Pesantren Teknologi Informasi Tujuh Hari
PESANTREN TEKNOLOGI INFORMASI TUJUH HARI
SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
DALAM MASYARAKAT INFORMASI
Rinda Cahyana1
Jurnal Algoritma
Sekolah Tinggi Teknologi Garut
Jalan Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut 44151 Indonesia
Email : [email protected]
1
[email protected]
Abstrak – Kecerdasan TI (teknologi informasi) berkaitan dengan penggunaan TI secara efisien dan
efektif yang dicapai dengan pemahaman dan pengalaman pengetahuan relevan dari berbagai bidang
ilmu. Salah satu diantara bidang ilmu yang menunjang cerdas TI adalah agama Islam. Fiqh
kontemporer dalam bidang TI memberikan pemahaman bagaimana TI digunakan secara cerdas
sehingga tidak merugikan siapapun. Kesempatan Ramadhan dapat digunakan untuk melaksanakan
edukasi keahian TI dasar sebagai salah satu tahapan pembangunan masyarakat informasi, yang tidak
hanya untuk mencapai melek TI tetapi juga cerdas TI dengan fiqih Islam.
Kata Kunci – Pesantren, Teknologi Informasi, Sumber Daya Manusia, Masyarakat Informasi
I.
PENDAHULUAN
Pesantren merupakan sarana edukasi untuk membangun pemahaman keagamaan secara
umum atau dalam bidang keagamaan tertentu. Pada bulan Ramadhan, muncul di tengah umat Islam
kecenderungan untuk mengikuti kajian keagamaan dalam waktu libur yang tersedia atau dalam
waktu senggang untuk memperbanyak pahala berlipat dari amal kebaikan tersebut. Hal ini salah
satu diantaranya juga dipicu dengan munculnya sarana edukasi yang berdiri sementara waktu
selama bulan Ramadhan dengan tujuan sama dengan Pesantren. Umumnya orang mengenalnya
dengan sebutan pesantren kilat, di mana kata kilat di sana bermakna singkat hanya beberapa hari
saja, mulai dari tujuh hari hingga satu bulan penuh.
Sementara itu pembangunan masyarakat informasi tidak perlu berhenti dengan
datangnya bulan Ramadhan. Salah satu tahap pembangunan masyarakat informasi yakni
pelatihan dasar TI (teknologi informasi) dasar [1] dapat dilaksanakan pada bulan Ramadhan dengan
memperhatikan kebutuhan masyarakat akan cerdas TI berbasis agama. Cerdas TI adalah satu
keadaan dimana seseorang dapat mengambil keuntungan dari TI secara efektif dan efisien.
Kecerdasan TI seseorang dapat dibangun atau ditingkatkan dengan memberikan pemahaman dari
berbagai bidang ilmu, tidak hanya ilmu agama saja. Misalnya seseorang dapat mengambil
keuntungan dari TI secara efisien karena ia bisa menghindari pengeluaran untuk pengobatan sakit
yang disebabkan karena cara penggunaan TI yang tidak sehat. Dalam konteks pesantren kilat, yang
menjadi pertanyaan adalah bagaimana rancangan pesantren TI tujuh hari yang memberikan melek
TI dan cerdas TI berbasis agama kepada masyarakat?
II.
LANDASAN TEORI
Istilah cerdas TI ini dikaitkan dengan pernyataan Weill dan Ross [2] di mana butuh lebih
dari sekedar investasi untuk mendapatkan nilai dari TI, karena keuntungan yang diperoleh secara
ISSN : 2302-7339 Vol. 11 No. 01 2014
signifikan dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan TI. Berdasarkan pendapat O’brian dan Marakas [3],
kecerdasan TI harus membawa kepada efisiensi dan efektif dalam pemanfaatan TI. Agama sebagai
penentu kecerdasan TI menyebabkan pelanggaran ajaran agama dapat menurunkan kecerdasan TI
dan taat kepada ajaran agama bisa meningkatkan kecerdasan TI. Misalnya apabila ajaran agama
tentang transaksi online diamalkan, maka pengamalnya sampai kepada keuntungan yang
diharapkan. Namun apabila dilanggar maka pengamalnya dapat mengalami proses transaksi yang
tidak efisien sehubungan dengan barang yang dibeli kondisinya tidak sesuai dengan harapan
sehingga ia harus membelinya lagi.
