T1 312009011 BAB III
1
BAB 3
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Deskripsi Lokasi Penelitian1
1. Latar Belakang Berdirinya Yayasan KAKAK
Yayasan KAKAK berdiri pada tanggal 23 Juli 1997. Yayasan KAKAK merupakan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mempunyai keprihatinan terhadap kepedulian untuk konsumen anak. Berdirinya yayasan KAKAK merupakan bentuk kepedulian dari beberapa orang terhadap permasalahan anak dan konsumen, yaitu Bapak Agus Prambagio, Ibu Dewi Rahmawati, Ibu Emmy LS, Ibu Ira Puspadewi, Bapak Irwanto, Bapak Muhammad Yani, Ibu Nafsiah Mboi, Bapak Sudaryatmo, Ibu Tini Hadad, Bapak Widjanarko ES, dan Bapak Widodo. Mereka menamai yayasan ini KAKAK yang memiliki kepanjangan Kepedulian Untuk Konsumen Anak. Mereka yang tergabung dalam anggota perintis yayasan ini memiliki latar belakang yang berbagai macam, yang mana mereka menyumbangkan seluruh tenaga dan pikiran dalam mendukung seluruh kegiatan KAKAK. Pada awalnya Yayasan KAKAK fokus hanya ke perlindungan konsumen anak, tetapi KAKAK akhirnya sekarang juga fokus ke perlindungan anak dari kekerasan seksual.
1
(2)
2
Yayasan KAKAK melakukan penelitian tentang perilaku konsumtif yang dilakukan anak-anak. Hasilnya dari perilaku konsumtif yang dilakukan ditemukan anak yang menjadi anak yang dilacurkan (pelacur anak). Selanjutnya diteliti, salah satu penyebab anak yang dilacurkan adalah anak korban kekerasan seksual untuk itu pendampingan anak korban kekerasan seksual salah satu tujuannya agar mereka tidak menjadi anak yang dilacurkan.
2. Visi dan Misi Yayasan KAKAK
a. Visi Yayasan KAKAK
Menciptakan masyarakat Indonesia yang memenuhi hak-hak anak yaitu kelangsungan hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi, dengan berdasarkan pada nilai-nilai kepentingan terbaik untuk anak dan non diskriminasi.
b. Misi Yayasan KAKAK
1) Memberdayakan masyarakat agar mampu menjamin: a) Kelangsungan hidup anak
b) Tumbuh kembang anak c) Perlindungan terhadap anak
2) Menciptakan kesempatan bagi anak agar dapat mengaktualisasikan potensi diri secara optimal
3) Mewujudkan Yayasan KAKAK yang profesional, independen, dan mandiri
(3)
3
4) Melakukan advokasi terhadap berbagai kebijakan agar berpihak pada anak.
3. Tujuan dan Mandat Yayasan KAKAK
a. Tujuan Yayasan KAKAK
Memperjuangkan terpenuhinya hak-hak anak, khususnya anak sebagai konsumen dan anak korban eksploitasi seksual melalui pendidikan, advokasi, dan pelayanan.
b. Mandat Yayayan KAKAK
Sekumpulan orang yang peduli dan komit untuk memperjuangkan terpenuhinya hak-hak khususnya anak sebagai konsumen dan anak sebagai korban eksploitasi seksual secara profesional, independen, mandiri, terbuka, dan berperspektif anak.
4. Peran Strategis Yayasan KAKAK
Dalam rangka visi, misi, mandat dan tujuan tersebut, Yayasan KAKAK ingin menjadikan dirinya sebagai “Agent Of Social Change” dengan peran-peran strategis:
1. Community Organizer, dengan fungsi:
Memperkuat akses terhadap sumber daya, penguasaan informasi dan organisasi masyarakat.
(4)
4
2. Fasilitator, dengan fungsi:
Memfasilitasi proses belajar masyarakat dan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kemampuannya mengatasi masalah.
3. Advokator, dengan fungsi:
Mendorong terjadinya perubahan-perubahan kebijakan yang lebih berpihak pada kepentingan dan hak-hak anak.
4. Researcher, dengan fungsi:
Melakukan penelitian-penelitian kritis yang mampu mendorong terbangunnya ilmu pengetahuan masyarakat, dan berguna untuk mendukung mengembangkan model pendidikan maupun advokasi.
5. Sistem/Konsep Program
a. Tindakan Preventif
Merupakan tindakan pencegahan dan penanggulangan sedini mungkin. Tindakan preventif ini bertujuan memberi pengetahuan kepada remaja agar tidak terjebak kepada hal-hal yang negatif. Contoh tindakan preventif yang dilakukan adalah berupa kampanye yang diadakan melalui obrolan di radio, iklan layanan masyarakat, Rubrik Warung Gaul yang terdapat di Koran Solo Pos tentang penanganan remaja, penyebaran poster tentang AIDS dan bahaya kehamilan di usia dini, serta penyebaran stiker.
(5)
5
b. Tindakan Recovery
Adalah tindakan yang diambil untuk membantu memulihkan kondisi remaja yang rusak secara psikologis. Contoh tindakan
recovery adalah berupa seminar yang mengundang pembicara ahli
dan konseling. c. Kegiatan Kelompok
Kegiatan ini bertujuan mengajak anak–anak yang terjerat masalah untuk berkumpul bersama memecahkan masalah. Kegiatan ini dilakukan secara rutin dan dibimbing oleh seorang Community
Organizer. Seorang Community Organizer berperan membimbing,
memperhatikan kondisi dan kehidupan anak-anak bimbingannya supaya memiliki kehidupan yang lebih baik.
d. Klinik
Atau sering disebut dengan Medis Phsycologis. Kegiatan ini bertujuan memberikan penanganan psikologi berupa konseling kepada anak-anak yang sedang mengalami depresi atau masalah pribadi.
e. Advokasi
Advokasi adalah tindakan perlindungan bagi anak-anak yang terkena masalah dan membutuhkan perlindungan hukum.
(6)
6 f. Outreach
Merupakan kegiatan menjangkau daerah-daerah yang rawan terhadap tindakan kekerasan seksual ataupun eksploitasi anak. Kegiatan ini berupa kampanye yang bersifat preventif.
6. Struktur Organisasi
(7)
7 a. Pembina
Ketua : Ir. Emmy Lucy Smith Sekretaris : Nining S. Muktamar, MSi Bendahara : Rossana Dewi Rachmawati Anggota : Drs. Widada Bujowiryono, M.Pd. Prof. Irwanto, Ph. D.
Ir. Widjanarko Eka Saksana
Sudaryatmo, SH.
Mohammad Yani
Ir. Agus Pambagio
Suarhartini Hadad
Ir. Ira Puspa Dewi
b. Pengawas
Ketua : Kelik Wardiono, SH, M.H. Anggota : Dr. Nanik Prihartanti
Pertiwi, Amd.
c. Pengurus
Ketua : Shoim Sahriyati, ST. Sekretaris : Rita Hastuti, SP. Bendahara : Sudaryati, SE.
(8)
8 7. Sumber Dana Yayasan KAKAK
Yayasan KAKAK merupakan sebuah lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang sosial, khususnya kepeduliannya terhadap masalah-masalah anak. Selama ini dalam melaksanakan beberapa programnya yayasan KAKAK mendapat bantuan dana baik dari luar negeri maupun dalam negeri, seperti UNICEF dan Terre Des Hommes. Akan tetapi salah satu lembaga funding dari luar negeri yang sampai saat ini masih terus memberikan bantuan dana pada yayasan KAKAK adalah Terre Des Hommes Belanda. Lembaga ini adalah salah satu lembaga yang mempunyai ketertarikan pada masalah anak-anak dan perempuan. Dari dalam negeri, yayasan KAKAK juga menerima dukungan dari YLKI dan masyarakat yang mempunyai kepedulian yang sama. Dalam melakukan kegiatan-kegiatan lembaga selain mendapat bantuan dari lembaga funding, yayasan KAKAK juga melakukan penggalian dana secara mandiri untuk membiayai program-programnya yang tidak mendapat bantuan dana dari lembaga funding. Penggalian dana tersebut dilakukan dengan menjadi pembicara dalam seminar-seminar, pembuatan buku, pembuatan poster maupun kaos yang dijual untuk umum.
8. Staff Recruitment
Dalam mengadakan perekrutan staf, yayasan KAKAK membuat pengumuman lowongan di beberapa median cetak maupun
(9)
9
pengumuman langsung di sekretariat yayasan KAKAK. Syarat-syarat atau prosedur yang harus dipenuhi oleh pendaftar antara lain dengan mengirimkan surat lamaran, mengikuti tes psikologis dan wawancara. Untuk syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pendaftar disesuaikan dengan jenis jabatan yang dibutuhkan yayasan. Seseorang yang berminat untuk bergabung dengan yayasan KAKAK tidaklah harus mempunyai pengalaman dalam organisasi tertentu ataupun harus seorang aktivis, pada dasarnya masyarakat umum dengan latar belakang apapun bisa mengajukan surat lamaran. Akan tetapi perekrutan ini sangat tergantung dengan kondisi dan kebutuhan yayasan. Sedangkan setelah seorang staf diterima atau memenuhi persyaratan yang diajukan yayasan, maka tahapan proses menjadi staf dimulai dengan menjadi volunteer atau sukarelawan. Kemudian dari hasil evaluasi yang biasanya dilakukan setelah 3 bulan maka seseorang bisa menjadi staf part time, dan kemudian setelah di evaluasi kembali dapat menjadi staf full time. Untuk posisi peneliti, yayasan KAKAK juga pernah mengadakan sistem kerja kontrak, biasanya untuk posisi ini kontrak kerja selama 1 tahun.
9. Fasilitas Yayasan KAKAK
Berkaitan dengan adanya kekerasan seksual terhadap anak, Yayasan KAKAK berupaya membantu anak-anak tersebut dengan memberikan kesadaran, pengetahuan, dan ketrampilan. Yayasan
(10)
10
KAKAK sangat memperhatikan kebutuhan mereka, seperti: perkembangan kesehatan, pengetahuan, hiburan, dan kejiwaan atau psikologis mereka dengan menyediakan berbagai fasilitas dan pelayanan yang tersedia untuk membantu anak kapanpun dan apapun yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.
Yayasan KAKAK mempunyai dan menyediakan fasilitas bagi anak-anak, yaitu:
a. Ruang konsultasi yang bisa digunakan oleh anak yang ingin bercerita atau konsultasi terkait permasalahan yang mereka sedang hadapi kepada orang yang dipercayanya.
b. Komputer yang bisa diakses anak setiap saat.
c. Alat musik seperti gitar dan organ sebagai hiburan mereka dan untuk mengisi waktu kosong
d. Perpustakaan yang menyediakan beberapa buku untuk menambah wawasan dan pengetahuan mereka.
e. Sanggar berupa gazebo yang luas, yang dapat digunakan untuk semua kegiatan terutama pertemuan dan latihan teater.
Selain tersedianya fasilitas-fasilitas tersebut, Yayasan KAKAK juga memberikan pelayanan kepada anak-anak. Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan personal yang bertujuan agar adanya keterikatan hubungan Yayasan KAKAK sebagai pendamping dan anak-anak merasa nyaman dan percaya kepada KAKAK.
