ANALISIS PERBEDAAN ADAT ISTIADAT DAN KAR
1
ANALISIS PERBEDAAN ADAT ISTIADAT DAN KARAKTERISTIK
NOVEL”SENGSARA MEMBAWA NIKMAT”KARYA TULIS SUTAN SATI
DENGAN KEHIDUPAN MASA KINI
OLEH
:
KELOMPOK LIMA
1.Qurrata A’yun Idham
2.Ike Nurmlisari Ramdhani
3.Salsabila Firatunnisa
4.Muhammad Husein
5.M. Jihad Al-Azis
MTsN BIMA 1 KOTA BIMA
TAHUN 2013/2014
2
HALAMAN PENGESAHAN
JUDUL : Analisis Perbedaan Adat Istiadat dan Karakteristik Novel “sengsara Membawa Nikmat” Karya
Tulis Sutan Sati dengan kehidupan masa kini.
OLEH : Kelompok Lima
KELAS : 8 Akselerasi
Penelitian ini telah diterima dengan sah pada tanggal
Maret 2014
Oleh :
Pembina
Mata pelajaran Bahasa Indonesia
Ferawati,S.Pd
3
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘Alamiiin.
Kata pengantar memang ditempatkan pada halaman depan makalah ini, namun pengerjaannya
dilakukan terakhir oleh kami, setelah kami menyelesaikan semua unsur-unsur yang harus ada pada makalah
ini dengan tata bahasa yang baik dan rasional dan tekhnik peulisan yang tidak boleh cacat dan sesuai dengan
EYD, serta analisis yang mendalam dengan ilmu yang sudah kami peroleh sejak tahun 2012.
Pertama, kami haturkan terimakasih kepada guru pembimbing yang telah banyak
mengarahkan dan membantu penyelesaian makalah ini sejak hari pemberian tugas hingga kami dapat
menyelesaikannya. Ibu Ferawati,S.Pd telah banyak berkontribusi dengan mengarahkan agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami kedepanya dan tentunya bermanfaat pula bagi pembaca yang lainnya. Beliau
telah menjadi tempat kami mengadu bahkan untuk hal-hal kecil seperti tekhnik penulisan atau istilah-istilah
yang boleh atau tidak boleh kami gunakan dalam penulisan makalah ini. Sekali lagi terima kasih atas ilmu,
nasehat, kebaikan, serta pengalaman yang telah dibagi selama dua tahun hingga kini.
Terakhir, untuk Allah SWT. Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dengan segala
rahmat, petunjuk, dan karuniaNya, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan tepat pada waktunya.
Berapa kalipun kami mengucapkan terima kasih, tidak akan pernah cukup untuk membalas semua kebaikanNya selama ini. Sengaja kami cantumkan nama-Nya terakhir, karena kami tahu kenikmatan ini semua datang
dari-Nya, dan akan kembali kepada-Nya.
Mohon maaf jika ada kesalahan yang luput kami lakukan. Selamat membaca, dan semoga
bermanfaat bagi kita kedepannya.
Terima kasih.
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………………....
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………….………………………………………... 1
KATA PENGANTAR …………….……………………………………… …………………………….. 2
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………... 3
PENDAHULUAN………………………….…………………………………………………………….. 4
a. Rumusan masalah ……………………………………………..………………………………. 4
b. Tujuan ………………………..………………………………………………………………... 4
c. Manfaat ………………………………………………………………………..………………. 4
BAB I
PEMBAHASAN ……………………………………………………………………………….………… 5
a. Sinopsis Novel …………………………………………………………................................... 5
b. Latar belakang dan isi…………...……………………………..……………………………… 9
BAB II
PENUTUP ………………………………………………………..……………………………………. 16
a. Kesimpulan ……………………………………….……………………………………….. 16
b. Saran …………………………………………….………………………………………. ... 17
BAB III
DAFTAR PUSTAKA …………………………………..……………………………………………… ..18
5
PENDAHULUAN
a. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah adat itu ?
2. Hal apa sajakah yang termasuk dalam contoh adat ?
3. Apakah yang dimaksud dengan karakteristik ?
4. Bagaimanakah contoh karakteristik itu ?
5. Apakah novel itu ?
6. Bagaimanakah perbedaan adat istiadat antara novel angkatan 20-an dan kehidupan zaman sekarang
7.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
c.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
ini ?
Apa sajakah perbedaan karakteristik antara novel angkatan 20-an denga kehidupan masa kini ?
TUJUAN
menemukan pengertian adat
menemukan contoh adat
menemukan pengertian karakteristik
menemukan contoh karakteristik
menemukan pengertian novel
menemukan perbedaan adat istiadat antara novel angkatan 20-an dan kehidupan zaman sekarang
menemukan perbedaan karakteristik antara novel angkatan 20-an dengan kehidupan masa kini
MANFAAT
mengetahui pengertian adat
mengetahui contoh adat
mengetahui pengertian karakteristik
mengetahui contoh karakteristik
mengetahui pengertian novel
mengetahui perbedaan adat istiadat antara novel angkatan 20-an dan kehidupan zaman sekarang
mengetahui perbedaan karakteristik antara novel angkatan 20-an dengan kehidupan masa kini
BAB I
PEMBAHASAN
1. SINOPSIS NOVEL
Novel karya Tulis Sutan Sati menceritakan tentang dua orang pemuda yang bernama Midun
dan Kacak. Midun berasal dari Padang tepatnya di Minangkabau, ia sangat disenangi oleh warga
kampung karena kebaikannya. Hal inilah yang membuat kacak benci kepadanya. Kacak ingin hanya
dirinyalah yang disegani karena ia adalah kemenakan tuanku Laras yaitu kepala desa dikampungnya.
Hal ini menyebabkan ia menjadi sangat angkuh dan sombong. Itulah yang membuat warga desa lebih
sayang kepada midun daripada kacak. Kacak sangat tidak suka meliahat orang yang lebih dari dia,
terutama Midun. Dia sangat sering mencari kesempatan untuk dapat mencelakakan Midun, namun
tidak pernah berhasil. Kacak juga sering mencari gara-gara agar Midun marah padanya, namun Midun
tak pernah menanggapinya. Midun selalu menghindar ketika Kacak mengajaknya untuk bertarung.
Midun bukan takut kalah dalam bertarung dengan Kacak, akan tetapi karena Midun tidak senang
bertarung dan tidak suka akan permusuhan. Ilmu silat yang dia dapatkan dari hasil belajarnya pada
6
Haji Abbas bukan untuk dipergunakan berkelahi dan mencari musuh tapi untuk membela diri dan
mencari kawan. Pada
Suatu saat, istri Kacak yang bernama Katijah terjatuh ke dalam sungai. Dia hampir lenyap
karena terbawa arus sungai. Untung saja pada waktu itu Midun sedang berada dekat dari tempat
kejadian tersebut. Midun dengan sigap menolong istri Kacak itu. Akhirnya, Istri Kacak selamat
berkat pertolongan Midun. Namun, Kacak malah balik menuduh Midun bahwa Midun hendak
memperkosa istrinya. Sungguh,Air susu dibalas dengan air tuba. Begitulah cara Kacak berterima
kasih pada Midun. Kacakpun menantang Midun untuk bertarung, pada saat itu Midun menanggapi
tantangan tersebut. Dalam perkelahian itu Midun berhasil mengalahkan Kacak., hingga Kacak pergi
melarikan diri karena tidak tahan malu. Karena Ia telah kalah dalam pertarungan tersebut, Kacak
menjadi semakin marah dan dendam pada Midun. Kacak kemudian melaporkan semuanya pada
mamaknya (pamannya) Tuanku Laras. Rupanya pada sat melaporkan kejadian tersebut Kacak telah
memfitnah Midun, dan Tuanku Laras percaya saja dengan tuduhan Kacak tersebut. Atas laporan palsu
tersebut, Midun diganjar hukuman oleh Tuanku Laras, yaitu harus bekerja di rumah Tuanku Laras
tanpa menerima upah. Dan orang yang ditugaskan oleh Tuanku Laras untuk mengwasi Midun selama
menjalani hukuman tersebut adalah Kacak. Setelah mendapatkan tugas tersebut, Kacak demikian
bahagia. Kacak dapat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyiksa Midun.
Hampir setiap hari Midun diperlakukan secara kasar. Pukulan dan tendangan Kacak hampir
setiap saat menghantam Midun. Juga segala macam kata-kata hinaan dari Kacak tiap hari mampir di
telinga Midun. Namun semua perlakuan itu Midun terima dengan penuh kepasraaan hati dan jiwa.
Walaupun Midun telah mendapat hukuman dari Tuanku Laras, namun Kacak rupanya belum puas
juga. Dia belum puas sebab Midun masih dengan bebas berkeliaran di kampong tersebut. Dia tidak
rela dan ikhlas jikalau Midun masih berada di kampong tersebut. Jika Midun masih berada di
kampungnya, itu berarti masih menjadi semacam penghalang utama bagi Kacak untuk bisa berbuat
seenaknya di kampung itu. Untuk itulah dia hendak melenyapkan Midun dari kampungnya untuk
selama-lamanya. Untuk melaksanakan niatnya itu, Kacak membayar beberapa orang pembunuh
bayaran guna melenyapkan Midun. Usaha untuk melenyapkan Midun itu mereka rencanakan akan
dilaksanakan ketika diadakan suatu perlombaan kuda di Bukittinggi kelak. Setelah direncanakan
dengan sempurna, rencana pembunuhan itupun mulai di lakukan. Perlombaan Pacuan Kuda itupun
diadakan, pada saat itu Midun dengan ditemani sehabatnya Maun berangkat ke Bukittinggi.
Sewaktu Midun dan Maun membeli makanan di warung kopi di pinggir gelanggang pacuan
kuda tersebut, orang-orang sewaan Kacak itu menyerang Midun dari belakang dengan menggunakan
pisau. Perkelahianpun terjadi, semua orang yang berada pada acara Pacuan Kuda tersebut
menyaksikan pertarungan itu dengan panic, akan tetapi untungnya Midun berhasil mengelakkan
serangan dari Lenggang,pembunuh bayaran Kacak tersebut, karena ia terlebih dahulu diingatkan oleh
Maun. Namun perkelahian antar mereka tidak bisa dihindari lagi. Maka terjadilah keributan di dalam
acar pacuan kuda itu. Perkelahian tersebut membuat Lenggang jatuh tersungkur dan berlumuran darah
karena tersabet pisaunya sendiri, namun Perkelahian tersebut berhenti ketika polisi datang
menghampiri mereka.
Pada saat itu, Midun ditangkap karena bajunya berlumuran darah, sedangkan Maun ditangkap
karena Ia berdiri di dekat orang yang terhentar di tanah yaitu Lenggang, merekapun digiring ke kantor
Polisi yang terdapat di Bukittinggi untuk diperiksa, sedangkan Lenggang akan dirawat terlebih dahulu
karena lukanya sangatlah parah. Setelah pemeriksaan dilakukan, Maun terbukti tidak bersalah karena
Ia tidak memiliki sangkut pau dengan kejadian tersebut, sehingga Ia dibebaskan. Sedangkan Midun
dinyatakan bersalah dan akan diringkus ke Padang untuk mendekam di penjara Padang.
Menurut cerita,Penjara tersebut sangatlah buruk, untuk mendengar namanya saja orang-orang
sangat takut dan jijik apalagi harus masuk dan menekam di sana selama berbulan-bulan, namun hal
7
naib tersebut akan segera dirasakan sendiri oleh Midun. Ia akan tinggal di sana selama Empat bulan
lamanya.. Lain halnya dengan Lenggang, Ia juga terbukti bersalah dan harus dibuang ke pulayu
terpencil. Mendengar kabar tersebut, betapa senangnya hati Kacak, Ia tidak peduli terhadap apa yang
akan terjadi dengan Lenggang , dengan Midun masuk penjara, maka dia pasti dapat dengan bebas
melakukan apapun di kampungnya itu tanpa ada orang yang berani menjadi penghalangnya.
