita tentang peristiwa-peristiwa
sehari-hari yang umum dan aktual dengan secepat-cepatnya.
Melihat pengetian jurnalistik di atas yang beragam maka penulis
dapat menyimpulkan, bahwa kegiatan jurnalistik dilakukan dengan: 1.
Seorang wartawan (jurnalis) mengumpulkan, mengola, menulis, mengedit
15

M. Djan Amar, Hukum Komunikasi Jurnalistik (Bandung: Alumni,1984),h 30
M.O Palapah dan Atang Syamsuddin, Studi Ilmu Publisistik , (Bandung : Fakultas Publisistik
UNPAD Bandung, 1975), h. 17
17
M. Ridwan, Objektifitas pemberitaan pada surat kabar Indonesia ( Makassar: Unhas University,
1992), 24-25
16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

data, sehingga menghasilkan informasi atau berita. 2. Data-data yang
diperoleh tersebut kemudian di diproses untuk menghasilkan berita yang
menarik dan di tempatkan di media massa,seperti surat kabar, majalah dan
lainnya. Karena perkembangan zaman maka jurnalistik tidak hanya
terbatas pada media cetak tetapi juga media elektronik seperti televisi,
radio bahkan internet. 3. Berita tersebut kemudian di sebarluaskan ke
masyarakat untuk dijadikan sebagai bahan berita.
2. Sejarah Jurnalistik
Pada dasarnya bahwa perkembangan jurnalistik tidak dapat
dipisahkan dengan sejarah penemuan huruf, sejarah penemuan alat-alat
pencetak, alat-alat tulis, sejarah grafika dan penemuan-penemuan lain
yang berkaitan dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin
canggih.
Sejarah jurnalistik pun tidak dapat dipisahkan dari proses
perkembangan ilmu komunikasi, karena merupakan bagian yang
takterpisahkan dalam proses hubungan manusia dengan manusia. Dengan
adanya hubungan ini, maka manusia mampu beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya.
Begitu juga sejarah jurnalistik tidak dapat dipisahkan dari
keinginan manusia untuk mengetahui segala hal yang berkaitan dengan
kebutuhannya, sehingga pada akhirnya manusia tidak akan puas terhadap

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

apa yang diperolehnya dan memotivasi untuk menghasilkan alat-alat yang
baru untuk memuaskan dirinya.
Pengetahuan tentang jurnalistik dimulai pada tahun 2000 SM. Saat
itu, bangsa Babilonia memiliki penulis-penulis sejarah yang mencatat
berbagai macam peristiwa sehari-hari untuk kepentingan negara.
Peninggalan sejarah dari bangsa Babilonia ini banyak sekali, berupa
tulisan-tulisan di tembok-tembok, candi-candi, tonggak, serta gambargambar yang memiliki makna. Kesemua peninggalan tersebut merupakan
pengumuman pemerintahan kerajaan yang sangat penting.
Pada awal berdirinya kerajaan Romawi kuno, setiap pendeta
tertinggi diwajibkan menuliskan peristiwa-peristiwa yang sangat penting
di atas sebuah papan tulis. Papan putih ini di tempatkan di setiap rumah
pendeta dan dijadikan sebagai arsip kerajaan yang lazimnya disebut
Annalen yang artinya catatan tahunan

18

. Begitu pula ketika ingin

memberikan informasi kepada masyarakat, maka yang digunakan adalah
"papan pengumuman" yang dipasang di alun-alun, karena rakyat biasanya
berkumpul dan berada di daerah tersebut.
Pada saat itu, papan pengumuman tersebut merupakan satusatunya media yang digunakan untuk menyebarluaskan informasi kepada
rakyat. Papan pengumuman itu dikenal dengan nama "acta diurna" yang
berasal dari kata acta yang artinya catatan dan diurna berarti harian,

18

J.W. Wahyudi, Komunikasi Jurnalistik( Pengetahuan Praktis Bidang Kewartawanan , SuratkabarMajalah, Radio dan Televisi ), (Bandung: Alumni, 1991) h72