(11)
11
Pelayanan itu meliputi:
a. Tes psikologi, yang memiliki tujuan agar ada kedekatan anak-anak dengan Yayasan KAKAK. Yayasan KAKAK sebagai pendamping dan ketika permasalahan tersebut cukup berat dan pendamping tidak mampu, maka terkadang juga ada psikolog khusus untuk mereka, sehingga KAKAK mengetahui perkembangan kondisi kejiwaan anak-anak. b. Medis, yaitu berupaya merawat dan menjaga kesehatan,
terutama organ-organ reproduksi mereka.
c. Hukum, bertujuan mengupayakan keadilan hukum bagi mereka. Namun fungsi pelayanan ini justru tidak berjalan maksimal karena ada kecenderungan dari mereka sebagai korban merasa takut untuk melapor bahkan menuntut orang-orang yang telah berbuat tidak adil kepada mereka.
d. Bahkan demi menjaga hubungan baik dengan anak-anak serta mengetahui proses perkembangan anak-anak binaannya yang sudah lama tidak aktif karena tidak ada waktu sehingga sulit diketahui perkembangannya, Yayasan KAKAK juga mengadakan Home Visit, yang artinya datang ke rumah-rumah mereka secara langsung.
(12)
12 B. Hasil Penelitian Terhadap Kasus Anak Korban Kekerasan Seksual
Tahun 2011 Se-eks- Karesidenan Surakarta
Sepanjang tahun 2011 Yayasan KAKAK menjangkau 18 anak korban kekerasan seksual. Tetapi yang didampingi oleh Yayasan KAKAK sebanyak 13 kasus, yang diantaranya 7 kasus melalui jalur hukum, 6 kasus non jalur hukum. Untuk 5 kasus lainnya keluarga korban menolak untuk didampingi. Berikut ini merupakan hasil penelitian terkait anak korban kekerasan seksual yang berhasil dijangkau Yayasan KAKAK.
1. Wilayah Terjadinya Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak
Yayasan KAKAK menjangkau 18 kasus kekerasan seksual terhadap anak di wilayah eks- Karesidenan Surakarta yang terdiri dari 7 kabupaten/ kota yakni Surakarta, Klaten, Boyolali, Wonogiri, Sragen, Sukoharjo, dan Karanganyar. Untuk lebih detail berikut grafik pembagian wilayah terjadinya kasus kekerasan seksual terhadap anak.
(13)
13
Grafik 1 Wilayah Terjadinya Kasus Kekerasan Seksual Terhadap
Anak
Sumber Data : Yayasan KAKAK
Wilayah kasus terjadinya kekerasan seksual terhadap anak terbanyak adalah di kota Klaten dengan jumlah 9 kasus. Yayasan KAKAK melakukan pendampingan terhadap 9 anak korban kekerasan seksual yang dilakukan berjaringan dengan LSM lokal yang dalam proses pendampingannya melakukan advokasi pada dinas-dinas terkait untuk secara bersama-sama melakukan pendampingan dan penanganan langsung pada korban. Sebenarnya banyak kasus kekerasan seksual yang terjadi sepanjang tahun 2011 , tetapi tidak semua kasus kekerasan seksual terhadap anak dijangkau dan didampingi oleh Yayasan KAKAK.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Boyolali Karanganyar Klaten Surakarta Sragen Sukoharjo Wonogiri
(14)
14
Untuk wilayah Surakarta juga rentan terjadi kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak. Selama tahun 2011, Yayasan KAKAK menjangkau 3 anak korban kekerasan seksual yang berasal dari Surakarta. Dari 3 kasus tersebut, salah satu kasus sumber informasinya berasal dari masyarakat. KAKAK mencoba melakukan advokasi pada masyarakat agar melakukan pendampingan pada anak, hal itu dimulai dari tingkat RT, ibu PKK, dan masyarakat sekitar. Namun anak dan keluarga korban tidak ingin didampingi oleh Yayasan KAKAK dikarenakan keluarga korban ingin menyelesaikan kasus ini secara kekeluargaan.
Wilayah Sragen terdapat 2 kasus kekerasan seksual terhadap anak dan didampingi oleh Yayasan KAKAK. Sebenarnya kasus kekerasan seksual terhadap anak banyak terjadi di Sragen, tetapi tidak semua didampingi oleh Yayasan KAKAK, tetapi didampingi oleh jaringan lokal yang terdapat di Sragen.
Beberapa hal yang mempengaruhi Yayasan KAKAK juga memberikan pendampingan di wilayah Sragen adalah:
a. Banyaknya kasus di wilayah Sragen sehingga membuat pendamping lokal di Sragen membutuhkan bantuan dan dukungan dari Yayasan KAKAK.
b. Yayasan KAKAK merupakan satu-satunya lembaga yang khusus melakukan pendampingan terhadap kasus kekerasan seksual terhadap anak di wilayah Eks-Karesidenan Surakarta,
(15)
15
sehingga jaringan lokal di Sragen lebih banyak meminta bantuan dan dukungan dari Yayasan KAKAK.
Yayasan KAKAK menjangkau 2 korban kekerasan seksual terhadap anak di kota Wonogiri. Dari 2 korban tersebut, 1 korban tidak bersedia didampingi dan untuk 1 korban lagi bersedia didampingi dalam bentuk pemulihan secara kesehatan. Sedangkan wilayah Karanganyar terdapat 2 kasus yang ditangani oleh Yayasan KAKAK.
Wilayah Boyolali Yayasan KAKAK tidak mendampingi korban kasus kekerasan seksual terhadap anak. Dikarenakan di Boyolali sudah terdapat LSM yang fokus terhadap perlindungan anak yaitu Lembaga Kajian untuk Transformasi Sosial (LKTS) dan Penggerak Partisipasi Perempuan, Anak dan Remaja Indonesia (PEPARI). Banyak kasus yang terjadi di wilayah Boyolali tetapi sudah mampu ditangani oleh LSM setempat, sehingga Yayasan KAKAK hanya memberikan bantuan berupa konsultasi atau masukan saja jika ada kasus kekerasan seksual terhadap anak.
Untuk kasus yang terjadi di Sukoharjo Yayasan KAKAK tidak melakukan pendampingan. Yayasan KAKAK lebih mendorong dan melakukan advokasi di Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Lokal untuk lebih intens melakukan pendampingan karena secara geografis merupakan wilayah kerjanya.
(16)
16
Yayasan KAKAK bekerja sama dengan beberapa lembaga di wilayah dalam penanganan kasus kekerasan seksual terhadap anak, contohnya adalah Solidaritas Perempuan untuk Kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia (SPEK-HAM) Surakarta, Aliansi Perempuan Peduli (APP), Sukowati Sragen, Aliansi Perempuan Peduli (APP) Makmur Sukoharjo, Aliansi Perempuan Peduli (APP) Sukses Wonogiri, Setara Kita Klaten, Lembaga Kajian untuk Transformasi Sosial (LKTS) Boyolali, Penggerak Partisipasi Perempuan, Anak dan Remaja Indonesia (PEPARI) Boyolali. Dalam kerjasama ini, Yayasan KAKAK memberikan dukungan kepada lembaga-lembaga tersebut dalam melakukan pendampingan konsultasi ataupun pendampingan hukum serta melakukan aksi ketika terdapat persoalan yang dihadapi oleh lembaga jaringan yang membutuhkan bantuan.
(17)
17 2. Peran Yayasan KAKAK
Kasus kekerasan seksual terhadap anak ada yang sampai ke jalur hukum, tetapi ada juga yang tidak. Berikut penjelasan lengkapnya. Tabel 2 Kasus Litigasi atau Non Litigasi Yang Dilakukan
Yayasan Kakak Dalam Mendampingi Anak Korban Kekerasan Seksual
Nomor Litigasi/Non Litigasi Jumlah Presentasi
1 Litigasi 12 67
2 Non Litigasi 6 33
JUMLAH 18 100%
Sumber Data : Yayasan KAKAK
Jika dilihat dari data diatas bahwa sejumlah 12 dari 18 kasus korban kekerasan seksual terhadap anak dilanjutkan hingga ke proses hukum. Hal ini bisa terjadi karena adanya kesadaran hukum dari pihak keluarga korban kekerasan seksual untuk melanjutkan perkara ini ke proses hukum dikarenakan beberapa faktor, yakni:
a. Korban hamil dan pelaku tidak mau bertanggung jawab, hal ini menyebabkan keluarga korban melaporkan kasus ini ke polisi.
b. Pelaku merupakan keluarga korban yang seharusnya melindungi korban yang masih anak, contohnya adalah ayah kandung, hal ini membuat anggota keluarga melaporkan kasus tersebut ke kantor polisi.
(18)
18
c. Korban mengalami kekerasan seksual oleh lebih dari satu orang atau telah berkali-kali mendapatkan kekerasan seksual sehingga menyebabkan keluarga tidak diterima dan melaporkan ke polisi.
d. Korban di bawa lari oleh pelaku hingga berhari-hari menyebabkan keluarga menjadi khawatir dengan keadaan korban dan akhirnya melaporkan ke polisi.
e. Adanya partisipasi dari masyarakat untuk melaporkan kasus kekerasan seksual ke polisi.
(19)
19
Berikut tabel lengkap data litigasi dan non litigasi:
Tabel 3. Daftar Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Yang Didampingi Oleh Yayasan KAKAK Secara Litigasi
No Nama Korban
Pelaku Kasus + Modus
Tempat Proses Hukum Penyidikan
Proses Hukum Penuntutan
Jeratan Tuntutan Vonis
1 Vivi
Tandiari M. (Perempuan)
Pacar Persetubuh an
+ Bujuk rayu
Kios BAP dilakukan
pada tanggal 17 Februari 2011 di
Poltabes Surakarta
Kasus masuk ke Kejaksaan Surakarta pada
April 2011
Pasal 81 (2) UUPA
Pada Juni 2011 JPU Kejaksaan Negeri Surakarta menuntut 5 tahun penjara dan denda
60 juta
Hakim PN Surakarta memvonis 4 tahun penjara, denda 60 juta
rupiah dan subsider 4 bulan penjara (jeratan vonis pasal 81 (2)
UUPA
2 Windarwati
(Perempuan) Ayah Kandung Perkosaan + paksaan Rumah Korban Dan Pelaku BAP dilakukan pada tanggal 18 Februari 2011 di Polres Sragen
Kasus masuk ke Kejaksaan Sragen
pada pertengahan April
Pasal 81 (1) UUPA
JPU Kejaksaan Negeri Sragen
menuntut 15 tahun penjara dan
denda 60 juta
Hakim PN Sragen memvonis 12 tahun penjara, denda 60 juta
rupiah dan subsider 4 bulan penjara (jeratan vonis pasal 81 (1)
UUPA 3 Erna Dwi S.
(Perempuan)
Tetangga Perkosaan + paksaan
Hotel BAP dilakukan
pada tanggal 17 Februari 2011 di
Polres Karanganyar
Kasus masuk ke Kejaksaan Karanganyar pada pertengahan April
2011
Pasal 81 (1) UUPA
JPU Kejaksaan Negeri Karanganyar menuntut 7 tahun penjara dan denda
60 juta
Hakim PN Karanganyar memvonis 5 tahun penjara, denda 60 juta
rupiah dan subsider 2 bulan penjara (jeratan vonis pasal 81 (2)
(20)
20
4 Sari
(Perempuan)
Tetangga Persetubuh an
+ Bujuk
Rayu
Sawah BAP dilakukan
pada tanggal 7 Juni 2011 di Polres Klaten
Kasus masuk ke Kejaksaan Klaten
pada Juli 2011
Pasal 81 (1) UUPA untuk pelaku jenowo,
edi, murtoyo, siyono dan musiono dan pasal 82 untuk pelaku tumino
JPU Kejaksaan Negeri Klaten menuntut 7 tahun penjara dan denda
60 juta untuk musiono, edi, Siyono. Menuntut 3 th untuk tumino
dan jenowo
Hakim PN Klaten memvonis 5 tahun penjara, denda 60 juta
rupiah dan subsider 2 bulan penjara (jeratan vonis pasal 81 (2)
UUPA
5 Indarti S. (Perempuan)
Pacar Perkosaan + Ancaman
Hotel BAP dilakukan
pada tanggal 20 Juni 2011 di
Polsek Kebonarum
Kasus masuk ke Kejaksaan Klaten
pada Juli 2011
Pasal 81 (1) UUPA
JPU menuntut 6 thn Penjara
Hakim memvonis 4 thn penjara denda 60
jt rupiah (jeratan vonis psl 81(2)
UUPA)
6 Kristina
(Perempuan)
Tetangga Persetubuh an
+ Bujuk
Rayu
Hotel Polisi belum bisa meminta keterangan anak karena anak depresi dan tidak mau memberikan keterangan. Polisi, keluarga dan pendamping mencoba memberikan pemahaman namun korban akan bunuh diri jika
terus dibahas dan ditanya oleh siapapun. Saat ini keluarga korban mencabut laporan.
