306250190 Manajemen Konflik Dalam Kepemimpinan

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah manajemen konflik dalam
kepemimpinan ini dapat memberikan manfaat dan menjadi inpirasi bagi pembaca.

Yogyakarta,

13


Desember

2015

Tim Penyusun

1

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................... 1
Daftar Isi.............................................................................................................. 2
BAB 1

BAB 2

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah............................................................ 3


1.2

Rumusan Masalah..................................................................... 4

1.3

Tujuan........................................................................................ 4

1.4

Manfaat..................................................................................... 4

PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Konflik dan Manajemen
A. Pengertian Konflik............................................................. 5
B. Konflik dalam Perspektif Islam......................................... 6
C. Pengertian Manajemen....................................................... 9

D. Pengertian Manajemen dalam Islam.................................. 10
E. Pengertian Manajemen Konflik......................................... 11

BAB 3

2.2

Faktor Terjadinya Konflik......................................................... 11

2.3

Tahapan-tapahan dalam Terjadinya Konflik............................. 13

2.4

Tipe-tipe Konflik....................................................................... 14

2.5

Asumsi Dasar dan Langkah-langkah Penyelesaian Konflik..... 15


2.6

Strategi dan Manajemen Konflik Dalam Islam........................ 16

2.7

Prinsip-prinsip Pelaksanaan Manajemen Konflik..................... 18

2.8

Kriteria Keberahasilan Manajemen Konflik............................. 20

PENUTUP
3.1

Kesimpulan............................................................................... 21

3.2


Saran.......................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 23

2

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perspektif baru di dunia modern dan kehidupan demokrastis di negaranegara demokrasi menstimulir setiap individu yang berpartisipasi aktif dalam
semua kegiatan berorganisasi dan aktivitas hidup, dan ikut memikul tanggung
jawab sosial yang ebih besar. Setiap orang diharapkan bisa memikirkan,
menerapkan dan menilai kembali kontribusi sosial masing-masing dalam
kehidupan bersama. Dengan begitu terdapat proses evaluasi-diri selaku warga
negara, yang didukung oleh kesadaran yang dalam. Juga diharapkan adanya
pengembangan kreaivitas dan inventivitas dalam kehidupan bersama untuk
mencipta budaya dan benda-benda budaya.
Kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi,
menggerakkan dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau

sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu (Sujak,
1990). Menurut Robbin (1996), kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Koonzt (1984),
bahwa kepemimpinan sebagai pengaruh, seni atau proses mempengaruhi
orang-orang sehingga mereka akan berusaha mencapai tujuan kelompok
dengan kemampuan dan antusias. Dari beberapa pengertian kepemimpinan
tersebut,

Manduh

(1997)

memberikan

pengertian

singakat

tentang


kepemimpinan yaitu proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitasaktivitas tugas dari orang-orang dalam kelompok.
Dalam kepemimpinan terdapat beberapa kegiatan kepemimpinan.
Menurut Gillies (1997) untuk mencapai kepemimpinan yang efektif harus
dilaksanakan kegiatan penugasan dan memberikan pengarahan, memberikan
bimbingan, mendorong kerja sama dan partisipasi, mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan, observasi dan supervisi serta evaluasi dari hasil penampilan
kerja. Pemimpin yang efektif adalah seorang katalisator dalam memudahkan
interaksi yang efektif diantara tenaga kerja, bahan dan waktu. Untuk dapat

3

melaksanakan tugas tersebut, maka seorang pemimpin harus memiliki
pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia, mempunyai
kemampuan hubungan antar manusia terutama dalam mempengaruhi orang lain
dan memiliki sekelompok nilai-nilai dalam mengenal orang lain dengan baik.
Di samping itu, pemimpin harus mempertimbangkan kewaspadaan diri,
karakteristik kelompok, karakteristik individu serta motivasi yang ada dalam
menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan organisasi.
1.2


Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dari konflik dan manajemen?
2) Apa saja faktor penyebab terjadinya konflik?
3) Bagaimana tahapan atau proses terjadinya konflik?
4) Apa saja tipe-tipe konflik dalam kepemimpinan?
5) Bagaimana penyelesaian konflik secara umum?
6) Bagaimana strategi dan manajemen konflik dalam Islam?

1.3

Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Memenuhi tugas mata kuliah Studi Kepemimpinan Islam
2) Mengetahui pengertian, faktor penyebab, tipe-tipe dan penyelesaian
konflik dalam kepemimpinan

1.4

Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan study literature atau kepustakaan dari

berbagai sumber, baik dari sumber buku sampai sumber internet (e-book,
jurnal, karya ilmiah).

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1.