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

dengan demikian acta diurnal adalah catatan harian atau kejadian seharihari.
Para ahli telah sepakat bahwa acata diurna merupakan surat kabar
yang pertama di dunia meskipun jika dibandingkan dengan pengertian
surat kabat sekarang ini. Jika melihat fungsi dari acat diurna dan surat
kabar sekarang ini, maka memiliki fungsi yang sama, yaitu memberikan
informasi kepada masyarakat, tetapi dari segi persyaratan acatdiurna
hanya memenuhi syarat aktualitas dari surat kabar. Jika diteliti, hal ini
tidak mengherankan karana pada waktu itu berita yang dianggap penting
saja yang disebarkan kepada rakyat Romawi.
Seorang ahli sejarah Romawi bernama Suetonius menceritakan
bahwa pada waktu Caesar dinobatkan sebagai "konsul" pada tahun 59 SM,
kemudian memerintahkan agar acta diurna itu dipasang di Stadion
Romawi. Tujuan pemasangan tersebut agar setiap orang dapat membaca
dan menyalinnya, sehingga dapat menyampaikannya kepada orang lain
yang belum mengetahui informasi tersebut.19
Karena pentingnya acta diurna ini, maka acta diurna tetap
dipelihara, bahkan pemgumuman-pemgumuman yang dimuat di dalamnya
diharapkan dapat diinformasikan lebih luas lagi dari penyebaran
sebelumnya. Dengan adanya penyebaran tersebut maka rakyat Romawi
dengan cepat mengetahui apa yang diperintahkan oleh Raja atau Kaisar
serta ketentuan-ketentuan larangan yang harus ditaati.
19

Ibit…h 72

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Untuk memperoleh informasi pada waktu itu, bagi orang-orang
Romawi kaya yang mempunyai banyak uang dan budak, maka budak
yang memiliki kepandaian menulis dan membaca mencatat isi acta diurna
tersebut kemudian disampaikan kepada majikannya. Dengan demikian
para bangsawan tersebut dapat mengetahui pengumuman yang ada pada
acta diurna. Kegiatan yang dilakukan oleh para budak tersebut secara terus
menerus, maka timbullah " Slave Reporter ". Mereka selain bertugas
sebagai pencatat acta diurna diwajibkan juga untuk mengikuti rapat-rapat
senat dan mencatat apa yang dibicarakan, kemudian hasilnya disampaikan
kepada majikannya secara tertulis.
Jadi para budak tersebut pada waktu itu bukan hanya mengurus
keperluan-keperluan para majikannya di rumah, melainkan juga bertugas
untuk memberikan informasi kepadanya dengan mencatat pemgumuman
yang ada di acta diurna. Dengan adanaya tugas tersebut maka para budak
berinisiatif untuk memperjualbelikan pengumuman yang ada diacta
diurna dan berita lainnya yang dianggap penting seperti berita pernikahan.
Selain acta diurna juga ada acta senatus. Acta senatus ini hanya
memuat khusus berita-berita senat, karena dipasang di tempat umum,
maka isi pesannya juga bersifat umum. Siapa saja bisa membacanya. Dari
papan inilah berita-berita tentang kekaisaran yang baik-baik tersebar
sampai ke luar Roma, melalui pelaut-pelaut yang singgah di kota Roma.
Nasib acta diurna dan acta senatus ikut lenyap bersama lenyapnya

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

kekaisaran Romawi kuno.20 Namun demikian bahwa sejarah telah
mencatat kedua acta ini sebagai cikal bakal surat kabar walaupun tidak
dapat dikatakan sebagai surat kabar, juga bagi pelaut-pelaut yang
menyebarkan informasi sampai keluar Romawi dapat disebut sebagai
sarana, sebab melalui pelaut-pelaut tersebut berita-berita yang dimuat
dapat tersebar luas.
Fugger Zeitungen adalah surat-surat berita yang diperoleh dan
dihimpun oleh keluarga Fugger dari tahun 1568-1605. Saat ini masih
tersimpan di Kantor Dagang Besar Fugger di Augsburg. Surat-surat berita
tersebut berasal dari beberapa sumber dan hanya dengan tulisan tangan. Di
antara pengirimnya adalah Jertemias Krasser yang meninggal di Augsburg
pada tahun 1596. Penggantinya Jeremias dengan menggaji orang-orang
untuk mencari, mengumpulkan, menulis dan mengirimkannya kepada
pelanggannya. Surat kabar tulisan tangan untuk pertama kalinya dibuat
dan dikembangkan di kota venesia pada tahun 1536. Tulisan tangan
tersebut dikenal dengan nama Gazetta, yang merupakan mata uang kecil di
Venesia.21
Surat kabar tulisan tangan ini, dicetak dan disebarkan pada abad
XVI. Selain di Venesia, juga sudah ada surat kabar tulisan tangan di
nederland dan Inggris yang dimanfaatkan oleh Ratu Elizabeth untuk
kepentingan dirinya sendiri.
20
21