Materi Cerdas TI dapat mengikuti materi melek TI. Melek TI adalah kondisi di mana
seseorang beranjak dari kondisi buta TI menjadi mengenal dan dapat menggunakan TI, misalnya
dapat mencari informasi dengan menggunakan aplikasi mesin pencari [4,5]. Mengupayakan
masyarakat agar melek TI merupakan salah satu dari usaha pengembangan sumber daya manusia
dalam bidang TI dengan tujuan agar setiap orang dapat berpartisipasi penuh dalam masyarakat
informasi. Pengembangannya menurut International Telecommuication Union [6] melalui cara
berikut:
1. Menjadikan setiap orang memiliki keahlian dasar sehingga dapat menggunakan TI dalam
keseharian hidup mereka.
2. Meningkatkan melek TI dalam populasi secara keseluruhan, termasuk menambah jumlah
personel terlatih dalam area lanjutan.
Untuk pengembangan tersebut diperlukan sarana yang menyediakan edukasi TI secara
berkelanjutan, sehingga setiap orang dari generasi ke generasi berkesempatan untuk terbebas dari
buta TI atau menjadi melek dan cerdas TI. Pesantren dapat berperan sebagai sarana edukasi ini
khususnya karena pesantren memiliki kemampuan untuk memberikan cerdas TI berbasis agama
kepada masyarakat. Dalam bulan ramadhan sarana ini dapat berwujud pesantren TI tujuh hari.
Keahlian TI yang diberikan dalam pesantren TI tujuh hari adalah keahlian TI dasar dan
lanjutan. Keahlian TI dasar menurut Acevendo [1] adalah keahlian yang diperlukan oleh umumnya
pengguna komputer mulai dari produksi konten hingga distribusinya di internet. Sementara
keahlian TI pada area lanjutan bertujuan untuk menciptakan personel terlatih. Personel terlatih
dalam konteks pembangunan sumber daya manusia dalam masyarakat informasi diperlukan tidak
hanya untuk mengajarkan kembali keahlian TI dasar yang telah dikuasainya kepada masyarakat
buta TI tetapi juga memasang perangkat TI yang digunakan dalam pelatihan keahlian TI dasar dan
memeliharanya agar bisa digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dengan memperhatikan pengertian keahlian dasar dari Acevendo [1], maka relasi melek TI
dengan cerdas TI dalam konteks keahlian TI dasar dapat distrukturkan sebagaimana terlihat dalam
gambar 1. Struktur keahlian tersebut menggambarkan kebutuhan umum untuk bisa mengakses TI,
serta menggunakannya untuk memproduksi dan menyebarkan konten dalam jaringan komputer.
Struktur tersebut telah disusun secara sistematis, di mana sebelum seseorang menggunakan aplikasi
yang tidak terhubung jaringan / offline untuk memproduksi konten, ia harus dapat menyalakan
komputer serta mengelola berkas sebagai produk kerja informasi. Selain itu diajarkan pula
bagaimana agar kerja kolaboratif atau penyebaran konten menjadi efisien dengan jaringan komputer
atau menggunakan aplikasi dalam jaringan / online.
http://jurnal.sttgarut.ac.id
2
Jurnal Algoritma Sekolah Tinggi Teknologi Garut
Gambar 1. Struktur keahlian dasar TI
Jika struktur yang terdiri dari empat kelompok keahlian ini diturunkan ke dalam keahlian
yang lebih spesifik, maka materi edukasi TI yang terbentuk akan sangat banyak. Materi keahlian
dasar TI yang banyak ini dapat diberikan kepada personel terlatih yang akan menjalankan
edukasi TI dasar untuk masyarakat informasi dalam kesempatan edukasi yang lebih panjang
waktunya dari pada pesantren TI tujuh hari, misalnya dalam program edukasi bagi calon relawan
Kelompok Penggerak Masyarakat Informasi. Untuk melaksanakan edukasi dalam waktu tujuh hari,
maka materi yang dipilih dapat hanya seputar keahlian terpentingnya saja atau pengkayaan keahlian
TI dasar yang sudah diberikan atau keahlian terkait tips dan trik. Materi ini dapat disampaikan oleh
personel terlatih dari komunitas TI, organisasi relawan TI, perguruan tinggi, atau organisasi lainnya.
Gambar 2. Penentuan materi untuk pesantren TI
Sementara untuk materi cerdas TI berdasar agama, materinya dapat seputar isu penting
terkait keahlian TI dasarnya. Misalnya dalam keahlian TI dasar mengelola berkas / file, agama
dapat memberikan pemahaman hukum agama / fiqh tentang mengelola berkas yang mengandung
konten haram, yang merugikan diri sendiri dan orang lain baik di dunia maupun di akhirat. Sifat
dari cerdas TI ini sebagai kendali agar pemanfaatan TI tidak mengarah kepada kondisi yang
merugikan baik di dunia ataupun di akhirat. Personel yang kompeten menyampaikan materi fiqh TI
ini adalah pengajar yang menguasai fiqh kontemporer. Dengan adanya integrasi keahlian TI dengan
pemahaman agama ini, diharapkan peserta dapat menggunakan keahliannya dengan
memperhatikan ajaran agama, sehingga menghasilkan amal yang penuh berkah dan terhindar dari
kerusakan amal.