Selama di penjara, Midun mengalami berbagai siksaan. Dia disiksa dan dicaci maki oleh Para
sipir penjara, maupun tukang kunci (opas penjara). Selain itu, Para tahanan yang ada dalam penjara
tersebut juga sangat sering bertarung dengannya, sebenarnya bukan keinginan mereka sendiri untuk
saling bertarung, akan tetapi para opas dan sipir penjaralah yang mengadu mereka satu sama lain
layaknya Binatang. Jika mereka menolak, maka mereka akan mendapatkan ganjarannya berupa
siksaan yang tidak seharusnya dilakukan. Pada suatu saat Madun ditantang untuk bertarung dengan Si
Ganjil sang jagoan di dalam penjara tersebut. Midun sangat yakin bahwa si Ganjil telah diperintahkan
oleh sipir untuk bertarung dengannya. Pada awalnya, Madun tidaklah ingin jikalau pertarungan
tersebut terjadi, akan tetapi melihat raut wajah Ganjil yang tidak sabar untuk menghabisinya, Ia
terpaksa melayaninya. Ternyata Midun berhasi mengalahkan Si ganjil. Hal ini menyebabkan Para
tahanan menjadi tidak berani untuk mengganggu Midun. Karena yang paling dianggap jago oleh Para
tahanan itu kalah, mereka kemudian pada takut dengan Midun. Midun sejak itu sangat dihormati dan
dihargai oleh para tahanan lainnya serta para Opas dan sipir juga ikut menghormatinya. Bahkan
Midun tidak lagi disuruh untuk mengerjakan pekerjaan yang berat, Midun kini menjadi sahabat para
tahanan yang lain.
Suatu saat. ketika Midun sedang bertugas menyapu jalan, Midun bertemu seorang wanita
cantik yang sedang duduk melamun di bawah pohon kenari. Ketika gadis itu pergi, ternyata kalung
yang dikenakan gadis itu tertinggal di bawah pohon itu. Kalung itu kemudian dikembalikan oleh
Midun ke rumah si gadis. Betapa senang hati gadis itu. Gadis itu sampai jatuh hati dengan Midun.
Midun juga tenyata jatuh hati juga dengan si gadis. Gadis itu bernama Halimah. Setelah pertemuan
tersebut, mereka berdua lebih sering bertemu. Mereka juga saling berbagi cerita dan pengalaman
hidup, Halimah bercerita bahwa dirinya tinggal dengan seorang ibu kandung dan ayah tiri. Pada saat
Midun bertemu dengan Halimah, ternyata ibu Halimah sedang sakit keras. Dan beberapa hari
kemudian, Ibu itupun meninggal dunia. Betapa sakit hati Halimah. Dia merasa tidak bebas tinggal
dengan ayah tirinya tersebut. Dan Dia hendak pergi dari rumah karena selalu merasa gelisah. Halimah
sangat berharap suatu saat dia bisa tinggal dengan ayah kandungnya yang ketika itu tinggal di Bogor.
Pada malam Setelah Keluar dari penjara, Midun membantu Halimah keluar dari rumah ayah
tirinya tersebut, karena Halimah pada saat itu akan diperkosa oleh ayah tirinya yang bejat itu. Usaha
Midun tersebut berhasil karena dibantu oleh Pak Karto seorang sipir penjara yang baik sangat baik
hati. Setelah beberapa hari menginap di rumah pak Karto, Midun segera mengantarkan Halimah ke
Bogor, ke rumah ayah kandung Halimah. Ayah Halimah merupakan orang yang berkepribadian sangat
baik. Dia sangat senang jikalau Midun bersedia tinggal bersama mereka. Kurang lebih dua bulan
Midun bersama ayah Halimah. Midun merasa tidak enak selama tinggal dengan keluarga Halimah,
karena pada saat itu Ia hanya tinggal makan minum saja, tanpa ada usaha sedikitpun. Midunpun
hendak mulai mencari penghasilan. Dia kemudian pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan di sana.
Dalam Perjalanannya ke Jakarta tersebut. Midun berkenalan dengan saudagar kaya keturunan
arab. Ia bernama Syekh Abdullah Al-Hadramut . saudagar ini sebenarnya merupakan seorang rentenir
yang bermuka dua. Setelah keduanya saling kenalan dan sangat akrab, Dengan tanpa pikiran yang
buruk, Midun bersedia menerima uang pinjaman Syehk tersebut sebagai modalnya untuk membuka
usaha .Sesuai dengan saran Syehk itu, Midun akan membuka usaha dagang di Jakarta.
Selang beberapa lama kemudian, Usaha yang didirikan oleh Midun ini semakin lama semakin
besar dan maju. Usaha Midun ini berkembang sangat pesat. Melihat kemajuan usaha dagang yang
8
dijalani Midun ini, rupanya membuat Syehk Abdullah Al-Hadramut menjadi iri hati terhadap Midun.
Syekh tersebut menagih hutang Midun kepadanya dengan jumlah yang jauh lebih besar dari jumlah
pinjaman Midun yang dahulu. Tentu saja Midun tidak bersedia membayarnya dengan jumlah yang
berlipat lipat seperti itu, karena hal itu sama saja dengan perbuatan Riba. Dan Riba diharamkan dalam
ajaran agama Islam, karena hal ini sama saja dengan memakan uang haram. Tingkah laku Syekh
Abdullah Al-Hadramut ini menghilangkan kepercayaan Midun terhadapnya. Setelah gagal mendesak
Midun dengan cara yag demikian, rupanya Ia menagih hutang tersebut dengan cara lain. Ia bersedia
hutang tersebut tidak perlu dibayar atau dianggap lunas, dengan syarat bahwa Midun harus bersedia
menyerahkan Halimah untuk ia jadikan sebagai istrinya. Jelas tawaran itu membuat Midun marah
besar padanya . Halimah juga sangat marah pada Syekh Abdullah Al-Hadramut tersebut. Karena Ia
telah gagal, akhirnya Syekh tersebut mengajukan Midun ke meja hijau. Akhirnya Midun diadili
dengan tuntutan berhutang. Dalam persidangan tersebut Midun dinyatakan bersalah oleh pihak
pengadilan. Dan Midunpun terpaksa harus dipenjara untuk yang kedua kalinya.
Tidak lama kemudian, Midunpun dibebaskan dari penjara. Pada hari ketika Midun
dibebaskan, Ia memutuskan untuk berjalan-jalan ke Pasar Baru. Sesampainya di pasar tersebut, tiba
tiba Midun melihat suatu keributan. Di mana ada seorang pribumi yang sedang mengamuk
menyerang seorang Sinyo Belanda. Tanpa pikir panjang Midun yang memiliki sifat gemar menolong
itu, segera menyelamatkan Si Sinyo Belanda tersebut. Sinyo Belanda itu sangat berterima kasih
kepada Midun yang telah menyelamatkan nyawanya tersebut. Oleh Sinyo Belanda itu, Midun
kemudian diperkenalkan kepada orang tuanya.
Orang tua Sinyo Belanda itu ternyata seorang Kepala Komisaris, yang dijuluki Tuan
Hoofdcommissaris. Sebagai ucapan terima kasihnya pada Midun yang telah menyelamatkan nyawa
anaknya tersebut, Midun langsung diberinya pekerjaan. Midun bekerja sebagai seorang juru tulis di
kantor Tuan Hoofdcommissaris tersebut.Setelah mendapat pekerjaan itu, Midunpun segera melamar
Halimah. Kemudian mereka menikah di Bogor tepatnya di rumah orang tua Halimah. Prestasi kerja
Midun begitu baik di mata pimpinannya. Melihat prestasi yang telah dicapai oleh anak buahnya
tersebut,
Midun kemudian diangkat menjadi Kepala Mantri Polisi di Tanjung Priok. Tak lama
kemudian, Ia langsung ditugaskan untuk menumpas para penyeludup Narkotika di Medan. Selama di
Medan itu, tanpa disengaja Midun bertemu dengan adiknya, Manjau. Manjau bercerita banyak tentang
kampung halamannya. Midun begitu sedih rnendengar kabar keluarganya di kampung yang hidup
menderita. Karena tanpa sepengetahuan Midun, ternyata Ayahandanya telah meninggal dunia, dan
pada waktu yang bersamaan kemenakan (ponakan )dari ayahnya tersebut merebut semua harta benda
milik keluarganya. Karena mereka percaya bahwa harta kemenakan (ponakan) akan diwariskan
kepada ponakan, bukan kepada anak keturunannya masing-masing.
Selain itu, Manjau juga bercerita bahwa Juriah adiknya sekarang telah menikah dengan Maun
yaitu sehabat masa kecil Midun. Mendengar cerita Manjau tersebut, Midun sangat sedih dan prihatin
akan keadaan Ibu dan keluarganya serta membuat Ia merasa terpanggil untuk kembali ke kampun
halamannya di Minangkabau. Sehingga , ketika Midun kembali ke Jakarta, Ia segera meminta agar
ditugaskan di Kampung halamannya. Permintaan Midun itu dipenuhi oleh pimpinannya. Kepulangan
Midun ke kampung halamannya itu membuat Kacak sangat resah dan gelisah. Pada saat itu, Kacak
telah menjabat sebagai penghulu kampung. Kacak sangat gelisah sebab dia takut perbuatannya yang
telah menggelapkan kas negara itu akan segera terbongkar karena kedatangan Midun. Dan dia yakin
Midun akan berhasil rnembongkar perbuatan tersebut. Sebelum, hal itu terjadi Kacak telah terlebih
dahulu melarikan diri.
Tidak lama kemudian,semua kasus yang dilakukan oleh Kacak akhirnya terbongkar, Sebulan
kemudian, Kacak akhirnya dapat ditangkap dari tempat persembunyiannya di Lubuksikaping.
9
Dengan tangan dibelenggu, ia pun dibawa polisike Bukittinggi dan dimasukkan ke penjara. Enam
bulan kemudian, perkara Kacak diperiksa. Karena secara terang-terangan ia telah terbukti bersalah,
maka Kacak dihukum 2 tahun dan dibuang ke Padang..Sedangkan Midun hidup bahagia bersama istri
dan seluruh keluarganya di kampung.
TAMAT
10
2. LATAR BELAKANG DAN ISI
Sebelum kita membahas lebih dalam mengenai Perbedaan Adat Istiadat dan Krakteristik
antara Novel “Sengsara membawa nikmat” karya T.Sutan Sati dengan kehidupan masa kini, kami
terlebih dahulu akan menguaraikan beberapa hal yang mendorong kami untuk mengangkat topik
ini. Diantaranya karena kami memandang akan kemajuan tekhnologi dan maraknya Globalisasi
sehingga menyebabkan masyarakat berpola hidup Westernisasi yaitu pola hidup yang kebaratbaratan, dan dapat disimpulkan berkiblat pada dunia Liberalisme barat di mana warganya
diberikan kebebasan yang mutlak oleh pemerintah. Menurut catatan yang bersumber dari internet,
telah banyak anak bangsa yang telah tenggelam di dalam pola berpikir dan pola hidup ala barat.
Banyaknya masyarakat yang telah terpengaruh oleh dampak Westernisasi ini, tentunya menjadi
tantangan tersendiri bagi kita sebagai anak bangsa. Dengan penuh pengharapan semoga tidak ada
lagi anak bangsa yang terpenggal pengaruh negative daripada pola hidup tersebut, kami sengaja
mengangkat topik ini. Dengan tujuan dapat melahirkan kembali nilai-nilai moral yang telah luput
dan banyak ditinggalkan orang masa kini, terutama anak muda. Di mana perilaku dan sikap
mereka yang sangat jauh berbeda dengan orang-orang terdahulu, yang memiliki
perilaku,sifat,tabiat, hingga cara bertutur kata yang sangat memperhatikan nilai-nilai moral dan
segi agamanya.