Ibid ,…h. 72
Ibid ,…h 73.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Gambaran di atas tentang sejarah awal lahirnya surat kabar
merupakan bukti bahwa kebutuhan manusia akan informasi sangatlah
penting tanpa melihat batas dan jarak waktu yang ditempuh untuk
memperoleh informasi tersebut. Ini juga membuktikan bahwa manusia
memiliki sifat ingin tahu terhadap berbagai persoalan.
Sejak surat kabar pertama di terbitkan di Perancis pada tahun 1631
dengan nama Gazette de Franca, yang merupakan surat kabar resmi
pemerintah , maka surat kabar lainnya yang ada merupakan surat kabar
gelap. Pada zaman-raja-raja yang mempunyai sifat monarchi absolut
menggunakan surat kabar sebagai alat penguasa.
Dari kata acta diurna, anales dan acta senatus tersebut melalui
berbagai jaman timbullah istilah jurnalistik sekarang ini.
Dalam

perkembangan

selanjutnya

terutama

dalam

perkembangannya sebagai ilmu pengetahuan ada yang menamakan atau
menggunakan istilah "Zeitungswissenchaft" atau dalam bahasa Belanda
dengan istilah "Dagbladwetenschap" atau ilmu persuratkabaran. Ilmu ini
dipelopori oleh Prof Dr. Karl Bucher sebagai orang pertama yang
mengajarkan ilmu tersebut di tingkat Perguruan Tinggi di Universitas
Bazel pada tahun 1884 di Swiss. Kemudian pada tahun 1892 baru
dilanjutkan di Universitas Leipzig Jerman.22

22

Toha Jahja Oeman, MA., Ilmu Dakwah , (Jakarta: Wijaya, 1971),h. 11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

3. Ragam dan Karakter Jurnalistik

Pada dasarnya ilmu jurnalistik hanya satu, namun ketika
diterapkan secara aplikatif melalui berbagai media, baik cetak, elektronik,
maupun cyber media memberikan konsekuensi bentuk baru dalam
berjurnalistik. Kondisi ini lebih didasarkan pada pertimbangan efisiyensi
dan efektivitas pesan yang disampaikan lewat media tertentu, artinya
penyajian pesan jurnalistik selalu mempertimbangkan aspek fisial
medianya.

Berpijak dari realitas media informasi dan komunikasi yang
berkembang saat ini, muncul beberapa bentuk (ragam) jurnalistik sebagai
berikut:

a. Jurnalistik Media Cetak

Jurnalistik media cetak, boleh dikatakan model jurnalistik yang paling
tua, atau yang kali pertama muncul. Meski model awalnya belum terbentuk
media surat kabar atau majalah seperti sekarang ini, namun keberadaan
“media tercetak” Acta Diurna yang di gagas Julus Carles boleh dikatakan

sebagai tonggak awal lahirnya jurnalistik cetak, yang kemudian di susul

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

dengan “media tercetak” lainnya, seperti Avisa Realtion Oder Zeitung, Weekly

News pada abad ke-16.

Hadirnya jurnalistik cetak di hadapan khalayak luas secara sederhana
diarahkan untuk membuka “mata pembaca” dalam mengenali dan memahami

perubahan yang terjadi di permukaan muka bumi ini. Karna itulah fungsi
jurnalistik cetak dapat dirincikan sebagai berikut:

1) To inform yaitu meng informasikan kepada pembaca secara objektif tentang
apa yang terjadi dalam suatu komunitas, Negara dan Dunia.
2) To

comment

yaitu

mengomentari

berita

yang

disampaikan

dan

mengembangkannya ke dalam focus berita.
3) To provide, yaitu menyediakan keperluan informasi pembaca yang
membutuhkan barang dan jasa melaluai pemasangan iklan di media cetak.
4) Untuk mengkampanyekan proyek-proyek yang bersifat kemasyarakatan yang
diperlukan sekali untuk membantu kondisi-kondisi tertentu.
5) Memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita dan gambar atau
cerita-cerita khusus.
6) Melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, menjadi agen informasi dan
pejuang hak asasi.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Berpijak dari detail fungsi jurnalistik cetak tersebut, maka secara
konseptual jurnalistik cetak tidak dimaknai sebagai ilmu, proses dan karya
jurnalistik yang disiarkan kepada khalayak melaluai media tercetak saja, tapi
harus dimaknai sebagai sarana alternative yang mampu membangkitkan
motivasi dan kemandirian masyarakat dalam memahami arti penting sebuah
informasi sebagai pengembang kehidupan secara hakiki. Dengan demikian,
peraktisi jurnalistik cetak akan selalu berpikir seribu kali jika ingin
mengarahkan produknya ke nilai-nilai vulture jornalisme (jurnalistik yang
mengikuti selera rendah khalayak), dan tetap konsisten pada pembentukan
niali-nilai yang mengarah pada vulture jornalisme (jurnalistik yang
mengarahkan khalayak pada kesadaran akan masa depan).