Pengertian Konflik dan Manajemen
A. Pengertian Konflik

4

Kata konflik dalam bahasa yunani : configere, conflictum berarti
saling berbenturan. Arti kata ini menunjukkan pada semua bentuk
benturan,

tabrakan,

ketidaksesuaian,


ketidakserasian,

pertentangan,

perkelahian, oposisi, dan interaksi-interaksi yang antagonis bertentangan.
Dapat diartikan pula bahwa konflik merupakan relasi-relasi psikologis
yang antagonis, berkaitan dengan

tujuan-tujuan

yang tidak

bisa

disesuaikan, interes-interes eksklusif yang tidak bisa dipertemukan,
sikap emosional yang bermusuhan, dan struktur-struktur nilai yang
berbeda.
Kartini Kartono, mendefiniskan konflik secara positif, negatif dan
netral. Dalam pengertian negatif, konflik diartikan sebagai: sifat-sifat

animalistik, kebuasaan, kekerasan, barbarisme, destruksi/pengrusakan,
penghancuran, irrasionalisme, tanpa kontrol emosional, huru-hara,
pemogokan, perang, dan seterus. Dalam pengertian positif, konflik
dihubungkan dengan peristiwa: petualangan, hal-hal baru, inovasi,
pembersihan, pemurnian, pembaharuan, penerangan batin, kreasi,
pertumbuhan, perkembangan, rasionalitas yang dialektis,
perubahan,

dan

seterusnya.

Sedangkan

mawas-diri,

dalam pengertian netral,

konflik diartikan sebagai: akibat biasa dari keanekaragaman individu
manusia dengan sifat-sifat yang berbeda, dan tujuan hidup yang sama.
Fink (dalam Kartini Kartono, 1991) menyebutkan bahwa konflik
merupakan “interaksi yang antagonis, mencakup tingkah laku lahiriah
yang tampak jelas, mulai dari

bentuk-bentuk perlawanan

halus,

terkontrol, tersembunyi, tidak langsung; sampai pada bentuk perlawanan
terbuka.”
Muhyadi,
pada

mengemukakan

dengan

menekankan

usaha melawan atau menghalangi orang lain agar gagal

mencapai tujuan. Menurut
dikutip

definisnya

oleh

Chatlinas

Said,

sebagaimana

yang

Soetopo, menekankan pada cekcok tujuan, ketidak

sejalanan tujuan. Selanjutnya pendapat Mastenbroek, yang dikutipnya
lagi, memberikan pengertian yang agak luas dan memandang konflik

5

sebagai situasi di mana ketentuan tak berjalan, pernyataan ketidakpuasan,
dan penciutan proses pembuatan keputusan.
Pengertian yang lebih padat dan simpel dapat dilihat dari pendapat
Ross Stagner yang dikutip oleh C.R Mitchel dalam The Structure of
International Cinflict : “...konflik merupakan sebuah situasi, di mana dua
orang (atau lebih) menginginkan tujuan-tujuan yang menurut persepsi
mereka dapat dicapai oleh salah seorang di antara mereka, tetapi hal
itu tidak mungkin cicapai oleh kedua belah pihak.
Bertumpu pada beberapa pendapat di atas, dapat disimpulakan
bahwa konflik merupakan
sesuaian

perbedaan,

pertentangan,

kepentingan, tujuan, dan kebutuhan

dan

ketidak

dalam situasi formal,

sosial, dan psikologis, sehingga menjadi antagonis, ambivalen, dan
emosional diantara individu dalam suatu kelompok atau organisasi.
B. Konflik Dalam Perspektif Islam
Meskipun Islam yang notabene lebih mengutamakan perdamaian,
sesuai dengan makna kata Islam sendiri yakni “salam”. Namun bukan
berarti Islam tidak memberikan makna dan pandangan terhadap konsepsi
koflik. Dalam agama Islam pemaknaan konflik bisa dalam bentuk yang
lebih ramah dan damai. Dalam Islam konflik tidak harus dipahami
sebagai gejala yang destruktif, dan kontra-produktif, namun bisa menjadi
gejala yang konstruktif bahkan produktif. Konflik merupakan bagian dari
tabiat manusia yang telah dibawa oleh manusia dari sejak dia dilahirkan.
Keberadaan konflik sebagai unsur pembawaan sangat penting dalam
kehidupan manusia. Kehidupan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa
ada konflik. Manusia yang memiliki tuntutan serta keinginan yang
beraneka ragam dan manusia akan selalu berusaha

untuk

memenuhi

keinginan tersebut. Namun untuk bisa mendapatkannya, mereka akan
berkompetisi untuk mendapatkan keinginan tersebut. Dari sini maka
dengan adanya konflik akan mengajarkan manusia untuk dapat berfikir
lebih maju untuk mendapatkan keinginannya tersebut sehingga akan

