TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG DI LAKUKAN ANAK DI BAWAH UMUR : STUDI PUTUSAN NOMOR.214/PID.B/2014/PN.DUM.

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PELAKU
TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG DI LAKUKAN ANAK DI
BAWAH UMUR
(STUDI PUTUSAN NOMOR.214/PID.B/2014/PN.DUM)
SKRIPSI

OLEH
SAMSUL ARIFIN
NIM. C03212027

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
JURUSAN HUKUM PUBLIK ISLAM
PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM (JINAYAH)
SURABAYA
2016

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ............................................................................................


i

PERNYATAAN KEASLIAN ...........................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................................................

iii

PENGESAHAN .................................................................................................

iv

ABSTRAK ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................................. . xi
BAB I


PENDAHULUAN .....................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ........................................

9

C. Rumusan Masalah ................................................................

9

D. Kajian Pustaka ..................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian ................................................................. 12
F. Kegunaan Penelitian ............................................................ 12

G. Definisi Operasional ............................................................ 13
H. Metode Penelitian ................................................................ 15
I. Sistematika Pembahasan ..................................................... 18
BAB II

TINJAUAN HUKUM TENTANG JARIMAH TA’ZIR…….. 19
A. Pengertian Jarimah Dan Bentuk Jarimah ........................... 19
B. Jenis-Jenis Jarimah ta’zir ..................................................... 23

x
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

C. Dasar Hukum Ta’zir……………………………………… 37
BAB III

PUTUSAN

PENGADILAN

DUMAI


NO.

(214/PID.B/2014/PN.DUM) TENTANG TINDAK PIDANA
PENCURIAN............................................................................. 39
A. Identitas Terdakwa .............................................................. 39
B. Kronologi Kasus .................................................................. 48
BAB IV

ANALISIS
PELAKU

HUKUM
TINDAK

PIDANA
PIDANA

ISLAM


TERHADAP

PENCURIAN

YANG

DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR ................ 61
A. Analisis Hukum Pidana Terhadap Tindak Pencurian
Yang Dilakukan Oleh Anak Di Bawah Umur..................... 61
B. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Tindak Pidana
Pencurian Yang Dilakukan Oleh Anak Di Bawah Umur .... 67
BAB V

PENUTUP ...................................................................................... 72
A. Kesimpulan ........................................................................ 72
B. Saran .................................................................................. 74

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


xi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR TRANSLITERASI

Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis

(technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin.
Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai
berikut:
A. Konsonan
No
Arab
1.

Indonesia


Arab


2.

B

‫ﻅ‬

z}

3.

T

‫ﻉ‬



‫ﻁ‬

Indonesia
t}


4.

‫ﺙ‬

Th

5.

‫ﺝ‬

J

‫ﻑ‬

F

6.

‫ﺡ‬


h}

‫ﻕ‬

Q

7.

‫ﺥ‬

Kh

‫ﻙ‬

K

8.

D


‫ﻝ‬

L

9.

Dh

‫ﻡ‬

M

10.

R

N

11.


Z

W

Gh

12.

‫ﺱ‬

S

‫ﻩ‬

H

13.

‫ﺵ‬

Sh

‫ﺀ‬



14.

‫ﺹ‬

s}

15.

‫ﺽ‬

d}

Y

Sumber: Kate L. Turabian. A Manual of Writers of Term Papers, Disertation
(Chicago and London: The University of Chicago Press, 1987).

xii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Vokal
1. Vokal Tunggal (monoftong)
Tanda dan huruf Arab

َ
ِ
ُ

Nama

Indonesia

Fath}ah

A

Kasrah

I

Dammah

U

Catatan: khusus untuk hamzah, penggunaan apostrof hanya berlaku jika
hamzah berharokat sukun atau didahului oleh huru yang berharakat

sukun. Contoh: iqtid}a’ (‫)ا ﻀﺎء‬
2. Vokal Rangkap (diftog)
Tanda dan
Nama
Huruf Arab
Fath}ah dan ya’
 َ‫ﺯ‬

 َ‫ﺯ‬

Indonesia

Ket.

Ay

a dan y

Aw

a dan w

Fath}ah dan wawu

Contoh: Bayna (‫)ﺑﲔ‬

Mawd}u’ (‫ﻉ‬

‫ﺿ‬

)

3. Vokal Panjang (mad)

Tanda dan
Huruf Arab

‫ﺯﹶ‬
ِ‫ﺯ‬
ُ‫ﺯ‬

Nama

Indonesia

Keterangan

Fathah dan Alif

a>

a dan garis di atas

Kasrah dan ya’

i>

i dan garis di atas

Dammah dan
Wawu

u>

u dan garis di atas

‫)ﳉ‬

Contoh: al-jama’ah (
Takhyir (‫)ﲣ ﲑ‬
Yaduru (

)

C. Ta’ Marbut}ah
Transliterasi untuk ta’ marbutah ada dua:
1. Jika hidup (menjadi mud}af) transliterasinya menjadi t.

xiii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2. Jika mati atau sukun, transliterasinya adalah h.
Contoh: Shari’at al-islam (‫ﻡ‬

Shari’ah islamiyah (

‫ﺳ‬

‫)ﺷ‬
‫ﺇ ﺳ‬

‫)ﺷ‬

D. Penulisan Huruf Kapital
Penulisan huruf besar dan kecil pada kata, phrase (ungkapan) atau
kalimat yang ditulis dengan transliterasi Arab-Indonesia mengikuti ketentuan
penulisan yang berlaku dalam tulisan. Huruf awal (initial latter) untuk nama
diri, tempat, judul buku, lembaga dan yang lain ditulis dengan huruf besar.