Meskipun novel ini juga menyinggung masalah kekerasan, namun anggap saja hal
tersebut layaknya kiasan semata dan mari kita memetik seribu teladan yang telah dicontohkan
oleh sanak saudara kita terdahulu melalui novel ini. Sebelum memperbincangkan lebih dalam
mengenai novel ini, terlebih dahulu kami perkenalkan apa itu Novel.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Novel merupakan ”karangan prosa
yang panjang, yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang
disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku”. Sejalan dengan pengertian
tersebut, di dalam buku yang berjudul Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMP/MTs kelas
IX, penerbit CV. Ghyyas Putra, 2008:189, disebutkan bahwa “novel merupakan salah satu
genre(bagian) sastra yang paling representative (mewakili) dari masyarakat dan peradabannya.
Sebagaimana dikemukakan oleh Teeuw bahwa kehadiran sastra tidak dalam kondisi kosong,
artinya karya sastra hadir selalu menggambakan kondisi zamannya. Selain itu, menurut Dr.
Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi,M.Pd, Dra. Abdul Roni,M.Pd, “novel merupakan bentuk
karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai sosial budaya, moral, dan pendidikan.
Sedangkan menurut Jakob Sumarjo, novel adalah bentuk karya sastra yang paling popular di
dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya
komunitasnya yang kuat pada masyarakat. Dan yang terakhir, Drs. Rostamaji,M.Pd dan Drs. Agus
Priantoro,S.Pd mengemukakan bahwa novel merupakan karya sastra yang memiliki dua
unsur,yaitu : unsur Ekstrinsik dan unsur Intrinsik yan keduanya saling berhubungan karena sangat
11
berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra. Berdasarkan beberapa pengertian novel
tersebut dapat kami simpulkan bahwa novel adalah salah satu jenis sastra tulis yang cukup
panjang dan menggambarkan adat istiadat setiap tokoh, disertai dengan perangai,sifat,serta pola
hidupnya. Dan memiliki dua unsur, yaitu unsur intrinsic dan unsur ekstrinsik. Untuk diketahui
bersama, bahwa Novel zaman sekarang ini sangat auh berbeda dengan novel-novel pada angkatan
20-an hingga 30-an. Salah satu perbedaannya adalah “novel-novel pada zaman sekarang ini
banyak menggunakan bahasa-bahasa modern yang sangat mudah untuk dipahami oleh
pembaca(masyarakat luas). Lain halnya dengan novel angkatan 20-an hingga 30-an, di mana
novel-novel tersebut sangat banyak menggunakan bahasa-bahasa daerah. Khususnya untuk novel
ini yang sangat banyak menggunakan istiah bahasa Melayu khususnya bahasa Minangkabau.
sehingga sulit untuk dipahami. Menurut, sumber yang kami dapatkan, menggunakan bahasa
Melayu yang kentalmerupakn salah satu ciri khas novel tersebut.”
Novel-novel zaman dahulu juga menyampaikan kepada kita mengenai cara-cara
berhubungan dan bersosialisasi satu sama lain terutama antara laki-laki dan perempuan yang
sesuai dengan ajaran agama,tata karma, norma, dan adat istiadat yang berlaku di daerah setempat.
Sedangkan novel zaman sekarang tidak mencantumkan hal-hal seperti itu. Bahkan dengan
membaca novel-novel tersebut kita akan terpengaruh untuk melakukan hal-hal yang bertentangan
dengan ajaran agama, adat istiadat, norma dalam bergaul dengan sesama khususnya dengan teman
lawan jenis. Novel-novel ini membuat kita hanyut dalam era globalisasi, dan jikalau kita lalai,
maka kita akan terjebak dalam pengaruh negative globalisasi tersebut. Akan tetapi, tidak semua
Novel yang seperti hal tersebut.
Sekian latar belakang kami mengangkat topik ini, harap dimaklumi, dan semoga
bermanfaat.
a. Pembahasan
1. Adat istiadat yang terkandung pada novel “Sengsara Membawa Nikmat” karya T.S.Sati
Kata Adat Istiadat, tersusun atas dua kata,yaitu Adat dan Istiadat. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Adat adalah “1. aturan(perbuatan dan
sebagainya) yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala.2. cara(kelakuan dan
sebagainya yang sudah menjadi kebiasaan.3. wujud gagasan kebudayaan yang terdiri
atas nilai-nilai budaya,norma,hokum, dan aturan yang satu dengan yang lainnya
berkaitan menjadi suatu system.4. cukai menurut peraturan yang berlaku. Berdasarkan
catatan yang besumber dari internet, adat merupakan gagasan kebudayaan yang terdiri
dari nilai-nilai kebudayaan,norma,kebiasaan,kelembagaan, dan hukum adat yang lazim
dilakukan di suatu daerah.
Menurut Jalaluddin Tunsam(seorang berkebangsaan Arab yang tinggal di Aceh
dalam tulisannya pada tahun 1660). Adat berasal dari bahasa Arab yaitu عاداتyang
12
merupakan bentuk jamak dari ( عادةadah) yang berarti cara atau kebiasaan. Di
Indonesia, kata adat baru digunakan pada sekitar akhir abad ke-19. Sebelumnya kata ini
hanya dikenal pada masyarakat Melayu setelah pertemuan budayanya dengan agama
Islam pada sekitar abad ke-16.selain beberapa pengertian tersebut, dijelaskan pula
bahwa Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai
kebudayaan,norma,kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di
suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang
menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap perilaku yang
dianggap menyimpang. Setelah memperhatikan pendapat dan keterangan di atas, dapat
disimpulkan bahwa adat adalah “kebiasaan turun-temurun yang dilakukan oleh
masyarakat daerah setempat, yang meliputi norma dan kebiasaan masyarakat di daerah
tersebut. Apabila adat tersebut dilanggar, maka pelakunya akan memperoleh sanksi tak
tertulis, sesuai dengan ketetapan bersama.
Adapun yang diamaksud dengan kata Istiadat adalah : Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), Istiadat merupakan “tata kelakuan yang kekal dan turuntemurun dari generasi satu ke generasi lain sebagai warisan sehingga integrasinya
dengan pola perilaku masyarakat. Integrasi merupakan pembaruan sesuatu hingga
menjadi satu kesatuan yang utuh atau bulat.” Sehingga kami dapat menyimpulkan
bahwa istiadat merupakan kebiasaan turun menurun yang telah terjadi sejak zaman
nenek moyang, dan harus dilestarikan agar tidak terlupakan.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa adat istiadat
merupakan “suatu tradisi dan kebiasaan nenek moyang kita sampai sekarang masih
dipertahankan untuk mengenang nenek moyang kita juga sebagai keanekaragaman
budaya”. Dalam pengertian lain adat istiadat adalah “aneka kelaziman dalm suatu
negeri yang mengikuti pasang naik dan pasang surut situasi masyarakat. Kelaziman ini
pada umumnya menyangkut pengejawatahan unjuk rasa seni budaya masyarkat, seperti
acara-acara keramaian anak negeri, seperti pertunjukan randai, saluang, rabab, taritarian dan aneka kesenian yang dihubungkan dengan upacara penghelatan perkawian,
pengangkatan penghulu maupun untuk menghormati kedatangan tamu agung. Adat
istiadat semacam ini sangat tergantung pada situasi sosial ekonomi masyarakat. Bila
sedang panen baik biasanya megah meriah, begitu pula bila keadaan sebaliknya. Adat
adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan,
kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan disuatu daerah”.
Jadi, berdasarkan beberapa keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa adat
adalah suatu tradisi atau kebiasaan yang dilakukan secara turun menurun. Dari nenek
moyang hingga generasi sekarang. Yang harus dilestarikan dan dijaga. Agar kebiasaan
tersebut tidak hilang.
13
Adapun contoh adat istiadat pada novel ini adalah kebiasaan kegemaran orangorang Minangkabau dalam memainkan alat musik yaitu Rebana. Selain itu, memiliki
kebiasaan bermain Sepak Raga sekali dalam seminggu, tepatnya setiap hari Jum’at sore.
Warga setempat biasa mengadakan permainan tersebut pada waktu Sore di Pasar.
Sehingga, setiap hari Jum’at para pedagang hanya berdagang hingga tengah hari. Tidak
hanya adat istiadat tersebut yang dimiliki oleh orang-orang Minangkabau, tetapi mereka
juga percaya bahwa ketika mereka akan berguru silat, maka harus memenuhi beberapa
syarat, diantaranya beras sesukat, kain putihsekabung, besi sekerat (pisau sebuah), uang
serupiah, penjahit
(jarum) tujuh, dan sirih pinang selengkapnya.Segala barang-
barang itu sebenarnya kiasan saja semuanya.
Arti dan wujudnya:Beras sesukat, gunanya akan dimakan guru, selama
mengajarianak muda yang hendak belajar itu; seolah-olah mengatakan:perlukanlah
mengajarnya, janganlah dilalaikan sebabhendak mencari penghidupan lain.Kain putih
sekabung, "alas tobat" namanya; maksudnyadengan segala putih hati dan tulus anak
muda itu menerimapengajaran; samalah dengan kain itu putih dan bersih hati anakmuda
itu menerima barang apa yang diajarkan guru. Ia akan menurut suruh dan menghentikan
tegah. Dan lagi mujur tak boleh diraih, malang tak boleh ditolak, kalau sekiranya ia
kena pisau atau apa saja sedang belajar, kain itulah akan kafannya kalau ia mati.Besi
sekerat (pisau sebuah) itu maksudnya, seperti senjata itulah tajamnya pengajaran yang
diterimanya dan lagi janganlah ia dikenai senjata, apabila telah tamat pengajarannya.
Uang serupiah, ialah untuk pembeli tembakau yang diisap guru waktu melepaskan lelah
dalam mengajar anak muda itu, hampir searti juga dengan beras sesukat tadi. Penjahit
tujuh, artinya sepekan tujuh hari; hendaklah guru itu tcrus mengajarnya, dengan
pengajaran yang tajam seperti jarum itu. Dan meski tujuh macamnya mara bahaya yang
tajam-tajam menimpa dia, mudah-mudahan terelakkan olehnya, berkat pengajaran guru
itu. Pengajaran guru itu menjadi darah daging hendaknya kepadanya, jangan ada yang
menghalangi, terus saja seperti jarum yang dijahitkan. Sirih pinang selengkapnya,
artinya ialah akan dikunyah guru, waktu ia menghentikan lelah tiap-tiap sesudah
mengajar anak muda itu, dan lagi sirih pinang itu telah menjadi adat yang biasa di tanah
Minangkabau.
Orang Minagkabau juga memiliki tradisi, yaitu setiap warga setempat yang
melakukan kesalahan ringan, seperti Midun yang menolong istri Kacak dan ketika
Midun menangkap pak Inu yang sedang mengamuk di Pasar dan berusaha untuk
membunuh banyak orang maka mereka akan mendapatkan hukuman beronda malam
selama 6 hari. Namun, jika mereka melakukan kesalahan yang fatal(besar), maka
mereka akan digiring ke Bukittinggi dan akan diproses di sana. Seperti pada saat Midun
14
berkelahi dengan Lenggang di Bukittinggi pada saat Pacuan Kuda berlangsung. Tidak
hanya itu, ketika terdakwa tersebut terbukti bersalah maka mereka akan diperjarakan di
Bukittinggi (penjara Bukittinggi).
Selain itu di Bukittinggi juga diselenggarakan pacuan kuda yang dihadiri oleh
orang-orang dari berbagai penjuru Sumatera termasuk dari Minangkabau. Pada saat
pacuan kuda itu berlangsung, juga diadakan Pasar Malam yang sangat megah pada
masa itu. Pasar malam dan Pacuan Kuda tersebut berlangsung selama Enam sampai
Tujuh hari.
Tidak hanya itu, berdasarkan adat yang berlaku di daerah setempat,orang
Minangkabau meyakini bahwa harta peninggalan mamak (paman) akan diwariskan
kepada kemenakannya (keponakannya) dan bukan kepada anak keturunannya.