Sementara itu produk jurnalistik cetak yang dihasilkan bentuknya
cukup beragam. Secara singkat dapat dikatakan adalah semua barang cetakan
yang tujuannya memberikan informasi kepada khalayak luas. Namun
demikian yang perlu diperhatikan adalah dalam setiap bentuk jurnalistik cetak
tersebut adalah sub bentuk yang “mewarna” isi produk rersebut. Misalnya
surat kabar, didalamnya terdapat berbagai macam bentuk tulisan seperti, berita

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

(straight news), features, kolom, artikel, iklan bahkan juga laporan investigasi
dan lainnya.

b. Jurnalistik Media Radio

Keberadaan jurnalistik radio, pada dasarnya merupakan kelanjutandari
jurnalistik cetak. Hal ini seiring di temukannya perngkat teknologi radio yang
ternyata memiliki kemampuan untuk meningkatkan transfer informasi kepada
khalayak luas lebih cepat. Radio kali pertama ditemukan seorang ahli fisika
yang berkebangsaan Skotlandia tahun 1864, yaitu James C Maxwell, dalam
perkembangannya semakin dilirik kalangan jurnalistik untuk menjadi media
alternative penyiaran informasi. Semenjak itulah, radio dipandang sebagai
media alternative dalam menyampaikan informasi kepada khalayak selain
media cetak.

Dengan

dipilihnya

radio

sebagai

media

alternative

dalam

berjurnalistik, menurut Masduki (2004) menjadikan radio sebagai industry
informasi baru yang memiliki tiga kepentingan dalam mengembangkan
program siarannya, yaitu:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

1) Radio sebagai media public yang mewadahi sebanyak mungkin kebtuhan dan
kepentingan pendengarnya (to inform, to educate and to entertain)
2) Radio sebagai media penyampaian informasi dari satu pihak kepihak yang
lain.
3) Radio sebagai sarana mobilisasi pendapat public dalam mempengaruhi
kebijakan.
4) Radio sebagai sarana untuk mengikat kebersamaan dlam semangat
kemanusian dan kejujuran.

Untuk memaksimalkan media radio dalam berjurnalistik secara
porposional dan professional serta memberdayakan khalayak, maka
pemahaman terhadap aspek fisik media radio menjadi perlu diperhatikan.
Pemerhatian ini perlu didasari oleh argumentasi bahwa (1) dengan memahami
karakter media radio, jurnalistik radio akan mengetahui dimana letak
kelebihan dan kekurangan media ini sebagai dasar peroduk karya, (2) dapat
menentukan pendekatan terhadap khalayak pendengar sehingga informasi
yang disampaikan tepat pada sasaran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

c. Jurnalistik Media Televisi

Dunia pertelevisian di negeri ini mengalami perkembangan yang
cukup ekseleratif. Pada awalnya hanya satu buah, yaitu TVRI yang notabene
miliki pemerintah, kemudian berkembang cukup banyak jumlahnya, misalnya
tahun 1989, lahir Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Disusul dengan
Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Indosiar,
dan Andalas Televisi (AnTeve). Ketika reformasi bergulir, stasiun televise
menjadi berkembang, maka muncullah stasiun suwasta nasional maupun yang
bersekala local, seperti Metro TV, Transformasi Televisi (Trans TV), TV 7
yang kini dikenal Trans 7, Lative menjadi TV One dan Gelobal TV. U tuk
televise bersekala local antara lain JTV, Bali TV dan lain sebagainya, di
tambah setasiun televisiyang berbasis jaringan kabel berlangganan.

Dengan berbekal kemertian terhadap potensi dan kekuatan televise,
maka menjadi sangat tepat apabila televise ini dijadikan “perangkat utama”

bagi aktivitas jurnalistik. Tentunya perangkat tersebut akan memiliki nilai
guna yang luar biasa, apabila seseorang ingin memahami karakter dasar
sebelum menanfaatkan media ini dalam berjurnalistik. Karakter dasr ini

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

menjadi alat pandu praktisi televise dalam menghasilkan karya jurnalistik
artistic, dengan cirri fisik:

1) Media televise adalah media elektronik, yaitu ia kakan berfungsi apabila ada
tekanan listrik.
2) Media audio visual gerak, artinya fisual yang ditampilkan mengutamakan
yang bergerak atau moving effects .
3) Media transitory atau hanya meneruskan isi pesan.
4) Media pandang dengar.
5) Media personal.
6) Incomporate media atau media terpadu yang dapat untuk menyajikan media
lain (slid, foto, grafik dll).

