Atraktan Dari Nabati Alami Lokal
Gambar 1. Metanol dan Etanol (kiri) botol perangkap
Gambar 2. Botol perangkap perlakuan campuran Metanol dan Etanol (C). Wadah botol aqua yang didalamnya terdapat bungkus platik yang mengandung atraktan. Diisi dengan air sabun. Botol aqua dilobangi 2 (lebar) x 8 (tinggi) cm di sisi botol. Botoldigantung pada ketinggian 1.2 m di atas tanah pada ranting. Atraktan lepas ke udara sebagai uap/gas secara perlahan-lahan. Karena tertarik
(19)
dengan wangi atraktan, PBKo betina akan masuk ke dalam wadah atraktan tersebut. Benturan PBKo dengan didinding bahagian dalam akan membuat PBKo jatuh ke dalam larutan sabun di bahagian bahwa botol, sehingga PBKo tidak dapat terbang lagi atau terperangkap. Akhirnya PBKo tersebut mati.
(20)
Gambar 4. Botol perangkap perlakuan campuran Etanol (E)
(21)
Gambar 6. Botol perangkap perlakuan tuak (T)
Gambar 7. Botol perangkap perlakuan dengan air (kontrol, K)
Parameter adalah jumlah PBKo yang mati dalam botol perangkap. Pada saat pengamatan, air dikeluarkan dari wadah (Gambar 5)
(22)
Gambar 5. Pengeluaran air dari wadah
=
Untuk lebih memastikan, pengamatan menggunakan kaca pembesar (Gambar 6).
Gambar 5. Pengamatan menggunakan kaca pembesar
Data percobaan dianalisa dengan Uji-F. Bila Uji-F menunjukkan perbedaan yang nyata, maka perbedaan antarrataan perlakuan diuji dengan Uji Duncan. Saran kebijakan diformulasi berdasarkan hasil wawancara dan percobaan.
2. Peralatan dan bahan 4.1. Peralatan
Kamera, Laptop, gelas ukur, cutter, tali rafia, kaca pembesar, botol, kantong plastk, dan lain-lain.
4.2. Bahan
(23)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Intensitas Serangan PBKo
Hasil pengamatan tentang intensitas serangan PBKo di Dairi (Tabel 4.1), Samosir (Tabel 4,2), Humbang Hasundutan (Tabel 4.3) dan Tapanuli Utara (4.4) menunjukkan tingkat infeksi buah bervariasi antara 21.8% hingga 31.5% dengan intensitas tertinggi terdapat di Dairi (85.8%). Tingkat serangan PBKo inisedikit lebih rendah dari tingkat serangan pada tahun 2010 (Malau 2010).
Table 4.1. Tingkat infeksi PBKo pada cabang, buku dan buah kopi di Dairi Regency (n = 27 tanaman)
Nr Umur tanaman (tahun) Cabang terinfeksi (%) Buku yang mengandung buah yang terinfeksi (%) Buah terinfeksi (%)
1 Minimun 3 20.5 26.3 12.8
2 Maksimum 9 93.2 63.6 85.8
3 Rata-rata 5.2 54.3 48.9 31.5
4 Median 4 54.5 51.1 36.2
5 Modus 5 62.4 58.2 46.1
Tabel 4.2. Tingkat infeksi PBKo pada cabang, buku dan buah kopi di Samosir (n = 27) Nr Umur tanaman (tahun) Cabang terinfeksi (%) Buku yang mengandung buah yang terinfeksi (%) Buah terinfeksi (%)
1 Minimun 4 13.4 24.3 6.5
2 Maksimum 12 77.1 85.2 69.9
3 Rata-rata 5.5 55.2 33.6 21.8
4 Median 5 55.9 46.1 20.2
(24)
Tabel 4.3. Tingkat infeksi PBKo pada cabang, buku dan buah kopi di Humbang Hasundutan (n = 27)
Nr Umur tanaman (tahun) Cabang terinfeksi (%) Buku yang mengandung buah yang terinfeksi (%) Buah terinfeksi (%)
1 Minimun 3 45.5 21.8 5.1
2 Maksimum 10 69.8 69.3 45.2
3 Rata-rata 5.2 51.6 45.6 27.1
4 Median 4 43.8 36.9 20.1
5 Modus 5 48.5 38.4 19.5
Table 4.4. Tingkat infeksi PBKo pada cabang, buku dan buah kopi di Tapanuli Utara (n =27)
Nr Umur tanaman (tahun) Cabang terinfeksi (%) Buku yang mengandung buah yang terinfeksi (%) Buah terinfeksi (%)
1 Minimun 3 25.9 25.4 9.2
2 Maksimum 9 80.5 77.5 40.3
3 Rata-rata 5.2 45.3 50.3 23.2
4 Median 4 43.8 39.1 31.6
5 Modus 5 49,5 40.2 33.5
4.2. Hasil Percobaan Atraktan
Pengaruh atraktan buatan methanol dan etanol berbeda nyata dengan air (kontrol) (Tabel 4.5) sebagaimana juga ditunjukkan dan dilaporkan oleh para peneliti dan lembaga-lembaga berwewenang (Bioworks 2011, IPM 2009, Kucel, Kangire dan Egonyu 2011, Kumar 2010, Fürst dan Bergleiter 2010, Sate of Hawaii Dept Agriculture 2011).