2. Karakteristik yang terkandung pada novel “Sengsara Membawa Nikmat” karya
T.S.Sati
Sebelum kami membahas lebih lanjut mengenai nilai karakteristik yang terdapat
pada novel ini, alangkah lebih baiknya jika kami memperkenalkan terlebih dahulu apa
itu karakteristik.
Menurut sumber yang kami dapatkan dari Internet, Karakteristik secara
etimologi Istilah karakteristik diambil dari bahasa Inggris yakni characteristic, yang
artinya mengandung sifat khas. Ia mengungkapkan sifat-sifat yang khas dari sesuatu.
Sedangkan Dalam kamus lengkap psikologi karya Chaplin, dijelaskan bahwa
karakteristik merupakan sinonim dari kata karakter, watak, dan sifat yang memiliki
pengertian di antaranya:
Suatu kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat
dijadikan cirri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi, suatu objek, suatu kejadian.
Intergrasi atau sintese dari sifat-sifat individual dalam bentuk suatu untas atau
kesatuan.
Kepribadian seeorang, dipertimbangkan dari titik pandangan etis atau moral.
Jadi di antara pengertian-pengertian di atas sebagaimana yang telah
dikemukakan oleh Chaplin, dapat disimpulkan bahwa karakteristik itu adalah suatu sifat
yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek. Misalnya karakteristik novel
artinya suatu sifat yang khas yang terdapat dalam literature novel, seperti sistematika
penulisan, metode, corak novel tersebut dan lain sebagainya.
Sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) 1995:445), istilah
“karakter” berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari yang lain: tabiat, maupun watakDalam istilah Inggris, karakter
berpadanan dengan “character” yang dalam Oxford Advace Learner’s Dictionary of
Current English (2000) dapat diartikan: (1) All the qualities and features that make a
person, groups of people, and places different from others (semua baik kualitas maupun
ciri-ciri yang membuat seseorang, kelompok orang atau tempat berbeda dari yang
lain); (2) the way the something is, or a particular quality or peature that a thing, an
event or a place has (cara yang khas atau kekhasan yang dimiliki oleh sesuatu,
peristiwa atau tempat); (3) strong personal qualities such as the ability to deal with
15
difficult or dangerous situations (kualitas pribadi yang tangguh misalnya kemampuan
dalam menghadapi situasi yang sulit atau berbahaya);
(4) the interesting or unusual quality that a place or a person has (kualitas
menarik dan luar biasa yang dimiliki suatu tempat atau orang); (5) a person,
particularly an unpleasant or strange one (orang yang aneh atau tidak
menyenangkan); (6) an interesting or unusual person (orang yang menarik dan luar
biasa); (7) the opinion the people have of you, particularly of whether you can be
trusted or relied on (pendapat khalayak tentang anda, apakah anda dapat dipercaya).
Dari penjelasakan konsep karakter di atas, maka karakter pada nomor (5) dan (6)
lebih bersifat informal sedangkan nomor (7) mengandung pengertian yang lebih
bersifat formal.
Karakter yang baik menurut Maxwell (2001) lebih dari sekedar perkataan,
melainkan sebuah pilihan yang membawa kesuksesan. Ia bukan anugerah, melainkan
dibangun sedikit demi sedikit, dengan pikiran, perkataan, perbuatan, kebiasaan,
keberanian usaha keras, dan bahkan dibentuk dari kesulitan hidup.
Jadi, dapat kami simpulkan bahwa karakteristik merupakan sifat yang
mengungkapkan kekhasan atau keistimewaan dari suatu objek, baik objeknya berupa
manusia, hewan, maupun kondisi lingkungan setempat.
Adapun karakteristik yang terkandung pada novel Sengsara Membawa Nikmat
ini antara lain sebagai berikut. Dari segi bahasa yang digunakan, seperti Lepau Nasi
(Warung nasi),mamak (paman), kemenakan (keponakan), berdua belas (acara adat),
Surau (Masjid), Sepak raga (sepak takraw), uda (abang), pemegang kunci (opas
penjara),dan lain sebagainya.
Adapun karakteristik dari segi sifat para tokoh,antara lain : Midun (sopan, taat
dalam beragama, dan pandai bersilat serta penyabar); Kacak (angkuh, kasar, pandai
bersilat lidah, pemarah, egois, dan suka mencari masalah, serta pendendam); Tuanku
Laras(mudah terpengaruh, disegani, serta dihormati di kampungnya); Haji Abbas(baik
hati, pandai bersilat, cerdas,perhatian, adil dan bijaksana, serta ikhlas); Pendekar
Sutan(pandai bersilat, murah hati,adil dan bijaksana, prihatin, penyayang, baik hati,
serta ikhlas dan cerdas); Pak Midun(baik hati, peyayang, memiliki wawasan yang luas,
sabar, tunduk dan patuh kepada agama, serta ikhlas); Maun(sabar, setia kawan, baik
hati, sopan dan taat beragama); Halimah(taat kepada suami dan agama, baik hati, tabah,
sopan, dan setia); Pak Karto(baik hati, suka menolong, serta sabar); Bapak tiri
Halimah(kejam, biadab, pandai menggoda, serta tidak berperasaan); Syekh Abdullah
Al-Hadramut(suka menipu,kejam, memiliki hati yang kurang baik,serta tidak
berperikemanusiaaan); Tuan Hoofdcommissaris(pandai berterima kasih, baik hati dan
gemar menolong); Manjau (ramah, sopan, dan penyabar).
16
Yang terakhir adalah dari karakteristik segi kehidupan masyarakat setempat
dintaranya adalah: atap rumah gadang yang berbentuk runcing seperti tanduk Kerbau;
pada setiap minggunya tepatnya pada hari Jum’at diadakan perlombaan Sepak Raga,
sedangkan di daerah lain tidak diadakan hal yang demikian; pada saat itu warga
Indonesia masih menggunakan bendera Belanda yaitu Merah Putih Biru; serta yang
terakhir adalah kondisi penjara pada masa itu berbeda jauh dengan penjara zaman
sekarang. Di mana kondisi penjara pada zaman tersebut sangatlah tragis. Telah menjadi
kebiasaan Para opas penjara untuk menyiksa dengan sadis bahkan mereka tega untuk
mengadu para tahanan layaknya Binatang.
17
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:
Kesimpulan arti novel adalah salah satu jenis sastra tulis yang cukup panjang dan menggambarkan
adat istiadat setiap tokoh, disertai dengan perangai, sifat, serta pola hidupnya. Dan memiliki dua unsur, yaitu
unsur intrinsic dan unsur ekstrinsik yang keduanya saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam
kehadiran sebuah karya sastra.
Perbedaan novel angkatan 20-an hingga 30-an dengan novel zaman sekarang adalah novel-novel
pada zaman sekarang ini banyak menggunakan bahasa-bahasa modern yang sangat mudah untuk dipahami
oleh pembaca (masyarakat luas). Lain halnya dengan novel angkatan 20-an hingga 30-an, di mana novelnovel tersebut sangat banyak menggunakan bahasa-bahasa daerah. Penggunaan bahasa daerah yang kental
juga merupakan salah satu ciri khas bagi novel angkatan 20 hingga 30-an.
Novel-novel zaman dahulu juga menyampaikan kepada kita mengenai cara-cara berhubungan dan
bersosialisasi satu sama lain terutama antara laki-laki dan perempuan yang sesuai dengan ajaran agama,tata
karma, norma, dan adat istiadat yang berlaku di daerah setempat. Sedangkan novel zaman sekarang tidak
mencantumkan hal-hal seperti itu. Bahkan dengan membaca novel-novel tersebut kita akan terpengaruh
untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama, adat istiadat, norma dalam bergaul dengan
sesama khususnya dengan teman lawan jenis. Novel-novel ini membuat kita hanyut dalam era globalisasi,
dan jikalau kita lalai, maka kita akan terjebak dalam pengaruh negative globalisasi tersebut. Akan tetapi,
tidak semua Novel yang seperti hal tersebut.
Kesimpulan adat dan istiadat adat adalah kebiasaan turun-temurun yang dilakukan oleh
masyarakat daerah setempat, yang meliputi norma dan kebiasaan masyarakat di daerah tersebut. Apabila adat
tersebut dilanggar, maka pelakunya akan memperoleh sanksi tak tertulis, sesuai dengan ketetapan bersama.
Adapun yang diamaksud dengan kata Istiadat kebiasaan turun menurun yang telah terjadi sejak zaman nenek
moyang, dan harus dilestarikan agar tidak terlupakan. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa adat istiadat merupakan “suatu tradisi dan kebiasaan nenek moyang kita sampai sekarang
masih dipertahankan untuk mengenang nenek moyang kita juga sebagai keanekaragaman budaya”. Dalam
pengertian lainadat istiadat adalah “aneka kelaziman dalm suatu negeri yang mengikuti pasang naik dan
pasang surut situasi masyarakat.
contoh adat istiadat pada novel ini adalah kebiasaan kegemaran orang-orang Minangkabau dalam
memainkan alat musik yaitu Rebana. Selain itu, memiliki kebiasaan bermain SepakRaga sekali dalam
seminggu, tepatnya setiap hari Jum’at sore.Warga setempat biasa mengadakan permainan tersebut pada
waktu Sore di Pasar.Sehingga, setiap hari Jum’at para pedagang hanya berdagang hingga tengah hari.
Kesimpulan dari atri karakteristik adalah sifat yang mengungkapkan kekhasan/keistimewaan dari
sesuatu. Dan Sifat yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan
seorang pribadi, suatu objek, suatu kejadian. Serta suatu sifat yang melekat pada seseorang atau suatu objek.
Misalnya karakteristik novel artinya suatu sifat yang khas yang terdapat dalam literature novel, seperti
sistematika penulisan, metode, corak novel tersebut dan lain sebagainya.
18
B. Saran
Saran kami terhadap novel-novel zaman sekarang agar tidak serta merta mengikuti novel- novel
angkatan 20 hingga 30-an. Karena novel-novel pada masa identic dengan penggunaan bahasa daerah yang
kental, sehingga sulit dipahami oleh para pembaca di kalangan umum. Ataupun jika terpaksa menggunakan
bahasa daerah, sebaiknya dicantumkan arti yang terlebih dahulu telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia.
Selain itu kami juga mengharapkan kepada penulis novel pada zaman sekarang ini untuk lebih
memperhatikan ajaran agama, agar para pembaca lebih mengetahui bagaimana cara bersosialisasi atau
berhubungan debgan sesame terutama dengan lawan jenis. Dengan demikian kami berharap agar novel
Indonesia dapat lebih dikenal di kalangan dunia…
Amieen ……………………..
19
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Suprihatini, Amin,dkk.2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Klaten: Intan Pariwara
Sati, Tulis, Sutan.1929. Sengsara Membawa Nikmat. Jakarta: Balai Pustaka
DOKUMEN
Ulama, Satkar.2013. Peluang Dan Tantangan Industri Mode Italia Di China. Makassar: Universitas
Hasanuddin
WEBSITE
http://rafimahmudzain.blogspot.com/2012/01/analisis-novel-sengsara-membawa-nikmat.html
http://www.imuzcorner.com/2012/11/penulisan-daftar-pustaka-yang-benar.html
http://translate.google.com/?hl=id#en/nl/terima%20kasih
http://books.google.co.id/books/about/Sengsara_membawa_nikmat.html?id=X-MqAAAAMAAJ
http://indosastra.com/sinopsis-cuplikan-resensi-ringkasan-analisis-karya-sastra/sinopsis-novel-sengsaramembawa-nikmat-tulis-sutan-sati/
http://sinopsisnovelku.blogspot.com/2013/03/sinopsis-sengsara-membawa-nikmat.html
http://ebenzezher-ebenzezher.blogspot.com/2012/01/sinopsis-novel-sengsara-membawa-nikmat.html
20
ANALISIS PERBEDAAN ADAT ISTIADAT DAN KARAKTERISTIK
NOVEL”SENGSARA MEMBAWA NIKMAT”KARYA TULIS SUTAN SATI
DENGAN KEHIDUPAN MASA KINI
OLEH
:
KELOMPOK LIMA
1.Qurrata A’yun Idham
2.Ike Nurmlisari Ramdhani
3.Salsabila Firatunnisa
4.Muhammad Husein
5.M. Jihad Al-Azis
MTsN BIMA 1 KOTA BIMA
TAHUN 2013/2014
2
HALAMAN PENGESAHAN
JUDUL : Analisis Perbedaan Adat Istiadat dan Karakteristik Novel “sengsara Membawa Nikmat” Karya
Tulis Sutan Sati dengan kehidupan masa kini.
