TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MAKASSAR NOMOR: 1459/PID/B/2013/PN.MKS TENTANG TINDAK PIDANA PERKOSAAN TERHADAP ANAK KANDUNG DI BAWAH UMUR.

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN
PENGADILAN NEGERI MAKASSAR NOMOR:
1459/PID/B/2013/PN.MKS TENTANG TINDAK PIDANA
PERKOSAAN TERHADAP ANAK KANDUNG DI BAWAH
UMUR
SKRIPSI
Oleh
Kristin Salfiyati
NIM : C03212014

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah Dan Hukum
Jurusan Hukum Publik Islam
Prodi Hukum Pidana Islam
SURABAYA
2016

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN
PENGADILAN NEGERI MAKASSAR NOMOR:
1459/PID/B/2013/PN.MKS TENTANG TINDAK PIDANA
PERKOSAAN TERHADAP ANAK KANDUNG DI BAWAH

UMUR

SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Syariah dan Hukum

Oleh:
Kristin Salfiyati
NIM: C03212014

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah Dan Hukum
Jurusan Hukum Publik Islam
Prodi Hukum Pidana Islam
Surabaya
2016

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “.Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan
Pengadilan Negeri Makassar Nomor: 1459/Pid/B/2013/PN.Mks. Tentang
Perkosaan Anak Kandung Di Bawah Umur.” adalah hasil penelitian putusan untuk
menjawab pertanyaan yaitu bagaimana pertimbangan hukum hakim dalam
Putusan Pengadilan Negeri Makassar Nomor: 1459/PID/B/2013/PN.Mks tentang
perkosaan anak kandung di bawah umur dan bagaimana analisis hukum pidana
Islam terhadap Putusan Pengadilan Negeri Makassar Nomor: 1459/PID
/B/2013/PN.mks tentang perkosaan anak kandung di bawah umur.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode kepustakaan, penulis melakukan
pengidentifikasian secara sistematis dari sumber yang terkait dengan objek kajian.
Setelah data terkumpul, data diolah dengan bentuk kualitatif kemudian dianalisis
dengan metode deskriptif analisis untuk memperoleh kesimpulan terhadap objek
kajian (Nomor: 1459/Pid/B/2013/Pn.Mks).
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa di tinjau dari hukum pidana Islam
tentang hukuman bagi pelaku, pelaku dijatuhi hukuman rajam, karena pelakunya
dipandang sebagai pezina muhsan. Dan ditinjau dalam pandangan hukum positif
hukuman penjara 8 tahun yang diberikan hakim kepada terdakwa dalam kasus
perkosaan terhadap anak kandung dibawah ini jauh dari sanksi pidana maksimal
yakni 15 tahun penjara. Dan Pertimbangan hukum hakim dalam memutus putusan
Pengadilan Negeri Makassar Nomor: 1459/Pid/B/2013/PN.Mks tentang kasus

perkosaan terhadap anak kandung yaitu berpendapat bahwa pelaku telah terbukti
melakukan tindak pidana “memaksa anak melakukan persetubuhan terhadap anak”
sebagaimana yang diatur dalam pasal 81 ayat (1) dan ayat (2) UU RI No.23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak.
Masyarakat secara umum hendaknya berpatisipasi, mencegah secara aktif
segala bentuk tindak pidana perkosaan terhadap siapa pun itu terlebih lagi anak
karena kejahatan tersebut terbilang kejam dan sangat merugikan dan sebaiknya
Hakim tidak menjatuhkan pidana terlalu jauh dari dasar hukum yang berlaku,
karena dalam putusan ini hakim memutuskan setengah dari hukuman yang
terdapat dalam Undang-undang yang berlaku, dan Hakim harus melihat siapa
pelaku perksaan dari kasus ini yang tidak lain adalah ayah kandung korban sendiri.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM .............................................................................................

i


PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii
ABSTRAK ..........................................................................................................

iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................

vi

DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................................

xi

BAB I


PENDAHULUAN .........................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ...............................................

9

C. Rumusan Masalah ....................................................................... 10
D. Kajian Pustaka ............................................................................ 10
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 12
F. Kegunaan Hasil Penelitian .......................................................... 12
G. Definisi Operasional.................................................................... 13
H. Metode Penelitian ....................................................................... 15
I. Sistematika Pembahasan............................................................. 18


i

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

Zina Menurut Hukum Pidana Islam ...............................................

20

A. Pengertian Zina ........................................................................... 20
B. Unsur-Unsur Perzinahan ............................................................. 24
C. Macam-Macam Perzinahan dan Hukumannya ........................... 42
D. Pembuktian Sanksi Untuk Hukuman Perzinahan ....................... 47
BAB III

PERKARA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MAKASSAR
NOMOR:1459/PID/B/2013/PN.MKS TENTANG PERKOSAAN
ANAK KANDUNG DI BAWAH UMUR ................................... 53
A. Definisi Tentang Direktori..........................................................

B. Pengertian Direktori Putusan ......................................................
C. Deskripsi Kasus Tindak Pidana Terhadap Anak Kandung di
Bawah Umur Nomor: 1459/Pid/B/2013/PN.Mks Pengadilan
Negeri Makassar .........................................................................
D. Pertimbangan dan Dasar Hukum Yang Dipakai Hakim Dalam
Menyelesaikan Kasus Tindak Pidana Perkosaan Anak
Kandung di Bawah Umur Nomor: 1459/Pid/B/PN.Mks
Pengadilan Negeri Makassar .......................................................

BAB

IV

53
54
55

63

ANALISIS

HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP
PERKOSAAN ANAK KANDUNG DI BAWAH UMUR
(NOMOR: 1459/PID/B/2013/PN/MKS) ....................................... 67
A. Analis Pertimbangan dan Dasar Hukum Hakim dalam
Menetapkan Perkara Nomor: 1459/Pid/B/2013/PN.Mks
Putusan Pengadilan Negeri Makassar ....................................... 68
B. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Perkara Nomor:
1459/Pid/B/2013/PN.Mks
Putusan
Pengadilan
Negeri
Makassar ..................................................................................... 71

BAB V

PENUTUP ....................................................................................