xiv
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRAK
Judul penelitian adalah: Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap
Pelaku Tindak Pidana Pencurian Yang Di Lakukan Anak Di Bawah Umur
(Kajian Terhadap Studi Putusan No.214/PID.B/2014/PN.Dum). Penelitian ini
dilakukan untuk menjawab dua permasalahan, yaitu: Bagaimana pertimbangan
Hakim dalam memutuskan sanksi pidana pencurian dengan pemberatan yang
dilakukan
oleh
anak
di
bawah
umur
dalam
perkara
No.214/PID.B/2014/PN.Dum? Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap
pelaku tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak di bawah umur?
Berkenaan dengan hal itu digunakan metode deskriptif-analisis untuk
memberikan gambaran tentang sanksi pidana pencurian yang di lakukan anak
di bawah umur dalam perkara No.214/PID.B/2014/PN.Dum. Sesuai dengan
masalah tersebut sumber data yang digunakan antara lain berupa dokumen
putusan, undang-undang dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian di
atas.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa menurut pertimbangan Hakim,
sanksi yang diberikan terhadap pelaku tindak pidana pencurian yang dilakukan
oleh anak di bawah umur dalam perkara No.214/PID.B/2014/PN.Dum adalah
pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada anak tersebut ialah: pidana penjara.
Dan sanksi bagi anak juga dijatuhkan pidana tambahan, berupa perampasan
barang-barang tertentu dan pembayaran ganti rugi. Namun, hukuman terdakwa
diperingan karena terdakwa masih berusia di bawah umur dan orang tua
terdakwa sanggup untk mendidik terdakwa menjadi generasi yang lebih baik
lagi. Sedangkan menurut pandangan hukum pidana Islam terhadap pelaku
tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak di bawah umur, sanksi pidana
yang dijatuhkan pada anak usia 12 tahun lebih menjamin hak anak. Sehingga
lebih mendekatkan pada kemaslahatan anak. Seorang anak tidak akan
dikenakan hukuman karena kejahatan yang dilakukannya. Karena tak ada
tanggungjawab hokum atas seorang anak sampai dia mencapai umur baligh.
Sejalan dengan kesimpulan di atas maka disarankan: Tindak pidana
pencurian yang dilakukan oleh anak di bawah umur adalah masalah yang
harus dihilangkan, maka perlunya sosialisasi penyadaran hukum kepada
masyarakat baik tentang hukum pidana Islam maupun hukum pidana positif
yang berkaitan dengan sanksi pidana bagi anak agar dapat memberikan
perlindungan dan pendidikan kepada anak secara benar. Perlunya pengkajian
ulang oleh praktisi hukum tentang sanksi bagi anak yang tidak mangabaikan
dampak sosiologi dan psikologi anak, karena hal tersebut merupakan mata
rantai yang tidak dapat dipisahkan setelah diterapkannya suatu hukuman
yang pada akhirnya hukuman itu sesuai dengan keadilan yang berlaku dalam
masyarakat.

vii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Di dalam kehidupan bermasyarakat yang terdiri atas berbagai jenis
manusia, ada manusia yang berbuat baik dan ada pula yang berbuat buruk.
Wajar bila selalu terjadi perbuatan-perbuatan yang baik dan perbuatan yang
merugikan masyarakat. Di dalam masyarakat selalu saja terjadi perbuatan
jahat atau pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan
maupun norma-norma yang dianggap baik oleh masyarakat. Setiap
pelanggaran peraturan hukum yang ada, akan dikenakan sanksi yang berupa
hukuman sebagai reaksi terhadap perbuatan yang melanggar peraturan hukum
yang dilakukannya. 1
Jenis tindak pidana pencurian merupakan jenis tindak pidana yang
terjadi hampir dalam setiap daerah di Indonesia. Oleh karenanya menjadi
sangat logis apabila jenis tindak pidana ini menempati urutan teratas di
antara tindak pidana terhadap harta kekayaan yang lain. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya terdakwa/tertuduh dalam tindak pidana pencurian yang
diajukan ke sidang pengadilan.
Begitu pula pada Pengadilan Negeri Dumai yang telah banyak
menyidangkan kasus dan juga memberikan hukuman bagi para pelaku tindak
pidana. Jenis tindak pidana yang banyak disidangkan adalah tindak pidana
pencurian dan perjudian. Salah satu tindak pidana yang disidangkan adalah
1

Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I , (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2002), 2.,

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

kasus tindak pidana pencurian, yang melanggar pasal 363 KUHP, Pencurian
dengan pemberatan yang dilakukan oleh anak di bawah umur.
Anak adalah pemberian Allah swt yang tidak semua orang tua
mendapatkannya. Allah menganugerahi anak hanya bagi keluarga yang
dikehendaki-Nya. Sebagai amanah berarti ada kewajiban semua pihak untuk
memberikan perlindungan pada anak, khususnya pemerintah pada tingkat
lapisan masyarakat dan orang tua pada tingkat individual. Hal yang tak
terpisahkan dari kedudukan anak sebagai amanah bahwa Allah menyediakan
rezeki bagi setiap anak yang dilahirkan melalui kedua orang tuanya. Hakikat
kedudukan anak adalah tidak saja sebagai amanah, tetapi juga sebagai
rahmat. Allah menanamkan perasaan kasih sayang orang tua pada anaknya.
Perasaan tersebut, Allah tanamkan dalam hati para orang tua sebagai bekal
dan dorongan dalam mendidik, memelihara, melindungi dan memperhatikan
kemaslahatan anak-anak mereka sehingga semua hak anak dapat terpenuhi
dengan baik serta terhindar dari setiap tindak pidana. Alquran memandang
anak sebagai pelipur hati, bila saja mereka sejalan dengan orang-orang yang
bertakwa. Sebagaimana dinyatakan dalam Alquran surat Al-furqan ayat 74:
(74 )‫ﻦ إ ﺎ ﺎ‬

‫ﻨﺎ‬

‫ﻨﺎ ﻦ أزوا ﻨﺎ وذر ﺎ ﻨﺎ ﺮة أ ﻦ وا‬

‫وا ﺬ ﻦ ﻮ ﻮن ر ﻨﺎ ھ‬

Artinya: Dan orang-orang yang berkata, Ya Tuhan kami,
anugerahkan kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa (QS. Al-furqan: 74). 2
Di samping itu, terdapat pula anak yang karena satu dan lain hal
tidak mempunyai kesempatan memperoleh perhatian baik secara fisik,
mental, maupun sosial, karena keadaan diri yang tidak memadai, baik sengaja
maupun tidak sengaja sering juga anak melakukan tindakan atau berperilaku
yang merugikan dirinya atau masyarakat. Penyimpangan tingkah laku atau
perbuatan melanggar hukum yang dilakukan anak disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain adanya dampak negatif dari perkembangan pembangunan
yang cepat, arus globalisasi di bidang komunikasi dan informasi, kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya yang membawa
perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh
terhadap nilai dan perilaku anak. Tidak menutup kemungkinan bahwa dalam
setiap masyarakat sering terjadi anak di bawah umur melakukan kejahatan
dan pelanggaran, sehingga harus mempertanggungjawabkan secara hukum
positif melalui sidang pengadilan. Selain itu anak yang kurang atau tidak
memperoleh kasih sayang, asuhan, bimbingan dan pembinaan dalam
pengembangan sikap, perilaku penyesuaian diri serta pengawasan dari orang
tua, wali dan lain-lain akan mudah terseret dalam arus pergaulan masyarakat
dan lingkungan yang kurang sehat dan merugikan perkembangan pribadinya. 3

