PENGARUH ALIRAN KEAGAMAAN ORANG TUA TERHADAP PILIHAN PENDAMPING HIDUP PEREMPUAN DI DESA SUMURGAYAM KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN.

(1)

PENGARUH ALIRAN KEAGAMAAN ORANG TUA TERHADAP PILIHAN PENDAMPING HIDUP PEREMPUAN

DI DESA SUMURGAYAM KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Sosial(S.Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

SA’ADATUR ROHMAH

NIM : B95212077

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Sa’adatur Rohmah, 2016, Pengaruh Aliran Keagamaan Orang Tua

Terhadap Pilihan Pendamping Hidup Perempuan di Desa Sumurgayam

Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Skripsi Program Studi

Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci:Aliran Keagamaan, Orang tua, Pendamping hidup anak.

Aliran Keberagamaan sendiri juga bisa dikatakan dengan organisasi keagamanaan yaitu suatu kumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat hingga menjadi satu kesatuan yang mempunyai visi dan misi, dan juga tujuan yang sama. Terkait dengan hal ini peneliti mengaitkan

antara organisasi Muhammadiyah dengan organisasi Nahdlatul Ulama’

(NU). Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu, 1. Bagaimana aliran keberagamaan orang tua di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan?, 2. Apakah aliran keberagamaan orang tua berpengaruh terhadap pilihan pendamping hidup perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan?.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka peneliti menggunakan metode kuantitatif dan data pendukung yaitu wawancara, peneliti menyebar kuesioner kepada para remaja di Desa Sumurgayam dan mewawancarai narasumber yang pernah mengalami kejadian tersebut. Teknik analisis data yang digunakan peneliti yaitu menggunakan rumus product moment dan regresi. Dari hasil penelitian dalam analisis data ditemukan: 1. Di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan memiliki dua aliran keberagamaan yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). 2. Dalam pilihan jodoh anak tidak ada larangan dari orang tua dan pemilihan diserahkan kepada anaknya yang terpenting hanya saling menyukai dan bahagia. Tidak ada pengaruh aliran keberagamaan orang tua terhadap pilihan pendamping hidup perempuan di Desa sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.


(6)

ABSTRACT

Sa'adatur Rohmah, 2016, Religious Flow Influence of Parents

Against Companion options Women Living in Rural Sumurgayam Paciran subdistrict in Lamongan district. Thesis Sociology Program Faculty of Social and Political Sciences UIN Sunan Ampel Surabaya.

Keywords: Religious Flow, parents, children living companion.

Religiosity flow itself can also be said to be the organization of social religious is a collection formed by the community to be a unit that has a vision and mission, and also the same purpose. Related to this research the link between the organization Muhammadiyah organization Nahdlatul Ulama '(NU). The problems of this study, namely, 1. How is the flow of the diversity of parents in the village Sumurgayam Lamongan District of Paciran ?, 2. Is the religious stream parental influence choice of life companion of women in the village Sumurgayam Lamongan District of Paciran ?.

To answer these questions, the researchers used quantitative methods and supporting data are interviews, investigators spread out questionnaires to the youth in the village Sumurgayam and interview persons who have experienced these events. Data analysis technique used by researcher is using the product moment formula and regression. From the results of research in data analysis found: 1. In the village Sumurgayam Paciran District of Lamongan has two religious streams that Muhammadiyah and Nahdlatul Ulama (NU). 2. In the selection of a child dating no prohibition of parents and handed over to his election the most important and happy just like each other. No influence of the religious stream of parents to chaperone selection of women's lives in the village sumurgayam Paciran District of Lamongan.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ...iii

MOTTO ...iv

PERSEMBAHAN ...v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR GAMBAR ...xiii

BAB I : PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan Penelitian ...8

D. Manfaat Penelitian ...8

E. Telaah Pustaka ...9

F. Metode Penelitian...11

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...12

2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ...13

3. Variabel dan Indikator Penelitian ...17

4. Definisi Operasional...19

5. Hipotesis Penelitian ...21

6. Teknik Pengumpulan Data ...22

7. Teknik Analisis Data...23

G. Sistematika Pembahasan ...24

BAB II : ALIRAN KEAGAMAAN ORANG TUA DAN PENDAMPING HIDUP PEREMPUAN ...27


(8)

1. Prinsip Nahdlatul Ulama (NU) ...30

2. Prinsip Muhammadiyah ...31

3. Tradisi-Tradisi dan Muhammadiyah ...32

4. Tradisi Orang NU Masalah Sosial ...34

5. Tradisi Muhammadiyah Masalah Sosial ...36

B. Pendamping Hidup ...39

C. Hipotesis ...46

BAB III : ALIRAN KEAGAMAAN ORANG TUA DAN PILIHAN PENDAMPING HIDUP PEREMPUAN DI DESA SUMURGAYAM KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN ...48

A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian ...48

B. Deskripsi Hasil Penelitian ...57

BAB IV : ANALISIS DATA ...61

A. Hasil Wawancara Aliran Keagamaan dan Pilihan Pendamping Hidup ...61

B. Analisis Product Moment dan Regresi ...66

BAB V : PENUTUP ...78

A. Kesimpulan ...78

B. Saran ...80

DAFTAR PUSTAKA ...81 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1Perbedaan tradisi Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah ...32

Tabel 3.1 Batas Wilayah ...49

Tabel 3.2 Jenis tanah Desa/ Kelurahan...50

Tabel 3.3 Potensi Pertanian ...50

Tabel 3.4 Potensi Peternakan...50

Tabel 3.5 Sumber daya air ...51

Tabel 3.6 Mata pencaharian pokok ...51

Tabel 3.7 Potensi sumber daya manusia ...52

Tabel 3.8 Pendidikan masyarakat ...54

Tabel 3.9 Kewarganegaraan ...54

Tabel 3.10 Cacat Mental dan Fisik ...55

Tabel 3.11 Lembaga Kemasyarakatan ...55

Tabel 3.12 Lembaga Ekonomi ...56

Tabel 3.13 Agama...56

Tabel 3.14 Tabel Kerja Product Moment dan Regresi ...58


(10)

DAFTAR GAMBAR


(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era modernisasi saat ini, banyak kalangan masyarakat yang memiliki berbagai ragam agama dan aliran masing-masing. Yang dimaksud dengan agama sendiri dalam bahasa Indonesia pada

umumnya “agama” dianggap sebagai kata yang berasal dari bahasa

sansekerta yang memiliki arti “tidak kacau”. Agama diambil dari dua

akar suku kata, yaitu a yang berarti “tidak” dan gama yang berarti

“kacau”. Hal itu mengandung pengertian bahwa agama adalah suatu

peraturan yang mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau. Menurut inti maknanya yang khusus, kata agama dapat disamakan dengan kata

religion dalam bahasa Inggris, religie dalam bahasa Belanda keduanya berasal dari bahasa latin, religio, yang berarti mengikat. Dalam bahasa Arab, agama dikenal dengan kata al-din dan al-milah.m Kata al-din

sendiri mengandung berbagai arti. Ia dapat diartikan al-mulk (kerajaan),

al-khidmat (pelayanan), al-izz (kejayaan), al-dzull (kehinaan), al-ikrah

(pemaksaan), al-ihsan (kebajikan), al-adat (kebiasaan), al-ibadat

(pengabdian), al-qahr wan al-sulthan (kekuasaan dan pemerintahan),


(12)

2

al-tauhid (penyerahan dan mengesakan Tuhan). Sedangkan pengertian

al-din yang berarti agama adalah nama yang bersifat umum. Artinya, tidak ditujukan kepada salah satu agama; ia adalah nama untuk setiap kepercayaan yang ada didunia ini.

Adapun agama dalam pengertian sosiologi adalah gejala sosial yang umum dan dimiliki oleh seluruh masyarakat yang ada didunia ini, tanpa kecuali. Ia merupakan salah satu aspek dalam kehidupan social dan bagian dari system social suatu masyarakat. Agama juga bisa dilihat sebagai unsur dari kebudayaan suatu masyarakat disamping unsur-unsur yang lain, seperti kesenian, bahasa, system mata pencaharian, system peralatan, dan system organisasi social.1

Agama Islam lahir pada abad ke-6 Masehi di Semenanjung Arabia. Pada awal kehadirannya, Islam mengalami hambatan kultural karena lahir ditengah masyarakat nomaden dan tidak berperadaban. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya, penyebarannya menakjubkan para ahli sejarah. Dalam jangka yang relative pendek, Islam telah dianut oleh penduduk yang mendiami setengah wilayah dunia. Pada akhir abad ke-20, agama besar ini menjadi agama yang dipeluk oleh lebih dari satu

1

Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), 13.


(13)

3

milyar manusia yang tersebar diseluruh dunia, terutama di Asia dan Afrika.2

Agama Islam yang disebarkan oleh nabi Muhammad SAW. Dari Makkah hingga ke Madinah adalah Islam yang sejati. Islam yang asli ini memancarkan budaya Islam yang syar’i. Agama islam yang asli adalah yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits, serta pengalaman yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Pemahaman agama yang utuh meliputi tiga aspek; iman, islam, dan ihsan. Intisari iman menurut perspektif Al-Qur’an adalah pengesaan Allah SWT. Yang jernih dan murni, serta tak kenal kompromi terhadap setiap mitologi dan kemusyrikan. Islam menganut paham yang rasional dan jernih, yang menolak setiap bentuk kuasa ruhani selain Allah SWT.3

Dalam agama Islam saat ini terdapat berbagai organisasi yang sekarang sudah menjadi aliran-aliran yang diyakini oleh berbagai kalangan masyarakat, aliran tersebut diantaranya aliran Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, dan masih banyak lagi. Nahdlatul Ulama (NU) adalah sebuah gejala unik, bukan hanya Indonesia tetapi juga diseluruh Dunia Muslim. Ia adalah sebuah organisasi ulama tradisional yang memiliki pengikut yang besar jumlahnya, organisasi

2

Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), 199.