6

bermanfaat bagi kehidupannya. Oleh karena itu, Allah membekali nilainilai moral pada setiap makhluk dalam kepentingan- kepentingannya
sendiri. Selagi konflik masih dibutuhkan oleh manusia, maka mereka pun
dibekali oleh Allah dengan kemampuan untuk berkonflik, baik dalam
fisik, roh maupun akalnya, dan sekaligus kemampuan untuk mencari
solusinya. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah yang artinya:
“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan
sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini.”.
Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah hikmah dibalik
terjadinya konflik. Dalam Islam, konflik bukanlah sebagai tujuan namun
lebih sebagai sarana untuk memadukan antara berbagai hal yang saling
bertentangan untuk membebaskan kehidupan manusia dari kepentingan
individual dan dari kejelekan-kejelekan, sehingga tidak membiarkan
perbedaan-perbedaan itu menjadi
Karena

sesungguhnya

penyebab

adanya

permusuhan.

manusia berasal dari asal yang sama. Seperti

dijelaskan pada (QS. An Nisaa' ayat 1) yang berbunyi:

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
satu

sama

lain, dan (peliharalah)

hubungan

silaturrahim.

Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”.

7

Dari ayat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya manusia
berasal dari asal yang sama. Dari ayat di atas, Islam mengajarkan
pentingnya untuk toleransi menghargai adanya perbedaan-perbedaan
yang dimiliki manusia baik siri fisik, pemikiran budaya dan lain-lain agar
jangan sampai memicu konflik dan mengakibatkan perseteruan dan
permusuhan. Konflik memang sangat diperlukan dalam kehidupan
manusia. Namun, jangan sampai terlarut dalam konflik yang akhirnya
menjadi konflik berkepanjangan yang tidak ada solusinya yang justru
akan merusak hubungan antar manusia dan akan merugikan manusia itu
sendiri.
Suran An-Nisaa’ diatas merupakan penetapan nilai persaudaraan
yang dimaksudkan sebagai pedoman hubungan antar kelompok manusia
yang disebut Al Qur’an diatas. Nilai ini harus menjadi landasan masalah
multikulturisme, multiagama, multibahasa, multibangsa dan pluralisme
secara umum, karena Al-Qur’an menganggap perbedaan ras, suku,
budaya dan agama sebagai masalah alami (ketentuan Tuhan). Justru itu,
perbedaan tadi tidak boleh dijadikan ukuran kemuliaan dan harga diri,
tapi ukuran manusia terbaik adalah ketaqwaan dan kesalehan sosial yang
dilakukannya. Ini yang dimaksud firman Tuhan dalam al-Hujurat ayat 13
sbb:

8

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa diantara

kamu.

Sesungguhnya

Allah

Maha

mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Persamaan adalah prinsip mutlak dalam Islam dalam membina
hubungan sesama manusia tanpa melihat perbedaan seperti ditegaskan
Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik

“(Asal usul) Manusia adalah sama, tidak obahnya seperti gigi.
Kelebihan seseorang hanya terletak pada ketaqwaannya kepada Allah
SWT”.

C. Pengertian Manajemen
Manajemen dapat didefinisikan melalui banyak cara. Mary Parker
Follet, salah satu tokoh ilmu manajemen, sebagaimana dikutip oleh
Mahmud M. Hanafi mendefinisikan manajemen sebagai seni mencapai
sesuatu melalui orang lain. Dengan definisi tersebut, manajemen
tidak menghendaki seseorang untuk bekerja sendiri, tetapi bekerja sama
dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumberdaya-sumberdaya lainnya agar mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Definisi lain menyebutkan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.

9

Melihat dari beberapa pengertian manajemen di atas, serta kenyataan
bahwa manajemen itu ilmu sekaligus seni maka manajemen itu dapat
diberi definisi sebagai seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan dari sumber daya manusia untuk mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.
Faktor manusia dalam manajemen merupakan unsur terpenting
sehingga berhasil atau tidaknya suatu manajemen untuk mendorong dan
menggerakkan orang-orang kearah tujuan yamg akan dicapai sangatlah
tergantung pada sumber daya manusia masing-masing. Selain unsur
manusia juga ada unsur barang, mesin, metode, dan cara berfikir yang
berbeda. Dalam hal ini unsur-unsur manajemen berupa dana dan sumber
daya alam berapapun jumlahnya akan selalu terbatas. Oleh karena itu
seorang pemimpin atau pendidik harus menggunakannya secara efisien.
D. Pengertian Manajemen dalam Islam
Dalam konteks islam manajemen disebut juga dengan (
). Menurut S. Mahmud Al-