2

Departemen Agama RI, Al – Qu’ran dan Terjemahnya, (Bandung: Gema Risalah Press, 1992),
569.,
3
Penjelasan Umum, UU No. 23 Tahun 1997, Tentang Pengadilan Anak.,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Kejahatan merupakan persoalan yang dialami manusia dari waktu ke
waktu, hal ini menunjukkan bahwa kejahatan terjadi dan berkembang dalam
lingkungan kehidupan manusia. Dalam kenyataan sekarang, setiap negara di
dunia tidak terlepas dari tindakan kriminal, khususnya Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan adanya pemberitaan di berbagai media masa dan yang
hebohnya lagi kejahatan itu dilakukan oleh anak yang masih di bawah umur,
seperti pencurian, narkoba, penganiayaan, pencabulan dan lain-lainnya.
Pencurian yang dilakukan oleh Muhammad Sofyan Alias. Isap Bin.
Roslan Ahmad yang berusia 16 Tahun, yang terjadi di daerah Jalan.Pangkalan
Sena Kelurahan Simpang Tetap Darul Ikhsan Kecamatan Dumai Barat.
Dikategorikan sebagai pemberatan karena telah melanggar Pasal 363 ayat (1)
ke-3,4,5, UU Nomer. 03 tahun 1997 yaitu pencurian 1 (satu) karung pakaian
yang dilakukan oleh dua orang yang sudah direncanakan sebelumnya.
Istilah “pencurian dengan pemberatan” biasanya secara doktrin
disebut

sebagai

pencurian

yang

dikualifikasikan.

Pencurian

yang

dikualifikasikan ini menunjuk pada suatu pencurian yang dilakukan dengan
cara-cara tertentu atau dalam keadaan tertentu, sehingga bersifat lebih berat
dan karenanya diancam dengan pidana yang lebih berat pula dari pencurian
biasa. Dalam putusan No.214/PID.B/2014/PN.DUM yang dikaji dalam skripsi
yaitu pencurian 1 (satu) karung pakaianyang melanggar Pasal 363 ayat (1) ke3,4,5, dan dilakukan oleh dua orang yang sudah direncanakan yang melanggar
Pasal 363 ayat (4).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Pencurian dengan pemberatan atau pencurian yang dikualifikasikan
diatur dalam Pasal 363 KUHP. Oleh karena pencurian yang dikualifikasikan
tersebut merupakan pencurian yang dilakukan dengan cara-cara tertentu dan
dalam keadaan tertentu yang bersifat memberatkan, maka pembuktian
terhadap unsur-unsur tindak pidana pencurian dengan pemberatan harus
diawali dengan membuktikan pencurian dalam bentuk pokoknya.
Pencurian yang diatur dalam Pasal 363 KUHP dirumuskan sebagai
berikut:
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:
Ke-1. pencurian hewan ternak
Ke-2. pencurian pada waktu ada

kebakaran, letusan, banjir, gempa

bumi, atau gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar,
kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang;
Ke-3. pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan
tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang adanya di
situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak;
Ke-4. pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara
bersama-sama;
Ke-5. pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan,
atau untuk sampai pada barang yang diambilnya, dilakukan dengan
membongkar, merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci
palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan (seragam) palsu.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

(2) jika pencurian yang diterangkan dalam ke-3 disertai dengan salah satu
tersebut ke-4 dan ke-5, maka dikenakan pidana penjara paling lama
sembilan tahun. 4
Agama Islam melindungi harta. Karena harta adalah bahan pokok
untuk hidup. Islam juga melindungi hak milik individu manusia, sehingga hak
milik tersebut benar-benar merupakan hak milik yang aman. Dengan
demikian, Islam tidak menghalalkan seseorang merampas hak milik orang
lain dengan dalih apapun. 5
Seseorang yang melakukan tindak pidana pencurian harus dimintai
pertanggungjawaban. Karena jika orang tersebut tidak dihukum, ia akan
melakukan aksi pencurian terus menerus. Karena dia merasa bisa
mendapatkan sesuatu dengan mudah dengan cara mencuri barang milik orang
lain.
Dalam hukum Islam, tindak pidana pencurian hukumannya adalah

h}ad, perbuatan pidana tertentu, jenis,

dan bentuk hukumannya telah

ditentukan dan ditetapkan oleh syara dan tidak dapat ditambah atau
dikurangi, serta telah memenuhi syarat-syaratnya. Sanksi lainnya adalah
takzir yang berlaku bagi pencurian yang tidak memenuhi atau kurang
persyaratannya.
Islam memberikan hukuman berat atas perbuatan mencuri, yaitu
hukuman potong tangan atas pencurinya. Dalam hukuman ini terdapat
hikmah yang sudah jelas, yaitu bahwa tangan yang khianat dan mencuri itu
4
5

Moeljatno, Kitab Undang - undang Hukum Pidana , (Jakarta: Bumi Akasara, 1959), 128-129.
Sayyid Sabiq, Fikih Sunah 9 , (Bandung: PT Al-ma’arif, 1984), 213.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

adalah merupakan organ yang sakit. Oleh sebab itu, tangan tersebut harus
dipotong agar tidak menular ke organ lain sehingga jiwa bisa selamat.
Pengorbanan salah satu organ demi keselamatan jiwa adalah merupakan suatu
hal yang dapat diterima oleh agama dan rasio. Dengan demikian, maka ia
tidak berani menjulurkan tangannya mengambil harta orang lain, dan dengan
demikian pula harta manusiadapat dijaga dan dilindungi. 6Dasar hukum
pencurian terdapat pada al-quran surat al-Ma>
idah ayat 38: Artinya: “laki-laki
yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari
Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. 7
Suatu ketika terjadi paceklik, ada kasus pencurian yang dilaporkan
kepada Umar untuk dihukum, tetapi Umar menolak menghukumnya,
alasannya karena musim paceklik mungkin orang itu terpaksa mencuri karena
takut mati kelaparan. Sebaliknya Umar malah mengancam, “Kalau kamu terus
menerus melaporkan pencuri hartamu padahal kamu kaya, malah nanti tangan
kamu yang akan saya potong, karena kamu yang menjadi sebab orang ini
lapar.” Dalam kisah lain disebutkan ada dua orang hamba sahaja yang mencuri
dari tuannya karena tidak diberi makanan yang cukup, Umar tidak
menghukumnya, tapi justru mengancam akan memotong tangan tuannya.
Hukuman pokok pada hal-hal (kekurangan bukti dan syubhat)
tersebut tidak boleh dijatuhkan karena dengan adanya perbedaan pendapat
ulama, keraguan, serta syubhat, maka status hukum h}ad berganti menjadi
6
7