IV.
KESIMPULAN
Pesantren TI yang diselenggarakan tujuh hari menyediakan kesempatan kepada setiap
orang untuk mencapai melek TI dengan keahlian dasar TI yang diperlukan untuk memperoleh
keuntungan kompetitif, serta mencapai cerdas TI dengan ajaran agama agar keuntungan tersebut
tidak hanya di dunia saja tetapi juga di akhirat sana. Materi yang disampaikan dalam pesantren TI
3
© 2014 Jurnal STT-Garut All Right Reserved
ISSN : 2302-7339 Vol. 11 No. 01 2014
tujuh hari meliputi keahlian dasar TI pilihan dan fiqh kontemporer terkait keahlian dasar TI yang
dipilih. Dalam pelaksananaannya, pesantren TI tujuh hari melibatkan instruktur dari kelompok
bidang TI dan agama.
V.
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
REFERENSI
Acevedo,
M.
(2005)
Volunteering
in
the
information
society.
http://ictlogy.net/bibliography/reports/projects.php?idp=1284
Weill, P. & Ross, J. W. (2004). IT governance: How top performers manage. IT decision
rights for superior results (Hardcover). Harvard Business School Press Books.
O’Brian, J., A., dan Marakas, G., M. (2005). Management Information System. Edisi
Kedelapan. McGraw Hill.
Rab, A. (2007). Digital Culture – Digitalised culture and culture created on a digital platform.
http://www.ittk.hu/netis/doc/ISCB_eng/11_Rab_final.pdf
Andretta, S. (2005) Information literacy: a practitioner’s guide. Chandos Publishing, Oxford.
International Telecommunication Union (2002) Element and principles on th information society. http://www.itu.int/osg/spu/wsis-themes/access/ Diunduh dari internet tanggal 6 Mei
2013
http://jurnal.sttgarut.ac.id
4
SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
DALAM MASYARAKAT INFORMASI
Rinda Cahyana1
Jurnal Algoritma
Sekolah Tinggi Teknologi Garut
Jalan Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut 44151 Indonesia
Email : [email protected]
1
[email protected]
Abstrak – Kecerdasan TI (teknologi informasi) berkaitan dengan penggunaan TI secara efisien dan
efektif yang dicapai dengan pemahaman dan pengalaman pengetahuan relevan dari berbagai bidang
ilmu. Salah satu diantara bidang ilmu yang menunjang cerdas TI adalah agama Islam. Fiqh
kontemporer dalam bidang TI memberikan pemahaman bagaimana TI digunakan secara cerdas
sehingga tidak merugikan siapapun. Kesempatan Ramadhan dapat digunakan untuk melaksanakan
edukasi keahian TI dasar sebagai salah satu tahapan pembangunan masyarakat informasi, yang tidak
hanya untuk mencapai melek TI tetapi juga cerdas TI dengan fiqih Islam.
Kata Kunci – Pesantren, Teknologi Informasi, Sumber Daya Manusia, Masyarakat Informasi
I.
PENDAHULUAN
Pesantren merupakan sarana edukasi untuk membangun pemahaman keagamaan secara
umum atau dalam bidang keagamaan tertentu. Pada bulan Ramadhan, muncul di tengah umat Islam
kecenderungan untuk mengikuti kajian keagamaan dalam waktu libur yang tersedia atau dalam
waktu senggang untuk memperbanyak pahala berlipat dari amal kebaikan tersebut. Hal ini salah
satu diantaranya juga dipicu dengan munculnya sarana edukasi yang berdiri sementara waktu
selama bulan Ramadhan dengan tujuan sama dengan Pesantren. Umumnya orang mengenalnya
dengan sebutan pesantren kilat, di mana kata kilat di sana bermakna singkat hanya beberapa hari
saja, mulai dari tujuh hari hingga satu bulan penuh.