) ) yang berasal dari lafadz (
Hawary manajemen (al-idarah) ialah:

Artinya:

manajemen adalah

mengetahui kemana

yang

dituju,

kesukaran apa yang harus dihindari, kekuatan-kekuatan apa yang
dijalankan dan bagaimana mengemudikan kapal anda serta anggota
dengan

sebaik-baiknya

tanpa

pemborosn

waktu

dalam

proses

mengerjakannya.
Menurut Ketua Dewan Penasihat Majelis Ulama Indonesia, Prof KH
Ali Yafie, dalam Islam manajemen dipandang sebagai perwujudan amal
soleh yang harus bertitik tolak dari niat baik. Niat baik tersebut akan
memunculkan motivasi aktivitas untuk mencapai hasil yang bagus demi
kesejahteraan bersama.

10

Dari ta’rif di atas memberi gambaran bahwa manjemen merupakan
kegiatan, proses dan prosedur tertentu untuk mencapai tujuan akhir
secara maksimal dengan bekerja sama sesuai jobnya masing-masing.
Maka kebersamaan dan tujuan akhirlah yang menjadi fokus utama.
E. Pengertian Manajemen Konflik
Menurut Ross (1993), manjemen konflik merupakan langkah-langkah
yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan
perselisihan kearah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin
menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik. Di samping itu,
mungkin atau tidak mungkin dapat menghasilkan ketenangan, hal positif,
kreatif, bermufakat, atau agresif.
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara
pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik
termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang
mengarahkan pada bentuk komunikasi

(termasuk tingkah laku) dari

pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi
kepentingan (interests) dan interprestasi. Bagi pihak luar (diluar yang
berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi
yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di
antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.
2.2.

Faktor Terjadinya Konflik
Konflik biasanya dikesankan sebagai terjadinya suatu pertikaian atau
pertentangan dan keteganan antara beberapa orang atau sekelompok orang.
Umunya orang akan menghindari konflik semacam ini, karenan dipandang
tidak sejalan dengan nilai-nilai harmoni dan keselarasan dalam kehidupan
berorganisasi dan bermasyarakat. Lebih dari itu, konflik dikhawatirkan akan
dapat mengancam keutuhan dalam berorganisasi.
Konflik sering kali merupakan salah satu strategi untuk melakukan
perubahan. Jika tidak dapat dilakukan secara damai, perubahan dilakukan

11

dengan menciptakan konflik. Akan tetapi, konflik dapat terjadi secara alami
karena adanya kondisi objektif yang dapat menimbulkan terjadinya konflik.
Ada beberapa mitos mengenai konflik antara lain :
1. Konflik merupakan pertanda kelemahan pemimpin (leader)
2. Konflik merupakan pertanda kelemahan oraganisasi
3. Konflik jika dibiarkan akan mereda sendiri
4. Konflik harus segera diselesaikan
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik diantaranya:
1.

Keterbatasan sumber
Manusia selalu mengalami keterbatasan sumber-sumber yang
diperlukannya untuk mendukung kehidupannya. Keterbatasan itu
menimbulkan

terjadinya

kompetisi

di

antara

mereka

untuk

mendapatkan sumber yang diperlukannya dan hal ini sering kali
menimbulkan konflik.
2.

Tujuan yang berbeda
Seperti yang dikemukakan oleh Hocker dan Wilmot (1978), konflik
terjadi karena pihak-pihak yang terlibat konflik mempunyai tujuan yang
berbeda.

3.

Komunikasi yang tidak baik
Komunikasi yang tidak baik sering menimbulkan konflik, faktor
komunikasi yang menyebabkan konflik, misalnya informasi yang tidak
tersedia dengan bebas dan penggunaan bahasa yang tidak dimengerti
oleh pihak-pihak yang melakukan komunikasi. Demikian juga, perilaku
komunikasi yang berbeda sering kali menyinggung orang lain, baik
disengaja maupun tidak disengaja dan bisa menjadi penyebb timbulnya
konflik.

4.

Beragam karakteristik sistem sosial
Konflik dalam masyarakat sering terjadi karena anggotanya
mempunyai karakteristik yang beragam; suku, agama, dan idologi.

12

Karakteristik ini sering diikuti oleh pola hidup yang eksklusif satu
sama yang lain yang sering menimbulkan konflik.
5.

Pribadi orang
Ada orang yang memiliki sifat yang mudaj menimbulkan konflik,
seperti selalu curiga dan berfikir negatif kepada orang lain, egois,
merasa selalu paling benar, kurang dapat mengendalikan emosinya dan
selalu ingin menang sendiri. Sifat seperti ini mudah untuk menyulut
konflik jika berinteraksi dengan orang lain.

6.