Ibid., 213.
Departemen Agama RI, Al - Qur’an dan terjemahnya , 165

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

hukuman takzir. Jadi hukuman takzir berfungsi sebagai hukuman pengganti
dari hukuman pokok yang tidak dapat dijatuhkan. Prinsip penjatuhan takzir
yang mempunyai wewenang penuh adalah Ulil-amri, artinya baik bentuk
maupun hukumannya merupakan hak penguasa. Dengan demikian sanksi
hukuman bagi pelaku pencurian yang diatur dalam pasal 363 KUHP dan
hukum pidana Islam memiliki perbedaan yang menarik dan komprehensif.
Karena menurut hukum Islam, anak di bawah umur tidaklah dikenai sanksi
atau hukuman. Atau dalam artian tidak bisa dibebankan pertanggungjawaban
atas dirinya. Berdasarkan uraian di atas, menurut penulis hal ini menjadi
pembahasan yang menarik jika ditinjau dari perspektif hukum positif maupun
hukum pidana Islam mengenai pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku
tindak pidana pencurian dengan pemberatan yang dilakukan oleh anak di
bawah umur. Oleh karena itu penulis putuskan untuk mengangkat judul

“Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Anak di Bawah Umur Yang
Melakukan

Tindak

Pidana

Pencurian”

studi

putusan

Nomer.214/PID.B/2014/PN.DUM. Namun dengan keterbatasan waktu dan
kemampuan penulis, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
pertanggung jawaban pidana terhadap tindak pidana pencurian dengan
pemberatan yang dilakukan oleh anak di bawah umur, dan apa landasan yang
digunakan oleh majelis hakim pengadilan Dumai dalam menyelesaikan
perkara tersebut, serta bagaimana tinjauan hukum Islam tentang masalah itu.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka teridentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Unsur-unsur tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak di
bawah umur.
2. Perspektif pertanggungjawaban

tindak

pidana

pencurian yang

dilakukan oleh anak di bawah umur.
3. Bentuk hukuman yang diberikan pada pelaku tindak pidana pencurian
yang dilakukan oleh anak di bawah umur.
Dari identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi ruang lingkup
permasalahan yang hendak dikaji atau diteliti yaitu seputar:
1. Pertimbangan hakim dalam memutuskan sanksi pidana pencurian
dengan pemberatan yang dilakukan oleh anak di bawah umur di
Pengadilan Negeri dumai dalam perkara
Nomer.214/PID.B/2014/PN.DUM.
2. Tinjauan hukum Islam terhadap pelaku tindak pidana pencurian
dengan pemberatan yang dilakukan oleh anak di bawah umur.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis
merumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas yaitu:
1. Bagaimana pertimbangan Hakim dalam putusan
Nomer.214/PID.B/2014/PN.DUM tentang anak dibawah umur yang
melakukan tindak pidana pencurian?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

2. Bagaimana Analisa hukum pidana Islam terhadap putusan
Nomer.214/PID.B/2014/PN.DUM tentang anak dibawah umur yang
melakukan tindak pidana pencurian?

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini pada dasarnya adalah untuk mendapatkan
gambaran tentang hubungan topik yang akan diteliti dengan penelitian
sejenis, gyang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga tidak ada
pengulangan. Langkah sistematis yang diambil melalui tinjauan pustaka yaitu
menginvetarisir berbagai tulisan yang memuat dari judul skripsi ini dan halhal yang berhubungan dengannya, dan yang akan penulis kaji pada skripsi ini
adalah bersumber pada buku dan skripsi yang ada kaitannya dengan judul
pada skripsi ini.
Penelitian atau tulisan yang sejenis disusun oleh Qorry Aina Ediati.
Penelitian dengan judul “Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Sanksi

Pidana Pencurian yang Dilakukan Oleh Anak (Analisis Putusan Hakim
Nomor 255/PID.SUS/2011/PN.YK.)”, ini dilakukan oleh mahasiswa jurusan
Ilmu Hukum di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yang
mana penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa dalam mengangani
perkara anak dalam proses peradilan pidana terdapat perbedaan tertentu
dengan penanganan masalah pidana terhadap orang dewasa. Hal tersebut
disebabkan anak merupakan bagian dari generasi penerus bangsa yang
berpotensi untuk meneruskan cita-cita bangsa, sehingga seoranga anak

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

memerlukan perlindungan hokum untuk menjamin pertumbuhan fisik,
mental, dan social anak. 8
Yang kedua yaitu tulisan Arrizal Iftahul pada tahun 2012, tentang

“Studi Komporasi Konsep Sriqah dalam Fikih Jinayah dengan Pencurian
dalam Pasal 364 KUHP dan Perma Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Sanksi
Pidana Pencurian Ringan”. Yang mana penelitian ini lebih di tekankan
terhadap persamaan dan perbedaan tentang konsep sariqah dalam hukum
pidana islam dengan hukum positif (KUHP) Pasal 364 dan PERMA nomor2
tahun 2012. 9
Noer Shofiyanah Tahun 1999, fakultas Syari’ah, jurusan Muamalah
Jinayah, tentang “Pertanggungjawaban

Tindak Pidana Pencurian bagi

Pengidap Kleptomania menurut Hukum Islam dan Hukum Pidana”. Dengan
kesimpulan bahwa penderita kleptomania jika melakukan

suatu tindak

pidana pencurian tidak akan di hukum atau dibebaskan karena menderita
suatu penyakit (jiwanya cacat). Sedangkan menurut hukum Islam, tindakan
tersebut harus tetap di hukum karena merupakan suatu tindakan yang
merugikan masyarakat, dan pertanggungjawabannya tidak sepenuhnya
hilang. 10