Sementara itu pembangunan masyarakat informasi tidak perlu berhenti dengan
datangnya bulan Ramadhan. Salah satu tahap pembangunan masyarakat informasi yakni
pelatihan dasar TI (teknologi informasi) dasar [1] dapat dilaksanakan pada bulan Ramadhan dengan
memperhatikan kebutuhan masyarakat akan cerdas TI berbasis agama. Cerdas TI adalah satu
keadaan dimana seseorang dapat mengambil keuntungan dari TI secara efektif dan efisien.
Kecerdasan TI seseorang dapat dibangun atau ditingkatkan dengan memberikan pemahaman dari
berbagai bidang ilmu, tidak hanya ilmu agama saja. Misalnya seseorang dapat mengambil
keuntungan dari TI secara efisien karena ia bisa menghindari pengeluaran untuk pengobatan sakit
yang disebabkan karena cara penggunaan TI yang tidak sehat. Dalam konteks pesantren kilat, yang
menjadi pertanyaan adalah bagaimana rancangan pesantren TI tujuh hari yang memberikan melek
TI dan cerdas TI berbasis agama kepada masyarakat?
II.
LANDASAN TEORI
Istilah cerdas TI ini dikaitkan dengan pernyataan Weill dan Ross [2] di mana butuh lebih
dari sekedar investasi untuk mendapatkan nilai dari TI, karena keuntungan yang diperoleh secara
ISSN : 2302-7339 Vol. 11 No. 01 2014
signifikan dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan TI. Berdasarkan pendapat O’brian dan Marakas [3],
kecerdasan TI harus membawa kepada efisiensi dan efektif dalam pemanfaatan TI. Agama sebagai
penentu kecerdasan TI menyebabkan pelanggaran ajaran agama dapat menurunkan kecerdasan TI
dan taat kepada ajaran agama bisa meningkatkan kecerdasan TI. Misalnya apabila ajaran agama
tentang transaksi online diamalkan, maka pengamalnya sampai kepada keuntungan yang
diharapkan. Namun apabila dilanggar maka pengamalnya dapat mengalami proses transaksi yang
tidak efisien sehubungan dengan barang yang dibeli kondisinya tidak sesuai dengan harapan
sehingga ia harus membelinya lagi.
Materi Cerdas TI dapat mengikuti materi melek TI. Melek TI adalah kondisi di mana
seseorang beranjak dari kondisi buta TI menjadi mengenal dan dapat menggunakan TI, misalnya
dapat mencari informasi dengan menggunakan aplikasi mesin pencari [4,5]. Mengupayakan
masyarakat agar melek TI merupakan salah satu dari usaha pengembangan sumber daya manusia
dalam bidang TI dengan tujuan agar setiap orang dapat berpartisipasi penuh dalam masyarakat
informasi. Pengembangannya menurut International Telecommuication Union [6] melalui cara
berikut:
1. Menjadikan setiap orang memiliki keahlian dasar sehingga dapat menggunakan TI dalam
keseharian hidup mereka.
2. Meningkatkan melek TI dalam populasi secara keseluruhan, termasuk menambah jumlah
personel terlatih dalam area lanjutan.
Untuk pengembangan tersebut diperlukan sarana yang menyediakan edukasi TI secara
berkelanjutan, sehingga setiap orang dari generasi ke generasi berkesempatan untuk terbebas dari
buta TI atau menjadi melek dan cerdas TI. Pesantren dapat berperan sebagai sarana edukasi ini
khususnya karena pesantren memiliki kemampuan untuk memberikan cerdas TI berbasis agama
kepada masyarakat. Dalam bulan ramadhan sarana ini dapat berwujud pesantren TI tujuh hari.
Keahlian TI yang diberikan dalam pesantren TI tujuh hari adalah keahlian TI dasar dan
lanjutan. Keahlian TI dasar menurut Acevendo [1] adalah keahlian yang diperlukan oleh umumnya
pengguna komputer mulai dari produksi konten hingga distribusinya di internet. Sementara
keahlian TI pada area lanjutan bertujuan untuk menciptakan personel terlatih. Personel terlatih
dalam konteks pembangunan sumber daya manusia dalam masyarakat informasi diperlukan tidak
hanya untuk mengajarkan kembali keahlian TI dasar yang telah dikuasainya kepada masyarakat
buta TI tetapi juga memasang perangkat TI yang digunakan dalam pelatihan keahlian TI dasar dan
memeliharanya agar bisa digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dengan memperhatikan pengertian keahlian dasar dari Acevendo [1], maka relasi melek TI
dengan cerdas TI dalam konteks keahlian TI dasar dapat distrukturkan sebagaimana terlihat dalam
gambar 1. Struktur keahlian tersebut menggambarkan kebutuhan umum untuk bisa mengakses TI,
serta menggunakannya untuk memproduksi dan menyebarkan konten dalam jaringan komputer.