Kebutuhan
Orang memiliki kebutuhan yang berbeda satu sama lain atau
mempunyai kebutuhan yang sama mengenai sesuatu yang terbatas
jumlahnya. Kebutuhan merupakan pendorong terjadinya perilaku
manusia. Jika kebutuhan orang diabaikan atau terhambat, maka bisa
memicu terjadinya konflik.

7.

Perasaan dan emosi
Orang juga mempunyai perasaan dan emosi yang berbeda.
Sebagian orang mengikuti perasaan dan emosinya saat berhubungan
dengan sesutu atau orang lain. Orang yang sangat dipengaruhi oleh
perasaan dan emosinya menjdi tidak rasional saat berinteraksi dengan
orang lain. Perasaan dan emosi tersebut bisa menimbulkan konflik
dan menentukan perilakunya saat terlibat konflik.

2.3.

Tahapan-tahapan Konflik
Kenyataan di lapangan biasanya konflik tidak langsung secara tiba-tiba,
melainkan ada tahapan-tahapan tertentu. Lalu bagaimana tahapan terjadinya
konflik? Biasanya konflik terjadi melalui tahapan antara lain:
1. Terjadinya kekacauan (chaos).
Pada tahap pertama ini memerlukan pengolahan secara cermat.
2.

Permusuhan dan kekacauan.
Pada tahap ini diperlukan klarifikasi masalah, sehingga jelas apa
sebenarnya persoalan yang terjadi.

13

3.

4.

Terjadinya pertentangan.
Pada tahap ini diperlukan keahlian me-manage, khusus mengenai
pertentangan-pertentangan yang terjadi.
Tantangan yang pada akhirnya memunculkan friksi dalam peristiwa
sehari-hari. Kalau sudah tahap seperti ini, maka diperlikan intervensi
langsung dari atasan untuk menyelesaikan konflik tersebut. Sebab jika
konflik tersebut dibiarkan, maka akan menimbulkan keadaan yang tidak
menyenangkan bagi semua pihak dan bisa merugikan suatu organisasi.

2.4.

Tipe-tipe Konflik
Ada beberapa tipe konflik antara lain:
1. Konflik internal individu, yaitu konflik yang terjadi dalam diri seseorang.
Artinya, ia mengalami konflik-konflik internal batin dalam dirinya
sendiri.
2. Konflik antar individu, yaitu konflik atau ketegangan-ketegangan yang
terjadi antara seseorang dengan orang lain. Penyebabnya bisa macammacam, mugnkin karena merasa dirinya terhalang kariernya oleh
kawannya atau merasa dijegal oleh orang lain.
3. Konfli antara individu dan kelompok, yaitu konflik yang terjadi antar
seseorang individu dengan suatu kelompok tertentu.
4. Konflik antarindividu dalam organisasi, yaitu konflik yang terjadi antara
individu-individu dalam suatu organsisasi. Biasanya hal ini terjadi ketika
ada kepentingan-kepentingan politik praktis, seperti ketika ada suksesi
kepemimpinan, maka biasanya disitu akan ada aksi dukung mendukung.
5. Konflik antarorganisasi, yaitu konflik antara satu organisasi dengan
organisasi lainnya. Di Indonesia kasus semacam ini sering terjadi,
misalnya pendukung partai tertentu dengan partai lain, antara ormas
keagamaan tertentu dengan yang lainnya.

2.5.

Asumsi Dasar dan Langkah-langkah Penyelesaian Konflik
Sebelum memasuki langkah-langkah penyelesaian konflik, ada beberapa
asumsi sebagai dasar untuk mengatasi atau menyelesaikan konflik antara
lain:
1. Konflik itu pasti dapat diatasi.
2. Konflik timbul karena ada pemimpinnya (aktor intelektual) yang
menyebabkan tejadinya konflik.

14

3.

Bentuk otoritas legislatif sepeti penyelesaian konflik melalui jalur

4.

hukum formal sangat ditekankan.
“Kambing hitam” diterima sebagai suatu yang tidak bisa dihindari

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka seorang pemimpin harus yakin
bahwa apapun bentuk, wujud, dan tipe konflik yang terjadi pasti dapat
diatasi. Timbulnya konflik hampir tidak bisa dihindari. Maka peran seorang
pemimpin (leader) bukannya mencegah konflik, melainkan menangani
konflik yang timbul tersebut agar tidak merugikan organisasi.
Memang konflik tidak selamanya dekstruktif dan negatif, tetapi bisa
menjadi positif jika di-manage dengan baik. Konflik sesungguhnya bisa jadi
merupakan bagian dinamika dari organisasi. Konflik adalah bagian
komunikasi antara sesama individu atau kelompok. Oleh sebab itu, seorang
pemimpin sebenarnya dapat memanfaatkan konflik tersebut untuk
meningkatkan efektivitas organisasi. Itulah mengapa seorang pemimpin
dituntut untuk dapat mengelola konflik tersebut secara baik. Jenis-jenis
konflik yang merugikan harus dipecahkan dan dicarikan solusinya,
sedangkan konflik yang menguntungkan harus dikendalikan agar tetap pada
titik optimal.
Untuk memecahkan konflik tersebut ada beberapa cara yang perlu
ditempuh yaitu :
1.

