Pers 8 Recent site activity teeffendi
Pers dan Hukum
Pidana
Tolib Effendi
Kebebasan Pers dan Hukum
Pidana
Sebelum membahas tentang berbagai
macam bentuk kegiatan pers yang dapat
dikenakan sanksi pidana sebagaimana
diatur dalam undang-undang, maka ada
baiknya dilihat terlebih dahulu
kedudukan kebebasan pers.
Landasan Hukum
Kebebasan Pers
1. Amandemen Kedua UUD 1945, Pasal 28
ayat (1) dan (2) jo Pasal 28F ;
2. KUHPidana, Pasal 50;
3. UU Pers, Pasal 4 jo Pasal 8
Amandemen Kedua UUD 1945
Pasal 28 ayat , Setiap orang bebas atas kebebasan
meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap yang
sesuai dengan hati nuraninya
Pasal 28 ayat , Setiap orang berhak atas kebebasan yang
berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat
Pasal 8F, Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan
linglungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis
saluran yang tersedia
KUHPidana
Pasal 5 , Barangsiapa melakukan
perbuatan untuk melaksanakan ketentuan
undang-undang, tidak dipidana
Ketentuan ini relevan dengan ketentuan
yang ada dalam UU Pers
UU Pers
Menurut Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 40 tahun 1999 (UU Pers),
Kemerdekaan Pers dijamin sebagai hak
asasi warga negara
Dilanjutkan dengan keberadaan Pasal 8 UU
Pers yang menyebutkan, Dalam
melaksanakan profesinya wartawan
mendapatkan perlindungan hukum
Kebebasan Pers
Berdasarkan ketentuan-ketentuan
tersebut di atas, baik menurut UUD 1945,
KUHPidana maupun UU Pers, apakah pers
tidak dapat dikenakan pidana apabila
melakukan pelanggaran undang-undang
dalam melaksanakan tugasnya.
Kebebasan Pers di Negara
Lain
1. Anggota Uni Eropa (Melalui Mahkamah HAM di
Strassbourg);
2. Negara-negara Amerika Latin (Melalui Mahkamah
HAM Amerika Latin);
3. Amerika Serikat (Melalui First Amandement);
4. Sebagian besar negara Afrika (melalui Mahkamah
HAM Afrika);
5. Ukraina, Srilangka dsb.
Negara-negara tersebut membebaskan pers dari proses
pidana dalam melaksanakan tugasnya
Kebebasan Pers di
Indonesia
1. Pers dapat dipidana jika terbukti melanggar
undang-undang dalam melaksanakan
tugasnya;
2. Beban pembuktian pada pers bukan pada
pengadu;
3. Belum ada perlindungan bagi Whistle Blower;
4. Hukuman penghinaan kepada Pejabat Negara
lebih berat dibandingkan kepada orang biasa
(Lihat Bambang Harymurti, 2005: 6)
Tindak Pidana Pers
Bentuk-bentuk tindak
pidana pers
Van Hattum memberikan kriteria tindak pidana pers,
yaitu:
1. Dilakukan dengan barang cetakan;
2. Perbuatan yang dipidana harus terdiri atas
pernyataan pikiran atau perasaan;
3. Perumusan delik harus ternyata bahwa publikasi
merupakan suatu syarat untuk menumbuhkan
kejahatan, apabila kenyataan tersebut dilakukan
dengan suatu tulisan.
(Lihat Oemar Seno Adji, 1977: 297)
Tindak pidana pers dalam
KUHPidana
Berdasarkan kriteria Van Hattum tersebut, beberapa
tindak pidana di dalam KUHPidana yang dapat
digolongkan sebagai tindak pidana pers adalah:
No
Kualifikasi
Pasal
1.
Pembocoran rahasia negara
Pasal 112, 113
2.
Penghinaan terhadap pemerintah,
lembaga negara
Pasal 154, 207
3.
Penghinaan terhadap agama
Pasal 156 a
4.
Penyerangan terhadap p kesehatan
mental dan kesusilaan
Pasal 282, 283
5.
Penawaran tindak pidana
Pasal 162
Tindak pidana pers dalam
KUHPidana (lanjutan)
No
Kualifikasi
Pasal
6.
Penghasutan
Pasal 160
7.
Penghinaan terhadap nama baik dan
kehormatan seseorang, Presiden dan
Wakil Presiden, Raja atau Kepala Negara
sahabat, Wakil Negara Asing
Titel V, XVI Buku II Pasal
310-321, 134, 136 bis,
142, 143, 156
8.
Pelanggaran ketertiban umum
Pasal 519 bis, 533
Tindak pidana pers dalam
UU Pers
Sebagai landasan bekerjanya pers, maka di dalam UU
Pers mengatur tentang tugas dan fungsi pers termasuk
diantaranya sanksi-sanksi terhadap pers yang melanggar
undang-undang dalam menjalankan tugasnya. Adapun
jenis tindak pidana dalam UU Pers antara lain:
No
Kualifikasi
Pasal
1.