(25)
Hasil percobaan di Dairi menunjukkan bahwa pengaruh antraktan cairan tape beras pulut tidak berbeda dengan etanol (Tabel 4.5). Pengaruh antraktan cairan tape beras pulut lebih baik dari tuak. Pengaruh atraktan tuak lebih baik daripada air (kontrol). Hasil penelitian ini yang menggunakan cairan tape beras dan tuak tidak dapat dikonfrotir dengan hasil-hasil penelitian sejenis karena memang belum ada penelitian yang seperti ini dilaksanakan oleh orang lain.
Tabel 4.5. PBKo yang mati dalam perangkap
Atraktan
Total PBKo yang mati dalam
wadah (ekor)
Rataan PBKo yang mati dalam wadah
(ekor)
Campuran Metanol dengan Etanol 3.512 878a
Metanol 2.732 683b
Etanol 2.208 552c
Cairan Tape Beras Pulut 1.888 472c
Tuak 908 227d
Kontrol 284 71e
Total 11.532 2.883
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda, berbeda nyata pada
taraf Uji
œ
= 5% berdasarkan Uji Dunkan4.3. Gambaran Pengetahuan Budidaya dan Proteksi Kopi di Level Petani Kopi
Dalam aspek cara atau teknik pembudidayaan tanaman kopi, pengetahuan petani kopi sangat cukup beragam (Tabel 4.6). Akan tepai masalah tersebut terutama menyangkut teknik mengatasi serangan hama dan penyakit tanaman
(26)
(35.2%). Teknik menanam merupakan masalah bagi sebagian kecil bagi petani kopi (2.1%).
Tabel 4.6. Gambaran petani kopi dalam aspek teknik pembudidayaan kopi (n =40)
No aspek teknik pembudidayaan kopi % Ranking 1 Kurang mengetahui teknik mengatasi serangan hama dan penyakit tanaman 35.2 1
2 Kurang mengetahui teknik penanganan setelah panen (Pascapanen) 25.5 2
3 Kurang mengetahui kegunaan dan teknik pembuatan pupuk
kandang/kompos/organik 14.2
3
4 Kurang mengetahui teknik pemupukan 12.1 4
5 Kurang mengetahui teknik pemanenan 10.9 5 6 Kurang mengetahui teknik menanam 2.1 6
Jumlah 100,0
Masalah petani kopi dalam aspek sarana cukup beragam, tetapi yang paling utama adalah ketersediaan pupuk kimia (anorganik) di pasar (45.1%), dan yang paling terakhir adalah ketersediaan peralatan pertanian (4.3%) (Tabel 4.7).
Tabel 4.7. Masalah utama dalam aspek sarana (n =40)
No Masalah Pelaku Utama dalam aspek sarana % Ranking 1 Kurang tersedia pupuk kimia (anorganik) di pasar 45.1 1 2 Kurang tersedia Pestisida dan herbisida 27.2 2
3 Kurang tersedia benih/bibit unggul 23.4 3
4 Kurang tersedia peralatan pertanian 4.3 4 Jumlah 100,0
Kebanyak petani kopi mengakui bahwa (67,5%) berpendapat bahwa penyuluhan sangat penting (Tabel 4.8). Sedikit (5.1%) petani kopi yang
(27)
menganggap penyuluhan kurang penting, dan hanya sangat sedikit (2.3%) menganggap penyuluhan kurang penting.