7 Kurnia Ayu
(Perempuan)
Pacar Persetubuh an + Bujuk Rayu Rumah Pelaku BAP dilakukan pada tanggal 25 Juli 2011 di
Polres Karanganyar
Kasus masuk ke Kejaksaan Karanganyar pada
pertengahan September 2011
Pasal 81 (2) UUPA
JPU Kejaksaan Negeri Karanganyar menuntut 6 tahun penjara dan denda
60 juta
Hakim PN Karanganyar memvonis 5 tahun penjara, denda 60 juta
subsider 3 bulan penjara (jeratan vonis
pasal 81 (2) UUPA
(21)
21
Dari data diatas dapat dilihat bahwa semua korban kekerasan seksual terhadap anak yang berproses hukum berjenis kelamin perempuan dan sebanyak 4 kasus di lakukan oleh orang dewasa sebab orang dewasa menganggap dirinya orang yang kuat atau memiliki kekuatan lebih daripada si korban yang di anggap lebih lemah.
Dari 7 kasus kekerasan seksual terhadap anak yang berproses hukum kesemuanya pelakunya adalah orang-orang terdekat korban. Ada banyak faktor yang mendasari mengapa banyak pelaku kekerasan seksual terhadap anak adalah orang yang dikenal bahkan dekat dengan korban dan keluarga korban, yaitu:
a. Kurangnya rasa curiga keluarga korban terhadap pelaku b. Keluarga korban terlalu percaya pada pelaku
c. Karena korban dan keluarga korban sudah mengenal dekat bahkan dianggap seperti saudara sendiri
d. Memiliki konsep berpikir bahwa pelaku tidak mungkin akan melakukan hal yang negatif terhadap korban
Dari 7 kasus kekerasan seksual terhadap anak yang berproses hukum, kasus yang paling dominan atau paling banyak terjadi adalah persetubuhan dengan modus bujuk rayu sebanyak 4 kasus dan untuk perkosaan dengan modus paksaan sebanyak 3 kasus. Kasus
(22)
22
persetubuhan dilakukan oleh tetangga dan pacar dari korban, sedangkan kasus perkosaan pelakunya adalah pacar, tetangga, dan ayah kandung.
Yayasan KAKAK dalam mendampingi kasus kekerasan seksual yang dilanjutkan ke proses hukum memberikan pendampingan mulai dari proses di kepolisian sampai dengan adanya vonis dari hakim di pengadilan. Untuk kasus kekerasan seksual terhadap anak yang litigasi Undang-Undang yang digunakan adalah UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal yang digunakan adalah Pasal 81 dan Pasal 82, yang berisi bahwa ancaman pidana bagi pelaku kekerasan seksual terhadap anak adalah minimal 3 tahun penjara dan maksimal 15 tahun penjara. Dan dapat dilihat dari 7 kasus diatas yang sudah ada vonis hakimnya, hukuman penjara yang didapat para pelaku sesuai dengan ketentuan Pasal 81 dan 82, pelaku dijerat 4 tahun, 5 tahun, dan 12 tahun penjara.
(23)
23 Tabel 4. Daftar Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Yang Didampingi Oleh Yayasan KAKAK Secara
Non Litigasi
No Nama Korban Pelaku Kasus + Modus
Tempat Bentuk Non Litigasi
Peran Yayasan KAKAK
1 Budi Darmawan
(Laki-Laki)
Guru Ngaji Sodomi
+ Bujuk Rayu
Masjid Mediasi Melakukan intervensi pada keluarga dan
tokoh masyarakat agar memberikan pemahaman yang benar pada korban dan keluarga
2 Agam Saputra
(Laki-Laki)
Guru Ngaji Sodomi
+ Bujuk Rayu
Masjid Mediasi Melakukan intervensi pada keluarga dan
tokoh masyarakat agar memberikan pemahaman yang benar pada korban dan keluarga
3 Bintang Erlangga (Laki-Laki)
Guru Ngaji Sodomi
+ Bujuk Rayu
Masjid Mediasi Melakukan intervensi pada keluarga dan
tokoh masyarakat agar memberikan pemahaman yang benar pada korban dan keluarga
4 Bayu Aji
(Laki-Laki)
Guru Ngaji Sodomi
+ Bujuk Rayu
Masjid Mediasi Melakukan intervensi pada keluarga dan
tokoh masyarakat agar memberikan pemahaman yang benar pada korban dan keluarga
5 Dio Setiawan
(Laki-Laki)
Guru Ngaji Sodomi
+ Bujuk Rayu
Masjid Mediasi Melakukan intervensi pada keluarga dan
tokoh masyarakat agar memberikan pemahaman yang benar pada korban dan keluarga
6 Rini Ayuningsih (Perempuan)
Pacar Persetubuhan
+ Bujuk Rayu
Rumah Pelaku Negoisasi Karena korban hamil, maka KAKAK
Bersama dengan APPS Wonogiri membantu korban agar dapat akses melahirkan gratis di Rumah Sakit Moewardi Solo dengan membantu dalam pengurusan surat-surat perijinan
(24)
24
Untuk Budi Darmawan, Agam Saputra, Bintang Erlangga, Bayu Aji, dan Dio Setiawan mengalami kasus yang sama yaitu sodomi dengan pelaku yang sama dan saat yang bersama juga. Untuk kasus sodomi ini mengapa didampingi oleh Yayasan KAKAK secara non litigasi karena pada awalnya kasus ini ingin diproses secara hukum tetapi hasil visum tidak ditemukan luka, sehingga kasus ini tidak sampai pada tingkat pemeriksaan di kepolisian dan didampingi oleh Yayasan KAKAK secara non litigasi. Peran Yayasan KAKAK adalah memberikan intervensi pada keluarga korban dan tokoh masyarakat terkait kasus yang terjadi, tetapi yang dimaksudkan intervensi adalah penyuluhan kepada keluarga korban dan masyarakat, agar mereka bisa memberikan pemahamanan yang benar kepada korban, dan kasus yang sama tidak terjadi lagi pada masyarakat sekitar dan terutama korban.
Kasus Rini Ayuningsih didampingi oleh Yayasan KAKAK secara non litigasi karena hasil dari kekerasan seksual tersebut membuat korban hamil. Jadi korban hanya meminta kepada Yayasan KAKAK agar didampingi secara medis saja, yaitu dalam proses pengurusan ijin melahirkan gratis di rumah sakit Dr Moewardi Solo.
(25)
25
Berikut penulis sajikan data detail kondisi anak korban kekerasan seksual antara sebelum didampingi oleh Yayasan KAKAK dan setelah didampingi Yayasan KAKAK.
Tabel 5. Peran Pendampingan Yang Dijalankan Oleh Yayasan KAKAK
No Nama Korban
Kasus Kondisi Sebelum Dilakukan Pendampingan Kondisi Setelah Dilakukan Pendampingan
Psikologis Keluarga Masyarakat Psikologis Keluarga Masyarakat
1 Vivi
Tandiari M.
Persetubuhan Anak sangat pendiam dan mengalami tekanan psikis yang luar biasa. Bahkan anak jika di rumah tanpa teman terlihat murung dan jarang keluar. Apalagi pelaku adalah pacarnya
Orangtua anak tidak menyalahkan anak dan mensuport anak. Setiap hari orangtua mengantar dan menjemput di sekolah sebagai upaya agar anak merasa tidak diacuhkan oleh orangtuanya
Masyarakat tidak menyindir dan tetap bersikap baik terhadap anak dan keluarga. Masyarakat mensuport katika ayah anak
melaporkan pelaku karena sebagai efek jera. Bahkan
masyarakat pula yang melaporkan ketika kasus baru diketahui di polsek setempat
Anak lebih terbuka pada orangtua dan memberitahukan hal-hal yang menjadi keinginannya yang menginginkan pelaku keluar dari penjara.
Walaupun keinginannya tidak bisa terpenuhi namun anak tidak merasa depresi namun justru bersemangat Orangtua masih seperti semula sangat perhatian dan tidak pernah membahas peristiwa yang pernah terjadi. Namun justru setelah mendapat penjelasan mengenai proses hukum yang dijalani maka ia berkeinginan tetap melanjutkan proses hukum namun tetap memaafkan pelaku dan keluarganya
Masyarakat tetap baik dan tidak berubah serta tanpa diskriminasi dan pelabelan buruk terhadap anak
(26)
26
2 Windarw
ati
Perkosaan Anak sangat
pendiam dan mengalami tekanan psikis yang luar biasa. Apalagi pelaku adalah orangtua kandungnya sendiri. Sehingga mengakibatka n anak jarang keluar rumah
Karena pelakunya adalah ayah kandungnya sendiri sehingga membuat anak merasa depresi. Namun ibu anak memberi motivasi pada anak untuk tetap bersemangat,
bersekolah dan tidak malu. Sang ibu tidak menyalahkan anak namun menyalahkan ayah kandung anak yang tidak bisa menjaga kehormatan anak kandungnya sendiri
Masyarakat tidak menyindir dan tetap bersikap baik terhadap anak dan keluarga. Masyarakat mensuport anak dan ibunya ketika kasus dilaporkan. Perangkat desa/tokoh
masyarakat ikut serta mengawal kasus dan ikut melaporkan pelaku di kepolisian
Anak lebih terbuka pada orangtua dan memberitahukan hal-hal yang menjadi keinginannya. Anak yang biasanya ditinggal ibunya bekerja menjadi TKW justru sekarang lebih dekat Orangtua tidak menyalahkan anak namun orangtua menjadi sangat protectiv dan tidak mengijinkan anak pergi sendirian. Ibu anak juga menyita hp anak karena anak dekat dengan laki-laki sehingga ibu anak takut jikalau anak menjadi korban lagi
Masyarakat berubah menjadi tidak simpatik pada anak dan keluarga karena anak diindikasikan berpacaran dengan laki-laki sampai tidak pulang rumah semalam. Namun masyarakat tetap membantu mengawal kasus anak dengan mengawal proses hukum ketika proses persidangan
3 Erna Dwi
S.