8

Qorry Aina Ediati, Skripsi, “Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Sanksi Pidana Pencurian
yang Dilakukan Oleh Anak (Analisis Putusan Hakim Nomor 255/PID.SUS/2011/PN.YK.)”
(Skripsi--UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011), 9.
9
Arrizal Iftahul, Skripsi, “Studi Komporasi Konsep Sriqah dalam Fikih Jinayah dengan Pencurian
dalam Pasal 364 KUHP dan Perma Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Sanksi Pidana Pencurian
Ringan” (Skripsi--IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2012),
10
Noer Shofiyanah, Pertanggungjawaban Tindak Pidana Pencurian bagi Pengidap Kleptomania
menurut Hukum Islam dan Hukum Pidana, (Skripsi--IAIN Sunan Ampel, 1999)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Sedangkan penelitian penulis berkaitan dengan tinjauan hukum Islam
terhadap pelaku tindak pidana pencurian dengan pemberatan yang dilakukan
oleh anak di bawah umur. Pertimbangan hakim dalam memutuskan sanksi
pidana pada perkara pencurian dengan pemberatan yang dilakukan oleh anak
di bawah umur.

E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memutuskan sanksi
pidana pencurian dengan pemberatan yang dilakukan oleh anak di
bawah

umur

di

Pengadilan

Negeri

Dumai

dalam

perkara

Nomer.214/PID.B/2014/PN.DUM.
2. Untuk memahami tinjauan hukum Islam terhadap pelaku tindak
pidana pencurian dengan pemberatan yang dilakukan oleh anak di
bawah umur.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu membawa beberapa
manfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritis: dapat dijadikan pedoman untuk menyusun hipotesis
penulisan berikutnya, bila ada kesamaan dengan masalah ini, dan
memperluas khasanah ilmu pengatahuan tentang tindak pidana yang
berkaitan dengan masalah tinjauan hukum pidana Islam terhadap

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

pelaku tindak pidana pencurian dengan pemberatan yang dilakukan
oleh anak di bawah umur.
2. Secara praktis: hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam menganalisis dan argumentasi hukum yang
diperlukan agar diperoleh daya guna yang diharapkan bagi penegakan
hukum demi terciptanya suasana yang adil dan kondusif serta
menjamin kepastian hukum bagi hak-hak rakyat. Dengan demikian,
dapat ikut memberikan andil mengupayakan pemikiran ilmiah dalam
bidang hukum yang diharapkan bermanfaat bagi upaya terciptanya
keadilan dan kemaslahatan bagi rakyat yang sesuai dengan Undangundang dasar serta Alquran dan Hadis. Serta untuk mengupayakan
aspek hukuman anak di bawah umur sebagai alat menuju
pembangunan seutuhnya.
G. Definisi Operasional
Sebagai gambaran di dalam memahami suatu pembahasan maka perlu
adanya pendefinisian terhadap judul yang bersifat operasional dalam
penulisan skripsi ini agar mudah dipahami secara jelas tentang arah dan
tujuannya. Sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami maksud
yang terkandung.
Adapun judul skripsi ini adalah “Tinjauan Hukum Pidana Islam
terhadap Anak di Bawah Umur yang Melakukan Tindak Pidana Pencurian".
Kajian terhadap putusan Nomer.214/PID.B/2014/PN.DUM. Dan agar tidak

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

terjadi kesalah pahaman di dalam memahami judul skripsi ini maka perlu
penulis menguraikan tentang pengertian judul tersebut sebagai berikut:
1. Hukum pidana islam: Segala ketentuan hukum mengenai tindak
pidana atau perbuatan kriminal yang dilakukan oleh orang-orang
mukallaf (orang yang dapat dibebani kewajiban), sebagai hasil dari
pemahaman atas dalil-dalil hukum yang terperinci dari Alquran dan
hadis, 11
2. Tindak pidana pencurian: Mengambil harta orang lain dengan
sembunyi-sembunyi yang dilakukan oleh orang yang tidak dipercayai
untuk menjaga barang tersebut. 12
3. Pemberatan: pencurian yang dilakukan dengan cara-cara tertentu atau
dalam keadaan tertentu, yaitu pencurian 1 (satu) karung pakaian yang
dilakukan oleh dua orang yang sudah direncanakan sebelumnya
sehingga bersifat lebih berat dan karenanya diancam dengan pidana
yang lebih berat pula dari pencurian biasa.
4. Anak di bawah umur: Setiap manusia yang belum berusia 18 (delapan
belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang ada di dalam
kandungan apabila hak tersebut adalah untuk kepentingan anak. 13 Di
dalam putusan Nomer.214/PID.B/2014/PN.DUM yang dikaji dalam
skripsi ini, anak tersebut berusia 16 tahun.

11

Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, (Jakarta: Lembaga Studi Islam dan
Kemasyarakatan, 1992), 86.
12
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam , (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 83.
13
Ibid ., 61.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

H. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang akan dipakai adalah kajian pustaka (library

research), yaitu studi kepustakaan dari berbagai referensi yang relevan
dengan pokok bahasan mengenai tinjauan hukum pidana Islam terhadap
pelaku tindak pidana pencurian dengan pemberatan yang dilakukan oleh anak
di bawah umur.
1. Data yang dikumpulkan Berdasarkan masalah yang dirumuskan,
maka data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi:
a. Data tindak pidana pencurian dengan pemberatan yang dilakukan
oleh

anak

di

bawah

umur

putusan

Nomer.214/Pid.B/2014/PN.DUM.
b. Pandangan hukum pidana Islam terhadap pelaku tindak pidana
pencurian yang dilakukan oleh anak di bawah umur dalam putusan
Nomer.214/Pid.B/2014/PN.DUM.
2. Sumber data merupakan bagian dari skripsi yang akan menentukan
keotentikan skripsi, berkenaan dengan skripsi ini sumber data yang
dihimpun dari:
a. Sumber data primer:
putusan Nomer.214/Pid.B/2014.PN.DUM. Dimana data diperoleh
dari pihak yang menangani perkara tersebut yakni hakim dan juga
panitera di Pengadilan Negeri Dumai tersebut.
b. Sumber data sekunder:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Data yang digunakan peneliti sebagai dokumen yang dijadikan
sebagai adanya penelitian ini adalah buku-buku literatur dan
dokumen yang ada hubungannya dengan masalah yang penulis
bahas. Diantaranya:
1) Penjelasan umum. UU No. 23 Tahun 1997. Tentang