77

A. Kesimpulan.................................................................................. 77

B. Saran ............................................................................................ 78
ii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
LAMPIRAN ...................................................................................................
BIODATA PENULIS

iii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

iv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Kejahatan bukanlah sesuatu yang fitri pada diri manusia, kejahatan
bukan pula “profesi” yang diusahakan oleh manusia, juga bukan penyakit
yang menimpa manusia. Kejahatan (Jarimah) adalah tindakan melanggar
peraturan,

yang

mengatur

perbuatan-perbuatan

manusia

dalam

hubungannya dengan Rabbnya, dengan dirinya sendiri dan dengan
manusia yang lain.1
Kejahatan merupakan persoalan yang dialami manusia dari waktu ke

waktu.Hal ini menunjukkan bahwa kejahatan terjadi dan berkembang
dalam lingkungan kehidupan manusia.Menurut Lombroso dalam teori

Born Criminal yakni manusia pertama adalah penjahat semenjak lahirnya,
ia mengatakan: laki-laki adalah pembunuh, pencuri dan pemerkosa,
sedangkan wanita adalah pelacur. Karena peranan sejarah yang sifatnya
selektif dan korektif, maka kemudian mereka kehilangan sifat biadabnya
dan memperoleh sifat beradabnya, sehingga masyarakat modern adalah
masyarakat yang tidak jahat tetapi ada penjahat.

1

Agung Wahyono, Siti Rahayu, Tinjauan Tentang Peradilan Anak di Indonesia, (Jakarta: Sinar

Grafika. 1999) ,12.

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Masalah kejahatan adalah problem manusia yang merupakan suatu
kenyataan sosial dan produk dari masyarakat yang selalu mengalami
perkembangan, bahkan dapat dikatakan bahwa usia kejahatan seumur
dengan manusia karena di mana terdapat masyarakat maka disitu terdapat
kejahatan.2
Kekejaman manusia terhadap manusia lain masih saja terus
berlangsung, seolah olah sifat kejam itu merupakan hal yang diwariskan.
Meski ilmu pengetahuan dan teknologi telah maju dengan pesat.Namun
masih saja memperlihatkan kebengisannya.Hal ini dapat terlihat dengan
masih adanya perang, penganiayaan, pembunuhan dan perkosaan.Keadaan
tersebut

membuktikan

bahwa

sifat

kekejaman

manusia

kepada

sesamanya.Manusia nampaknya memang tidak dapat menghindarkan
dirinya dari kekejaman meski telah berusaha membuat berbagai macam
undang-undang sistem moral, dankode etik dengan segala sanksisanksinya.
Salah satu bentuk kejahatan yang sering terjadi di masyarakat adalah
kejahatan perkosaan.Kejahatan perkosaan tersebut bukan merupakan hal
yang baru. Kejahatan perkosaan sama tuanya dengan keberadaan
kehidupan manusia. Pemunculannya tidak saja dalam masyarakat modern,
melainkan juga dalam masyarakat primitif.

Koesparmono Irsan, Kejahatan Susila dan Pelecehan dalam Perspektif Kepolisian, (Jakarta:
Komite Nasional Perempuan Mahardika. 2012), 85.
2

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Pada kasus kejahatan perkosaan pelakunya tidak lagi mengenal status
pangkat, pendidikan, jabatan dan usiakorban. Semua ini akan dilakukan
apabila mereka merasa terpuaskan hawa nafsunya. Penyebab dari paksaan
perkosaan adalah kegagalan dalam perkembangan nilai-nilai moral yang
memadai dan rendahnya kontrol dalam dorongan seksual dan dorongan
kebencian. Karna perkosaan bisa saja dilakukan oleh penderita

schizophrenics atau penderita psikopati.3
Kejahatan perkosaan bisa juga terjadi pada sesama dewasa dan juga
pelaku tidak mengenal batas usia dan bahkan menimpa pada anak yang
masih dibawah umur. Selama individu masih mempunyai daya seksual,
anak anak sampai orang lanjut usia masih sangat mungkin untuk dapat
melakukan tindak kejahatan perkosaan. Kejahatan perkosaan benar-benar
perbuatan yang keji, karena selain perbuatan ini tidak disenangi oleh
masyarakat dan juga keluarga yang menjadi korban.
Sehubungan dengan hal di atas, islam mengakui bahwa manusia
mempunyai hasrat yang paling tinggi dan besar untuk melangsungkan
hubungan seksual, terutama terhadap lawan jenis. Untuk itu islam melalui
hukum yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits mengatur penyaluran
kebutuhan biologis yang halal dan sah.

4

Namun penyimpangan-

penyimpangan tetap saja terjadi, contoh perzinaa, hal ini disebabkan
Sawitri Supardi Sadarjoen, Bunga Rampai Kasus Gangguan Prikoseksual, (Bandung: PT.Refika
Aditama, 2005), 14.
4
Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshari, Problematika Hukum Islam Kontemporer, (Jakarta:
Prenada Media, 2005), 75.
3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

dorongan biologis yang tidak terkontrol dengan baik, dikarenakan
kurangnya pemahaman serta menjalankan agama.5
Agar setiap anak kelak mampu memiliki tanggung jawab sebagai
tunas, potensi dan penerus cita cita pejuangan bangsa, maka ia perlu
mendapat

kesempatan

yang

seluas-luasnya

untuk

tumbuh

dan

berkembang secara optimal, baik secara fisik, mental, sosial, serta
berakhlak mulia. Untuk mewujudkan hal tersebut maka perlu dilakukan
upaya perlindungan serta mewujudkan kesejahteraan anak dengan
memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya.
Di Indonesia sering terjadi pemerkosaan yang dilakukan kepada anak
di bawah umur karena perhatian di bidang perlindungan anak menjadi
salah satu tujuan pembangunan tentang kesejahteraan anak.Dalam tindak
pidana kejahatan hukum yang mengatur ada dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP). Dalam KUHP pasal yang mengatur tentang
tindak kejahatan perkosaan yaitu pasal 286 yang berbunyi “ barang siapa

bersetubuh dengan seorang wanita diluar nikah, padahal diketahui bahwa
wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan
pidana penjara paling lama Sembilan tahun”.6
Dengan demikian anak perlu upaya perlindungan untuk mewujudkan
kesejahteraan mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk

5

Ibid, 77.