Tabel 4.8 Tanggapan petani kopi terhadap penyuluhan (n = 40)
No Tanggapan Pelaku Utama terhadap penyuluhan % Ranking 1 Sangat penting 67.5 1
2 Penting 25.1 2
3 Kurang penting 5.1 3 4 Tidak penting 2.3 4
Jumlah 100,0
4.4. Gambaran respons dan kesiapan masyarakat tentang pemanfaatan bahan alami lokal untuk proteksi tanaman kopi.
Hampir keseluruan (84.5%) petani berpendapat bahwa pemanfaatan bahan alami lokal untuk proteksi tanaman kopi sangat penting, hanya 2,8% menganggapnya tidak penting (Tabel 4.9).
Tabel 4.9 Tanggapan petani kopi terhadap penyuluhan (n = 40)
No
pemanfaatan bahan alami lokal untuk
proteksi tanaman kopi %
Ranking
1 Sangat penting 84.5 1
2 Penting 10.7 2
3 Kurang penting 2.0 3 4 Tidak penting 2.8 4
(28)
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Dari hasil-hasil penelitian ini dapa disimpulkan sebagai berikut.
1. Bahan alami lokal cairan tape beras sama efektifnya dengan bahan buatan etanol sebagai atraktan.
2. Pengetahun petani kopi tentang budidaya kopi tidak cukup baik, Dua masalah utama yang belum dikuasi oleh petani adalah teknik mengatasi serangan hama dan penyakit tanaman serta teknik penanganan setelah panen (Pascapanen). Dalam hal sarana, dua kesulitan utama yang dialami petani adalah kurangnya ketersediaan pupuk organik dan pestisida dan herbisida di pasar. Petani kopi berpendapat bahwa penyuluhan sangat penting buat mereka.
3. Petani kopi antusias terhadap rencana penggunaan bahan alami sebagai atraktan.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil-halil penelitian ini disarankan sebagai berikut.
1. Gubernur dan DPRD Sumatera utara perlu menetapkan bahwa arah kebijakan pengembangan kopi Sumatera Utara adalah meningkatkan produktivitas melalui pemanfaatan bahan-bahan alami lokal sebagai pestisida.
(29)
2. Untukmewujudkan kebijkan tersebut, Badan Penelitian dan Pengembangan perlu semakin mendorong dan memfasilitasi penelitian dan pengembangan bahan-bahan alami lokal sebagai pestisida.
3. Pada tataran operasional, Dinas Pertanian dan Perkebunan perlu meningkatkan jumlah penyuluh dan penyediaan bahan-bahan alami lokal untuk mengendalikan PBKo.
(30)
DAFTAR PUSTAKA
Ameä rico Ortiz, Aristoä feles ortiz,† fernando e. Vega, and Francisco posada. 2004.
Volatile Composition of Coffee Berries at Different Stages of Ripeness and Their Possible Attraction to the Coffee Berry Borer Hypothenemus hampei (Coleoptera: Curculionidae)
Bioworks. 2011. Control Of The Coffee Berry Borer. BPS. 2011. Sumut Dalam Angka.
Gomez and Gomez. 1984. Statistical Procedure for Agricultural Research.
IPM. 2009. Specialists and Scientists in Puerto Rico Tackle the Coffee Berry Borer. Kucel, P., A. Kangire and J. P. Egonyu. 2011. Status and Current Research Strategies
Status and Current Research Strategies for Management of the Coffee Berry Borer (Hypothenemus hampei Ferr) in Africa.
Kumar, PKV. 2010. Managing The Coffee Berry Borer The Indian Experience. Malau, S. 2006. Perancangan Percobaan. UHN.
Malau, S. 2010. Serangan Penggerek Buah Kopi dan Dampaknya di Samosir.
Malau, S. 2010. Infection of Coffee Berry Borer in North Sumatera Province of Indonesia. Survey Report. USAID.