3


(14)

4

non pemerintah paling besar yang masih bertahan dan mengakar dikalangan bawah. Ia mewakili paling tidak dua puluh juta Muslim, yang meski tidak selalu terdaftar sebagai anggota resmi merasa terikat kepadanya melalui ikatan-ikatan kesetiaan primordial. Disebuah negeri yang dilanda kecenderungan-kecenderungan kuat kearah pemusatan (sentralisasi), NU merupakan organisasi paling signifikan yang sangat terdesentralisasi. Para pengkritiknya mengkaitkan desentralisasi yang luar biasa ini dengan ketidak efektifan pengurus pusatnya, sementara warga NU sendiri lebih suka menghubungkannya dengan rasa kemandirian yang sangat tinggi yang dimiliki para kiai local yang menjadi penyangga moral organisasi ini.4

Sedangkan Muhammadiyah merupakan gerakan pembaharuan dalam Islam yang terbesar di Indonesia. Organisasi ini didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 Nopember 1912/8 Dzulhijjah 1330. Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah dengan harapan agar pengikutnya benar-benar bisa mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW. Adapun maksud dan tujuan didirikannya adalah untuk menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam, sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dalam perspektif yang luas, awal berdirinya

Muhammadiyah sebenarnya didorong oleh ‘kegelisahan’ dan

4


(15)

5

‘keprihatinan’ yang mendalam terhadap model dakwah dan pola pemikiran keagamaan islam konvensional-tradisional yang biasa berlaku saat itu. Sebagai organisasi, muhammadiyah adalah sebuah wadah social islam tertentu dan terbesar di Indonesia yang bergerak dalam bidang social kemasyarakatan dan bercirikan Islam.5

Perbedaan antara Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah ialah kedua organisasi ini memiliki berbagai pebedaaan pandangan. Dalam masyarakat perbedaan paling nyata adalah dalam berbagai

masalah furu’ (cabang). Misalnya Muhammadiyah melarang (bahkan membid’ahkan) bacaan qunut diwaktu shubuh, sedang NU menganjurkan , bahkan masuk dalam ab’ad yang kalau tidak dilakukan harus melakukan sujud sahwi, dan berbagai masalah lain. Bicara masalah perbedaan antara dua organisasi islam yaitu NU dan Muhammadiyah jelasnya sangat berbeda, baik itu cara berfikirnya ataupun dalam pengambilan keputusan hukum. Bahkan kalau dalam masyaratak pedesaan ia lebih cenderung mengikuti pada NU, kalau diperkotaan masih stabil antara NU dan Muhammadiyah. Bentuk perbedaan antara kedua tersebut diantara salah satunya adalah

5

Suyoto, Moh. Shofan, Endah Sri Redjeki, Pola Gerakan Muhammadiyah Ranting Ketegangan Antara Purifikasi dan Dinamisasi, (Jogyakarta: IRCiSoD, 2005), 17.


(16)

6

meminimalisir suara agar untuk tidak nyaring dalam bacaan basmalah pada surat fatihah ketika shalat dan dzikir ketika selesai shalat.6

Keyakinan dalam aliran-aliran tersebut menjadi pembeda antara umat islam yang menganut aliran masing-masing, dilihat dari segi tradisi dan kebudayaan yang berdeba-beda. Dari segi beribadah pun kadang ada sedikit perbedaan meski sama-sama beragama islam. Dari perbedaan aliran-aliran tersebut ada yang sangat patuh dengan aliran yang diyakininya dan ada juga yang acuh tak acuh. Dewasa ini memang aliran yang dianut tidak menganjurkan bahwa perkawinan beda aliran tidak diperbolehkan, tetapi sebagian banyak orang tua dari anak yang telah memilih sendiri calon pendamping hidupnya, tidak merestui hubungan antara calon pendamping hidup yang telah dipilih oleh anaknya, dikarenakan perbedaan aliran masing-masing, dan kebanyakan yang tidak merestui hubungan tersebut yaitu pihak orang tua dari anak perempuan, dimana orang tua tidak memperbolehkan anaknya menikah dengan calon pendamping yang berbeda aliran. Sebagian orang tua banyak juga yang memiliki menantu yang berbeda aliran dan tidak mempermasalahkan bahwa anak-anaknya menikah dengan orang yang berbeda aliran. Di desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan juga ada beberapa masyarakat yang mengalami kejadian

6


(17)

7

tersebut, dimana adanya pertentangan pemilihan pendamping hidup anak yang berbeda aliran.

Sehingga penulis mencoba mengangkat permasalahan apakah ada pengaruh aliran keagamaan orang tua terhadap pilihan pendamping hidup perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan atau memang ada faktor lainnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana aliran keagamaan orang tua di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan?

2. Apakah aliran keagamaan orang tua berpengaruh terhadap pilihan pendamping hidup perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas maka penulis dapat mengambil tujuan penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini, sebagai berikut :


(18)

8

1. Untuk mengetahui aliran keagamaan orang tua perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

2. Untuk mengetahui apakah aliran keagamaan orang tua berpengaruh terhadap pilihan pendamping hidup perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka peneliti berharap hasil penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat, baik itu secara teoritis maupun secara praktis bagi para pembacanya.

1. Secara Teoritis (Akademik)

a. Memberikan pengetahuan serta menambah wawasan bagi peneliti lain khususnya tentang pengaruh aliran keagamaan orang tua terhadap pilihan pendamping hidup perempuan. b. Dapat memberikan manfaat untuk mengembangkan kemampuan

peneliti dalam mengerjakan hasil penelitian. c. Sebagai sumber referensi bagi para Mahasiswa. 2. Secara Praktis (Masyarakat)

a. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat mengenai pengaruh aliran keagamaan orang tua terhadap pilihan pendamping hidup perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.


(19)

9

b. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sebuah rujukan atau sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan tugas penelitian yang sama.

E. Telaah Pustaka

Dalam penelitian ini ada perbedaan dan persamaan dalam isi yang telah diteliti oleh penelitian sebelumnya. Dan dalam penelitian yang akan saya lakukan ini berkaitan dengan judul penelitian sebelumnya, antara lain :

1. Dari penelitian yang dilakukan oleh Joyo Hadi Wiyoto. Jurusan

perbandingan madzhab, fakultas syari’ah, IAIN Sunan Ampel. Yang

memiliki judul penelitian “Pandangan Ulama’ Muhammadiyah dan

Nahdlatul Ulama’ (NU) Tentang Perkawinan Antar Agama”, tahun

1996. Dimana penelitian ini membahas tentang larangan menikah antara agama islam dengan orang yang menganut yahudi. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian saya adalah metode yang digunakan yaitu menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini lebih mengarah kepada pertentangan pernikahan antar agama, sedangkan penelitian saya yaitu mencakup organisasi agama yang melibatkan


(20)

10

orang tua dalam merestui anaknya yang memilih pendamping hidup berbeda aliran.7

2. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ihdal Umam Al-Azka, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Fakultas Syariah Dan Hukum, Jurusan Hukum Perdata Islam, Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah, 2015. Yang berjudul “Keharmonisan Rumah Tangga

dalam Perkawinan Beda Organisasi Masyarakat (Studi Kasus di Desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang)”.

Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti ini dengan penelitian saya yaitu penelitian ini membahas tentang rumah tangga yang berbeda organisasi masyarakat, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan penelitian saya menggunakan metode kuantitatif.8

3. Berikutnya perbedaan dari penelitian yang diteliti oleh Dwi Agustin Miftahul Jannah. Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Jurusan Hukum Islam Prodi Ahwal Al Syaksiyah, 2015. Yang berjudul “Pandangan Ulama’

Desa Sukomalo Kec. Kedungpring Kab. Lamongan terhadap Larangan Perkawinan Antar Dusun Ngulon Ngalor”. Penelitian ini

7

Joyo Hadi Wiyoto, Pandangan Ulama’ Muhammadiyah dan Nahdlatul

Ulama’ (NU) Tentang Perkawinan Antar Agama, Jurusan perbandingan madzhab, fakultas syari’ah, IAIN Sunan Ampel, 1996.

8

Ihdal Umam Al-Azka, Keharmonisan Rumah Tangga dalam Perkawinan Beda Organisasi Masyarakat (Studi Kasus di Desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang), Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Fakultas Syariah Dan Hukum, Jurusan Hukum Perdata Islam, Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah, 2015.


(21)

11

menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini membahas tentang larangan perkawinan antara dusun ngulon ngalor karena pengantin akan mengalami celaka jika perkawinan itu terjadi hingga saat ini menjadi tradisi. Perbedaan dengan penelitian saya yaitu pertentangan akan perkawinan antar desa sedangkan penelitian yang akan saya teliti yaitu pertentangan pernikahan beda aliran dalam keberagamaan orang tua.9

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan. Metode penelitian perlu dibedakan dari teknik pengumpulan data yang merupakan teknik yang lebih spesifik untuk memperoleh data.10

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan dan Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu metode Kuantitatif. Kuantitatif adalah metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode

9

Dwi Agustin Miftahul Jannah, Pandangan Ulama’ Desa Sukomalo Kec.

Kedungpring Kab. Lamongan terhadap Larangan Perkawinan Antar Dusun Ngulon Ngalor, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Jurusan Hukum Islam Prodi Ahwal Al Syaksiyah, 2015.

10

Irawan Seohartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), 9.


(22)

12

positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/ scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah, yaitu konkrit/ empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.11

Dalam penelitian ini, jenis yang akan digunakan yaitu menggunakan jenis metode penelitian eksperimen dan survey. Dimana metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu. Dan metode penelitian survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data.12

Oleh karena itu, penelitian ini lebih memfokuskan dalam perhitungan hasil angka-angka dari data (angket) yang telah disebar keseluruh masyarakat atau objek penelitian. Dengan menggunakan hitungan manual maupun melalui aplikasi SPSS.