6

Moeljatmo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Jakarta: PTBumik Aksara, 2008), 105

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

tumbuh dan berkembang secara optimal, untuk itu dalam kasus perkosaan
terhadap anak diatur dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan
anak yakni pasal 81 ayat 1 dan 2
Pasal 81 ayat (1) “Setiap orang yang sengaja melakukan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksakan anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta
rupiah) dan paling sedikit Rp. 60.000.000 (enam puluh
juta rupiah).
Ayat 2”Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja
melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan
atau

membujuk

anak

melakukan

persetubuhan

dengannya atau dengan orang lain.
Tingginya angka pengaduan kekerasan terhadap anak, menunjukan
tanda bahwa lingkungan anak seharusnya menjadi banteng perlindungan
anak, saat ini justru menjadi pelaku utamanyaa.Keluarga aatau orangtua
yang oleh Undang-Undang Perlindungan Anak adalah salah satu pilar
penanggung jawab perlindungan anak ternyata telah gagal bahkan
menjadi pihak yang menakutkan bagi anak.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Ironisnya, Kasus-kasus kekerasan terhadap anak tersebut terjadi justri
di lingkungan terdekat anak, yakni rumah tangga, sekolah, lembaga
pendidikan dan lingkungan social anak.Sedangkan pelakunya adalah
orang yang seharusnya melindungi anak, seperti orangtua, paman, guru,
bapak/ibu angkat, maupun ayah/ibu tiri.
Maraknya kasus pemerkosaan terhadap anak merupakan cermin
kegagalan apparat penegak hokum dalam menempatkan hokum dalam hal
ini UU No. 23 tahun 2002 seharusnya dijadikan sebagai kekuatan yang
mampu

memprevensi

dan

menindak

pelaku

perkosaan

secara

optimal.Dalam hal ini sebagaimana Putusan Pengadilan Negeri Makasar
No. 1459/Pid/B/2013, yang mana perkosaan yang dilakukan ayah terhadap
anak kandung dibawa umur.
Dalam perkara tersebut dipaparkan bahwa, pada tanggal 25 juni
2013.Risnawati (korban) dipaksa Muddin Dg. Kulle (terdakwa) yang
merupakan bapak kandung risnawati.7 Yang mana pada tanggal tersebut
dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain. Maka
majelis hakim mengeluarkan putusan nomor 1459/pid/b/2013 yang
memutuskan bahwa terdakwa secara sah melakukan tindak pidana
"memaksa anak melakukan persetubuhan terhadap anak” menjatuhkan
pidana kepada terdakwa dengan pidana selama 8 (delapan) tahun dan

Putusan Pengadilan Negeri Makassar No. 1459/pid/B/2013.

7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

denda Rp. 100.000.000.- (seratus juta rupiah) subsidair 3 (tiga) bulan
kurungan.8
Dalam putusan tersebut Hakim menimbang bahwa dari keterangan
saksi-saksi dan terdakwa diperoleh fakta bahwa terdakwa Muddin
DG.Kulle adalah orang yang telah menyetubuhi anaknya sendiri.Dengan
sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak
melakukan perserubuhan dengannya dan terdakwa telah terbukti dengan
sengaja melakukan ancaman kekerasan memaksa anak kandungnya, yang
masih dibawah umur untuk melakukan persetubuhan dengannya.
Meskipun demikian, pada kenyataanya pelaku permerkosaan terhadap
anak dibawah umur sukar dijerat oleh hukum karena banyak kalangan
masyarakat (keluarga) yang enggan bahkan adaa yang malu untuk
melaporkan kejadian yang telah menimpa anaknya atau anggota
keluargannya.Dapat dilihat dari berbagai media masa maupun dari
lingkungan kehidupan sehari-hari ada tindak pidana yang tidak dilansir
media masa karena menutup aib.Untuk itu peran keluarga sangat penting
dan diperlukan agar hak hak anak dapat perlindungan dan pelaku bisa
merasa jera dengan sanksi yang dijatuhkan atas perbuatannya.
Sesuatu hal yang sangat mengenaskan yakni tindak pidana perkosaan
tersebut dilakukan oleh ayah terhadap anak kandung atau disebut juga

Incest.Incestmerupakan hubungan seks di antara pria atau wanita di
8

Ibid,.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

dalam atau di luar ikatan perkawinan dan mereka terkait dalam hubungan
keturunan yang dekat sekali.Sebenarnya secara legal dan biologis mereka
tidak diizinkan melakukan pernikahan dan melakukan hubungan
sanggama. Incest banyak terjadi di kalangan rakyat dari tingkat social dan
ekonomis yang rendah dan pada orang-orang keturunan darah campuran
(mixed blood). Perbuatan incestini disebut pula sebagai peristiwa
“penodaan darah”, dan produk tingkah laku incest ini sering kali
melahirkkan anak-anak yang cacad jasmaniah dan rohaniahnya.
Para ulama telah sepakat bahwa tidak ada hukuman hadd bagi wanita
yang dipaksa untuk melakukan persetubuhan yang dilarang (zina).Dalam
hal ini keadaan tersebut digolongkan kepada keadaan darurat.9 Hukuman
islam pada hakikatnya adalah peraturan Allah untuk menata kehidupan
manusia. Peraturan itu dapat terealisir dalam kehidupan nayata bila ada
kesadaran dari umat Islam untuk mengamalkannya, yakni melaksanakan
setiap perintah dan menjauhi seluruh larangan yang digariskan oleh AlQur’an dan Hadist.Namun manusia dalam kenyataannya tidak bisa lepas
dari masalah kejahatan.
Adapun perbedaan antara hukuman zina dengan hukuman perkosaan
adalah bahwa hukuman zina dikenakan kepada kedua belah pihak (lakilaki dan perempuan), sedangkan hukuman perkosaan hanya diberikan
kepada pelaku perkosaan saja dan tidak dikenakan kepada korban.Pada

9

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2005), 21.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

masa Nabi Muhammad SAW pun pernah terjadi seseorang perempuan
yang diperkosa.Terhadap kasus ini Rasulullah SAW tidak menjatuhkan
hukuman terhadap perempuan itu.10
Berdasarkan Permasalahan di atas penulis ingin mengadakan
penelitian yang berkenaan dengan “Tinjauan Hukum Pidana Islam
Tentang Tindak Pidan Perkosaan Terhadap Anak Kandung Dibawah
Umur”(Analisis

Putusan

Pengadilan

Negeri

Makassar

Nomor

1459/pid/b/2013/PN.Mks.)