OLEH : Kelompok Lima
KELAS : 8 Akselerasi
Penelitian ini telah diterima dengan sah pada tanggal
Maret 2014
Oleh :
Pembina
Mata pelajaran Bahasa Indonesia
Ferawati,S.Pd
3
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘Alamiiin.
Kata pengantar memang ditempatkan pada halaman depan makalah ini, namun pengerjaannya
dilakukan terakhir oleh kami, setelah kami menyelesaikan semua unsur-unsur yang harus ada pada makalah
ini dengan tata bahasa yang baik dan rasional dan tekhnik peulisan yang tidak boleh cacat dan sesuai dengan
EYD, serta analisis yang mendalam dengan ilmu yang sudah kami peroleh sejak tahun 2012.
Pertama, kami haturkan terimakasih kepada guru pembimbing yang telah banyak
mengarahkan dan membantu penyelesaian makalah ini sejak hari pemberian tugas hingga kami dapat
menyelesaikannya. Ibu Ferawati,S.Pd telah banyak berkontribusi dengan mengarahkan agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami kedepanya dan tentunya bermanfaat pula bagi pembaca yang lainnya. Beliau
telah menjadi tempat kami mengadu bahkan untuk hal-hal kecil seperti tekhnik penulisan atau istilah-istilah
yang boleh atau tidak boleh kami gunakan dalam penulisan makalah ini. Sekali lagi terima kasih atas ilmu,
nasehat, kebaikan, serta pengalaman yang telah dibagi selama dua tahun hingga kini.
Terakhir, untuk Allah SWT. Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dengan segala
rahmat, petunjuk, dan karuniaNya, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan tepat pada waktunya.
Berapa kalipun kami mengucapkan terima kasih, tidak akan pernah cukup untuk membalas semua kebaikanNya selama ini. Sengaja kami cantumkan nama-Nya terakhir, karena kami tahu kenikmatan ini semua datang
dari-Nya, dan akan kembali kepada-Nya.
Mohon maaf jika ada kesalahan yang luput kami lakukan. Selamat membaca, dan semoga
bermanfaat bagi kita kedepannya.
Terima kasih.
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………………....
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………….………………………………………... 1
KATA PENGANTAR …………….……………………………………… …………………………….. 2
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………... 3
PENDAHULUAN………………………….…………………………………………………………….. 4
a. Rumusan masalah ……………………………………………..………………………………. 4
b. Tujuan ………………………..………………………………………………………………... 4
c. Manfaat ………………………………………………………………………..………………. 4
BAB I
PEMBAHASAN ……………………………………………………………………………….………… 5
a. Sinopsis Novel …………………………………………………………................................... 5
b. Latar belakang dan isi…………...……………………………..……………………………… 9
BAB II
PENUTUP ………………………………………………………..……………………………………. 16
a. Kesimpulan ……………………………………….……………………………………….. 16
b. Saran …………………………………………….………………………………………. ... 17
BAB III
DAFTAR PUSTAKA …………………………………..……………………………………………… ..18
5
PENDAHULUAN
a. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah adat itu ?
2. Hal apa sajakah yang termasuk dalam contoh adat ?
3. Apakah yang dimaksud dengan karakteristik ?
4. Bagaimanakah contoh karakteristik itu ?
5. Apakah novel itu ?
6. Bagaimanakah perbedaan adat istiadat antara novel angkatan 20-an dan kehidupan zaman sekarang
7.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
c.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
ini ?
Apa sajakah perbedaan karakteristik antara novel angkatan 20-an denga kehidupan masa kini ?
TUJUAN
menemukan pengertian adat
menemukan contoh adat
menemukan pengertian karakteristik
menemukan contoh karakteristik
menemukan pengertian novel
menemukan perbedaan adat istiadat antara novel angkatan 20-an dan kehidupan zaman sekarang
menemukan perbedaan karakteristik antara novel angkatan 20-an dengan kehidupan masa kini
MANFAAT
mengetahui pengertian adat
mengetahui contoh adat
mengetahui pengertian karakteristik
mengetahui contoh karakteristik
mengetahui pengertian novel
mengetahui perbedaan adat istiadat antara novel angkatan 20-an dan kehidupan zaman sekarang
mengetahui perbedaan karakteristik antara novel angkatan 20-an dengan kehidupan masa kini
BAB I
PEMBAHASAN
1. SINOPSIS NOVEL
Novel karya Tulis Sutan Sati menceritakan tentang dua orang pemuda yang bernama Midun
dan Kacak. Midun berasal dari Padang tepatnya di Minangkabau, ia sangat disenangi oleh warga
kampung karena kebaikannya. Hal inilah yang membuat kacak benci kepadanya. Kacak ingin hanya
dirinyalah yang disegani karena ia adalah kemenakan tuanku Laras yaitu kepala desa dikampungnya.
Hal ini menyebabkan ia menjadi sangat angkuh dan sombong. Itulah yang membuat warga desa lebih
sayang kepada midun daripada kacak. Kacak sangat tidak suka meliahat orang yang lebih dari dia,
terutama Midun. Dia sangat sering mencari kesempatan untuk dapat mencelakakan Midun, namun
tidak pernah berhasil. Kacak juga sering mencari gara-gara agar Midun marah padanya, namun Midun
tak pernah menanggapinya. Midun selalu menghindar ketika Kacak mengajaknya untuk bertarung.
Midun bukan takut kalah dalam bertarung dengan Kacak, akan tetapi karena Midun tidak senang
bertarung dan tidak suka akan permusuhan. Ilmu silat yang dia dapatkan dari hasil belajarnya pada
6
Haji Abbas bukan untuk dipergunakan berkelahi dan mencari musuh tapi untuk membela diri dan
mencari kawan. Pada
Suatu saat, istri Kacak yang bernama Katijah terjatuh ke dalam sungai. Dia hampir lenyap
karena terbawa arus sungai. Untung saja pada waktu itu Midun sedang berada dekat dari tempat
kejadian tersebut. Midun dengan sigap menolong istri Kacak itu. Akhirnya, Istri Kacak selamat
berkat pertolongan Midun. Namun, Kacak malah balik menuduh Midun bahwa Midun hendak
memperkosa istrinya. Sungguh,Air susu dibalas dengan air tuba. Begitulah cara Kacak berterima
kasih pada Midun. Kacakpun menantang Midun untuk bertarung, pada saat itu Midun menanggapi
tantangan tersebut. Dalam perkelahian itu Midun berhasil mengalahkan Kacak., hingga Kacak pergi
melarikan diri karena tidak tahan malu. Karena Ia telah kalah dalam pertarungan tersebut, Kacak
menjadi semakin marah dan dendam pada Midun. Kacak kemudian melaporkan semuanya pada
mamaknya (pamannya) Tuanku Laras. Rupanya pada sat melaporkan kejadian tersebut Kacak telah
memfitnah Midun, dan Tuanku Laras percaya saja dengan tuduhan Kacak tersebut. Atas laporan palsu
tersebut, Midun diganjar hukuman oleh Tuanku Laras, yaitu harus bekerja di rumah Tuanku Laras
tanpa menerima upah. Dan orang yang ditugaskan oleh Tuanku Laras untuk mengwasi Midun selama
menjalani hukuman tersebut adalah Kacak. Setelah mendapatkan tugas tersebut, Kacak demikian
bahagia. Kacak dapat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyiksa Midun.
Hampir setiap hari Midun diperlakukan secara kasar. Pukulan dan tendangan Kacak hampir
setiap saat menghantam Midun. Juga segala macam kata-kata hinaan dari Kacak tiap hari mampir di
telinga Midun. Namun semua perlakuan itu Midun terima dengan penuh kepasraaan hati dan jiwa.
Walaupun Midun telah mendapat hukuman dari Tuanku Laras, namun Kacak rupanya belum puas
juga. Dia belum puas sebab Midun masih dengan bebas berkeliaran di kampong tersebut. Dia tidak
rela dan ikhlas jikalau Midun masih berada di kampong tersebut. Jika Midun masih berada di
kampungnya, itu berarti masih menjadi semacam penghalang utama bagi Kacak untuk bisa berbuat
seenaknya di kampung itu. Untuk itulah dia hendak melenyapkan Midun dari kampungnya untuk
selama-lamanya. Untuk melaksanakan niatnya itu, Kacak membayar beberapa orang pembunuh
bayaran guna melenyapkan Midun. Usaha untuk melenyapkan Midun itu mereka rencanakan akan
dilaksanakan ketika diadakan suatu perlombaan kuda di Bukittinggi kelak. Setelah direncanakan
dengan sempurna, rencana pembunuhan itupun mulai di lakukan. Perlombaan Pacuan Kuda itupun
diadakan, pada saat itu Midun dengan ditemani sehabatnya Maun berangkat ke Bukittinggi.
Sewaktu Midun dan Maun membeli makanan di warung kopi di pinggir gelanggang pacuan
kuda tersebut, orang-orang sewaan Kacak itu menyerang Midun dari belakang dengan menggunakan
pisau. Perkelahianpun terjadi, semua orang yang berada pada acara Pacuan Kuda tersebut
menyaksikan pertarungan itu dengan panic, akan tetapi untungnya Midun berhasil mengelakkan
serangan dari Lenggang,pembunuh bayaran Kacak tersebut, karena ia terlebih dahulu diingatkan oleh
Maun. Namun perkelahian antar mereka tidak bisa dihindari lagi. Maka terjadilah keributan di dalam
acar pacuan kuda itu. Perkelahian tersebut membuat Lenggang jatuh tersungkur dan berlumuran darah
karena tersabet pisaunya sendiri, namun Perkelahian tersebut berhenti ketika polisi datang
menghampiri mereka.
Pada saat itu, Midun ditangkap karena bajunya berlumuran darah, sedangkan Maun ditangkap
karena Ia berdiri di dekat orang yang terhentar di tanah yaitu Lenggang, merekapun digiring ke kantor
Polisi yang terdapat di Bukittinggi untuk diperiksa, sedangkan Lenggang akan dirawat terlebih dahulu
karena lukanya sangatlah parah. Setelah pemeriksaan dilakukan, Maun terbukti tidak bersalah karena
Ia tidak memiliki sangkut pau dengan kejadian tersebut, sehingga Ia dibebaskan. Sedangkan Midun
dinyatakan bersalah dan akan diringkus ke Padang untuk mendekam di penjara Padang.
Menurut cerita,Penjara tersebut sangatlah buruk, untuk mendengar namanya saja orang-orang
sangat takut dan jijik apalagi harus masuk dan menekam di sana selama berbulan-bulan, namun hal
7
naib tersebut akan segera dirasakan sendiri oleh Midun. Ia akan tinggal di sana selama Empat bulan
lamanya.. Lain halnya dengan Lenggang, Ia juga terbukti bersalah dan harus dibuang ke pulayu
terpencil. Mendengar kabar tersebut, betapa senangnya hati Kacak, Ia tidak peduli terhadap apa yang
akan terjadi dengan Lenggang , dengan Midun masuk penjara, maka dia pasti dapat dengan bebas
melakukan apapun di kampungnya itu tanpa ada orang yang berani menjadi penghalangnya.