Pengadilan Anak
2) Moeljatno. Kitab Undang-undang Hukum Pidana
3) Hakim, Rahmat. Hukum Pidana Islam
4) Departemen Agama RI.Al-Quran dan Terjemahannya
3. Teknik pengumpulan data Pembahasan skripsi ini merupakan
penelitian dokumentasi, maka dari itu teknik yang digunakan adalah
dengan pengumpulan data literatur, yaitu dari dokumen putusan
Nomer.214/PID.B/2014/PN.DUM yang dilengkapi dengan penggalian
bahan-bahan pustaka yang berhubungan dengan bahasan sanksi
pidana bagi pelaku tindak pidana pencurian yang diakukan oleh anak
di bawah umur. Bahan-bahan pustaka yang digunakan di sini adalah
buku-buku yang ditulis oleh para pakar atau ahli hukum terutama
dalam bidang hukum pidana, dan hukum pidana Islam.
4. Teknik pengolahan data Semua data yang terkumpul kemudian diolah
dengan cara sebagai berikut:
a. Editing, yaitu memeriksa kembali semua data yang diperoleh,
terutama dari kelengkapan, kejelasan makna, kesesuaian dan
keselarasan antara yang satu dengan yang lain. Dalam hal ini

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

penulis akan memeriksa kembali kelengkapan data-data dari
putusan

Nomer.214/PID.B/2014/PN.DUM,

kejelasan

makna

tentang pencurian dengan pemberatan yang dilakukan oleh anak di
bawah umur, dan kesesuaian data-data dari putusan dengan datadata dari kepustakaan.
b. Organizing, yaitu menyusun dan mensistematikan data yang
diperoleh dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan yang
tersusun pada bab III tentang tindak pidana pencurian serta
pertimbangan hakim dalam memutuskan sanksi pidana pencurian
(putusan Nomer.214/PID.B/2014/PN.DUM)
c. Analyzing, yaitu analisis dari data yang telah dideskripsikan pada
bab III dan menganalisa pada bab IV dalam rangka untuk
menunjang bahasa atas proses menjawab permasalahan yang telah
dipaparan di dalam rumusan masalah. Analisis tersebut meliputi
sanksi hukuman pencurian dengan pemberatan yang dilakukan
oleh anak di bawah umur dan analisa tinjauan Hukum pidana
Islam terhadap kasus tersebut.
5. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Teknik deskriptif, yaitu dengan cara memaparkan mengenai sanksi
hukuman yang diputuskan dalam kasus pencurian oleh Pengadilan
Negeri DUMAI secara keseluruhan, mulai dari deskripsi kasus,
sampai dengan isi putusan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

b. Teknik deduktif, yaitu pola pikir yang membahas persoalan yang
dimulai dengan memaparkan hal-hal yang bersifat umum berupa
dalil, kaidah fiqih, pendapat mujtahid (yakni yang berkaitan
tentang sanksi/hukuman pencurian) kemudian ditarik suatu
kesimpulan yang bersifat khusus dari hasil penelitian yang
dilakukan, (yaitu berkesimpulan bahwa seorang pencuri akan tetap
dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan yang dilakukannya).

I. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pembahasan masalah dalam studi ini dan agar
dapat dipahami permasalahannya sistematis, maka pembahasannya disusun
dalam perbab yang masing-masing bab mengandung sub bab, sehingga
tergambar keterkaitan yang sistematis, untuk selanjutnya sistematika
pembahasannya disusun sebagai berikut:
Bab pertama, menjelaskan tentang gambaran apa bagaimana, dan untuk
apa studi ini disusun, oleh karena itu dalam bab pertama ini dipaparkan
tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan
penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian,
dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, kerangka teoritis secara umum yang difungsikan sebagai
penyorot terhadap obyek bahasan yang di dalamnya: sekilas tentang hukum
pidana Islam. Pengertian pencurian, syarat-syarat nisab pencurian, unsur-

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

unsur, alat bukti dan sanksi pencurian. Kriteria anak menurut hukum islam
dan sanksi pelaku pidana anak menurut hukum pidana islam.
Bab

ketiga,

membahas

tentang

putusan

Nomor:214/PID.B/2014/PN.DUM tentang pencurian dengan pemberatan
yang dilakukan oleh anak di bawah umur, deskripsi singkat Pengadilan
Negeri Dumai, deskripsi perkara di Pengadilan Negeri Dumai. Pertimbangan
hakim terhadap sanksi hukuman terhadap pelaku tindak pidana pencurian
putusan Nomer:214/PID.B/2014/PN.DUM.
Bab keempat, tentang analisis terhadap putusan Pengadilan Negeri
Dumai tentang sanksi hukuman terhadap pelaku tindak pidana pencurian
dengan pemberatan yang dilakukan oleh anak di bawah umur, dan analisis
menurut hukum pidana islam.
Bab kelima, penutup yang berisi kesimpulan dan saran

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
TINJAUAN HUKUM TENTANG JARIMAH TA’ZIR
A. Pengertian Jarimah Dan Bentuk Jarimah
Jarimah (tindak pidana) didefinisikan oleh Imam al-Mawardi
sebagai berikut:
‫ﺪ او ﺰ ﺮ‬

‫ز ﺮ ﷲ ﻨﮭﺎ‬

‫ﻈﻮرا ت ﺷﺮ‬

Segala larangan syara’ (melakukan hal-hal yang dilarang dan atau
meninggalkan hal-hal yang diwajibkan) yang diancam dengan hukum had
atau ta’zir.
Dari definisi di atas, jelaslah bahwa Imam al-Mawardi memasukkan
qishash dan diyat ke dalam tindak pidana hudud, sekalipun para ulama
yang lain membedakannya, di antara ulama dewasa ini yang sependapat
dengan pendapat Imam al-Mawardi adalah ‘Abd al-‘aziz’ Amir. Ia
beralasan bahwa qishash dan diyat itu sama-sama di tentukan sebagai
jarimah dan hukumnya di tentukan oleh al-Quran dan al-Hadist.
Jarimah itu memiliki unsur umum dan unsur khusus. Unsur umum
jarimah adalah unsur-unsur yang terdapat pada setiap jenis jarimah,
sedangkan unsur khusus jarimah adalah unsur-unsur yang hanya terdapat
pada jenis jarimah tertentu dan tidak terdapat pada jenis jarimah yang
lain.
Unsur umum jarimah itu, seperti telah dikemukakan diatas, terdiri
atas: unsur formal (al-Rukn al-Syar’iy), yakni telah ada aturannya; (alRukn al-Madi), yakni telah ada perbuatannya; dan (al-Rukn al-Adabiy),