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari paparan Latar Belakang di atas maka pokok yang akan dikaji
dalam pembahasan ini adalah:
1. Tindak pidana perkosaan anak dibawah umur berdasarkan UndangUndang No. 23 Tahun 2002 pasal 81.
2. Tindak Pidana perkosaan anak dibawah umur ditinjau dari hukum
pidana Islam.
3. Pertimbangan

hakim

dalam

memutus

perkara

Nomor:

1459/pid/b/2013/PN.Mks.
4. Sanksi yang diterapkan bagi pelanggar Pasal 81 Undang-Undang No.23
Tahun 2002 tentang perkosaan anak kandung dibawah umur.

10

Ibid., 17.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

5. Sanksi yang diterapkan bagi pelanggar Pasal 81 Undang-Undang
No. 23 Tahun 2002 tentang perkosaan anak kandung dibawah
umur dalam hukum pidana Islam.
Adapun batasan masalah dalam pembahasan ini adalah:
1. Pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara Nomor:
1459/pid/b/2013/PN.Mks. tentang perkosaan anak dibawah umur.
2. Tinjauan hukum pidana Islam terhadap tindak pidana perkosaan
anak dibawah umur (studi putusan Nomor: 1459/pid/B/2013/PN.
Mks)

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut
1. Bagaimana pertimbangan hukum hakim dalam Putusan Pengadilan
Negeri Makassar Nomor: 1459/PID/B/2013/PN.Mks tentang perkosaan
anak kandung di bawah umur?
2. Bagaimana analisis hukum pidana Islam terhadap Putusan Pengadilan
Negeri Makassar Nomor: 1459/PID/B/2013/PN.mks tentang perkosaan
anak kandung?

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini pada dasarnya adalah deskripsi ringkas tentang
sebuah kajian atau penelitian yang pernah dilakukan di seputar masalah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

yang akan diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian ini bukan
merupakan pengulangan atau duplikasi dari penelitian yang pernah ada.11
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan topik
yang akan diteliti dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya.
Dengan pengetahuan penulis, perkosaan anak dibawah umur diatur
dalam Pasal 81 ayat 1 No. 23 Undang-Undang Tahun 2002 tentang
perlindungan anak, Masalah perkosaan anak dibawah umur ini sebenarnya
sudah dibahas oleh peneliti-peneliti sebelumnya, diantaranya skripsi yang
berjudul “Analisis Fiqh Jinayah Terhadap Tindak Pidana Perkosaan
Bersama Yang Dilakukan Kepada Anak Dibawah Umur : Studi Putusan
Pengadilan Negeri Surabaya No. 3410/PID.B/2010/PN.SBY.” oleh Faris
Achmad Ibrahim. Dalam hukum pidana Islam tindak pidana perkosaan
bersama yang dilakukan kepada anak di bawah umur merupakan tindak
pidana zina ghairu muhsan yang dalam hukum positif termasuk tindak
pidana kejahatan terhadap kesusilaan datur dalam pasal 81 ayat (1) UU
AsyR.I. No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak jo. 55 ayat (1) ke-1
KUHP, pidana zina ghairu muhsan sendiri adalah seratus kali dera dan
diasingkan selama satu tahun.12

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan
Skripsi, (Surabaya: t.p., 2014).,8.
12
Ibrahim Faris Achmad, .”Analisis Fiqh Jinayah Terhadap Tindak Pidana Perkosaan Bersama
Yang Dilakukan Kepada Anak Dibawah Umur : Studi Putusan Pengadilan Negeri Surabaya No.
11

3410/PID.B/2010/PN.SBY.” (Skripsi---UIN Sunan Ampel,2014)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Skripsi yang disusun oleh Asyifa yang judul “Studi Analisis Hukum
Islam

Terhadap

Putusan

Pengadilan

Negeri

Sidoarjo

No.

189/Pid.B//2009/PN.Sda Tentang Pemerkosaan Anak Di Bawah Umur”
menjerat pelaku perkosaan dengan hukuman pidana penjara selama 7
(tujuh) tahun dan denda sebesar Rp. 60,000,000,- (enam puluh juta
rupiah) subsidair 5 bulan atas dasar pertimbangan dari hal-hal yang
memberatkat dan meringankan.13
Dalam skripsi ini penulis menindak lanjuti putusan hakim Pengadilan
Negeri Makassar tentang tindak pidana perkosaan anak kadung dibawah
umur dengan nomor putusan: 1459/pid/b/2013/Pn.Mks. Pada putusan ini
dirasa hakim telah menjatuhi hukuman yang relatif meringankan pelaku
tindak pidana perkosaan anak kandung dibawah umu. Dari pernyataan
tersebut maka penulis ingin membahas putusan hakim tersebut guna
mendapatkan gambaran yang lebih jelas, juga untuk melengkapi
penelitian-penelitian tentang tindak pidana pemalsuan terhadap uang.
Perbedaan skripsi ini dengan skripsi terdahulu yaitu skripsi ini
menggunakan dasar hukum UU No 23 tahun 2002 dan juga pelaku di
putusan ini adalah ayah kandung korban sedangkan skripsi terdahuu
pelaku dari perkosaan anak dibawh umur adalah tidak dari keluarganya
sendiri melainkan orang lain dan juga ada yang masih menggunakan
KUHP.
Asyifa, .”Studi Analisis Hukum Islam Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo No.
189/Pid.B//2009/PN.Sda Tentang Pemerkosaan Anak Di Bawah Umur.” (Skripsi---UIN Sunan

13

Ampel, 2010).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai sejalan dengan pertanyaanpertanyaandi atas yaitu:
1.