Selama di penjara, Midun mengalami berbagai siksaan. Dia disiksa dan dicaci maki oleh Para
sipir penjara, maupun tukang kunci (opas penjara). Selain itu, Para tahanan yang ada dalam penjara
tersebut juga sangat sering bertarung dengannya, sebenarnya bukan keinginan mereka sendiri untuk
saling bertarung, akan tetapi para opas dan sipir penjaralah yang mengadu mereka satu sama lain
layaknya Binatang. Jika mereka menolak, maka mereka akan mendapatkan ganjarannya berupa
siksaan yang tidak seharusnya dilakukan. Pada suatu saat Madun ditantang untuk bertarung dengan Si
Ganjil sang jagoan di dalam penjara tersebut. Midun sangat yakin bahwa si Ganjil telah diperintahkan
oleh sipir untuk bertarung dengannya. Pada awalnya, Madun tidaklah ingin jikalau pertarungan
tersebut terjadi, akan tetapi melihat raut wajah Ganjil yang tidak sabar untuk menghabisinya, Ia
terpaksa melayaninya. Ternyata Midun berhasi mengalahkan Si ganjil. Hal ini menyebabkan Para
tahanan menjadi tidak berani untuk mengganggu Midun. Karena yang paling dianggap jago oleh Para
tahanan itu kalah, mereka kemudian pada takut dengan Midun. Midun sejak itu sangat dihormati dan
dihargai oleh para tahanan lainnya serta para Opas dan sipir juga ikut menghormatinya. Bahkan
Midun tidak lagi disuruh untuk mengerjakan pekerjaan yang berat, Midun kini menjadi sahabat para
tahanan yang lain.
Suatu saat. ketika Midun sedang bertugas menyapu jalan, Midun bertemu seorang wanita
cantik yang sedang duduk melamun di bawah pohon kenari. Ketika gadis itu pergi, ternyata kalung
yang dikenakan gadis itu tertinggal di bawah pohon itu. Kalung itu kemudian dikembalikan oleh
Midun ke rumah si gadis. Betapa senang hati gadis itu. Gadis itu sampai jatuh hati dengan Midun.
Midun juga tenyata jatuh hati juga dengan si gadis. Gadis itu bernama Halimah. Setelah pertemuan
tersebut, mereka berdua lebih sering bertemu. Mereka juga saling berbagi cerita dan pengalaman
hidup, Halimah bercerita bahwa dirinya tinggal dengan seorang ibu kandung dan ayah tiri. Pada saat
Midun bertemu dengan Halimah, ternyata ibu Halimah sedang sakit keras. Dan beberapa hari
kemudian, Ibu itupun meninggal dunia. Betapa sakit hati Halimah. Dia merasa tidak bebas tinggal
dengan ayah tirinya tersebut. Dan Dia hendak pergi dari rumah karena selalu merasa gelisah. Halimah
sangat berharap suatu saat dia bisa tinggal dengan ayah kandungnya yang ketika itu tinggal di Bogor.
Pada malam Setelah Keluar dari penjara, Midun membantu Halimah keluar dari rumah ayah
tirinya tersebut, karena Halimah pada saat itu akan diperkosa oleh ayah tirinya yang bejat itu. Usaha
Midun tersebut berhasil karena dibantu oleh Pak Karto seorang sipir penjara yang baik sangat baik
hati. Setelah beberapa hari menginap di rumah pak Karto, Midun segera mengantarkan Halimah ke
Bogor, ke rumah ayah kandung Halimah. Ayah Halimah merupakan orang yang berkepribadian sangat
baik. Dia sangat senang jikalau Midun bersedia tinggal bersama mereka. Kurang lebih dua bulan
Midun bersama ayah Halimah. Midun merasa tidak enak selama tinggal dengan keluarga Halimah,
karena pada saat itu Ia hanya tinggal makan minum saja, tanpa ada usaha sedikitpun. Midunpun
hendak mulai mencari penghasilan. Dia kemudian pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan di sana.
Dalam Perjalanannya ke Jakarta tersebut. Midun berkenalan dengan saudagar kaya keturunan
arab. Ia bernama Syekh Abdullah Al-Hadramut . saudagar ini sebenarnya merupakan seorang rentenir
yang bermuka dua. Setelah keduanya saling kenalan dan sangat akrab, Dengan tanpa pikiran yang
buruk, Midun bersedia menerima uang pinjaman Syehk tersebut sebagai modalnya untuk membuka
usaha .Sesuai dengan saran Syehk itu, Midun akan membuka usaha dagang di Jakarta.
Selang beberapa lama kemudian, Usaha yang didirikan oleh Midun ini semakin lama semakin
besar dan maju. Usaha Midun ini berkembang sangat pesat. Melihat kemajuan usaha dagang yang
8
dijalani Midun ini, rupanya membuat Syehk Abdullah Al-Hadramut menjadi iri hati terhadap Midun.
Syekh tersebut menagih hutang Midun kepadanya dengan jumlah yang jauh lebih besar dari jumlah
pinjaman Midun yang dahulu. Tentu saja Midun tidak bersedia membayarnya dengan jumlah yang
berlipat lipat seperti itu, karena hal itu sama saja dengan perbuatan Riba. Dan Riba diharamkan dalam
ajaran agama Islam, karena hal ini sama saja dengan memakan uang haram. Tingkah laku Syekh
Abdullah Al-Hadramut ini menghilangkan kepercayaan Midun terhadapnya. Setelah gagal mendesak
Midun dengan cara yag demikian, rupanya Ia menagih hutang tersebut dengan cara lain. Ia bersedia
hutang tersebut tidak perlu dibayar atau dianggap lunas, dengan syarat bahwa Midun harus bersedia
menyerahkan Halimah untuk ia jadikan sebagai istrinya. Jelas tawaran itu membuat Midun marah
besar padanya . Halimah juga sangat marah pada Syekh Abdullah Al-Hadramut tersebut. Karena Ia
telah gagal, akhirnya Syekh tersebut mengajukan Midun ke meja hijau. Akhirnya Midun diadili
dengan tuntutan berhutang. Dalam persidangan tersebut Midun dinyatakan bersalah oleh pihak
pengadilan. Dan Midunpun terpaksa harus dipenjara untuk yang kedua kalinya.
Tidak lama kemudian, Midunpun dibebaskan dari penjara. Pada hari ketika Midun
dibebaskan, Ia memutuskan untuk berjalan-jalan ke Pasar Baru. Sesampainya di pasar tersebut, tiba
tiba Midun melihat suatu keributan. Di mana ada seorang pribumi yang sedang mengamuk
menyerang seorang Sinyo Belanda. Tanpa pikir panjang Midun yang memiliki sifat gemar menolong
itu, segera menyelamatkan Si Sinyo Belanda tersebut. Sinyo Belanda itu sangat berterima kasih
kepada Midun yang telah menyelamatkan nyawanya tersebut. Oleh Sinyo Belanda itu, Midun
kemudian diperkenalkan kepada orang tuanya.
Orang tua Sinyo Belanda itu ternyata seorang Kepala Komisaris, yang dijuluki Tuan
Hoofdcommissaris. Sebagai ucapan terima kasihnya pada Midun yang telah menyelamatkan nyawa
anaknya tersebut, Midun langsung diberinya pekerjaan. Midun bekerja sebagai seorang juru tulis di
kantor Tuan Hoofdcommissaris tersebut.Setelah mendapat pekerjaan itu, Midunpun segera melamar
Halimah. Kemudian mereka menikah di Bogor tepatnya di rumah orang tua Halimah. Prestasi kerja
Midun begitu baik di mata pimpinannya. Melihat prestasi yang telah dicapai oleh anak buahnya
tersebut,
Midun kemudian diangkat menjadi Kepala Mantri Polisi di Tanjung Priok. Tak lama
kemudian, Ia langsung ditugaskan untuk menumpas para penyeludup Narkotika di Medan. Selama di
Medan itu, tanpa disengaja Midun bertemu dengan adiknya, Manjau. Manjau bercerita banyak tentang
kampung halamannya. Midun begitu sedih rnendengar kabar keluarganya di kampung yang hidup
menderita. Karena tanpa sepengetahuan Midun, ternyata Ayahandanya telah meninggal dunia, dan
pada waktu yang bersamaan kemenakan (ponakan )dari ayahnya tersebut merebut semua harta benda
milik keluarganya. Karena mereka percaya bahwa harta kemenakan (ponakan) akan diwariskan
kepada ponakan, bukan kepada anak keturunannya masing-masing.
Selain itu, Manjau juga bercerita bahwa Juriah adiknya sekarang telah menikah dengan Maun
yaitu sehabat masa kecil Midun. Mendengar cerita Manjau tersebut, Midun sangat sedih dan prihatin
akan keadaan Ibu dan keluarganya serta membuat Ia merasa terpanggil untuk kembali ke kampun
halamannya di Minangkabau. Sehingga , ketika Midun kembali ke Jakarta, Ia segera meminta agar
ditugaskan di Kampung halamannya. Permintaan Midun itu dipenuhi oleh pimpinannya. Kepulangan
Midun ke kampung halamannya itu membuat Kacak sangat resah dan gelisah. Pada saat itu, Kacak
telah menjabat sebagai penghulu kampung. Kacak sangat gelisah sebab dia takut perbuatannya yang
telah menggelapkan kas negara itu akan segera terbongkar karena kedatangan Midun. Dan dia yakin
Midun akan berhasil rnembongkar perbuatan tersebut. Sebelum, hal itu terjadi Kacak telah terlebih
dahulu melarikan diri.
Tidak lama kemudian,semua kasus yang dilakukan oleh Kacak akhirnya terbongkar, Sebulan
kemudian, Kacak akhirnya dapat ditangkap dari tempat persembunyiannya di Lubuksikaping.
9
Dengan tangan dibelenggu, ia pun dibawa polisike Bukittinggi dan dimasukkan ke penjara. Enam
bulan kemudian, perkara Kacak diperiksa. Karena secara terang-terangan ia telah terbukti bersalah,
maka Kacak dihukum 2 tahun dan dibuang ke Padang..Sedangkan Midun hidup bahagia bersama istri
dan seluruh keluarganya di kampung.
TAMAT
10
2. LATAR BELAKANG DAN ISI
Sebelum kita membahas lebih dalam mengenai Perbedaan Adat Istiadat dan Krakteristik
antara Novel “Sengsara membawa nikmat” karya T.Sutan Sati dengan kehidupan masa kini, kami
terlebih dahulu akan menguaraikan beberapa hal yang mendorong kami untuk mengangkat topik
ini. Diantaranya karena kami memandang akan kemajuan tekhnologi dan maraknya Globalisasi
sehingga menyebabkan masyarakat berpola hidup Westernisasi yaitu pola hidup yang kebaratbaratan, dan dapat disimpulkan berkiblat pada dunia Liberalisme barat di mana warganya
diberikan kebebasan yang mutlak oleh pemerintah. Menurut catatan yang bersumber dari internet,
telah banyak anak bangsa yang telah tenggelam di dalam pola berpikir dan pola hidup ala barat.
Banyaknya masyarakat yang telah terpengaruh oleh dampak Westernisasi ini, tentunya menjadi
tantangan tersendiri bagi kita sebagai anak bangsa. Dengan penuh pengharapan semoga tidak ada
lagi anak bangsa yang terpenggal pengaruh negative daripada pola hidup tersebut, kami sengaja
mengangkat topik ini. Dengan tujuan dapat melahirkan kembali nilai-nilai moral yang telah luput
dan banyak ditinggalkan orang masa kini, terutama anak muda. Di mana perilaku dan sikap
mereka yang sangat jauh berbeda dengan orang-orang terdahulu, yang memiliki
perilaku,sifat,tabiat, hingga cara bertutur kata yang sangat memperhatikan nilai-nilai moral dan
segi agamanya.