Perkosaan Anak terlihat secara sepintas tidak mengalami depresi namun ketika mengobrol anak terlihat mengalami tekanan hidup. Ia merasa malu dan bersalah pada orangtuanya Orangtua sangat perhatian dan tidak menyalahkan anak. orangtua ketika mengajak mengobrol terkait dengan kejadian yang dialami oleh anak dengan bahasa yang mudah dimengerti anak namun tidak menekannya
Masyarakat tidak mengetahui kasus yang menimpa anak namun saudara-saudara yang masih tinggal dekat dengan anak mencoba untuk menutup-nutupi agar tidak tersebar Anak mudah diajak berinteraksi secara langsung dan terbuka Orangtua masih sama seperti semula sebelum kasus terungkap yakni sangat perhatian dan tidak menyalahkan anak Kondisi masyarakat masih sama yakni masyarakat tidak mengetahui kasus yang menimpa anak namun saudara-saudara yang masih tinggal dekat dengan anak mencoba untuk menutup-nutupi agar tidak tersebar
(27)
27
4 Sari Persetubuhan Anak terlihat
secara sepintas tidak mengalami depresi karena memang anak mengalami tuna rungu dan tuna wicara. Namun ketika test psikologi dilakukan oleh psikolog terlihat anak mengalami kondisi trauma yang tidak terlihat karena kejadian perkosaan oleh banyak orang Orangtua anak tinggal di Tangerang sehingga anak hanya tinggal bersama Nenek dan om. Nenek dan om sangat perhatian dan mendukung. Dalam melaporkan kasus ke polisi nenek dan om sangat proaktif dan mencoba mencari pendampingan dari LSM ataupun tokoh masyarakat.Dengan begitu membuat anak merasa memiliki orang-orang yang sangat mendukung dan memperhatikan anak Masyarakat sangat mendukung kasus yang dialami anak untuk dilaporkan dipolisi walaupun semua pelaku adalah tetangganya sendiri. Hal ini dilakukan sebagai efek jera bagi pelaku. Walaupun ada tetangga terutama yang memiliki hubungan kekerabatan dengan pelaku Anak sangat periang. Walaupun anak tidak dapat berbicara dan mendengar namun anak sangat aktif dalam komunikasi dengan bahasa isyarat. Anak menjadi lebih manja dan ingin selalu
diperthatikan oleh sekelilingnya
Keluarga masih sama seperti semula sebelum kasus terungkap yakni sangat perhatian dan mensuport anak
Kondisi
masyarakat masih sama yaitu mendukung kasus yang dialami anak untuk dilaporkan dipolisi.
5 Indarti S. Perkosaan Anak sangat
pendiam dan mengalami tekanan psikis yang luar biasa. Apalagi pelaku adalah pacarnya sendiri dan juga sudah beristri
Orangtua anak sering memarahi anak dan menganggap anak tidak bisa menjaga kehormatan keluarga
Masyarakat tahu kejadian yang dialami anak namun
masyarakat terkesan cuek dan tidak peduli. Namun bagi keluarga anak hal ini justru disyukuri karena jika mayarakat
mencemooh keluarga anak justru akan
Anak lebih berani terbuka
mengunkapkan apa yang dialami pada orang yang ia percaya. Namun anak masih diam dan takut jika berbicara terkait kasus dengan Orangtua sedikit demi sedikit mengendalikan emosi pada anak hal ini untuk menjaga mental anak menjalani proses hukum
Masyarakat yang tahu kejadian yang dialami anak sudah ada yang membantu anak dengan memberikan dukungan moril dengan memberikan
(28)
pengertian-28 sehingga ia takut jika masyarakat mengecapnya sebagai perebut suami orang.Apalagi orangtua anak tidak memberikan dukungan justru menyalahkan sehingga anak semakain tertekan menambah beban keluarga
orangtuanya pengertian
mengenai proses hukum yang harus dijalani anak dan keluarga
6 Kristina Persetubuhan Anak terlihat secara sepintas tidak mengalami depresi namun ketika anak diajak untuk mengobrol maka terlihat anak mengalami tekanan.Apala gi pelaku adalah tetangganya yang terhitung masih kerabat Orangtua sangat perhatian dan tidak menyalahkan anak. orangtua ketika mengajak mengobrol terkait dengan kejadian yang dialami oleh anak dengan bahasa yang mudah dimengerti anak namun tidak menekannya.namun anak akan marah jika hal itu ditanya berulang-ulang
Masyarakat tidak mengetahui kasus yang menimpa anak namun saudara-saudara yang masih tinggal dekat dengan anak mencoba untuk menutup-nutupi agar tidak tersebar
Anak mudah diajak berinteraksi dan anak akan tertutup jika sudah menyangkut persoalan kekerasan seksual yang dialaminya Orangtua masih sama seperti semula sebelum kasus terungkap yakni sangat perhatian dan tidak menyalahkan anak Kondisi masyarakat masih sama yakni masyarakat tidak mengetahui kasus yang menimpa anak namun saudara-saudara yang masih tinggal dekat dengan anak mencoba untuk menutup-nutupi agar tidak tersebar
(29)
29 dan pelaku
sudah mempunyai istri 2
7 Kurnia
Ayu
Persetubuhan Anak sangat pendiam dan tidak berbicara jika tidan diajak ngobrol. Anak cenderung introvert dan menutup diri
Orangtua anak sudah sangat tua sehingga segala kasus yang dihadapi oleh anak diserahkan pada kakak anak. Kakak anak dan keluarga sangat mendukung dan memotivasi anak agar tidak takut dan kuat menghadapi persoalan yang dihadapi
Masyarakat mengetahui kasus yang dialami anak dan tidak
mengucilkan
keluarga anak namun respon untuk
membantu anak dan keluarga masih kurang. Hanya keluarga terdekat saja yang membantu
Anak sedikit demi sedikit mau berbicara terkait kasus yang dialami pada orang yang ia percaya namun sifat pendiam dan introvert masih sering muncul di diri anak
Orangtua masih sama seperti semula sebelum kasus terungkap yakni sangat perhatian dan tidak menyalahkan anak Kondisi masyarakat masih sama yakni Masyarakat mengetahui kasus yang dialami anak dan tidak
mengucilkan keluarga anak namun respon untuk membantu anak dan keluarga masih kurang. Hanya keluarga terdekat saja yang membantu
8 Budi
Darmaw an
Sodomi Anak sangat
ceria dan tidak mengerti dengan apa yang menimpanya
Orangtua sangat perhatian dan tidak pernah membahas peristiwa yang terjadi pada anak.
Masyarakat dan tokoh-tokoh di desa sangat peduli karena korbannya sangat banyak sehingga pemerintah desa ikut membantu untuk menangani permasalah anak-anak yang menjadi korban
Anak sangat ceria dan tidak
mengalami perubahan pasca kasus
Orangtua masih sama seperti semula yakni sangat perhatian dan tidak pernah membahas peristiwa yang terjadi pada anak
Masyarakat dan tokoh-tokoh di desa masih sama bahkan lebih peduli yaitu ditambah dengan memberi
pemahaman pada anak dan keluarga agar kasus tidak terulang kembali
(30)
30
9 Agam
Saputra
Sodomi Anak sangat
pendiam dan anak tidak mengalami perubahan pasca kasus seolah-oleah tidak pernah terjadi apa-apa Orangtua sangat perhatian dan tidak pernah membahas peristiwa yang terjadi pada anak
Masyarakat dan tokoh-tokoh di desa sangat peduli karena korbannya sangat banyak sehingga pemerintah desa ikut membantu untuk menangani permasalah anak-anak yang menjadi korban Anak lebih terbuka pada orangtua namun anak tidak megalami trauma pasca kasus Orangtua masih sama seperti semula sebelum kasus terungkap yakni sangat perhatian dan tidak pernah membahas peristiwa yang terjadi pada anak
Masyarakat dan tokoh-tokoh di desa masih sama bahkan lebih peduli yaitu ditambah dengan memberi
pemahaman pada anak dan keluarga agar kasus tidak terulang kembali 10 Bintang
Erlangga
Sodomi Anak sangat
ceria dan tidak mengerti dengan apa yang menimpanya
Orangtua sangat perhatian dan tidak pernah membahas peristiwa yang terjadi pada anak
Masyarakat dan tokoh-tokoh di desa sangat peduli karena korbannya sangat banyak sehingga pemerintah desa ikut membantu untuk menangani permasalah anak-anak yang menjadi korban
Anak sangat ceria dan tidak
mengalami perubahan pasca kasus
Orangtua masih sama seperti semula sebelum kasus terungkap yakni sangat perhatian dan tidak pernah membahas peristiwa yang terjadi pada anak
Masyarakat dan tokoh-tokoh di desa masih sama bahkan lebih peduli yaitu ditambah dengan memberi
pemahaman pada anak dan keluarga agar kasus tidak terulang kembali
11 Bayu Aji Sodomi Anak sangat
ceria dan tidak mengerti dengan apa yang menimpanya
Orangtua sangat perhatian dan tidak pernah membahas peristiwa yang terjadi pada anak
Masyarakat dan tokoh-tokoh di desa sangat peduli karena korbannya sangat banyak sehingga pemerintah desa ikut membantu untuk menangani permasalah anak-anak yang menjadi korban
Anak sangat ceria dan tidak
mengalami perubahan pasca kasus
Orangtua masih sama seperti semula sebelum kasus terungkap yakni sangat perhatian dan tidak pernah membahas peristiwa yang terjadi pada anak
Masyarakat dan tokoh-tokoh di desa masih sama bahkan lebih peduli yaitu ditambah dengan memberi
pemahaman pada anak dan keluarga agar kasus tidak terulang kembali
(31)
31
12 Dio
Setiawan
Sodomi Anak sangat
pendiam dan anak tidak mengalami perubahan pasca kasus seolah-oleah tidak pernah terjadi apa-apa Orangtua sangat perhatian dan tidak pernah membahas peristiwa yang terjadi pada anak
Masyarakat dan tokoh-tokoh di desa sangat peduli karena korbannya sangat banyak sehingga pemerintah desa ikut membantu untuk menangani permasalah anak-anak yang menjadi korban Anak lebih terbuka pada orangtua namun anak tidak megalami trauma pasca kasus Orangtua masih sama seperti semula sebelum kasus terungkap yakni sangat perhatian dan tidak pernah membahas peristiwa yang terjadi pada anak
Masyarakat dan tokoh-tokoh di desa masih sama bahkan lebih peduli yaitu ditambah dengan memberi
pemahaman pada anak dan keluarga agar kasus tidak terulang kembali
13 Rini
Ayuning sih
Persetubuhan Pendamping baru bertemu 1 kali pada anak dan keluarga ketika pengurusan kelahiran di Rumah sakit Dr Moewardi. Anak sudah didampingi oleh APPS Wonogiri dan dari rujukan APPS untuk mengakses melahirkan gratis di RS Moewardi Solo sehingga KAKAK dan SPEKHAM membantu dalam rehabilitasi kesehatan dengan pengurusan surat-surat dan lobby instansi terkait.
14 Yenis
Septia
Pencabulan Anak tidak didampingi karena keluarga menolak untuk didampingi
15 Wulan Perkosaan Anak tidak didampingi karena keluarga menolak untuk didampingi
16 Novia
Sekar
Persetubuhan Anak tidak didampingi karena keluarga menolak untuk didampingi
17 Yuli
Astuti
Persetubuhan Anak tidak didampingi karena keluarga menolak untuk didampingi
18 Ismi
Jayanti
Perkosaan Anak tidak didampingi karena keluarga menolak untuk didampingi
(32)
32
Pendampingan yang dilakukan Yayasan KAKAK dapat dilihat perbedaannya ada di 3 bidang yaitu psikologi anak, orang tua anak, dan masyarakat tempat tinggal anak berada. Bidang psikologi anak Yayasan KAKAK melakukan pendampingan dengan cara melakukan konsultasi secara pribadi kepada anak, anak korban kekerasan seksual banyak yang mengalami tekanan secara batin, menjadi tertutup, malu, oleh karena itu Yayasan KAKAK melakukan pendampingan konsultasi agar kondisi batin anak lebih baik, anak menjadi lebih terbuka, tidak malu lagi. Contohnya adalah kasus yang dialami oleh Vivi Tandiari, Ia adalah korban persetubuhan yang dilakukan oleh pacarnya sendiri. Sejak kasus kekerasan seksual menimpa dirinya, Ia menjadi orang yang pendiam, tampak murung dan enggan keluar rumah karena mengalami tekanan batin yang luar biasa, tetapi setelah dilakukan pendampingan oleh Yayasan KAKAK dengan konsultasi, Ia menjadi lebih terbuka dan sudah berani mengutarakan keinginannya kepada orang tuanya.