Untuk mengetahui pertimbangan hukum hakim

tentang putusan

Pengadilan Negeri Makassar Nomor: 1459/pid.B/2013/PN.Mks
terhadap perkosaan anak kandung dibawah umur.
2.

Untuk mengetahui analisis hukum pidana Islam terhadap putusan
Pengadilan Negeri Makassar Nomor: 1459/pid/B/2013/PN.Mks
terhadap perkosaan anak kandung dibawah umur.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan ada nilai guna pada dua aspek:
1. Aspek

keilmuan,

dapat

dijadikan

sebagai

sumbangan

pemikiranatau pedoman untuk menyusun hipotesis penulisan
berikutnya bila ada kesamaan masalah serta dapat bermanfaat
memperluas khasanah ilmu pengetahuan tentang perkosaan anak
kandung dibawah umur yang di tinjau dari hukum pidana islam.
2. Dari segi praktis, dapat digunakan sebagai lahan pertimbangan
dalam perkosaan anak kandung dibawah umur pasal 81 ayat (1)
dan (2). Serta bermanfaat pula bagi Fakultas Syariah UIN Sunan
Ampel Surabaya untuk pengembangan ilmu khususnya dalam
bidang Hukum Pidana Islam.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

G. Definisi Operasional
Agar tidak menyimpang apa yang dimaksud, maka di sini perlu
dijelaskan dan dibatasi pengertian dari judul skripsi.
1.

Hukum Pidana Islam adalah tindak kejahatan atau pidana, ilmu
tentang hukum syara’ yang berkaitan dengan masalah perbuatan yang
dilakukan dan hukumannya, yang diambil dari dalil-dalil yang
terperinci.14

2.

Tindak Pidana Perkosaan adalah suatu tindakan criminal berwatak
seksual yang terjadi ketika seorang manusia atau lebih memaksa
manusia lain untuk melakukan hubungan seksual.15

3.

Anak kandung di bawah umur adalah Anak yang dilahirkan dalam
atau akibat perkanian yang sah, dan Hasil pembuahan suami istri
yang sah di luar rahim dan dilahirkan oleh istri tersebut,16 yang mana
seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk
anak yang masih dalam kandungan mendapatkan perlindungan
hukum.17
Jadi maksud dari judul ini ialah untuk meneliti pertimbangan hukum

hakim dalam putusan pengadilan Makassar terhadap pelaku tindak pidana
perkosaan yang dilakukan ayah terhadap anak kandung dibawah umur dan
juga menganalisis tindak pidana tersebut dari sudut pandang hukum
pidana Islam.
14

http://www.islamcendekia.com/2014/01/pengertian-hukum-pidana-islam-dan-fiqh-jinayah.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerkosaan
16
Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 99.
17
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
15

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

H. Metode Penelitian
1.

Data Yang Dikumpulkan
a. Data mengenai putusan Pengadilan Negeri Makassar No.
1459/pid/B/2013/PN.Mks tentang tindak pidana perkosaan
anak kandung dibawah umur.
b. Ketentuan tentang perzinahan menurut hukum pidana Islam.

2.

Sumber Data
a. Sumber data primer
Sumber data primer dalam penelitian ini diambil dari
dokumen-dokumen direktori putusan mahkamah

agung

republic

Negeri

Makassar

Indonesia
Nomer:

dalam

putusan

Pengadilan

1459/pid/B/2013/PN.Mks

tentang

Perkosaan anak kandung dibawah umur.

b. Sumber data sekunder
Yaitu data yang diambil dan diperoleh dari bahan pustaka
dengan mencari data atau informasi berupa bahan-bahan
tertulis seperti buku-buku, dokumen peraturan-peraturan dan
bahan bahan lainnya. Adapun buku-buku literature yang
dipakai adalah:
1) Tinjauan Tentang Peradilan Anak di Indonesia karya
Agus Wahyono & Siti Rahayu.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

2) Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah) karya A. Jazuli
3) Fiqih Jinayah karya Masyrofah.
4) Hukum Pidana Islam karya Ahmad Wardi Muslich.
5) Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam karya Ahmad
Wardi Muslich.
6) Undang Undang Hukum Pidana karya Moeljatno.
7) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana karya Moeljatmo.
8) Ensiklopedi Hukum Pidana Islam karya asy-Syahid Abdul
Qadir Audah.
9) Asas-asas Hukum Pidana Islam karya Ahmad Hanafi.
10) Jinayah karya Marsum.
11) Putusan

Pengadian

Negeri

Makassar

Nomor:

1459/Pid/B/PN.Mks.

3.

Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian yakni kajian pustaka (Library
Research), maka penelitian ini dilakukan menggunakan:
a. Tekhnik dokumentasi yaitu tekhnik mencari data dengan cara
membaca dan menelaah dokumen, dalam hal ini dokumen
putusan

Pengadilan

Negeri

Makassar

Nomor:

1459/PID/B/2013/PN.MKS.
b. Teknik Kepustakaan yaitu dengan cara mengkaji literature
atau buku yang berkaitan dengan objek penelitian.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

4.

Teknik Pengolahan Data
Penulis akan memaparkan dan mendeskrisipkan semua data yang
penulis dapatkan yaitu dengan data data yang ada di diretori putusan
mahkamah agung republik Indonesia putusan Pengadilan Negeri
Makassar Nomor: 1459/PID/B/2013/PN.Mks , kemudian menganalisa
data yang telah dideskripsikan dan kemudian ditarik kesimpulan.

5.