Mempertemukan secara langsung induvidu-individu atau kelompok-

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

kelompok yang berselesih.
Aktif mendengarkan informasi semua pihak.
Memisahkan antara fakta dan opini.
Memisahkan orang/kelompok dari masalah.
Menganjurkan partisipasi sederajat.
Menawarkan alternatif solusi (win-win solution)
Mengusulkan penangguhan jika diperlukan.
Membuat skenario memecahkan atau membuat koalisi.
Menaklukan.
Dalam menghadapi konflik yang terjadi dalam suatu organisasi seorang

pemimpin perlu mempertahankan tujuh hal “JANGAN” yaitu:
1.

Jangan habiskan energi dan waktu untuk isu.

15

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jangan menunda penyelesaian masalah.
Jangan berdebat jika tidak siap.
Jangan mengajak untuk bertempur, jika tidak siap kalah.
Jangan jadikan diri anda sebagai data untuk mengukur orang lain.
Jangan terlalu mengasihi diri sendiri.
Jangan meremehkan usulah penyelesaian konflik dari manapun
datangnya.

2.6.

Strategi dan Manajemen Konflik Dalam Islam
Di dalam agama Islam juga dijelaskan tentang tata cara mengelola
suatu konflik agar konflik tidak bersifat destruktif melainkan menjadi hal
yang dapat

bermanfaat

bagi

kehidupan

manusia.

Agama

Islam

mengajarkan bagaimana mengelola atau menyelesaikan perbedaan atau
pertentangan dengan cara-cara damai.
Meskipun agama Islam merupakan agama yang notabene menganut
ajaran kebenaran mutlak, namun agama Islam tidak pernah mentolerir
penggunaan kekerasan dalam ajarannya. Sebenarnya konsep resolusi
konflik

dalam

Islam

cenderung

memiliki

kesamaan dengan

manajemen konflik secara umum.
Dalam Islam resolusi konflik dapat dilakukan dengan beberapa cara
misalnya debat dan musyawarah. Debat pada dasarnya adalah salah satu
cara berkompetisi dengan pihak atau kelompok lain. Dalam Al-Qur’an,
debat sering merujuk pada upaya kompetisi yang dilakukan kaum muslim
dengan kaum non muslim. Debat sering digunakan oleh Nabi Allah
untuk

menanggapi

segala

tuduhan terhadap agama Islam sekaligus

meyakinkan pihak lain tentang kebenaran agama Islam. Di dalam Al-

Qur’an juga di jelaskan bahwa berdebat harus dilakukan dengan adil dan
fair yang tercantum pada surat An-Nahl ayat 125 sebagai berikut:

16

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk”.
Selain debat, resolusi konflik dalam Islam juga dilakukan dengan
musyawarah. Dalam Al-Qur’an musyawarah sering merujuk pada
penyelesaian konflik dan hubungan sesama kaum muslim, berbeda
dengan debat yang cenderung ditujukan untuk kaum non-muslim. Tujuan
musyawarah ini adalah untuk menemukan jalan keluar dari perbedaan
yang tidak menyangkut gejala “idiologis” dan dikhotomik sehingga
memungkinkan terbentuknya kompromi dan negosiasi. Sedangkan
perdebatan lebih menunjukkan sebagai upaya untuk meyakinkan fihak
lain, dan tidak mungkin terjadi kompromi, dan yang mungkin hanya
sebatas memahami saja, bukan untuk saling membenarkan satu sama lain.
Perihal musyawarah ini telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al Imran
ayat 159 yang berbunyi sebagai berikut:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu
ma'afkanlah

mereka,

mohonkanlah

ampun

bagi

mereka,

dan

bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila

17

kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya”.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat dipahami bahwa Islam banyak
menggunakan cara-cara damai sebagai cara untuk mengelola konflik.
Islam menganjurkan kepada pemeluknya untuk memiliki sikap toleransi
terhadap perbedaan perbedaan yang dimiliki tiap-tiap manusia. Karena
perbedaan itu merupakan kodrat Allah SWT yang tidak bisa ditolak.
Perbedaan itu diciptakan untuk saling melengkapi, dan dengan perbedaan
itu manusia akan terus berkembang dan menciptakan perubahanperubahan yang nantinya akan bermanfaat bagi manusia pada umumnya.
2.7.