Meskipun novel ini juga menyinggung masalah kekerasan, namun anggap saja hal
tersebut layaknya kiasan semata dan mari kita memetik seribu teladan yang telah dicontohkan
oleh sanak saudara kita terdahulu melalui novel ini. Sebelum memperbincangkan lebih dalam
mengenai novel ini, terlebih dahulu kami perkenalkan apa itu Novel.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Novel merupakan ”karangan prosa
yang panjang, yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang
disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku”. Sejalan dengan pengertian
tersebut, di dalam buku yang berjudul Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMP/MTs kelas
IX, penerbit CV. Ghyyas Putra, 2008:189, disebutkan bahwa “novel merupakan salah satu
genre(bagian) sastra yang paling representative (mewakili) dari masyarakat dan peradabannya.
Sebagaimana dikemukakan oleh Teeuw bahwa kehadiran sastra tidak dalam kondisi kosong,
artinya karya sastra hadir selalu menggambakan kondisi zamannya. Selain itu, menurut Dr.
Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi,M.Pd, Dra. Abdul Roni,M.Pd, “novel merupakan bentuk
karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai sosial budaya, moral, dan pendidikan.
Sedangkan menurut Jakob Sumarjo, novel adalah bentuk karya sastra yang paling popular di
dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya
komunitasnya yang kuat pada masyarakat. Dan yang terakhir, Drs. Rostamaji,M.Pd dan Drs. Agus
Priantoro,S.Pd mengemukakan bahwa novel merupakan karya sastra yang memiliki dua
unsur,yaitu : unsur Ekstrinsik dan unsur Intrinsik yan keduanya saling berhubungan karena sangat
11
berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra. Berdasarkan beberapa pengertian novel
tersebut dapat kami simpulkan bahwa novel adalah salah satu jenis sastra tulis yang cukup
panjang dan menggambarkan adat istiadat setiap tokoh, disertai dengan perangai,sifat,serta pola
hidupnya. Dan memiliki dua unsur, yaitu unsur intrinsic dan unsur ekstrinsik. Untuk diketahui
bersama, bahwa Novel zaman sekarang ini sangat auh berbeda dengan novel-novel pada angkatan
20-an hingga 30-an. Salah satu perbedaannya adalah “novel-novel pada zaman sekarang ini
banyak menggunakan bahasa-bahasa modern yang sangat mudah untuk dipahami oleh
pembaca(masyarakat luas). Lain halnya dengan novel angkatan 20-an hingga 30-an, di mana
novel-novel tersebut sangat banyak menggunakan bahasa-bahasa daerah. Khususnya untuk novel
ini yang sangat banyak menggunakan istiah bahasa Melayu khususnya bahasa Minangkabau.
sehingga sulit untuk dipahami. Menurut, sumber yang kami dapatkan, menggunakan bahasa
Melayu yang kentalmerupakn salah satu ciri khas novel tersebut.”
Novel-novel zaman dahulu juga menyampaikan kepada kita mengenai cara-cara
berhubungan dan bersosialisasi satu sama lain terutama antara laki-laki dan perempuan yang
sesuai dengan ajaran agama,tata karma, norma, dan adat istiadat yang berlaku di daerah setempat.
Sedangkan novel zaman sekarang tidak mencantumkan hal-hal seperti itu. Bahkan dengan
membaca novel-novel tersebut kita akan terpengaruh untuk melakukan hal-hal yang bertentangan
dengan ajaran agama, adat istiadat, norma dalam bergaul dengan sesama khususnya dengan teman
lawan jenis. Novel-novel ini membuat kita hanyut dalam era globalisasi, dan jikalau kita lalai,
maka kita akan terjebak dalam pengaruh negative globalisasi tersebut. Akan tetapi, tidak semua
Novel yang seperti hal tersebut.
Sekian latar belakang kami mengangkat topik ini, harap dimaklumi, dan semoga
bermanfaat.
a. Pembahasan
1. Adat istiadat yang terkandung pada novel “Sengsara Membawa Nikmat” karya T.S.Sati
Kata Adat Istiadat, tersusun atas dua kata,yaitu Adat dan Istiadat. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Adat adalah “1. aturan(perbuatan dan
sebagainya) yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala.2. cara(kelakuan dan
sebagainya yang sudah menjadi kebiasaan.3. wujud gagasan kebudayaan yang terdiri
atas nilai-nilai budaya,norma,hokum, dan aturan yang satu dengan yang lainnya
berkaitan menjadi suatu system.4. cukai menurut peraturan yang berlaku. Berdasarkan
catatan yang besumber dari internet, adat merupakan gagasan kebudayaan yang terdiri
dari nilai-nilai kebudayaan,norma,kebiasaan,kelembagaan, dan hukum adat yang lazim
dilakukan di suatu daerah.
Menurut Jalaluddin Tunsam(seorang berkebangsaan Arab yang tinggal di Aceh
dalam tulisannya pada tahun 1660). Adat berasal dari bahasa Arab yaitu عاداتyang
12
merupakan bentuk jamak dari ( عادةadah) yang berarti cara atau kebiasaan. Di
Indonesia, kata adat baru digunakan pada sekitar akhir abad ke-19. Sebelumnya kata ini
hanya dikenal pada masyarakat Melayu setelah pertemuan budayanya dengan agama
Islam pada sekitar abad ke-16.selain beberapa pengertian tersebut, dijelaskan pula
bahwa Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai
kebudayaan,norma,kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di
suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang
menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap perilaku yang
dianggap menyimpang. Setelah memperhatikan pendapat dan keterangan di atas, dapat
disimpulkan bahwa adat adalah “kebiasaan turun-temurun yang dilakukan oleh
masyarakat daerah setempat, yang meliputi norma dan kebiasaan masyarakat di daerah
tersebut. Apabila adat tersebut dilanggar, maka pelakunya akan memperoleh sanksi tak
tertulis, sesuai dengan ketetapan bersama.
Adapun yang diamaksud dengan kata Istiadat adalah : Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), Istiadat merupakan “tata kelakuan yang kekal dan turuntemurun dari generasi satu ke generasi lain sebagai warisan sehingga integrasinya
dengan pola perilaku masyarakat. Integrasi merupakan pembaruan sesuatu hingga
menjadi satu kesatuan yang utuh atau bulat.” Sehingga kami dapat menyimpulkan
bahwa istiadat merupakan kebiasaan turun menurun yang telah terjadi sejak zaman
nenek moyang, dan harus dilestarikan agar tidak terlupakan.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa adat istiadat
merupakan “suatu tradisi dan kebiasaan nenek moyang kita sampai sekarang masih
dipertahankan untuk mengenang nenek moyang kita juga sebagai keanekaragaman
budaya”. Dalam pengertian lain adat istiadat adalah “aneka kelaziman dalm suatu
negeri yang mengikuti pasang naik dan pasang surut situasi masyarakat. Kelaziman ini
pada umumnya menyangkut pengejawatahan unjuk rasa seni budaya masyarkat, seperti
acara-acara keramaian anak negeri, seperti pertunjukan randai, saluang, rabab, taritarian dan aneka kesenian yang dihubungkan dengan upacara penghelatan perkawian,
pengangkatan penghulu maupun untuk menghormati kedatangan tamu agung. Adat
istiadat semacam ini sangat tergantung pada situasi sosial ekonomi masyarakat. Bila
sedang panen baik biasanya megah meriah, begitu pula bila keadaan sebaliknya. Adat
adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan,
kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan disuatu daerah”.
Jadi, berdasarkan beberapa keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa adat
adalah suatu tradisi atau kebiasaan yang dilakukan secara turun menurun. Dari nenek
moyang hingga generasi sekarang. Yang harus dilestarikan dan dijaga. Agar kebiasaan
tersebut tidak hilang.
13
Adapun contoh adat istiadat pada novel ini adalah kebiasaan kegemaran orangorang Minangkabau dalam memainkan alat musik yaitu Rebana. Selain itu, memiliki
kebiasaan bermain Sepak Raga sekali dalam seminggu, tepatnya setiap hari Jum’at sore.
Warga setempat biasa mengadakan permainan tersebut pada waktu Sore di Pasar.
Sehingga, setiap hari Jum’at para pedagang hanya berdagang hingga tengah hari. Tidak
hanya adat istiadat tersebut yang dimiliki oleh orang-orang Minangkabau, tetapi mereka
juga percaya bahwa ketika mereka akan berguru silat, maka harus memenuhi beberapa
syarat, diantaranya beras sesukat, kain putihsekabung, besi sekerat (pisau sebuah), uang
serupiah, penjahit
(jarum) tujuh, dan sirih pinang selengkapnya.Segala barang-
barang itu sebenarnya kiasan saja semuanya.
Arti dan wujudnya:Beras sesukat, gunanya akan dimakan guru, selama
mengajarianak muda yang hendak belajar itu; seolah-olah mengatakan:perlukanlah
mengajarnya, janganlah dilalaikan sebabhendak mencari penghidupan lain.Kain putih
sekabung, "alas tobat" namanya; maksudnyadengan segala putih hati dan tulus anak
muda itu menerimapengajaran; samalah dengan kain itu putih dan bersih hati anakmuda
itu menerima barang apa yang diajarkan guru. Ia akan menurut suruh dan menghentikan
tegah. Dan lagi mujur tak boleh diraih, malang tak boleh ditolak, kalau sekiranya ia
kena pisau atau apa saja sedang belajar, kain itulah akan kafannya kalau ia mati.Besi
sekerat (pisau sebuah) itu maksudnya, seperti senjata itulah tajamnya pengajaran yang
diterimanya dan lagi janganlah ia dikenai senjata, apabila telah tamat pengajarannya.
Uang serupiah, ialah untuk pembeli tembakau yang diisap guru waktu melepaskan lelah
dalam mengajar anak muda itu, hampir searti juga dengan beras sesukat tadi. Penjahit
tujuh, artinya sepekan tujuh hari; hendaklah guru itu tcrus mengajarnya, dengan
pengajaran yang tajam seperti jarum itu. Dan meski tujuh macamnya mara bahaya yang
tajam-tajam menimpa dia, mudah-mudahan terelakkan olehnya, berkat pengajaran guru
itu. Pengajaran guru itu menjadi darah daging hendaknya kepadanya, jangan ada yang
menghalangi, terus saja seperti jarum yang dijahitkan. Sirih pinang selengkapnya,
artinya ialah akan dikunyah guru, waktu ia menghentikan lelah tiap-tiap sesudah
mengajar anak muda itu, dan lagi sirih pinang itu telah menjadi adat yang biasa di tanah
Minangkabau.
Orang Minagkabau juga memiliki tradisi, yaitu setiap warga setempat yang
melakukan kesalahan ringan, seperti Midun yang menolong istri Kacak dan ketika
Midun menangkap pak Inu yang sedang mengamuk di Pasar dan berusaha untuk
membunuh banyak orang maka mereka akan mendapatkan hukuman beronda malam
selama 6 hari. Namun, jika mereka melakukan kesalahan yang fatal(besar), maka
mereka akan digiring ke Bukittinggi dan akan diproses di sana. Seperti pada saat Midun
14
berkelahi dengan Lenggang di Bukittinggi pada saat Pacuan Kuda berlangsung. Tidak
hanya itu, ketika terdakwa tersebut terbukti bersalah maka mereka akan diperjarakan di
Bukittinggi (penjara Bukittinggi).
Selain itu di Bukittinggi juga diselenggarakan pacuan kuda yang dihadiri oleh
orang-orang dari berbagai penjuru Sumatera termasuk dari Minangkabau. Pada saat
pacuan kuda itu berlangsung, juga diadakan Pasar Malam yang sangat megah pada
masa itu. Pasar malam dan Pacuan Kuda tersebut berlangsung selama Enam sampai
Tujuh hari.
Tidak hanya itu, berdasarkan adat yang berlaku di daerah setempat,orang
Minangkabau meyakini bahwa harta peninggalan mamak (paman) akan diwariskan
kepada kemenakannya (keponakannya) dan bukan kepada anak keturunannya.