Manfred Fürst, and Stefan Bergleiter. 2010. Biological Control of Coffee Berry Borer in Organic Coffee.
Sate of Hawaii, Dept Agriculture. 2011. Coffee Berry Borer Hypothenemus hampei (Ferrari) (Coleoptera: Curculionidae: Scolytinae).
(1)
Hasil percobaan di Dairi menunjukkan bahwa pengaruh antraktan cairan tape beras pulut tidak berbeda dengan etanol (Tabel 4.5). Pengaruh antraktan cairan tape beras pulut lebih baik dari tuak. Pengaruh atraktan tuak lebih baik daripada air (kontrol). Hasil penelitian ini yang menggunakan cairan tape beras dan tuak tidak dapat dikonfrotir dengan hasil-hasil penelitian sejenis karena memang belum ada penelitian yang seperti ini dilaksanakan oleh orang lain.
Tabel 4.5. PBKo yang mati dalam perangkap
Atraktan
Total PBKo yang mati dalam
wadah (ekor)
Rataan PBKo yang mati dalam wadah
(ekor)
Campuran Metanol dengan Etanol 3.512 878a
Metanol 2.732 683b
Etanol 2.208 552c
Cairan Tape Beras Pulut 1.888 472c
Tuak 908 227d
Kontrol 284 71e
Total 11.532 2.883
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda, berbeda nyata pada taraf Uji
œ
= 5% berdasarkan Uji Dunkan4.3. Gambaran Pengetahuan Budidaya dan Proteksi Kopi di Level Petani Kopi Dalam aspek cara atau teknik pembudidayaan tanaman kopi, pengetahuan petani kopi sangat cukup beragam (Tabel 4.6). Akan tepai masalah tersebut terutama menyangkut teknik mengatasi serangan hama dan penyakit tanaman
(2)
26 Kajian Tentang Pengaruh Atraktan Dari Nabati Alami Lokal dan Buatan untuk Memerangkap Hama Penggerek (35.2%). Teknik menanam merupakan masalah bagi sebagian kecil bagi petani kopi (2.1%).
Tabel 4.6. Gambaran petani kopi dalam aspek teknik pembudidayaan kopi (n =40)
No aspek teknik pembudidayaan kopi % Ranking
1 Kurang mengetahui teknik mengatasi serangan hama dan penyakit tanaman 35.2 1 2 Kurang mengetahui teknik penanganan setelah panen (Pascapanen) 25.5 2 3 Kurang mengetahui kegunaan dan teknik pembuatan pupuk
kandang/kompos/organik 14.2
3
4 Kurang mengetahui teknik pemupukan 12.1 4
5 Kurang mengetahui teknik pemanenan 10.9 5
6 Kurang mengetahui teknik menanam 2.1 6
Jumlah 100,0
Masalah petani kopi dalam aspek sarana cukup beragam, tetapi yang paling utama adalah ketersediaan pupuk kimia (anorganik) di pasar (45.1%), dan yang paling terakhir adalah ketersediaan peralatan pertanian (4.3%) (Tabel 4.7).
Tabel 4.7. Masalah utama dalam aspek sarana (n =40)
No Masalah Pelaku Utama dalam aspek sarana % Ranking 1 Kurang tersedia pupuk kimia (anorganik) di pasar 45.1 1 2 Kurang tersedia Pestisida dan herbisida 27.2 2 3 Kurang tersedia benih/bibit unggul 23.4 3 4 Kurang tersedia peralatan pertanian 4.3 4
Jumlah 100,0
Kebanyak petani kopi mengakui bahwa (67,5%) berpendapat bahwa penyuluhan sangat penting (Tabel 4.8). Sedikit (5.1%) petani kopi yang
(3)
menganggap penyuluhan kurang penting, dan hanya sangat sedikit (2.3%) menganggap penyuluhan kurang penting.