Prinsip-prinsip Pelaksanaan Manajemen Konflik
Dalam melaksanakan manajemen konflik ada beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan oleh seorang manajer, organisator, atau pemimpin,
antara lain:
1. Perlakukanlah secara wajar dan alamiah
Timbulnya konflik dalam penyelenggaraan satuan pendidikan
merupakan suatu hal yang wajar dan alamiah. Karena sampai saat ini
konflik masih dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
organisasi, dan hal ini musti daihadapi seorang pimpinan melalui
manajemen konflik. Oleh sebab itu, sebab itu pelaksanaan manajemen
konflik harus dilakukan secara wajar dan alamiah sebagaimana
pelasanaan manajemen bidang lainnya.
2. Pandanglah sebagai dinamisator organisasi.
Konflik dapat dipandang sebagai dinamisatororganisasi. Jika
demikian halnya, maka organisasi tanpa konflik berarti diam, statis dan
lamban dalam mencapai kemajuan yang diharapkan. Walaupun
demikian, konflik yang ada harus ditata sedemikian rupa agar dinamika
yang terjadi

benar-benar

dapat

menjadi

sesuatu

yang

positif

18

untuk menghasilkan perubahan sekaligus mendudukung perkembangan
dan pencapaian tujuan pendidikan.
3. Media Pengujian Kepemimpinan.
Kepemimpinan akan lebih teruji dengan ketika menghadapi suatu
konflik. Melalui manajemen konflik, seorang pimpinan akan memiliki
kepemimpinan yang dapat diandalkan untuk membawa roda organisasi
secara dinamis positif dalam mencapai tujuan organisasi di masa
depan. Dengan demikian jelaslah bahwa kepemimpianan seseorang
tidak hanya diuji saat membawa anggota mencapai tujuan berdasarkan
rutinitas tugas formal saja, akan tetapi lebih teruji lagi ketika
menjalankan manajemen konflik.
4. Fleksibilitas strategi
Strategi manajemen konflik yang digunakan para pimpinan
organisasi mestinya sangat fleksibel, artinya pemilihan penggunaan
strategi dimaksud sangat bergantung pada: 1) jenis, materi konflik, dan
sumber penyebabnya, 2) karakteristik pihak-pihak yang berkonflik, 3)
sumberdaya yang dimiliki dan mendukung,4) kultur masyarakat dan
iklim organisasi, 5) antisipasi dampak konflik, dan 6) intensitas dan
keluasan konflik.

2.8.

Kriteria Keberahasilan Manajemen Konflik
Kriteria keberhasilan manajemen konflik dapat diukur dari beberapa
hal yang seyogyanya menjadi langkah-langkah pelaksanaan manajemen
konflik. Kriteria keberhasilan ini meliputi:
a. Kemampuan membuat perencanaan analisis konflik.
Suatu perencanaan analisis konflik yang baik, setidaknya harus
menunjukkan adanya: 1) deskripsi fenomena konflik yang terjadi, 2)
identifikasi konflik, meliputi: latar belakang atau sumber penyebab

19

terjadinya konflik, faktor yang mempengaruhi konflik dan akibat
yang akan terjadi bila konflik diatasi atau dibiarkan, pengiringan konflik
ke dalam jenis yang mana, intensitas dan cakupan keluasannya, 3)
rumusan konflik yang sesungguhnya secara jelas dan tegas.
b. Kemapuan melaksanakan evaluasi konflik
Keberhasilan evaluasi konflik dapat dilihat dari kemampuan seorang
pemimpin atau manajer dalam menentukan kualitas suatu konflik
yang terjadi dalam suatu satuan pendidikan. Patokan yang dapat dipakai
dalam

hal

ini

adalah:

1)

tinggi-rendahnya

intensitas timbulnya

konflik. 2) luas tidaknya cakupan suatu konflik, 3) penentuan kualitas
konflik (ringan/kecil, sedang/menengah, atau besar/berat, 4) penentuan
penyelesaian konflik berdasarkan prioritas.
c. Kemampuan memilih strategi manajemen konflik.
Kemampaun seorang pimpinan dalam memilih strategi manajemen
konflik yang tepat, akan sangat ditentukan oleh kemampuan, keberanian,
pengalaman, usaha, dan do’a, kematangan dirinya, serta situasi dan
kondisi yang ada. Disamping hal-hal di atas, kepedulian seorang
pimpinan terhadap prinsip-prinsip yang mesti dilaksanakan dalam
manajemen konflik juga akan menentukan keberhasilannya dalam
tahap ini.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