Selain keenam tersebut, perlujuga diketahui karakter televise yang lain, yaitu:

1) Peroses pemancaran/ transmisi
2) Isi pesan audio visual dapat dilihat dan didengar sekilas sewaktu ada siaran.
3) Tidak dapat diulang.
4) Dapat menyajikan peristiwa/ pendapat yang sedang terjadi.
5) Dapat menyajikan pendata (audiovisual) narasumber secara langsung/orisinal.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

6) Penulisan di batasi oleh detik,menit dan jam.
7) Makna berkala dibatasi detik, menit dan jam.
8) Distribusi melalui pemancar atau transmisi.
9) Bahasa yang digunakan formal dan nonformal (bahasa tutur).
10) Kalimat jelas, singkat, padat dan sederhana.

Kesepuluh yang menjadi cirri utama jurnalistik televise tersebut
memberikan konsekuensi pada produk-produk yang dihasilkannya, yang
secara garis besar terkatagori menjadi dua bentuk besar, yaitu:

1) Karya Artistic

Sebuah karya peroduk yang bertumpu atau mengutamakan keindahan
dan memasukkan tatacara keindahan jurnalistik, dengan isi pesan boleh
factual, karena sasarannya memuaskan khalayak.

Contoh produk yang dihasilkan adalah program pendidikan dan
agama, kesenian dan kebudayaan, hibutan berupa acara music, sinetron dan
komedi, public service dan iklan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

2) Karya Jurnalistik

Sebuah karya produk yang mamapu dan mengutamakan kecepatan dan
memasukkan tatacara keindahan yang berlaku dalam artistic, dengan isi pesan
harus factual atau mengandung nilai kebenaran karnanya sasaran akhir
produknya adalah memuaskan dan meningkatkan kepercayaan khalayak.

Contoh berita-berita actual (time concern/penyajian terikat waktu),
berita-berita non actual (timeless/penyajian tidak terikat waktu), penerangan
yang bertitik tolak dari berita (information news), documenter yang berisi
sejarah dan lain-lain.

d. Jurnalistik Cyber Media

Dari sekian model jurnalistik, mungkin untuk sementara ini hanya
jurnalistik cyber media yang boleh bikatakan sebagai jurnalistik teknik dan
tercanggih dalam hal penggunaan media sebagai sarana tranformasi informasi.
Betapa tidak media yang digunakan adalah media yang menggunakan
teknologi terbaru, yaitu internet (interconnection networking). Sebuah
teknologi yang mampu membwrikan kebebasan seseorang mengakses
informasi dari segala penjuru dunia dengan hanya meng “klik” saja, bahkan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

dengan kemampuan teknologi ini pula, seseorang dapat menjadi wartawan
yang

menghadirkan

berbagai

bentuk

karya

tulisannya

dan

mempublikasikannya melalui email atau weblog yang dimilikinya tampa
bergantung pada lembaga informasi manapun.

Jurnalistik cyber media (cyber journalism) dalam bahasa yang lain
dikenal dengan nama jurnalisme online. Dikatakan demikian karna pola kerja
dan pengakses informasi model ini selalu menggunakan media internet
(computer). Dengan media internet inilah produk yang dihasilkan dari kerja
jurnalistik cybermedia langsung dapat dinikmati khalayak, tanpa terikat oleh
waktu dan prosedur buku lembaga penyiaran manpun, bahkan pola saat
peristiwa berlangsung, informasi dapat diakses langsung.

Sebagai bentuk baru dalam berjurnalistik, maka jurnalistik cyber
media ini dapat dikenali wujutnya dengan melihat cirri khasnya, yaitu:

1) Sifatnya yang real time, berita, kisah-kisah, pristiwa bias langsung
dipublikasikan pada saat kejadian sedang berlangsung.
2) Dari sisi penerbit, mekanisme publikasi real time itu lebih leluasa tanpa
dikerangkengi oleh periodesisai maupun jadwal penerbit atau siaran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

3) Menyertakan unsure-unsur multimedia adalah karakteristik lain.
4) Bersifat interaktif. Dengan memanfaatkan hyperlink yang terdapat pada web.
5) Tidak membutuhkan organisasi resmi berikut legal formalnya sebagai
lembaga pres.
6) Tidak membutuhkan redaktur seperti yang dimiliki surat kabar konvensional.
7) Tidak ada bi