Teknis Analisis Data
Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
mengunaakn teknik deskriptif analisis yaitu membuat deskripsi, atau
menjelaskan secara sistematis atas data yang berhasil dihimpun
terkait dengan pembahasan. Metode yang digunakan dalam
menganalisis data dalam skripsi ini menggunakan metode deduktif
yaitu data-data yang diperoleh secara umum yang kemudian
dianalisis untuk dikumpulkan secara khusus.

I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan skripsi ini, dijelaskan dalam lima bab, yaitu:
Bab I, pada bab ini diuraikan tentang pendahuluan yaitu meliputilatar
belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah,
kajianpustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi
operasional,metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Bab II, bab ini merupakan tinjauan hukum pidana Islam terhadap
teori perzinahan yang meliputi, Pengertian, Unsur-unsur Perzinahan,
Macam-macam Perzinahan dan Hukumannya, Pembuktian Sanksi Untuk
Hukuman Perzinahan.
Bab III, bab ini membahas tentang Gambaran Umum Pengadilan
Negeri Makassar, Wewenang Pengadilan Negeri Makassar, Deskripsi
Kasus Tindak Pidana Perkosaan Anak Kandung di Bawah Umur No.
1459/pid/B/2013/PN.Mks Pengadilan Negeri Makassar, Pertimbangan dan
Dasar Hukum Hakim yang Dipakai Hakim dalam Menyelesaikan Kasus
Tindak Pidana Perkosaan Anak Kandung di Bawah Umur No.
1459/Pid/B/2013/PN.Mks Pengadilan Negeri Makassar.
Bab IV, bab ini mengemukakan tentang analisis Pertimbangan dan
Dasar

Hukum

Hakim

dalam

Menetapkan

Perkara

No.

1459/pid/B/2013/Pn.Mks Putusan Pengadilan Negeri Makassar dan
Analisis

Hukum

Pidana

Islam

Terhadap

Perkara

Nomor:

1459/Pid/B/2013/PN.Mks Putusan Pengadilan Negeri Makassar
Bab V, bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
ZINA MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

A. Pengertian Zina
Kata zina berasal dari bahasa arab, yaitu zanaa-yazni-zinaa-aan yang

berarti atal mar-ata min ghairi ‘aqdin syar’iiyin aw milkin, artinya
menyetubuhi wanita tanpa diketahui akad nikah menurut syara’ atau
disebabkan wanitanya budak belian. 1 Para ulama dalam memberikan
definisi zina ini berbeda redaksinya, namun dalam subtansinya
hampersama.2
1) Menurut Malikiyah sebagaimana dikutib oleh Abdul Audah,
memberikan definisi zina adalah persetubuhan yang dilakukan
oleh mukalaf terhadap farji manusia (wanita) yang bukan miliknya
secara disepakati dengan kesengajaan.
2) Menurut pendapat Syafi’iyah zina adalah memasukkan zakar ke
dalam farji yang diharamkan karena zatnya tanpa ada syubhat dan
menurut tabiatnya menimbulkan syahwat.
3) Menurut Hanafiyah zina adalah nama bagi persetubuhan yang
haram dalam qubul (kemaluan) seorang perempuan yang masih
hidup dalam keadaan ikhtiar (tanpa paksaan) di dalam negeri yang
adil yang dilakukan oleh orang-orang kepadanya berlaku hukum
Ibnu Hajar Ash-Qalany, Bulugh al-Maram, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), 190.
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam…, 6-7.

1
2

20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Islam, dan wanita tersebut bukan miliknya dan tidak ada syubhat
dalam miliknya.
Definisi zina yang dikemukakan oleh para mazhab tersebut secara
esensi tidak ada perbedaan yang signifikan, karena pada dasarnya
perbuatan zina ada dua unsur yang harus terpenuhi yaitu:
a. Adanya persetubuhan antara dua orang yang berlainan jenis.
b. Adapun laki-laki atau perempuan tersebut tidak dalam ikatan
yang sah.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa zina itu merupakan
perbuatan yang sangat terlarang dan merupakan dosa yang amat besar,
selain itu perbuatan itu juga akan memberikan peluang bagi berbagai
perbuatan yang memalukan lainnya yang akan menghancurkan landasan
keluarga yang sangat mendasar, yang akan mengakibatkan terjadinya
banyak perselisihan dan pembunuhan, serta menyebarkan berbagai macam
penyakit baik jasmani maupun rohani,

3

oleh karena Al-Qur’an

menjelaskan kepada manusia tentang zina ini dalam Surat Al-Israa’ ayat
32.

         

Artinya“.Dan

janganlah kamu mendekati zina;
Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji.dan suatu jalan yang buruk.”

http://widodoromi.blogspot.co.id/2012/05/jarimah-zina-dan-jarimah-qazaf.

3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Jarimah Zina termasuk dalam jarimah hudud, jarimah hudud adalah
jarimah yang diancam dengan hukuman had. Had atau hudud mencakup
seluruh atau semua jarimah, baik hudud sendiri, qisas maupun diat, karena
hukuman pada keseluruhannya itu telah ditentukan secara syara’. Berbeda
halnya dengan yang dijelaskan oleh Sayyid Sabiq, beliau menjelaskan
bahwa hudud ialah sanksi yang telah ditetapkan untuk melaksanakan hak
Allah. Oleh karena itu, menurutnya, ta’zir dan qis}as tidak termasuk
kedalam hudud, karena ta’zir itu keputusannnya diambil dari pendapat
hakim setempat, sedangkan qisas merupakan hak sesama manusia dalam
menuntut balas dan keadilan.4
Adapun pengertian tentang zina mukrah adalah perkosaan dalam
bahasa arab disebut al wath’u bi al ikraah (hubungan seksual dengan
paksaan). Jika seorang laki-laki memerkosa sesorang perempuan, seluruh
fuqaha sepakat perempuan itu tak dijatuhi hukuman zina, baik hukuman
zina cambuk 100 kali maupun hukuman rajam.5
Ibnu Qayyim mengisahkan pada surah al-an’am ayat 145 ini
dijadikan hujjah oleh Ali bin Abi Thalib ra di hadapan Khalifah Umar bin
Khathab ra untuk membebaskan seorang perempuan yang dipaksa berzina
oleh seorang pengembala, demi mendapat air minum karena perempuan
itu sangat kehausan. Adapu dalil sunnah adalah sabda Nabi SAW, “Telah
diangkat dari umatku (dosa/sanksi) karena ketidaksengajaan, karena lupa,

M. Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2013), 14
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam...,145.