20

Kesimpulan dalam makalah dengan judul “Manajemen Konflik dalam
Kepemimpinan” adalah:
1. Konflik merupakan perbedaan, pertentangan, dan ketidak sesuaian
kepentingan, tujuan, dan kebutuhan dalam situasi formal, sosial, dan
psikologis, sehingga menjadi antagonis, ambivalen, dan emosional
diantara individu dalam suatu kelompok atau organisasi.
2. Dalam Islam, konflik bukanlah sebagai tujuan namun lebih sebagai
sarana untuk

memadukan

antara

berbagai

hal

yang

saling

bertentangan untuk membebaskan kehidupan manusia dari kepentingan
individual dan dari kejelekan-kejelekan, sehingga tidak membiarkan
perbedaan-perbedaan itu menjadi penyebab adanya permusuhan.
3. Dalam konteks islam manajemen disebut juga dengan (

)

). Manajemen merupakan

yang berasal dari lafadz (

kegiatan, proses dan prosedur tertentu untuk mencapai tujuan akhir
secara maksimal dengan bekerja sama sesuai jobnya masing-masing.
4. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik yaitu keterbatasan
sumber, tujuan yang berbeda komunikasi yang tidak baik, beragam
karakteristik sistem sosial, pribadi orang, kebutuhan, perasaan dan emosi
5. Ada lima tipe konflik antara lain: konflik internal individu, konflik antar
individu, konflik antara individu dan kelompok, konflik antarindividu
dalam organisasi, dan konflik antarorganisasi.
6. Islam banyak menggunakan cara-cara damai sebagai cara untuk
mengelola konflik. Islam menganjurkan kepada pemeluknya untuk
memiliki sikap toleransi terhadap perbedaan perbedaan yang dimiliki
tiap-tiap manusia. Karena perbedaan itu merupakan kodrat Allah SWT
yang tidak bisa ditolak. Perbedaan itu diciptakan untuk saling
melengkapi, dan dengan perbedaan
berkembang

dan

itu

manusia

akan

terus

menciptakan perubahan-perubahan yang nantinya

akan bermanfaat bagi manusia pada umumnya.
7. Prinsip-prinsip pelaksanaan manajemen konflik adalah : perlakukanlah
secara wajar dan alamiah, pandanglah sebagai dinamisator organisasi,
media pengujian kepemimpinan, dan fleksibilitas strategi
8. Kriteria keberhasilan manajemen konflik dapat diukur dari beberapa
hal

yang seyogyanya

menjadi

langkah-langkah

pelaksanaan

manajemen konflik.

21

3.2 Saran
Konflik itu pasti muncul dalam sebuah kehidupan berorganisasi, akan tetapi
konflik tersebut pasti bisa diatasi baik itu secara musyawarah atau dengan
cara berdamai. Islam telah mengajarkan melalui Al Quran dan Hadist bahwa
sebuah permasalahan itu diselesaikan dengan penuh toleransi, dengan
melaksanakan musyawarah dan melakukan perdamaian antara pihak yang
bersekutu.

DAFTAR PUSTAKA
Drs. KH. Muhadi Zainuddin, Lc., M.A. dan Dr. Abd. Mustaqim, M.Ag. 2012.
Studi Kepemimpinan Islam (Konsep, Teori, dan Praktiknya dalam
Sejarah). Suka Press : Yogyakarta.
Effendy, Ek. Mochtar. Manajemen; Suatau Pendekatan Berdasarkan Ajaran
Islam. Jakarta: Bharata Karya Aksara. 1986.
Fajriyani, Ika. 2013. (https://www.scribd.com/doc/171842683/manajemen-konflikdalam-perspektif-islam). Diakses pada hari Rabu, 9 Desember 2015.
Kartono, Kartini. 1998 Pemimpin dan Kepemimpinan-apakah pemimpin
abnormal itu?. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Muhyadi. 1989, Organisasi: Teori, Struktur dan Proses, Jakarta: Ditjen Dikti
Narjono, Arijo Isnoer. 2014. Jurnal Manajemen Konflik Organisasi dalam
Pandangan Islam (Organizational Conflict Management in Islamic View).
Jurnal JIBEKA Volume 8 No 1
Sholihin, Nur. 2006. (http://library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id
8201). Diakses pada hari Rabu, 9 Desember 2015.

22

Soetopo, Hendyat, 2010, Perilaku Organisasi: Teori dan Praktik dalam Bidang
Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
Winardi, J.,2004, Manajemen Perilaku Organisasi,Jakarta: Kencana.
Zainarti. 2014. Jurnal Manajemen Islami Perspektif Al-Quran. Jurnal Iqra’
Volume 08 No. 1. Mei 2014.

23