Untuk pendampingan kepada orang tua Yayasan KAKAK mendampingi dengan cara memberikan konsultasi, dan intervensi agar orang tua bisa memiliki pikiran yang terbuka terkait kasus yang dialami oleh anaknya. Kasus Indarti adalah contoh kasus yang dimana orang tua korban menyalahkan anak karena anak dianggap tidak bisa menjaga nama baik keluarga, tetapi Yayasan KAKAK memberikan pendampingan dan pengertian pada orang tua, dan
(33)
33
akhirnya orang tua bisa lebih mengerti dan mengendalikan rasa emosi terhadap anak.
Pendampingan kepada masyarakat, Yayasan KAKAK mendampingi dengan cara memberikan intervensi pada tokoh masyarakat dan masyarakat itu sendiri. Kasus Indarti adalah contoh kasus dimana masyarakat awalnya sebelum dilakukan pendampingan oleh Yayasan KAKAK mereka tidak peduli dan cuek terhadap kasus yang terjadi, tetapi setelah Yayasan KAKAK melakukan pendampingan masyarakat jadi lebih peduli dengan memberikan dukungan secara moril.
Untuk 5 kasus yang tidak didampingi oleh Yayasan KAKAK disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu:
a. Keluarga masih memiliki pemikiran yang salah terkait adanya lembaga swadaya masyarakat KAKAK, pemikiran mereka jika KAKAK membantu memberikan pendampingan maka mereka harus mengeluarkan biaya untuk membayar KAKAK, padahal KAKAK sudah memberikan pengertian bahwa pendampinga bersifat gratis, tetapi keluarga terutama orang tua anak yang menjadi korban kekerasan seksual menolak untuk didampingi oleh KAKAK.
b. Keluarga merasa mampu menyelesaikan kasus kekerasan seksual yang dialami anak secara mandiri.
(34)
34
c. Keluarga merasa apa yang dialami oleh anak adalah aib, dan keluarga tidak ingin kasus kekerasan seksual yang terjadi diketahui oleh orang lain, termasuk juga Yayasan KAKAK. Berdasarkan UU Perlindungan Anak Pasal 72 yang berbunyi : Pasal 72
(1) Masyarakat berhak memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam perlindungan anak.
(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh orang perseorangan, lembaga perlindungan anak, lembaga sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, badan usaha, dan media massa.
Maka Yayasan KAKAK mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan dalam perlindungan anak, karena yang dimaksud dengan peran masyarakat dalam Pasal 72 ayat 2 salah satunya adalah lembaga swadaya masyarakat, dan Yayasan KAKAK merupakan lembaga swadaya masyarakat. Kesempatan untuk berperan dalam perlindungan anak sudah dijalankan oleh Yayasan KAKAK, tetapi Yayasan KAKAK memang lebih fokus pada perlindungan anak dari kekerasan seksual. Dan oleh karena itu berdasarkan UU Perlindungan Anak, pemenuhan hak oleh anak korban kekerasan seksual dapat berupa 3 hal yang tertuang dalam Pasal-Pasal berikut:
(35)
35
a. Pemenuhan hak hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi yang tertuang dalam Pasal 4 UU Perlindungan Anak.
Fakta dalam contoh kasus: Kasus Kristina. Dalam kasus tersebut Yayasan KAKAK memberikan pendampingan secara psikologis karena setelah terjadinya kasus kekerasan seksual yang menimpa Kristina, Ia menjadi tertutup tidak mau berinteraksi dengan lingkungannya dan merasa tertekan. Disinilah Yayasan KAKAK mengambil peran dalam pemenuhan hak anak untuk tumbuh kembang berpartisipasi secara wajar agar anak menjadi terbuka, mau berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan tidak tertekan, dan hal itu berhasil dilakukan Yayasan KAKAK. Dan juga Yayasan KAKAK memberikan bantuan berupa beasiswa uang masuk sekolah kepada Kristina karena Ia naik kelas 1 SMA. Dari layanan beasiswa tersebut, Yayasan KAKAK berarti telah berusaha mengambil peran dalam pemenuhan hak anak tumbuh, kembang, berpartisipasi secara wajar seperti halnya anak-anak lain yang berhak memperoleh pendidikan setinggi-tingginya.
b. Pemenuhan hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial yang tertuang dalam Pasal 8 UU Perlindungan Anak.
(36)
36
Fakta dalam contoh kasus: kasus Rini Ayuningsih yang mendapat bantuan medis atau bantuan di bidang pelayanan kesehatan, Yayasan KAKAK membantu dalam pengurusan ijin agar anak korban kekerasan seksual yaitu Rini Ayuningsih dapat melahirkan gratis di RS Moewardi Solo.
c. Pemenuhan hak mendapatkan perlakuan secara manusiawi, memperoleh bantuan hukum, membela diri dan memperoleh keadilan dalam pengadilan yang tertuang dalam Pasal 17 ayat 1 UU Perlindungan Anak.
Fakta dalam contoh kasus: kasus Sari yang memperoleh bantuan hukum oleh Yayasan KAKAK. Sari merupakan korban persetubuhan, orang tuanya tinggal di Tangerang, dan Sari tinggal di Klaten bersama om dan neneknya. Om dan neneknya berkeinginan memproses kasus yang menimpa Sari ke jalur hukum, dan mereka sangat proaktif dalam mencari pendampingan dari LSM ataupun tokoh masyarakat. Akhirnya mereka menemukan LSM sebagai pendamping yaitu KAKAK. Dan KAKAK mendampingi kasus Sari melalui proses hukum awal dari penyidikan di kepolisian hingga proses hukum akhir yaitu hakim menjatuhkan vonis bagi pelaku di pengadilan, yang dimana akhirnya pelaku divonis 5 tahun penjara, denda 60 juta rupiah dan subsider 2 bulan penjara.
(37)
37
Berikut merupakan beberapa contoh penemuan kasus yang didampingi oleh Yayasan KAKAK:
a. Contoh kasus kekerasan seksual terhadap anak yang litigasi 1) Kasus Kristina
a) Latar belakang keluarga
Kristina merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara. Adiknya berjenis kelamin perempuan dan kakaknya laki-laki. Kristina berasal dari keluarga yang sederhana, ayah Kristina bekerja sebagai buruh bangunan dan ibu sebagai buruh jahit. Sedangkan kakak laki-laki bekerja sebagai buruh bangunan dan adik masih bersekolah kelas 3 SMP. Walaupun kondisi keuangan keluarga tersebut tergolong sederhana namun orangtua tetap menyekolahkan anak hingga bisa lulus SMA.
Keluarga Kristina tergolong kurang harmonis. Kakak Kristina sering memukulnya walaupun terkadang tanpa diketahui penyebabnya dan hal ini membuat Kristina tidak betah dirumah. Orangtua Kristina juga hanya diam saja ketika kakak laki-lakinya itu memukul Kristina. Hal ini karena orangtuanya juga takut jika melihat kakak Kristina marah-marah. Sebenarnya orangtua Kristina tidak pernah memukulnya namun dengan kondisi kakaknya yang mudah marah sehingga membuat Kristina merasa tidak betah dirumah dan mempengaruhi kondisi psikologi Kristina.
(38)
38
Apalagi setelah kasus kekerasan seksual yang menimpa Kristina sehingga membuat kakaknya sering marah dan memukul tanpa alasan. Namun Kristina merasa bahwa hal ini terjadi karena kakaknya malu terhadap dirinya karena kasus kekerasan seksual telah diketahui oleh tetangga. Orangtua Kristina terlihat peduli pada Kristina, walaupun kasus kekerasan seksual menimpanya namun orangtua tidak memukul dan memarahi. Mereka justru memberikan support agar Kristina tetap sekolah dan tidak berpengaruh pada kondisi psikologi Kristina.
b) Profil diri anak
Kristina adalah anak perempuan berumur 15 tahun. Kristina bersekolah kelas 1 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Klaten. Saat kasus kekerasan seksual terungkap Kristina bersekolah kelas 3 SMP dan menunggu kelulusan. Selama menunggu kelulusan Kristina membantu ibunya membuat payet kebaya yang diambil dari tetangganya. Dengan membantu ibunya membuat payet ia dapat mengumpulkan uangnya sendiri. Bahkan dari ia membuat payet tersebut maka ia bisa membeli hp sendiri.
Secara fisik Kristina mempunyai wajah yang cantik dan berkulit coklat. Ia tegas dan supel, mudah akrab pada orang yang baru ia kenal dan tak jarang ia bisa berkeluh kesah dengan apa
(39)
39
yang ia alami. Hubungan anak sangat dekat dengan ibunya sehingga ia sering bercerita pada ibunya. Setelah kejadian yang menimpa, ibu sangat protektif dan cenderung terlalu khawatir jika anak bepergian. Tak jarang ibu sering mengikuti anak ketika ia pergi.
c) Kronologi kasus
Kristina adalah korban persetubuhan yang dilakukan oleh tetangganya. Pelaku dan korban tinggal berdekatan sehingga antara keduanya sudah kenal terlebih dahulu. Pelaku sudah mempunyai 2 istri dan 1 anak. Kedua istri pelaku bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Malaysia dan anak dari pelaku diasuhnya sendiri. Karena rumah korban dan pelaku berdekatan maka anak dari pelaku yang masih kecil sering main ke rumah korban. Bahkan korban dan anak pelaku sangat dekat. Tanpa di sadari karena kedekatan itulah tumbuh rasa sayang dari pelaku pada korban karena korban sangat dekat dengan anaknya.
Namun korban tidak menyadari jika pelaku memberikan perhatian yang lebih pada korban. Sering korban dijemput ketika sekolah, bahkan sering diajak jalan-jalan. Karena merasa tetangganya sendiri dan masih mempunyai hubungan kekerabatan maka korban tidak curiga pada pelaku.
Pada suatu ketika ketika korban pulang sekolah dijemput pelaku. Pelaku mengajak ke sebuah obyek wisata. Setelah puas
(40)
40
melihat pemandangan maka pelaku mengajak korban untuk beristirahat di hotel yang tidak jauh dari situ. Korban yang juga merasa capek akhirnya menuruti kemauan pelaku. Di dalam kamar hotel ketika sedang berbincang-bincang pelaku merayu korban untuk dilayani. Pada awalnya korban berontak, namun karena tenaga korban yang tidak sebanding dengan pelaku maka pelaku berhasil menyetubuhi korban.
d) Layanan/pendampingan yang diterima oleh anak dan keluarga
Proses pendampingan dalam kasus ini berawal dari laporan Setara kita (NGO lokal di Klaten) yang merupakan anggota Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) kabupaten Klaten. Karena korban awalnya menolak jika kasus ini sampai diproses maka memerlukan penanganan secara sama. Sehingga Yayasan KAKAK bersama-sama dengan Aliansi Setara Kita melakukan pendampingan secara berkelanjutan terkait kasus Kristina dan pendampingan tersebut ditujukan pada diri korban dan keluarganya.
Pendampingan Psikologi
Pendampingan secara psikologis dilakukan bersama-sama antara Yayasan Kakak dan Setara Kita. Pendampingan secara psikologis dilakukan secara berkelanjutan terhadap terhadap anak karena anak selain
(41)
41
mengalami kekerasan seksual juga mendapat kekerasan fisik dari Kakaknya sehingga berdampak pada kondisi psikologis korban.
Dari pendampingan terhadap korban diharapkan korban terbuka dan tidak tertekan. Setelah adanya konseling, dampak yang dirasakan bagi korban adalah korban tetap mau sekolah dan berinteraksi dengan lingkungannya. Konseling dilakukan Yayasan KAKAK juga terhadap orangtuanya karena orangtua juga harus mempunyai peran dalam mengembalikan kondisi psikologis korban dan juga untuk meminimalisir tindakan kekerasan fisik dari kakaknya.