20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

yakni ada pelakunya. Setiap jarimah hanya dapat dihukum, jika
memenuhi ketiga unsur (umum) di atas.
Unsur khusus jarimah adalah unsur yang terdapat pada sesuatu
jarimah, namun tidak terdapat pada jarimah lain. Sebagai contoh,
mengambil harta orang lain secara diam-diam dari tempatnya dalam
jarimah pencurian, atau menghilangkan nyawa manusia oleh manusia
lainnya dalam jarimah pembunuhan.
Jarimah itu dapat di bagi menjadi beberapa macam dan jenis sesuai
dengan aspek yang ditonjolkan. Pada umumnya, para ulama membagi
jarimah berdasarkan aspek berat dan ringannya hukuman serta ditegaskan
atau tidaknya oleh al-Quran atau al-Hadist. Atas dasar ini, mereka
membaginya menjadi tiga macam, yaitu:
a. Jarimah hudud,
b. Jarimah qishash/diyat, dan
c. Jarimah ta’zir. 1
Jarimah hudud, lebih lanjut, meliputi: perzinaan, qadzaf (menuduh
zina), minum khamr (meminum minuman keras), pencurian, perampokan,
pemberontakan, dan murtad.
Jarimah qishash/diyat, meliputi: pembunuhan sengaja, pembunuhan
semi sengaja, pembunuhan karena kesalahan, pelukan sengaja, dan
pelukan semi sengaja dan pembunuhan karena kesalahan. Alasannya alQuran hanya mengenal kedua jenis jarimah tersebut.
Jarimah ta’zir terbagi menjadi tiga bagian:
1

A. Djazuli, Fiqh Jinayah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997).11-13.,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

a. Jarimah hudud atau qishash/diyat yang subhat atau tidak memenuhi
syarat, namun sudah merupakan maksiat. Misalnya, percobaan
pencurian, percobaan pembunuhan, pencurian dikalangan keluarga, dan
pencurian aliran listrik.
b. Jarimah-jarimah yang ditentukan oleh al-Quran dan al-Hadist, namun
tidak ditentukan sanksinya. Misalnya, penghinaan, saksi palsu, tidak
melaksanakan amanah, dan menghina agama.
c. Jarimah-jarimah yang ditentukan oleh Ulul Amri untuk kemaslahatan
umum. Dalam hal ini, nilai ajaran Islam dijadikan

pertimbangan

penentuan kemaslahatan umum. Persyaratan kemaslahatan ini secara
terinci diuraikan dalam bidang studi Ushul Fiqh. Misalnya,
pelanggaran atas peraturan lalu lintas.2
Jarimah dapat ditinjau berdasarkan niat pelakunya. Dari aspek ini,
jarimah dibagi menjadi dua, yaitu: jarimah yang disengaja (al-jarimah al-

masqhudah) dan jarimah karena kesalahan (al-jarimah ghayr almaqshudah jarimah al-khatha’).
Jarimah juga dapat dilihat dari segi mengerjakannya, yaitu dengan
cara berbuat atau melakukan tindak pidana. Jarimah jenis ini disebut
dengan

jarimah

ijabiyah delict

comisionis. Contohnya mencuri

membunuh, merampok, dan sebagainya. Dalam jarimah jenis ini
seseorang melakukan maksiat, karena melakukan hal-hal yang dilarang.
Jarimah jenis lainnya adalah dengan cara tidak melakukan hal-hal yang
diperintahkan, seperti tidak melaksanakan amanah, tidak membayar zakat
2

Ibid., 13-14.,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

bagi orang yang telah wajib membayarnya, dan tidak melaksanakan
shalat. Jarimah jenis ini disebut dengan jarimah salabiyah delict

ommisionis. Dari aspek ini, terdapat juga jarimah bentuk ketiga, yaitu
yang disebut sebagai jarimah ijabiyah taga’u bi thariq al-salab delict

commisionis per ommisionem commisa. Jarimah bentuk ketiga ini
sebagaimana dicontohkan oleh Mazhab Maliki, Syafi’i, dan Hambali,
adalah seseorang menahan tawanan dan tidak memberinya makanan dan
minuman hingga meninggal, dan hal ini dimaksudkannya untuk
membunuhnya. Orang yang menahan itu dikategorikan sebagai pembunuh
sengaja. Sama halnya dengan kasus seorang ibu yang tidak memberi air
susu kepada anaknya dengan maksut untuk membunuhnya. 3
Pembagian jarimah yang juga penting adalah bertolak dari aspek
korban kejahatan. Sehubungan dengan ini, dibedakan apakah korbannya
itu masyarakat atau perorangan. Jika yang menjadi korban masyarakat,
para ulama menyebutnya sebagai hak Allah atau hak jamaah; sedangkan,
jika yang menjadi korbannya perorangan, disebut sebagai hak adami atau

haqq al-afrad.
B. Pengertian Jarimah Ta’zir Dan Jenis-Jenis Jarimah Ta’zir
1.