11

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2011), 7.

12

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2014), 6.


(23)

13

2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

a. Populasi

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi, populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya. Kalau setiap manusia memberikan suatu data, maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia.

Populasi memiliki parameter yakni besaran terukur yang menunjukkan ciri dari populasi itu. Di antara yang kita kenal besar-besaran: rata-rata, bentengan, rata-rata simpangan, variasi, simpangan baku sebagai parameter populasi. Parameter suatu populasi tertentu adalah tetap nilainya, bila nilainya berubah, maka berubah pula populasinya. Pengertian lain, menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu didalam suatu penelitian.13

Rumus mencari populasi:

13

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), 118.


(24)

14

= �

��² + 1 Keterangan:

n: Jumlah Sampel

N: Jumlah Populasi

d: Presisi yang ditetapkan

Dan populasi yang peneliti ambil yaitu seluruh anak perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

b. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri keadaan tertentu yang akan diteliti, atau sebagian anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi.14

Adapun cara pengambilan sampel penelitian ini dapat dilakukan dengan sampel Random atau sampel acak, sampel campur. Teknik sampling ini diberi nama demikian karena didalam pengambilan

sampelnya, peneliti “mencampur” subjek-subjek didalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti

14

Nanang Martono, Statistik Sosial Teori dan Aplikasi Program SPSS,


(25)

15

memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Oleh karena hak setiap subjek sama, maka peneliti terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subjek untuk dijadikan sampel.

Setiap subjek yang terdaftar sebagai populasi, diberi nomor urut mulai dari 1 sampai dengan banyaknya subyek. Di dalam pengambilan sampel biasanya peneliti sudah menentukan terlebih dahulu besarnya jumlah sampel yang paling baik. Jawaban terhadap pertanyaan ini tidaklah begitu sederhana. Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Kebanyakan peneliti beranggapan bahwa semakin banyak sampel, atau semakin besar persentase sampel dari populasi, hasil penelitian akan semakin baik. Anggapan ini benar, tetapi tidak selalu demikian. Hal ini tergantung dari sifat-sifat atau ciri-ciri yang dikandung oleh subjek penelitian dalam populasi. 15

Dalam penelitian ini jumlah populasi anak perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan memiliki

15

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,


(26)

16

jumlah yang banyak, sehingga peneliti mengambil 10-15% saja atau sekitar 100 orang.

c. Teknik Sampling

Teknik Sampling merupakan sebuah teknik untuk pengambilan sampel. Pengumpulan data dengan metode sampel dimaksudkan untuk menghemat biaya, tenaga dan waktu, karena dengan metode ini pengamatan hanya dilakukan terhadap sebagian dari populasi yang ada.16 Dan jenis sampel yang digunakan oleh peneliti yaitu jenis sampel

Random yaitu digunakan oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogeny (mengandung satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak.17 Cara acak adalah suatu cara pemilihan sejumlah elemen

dari populasi untuk menjadi anggota sehingga setiap elemen mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Cara ini sangat objektif karena semua mempunyai kemungkinan untuk dipilih.

16

Meilia Nur Indah S, statistik Deskriptif dan Induktif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 23.

17

Muhammad idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2009),97.


(27)

17

3. Variabel dan Indikator Penelitian

1. Variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.18

Variabel yang digunakan oleh peneliti yaitu variabel Independen atau variabel bebas (x) dan variabel Dependen atau variabel terikat. Dimana variabel Independen yaitu yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel Dependen. Dinamakan variabel bebas karena bebas dalam mempengaruhi variabel lain. Dan variabel Dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel Independen disebut variabel terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel Independen.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni mengenai Pengaruh Aliran Keagamaan Orang Tua Terhadap Pilihan Pendamping Hidup Perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Maka variabel bebas (x) dalam penelitian ini adalah “Aliran Keagamaan Orang Tua” sedangkan variabel terikatnya (y) adalah “Pilihan Pendamping Hidup Perempuan”.

18


(28)

18

2. Indikator Penelitian

Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau kemungkinan dilakukan pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan keadaan secara keseluruhan tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk atau indikasi tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan.

Peneliti menentukan indikator dari judul “Pengaruh Aliran Keagamaan Orang Tua terhadap Pilihan Pendamping Hidup Perempuan

di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan”

diantaranya yaitu:

a. Variabel X: Aliran keberagamaan orang tua 1. Nahdatul Ulama

2. Muhammadiyah

b. Variabel Y: Pilihan pendamping hidup perempuan 1. Berakhlak baik

2. Taat beribadah 3. Mampu menafkahi


(29)

19

4. Definisi Operasional

Untuk mengetahui gambaran yang jelas dan tidak terjadi kesalah fahaman bagi pembaca dalam mengartikan judul ini, maka perlu kiranya peneliti membatasi sejumlah definisi yang diajukan dalam judul penelitian ini. Yaitu Pengaruh Aliran Keberagamaan Orang Tua terhadap Pilihan Pendamping Hidup Perempuan di Desa Sumurgayam Paciran Kabupaten Lamongan, sebagai berikut:

a. Aliran Keagamaan:

Aliran keagamaan, yang dimaksud aliran keagamaan tipe pertama adalah pengakuan individu atau kelompok yang mendapatkan wahyu secara asli dari tuhan. Wahyu tersebut diyakini berisi nilai dan norma sakral yang berbeda sama sekali dengan isi kitab suci agama yang telah ada dan membudaya pada masyarakat tertentu, baik yang berkaitan dengan teks, konteks, aqidah/ ketuhanan (teologi), ibadah (ritual), jejaring proses penerima dan penerimaan kitab suci (tarikh genealogis), kemasyarakatan (muamalah sosiologis), akhlak, alam semesta, maupun berkaitan dengan awal dan akhir kehidupan. Tipe kedua adalah pengakuan individu atau kelompok yang mendapatkan wahyu atau petunjuk dari Tuhan tentang pemahaman dan penafsiran baru atas nilai dan norma sacral sebahagian dari kitab suci sesuatu


(30)

20

agama yang telah ada dan membudaya pada masyarakat tertentu (modifikasi), baik menyangkut teks, konteks, aqidah/ ketuhanan (teologi), ibadah (ritual), jejaring proses penerima dan penerimaan kitab suci (tarikh genealogis), kemasyarakatan (muamalah sosiologis), akhlak, alam semesta, maupun berkaitan dengan awal dan akhir kehidupan.19

Keagamaan berasal dari kata agama yang diartikan sekumpulan peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal untuk mengikuti peraturan tersebut sesuai kehendak dan pilihannya sendiri untuk mencapai kebahagiaan didunia ataupun akhirat. Dari perspektif psikologi keimanan agama dirumuskan sebagaimana terdapat dalam kitab suci, perilaku agama personal diukur dengan kegiatan, seperti sembahyang, membaca kitab suci dan perilaku lainnya yang mendatangkan manfaat spiritual.

Yang dimaksud dengan aliran keagamaan menurut peneliti yaitu aliran-aliran yang dianut atau diyakini oleh masyarakat di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Aliran tersebut diantaranya Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

19 Ahmad Syafi’I Mufid, dkk

, Pedoman Penanganan Aliran dan Gerakan Keagamaan Bermasalah di Indonesia, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2014), 6.


(31)

21

b. Pendamping hidup

Yang dimaksud dengan pendamping yaitu Nomina (kata benda)

(orang) yang mendampingi (dalam perundingan dan sebagainya), dan yang dimaksud hidup yaitu masih terus ada, bergerak, dan bekerja serta bagaimana mestinya.20

Jadi dari pengertian yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa pendamping hidup adalah orang yang mendampingi orang lain dalam menjalani kehidupannya masing-masing, dimana dalam kehidupan kita akan memiliki pasangan hidup untuk berumah tangga dan menjalankan kehidupan bersama-sama sesuai syari’at islam.

5. Hipotesis

Hipotesis berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang diteliti, kegunaan bagi peneliti, hipotesis menjadikan arah penelitian semakin jelas atau memberi arah bagi peneliti untuk melaksanakan penelitiannya secara terbaik.21

Dari judul yang diangkat oleh peneliti yakni Pengaruh Aliran Keagamaan Orang Tua Terhadap Pilihan Pendamping Hidup

20

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), 306.

21

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2009), 53.


(32)

22

Perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut:

a. �= tidak ada Pengaruh Aliran Keagamaan Orang Tua Terhadap Pilihan Pendamping Hidup Perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

b. �= ada Pengaruh Aliran Keagamaan Orang Tua Terhadap Pilihan Pendamping Hidup Perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu:

a. Data Primer

Data Primer ini diperoleh melalui penelitian langsung dengan dua cara, yaitu: Observasi atau pengamatan yang berarti pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yaitu dengan tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.22Dan Survei atau menyebar angket

secara langsung di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

22

Irawan Seohartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), 69.


(33)

23

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh lapangan dan diperoleh hasil dari pengolahan data primer. Data sekunder berfungsi sebagai data penunjang dan pelengkap dari data primer. Dan dalam penelitian ini, yang menjadi data sekunder berupa wawancara yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden.

7. Teknik Analisis Data

Di dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisa data dengan menggunakan Analisis Statistika Inferensial. Dalam Analisis Statistik Inferensial ini, peneliti mencoba menganalisa hasil angket dengan memasukkan rumus secara manual.

Korelasi Product Moment, jika sepasang variabel kontinu, X

dan Y, mempunyai korelasi, maka derajat korelasi dapat dicari dengan menggunakan koefisien korelasi.

Regresi, adalah hubungan secara linear antara satu variabel

independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negative dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami


(34)

24

kenaikan atau penurunan.23Rumus ini digunakan untuk mencari berapa

persen sumbangan variabel Independen kepada variabel Dependen dalam satu keterangan penelitian.