Pendampingan Hukum
Pendampingan hukum dilakukan sejak proses penyidikan di kepolisian. Dalam proses penyidikan di kepolisian korban awalnya menolak untuk memberikan keterangan pada polisi karena ia merasa takut jika berurusan dengan polisi. Sampai beberapa kali dipanggil ia tidak mau datang. Namun dengan dukungan dari keluarga dan pendampingan secara berkelanjutan dari Yayasan KAKAK dan Setara Kita maka korban mau diperiksa oleh Polisi. Namun korban meminta pada orangtua untuk menghentikan
(42)
42
kasus karena jika diteruskan maka Ia akan bunuh diri. Pendampingan pada korban intensif dilakukan agar korban mau melanjutkan pemeriksaan tetapi anak mengancam akan bunuh diri dan pergi dari rumah. Oleh karena itu akhirnya orangtua memutuskan tidak melanjutkan perkara ini secara hukum.
Layanan Beasiswa
Layanan beasiswa diberikan pada korban yakni dengan memberikan support pembayaran uang masuk sekolah karena korban naik kelas 1 SMA.
2) Kasus Windarwati
1) Latar belakang keluarga
Windarwati merupakan anak ke 1 dari 2 bersaudara. Adiknya berjenis kelamin laki-laki kelas 3 Sekolah Dasar. Windarwati berasal dari keluarga yang sederhana, Ayah sebagai buruh bangunan dan ibunya sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Malaysia sebagai Pembantu Rumah Tangga.
Keluarganya kurang harmonis, sebelum ibu Windarwati memutuskan untuk menjadi TKW, orang tua Windarwati sering bertengkar dan ayahnya sering memukul dan menganiaya ibunya. Ibunya pernah pergi ke Jakarta dan meninggalkan keluarga, sehingga membuatnya sering merasa sedih dan kurang nyaman berada di rumah. Tetapi situasi itu justru membuatnya ikut
(43)
43 menjaga adik yang masih membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya.
Ketika ibunya menjadi TKW, Windarwati di rumah dengan ayah dan adiknya. Sering ayahnya tidak pulang ke rumah dan sering mabuk. Hal ini membuatnya tidak nyaman dan merasa kurang kasih sayang. Beruntung masih ada kakek nenek dan juga saudara ibunya yang selalu memberi perhatian sehingga dia tidak terlalu kesepian. Walaupun begitu Windarwati tertutup pada keluarga besarnya terkait perilaku ayahnya karena takut ayahnya marah. Ayahnya juga selalu melarang jika ia pergi kerumah kakek neneknya.
2) Profil diri anak
Windarwati adalah anak perempuan berumur 16 tahun yang cantik, berkulit putih dan supel. Lahir di Sragen, 30 Desember 1994, kelas 1 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Di sekolah dia tergolong siswa pandai dan banyak teman. Banyak kegiatan di sekolah dan di rumah yang dia ikuti. Namun semenjak kasus kekerasan seksual menimpanya, Windarwati memutuskan untuk tidak sekolah lagi karena ia tidak ingin teman-teman dan sekolah tahu kasus yang menimpanya. Selain itu sifatnya juga berubah, dia menjadi pendiam dan tidak banyak bicara jika tidak diajak bicara.
(44)
44 Selama tidak bersekolah ia belajar menjahit kepada tantenya. Selain itu kadang ia juga membantu tetangganya menggoreng gorengan untuk dijual. Windarwati memiliki keinginan untuk belajar di pesantren. Tetapi saat ini dia belum siap, karena masih takut bila harus pergi jauh.
3) Kronologi kasus
Windarwati adalah korban perkosaan yang dilakukan oleh ayah kandungnya sendiri. Karena di rumah hanya ada Windarwati, adiknya serta ayahnya. Sehingga dengan leluasa ayah membujuk dan mengancam Windarwati untuk melayaninya.
Kejadian berawal pada hari Selasa tanggal 27 Juli 2010 pukul 22.00 WIB. Saat itu ayahnya tidur dengan adik laki-lakinya dan dia tidur sendirian. Ketika dia sudah tidur,ayahnya memintanya untuk melayaninya karena ayah kangen pada ibunya. Ayah menganggap wajahnya mengingatkan pada ibu. Dia sempat menolak karena merupakan tindakan berdosa namun sang ayah justru membujuk anak karena dilakukan sebagai bukti bakti anak pada ayahnya. Karena tetap menolak maka dia ditampar dan diperkosa, bahkan tangan anak diikat dengan ikat pinggang agar anak tidak bisa berontak. Tanpa perlawanan yang berarti maka dengan leluasa, sang ayah dapat memperkosa anaknya. Kejadian itu berlangsung berulang-ulang hingga 9 kali selama kurun waktu Juli sampai September. Selama kurun waktu itu anak sama sekali
(45)
45 tidak menceritakan kejadian yang di alaminya pada sipapun karena ia takut akan ancaman ayahnya yang akan membunuhnya jika dia menceritakan pada siapapun bahkan juga mengancam keselamatan adiknya.
Kejadian terungkap pada bulan Januari 2011, saat ibunya pulang. Ibu anak curiga dengan perubahan sifat dan perilaku anaknya yang ketakutan terhadap ayahnya. Anak juga menjadi kasar dan cepat marah. Akhirnya pada awal Februari 2011, anak mengaku dihadapan ibu dan juga kakek neneknya jika ia diperkosa oleh ayahnya ketika ibu di Malaysia. Akhirnya kasus dilaporkan di Kepolisian.
4) Layanan/pendampingan yang diterima oleh anak dan keluarga
Proses pendampingan dalam kasus ini berawal dari laporan dari Aliansi Peduli Perempuan Sukowati (APPS) yakni NGO lokal di Sragen. Karena pelaku merupakan ayah kandungnya sendiri, memerlukan penanganan secara bersama-sama untuk mengatasi dampak psikologis yang besar bagi anak dan keluarga. Sehingga Yayasan KAKAK bersama-sama dengan APPS melakukan pendampingan secara berkelanjutan pada anak dan keluarga.
(46)
46 Pendampingan / layanan lain yang dilakukan adalah :
Pendampingan Psikologi
Pendampingan secara psikologis dilakukan bersama-sama antara Yayasan Kakak, APPS dan Psikolog dari Dinas Sosial Sragen. Pada awal kasus, anak langsung ditangani secara psikologis oleh psikolog Dinas Sosial Sragen, dari hasil test psikologis pada anak memang anak mengalami traumatis dan pada kondisi tertekan. Sehingga dibutuhkan orang-orang terutama keluarga untuk mensupport dan membesarkan hatinya. Yayasan Kakak mencoba memberikan intervensi pada ibu anak dan keluarga besar agar ikut mensuport anak dan membuat kondisinya nyaman jika berada di rumah. Untuk memulihkan kondisi psikologisnya yang masih trauma jika di rumah APPS memintanya untuk tinggal di shelter selama 2 minggu. Setelah 2 minggu di shelter, kondisi anak lebih baik dan ibunya mengkondisikan agar anak nyaman dirumah. Walau terkadang anak teringat kejadian yang menimpanya namun anak bertekad untuk menyongsong masa depan yang lebih baik lagi.
(47)
47
Pendampingan Hukum
Pendampingan hukum ini dilakukan sejak proses penyidikan di kepolisian sampai dengan proses persidangan di pengadilan. Dalam prosesnya dilakukan pengawalan terhadap kasus, sehingga berjalan sesuai dengan UU yang ada. Saat pembacaan tuntutan, pelaku dituntut 15 tahun penjara. Dan saat kasus sudah selesai di persidangan, pelaku di jatuhi vonis hakim 12 tahun penjara, Denda 60 Juta rupiah subsider 4 bulan kurungan.
b. Contoh kasus kekerasan seksual terhadap anak yang non litigasi
1) Kasus Budi
a) Kronologi peristiwa
Budi adalah seorang laki-laki yang berusia 9tahun yang menjadi korban pencabulan yang dilakukan oleh guru ngajinya yang bernama Abdul Hamid, pada tanggal 9 Desember 2010 saat Budi dan teman-temannya bermain di kos pelaku.
Pelaku mengajak bermain Budi dan temannya dikamar mandi, maka anak dan teman-temannya mandi bersama. Di situ pelaku mengesek-gesekan dan meraba kelamin anak.
Dilain kesempatan juga terjadi kekerasan seksual terhadap anak-anak, kasus itu terjadi disaat anak sedang mengaji bersama teman-temannya. Di saat itulah timbul niat jahat dari pelaku untuk
(48)
48 meraba dan menggesek-gesekan kelamin anak-anak. Pelaku mengunci pintu masjid tempat anak-anak mengaji. Pelaku menyuruh anak-anak membuka celana dan pelaku meraba-raba dan menggesek-gesekan kelamin anak-anak yang ada di masjid. Saat itu ada tetangga yang tahu kejadian tersebut dan melaporkan pada perangkat desa setempat.
b) Profil diri anak dan keluarga
Budi adalah anak berumur 9 tahun yang memiliki kulit hitamn tinggi badan kira-kira 135cm, berat badan 30kg dan rambut pendek. Budi mempunyai sifat seperti anak-anak kebanyakan yang ceria dan mudah bergaul dengan teman-temannya bahkan orang yang baru dikenalnya sekalipun. Saat ini Budi bersekolah kelas 3 SD.
Keluarga Budi tergolong keluarga yang sederhana karena ayah Budi bekerja sebagai penambang pasir dialiran sungai gunung merapi dan ibu sebagai pedagang.
c) Proses pendampingan
Pada saat KAKAK mengetahui tindakan persetubuhan terhadap anak dari PPA Polres Klaten, KAKAK bersama Setara Kita melakukan penjangkauan terhadap anak. Namun kasus yang menimpa anak tidak sampai pada tingkat pemeriksaan di kepolisian karena dari hasil visum tidak ditemukan luka. Selain itu keluarga korban meminta kasus tidak dilanjutkan karena
(49)
49 berdampak banyak pada kehidupan keluarga korban, juga keluarga korban menganggap anak tidak mengalami trauma. Oleh karena itu peran KAKAK hanyalah melakukan intervensi pada keluarga dan tokoh masyarakat agar memberikan pemahaman yang benar pada korban dan keluarga korban.
Masyarakat dan tokoh-tokoh di desa sangat peduli dengan kasus ini karena korbannya sangat banyak sehingga pemerintah desa ikut turun tangan langsung untuk menangani permasalahan anak-anak yang menjadi korban. Kepedulian ditunjukkan dengan cara memberikan pemahaman pada anak dan keluarga agar kasus serupa tidak terulang lagi.
C. Analisis Terhadap Kasus Anak Korban Kekerasan Seksual Tahun 2011 Se-eks- Karesidenan Surakarta
1. Pendampingan Oleh Yayasan KAKAK
Dari 13 kasus kekerasan seksual terhadap anak yang ditangani oleh Yayasan KAKAK tahun 2011, tentu saja Yayasan KAKAK sangat mempunyai peran dalam menangani kasus-kasus tersebut, peran Yayasan KAKAK dapat dilihat dalam berbagai aspek. Contohnya adalah aspek secara psikologis, medis, dan hukum.
Untuk pendampingan secara psikologis terhadap anak korban kekerasan seksual, hal itu memang sudah dilakukan mengingat anak korban kekerasan seksual mengalami tekanan secara batin yang
(50)
50
cukup kuat, apalagi pelakunya adalah orang terdekat korban yaitu orangtua sendiri. Contoh kasusnya adalah kasus Windarwati yang di perkosa oleh ayah kandungnya sendiri, sehingga membuat anak merasa sangat tertekan dan trauma, tetapi Yayasan KAKAK bekerja sama dengan Aliansi Perempuan Peduli Sragen dan Dinas Sosial Sragen melakukan perannya dengan baik, yaitu membawa anak untuk tinggal di shelter selama 2 minggu untuk penyembuhan trauma secara intensif dan akhirnya setelah 2 minggu Windarwati merasa keadaannya membaik dan bertekad menyonsong masa depan yang lebih baik. Dan pendampingan secara psikologis yang dilakukan oleh Yayasan KAKAK itu berarti Yayasan KAKAK telah menjalankan atau sesuai dengan Pasal 8 UU Perlindungan Anak yang berisi setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.