Struktur tersebut telah disusun secara sistematis, di mana sebelum seseorang menggunakan aplikasi
yang tidak terhubung jaringan / offline untuk memproduksi konten, ia harus dapat menyalakan
komputer serta mengelola berkas sebagai produk kerja informasi. Selain itu diajarkan pula
bagaimana agar kerja kolaboratif atau penyebaran konten menjadi efisien dengan jaringan komputer
atau menggunakan aplikasi dalam jaringan / online.
http://jurnal.sttgarut.ac.id
2
Jurnal Algoritma Sekolah Tinggi Teknologi Garut
Gambar 1. Struktur keahlian dasar TI
Jika struktur yang terdiri dari empat kelompok keahlian ini diturunkan ke dalam keahlian
yang lebih spesifik, maka materi edukasi TI yang terbentuk akan sangat banyak. Materi keahlian
dasar TI yang banyak ini dapat diberikan kepada personel terlatih yang akan menjalankan
edukasi TI dasar untuk masyarakat informasi dalam kesempatan edukasi yang lebih panjang
waktunya dari pada pesantren TI tujuh hari, misalnya dalam program edukasi bagi calon relawan
Kelompok Penggerak Masyarakat Informasi. Untuk melaksanakan edukasi dalam waktu tujuh hari,
maka materi yang dipilih dapat hanya seputar keahlian terpentingnya saja atau pengkayaan keahlian
TI dasar yang sudah diberikan atau keahlian terkait tips dan trik. Materi ini dapat disampaikan oleh
personel terlatih dari komunitas TI, organisasi relawan TI, perguruan tinggi, atau organisasi lainnya.
Gambar 2. Penentuan materi untuk pesantren TI
Sementara untuk materi cerdas TI berdasar agama, materinya dapat seputar isu penting
terkait keahlian TI dasarnya. Misalnya dalam keahlian TI dasar mengelola berkas / file, agama
dapat memberikan pemahaman hukum agama / fiqh tentang mengelola berkas yang mengandung
konten haram, yang merugikan diri sendiri dan orang lain baik di dunia maupun di akhirat. Sifat
dari cerdas TI ini sebagai kendali agar pemanfaatan TI tidak mengarah kepada kondisi yang
merugikan baik di dunia ataupun di akhirat. Personel yang kompeten menyampaikan materi fiqh TI
ini adalah pengajar yang menguasai fiqh kontemporer. Dengan adanya integrasi keahlian TI dengan
pemahaman agama ini, diharapkan peserta dapat menggunakan keahliannya dengan
memperhatikan ajaran agama, sehingga menghasilkan amal yang penuh berkah dan terhindar dari
kerusakan amal.
IV.
KESIMPULAN
Pesantren TI yang diselenggarakan tujuh hari menyediakan kesempatan kepada setiap
orang untuk mencapai melek TI dengan keahlian dasar TI yang diperlukan untuk memperoleh
keuntungan kompetitif, serta mencapai cerdas TI dengan ajaran agama agar keuntungan tersebut
tidak hanya di dunia saja tetapi juga di akhirat sana. Materi yang disampaikan dalam pesantren TI
3
© 2014 Jurnal STT-Garut All Right Reserved
ISSN : 2302-7339 Vol. 11 No. 01 2014
tujuh hari meliputi keahlian dasar TI pilihan dan fiqh kontemporer terkait keahlian dasar TI yang
dipilih. Dalam pelaksananaannya, pesantren TI tujuh hari melibatkan instruktur dari kelompok
bidang TI dan agama.
V.
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
REFERENSI
Acevedo,
M.
(2005)
Volunteering
in
the
information
society.
http://ictlogy.net/bibliography/reports/projects.php?idp=1284
Weill, P. & Ross, J. W. (2004). IT governance: How top performers manage. IT decision
rights for superior results (Hardcover). Harvard Business School Press Books.
O’Brian, J., A., dan Marakas, G., M. (2005). Management Information System. Edisi
Kedelapan. McGraw Hill.
Rab, A. (2007). Digital Culture – Digitalised culture and culture created on a digital platform.
http://www.ittk.hu/netis/doc/ISCB_eng/11_Rab_final.pdf
Andretta, S. (2005) Information literacy: a practitioner’s guide. Chandos Publishing, Oxford.
International Telecommunication Union (2002) Element and principles on th information society. http://www.itu.int/osg/spu/wsis-themes/access/ Diunduh dari internet tanggal 6 Mei
2013
http://jurnal.sttgarut.ac.id
4