G. Sistematika Pembahasan

Peneliti membuat sistematika pembahasan yang akan disusun sebagai berikut ini:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini peneliti memberikan gambaran tentang latar belakang masalah yang hendak diteliti. Setelah itu menentukan rumusan masalah dalam penelitian tersebut, serta menyertakan tujuan dan manfaat penelitian dan juga metode penelitian yang mana peneliti akan memberikan gambaran berbagai hal yang harus dipatuhi dalam bab ini, antara lain : pendekatan dan jenis penelitian, populasi, sampling, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data, serta teknik keabsahan data. Selain itu, dalam bab ini definisi operasional juga digambarkan dengan jelas.

BAB II: KAJIAN TEORI

Dalam bab kajian teori, peneliti memberikan gambaran tentang kajian teoritis objek kajian yang dikaji, hingga pada hipotesis yang

23


(35)

25

disajikan. Adapun rinciannya sebagai berikut: setelah masalah penelitian dirumuskan dengan baik, langkah berikutnya dalam metode ilmiah adalah mengajukan hipotesis yaitu dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan.

BAB III: PENYAJIAN DATA

Dalam bab penyajian data, peneliti memberikan gambaran tentang data-data yang diperoleh, yaitu dari data primer. Penyajian data dibuat secara tertulis dan dapat juga disertakan gambar, tabel, atau bagan yang mendukung data. Selain itu juga dipaparkan mengenai deskripsi hasil penelitian sampai pengujian hipotesis.

BAB IV: ANALISA DATA

Dalam bab analisis data, peneliti memberikan gambaran tentang argumentasi teoritis terhadap hasil pengujian hipotesis. Misalnya, hipotesis penelitian ditolak atau tidak terbukti, maka peneliti memberikan alasan-alasan mengapa tidak terbukti. Disamping itu juga, dilakukan penganalisisan data dengan menggunakan teori yang relevan.

BAB V: PENUTUP

Pada Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan yang bersifat konseptual dan terkait langsung dengan rumusan masalah, tujuan


(36)

26

penelitian dan temuan yang dihasilkan dari penelitian tersebut. Serta menjelaskan saran-saran yang diajukan oleh peneliti berdasarkan pada temuan penelitian, pembahasan dan kesimpulan hasil penelitian.


(37)

27

BAB II

ALIRAN KEAGAMAAN ORANG TUA DAN PENDAMPING HIDUP PEREMPUAN

A. Aliran Keagamaan

Aliran keagamaan juga bisa dikatakan dengan organisasi keagamanaan yaitu suatu kumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat hingga menjadi satu kesatuan yang mempunyai visi dan misi, dan juga tujuan yang sama. Terkait dengan hal ini peneliti mengaitkan antara organisasi Muhammadiyah yang merupakan gerakan islam (moderat), dakwah amar makruf nahi mungkar berakidah islam yang bersumber pada al-Qur’an dan hadits, dengan organisasi Nahdlatul

Ulama’ (tradisional) yang merupakan gerakan islam, dikenal dengan

gemar mendendangkan syair pujian-pujian dan shalawat untuk Nabi Muhammad SAW, yang bersumber pada Al-Qur’an, Ijmak dan Qiyas.

Salah satu ciri aliran Muhammadiyah yang merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi mungkar berakidah Islam bersumber pada al-Qur’an dan Hadits, dengan aliran Nahdlatul Ulama’ (NU) yang merupakan gerakan Islam dikenal dengan gemar mendendangkan Syair puji-pujian dan Salawat untuk nabi Muhammad SAW, yang bersumber dari al-Qur’an, Hadits, Ijmak dan Qiyas.


(38)

28

NU menganut paham Ahlussunah Waljama’ah, sebuah pola piker yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya al-Qur’an, Sunnah tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empiric. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu Hasan

Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fikih mengikuti empat madzhab: Syafi’I, Hambali, Maliki, Hanafi. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi yang mengintergrasikan antara tasawuf dengan shariat.1

Gagasan kembali ke khittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran ahlussunnah wal jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun social. Serta merumuskan kembali hubungan NU dengan negara. Gerakan tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika social dalam NU.2

1

Farid Wajdi, NU Tradisi, Relasi-relasi, Pencarian Wacana Baru,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), 183.

2

Abdul Muchith Muzadi, Mengenal Nahdlatul Ulama, (Surabaya: Khalista, 2006), 47.


(39)

29

Dalam majelis tarjih Muhammadiyah, terhadap istilah manhaj tarjih untuk menyebut metode istinbath hukum. Secara leksikal, manhaj berarti jalan atau metode. Dalam ilmu ushul fikih, manhaj digunakan sebagai cara mengeluarkan hukum syara’ dari al-Qur’an dan Sunnah, secara istidlal dengan dalil ‘aql, seperti qiyas, istihsan, istishab dan sebagainya. Majelis tarjih menggunakan kata manhaj sebagai acuan penggalian hukum islam, baik dari dalil naqli maupun ‘aqli. Muhammadiyah merumuskan pedoman dalam berijtihad dengan

memakai nama “Pokok-Pokok Manhaj Tarjih Muhammadiyah”.3

Manhaj ijtihad tersebut merupakan manufestasi bahwa Muhammadiyah tidak bermadzhab. Dalam hal ini, dibuktikan dari putusan-putusannya tidak merujuk kepada pendapat imam madzhab. Sebab, masalah yang diputuskan majelis tarjih didasarkan atas nash yang dianggap lebih kuat tanpa mengembalikan apakah pendapatannya sesuai dengan pendapat imam madzhab atau tidak. Sesungguhnya manhaj tarjih belum dapat dikatakan sebagai susunan ushul fiqih baru, namun telah memuat unsur-unsur penting dalam teori berijtihad, yaitu penggunaan sumber-sumber hukum, prinsip-prinsip ijtihad dan kedudukan akal dalam penggalian hukum.

3

Abu Zahrah, “Ushul Fiqh” Terjemah Saefullah Ma’sum (Jakarta: Pustakan Firdaus, 2006), 115.


(40)

30

Ternyata, manhaj yang demikian telah membawa majelis tarjih memutuskan berbagai masalah yang tampak mandiri dan tidak terkait oleh salah satu pandangan madzhab. Mengenai penggunaan sumber dalil, pada dasarnya ijtihad majelis tarjih secara mulak adalah al-Qur’an dan Sunnah. Oleh karena itu, kedua dalil tersebut merupakan acuan utama dalam penetapan hukum. Hal ini terbaca pada hamper setiap keputusan tarjih yang senantiasa menyebutkan ayat-ayat al-Qur’an dan Sunnah sebagai dalil sebagaimana yang terbaca didalam himpunan putusan tarjih.

1. Prinsip Nahdlatul Ulama (NU)

Prinsip Ahlusunnah wal jama’ah yang diterapka dalam NU, baik

dalam bidang teologi, fikih dan tasawuf, NU merumuskan sikap kemasyarakatan sebagai berikut:

a. Tawassut, yaitu sikap moderat yang berbijak pada prinsip keadilan serta berusaha menghindari segala bentuk sikap tatharuf (ekstrim), baik dalam bidang agama maupun politik, karena sikap tersebut mengarah pada kekerasan dan disintegrasi (kehancuran).

b. Tasamuh, yaitu sikap toleran yang berintikan penghargaan terhadap perbedaan pandangan dan kemajemukan identitas budaya masyarakat, karena hanya dengan sikap tasamuh itu rasa


(41)

31

saling percaya dan solidaritas bisa ditegaskan dan ini merupakan inti hidup berbangsa.

c. Tawazun, selalu berusaha menciptakan keseimbangan hubungan

antara sesama umat manusia dengan Allah SWT, antara akal dan wahyu, antara individu dan kolektifitas dengan sikap tawazun ini harmonis dalam kehidupan baik maupun tindakan bisa terwujud.4

2. Prinsip Muhammadiyah

Untuk melaksanakan maksud, menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam, sehingga dapat membentuk kehidupan yang bahagia. Maka Muhammadiyah merumuskan prinsip sebagai berikut:

a. Hidup manusia harus berdasarkan tauhid, ibadah dan ta’at kepada Allah.

b. Mematuhi ajaran-ajaran agama islam dengan keyakinan bahwa ajaran islam itu satu-satunya landasan kepribadian bersama untuk kebahagiaan dunia akhirat.

c. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam dalam masyarakat adalah kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ihsan kepada kemanusiaan.

4

Abdul Muchith Muzadi, Mengenal Nahdlatul Ulama, (Surabaya: Khlista, 2006), 27.


(42)

32

d. Ittiba’ kepada langkah perjuangan nabi Muhammad SAW.

e. Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi.

3. Tradisi-Tradisi NU dan Muhammadiyah

Dalam setiap kelompok maupun aliran yang ada, pasti mempunyai tradisi masing-masing, yang mana tradisi tersebut dapat membentuk ciri khas suatu kelompok tersebut. Akan tetapi tidak menuntut kemungkinan sekelompok aliran tersebut juga mempunyai persamaan tradisi atau adat kebiasaan, diantara tradisi-tradisi tersebut adalah:

Tabel 2.1

Perbedaan tradisi Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah No. Nahdlatul Ulama (NU) Muhammadiyah

1. Do’a Qunut :

Do’a yang dibaca pada akhir shalat subuh.

Muhamadiyah melarang (bahkan membid’ahkan) bacaan Qunut di waktu Shubuh.

2. Mengangkat tangan pada waktu do’a. Muhammadiyah jika berdo’a tidak mengangkat kedua tangan.

3. Wiridan atau Dzikir Muhammadiyah hanya melakukan dzikir dan do’a setelah shalat.

4. Adzan Jum’at 2 kali : Adzan jum’at hanya satu kali.

5. Shalat tarawih 20 rakaat. Shalat tarawih hanya 8 rakaat saja.

6. Ziarah Kubur :

Sudah menjadi pemandangan umum dikalangan santri NU, mereka

membiasakan diri untuk berziarah kubur yang bertujuan untuk orang yang sudah meninggal dalam istilah jawa disebut

Ziarah Kubur orang Muhammadiyah biasanya dilakukan saat sebelum hari raya ke pemakaman sanak saudara atau familynya masing-masing.