4
5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

dan karena apa-apa yang dipaksakan atas mereka.” (HR Thabrani dari
Tsauban RA, Imam Nawawi berkata, “ini hadits hasan”)
Pembuktian perkosaan sama dengan pembuktian zina, yaitu dengan
salah satu dari tiga bukti (al bayyinah) terjadinya perzinaan beriku:

pertama, pengakuan orang yang berbuat zina sebanyak empat kali secara
jelas, dan dia tak menarik pengakuannya itu hingga selesainya eksekusi
hukuman zina. Kedua, kesaksian empat laki-laki Muslim yang adil (bukan
fasik) dan merdeka, yang mempersaksikan satu perzinaan (bukan
perzinaan yang berbeda-beda) dalam satu majelis (pada waktu dan tempat
yang sama), dengan kesaksian yang menyifati perzinaan dengan jelas,

ketiga, kehamilan (al-habl), yaitu kehamilan pada perempuan yang tidak
bersuami.
Jika seorang perempuan mengklaim di hadapan hakim (qadhl) bahwa
dirinya telah diperkosa oleh seorang laki-laki, sebenarnya dia telah
melakukan qadzaf (tuduhan zina) kepada laki-laki itu, kemungkinan
hukum syara’ yang diberlakukan oleh hakim dapat berbeda-beda sesuai
fakta yang ada, antara lain adalah: pertama, jika perempuan itu
mempunyai bukti perkosaan, yaitu kesaksian empat laki-laki Muslim,
atau jika laki-laki pemerkosa mengakuinya, maka laki-laki itu dijatuhi
hukuman zina, yaitu dicambuk 100 kali jika di muhshan. Kedua, jika
perempuan itu tidak mempunyai bukti perkosaan, maka hukumannya
dilihat lebih dulu, jika laki-laki yang dituduh memerkosa itu orang baikbaik yang menjaga diri dari zina (al’iffah an zina), maka perempuan itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

dijatuhi hukuman menuduh zina (had al qadzaf), yakni 80 kali cambukan
sesuai dengan Qs An Nuur: 4: 6 Adapun jika laki-laki yang dituduh
memperkosa itu fasik, yakni bukan orang yang baik-baik yang menjaga
diri dari zina, maka perempuan itu, tidak dapat dijatuhi hukuman
menuduh zina.

B. Unsur-Unsur Perzinahan
Dari definisi zina tersebut yang dikemukakan oleh para ulama dapat
diketahui bahwa unsur-unsur jarimah zina itu ada dua, yaitu:
a. Persetubuhan yang diharamkan dan dianggap zina7
1) Persetubuhan yang Diharamkan.
Persetubuhan yang dianggap sebagai zina adalah persetubuha dalam
farji (kemaluan). Ukuranya adalah apabila kepala kemaluan telah masuk
ke dalam farji walaupun sedikit.Juga dianggap sebagai zina meskipun ada
penghalang antara zakar dan farji, selama penghalangnya tipis dan tidak
menghalangi perasaan dan kenikmatan bersenggama.
Disamping itu, kaidah untuk menentukan persetubuhan sebagai zina
adalah persetubuhan yang terjadi bukan pada miliknya sendiri.Dengan
demikian apabila persetubuhan terjadi dalam lingkungan hak milik sendiri
karena ikatan perkawinan, maka persetubuhan itu tidak dianggap sebagai
zina, walaupun persetubuhanya diharamkan karena suatu sebab.Hal ini
karena hukum haramnya persetubuhan tersebut datang belakangan karena
6
7

Ibnu Hazm, Al Muhalla, 453.
Ibid.,151.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

adanya suatu sebab bukan karena zatnya.Apabila persetubuhan tidak
memenuhi ketentuan tersebut maka tidak dianggap sebaai zina yang
dikenai hukuman had, melainkan suatu perbuatan maksiat yang diancam
dengan

hukuman

ta’zir,

walaupun

perbuatanya

itu

merupakan

pendahuluan dari zina.8 Dasar keharaman zina dalam syariat islam adalah
Qs.al-Mukminuun Ayat 5-7:

     

    

     

    

 

Artinya: “.Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,Kecuali

terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki. Maka
Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.Barangsiapa
mencari yang di balik itu.Maka mereka Itulah orang-orang yang
melampaui batas.”

Sedangkan larangan berkumpul di tempat yang sunyi dengan wanita
tanpa suatu ikatan yang sah, dasar hukumnya adalah sabda Nabi
Muhammad;

“tidak diperkenankan salah seorang diantara kamu untuk bersunyisunyi dengan wanita yang bukan muhrim, karena orang ketiga
diantara keduanya adalah setan.”
Meskipun pada umumnya para fuqaha telah sepakat bahwa yang
dianggap zina itu adalah persetubuhan terhadap farji manusia yang masih
hidup, namun dalam penerapanya pada kasus-kasus tertentu mereka
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam…,8-9

8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

kadang-kadang berbeda pendapat. Berikut ini beberapa kasus dan
pendapat ulama mengenai hukumnya.9
2) Persetubuhan dalam farji
Persetubuhan yang diharamkan dan dianggap zina adalah wati
(persetubuhan di dalam farji), di mana zakar di dalam farji seperti batang
celak di dalam botol celak atau seperti timba dalam sumur. Persetubuhan
di anggap zina, minimal dengan terbenamnya hasyafah (pucuk zakar)
pada farji atau yang sejenis hasyafah, jika zakarnya tidak mempunyai
hasyafah. Memasukkan pucuk zakar atau sebagiannya dianngap zina
walaupun zakar masuk kedalam liang vagina tanpa menyentuh dindinnya.
Jika persetubuhan tidak sesuai dengan sifat yang sudah dijelaskan di atas,
ia tidak dianggap zina, yang secara syarak harus dijatuhi hukuman hudud,
tetapi dianggap maksiat dengan hukuman berupa takzir yang sesuai.
Hukuman pokok dalam hukum Islam adalah bahwa setiap orang yang
haram disetubuhi pada farji karena dianggap zina atau liwat, ia haram
disetubuhi pada sealain farji karena dianggap maksiat. Allah SWT
berfirman:

     

    

     

9

    

 

Ibid., 20-21.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Artinya: “.Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, Kecuali
terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki. Maka
Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa
mencari yang di balik itu. Maka mereka Itulah orang-orang yang
melampaui batas.” (Qs. Al-Mu’minun:5-7).
3) Persetubuhan dalam Dubur
Imam Malik, asy-Syafi’i, Ahmad bin Hanbal, Syi’ah Imamiyah, dan
Syi’ah Zaidiyah berpendapat bahwa persetubuhan yang diharamkan baik
dalam kubul maupun dubur, pada laki-laki maupun perempuan
hukumannya sama. Mereka menyamakan persetubuhan dubur dan zina
dalam satu makna sehingga menyebabkan wajibnya hukuman hudud,
karena Al-Qur’an telah menyamakan keduanya. Allah menjadikan
persetubuhan dalam dubur ataupun kubul sebagai perbuatan keji. Allah
menamai salah satunya dengan nama yang lain. Allah SWT berfirman
kepada kaum Nabi Luth,

           
  

Artinya: “.Dan (ingatlah) ketika Luth berkata pepada kaumnya:

"Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang
Amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun dari
umat-umat sebelum kamu". (QS. Al-Qur’an: Ankabut: 28)

          
 

Artinya: “.Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk
melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.” (Qs. AlQur’an al-A’raf: 81)

       

          

           
         

Artinya: “.Dan (terhadap) Para wanita yang mengerjakan

perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu
(yang menyaksikannya). kemudian apabila mereka telah memberi
persaksian, Maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam
rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah
memberi jalan lain kepadanya. Dan terhadap dua orang yang
melakukan perbuatan keji di antara kamu, Maka berilah hukuman
kepada keduanya, kemudian jika keduanya bertaubat dan
memperbaiki diri, Maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Qs. An-Nisa’: 5-6)
4) Menyetubuhi Istri Melalui Dubur
Para ulama sepakat bahwa suami yang menyetubuhi istri melalui
dubur tidak dijatuhi hukuman hudud karena istri adalah tempat
persetubuhan dan suami adalah pemilik persetubuhan istrinya. Akan
tetapi para fukaha berbeda pendapat mengenai cara melalukan Imam
Ahmad bin hanbal dan Abu yusuf berpendapat bahwa perbuatan tersebut
adalah zina dan menurut hukuman pokok harus dujatuhi hukuman hudud.
Akan tetapi, hukuman itu dihindarkan karena adanya syubhat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

kepemilikan dan perbedaan tersebut. Dengan demikian pelakunya wajib
ditakzir.10
5) Menyetubuhi Mayat
Menurut Imam Abu Hanifah, menyetubuhi perempuan lain yang
sudah mati bukanlah zinia, begitu juga perempuan yang memasukkan
zakar laki-laki lain yang sudah mati di dalam farjinya. Ini adalah salah
satu pendapat dalam

mazhab Syafi’i dan Hanbali. Ulama yang

mengatakan pendapat ini mewajibkan takzir, alasan mereka persetubuhan
terhadap perempuan mati dan laki-laki mati tidak layaknya persetubuhan
karena anggota badan mayat sudah tidak berfungsi. Selain itu, perbuatan
tersebut adalah perbuatan yang tidak disukai dan biasanya tidak diminati,
karena itu tidak perlu ada larangan untuk melakukannya, tetapi
diwajibkan hukuman hudud untuk mencegah perbuatan tersebut. Imam
Malik menganggap orang yang menyetubuhi mayat yang bukan istrinya,
baik pada kubul maupun duburnya sebagai zina. Ia harus dihukum
berdasarkan hukuman zina karena ia menikmati persetubuhan tersebut.
Tidak ada hukuman hudud atas orang yang menyetubuhi istrinya yang
sudah mati.

6) Menyetubuhi Binatang
Menurut Imam Malik dan Abu Hanifah, menyetubuhi hewan dan
binatang pada umumnya tidak dianggap zina, tetapi di anggap maksiat
10

Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam Jilid V...,157.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

yang wajib ditakzr. Hukuman ini

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 64 103

Putusan Lepas Dari Segala Tuntutan Hukum (Onslag Van Rechtsvervolging) Terhadap Tindak Pidana Penggelapan (Studi Kasus Putusan Nomor: 171/ Pid. B/ 2011/ Pn. Smi)

8 132 131

Suatu Telaah Terhadap Proses Pengajuan Grasi Terhadap Putusan Pidana Mati Berdasarkan UU RI No. 22 Tahun 2002 Tentang Grasi (Studi Kasus PUTUSAN Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No.513/PID. B/1997/PN. LP)

0 64 77

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

3 82 103

Tindak Pidana Pemerkosaan Terhadap Anak Di Bawah Umur Dalam Pandangan Hukum Pidana Islam : Kajian Atas Putusan PN Depok

0 21 86

ANALISIS TINDAK PIDANA PERKOSAAN ANTAR ANAK DI BAWAH UMUR DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA INDONESIA

0 5 19

ANALISIS TINDAK PIDANA PERKOSAAN ANTAR ANAK DI BAWAH UMUR DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA INDONESIA

0 12 55

Tinjauan hukum pidana islam terhadap Putusan Pengadilan Nomor 532/Pid.Sus/2015/Smn tentang tindak pidana melarikan anak gadis di bawah umur dan membujuk melakukan persetubuhan.

0 4 79

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG DI LAKUKAN ANAK DI BAWAH UMUR : STUDI PUTUSAN NOMOR.214/PID.B/2014/PN.DUM.

0 0 89

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PUTUSAN NOMOR 244/PID.B/2014/PN.SBY DI PENGADILAN NEGERI SURABAYA.

0 1 80