Selain pendampingan secara psikologis, Yayasan KAKAK juga memiliki peran dalam bantuan hukum terhadap anak korban kekerasan seksual. Yayasan KAKAK membantu anak korban kekerasan seksual dalam memperoleh hak-haknya secara hukum, biasanya kebanyakan anak-anak korban kekerasan seksual tidak mengerti bagaimana memperoleh hak-hak mereka secara hukum, mereka juga tidak memiliki pengetahuan yang mendetail tentang bagaimana jika suatu kasus kekerasan seksual itu ingin diproses secara hukum, oleh karena itu Yayasan KAKAK memberikan
(51)
51
pendampingan dimulai dari proses penyidikan di kepolisian hingga proses persidangan di pengadilan. Contoh kasus adalah Sari yang mengalami kasus persetubuhan oleh tetangganya, karena orang tua Sari tinggal di Tangerang dan Sari hanya tinggal bersama om dan neneknya, dan kebetulan mereka sangat ingin memproses kasus ini secara hukum, maka Yayasan KAKAK membantu keluarga Sari untuk bisa melaporkan kasus tersebut ke kepolisian supaya dapat diproses secara hukum. Hal ini berarti Yayasan KAKAK sudah menjalankan Pasal 17 ayat 1 dan Pasal 18 UU Perlindungan Anak, yang berbunyi:
Pasal 17 ayat 1
Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk :
a. mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa
b. memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku
c. membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum
(52)
52
Pasal 18
Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya
Semua peran yang sudah dilakukan oleh Yayasan KAKAK terkait kasus kekerasan seksual yang terjadi sepanjang tahun 2011 patut ditinjau kembali, apakah seluruh peran yang sudah dilakukan oleh Yayasan KAKAK itu semua sejalan dengan peran strategis Yayasan KAKAK, berikut ini penulis akan menganalisis peran senyatanya Yayasan KAKAK yang sudah dilakukan dibandingkan dengan peran strategis Yayasan KAKAK yang semestinya.
a. Community Organizer, dengan fungsi:
Memperkuat akses terhadap sumber daya, penguasaan informasi dan organisasi masyarakat.
Penjelasan: Peran strategis community organizer menurut penulis sudah dilakukan oleh Yayasan KAKAK. Yayasan KAKAK memperkuat akses terhadap sumber daya, penguasaan informasi dan organisasi masyarakat dengan cara bekerja sama dengan banyak organisasi masyarakat lainnya agar memperoleh informasi terkait adanya kasus kekerasan seksual terhadap anak. Contoh organisasi masyarakat yang bekerja sama dengan Yayasan KAKAK adalah Solidaritas Perempuan untuk Kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia (SPEK-HAM) Surakarta,
(53)
53
Aliansi Perempuan Peduli (APP), Sukowati Sragen, Aliansi Perempuan Peduli (APP) Makmur Sukoharjo, Aliansi Perempuan Peduli (APP) Sukses Wonogiri, Setara Kita Klaten, Lembaga Kajian untuk Transformasi Sosial (LKTS) Boyolali, Penggerak Partisipasi Perempuan, Anak dan Remaja Indonesia (PEPARI) Boyolali.
b. Fasilitator, dengan fungsi:
Memfasilitasi proses belajar masyarakat dan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kemampuannya mengatasi masalah.
Penjelasan: Peran strategis fasilitator Yayasan KAKAK kerjakan pada kasus yang dialami oleh Sari. Om dan nenek dari Sari berusaha mencari pendampingan dari LSM supaya kasus Sari terselesaikan melalui jalur hukum. Yayasan KAKAK kemudian memfasilitasi keluarga korban untuk mengatasi masalah yang dialami oleh Sari. Yayasan KAKAK mendampingi proses penyelesaian kasus secara hukum dimulai dari penyidikan di kepolisian hingga adanya vonis hakim di pengadilan, yang mana akhirnya pelaku di jatuhi vonis oleh hakim PN Klaten 5 tahun penjara, denda 60 juta rupiah dan subsider 2 bulan penjara (jeratan vonis pasal 81 (2) UUPA).
(54)
54
c. Advokator, dengan fungsi:
Mendorong terjadinya perubahan-perubahan kebijakan yang lebih berpihak pada kepentingan dan hak-hak anak.
Penjelasan: Peran strategis advokator menurut penulis Yayasan KAKAK belum bisa menjalankan dengan baik, dikarenakan masih ada yang seharusnya dilakukan perubahan kebijakan demi kepentingan hak anak tetapi Yayasan KAKAK belum melakukannya. Contohnya terjadi pada kasus sodomi yang dialami oleh 5 orang anak sebagai korban dan pelakunya 1 yaitu guru ngaji. Kasus itu akhirnya didampingi Yayasan KAKAK secara non litigasi karena dari hasil visum tidak ditemukan luka pada korban, sehingga dirasa untuk melanjutkan kasus ke jalur hukum akan susah karena tidak ada bukti. Dari kasus tersebut seharusnya Yayasan KAKAK melakukan peran strategis advokator yaitu dengan adanya perubahan kebijakan demi kepentingan hak anak, yaitu dengan cara jika hasil visum tidak terbukti, dan jika dilanjutkan proses hukum ditakutkan kurang bukti, seharusnya Yayasan KAKAK tetap mendampingi korban untuk berproses hukum karena walau secara bukti tidak ada, tetapi ada saksi yang melihat kasus sodomi tersebut. Saksi tersebut bisa dijadikan alat bukti untuk melanjutkan proses hukum.
(55)
55
d. Researcher, dengan fungsi:
Melakukan penelitian-penelitian kritis yang mampu mendorong terbangunnya ilmu pengetahuan masyarakat, dan berguna untuk mendukung mengembangkan model pendidikan maupun advokasi.
Penjelasan: Yayasan KAKAK melakukan penelitan demi mendukung perkembangan model pendidikan maupun advokasi terkait kasus kekerasan seksual terhadap anak di kota Wonogiri. Penelitian yang dilakukan oleh Yayasan KAKAK adalah kasus kekerasan seksual terhadap anak itu rentan terjadi di Wonogiri, tetapi mengapa sepanjang tahun 2011 hanya ada 2 kasus yang dijumpai dan bahkan dari 2 itu hanya 1 yang didampingi oleh LSM lokal, oleh karena itu Yayasan KAKAK melakukan penelitian terkait hal itu, dan ditemukan ternyata adanya banyak hambatan yang ditemui oleh korban dan keluarga korban kekerasan seksual jika ingin memproses kasus melalui jalur hukum, contohnya adalah jika keluarga korban inign melaporkan kasus ke kepolisian jarak yang sangat jauh harus ditempuh dari rumah warga untuk menuju Polsek atau Polres. Dan juga dari hasil penelitian, Yayasan KAKAK menjumpai ternyata LSM lokal juga memiliki hambatan diantaranya adalah sumber daya manusia mereka yang sangat terbatas. Dari hasil penelitian
(56)
56
ini maka Yayasan KAKAK memperoleh pengetahuan, dan kemudian di evaluasi ditemukan jalan keluar yaitu Yayasan KAKAK akan membantu lebih intens kepada LSM lokal di Wonogiri, untuk bantuan kepada LSM lokal di kota lain seperti di Boyolali sedikit dikurangi karena di Boyolali juga sudah ada LSM lokal yang menangani khusus perlindungan anak. Hal itu Yayasan KAKAK lakukan demi adanya perkembangan model pendidikan maupun advokasi terkait kasus kekerasan seksual terhadap anak di kota Wonogiri.
2. Hambatan-Hambatan Yang Dialami Yayasan KAKAK
Dalam melaksanakan perlindungan anak yang bertujuan untuk mencapai terpenuhinya hak-hak anak sesuai Pasal 3 UU Perlindungan Anak yang berisi: “Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera”, tentu saja Yayasan KAKAK mempunyai hambatan. Hambatan yang ada berdampak pada kurang terpenuhinya hak-hak anak sesuai Pasal 3 UU Perlindungan Anak, dan hambatan tersebut bisa muncul karena Yayasan KAKAK dalam mewujudkan perlindungan anak yang bertujuan untuk mencapai terpenuhinya hak-hak anak tidak bisa bekerja secara sendirian, hal itu
(57)
57
membutuhkan peran serta masyarakat. Yayasan KAKAK berusaha memberikan informasi kepada masyarakat bahwa masalah perlindungan anak adalah permasalahan bersama yang membutuhkan kepedulian semua pihak. Oleh karena itu dalam pelaksanaan strategi pendampingan terhadap anak korban kekerasan seksual, Yayasan KAKAK tidak terlepas dari yang namanya hambatan. Dapat dilihat bahwa angka kasus kekerasan seksual yang terjadi sepanjang tahun 2011 hanya 18 kasus yang ditemukan oleh Yayasan KAKAK, hal itu seharusnya bisa lebih banyak kasus yang ditemukan karena wilayah eks-Karesidenan Surakarta itu sangat luas, tetapi karena ada hambatan dari Yayasan KAKAK yaitu sumber daya manusia yang terbatas membuat kasus yang ditemukan tidak bisa optimal. Dari 18 itu 7 non litigasi 6 non litigasi dan 5 tidak didampingi oleh Yayasan KAKAK. Dari 7 angka kasus yang litigasi 1 kasus mengalami hambatan yaitu kasus Kristina, hambatan yang terjadi karena korban tertekan secara batin sehingga enggan dimintai keterangan oleh polisi, sedangkan 6 kasus yang non litigasi juga ada yang mengalami hambatan, 5 kasus korban sodomi yaitu Budi Darmawan, Agam Saputra, Bintang Erlangga, Bayu Aji, Dio Setiawan yang dilakukan oleh 1 pelaku yaitu guru ngaji sebenarnya hendak diproses secara hukum tetapi tidak dapat dilanjutkan ke proses hukum karena dari hasil visum tidak ditemukan bukti adanya kekerasan seksual, dan untuk 5 kasus yang tidak didampingi oleh Yayasan KAKAK mengalami kendala karena keluarga menolak untuk
(58)
58
didampingi. Berikut penulis uraikan beberapa hambatan yang dialami oleh Yayasan KAKAK:
a. Hambatan Internal
1) Kurangnya Tenaga Kerja Yayasan
Wilayah kerja yang sangat luas yaitu di Eks Karisidenan Surakarta, sedangkan tenaga kerja yang terbatas membuat hal ini menjadi salah satu hambatan yang di alami Yayasan KAKAK dalam menjalankan program-program yang ada. Dapat dipastikan korban kekerasan seksual itu sangat membutuhkan pendampingan secara intens, sedangkan tenaga kerja terbatas, hal itulah yang memprihatinkan. Fakta yang dapat dicermati bahwa tenaga kerja di Yayasan KAKAK hanya ada 11 orang, sedangkan wilayah kerja adalah 7 kabupaten. Hal inilah yang menjadi kendala atau hambatan Yayasan KAKAK menjalankan program yang ada. Hal ini membawa dampak kurang optimalnya peran Yayasan KAKAK dalam mendampingi anak-anak korban kekerasan seksual. Sebagai contoh anak korban kekerasan seksual yang membutuhkan pendampingan secara psikologis dengan cara konseling hal ini tidak dapat ditindak lanjuti secara intens atau berkelanjutan karena terkait banyaknya program kerja yang dimiliki Yayasan KAKAK tetapi tenaga kerja sangat terbatas.