(43)

33

(kirim dungo) biasanya dilakukan pada hari jum’at atau pada hari raya idul fitri dan idul adha.

7. Melakukan pujian untuk sanjungan kepada Allah.

Muhammadiyah tidak ada pujian.

8. Mengumandangkan tarhim sebelum shalat shubuh.

Muhammadiyah tidak mengumandangkan tarhim. 9. Lailatul ijtima’

Bagi orang NU, menyelenggarakan pertemuan tiap bulan itu hal biasa. Pertemuan ini dinamakan dengan lailatul ijtima’ yang artinya malam pertemuan. Acara ini dimanfaatkan untuk

membahas, memecahkan dan mencarikan solusi atas problem organisasi, misalnya: menentukan awal ramadhon dan lain sebagainya.

Muhammadiyah

melaksanakan pertemuan organisasi menjelang bulan Ramadhan.

10. Peringatan 7 atau sampai 1000 hari: Sudah menjadi tradisi orang jawa, kalau ada keluarga yang meninggal, malam harinya ada tamu-tamu yang

silaturrahmi, baik tetangga maupun jauh, mereka ikut bela sungkawa atas segala yang menimpa, sambal mendo’akan orang yang meninggal maupun yang ditinggalkan. Pemanfaatan pertemuan itu akan terasa lebih berguna jika diisi dengan dzikir.5

Muhammadiyah juga masih ada sebagian pengikutnya memperingati 7 – 40 hari orang yang sudah meninggal.

11. Membaca surat yasin :

Yasin dan tahlil telah menyatu menjadi bacaan orang-orang NU.

Tidak ada

4. Tradisi Orang NU Masalah Social. 1. Pujian

Pujian adalah istilah khas orang NU. Pujian adalah sanjungan untuk Allah, dalam praktiknya pujian bisa jadi kalimat yang mengandung pujian namun yang sering kita dengar adalah lantunan sholawat nabi dengan beragam nasyidnya.

2. Tarkhim

5

Munawir Abdul Fattah, Tradisi orang-orang NU, (Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara, 2006), 74


(44)

34

Tarkhim ialah suara yang dikumandangkan dari masjid atau musholla dengan maksud membangunkan kaum muslimin dan muslimat untuk persiapan shalat shubuh.

3. Lailatul ijtima’

bagi orang NU, menyelenggarakan pertemuan tiap bulan itu hal yang biasa. Pertemuan ini dinamakan dengan lailatul ijtima’ yang artinya malam pertemuan. Acara ini dimanfaatkan untuk membahas, memecahkan dan mencarikan solusi atas problem organisasi, misalnya: menentukan awal Ramadhan dan lain sebagainya.

4. Talqin

Talqin artinya mendikte. Yang maksudnya mendiktekan si mayit yang baru saya dimakamkan untuk menirukan kata-kata tertentu dari si penuntun.

5. Haul

Kata haul berasal dari bahasa Arab yang artinya setahun. Peringatan haul berarti peringatan genap 1 tahun. Peringatan ini berlaku bagi keluarga siapa saja, tidak terbatas hanya pada NU saja.


(45)

35

Dimasyarakat NU jika ada setiap pertemuan yang didalamnya dibaca kalimat itu secara bersama-sama disebut majelis tahlil. Acara ini biasa diselenggarakan khusus tahlil, meski banyak juga acara tahlil ditempelkan pada acara inti yang lainnya, misalnya setelah dzibaan, yasinan kemudian tahlil dan sebagainya.

7. Istighosah atau mujahadah

Istighosah artinya meminta pertolongan, mujahadah artinya mencurahkan segala kemampuan untuk mencapai sesuatu yang dilakukan secara serempak dan bersama-sama.

8. Pembacaan diba’iyah, burdah, manaqib

Kalau kita melihat lirik syair yang terdapat didala kitab al-Barzanji, serratus persen isinya memuat biografi, sejarah hidup dan kehidupan rasulullah. Demikian pula yang terdapat didalam

kitab diba’ dan burdah. Tiga kitab ini yang berlaku bagi orang

NU dalam melakukan ritual ini biasanya dilakukan satu minggu sekali atau ketika maulidiyah menyambut kelahiran rasulullah. 9. Membaca surat yasin

Surah yasin dapat dibaca saat kita mengharap rizki dari tuhan, meminta sembuh dari penyakit, menghadapi ujian, mencari jodohatau hajat lain yang mendesak. Aka tetapi, dalam praktik


(46)

36

sehari hari masyarakat sudah mentradisikan membaca yasin didalam majelis-majelis kecil dikampung. Bahkan, sudah lazim sekali bacaan yasin digabung dengan tahlil. Yasin dan tahlil telah menyatu menjadi bacaam orang-orang NU.

5. Tradisi Muhammadiyah

Dalam sebuah organisasi tentu mempunyai karakteristik tersendiri, ketika kita melihat tradisi orang NU, begitu banyak tradisi yang bersifat keagamaan maupun yang bersifat social, diakuiatau tidak jika dibandingkan antara NU dan Muhammadiyah, NU lah yang paling kaya akan tradisi, dengan tradisi yang diamalkan oleh orang-orang NU baik itu tradisi keagamaan maupun social. Muhammadiyah lebih condong kearah modernis (pencetus ide-ide modern) yang dapat menggali intelektual yang lebih mantap. Usaha yang pertama melalui pendidikan, yaitu mendirikan sekolah Muhammadiyah. Selain itu juga menekankan pentingnya tauhid dan ibadah, seperti: meniadakan sebagai berikut:

1. Menujuh bulani (jawa: Tingkeban)

Yaitu selametan bagi orang yang hamil pertama kali memasuki bulan ketujuh. Kebiasaan ini merupakan peninggalan dari adat-istiadat jawa kuno, biasanya diadakan dengan membuat rujak dari kelapa muda yang belum


(47)

37

berdaging yang dikenal dengan nama cengkir dicampur dengan berbagai bahan lain, seperti buah delima, buah jeruk dan lain-lain. Masing-masing daerah berbeda-beda cara dan macam upacara tujuh bulanan ini, tetapi pada dasarnya

berjiwa sama, yaitu dengan maksud mendo’akan bagi

keselamatan calon bayi yang masih berada dalam kandungan itu.

2. Slametan untuk menghormati Syekh Abdul Qadir Jaelani, Syekh Saman, dan lain-lain yang dikenal dengan menakiban.

Selain itu, terdapat pula kebiasaan membaca barzanji, yaitu suatu karya puisi serta syair-syair yang mengandung banyak pujaan kepada nabi Muhammad SAW yang disalah artikan. Dalam acara-acara semacam ini, Muhammadiya menilai, ada kecenderungan yang kuat untuk seorang wali atau nabi, sehingga hal itu dikhawatirkan dapat merusak kemurnian tauhid. Selain itu, ada juga acara yang disebut

Haul, atau lebih popular disebut khal, yaitu memperingati hari dan tanggal kematian seseorang setiap tahun sekali, dengan melakukan ziarah dan penghormatan secara besar-besaran terhadap arwah orang-orang alim dengan upacara yang berlebih-lebihan. Acara seperti ini oleh Muhammadiyah juga dipandang dapat mengeruhkan tauhid.


(48)

38

Mendo’akan kepada orang yang masih hidup atau yang sudah

mati dalam islam sangat dianjurkan. Demikian juga berdzikir dan membaca al-Qur’an juga sangat dianjurkan dalam islam. Akan tetapi, jika didalam berdzikir dan membaca al-Qur’an itu diniatkan untk mengirim pahala kepada orang yang sudah mati, hal itu tidak berdasar pada ajaran agama, oleh karena itu harus ditinggalkan. Demikian juga tahlilan dan sholawatan pada hari kematian ke-3, ke-7, ke-40, ke-100 dan ke-1000 hari, hal itu merupakan bid’ah yang mesti ditinggalkan dari perbuatan Islam. Selain itu, masih banyak lagi hal-hal yang diusahakan oleh Muhammadiyah dalam memurnikan tauhid.6

B. Pendamping Hidup

Pendamping hidup atau bisa disebut dengan sepasang suami istri, bisa juga dikatakan keluarga yang merupakan kelompok primer yang penting didalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan itu

6

Ihdal Umam Al-Azka, Keharmonisan Rumah Tangga dalam Perkawinan Beda Organisasi Masyarakat (Studi Kasus di Desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang), Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Fakultas Syariah Dan Hukum, Jurusan Hukum Perdata Islam, Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah, 2015, 26.


(49)

39

sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi, keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami-istri dan anak-anak yang belum dewasa.

Para ahli antropologi melihat keluarga sebagai suatu kesatuan sosial terkecil yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk hidup. Pendapat ini didasarkan atas kenyataan bahwa sebuah keluarga adalah suatu kesatuan tempat tinggal yang ditandai oleh adanya kerjasama ekonomi, dan mempunyai fungsi mendidik anak, menolong serta melindungi yang lemah khususnya merawat orang-orang tua mereka yang telah jompo. Dalam bentuk yang paling dasar, sebuah keluarga terdiri atas seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan ditambah dengan anak-anak mereka yang biasanya tinggal dalam satu rumah yang sama. Satuan satu kelompok seperti itu dalam antropologi dinamakan sebagai keluarga inti. Suatu keluarga ini pada hakekatnya terbentuk oleh adanya suatu hubungan perkawinan yang sah, tetapi tidak selamanya keluarga inti terwujud hanya karena telah disahkan oleh suatu peraturan perkawinan.7

7

Drs. Tasmuji, M. Ag, DKK, IAD, ISD, IBD, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2012), 86.