Tabel 4.8 Tanggapan petani kopi terhadap penyuluhan (n = 40) No Tanggapan Pelaku Utama terhadap penyuluhan % Ranking
1 Sangat penting 67.5 1
2 Penting 25.1 2
3 Kurang penting 5.1 3
4 Tidak penting 2.3 4
Jumlah 100,0
4.4. Gambaran respons dan kesiapan masyarakat tentang pemanfaatan bahan alami lokal untuk proteksi tanaman kopi.
Hampir keseluruan (84.5%) petani berpendapat bahwa pemanfaatan bahan alami lokal untuk proteksi tanaman kopi sangat penting, hanya 2,8% menganggapnya tidak penting (Tabel 4.9).
Tabel 4.9 Tanggapan petani kopi terhadap penyuluhan (n = 40)
No
pemanfaatan bahan alami lokal untuk
proteksi tanaman kopi %
Ranking
1 Sangat penting 84.5 1
2 Penting 10.7 2
3 Kurang penting 2.0 3
4 Tidak penting 2.8 4
(4)
28 Kajian Tentang Pengaruh Atraktan Dari Nabati Alami Lokal dan Buatan untuk Memerangkap Hama Penggerek BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil-hasil penelitian ini dapa disimpulkan sebagai berikut.
1. Bahan alami lokal cairan tape beras sama efektifnya dengan bahan buatan etanol sebagai atraktan.
2. Pengetahun petani kopi tentang budidaya kopi tidak cukup baik, Dua masalah utama yang belum dikuasi oleh petani adalah teknik mengatasi serangan hama dan penyakit tanaman serta teknik penanganan setelah panen (Pascapanen). Dalam hal sarana, dua kesulitan utama yang dialami petani adalah kurangnya ketersediaan pupuk organik dan pestisida dan herbisida di pasar. Petani kopi berpendapat bahwa penyuluhan sangat penting buat mereka.
3. Petani kopi antusias terhadap rencana penggunaan bahan alami sebagai atraktan.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil-halil penelitian ini disarankan sebagai berikut.
1. Gubernur dan DPRD Sumatera utara perlu menetapkan bahwa arah kebijakan pengembangan kopi Sumatera Utara adalah meningkatkan produktivitas melalui pemanfaatan bahan-bahan alami lokal sebagai pestisida.
(5)
2. Untukmewujudkan kebijkan tersebut, Badan Penelitian dan Pengembangan perlu semakin mendorong dan memfasilitasi penelitian dan pengembangan bahan-bahan alami lokal sebagai pestisida.
3. Pada tataran operasional, Dinas Pertanian dan Perkebunan perlu meningkatkan jumlah penyuluh dan penyediaan bahan-bahan alami lokal untuk mengendalikan PBKo.
(6)
30 Kajian Tentang Pengaruh Atraktan Dari Nabati Alami Lokal dan Buatan untuk Memerangkap Hama Penggerek DAFTAR PUSTAKA
Ameä rico Ortiz, Aristoä feles ortiz,† fernando e. Vega, and Francisco posada. 2004.
Volatile Composition of Coffee Berries at Different Stages of Ripeness and Their Possible Attraction to the Coffee Berry Borer Hypothenemus hampei (Coleoptera: Curculionidae)
Bioworks. 2011. Control Of The Coffee Berry Borer. BPS. 2011. Sumut Dalam Angka.
Gomez and Gomez. 1984. Statistical Procedure for Agricultural Research.
IPM. 2009. Specialists and Scientists in Puerto Rico Tackle the Coffee Berry Borer. Kucel, P., A. Kangire and J. P. Egonyu. 2011. Status and Current Research Strategies
Status and Current Research Strategies for Management of the Coffee Berry Borer (Hypothenemus hampei Ferr) in Africa.
Kumar, PKV. 2010. Managing The Coffee Berry Borer The Indian Experience. Malau, S. 2006. Perancangan Percobaan. UHN.
Malau, S. 2010. Serangan Penggerek Buah Kopi dan Dampaknya di Samosir.
Malau, S. 2010. Infection of Coffee Berry Borer in North Sumatera Province of Indonesia. Survey Report. USAID.
Manfred Fürst, and Stefan Bergleiter. 2010. Biological Control of Coffee Berry Borer in Organic Coffee.
Sate of Hawaii, Dept Agriculture. 2011. Coffee Berry Borer Hypothenemus hampei (Ferrari) (Coleoptera: Curculionidae: Scolytinae).