(59)
59
b. Hambatan Eksternal 1) Dari diri korban
Hambatan yang dialami dari segi korban adalah karena pelaku kekerasan seksual adalah pacar dari korban, dan oleh karena itu biasanya korban enggan melaporkan pelaku ke kepolisian karena ada faktor cinta, dan tidak ingin pelaku yang merupakan pacar korban di proses secara hukum. Contohnya adalah kasus yang dialami oleh Vivi Tandiari. Dia adalah korban persetubuhan yang dilakukan oleh pacarnya. Karena ada hubungan pacar dengan pelaku, maka korban enggan melaporkan kasus ke kepolisian, sampai pada akhirnya ayah korbanlah yang melaporkan kasus tersebut ke kepolisian. Hambatan lain adalah korban yang merasa takut jika berurusan dengan polisi. Dan dampak dari itu adalah ketika korban sedang diproses secara hukum menjadi sangat tertutup, dan tidak mau dimintai keterangan terkait kasus yang terjadi. Hal itu terjadi pada kasus yang dialami oleh Kristina, karena anak mengalami rasa takut jika berurusan dengan polisi, maka ketika kasus dibawa ke jalur hukum dan sampai diproses penyidikan di kepolisian Kristina menolak untuk memberikan keterangan terkait kasus yang menimpanya. Sampai pada akhirnya kasus ini dihentikan diproses penyidikan, karena
(60)
60
Kristina mengancam akan lari dari rumah dan bunuh diri jika kasus ini tetap dilanjutkan melalui proses hukum.
2) Dari keluarga korban
Adanya keluarga korban yang bersikap cuek terhadap kasus yang dialami oleh anak menjadi hambatan dalam terungkapnya kasus kekerasan seksual terhadap anak. Seperti kasus yang dialami oleh Kurnia Ayu, karena orang tuanya sudah sangat tua, sehingga cuek terhadap kasus yang dialami oleh anaknya, juga orang tua merasa tidak mampu menangani kasus tersebut jika diproses secara hukum, orang tua Kurnia Ayu yang sudah sangat tua tidak mengerti bagaimana prosedur menangani kasus yang dialami anaknya. Pada akhirnya kasus tersebut diserahkan kepada Yayasan KAKAK untuk sepenuhnya didampingi.
3) Dari masyarakat
Adanya anggota masyarakat cenderung bersikap cuek padahal mengetahui kasus yang terjadi menjadi hambatan tersendiri bagi Yayasan KAKAK untuk mendampingi anak korban kekerasan seksual. Contohnya adalah kasus yang dialami oleh Indarti. Masyarakat sekitar yang mengetahui Indarti adalah korban kekerasan seksual lebih bersikap cuek dan tidak peduli. Kemudian Yayasan KAKAK memberikan pengertian pada anggota masyarakat sekitar bahwa pentingnya peran mereka
(61)
61
dalam mendukung pendampingan yang dilakukan oleh Yayasan KAKAK, dan akhirnya masyarakat mau berubah dan memberikan dukungan moril pada Indarti dan keluarga. Bahkan masyarakat juga membantu tidak hanya berupa dukungan moril tetapi juga memberikan pengertian-pengertian mengenai proses hukum yang harus dijalani anak dan keluarga.
4) Dari aparat penegak hukum
Dari aparat penegak hukum seringkali pada waktu melakukan penyidikan atau memeriksa korban justru menyudutkan korban dengan pertanyaan-pertanyaannya. Seperti kasus yang dialami oleh Indarti, ketika persidangan Ia merasa bahwa hakim memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dirasa menyudutkan Dia, seperti contohnya hakim bertanya pada korban apakah ketika melakukan hubungan seksual korban menikmati atau tidak, model hubungan seksual apa saja yang dilakukan, dan lain-lain. Sisi lain hambatan yang dialami Yayasan KAKAK dari segi aparat penegak hukum adalah jika tidak ada bukti maka kasus tidak dapat diproses dengan alasan kurang kuatnya bukti, seperti kasus sodomi yang dialami oleh 5 anak laki-laki dan pelakunya guru ngaji. Karena dari hasil visum tidak ditemukan bukti kekerasan seksual maka kasus tidak dapat dilanjutkan ke proses hukum selanjutnya.
(62)
62
5) Dari pelaku
Seringkali pelaku melakukan ancaman terhadap korban, apabila korban melaporkan perbuatan yang dilakukan pelaku, maka korban diancam akan dibunuh, dan lain-lain. Oleh karena itu biasanya korban menjadi terintimidasi dan enggan meneruskan kasus kekerasan seksual tersebut ke jalur hukum. Contohnya adalah kasus yang dialami oleh Windarwati. Dia adalah korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh ayah kandungnya sendiri pada bulan Juli 2010. Dia diancam akan dibunuh jika kasus kekerasan seksual yang dialaminya diberitahukan pada orang lain. Kemudian Windarwatipun merahasiakan kasus tersebut, sampai pada akhirnya kasus tersebut bisa terungkap karena ibu Windarwati yang pulang ke rumah melihat sikap yang aneh dari anaknya, Ia menjadi terlihat ketakutan pada ayahnya, dan juga menjadi mudah murah dan jadi kasar. Tepatnya Februari 2011 akhirnya anak mengaku pada ibu bahwa Dia pernah diperkosa oleh ayah, darisitulah kasus terungkap dan diproses secara hukum. Dan Hakim PN Sragen memvonis 12 tahun penjara, denda 60 juta rupiah dan subsider 4 bulan penjara kepada pelaku yaitu ayah Windarwati.
(1)
60 Kristina mengancam akan lari dari rumah dan bunuh diri jika kasus ini tetap dilanjutkan melalui proses hukum.
2) Dari keluarga korban
Adanya keluarga korban yang bersikap cuek terhadap kasus yang dialami oleh anak menjadi hambatan dalam terungkapnya kasus kekerasan seksual terhadap anak. Seperti kasus yang dialami oleh Kurnia Ayu, karena orang tuanya sudah sangat tua, sehingga cuek terhadap kasus yang dialami oleh anaknya, juga orang tua merasa tidak mampu menangani kasus tersebut jika diproses secara hukum, orang tua Kurnia Ayu yang sudah sangat tua tidak mengerti bagaimana prosedur menangani kasus yang dialami anaknya. Pada akhirnya kasus tersebut diserahkan kepada Yayasan KAKAK untuk sepenuhnya didampingi.
3) Dari masyarakat
Adanya anggota masyarakat cenderung bersikap cuek padahal mengetahui kasus yang terjadi menjadi hambatan tersendiri bagi Yayasan KAKAK untuk mendampingi anak korban kekerasan seksual. Contohnya adalah kasus yang dialami oleh Indarti. Masyarakat sekitar yang mengetahui Indarti adalah korban kekerasan seksual lebih bersikap cuek dan tidak peduli. Kemudian Yayasan KAKAK memberikan pengertian pada anggota masyarakat sekitar bahwa pentingnya peran mereka
(2)
61 dalam mendukung pendampingan yang dilakukan oleh Yayasan KAKAK, dan akhirnya masyarakat mau berubah dan memberikan dukungan moril pada Indarti dan keluarga. Bahkan masyarakat juga membantu tidak hanya berupa dukungan moril tetapi juga memberikan pengertian-pengertian mengenai proses hukum yang harus dijalani anak dan keluarga.
4) Dari aparat penegak hukum
Dari aparat penegak hukum seringkali pada waktu melakukan penyidikan atau memeriksa korban justru menyudutkan korban dengan pertanyaan-pertanyaannya. Seperti kasus yang dialami oleh Indarti, ketika persidangan Ia merasa bahwa hakim memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dirasa menyudutkan Dia, seperti contohnya hakim bertanya pada korban apakah ketika melakukan hubungan seksual korban menikmati atau tidak, model hubungan seksual apa saja yang dilakukan, dan lain-lain. Sisi lain hambatan yang dialami Yayasan KAKAK dari segi aparat penegak hukum adalah jika tidak ada bukti maka kasus tidak dapat diproses dengan alasan kurang kuatnya bukti, seperti kasus sodomi yang dialami oleh 5 anak laki-laki dan pelakunya guru ngaji. Karena dari hasil visum tidak ditemukan bukti kekerasan seksual maka kasus tidak dapat dilanjutkan ke proses hukum selanjutnya.
(3)
62 5) Dari pelaku
Seringkali pelaku melakukan ancaman terhadap korban, apabila korban melaporkan perbuatan yang dilakukan pelaku, maka korban diancam akan dibunuh, dan lain-lain. Oleh karena itu biasanya korban menjadi terintimidasi dan enggan meneruskan kasus kekerasan seksual tersebut ke jalur hukum. Contohnya adalah kasus yang dialami oleh Windarwati. Dia adalah korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh ayah kandungnya sendiri pada bulan Juli 2010. Dia diancam akan dibunuh jika kasus kekerasan seksual yang dialaminya diberitahukan pada orang lain. Kemudian Windarwatipun merahasiakan kasus tersebut, sampai pada akhirnya kasus tersebut bisa terungkap karena ibu Windarwati yang pulang ke rumah melihat sikap yang aneh dari anaknya, Ia menjadi terlihat ketakutan pada ayahnya, dan juga menjadi mudah murah dan jadi kasar. Tepatnya Februari 2011 akhirnya anak mengaku pada ibu bahwa Dia pernah diperkosa oleh ayah, darisitulah kasus terungkap dan diproses secara hukum. Dan Hakim PN Sragen memvonis 12 tahun penjara, denda 60 juta rupiah dan subsider 4 bulan penjara kepada pelaku yaitu ayah Windarwati.
(4)
63 6) Faktor-faktor lain
Jika melihat dari wilayah terjadinya kasus kekerasan seksual yang ada di Wonogiri, Sukoharjo, Sragen, Karanganyar, ada beberapa hambatan yang membuat sulit terungkapnya kasus kekerasan seksual dan pendampingan terhadap anak korban kekerasan seksual, yaitu:
a) Wilayah Wonogiri
• Karena wilayah Wonogiri yang sangat luas, maka kasus yang terungkap tidak banyak, sedangkan minimnya masyarakat atau individu yang mau memberikan informasi tentang adanya kasus kekerasan seksual
• Karena jarak untuk melaporkan kasus ke Polsek atau Polres sangat jauh maka seringkali keluarga korban enggan melaporkan kasus yang terjadi, mereka memilih menyelesaikan kasus secara kekeluargaan
• LSM yang ada di Wonogiri tidak dapat melakukan penanganan terhadap korban kekerasan seksual secara optimal dikarenakan adanya kendala yaitu tidak adanya sarana dan prasarana yang mendukung, juga SDM yang sedikit
(5)
64 b) Wilayah Sukoharjo
• Minimnya individu atau masyarakat yang memberikan informasi tentang adanya kasus kekerasan seksual terhadap anak
• Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) terkadang tidak mau memberikan pendampingan secara langsung, padahal sudah mendapat informasi terkait kasus kekerasan seksual terhadap anak
• Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) yang ada kurang memberikan perhatian khusus pada kasus-kasus anak dan lebih banyak mendampingi kasus kekerasan orang dewasa contohnya KDRT
c) Wilayah Karanganyar
• Peran media dalam memberikan informasi terkait kasus kekerasan seksual sangat minim sehingga hal itu menyulitkan Yayasan KAKAK dalam melakukan pendampingan kasus
• Kondisi geografis Karanganyar sangat luas hal itu membuat keluarga korban enggan melaporkan kasus ke Polsek atau Polres
(6)
65
• Minimnya individu atau masyarakat yang mau
memberikan informasi terkait adanya kasus kekerasan seksual terhadap anak
d) Wilayah Sragen
• Secara geografis korban yang didampingi rumahnya jauh dari pusat kota sehingga terkadang hal itu menjadi kendala keluarga korban jika sewaktu-waktu diminta untuk datang ke Polres untuk diminta keterangan.