(50)

40

Pemilihan pendamping hidup, dapat dijelakan indikator-indikator dari variabel tersebut, antara lain:

b. Berakhlak baik

Akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.

Budi pekerti dan pemahaman akan hakikat kebaikan dan keburukan. Orang yang berakhlak mempunyai sensitivitas yang baik akan sebuah hal. Tidak hanya berkaitan dengan hal baik dan buruk, akhlak juga berkaitan erat dengan pantas dan tidaknya sebuah hal, dan baik atau buruknya sebuah hal.

Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak.

1. Perbuatan yang baik atau buruk. 2. Kemampuan melakukan perbuatan. 3. Kesadaran akan perbuatan itu

4. Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk.


(51)

41

Ibadah adalah merendahkan diri dan tunduk serta taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. Orang yang taat beribadah yaitu selalu berpegang teguh, shaleh serta tunduk kepada tuhan yang telah menciptakannya.

Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota

badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta),

tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan. Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia.

d. Nafkah

Secara bahasa nafkah artinya sesuatu yang dibelanjakan sehingga habis tidak tersisa. Sedangkan secara istilah syari’at


(52)

42

artinya; mencukupi kebutuhan siapapun yang ditanggungnya, baik berupa makanan, minuman pakaian, atau tempat tinggal.

Seorang laki- laki jika menikahi seorang wanita, maka wajib baginya memberinya nafkah. Ukuran yang wajib diberikan sebagai nafkah adalah yang makruf/ yang patut atau wajar. Kadar nafkah untuk kecukupan keluarga dalam kehidupan sehari- hari dengan cara yang wajar.

dalam ajaran Agama Islam memberi nafkah kepada istri dan anak dimasukkan dalam kategori ibadah. Dari Sa’ad bin Abi

Waqqash, Rasulullah SAW telah bersabda kepadanya, “Engkau

tiada memberi belanja demi mencari ridha Allah, melainkan pasti diberi pahala, sekalipun yang engkau suapkan ke dalam

mulut istrimu.” (HR. Bukhari Muslim)

Menurut Kartini Kartono, pernikahan atau perkawinan adalah suatu peristiwa yang secara formal mempertemukan sepasang mempelai atau sepasang calon suami-isteri dihadapan penghulu atau kepala agama tertentu, para saksi, dan sejumlah hadirin untuk kemudian disahkan


(53)

43

secara resmi sebagai suami-isteri dengan upacara-upacara atau ritus-ritus tertentu8.

Di pandang dari sudut kebudayaan pernikahan adalah pengatur kelakuan manusia yang bersangkut paut dalam kehidupan seksnya, ialah kelakuan – kelakuan seks terutama persetubuhan.9

Perkawinan bisa dikatakan sebagai elemen pembentuk keluarga karena perkawinan dapat diasumsikan sebagai keterkaitan seorang pria dan wanita untuk menjalin hubungan dan hidup bersama untuk mencapai tujuan bersama. Dari segi hukum adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan 1974). Ahli sosiologi memandang perkawinan sebagai persatuan antar satu orang pria atau lebih dengan seorang wanita atau lebih yang diberi kekuatan sanksi social, dalam suatu hubungan suami istri. Perkawinan sebagai upaya dasar untuk pembentukan keluarga dimulai sejak pemilihan jodoh, agar pihak pria dan wanita sebaga calon suami istri dipilih orang-orang yang dapat memegang peran masing-masing dan menempati fungsinya,

8

Kartini Kartono , Psikologi Wanita (1) Gadis Remaja dan Wanita-wanita

(Bandung: Mizan, 1997), 17.

9

Sugeng Pujilaksono, Petualangan Antropologi Sebua Pengantar Ilmu Antropologi, (Malang: UMM Press, 2006), 42.


(54)

44

kewajiban dan tanggung jawab menurut bentukkeluarga yang dicita-citakan. Oleh karena itu, pemilihan jodoh difokuskan pada pemilihan orang yang dapat bekerja dan hidup bersama untuk mencapai tujuan bersama atas dasar saling pengertian. Karena mereka berangkat dari latar belakang individu, pendidikan, social budaya, keluarga dan jenis kelamin yang berbeda.10

Dalam membentuk keluarga ada berbagai tahap yang biasa dilakukan oleh calon suami istri sebelum menjadi keluarga yang sah. Yang pertama mereka saling tahu satu sama lain sehingga mereka berproses menjadi saling menyukai, setelah itu memperkenalkan kepada masing-masing keluarga agar tahu satu sama lain dan tahu latar belakang masing-masing calon pendampingnya tersebut. Jika pihak keluarga menyetujui maka proses selanjutnya yaitu dengan melamar calon pendamping hidup anaknya lalu menikahkannya. Sesuai dengan indikator-indikator yang telah dipaparkan oleh peneliti.

Berbakti kepada kedua orang tua (birrul waalidain) termasuk salah satu ajaran asasi Islam. Allah SWT dan Rasul-Nya amat menekankan birrul waalidain ini dalam banyak ayat al-Qur’an maupun hadis shahih. semua anak wajib ekstra hati-hati dalam menghadapi dan

10

Drs. Mawardi, Nur Hidayati, IAD-ISD-IBD, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2000), 215.


(55)

45

menyikapi orangtua mereka. Segala sikap dan ucapan anak harus mengacu pada pertimbangan perasaan dan kepatutan menghadapi orangtua. Sekali pun andaikan orangtua jelas salah atau tidak patuh pada ajaran agama, maka masih tersisa kewajiban anak untuk menghormatinya.

Dalam kaitan nikah, pilihan anak yang berbeda dengan orang tua atau keengganan orangtua merestui pilihan anaknya tidak berpengaruh apa-apa terhadap sahnya pernikahan, karena restu orangtua itu tidak terkait syarat-rukun nikah. Dengan demikian nikah tersebut tetap sah dan karenanya hubungan suami isteri antara keduanya juga halal, ayah lebih dominan dibanding ibu, karena ayahlah yang berhak menjadi wali bagi anak perempuannya.

Tetapi secara fiqih moral (akhlaq) dan fiqih sosial (kemasyarakatan), pernikahan yang tidak direstui orangtua akan bermasalah dan menjadi handikap bagi hubungan anak-orang tua, sesuatu yang harus dihindari. Begitu juga kengototan orang tua pada penolakannya terhadap pilihan anaknya merupakan hal yang mesti ditiadakan. Kunci semua itu adalah komunikasi antara orang tua-anak harus terjalin baik sejak mula. Restu ibu lebih dominan dibanding ayah, karena bakti anak kepada ibu adalah 3 berbanding 1 terhadap ayah.


(56)

46

Jika ada orangtua yang menolak pilihan anaknya hanya karena pertimbangan etnis atau tradisi, maka orangtua demikian harus berfikir seribu kali untuk mempertanggung jawabkannya di hadapan Allah SWT nanti.

Hendaknya semua orang tua bersikap arif dan bertindak bijak ketika menghadapi anak yang sudah menjalin hubungan sudah dekat dengan seseorang dan merasa sudah amat cocok sehingga tidak mungkin lagi dipisahkan, maka lebih baik segera dinikahkan agar terhindar dari perbuatan yang tidak diinginkan. Jangan ada orang tua yang bertindak otoriter dengan sikap tanpa kompromi melarang dan menghalang-halangi pernikahan mereka, yang kemudian memiliki dampak yang buruk.

C. Hipotesis

Dari judul yang diangkat oleh peneliti yakni Pengaruh Aliran Keagamaan Orang Tua Terhadap Pilihan Pendamping Hidup Perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut:

a. �= tidak ada Pengaruh Aliran Keagamaan Orang Tua Terhadap Pilihan Pendamping Hidup Perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.


(57)

47

b. �= ada Pengaruh Aliran Keagamaan Orang Tua Terhadap Pilihan Pendamping Hidup Perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.


(58)

48

BAB III

ALIRAN KEAGAMAAN ORANG TUA DAN PILIHAN PENDAMPING HIDUP PEREMPUAN DI DESA SUMURGAYAM KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN

LAMONGAN

A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian

Sumurgayam, merupakan suatu desa yang terletak di Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur yang terdiri dari 3 Dusun, diantaranya Dusun Sumurgayam, Dusun Sumuran, dan Dusun Padeg. Secara geografis Desa Sumurgayam dari sebelah utara berbatasan dengan Desa Sugihan Kecamatan Solokuro, batasan sebelah selatan yaitu Desa Paciran, dari sebelah timur berbatasan dengan Desa Sendangagung, dan batasan dari sebelah Barat ialah Desa Kandangsemangkon. Desa Sumurgayam merupakan desa yang sedang mengalami perkembangan dan masyarakat desa tersebut bisa dikatakan masyarakat aktif. Namun bukan hanya itu saja, Desa Sumurgayam memiliki potensi sumber daya alam yang bisa dikembangkan dengan baik. Banyak lahan persawahan yang luas, yang mayoritas ditanam tanaman padi, cabe, jagung dan sebagainya.