2. Karakteristik yang terkandung pada novel “Sengsara Membawa Nikmat” karya
T.S.Sati
Sebelum kami membahas lebih lanjut mengenai nilai karakteristik yang terdapat
pada novel ini, alangkah lebih baiknya jika kami memperkenalkan terlebih dahulu apa
itu karakteristik.
Menurut sumber yang kami dapatkan dari Internet, Karakteristik secara
etimologi Istilah karakteristik diambil dari bahasa Inggris yakni characteristic, yang
artinya mengandung sifat khas. Ia mengungkapkan sifat-sifat yang khas dari sesuatu.
Sedangkan Dalam kamus lengkap psikologi karya Chaplin, dijelaskan bahwa
karakteristik merupakan sinonim dari kata karakter, watak, dan sifat yang memiliki
pengertian di antaranya:
Suatu kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat
dijadikan cirri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi, suatu objek, suatu kejadian.
Intergrasi atau sintese dari sifat-sifat individual dalam bentuk suatu untas atau
kesatuan.
Kepribadian seeorang, dipertimbangkan dari titik pandangan etis atau moral.
Jadi di antara pengertian-pengertian di atas sebagaimana yang telah
dikemukakan oleh Chaplin, dapat disimpulkan bahwa karakteristik itu adalah suatu sifat
yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek. Misalnya karakteristik novel
artinya suatu sifat yang khas yang terdapat dalam literature novel, seperti sistematika
penulisan, metode, corak novel tersebut dan lain sebagainya.
Sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) 1995:445), istilah
“karakter” berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari yang lain: tabiat, maupun watakDalam istilah Inggris, karakter
berpadanan dengan “character” yang dalam Oxford Advace Learner’s Dictionary of
Current English (2000) dapat diartikan: (1) All the qualities and features that make a
person, groups of people, and places different from others (semua baik kualitas maupun
ciri-ciri yang membuat seseorang, kelompok orang atau tempat berbeda dari yang
lain); (2) the way the something is, or a particular quality or peature that a thing, an
event or a place has (cara yang khas atau kekhasan yang dimiliki oleh sesuatu,
peristiwa atau tempat); (3) strong personal qualities such as the ability to deal with
15
difficult or dangerous situations (kualitas pribadi yang tangguh misalnya kemampuan
dalam menghadapi situasi yang sulit atau berbahaya);
(4) the interesting or unusual quality that a place or a person has (kualitas
menarik dan luar biasa yang dimiliki suatu tempat atau orang); (5) a person,
particularly an unpleasant or strange one (orang yang aneh atau tidak
menyenangkan); (6) an interesting or unusual person (orang yang menarik dan luar
biasa); (7) the opinion the people have of you, particularly of whether you can be
trusted or relied on (pendapat khalayak tentang anda, apakah anda dapat dipercaya).
Dari penjelasakan konsep karakter di atas, maka karakter pada nomor (5) dan (6)
lebih bersifat informal sedangkan nomor (7) mengandung pengertian yang lebih
bersifat formal.
Karakter yang baik menurut Maxwell (2001) lebih dari sekedar perkataan,
melainkan sebuah pilihan yang membawa kesuksesan. Ia bukan anugerah, melainkan
dibangun sedikit demi sedikit, dengan pikiran, perkataan, perbuatan, kebiasaan,
keberanian usaha keras, dan bahkan dibentuk dari kesulitan hidup.
Jadi, dapat kami simpulkan bahwa karakteristik merupakan sifat yang
mengungkapkan kekhasan atau keistimewaan dari suatu objek, baik objeknya berupa
manusia, hewan, maupun kondisi lingkungan setempat.
Adapun karakteristik yang terkandung pada novel Sengsara Membawa Nikmat
ini antara lain sebagai berikut. Dari segi bahasa yang digunakan, seperti Lepau Nasi
(Warung nasi),mamak (paman), kemenakan (keponakan), berdua belas (acara adat),
Surau (Masjid), Sepak raga (sepak takraw), uda (abang), pemegang kunci (opas
penjara),dan lain sebagainya.
Adapun karakteristik dari segi sifat para tokoh,antara lain : Midun (sopan, taat
dalam beragama, dan pandai bersilat serta penyabar); Kacak (angkuh, kasar, pandai
bersilat lidah, pemarah, egois, dan suka mencari masalah, serta pendendam); Tuanku
Laras(mudah terpengaruh, disegani, serta dihormati di kampungnya); Haji Abbas(baik
hati, pandai bersilat, cerdas,perhatian, adil dan bijaksana, serta ikhlas); Pendekar
Sutan(pandai bersilat, murah hati,adil dan bijaksana, prihatin, penyayang, baik hati,
serta ikhlas dan cerdas); Pak Midun(baik hati, peyayang, memiliki wawasan yang luas,
sabar, tunduk dan patuh kepada agama, serta ikhlas); Maun(sabar, setia kawan, baik
hati, sopan dan taat beragama); Halimah(taat kepada suami dan agama, baik hati, tabah,
sopan, dan setia); Pak Karto(baik hati, suka menolong, serta sabar); Bapak tiri
Halimah(kejam, biadab, pandai menggoda, serta tidak berperasaan); Syekh Abdullah
Al-Hadramut(suka menipu,kejam, memiliki hati yang kurang baik,serta tidak
berperikemanusiaaan); Tuan Hoofdcommissaris(pandai berterima kasih, baik hati dan
gemar menolong); Manjau (ramah, sopan, dan penyabar).
16
Yang terakhir adalah dari karakteristik segi kehidupan masyarakat setempat
dintaranya adalah: atap rumah gadang yang berbentuk runcing seperti tanduk Kerbau;
pada setiap minggunya tepatnya pada hari Jum’at diadakan perlombaan Sepak Raga,
sedangkan di daerah lain tidak diadakan hal yang demikian; pada saat itu warga
Indonesia masih menggunakan bendera Belanda yaitu Merah Putih Biru; serta yang
terakhir adalah kondisi penjara pada masa itu berbeda jauh dengan penjara zaman
sekarang. Di mana kondisi penjara pada zaman tersebut sangatlah tragis. Telah menjadi
kebiasaan Para opas penjara untuk menyiksa dengan sadis bahkan mereka tega untuk
mengadu para tahanan layaknya Binatang.
17
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:
Kesimpulan arti novel adalah salah satu jenis sastra tulis yang cukup panjang dan menggambarkan
adat istiadat setiap tokoh, disertai dengan perangai, sifat, serta pola hidupnya. Dan memiliki dua unsur, yaitu
unsur intrinsic dan unsur ekstrinsik yang keduanya saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam
kehadiran sebuah karya sastra.
Perbedaan novel angkatan 20-an hingga 30-an dengan novel zaman sekarang adalah novel-novel
pada zaman sekarang ini banyak menggunakan bahasa-bahasa modern yang sangat mudah untuk dipahami
oleh pembaca (masyarakat luas). Lain halnya dengan novel angkatan 20-an hingga 30-an, di mana novelnovel tersebut sangat banyak menggunakan bahasa-bahasa daerah. Penggunaan bahasa daerah yang kental
juga merupakan salah satu ciri khas bagi novel angkatan 20 hingga 30-an.
Novel-novel zaman dahulu juga menyampaikan kepada kita mengenai cara-cara berhubungan dan
bersosialisasi satu sama lain terutama antara laki-laki dan perempuan yang sesuai dengan ajaran agama,tata
karma, norma, dan adat istiadat yang berlaku di daerah setempat. Sedangkan novel zaman sekarang tidak
mencantumkan hal-hal seperti itu. Bahkan dengan membaca novel-novel tersebut kita akan terpengaruh
untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama, adat istiadat, norma dalam bergaul dengan
sesama khususnya dengan teman lawan jenis. Novel-novel ini membuat kita hanyut dalam era globalisasi,
dan jikalau kita lalai, maka kita akan terjebak dalam pengaruh negative globalisasi tersebut. Akan tetapi,
tidak semua Novel yang seperti hal tersebut.
Kesimpulan adat dan istiadat adat adalah kebiasaan turun-temurun yang dilakukan oleh
masyarakat daerah setempat, yang meliputi norma dan kebiasaan masyarakat di daerah tersebut. Apabila adat
tersebut dilanggar, maka pelakunya akan memperoleh sanksi tak tertulis, sesuai dengan ketetapan bersama.
Adapun yang diamaksud dengan kata Istiadat kebiasaan turun menurun yang telah terjadi sejak zaman nenek
moyang, dan harus dilestarikan agar tidak terlupakan. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa adat istiadat merupakan “suatu tradisi dan kebiasaan nenek moyang kita sampai sekarang
masih dipertahankan untuk mengenang nenek moyang kita juga sebagai keanekaragaman budaya”. Dalam
pengertian lainadat istiadat adalah “aneka kelaziman dalm suatu negeri yang mengikuti pasang naik dan
pasang surut situasi masyarakat.
contoh adat istiadat pada novel ini adalah kebiasaan kegemaran orang-orang Minangkabau dalam
memainkan alat musik yaitu Rebana. Selain itu, memiliki kebiasaan bermain SepakRaga sekali dalam
seminggu, tepatnya setiap hari Jum’at sore.Warga setempat biasa mengadakan permainan tersebut pada
waktu Sore di Pasar.Sehingga, setiap hari Jum’at para pedagang hanya berdagang hingga tengah hari.
Kesimpulan dari atri karakteristik adalah sifat yang mengungkapkan kekhasan/keistimewaan dari
sesuatu. Dan Sifat yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan
seorang pribadi, suatu objek, suatu kejadian. Serta suatu sifat yang melekat pada seseorang atau suatu objek.
Misalnya karakteristik novel artinya suatu sifat yang khas yang terdapat dalam literature novel, seperti
sistematika penulisan, metode, corak novel tersebut dan lain sebagainya.
18
B. Saran
Saran kami terhadap novel-novel zaman sekarang agar tidak serta merta mengikuti novel- novel
angkatan 20 hingga 30-an. Karena novel-novel pada masa identic dengan penggunaan bahasa daerah yang
kental, sehingga sulit dipahami oleh para pembaca di kalangan umum. Ataupun jika terpaksa menggunakan
bahasa daerah, sebaiknya dicantumkan arti yang terlebih dahulu telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia.
Selain itu kami juga mengharapkan kepada penulis novel pada zaman sekarang ini untuk lebih
memperhatikan ajaran agama, agar para pembaca lebih mengetahui bagaimana cara bersosialisasi atau
berhubungan debgan sesame terutama dengan lawan jenis. Dengan demikian kami berharap agar novel
Indonesia dapat lebih dikenal di kalangan dunia…
Amieen ……………………..
19
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Suprihatini, Amin,dkk.2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Klaten: Intan Pariwara
Sati, Tulis, Sutan.1929. Sengsara Membawa Nikmat. Jakarta: Balai Pustaka
DOKUMEN
Ulama, Satkar.2013. Peluang Dan Tantangan Industri Mode Italia Di China. Makassar: Universitas
Hasanuddin
WEBSITE
http://rafimahmudzain.blogspot.com/2012/01/analisis-novel-sengsara-membawa-nikmat.html
http://www.imuzcorner.com/2012/11/penulisan-daftar-pustaka-yang-benar.html
http://translate.google.com/?hl=id#en/nl/terima%20kasih
http://books.google.co.id/books/about/Sengsara_membawa_nikmat.html?id=X-MqAAAAMAAJ
http://indosastra.com/sinopsis-cuplikan-resensi-ringkasan-analisis-karya-sastra/sinopsis-novel-sengsaramembawa-nikmat-tulis-sutan-sati/
http://sinopsisnovelku.blogspot.com/2013/03/sinopsis-sengsara-membawa-nikmat.html
http://ebenzezher-ebenzezher.blogspot.com/2012/01/sinopsis-novel-sengsara-membawa-nikmat.html
20