Pengertian

Ta’zir merupakan salah satu bentuk hukuman yang diancam
kepada pelaku tindak kejahatan yang dijelaskan dalam fiqh jinayat . Ia
merupakan hukuman ketiga setelah hukuman qisas-diyat dan hukuman

3

Ibid., 14-15.,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

hudud. Makna ta’zir juga bisa diartikan mengagungkan dan membantu,
seperti yang difirmankan Allah SWT:
‫ﻴﹰ‬‫ﻜﹾ ﹰ ﺃﺻ‬

‫ﺤ‬

‫ﻗﱢ‬

‫ ﻌﺰ‬ 

 ‫ﻣ ﹺ ﹼ‬ ‫ﹶ ﺆ‬

Artinya: “.Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya. dan bertasbih kepada-Nya
di waktu pagi dan petang.” (surah Al-Fath ayat 9).
Yang dimaksud dari kata ‘Tu’azziruuhu’ dalam ayat diatas adalah
mengagungkannya dan menolongnya. Ta’zir dalam bahas arab diartikan
juga sebagai penghinaan; dikatakan ‘Azzara Fulanun Fulaanan’ yang
artinya ialah bilamana polan yang pertama melakukan penghinaan
terhadap polan yang kedua dengan motivasi memberi peringatan dan
pelajaran kepadanya atas dosa yang telah dilakukan olehnya. 4
Bagi jarimah ta’zir tidak diperlukan asas legalitas secara khusus,
seperti pada jarimah hudud dan qisas diyat . Yang artinya setiap jarimah

ta’zir tidak memerlukan ketentuan khusus satu per satu. Hal tersebut
memang sangat tidak mungkin, bukan saja karena jarimah ta’zir itu
banyak sehingga sulit dihitung, melainkan juga karena sifat jarimah

ta’zir itu sendiri yang labil dan fluktuatif, bisa berkurang atau
bertambah sesuai keperluan.
Oleh karena itu secara buku jenis-jenis jarimah ta’zir tidak efektif
sebab suatu saat akan berubah. Dalam jarimah ta’zir bisa saja satu asas

4

Sayyid Sabiq, fiqih Sunnah Juzz 10, (Bandung :PT. Al-Ma’arif).,159.,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

legalitas untuk beberapa jarimah atau untuk beberapa jarimah yang
memiliki kesamaan maka tidak diperlukan ketentuan khusus. 5
Jika dilihat dari sumbernya ada dua bentuk jarimah ta’zir, yakni

jarimah ta’zir penguasa (ulil amri) dan jarimah ta’zir shara’. Kedua jenis
jarimah ta’zir tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Hakim dapat
menjatuhkan beberapa macam sanksi ta’zir kepada pelaku jarimah
berdasarkan pertimbangan-pertimbangannya. 6


Unsur-unsur
Unsur-unsur dijatuhkannya hukuman ta’zir bagi pelaku jarimah,

antara lain:
a.

Nas

(al-Qur’an

dan

hadis

yang

melarang

perbuatan

dan

mengancamkan hukuman terhadapnya, dan unsur ini biasanya
disebut sebagai unsur formil (rukun syara’).
b.

Adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa
perbuatan-perbuatan nyata ataupun sikaptidak berbuat. Dan unsur
ini biasanya disebut sebagai unsur materil.

c.

Pelaku adalah orang mukallaf, yaitu orang yang dimintai
pertanggung jawabannya atas perbuatan jarimah tersebut. Dan
unsur ini biasanya disebut unsur moril. 7


Macam-macam jarimah ta’zir

5

Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (fiqh jinayah), (Bandung :Pustaka Setia, 2000), 140.,
Ibid., 143.,
7
Ahmad. Djazuli,Fiqh Jinayah, (Jakarta :PT. Grafindo Persada 1992)., 161.,
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Dalam uraian yang lalu telah dijelaskan bahwa dilihat dari hak
yang dilanggar, jarimah ta’zir dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Jarimah ta’zir yang menyinggung hak Allah.
2. Jarimah ta’zir yang menyinggung hak individu.
Dari segi sifatnya, jarimah ta’zir dapat dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu:

a. Ta’zir karena melakukan perbuatan maksiat.
b. Ta’zir

karena

melakukan

perbuatan

yang

membahayakan

kepentingan umum.

c. Ta’zir karena melakukan pelanggaran.
Disamping itu, dilihat dari segi dasar hukum (penetapannya), ta’zir
juga dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Jarimah ta’zir yang berasal dari jarimah-jarimah hudud dan qishash,
tetapi syarat-syaratnya tidak terpenuhi, atau ada syubhat, seperti
pencurian yang tidak mencapai nishab, atau oleh keluarga sendiri.
2. Jarimah ta’zir yang jenisnya disebutkan dalam nas syara’ tetapi
hukumannya belum ditetapkan, seperti riba, suap, dan mengurangi
takaran dan timbangan.
3. Jarimah ta’zir yang baik jenis maupun sanksinya belum ditentukan
oleh syara’.
Jenis ketiganya ini sepenuhnya diserahkan kepada ulil amri, seperti
pelanggaran disiplin pegawai pemerintah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Abdul Aziz Amir membagi jarimah ta’zir secara rinci dibagi
menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan pembunuhan
Pembunuhan diancam dengan hukuman mati. Apabila hukuman mati
(qishash) dimaafkan maka hukumnya diganti dengan diat. Apabila
hukuman diat dimaafkan juga maka ulil amri berhak menjatuhkan
hukuman ta’zir apabila hal iti dipandang lebih maslahat.
2. Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan pelukaan
Menurut Imam Malik, hukuman ta’zir dapat digabungkan dengan

qishash dalam jarimah pelukaan, karena qishash merupakan hak
adami, sedangkan ta’zir sebagai imbalan atas hak masyarakat.
Disamping itu ta’zir juga dapat dikenakan terhadap jarimah
pelukaan apabila qishashnya dimaafkan atau tidak bisa dilaksanakan
karena suatu sebab yang dibenarkan oleh syara’.
3. Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan kejahatan terhadap kehormatan
dan kerusakan akhlak
Jarimah ta’zir macam yang ketiga ini berkaitan dengan jarimah zina,
menuduh zina, dan penghinaan. Diantara kasus perzinaan yang
diancam dengan ta’zir adalah perzinaan yang tidak memenuhi syarat
untuk dikenakan hukuman had, atau terdapat syubhat dalam
pelakunya, perbuatannya, atau tempat (objeknya).
4. Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan harta

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Jarimah yang berkaitan dengan harta adalah jarimah pencurian dan
perampokan. Apabila kedua jarimah tersebut syarat-syaratnya telah
dipenuhi maka pelaku dikenakan hukuman had. Akan tetapi, apabila
syarat untuk dikenakannya hukuman had tidak terpenuhi maka
pelaku tidak dikenakan hukuman had, melainkan hukuman ta’zir.
5. Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan kemaslahatan individu
Jarimah ta’zir yang termasuk dalam kelompok ini, antara lain seperti
saksi palsu, berbohong (tidak memberikan keterangan yang benar) di
depan sidang pengadilan, menyakiti hewan, melanggar hak privacy
orang