Berikut adalah peta Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan:


(59)

49

Gambar 3.1

Peta Desa Sumurgayam

(Sumber: Sekretaris Desa Sumurgayam, 27 November 2015)

Tabel 3.1

Batas Wilayah

Desa/Kelurahan Sebelah Selatan Sugihan Desa/Kelurahan Sebelah Timur Sendangagung Desa/Kelurahan Sebelah Barat Kandangsemangkon Desa/Kelurahan Sebelah Utara Paciran

Kecamatan sebelah Selatan Solokuro Kecamatan sebelah Timur Paciran Kecamatan sebelah Barat Paciran Kecamatan sebelah Utara Paciran


(60)

50

Tabel 3.2

Jenis tanah Desa/ Kelurahan

Tabel 3.3

Potensi Pertanian

(Sumber: Sekretaris Desa Sumurgayam, 27 November 2015) Tabel 3.4

Potensi Peternakan

Jenis Ternak Jumlah

Pemilik (Org) Populasi (Ekor)

Sapi 175 357

Jenis ayam broiler 17 50.000

Kambing 86 350

(Sumber: Sekretaris Desa Sumurgayam, 27 November 2015)

TANAH SAWAH TANAH KERING

Sawah Irigasi Teknis 0 Ha Tegal / lading 11.970 Ha Sawah Irigasi ½ Teknis 25.000 Ha Pemukiman 14.000 Ha Sawah Tadah Hujan 155.460 Ha Pekarangan 0 Ha Luas Tanah Sawah 180.460 Ha Luas Tanah

Kering

25.970 Ha

Nama

Komoditas Luas (ha) Hasil (ton/ ha)

Jagung 269.454 4040,5

Kacang tanah 241.292 14.478

Padi sawah 120,99 3024,75


(61)

51

Warga masyarakat di Desa Sumurgayam kebanyakan bercocok tanam dengan menanam jagung, luasnya sebanyak 269.454 ha hasil yang diperoleh sebesar 4040,5, kacang tanah luas sebesar 241.292 dan memeproleh hasil 14.478, untuk tanaman padi sawah luas 120,99 ha dan hasilnya sebesar 3024,75. Dan untuk tanaman padi ladang luas sebanyak 62,7 ha, hasil yang diperoleh 350 ton. Untuk peternakan warga masyarakat lebih banyak beternak sapi berjumlah 357 ekor dan pemiliknya berjumlah 172 orang, kemudian ayam broiler 50.000 ekor, pemilik hanya 17 orang, dan kambing sebanyak 350, pemilik berjumlah 86 orang.

Tabel 3.5

Sumber daya air

Jenis Sumber Air Jumlah Debit / Volume

Kecil Sedang Besar

Sungai (bh) 1 - 9

-Embung-embung (ha) 0,7 - 9

-(Sumber: Sekretaris Desa Sumurgayam, 27 November 2015)

Tabel 3.6

Mata pencaharian pokok

Sektor Pertanian

Petani 2.286 Orang

Buruh tani 523 Orang

Pemilik usaha pertanian 171 Orang


(62)

52

Sektor Peternakan

Buruh usaha peternakan 17 Orang

Pemilik usaha peternakan 21 Orang

Jumlah 228 Orang

Sektor Perikanan

Nelayan 10 Orang

Jumlah 10 Orang

Sektor Industri Kecil & Kerajinan Rumah Tangga

Tukang Batu 25 Orang

Tukang Kayu 15 Orang

Tukang Sumur 2 Orang

Tukang Jahit 2 Orang

Tukang Rias 1 Orang

Jumlah 44 Orang

(Sumber: Sekretaris Desa Sumurgayam, 27 November 2015)

Jadi, bisa di simpulkan mayoritas pekerjaan masyarakat desa sumurgayam yaitu bertani dengan memanfaatkan tanah sawah baik itu milik sendiri maupun milik orang lain, ada juga yang bekerja menjadi buruh tani di ladang orang lain.

Tabel 3.7

Potensi sumber daya manusia

Jumlah laki-laki 1.749 Orang

Jumlah perempuan 1.671 Orang

Jumlah total 3.420 Orang

Jumlah kepala keluarga 1.548 KK

Luas Desa 1.335.428 ha

Kepadatan Penduduk (Jmlh Total/Luas Desa) 0,0025 Per km

Usia LK (Orang) PR (Orang) Usia LK (Orang) PR (Orang)


(63)

53

(Sumber: Sekretaris Desa Sumurgayam, 27 November 2015)

1 Tahun 6 9 40 10 10

2 15 15 41 10 10

3 15 20 42 13 10

4 21 27 43 11 14

5 18 5 44 10 10

6 19 1 45 16 10

7 10 16 46 20 10

8 15 17 47 42 30

9 15 65 48 100 42

10 10 25 49 60 40

11 20 22 50 50 30

12 10 20 51 100 110

13 40 40 52 50 25

14 20 50 53 25 33

15 41 40 54 43 28

16 10 18 55 40 38

17 15 15 56 60 40

18 10 25 57 50 20

19 20 23 58 30 38

20 20 36 59 50 32

21 29 30 60 50 20

22 52 20 61 6 9

23 23 30 62 10 10

24 30 30 63 10 14

25 30 33 64 10 5

26 18 30 65 6 6

27 30 34 66 3 7

28 15 41 67 9 10

29 10 15 68 5 5

30 47 20 69 5 5

31 22 30 70 4 5

32 28 30 71 6 6

33 39 39 72 3 3

34 25 25 73 2 3

35 20 30 74 2 3

36 25 29 75 4 4

37 10 10 >75 2 5


(64)

54

Tabel 3.8 Pendidikan masyarakat

(Sumber: Sekretaris Desa Sumurgayam, 27 November 2015)

Dari data potensi sumber daya manusia diatas yang bersangkutan dengan penelitian peneliti, total seluruh penduduk berdasarkan usia yaitu 1.749 untuk laki-laki dan 1.671 untuk perempuan. Dan jumlah remaja berdasarkan usia dari usia 16-30 jumlah remaja perempuan berjumlah 400 anak. Tingkat pendidikan masyarakat saat ini belajar di SD sebanyak 215 orang, sedang belajar di SLTP sebanyak 231 orang, dan di SLTA sebanyak 93 orang. Untuk masyarakat yang tidak tamat SD dan SLTP berjumlah 107, SD sebanyak 60 orang dan SLTP 47 orang.

Tabel 3.9 Kewarganegaraan Kewarganegaraan Laki –laki

(orang)

Perempuan (orang)

Jumlah (orang)

Warga Negara Indonesia 1.749 1.671 3.420

Warga Negara Asing 0 0 0

Dwi Kewarganegaraan 0 0 0

Jumlah Total 1.749 1.671 3.420

TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT

Jumlah penduduk buta aksara dan huruf latin 20 Orang Jumlah penduduk usia 3-6 tahun yang masuk TK dan Kelompok

Bermain Anak

126 Orang Jumlah penduduk sedang SD/sederajat 215 Orang Jumlah penduduk tidak tamat SD/sederajat 60 Orang Jumlah penduduk sedang SLTP/sederajat 231 Orang Jumlah penduduk sedang SLTA/sederajat 93 Orang Jumlah penduduk tidak tamat SLTP/Sederajat 47 Orang


(65)

55

Tabel 3.10 Cacat mental dan fisik Jenis Cacat Fisik Laki –laki

(orang)

Perempuan (orang)

Jumlah (orang)

Tuna rungu 0 0 0

Tuna wicara 1 0 1

Tuna netra 1 0 1

Lumpuh 0 0 0

Sumbing 0 0 0

Cacat kulit 0 0 0

Cacat fisik/tuna daksa lainnya 0 0 0

Idiot 0 0 0

Gila 0 0 0

Stress 0 0 0

Autis 0 0 0

Jumlah total 2 1 3

(Sumber: Sekretaris Desa Sumurgayam, 27 November 2015)

Tabel 3.11 Lembaga Kemasyarakatan Nama Lembaga Jumlah Lembaga Dasar Hukum Pembentukan Jumlah Pengurus Jml Jenis Kegiatan Ruang Lingkup Keg

LPMD/LPMK 1 SK KADES 9 0 0

PKK 1 SK KADES 9 0 0

RW 3 SK KADES 3 0 0

RT 14 SK KADES 14 0 0

KARANG

TARUNA 1 SK KADES 8 0 0

KELOMPOK TANI / NELAYAN

3 SK KADES 24 0 0

BUMD 0 0 0 0 0

ORGANISASI

KEAGAMAAN 0 0 0 0 0

ORGANISASI

PEREMPUAN 0 0 0 0 0

ORGANISASI

PEMUDA 0 0 0 0 0

ORGANISASI

PROFESI 0 0 0 0 0

ORGANISASI


(66)

56

KELP. GOTONG ROYONG

0 0 0 0 0

PWI 0 0 0 0 0

IDI 0 0 0 0 0

PARFI 0 0 0 0 0

PECINTA

ALAM 0 0 0 0 0

PANTI

ASUHAN 0 0 0 0 0

YAYASAN 0 0 0 0 0

WREDATAMA 0 0 0 0 0

(Sumber: Sekretaris Desa Sumurgayam, 27 November 2015) Tabel 3.12

Lembaga Ekonomi Jenis Lembaga

Ekonomi

Jumlah / Unit Jumlah Kegiatan

Jumlah pengurus

Koperasi Unit Desa 0 0 0

Koperasi Simpan

Pinjam 3 1 25

Bumdes 0 0 0

Jumlah 3 1 25

(Sumber: Sekretaris Desa Sumurgayam, 27 November 2015) Tabel 3.13

Agama

Agama Laki –laki (orang)

Perempuan (orang)

Jumlah (orang)

Islam (100%) 1.749 1.671 3.420

(Sumber: Sekretaris Desa Sumurgayam, 27 November 2015) Mayoritas agama yang dianut masyarakat desa Sumurgayam yaitu 100% agama islam dan ada dua aliran yang dianut ialah aliran Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).

Di Desa Sumurgayam ada 3 gedung SD, 3 Gedung TK, 3 gedung tempat bermain anak, 3 masjid, dan memiliki 18 musholla.


(67)

57

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Responden yang diteliti pada penelitian ini berjumlah 80 orang. Diambil dari jumlah populasi remaja perempuan yang ada di Desa Sumurgayam. Untuk mempermuda proses penelitian peneliti hanya menggunakan sampel dari jumlah populasi. Untuk itu sampel yang

diambil dari populasi harus benar-benar representative (mewakili).

Dengan jumlah populasi yang telah diketahui, maka peneliti

menggunakan rumus Taro Yamane untuk menentukan jumlah sampel.1

݊ ൌܰ݀ܰ൅ ͳ

Keterangan

n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi d : Presisi yang ditetapkan

Jika populasi sebanyak orang dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% maka besarnya sampel adalah:

݊ ൌ ͶͲͲሺͲǡͳሻͶͲͲ൅ ͳ ൌ ͺͲ

1

Jallaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 82.


(68)

58

Jadi, jumlah responden dalam penelitian berjumlah 80 remaja perempuan di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran kabupaten Lamongan. Berikut yaitu tabel kerja product moment dan regresi:

Tabel 3.14

Tabel Kerja Product Momen dan Regresi

No X Y X² Y² X.Y

1 20 27 400 729 540

2 21 26 441 676 546

3 21 27 441 729 567

4 22 19 484 361 418

5 22 18 484 324 396

6 18 27 324 729 486

7 20 24 400 576 480

8 18 28 324 784 504

9 19 29 361 841 551

10 25 30 625 900 750

11 21 23 441 529 483

12 18 14 324 196 252

13 20 19 400 361 380

14 22 18 484 324 396

15 22 26 484 676 572

16 22 21 484 441 462

17 16 22 256 484 352

18 23 21 529 441 483

19 18 18 324 324 324

20 22 23 484 529 506

21 22 25 484 625 550

22 21 29 441 841 609

23 21 19 441 361 399


(69)

59

25 19 22 361 484 418

26 23 26 529 676 598

27 20 30 400 900 600

28 26 15 676 225 390

29 24 19 576 361 456

30 19 22 361 484 418

31 21 28 441 784 588

32 22 26 484 676 572

33 21 17 441 289 357

34 21 27 441 729 567

35 21 16 441 256 336

36 25 18 625 324 450

37 22 27 484 729 594

38 21 28 441 784 588

39 22 18 484 324 396

40 26 20 676 400 520

41 20 26 400 676 520

42 23 20 529 400 460

43 20 27 400 729 540

44 20 25 400 625 500

45 21 25 441 625 525

46 23 21 529 441 483

47 22 27 484 729 594

48 20 17 400 289 340

49 22 25 484 625 550

50 19 26 361 676 494

51 21 19 441 361 399

52 20 24 400 576 480

53 22 18 484 324 396

54 20 24 400 576 480

55 22 19 484 361 418

56 24 21 576 441 504

57 22 25 484 625 550

58 27 19 729 361 513

59 20 24 400 576 480


(70)

60

61 19 16 361 256 304

62 23 25 529 625 575

63 25 19 625 361 475

64 19 26 361 676 494

65 19 15 361 225 285

66 23 18 529 324 414

67 23 15 529 225 345

68 19 18 361 324 342

69 23 20 529 400 460

70 21 14 441 196 294

71 19 18 361 324 342

72 21 16 441 256 336

73 22 13 484 169 286

74 18 17 324 289 306

75 22 19 484 361 418

76 18 19 324 361 342

77 23 22 529 484 506

78 19 17 361 289 323

79 20 18 400 324 360

80 22 21 484 441 462

∑ 1693 1730 36165 38934 36549

Tabel kerja tersebut digunakan untuk menganalisa dengan

menggunakan rumus Product Moment dan Regresi. Dimana diketahui

jumlah X, Y, X², Y², XY dari total hasil jawaban responden 1 sampai 80 . Yaitu total X 1693, total Y 1730, total X² 36165, total Y² 38934, dan total XY 36549.


(1)

78

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Aliran Keagamaan Orang Tua Terhadap Pilihan Pendamping Hidup Perempuan Di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan”, penelitian yang dilakukan peneliti yaitu menggunakan metode kuantitatif. Berikut kesimpulan berdasarkan rumusan masalah:

1. Di tempat penelitian yang peneliti lakukan yaitu di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan memiliki dua aliran ialah aliran Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama’, dari prosentasi angket yang mengikuti aliran Muhammadiyah 40% dan Nahdlatul Ulama ada 47%, dalam judul penelitian yang peneliti ambil ditemukan bahwa dalam aliran keagamaan orang tua tidak ada aturan-aturan untuk melarang anaknya menikah dengan calon yang berbeda aliran keagamaan. Namun, pendapat tersebut hanya pendapat dari individu yang pernah mengalami hal tersebut.


(2)

79

2. Dalam jawaban pernyataan dari angket yang sudah disebarkan kepada anak remaja yang ada di Desa Sumurgayam dimana berjumlah 80 angket, rata-rata menjawab tidak ada larangan dari orang tua terhadap pemilihan calon pendamping yang berbeda aliran, karena tidak ada permasalahan dalam hal tersebut, dari hasil jawaban wawancara kepada narasumber, hanya saja orang tua menginginkan anaknya bahagia dan saling menyukai. Berdasarkan aliran yang dianut keluarga masyarakat Sumurgayam masing-masing, ada pendapat sebagian masyarakat bahwa menikah dengan calon pendamping hidup yang berbeda aliran itu dilarang, namun dalam penelitian yang peneliti lakukan ditemukan hasil dari jumlah product moment dan regresi, bahwa aliran keagamaan orang tua tidak berpengaruh terhadap pilihan pendamping hidup perempuan di desa tersebut. Jika dikaitkan dengan hasil wawancara kepada narasumber-narasumber yang dulu sebagian dari mereka pernah mengalami juga, berpendapat bahwa sekarang sudah tidak ada ketidak setujuan orang tua terhadap pilihan jodoh anak perempuannya hanya karena perbedaan aliran keagamaan. Dan narasumber yang diwawancara adalah yang pernah mengalami kejadian tersebut ada yang tidak mendapat restu oleh orang tuanya


(3)

80

dan ada juga dengan berjalannya waktu mendapat restu dari orang tuanya masing-masing dengan alasan saling menyukai.

3. Saran

Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan dan kesimpulan yang diperoleh, dapat di kembangkan beberapa saran bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini, adapun saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Untuk masyarakat sekitar dan pembaca, dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat sekitar dan pembaca lebih bisa memahami tentang perbedaan aliran masing-masing dan tidak ada pertentangan apapun selain yang diajarkan. Khususnya di Desa Sumurgayam Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

2. Untuk peneliti lain, semoga dari penelitian ini, masih ada peneliti yang mengambil tema yang membahas tentang agama atau aliran-aliran lainnya. Bisa mengetahui apa saja perbedaan dan larangan-larangan yang ada dalam berbagai aliran, dan untuk menambah wawasan dalam bidang sosiologi agama.


(4)

81

DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti Windy, Mandiri Belajar SPSS, Jakarta: PT Buku Kita, 2009. Al-Azka Ihdal Umam, Keharmonisan Rumah Tangga dalam

Perkawinan Beda Organisasi Masyarakat (Studi Kasus di Desa Sumbersuko Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang), Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Fakultas Syariah Dan Hukum, Jurusan Hukum Perdata Islam, Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah, 2015.

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.

Departemen Agama RI, Mushaf Aisyah, Al-Qur’an dan Terjemah untuk

Wanita, Bandung: Hilal, 2010.

Fattah Munawir Abdul, Tradisi orang-orang NU, Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara, 2006.

Hidayati Mawardi, Nur, IAD-ISD-IBD, Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2000.

http://lumba-lumbapink.blogspot.co.id/2015/02/makalah-islam-di-indonesia-nu-dan.html. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2015. Idrus Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Yogyakarta: PT.

Gelora Aksara, 2009.

Indah S Meilia Nur, statistik Deskriptif dan Induktif, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Jannah Dwi Agustin Miftahul, Pandangan Ulama’ Desa Sukomalo Kec. Kedungpring Kab. Lamongan terhadap Larangan Perkawinan Antar Dusun Ngulon Ngalor, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Jurusan Hukum Islam Prodi Ahwal Al Syaksiyah, 2015.


(5)

82

Kahmad Dadang, Sosiologi Agama, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

Kartono Kartini, Psikologi Wanita (1) Gadis Remaja dan Wanita-wanita Bandung: Mizan, 1997.

Margono S, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007.

Martono Nanang, StatistikSosial Teori dan Aplikasi Program SPSS, Yogyakarta: Gava Media, 2010.

Mufid Ahmad Syafi’I, Pedoman Penanganan Aliran dan Gerakan Keagamaan Bermasalah di Indonesia, Jakarta: Kementrian Agama RI, 2014.

Muzadi Abdul Muchith, Mengenal Nahdlatul Ulama, Surabaya: Khalista, 2006.

Pujilaksono Sugeng Pujilaksono, Petualangan Antropologi Sebua Pengantar Ilmu Antropologi, Malang: UMM Press, 2006.

Rakhmat Jallaludin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT. remaja Rosdakarya, 2004.

Ritzer George, Teori Sosiologi, Yogyakarta: Putaka Pelajar, 2012. Seohartono Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1999.

Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa, Jakarta:Teraju, 2003. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:

Alfabeta, 2011.


(6)

83

Suyoto, Moh. Shofan, Endah Sri Redjeki, Pola Gerakan Muhammadiyah Ranting Ketegangan Antara Purifikasi dan Dinamisasi, Jogyakarta: IRCiSoD, 2005.

Wajdi Farid, NU, Yogyakarta: LKiS, 1994.

__________, NU Tradisi, Relasi-relasi, Pencarian Wacana Baru, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994.

Wirawan I. B., Teori-Teori Sosial Dala, Tiga Paradigma, Jakarta: Kencana, 2013.

Wiyoto Joyo Hadi, Pandangan Ulama’ Muhammadiyah dan Nahdlatul

Ulama’ (NU) Tentang Perkawinan Antar Agama, Jurusan

perbandingan madzhab, fakultas syari’ah, IAIN Sunan Ampel, 1996.

Zahrah Abu, “Ushul Fiqh” Terjemah Saefullah Ma’sum Jakarta: Pustakan Firdaus, 2006.