Perbuatan yang berkaitan dengan
penyensoran, pembredelan atau
pelarangan penyiaran
Pasal 18 ayat (1)
2.
Perbuatan yang berkaitan dengan jaminan Pasal 18 ayat (1)
kemerdekaan pers dan perbuatan yang
berkaitan dengan hak untuk mencari,
memperoleh dan menyebarluaskan
gagasan dan informasi
Tindak pidana pers dalam
UU Pers (lanjutan)
No
Kualifikasi
Pasal
3.
Perbuatan memberitakan peristiwa dan
opini yang melanggar norma agama dan
rasa kesusilaan masyarakat serta asas
praduga tak bersalah
Pasal 18 ayat (2)
4.
Mengiklankan hal yang merendahkan
martabat agama dll, berkaitan dengan
minuman keras, narkoba dll
Pasal 18 ayat (2)
5.
Pelanggaran terhadap administrasi
perijinan
Pasal 18 ayat (3)
Tindak pidana pers dalam
UU Pers (lanjutan)
No
Kualifikasi
Pasal
3.
Perbuatan memberitakan peristiwa dan
opini yang melanggar norma agama dan
rasa kesusilaan masyarakat serta asas
praduga tak bersalah
Pasal 18 ayat (2)
4.
Mengiklankan hal yang merendahkan
martabat agama dll, berkaitan dengan
minuman keras, narkoba dll
Pasal 18 ayat (2)
5.
Pelanggaran terhadap administrasi
perijinan
Pasal 18 ayat (3)
Kebebasan Pers dan Tindak
Pidana Pers
Sampai saat ini terjadi perbedaan pendapat
terkait kebebasan pers dan tindak pidana pers. Di
satu sisi menolak adanya pengaturan tentang
pers dalam hukum pidana, namun di sisi lain
mendukung adanya pembatasan dalam
kebebasan pers melalui undang-undang hukum
pidana.
Penolakan Tindak Pidana
berkaitan Kebebasan Pers
Penolakan terhadap pengaturan pers dalam
hukum pidana dilandasi pada pemikiran, bahwa
pers dilindungi oleh undang-undang dalam
melakukan tugasnya. Sehingga segala hal
berkaitan dengan pers tidak dapat dipidana
karena merupakan pengecualian dalam
melaksanakan tugasnya.
Pendukung Pengaturan
Tindak Pidana berkaitan
Kebebasan Pers
Adanya kebebasan pers tidak serta merta
membuat pers kebal terhadap hukum dalam
melaksanakan tugasnya. Pembatasan terhadap
pers tetap harus dilakukan dengan alasan adanya
pembatasan tersebut untuk menjadikan kontrol
terhadap pers agar pers dapat melaksanakan
fungsinya sebagai sarana informasi, pendidikan,
hiburan dan kontrol sosial
Tindak Pidana Pers dan
Kode Etik Pers
Tidak semua yang diatur oleh kode etik pers merupakan
tindak pidana pers, dan sebaliknya, tidak semua tindak
pidana pers merupakan pelanggaran terhadap kode etik
pers
Kode Etik Pers antara lain:
1. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar;
2. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis
untuk memperoleh dan menyiarkan informasi serta
memberikan identitas kepada sumber informasi;
Tindak Pidana Pers dan
Kode Etik Pers
3. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak
bersalah, tidak mencampurkan fakta dengan opini,
berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi
serta tak melakukan plagiat;
4. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang
bersifat dusta, fitnah, sadis dan cabul serta tidak
menyebutkan identitas korban kejahatan susila;
5. Wartawan Indonesia tidak menerima suap dan tidak
menyalahgunakan profesi;
Tindak Pidana Pers dan
Kode Etik Pers
6. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai
ketentuan embargo, informasi latar belakang dan off
the record sesuai kesepakatan;
7. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat
kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani hak
jawab.
Pelanggaran terhadap kode etik pers yang bukan
merupakan tindak pidana diselesaikan melalui dewan
pers, namun pelanggaran kode etik yang merupakan
tindak pidana diselesaikan melalui jalur hukum
Omnium Rerum
Principia Parva Sunt
File bisa diunduh di http://te-effendi.blogspot.com
Pidana
Tolib Effendi
Kebebasan Pers dan Hukum
Pidana
Sebelum membahas tentang berbagai
macam bentuk kegiatan pers yang dapat
dikenakan sanksi pidana sebagaimana
diatur dalam undang-undang, maka ada
baiknya dilihat terlebih dahulu
kedudukan kebebasan pers.
Landasan Hukum
Kebebasan Pers
1. Amandemen Kedua UUD 1945, Pasal 28
ayat (1) dan (2) jo Pasal 28F ;
2. KUHPidana, Pasal 50;
3. UU Pers, Pasal 4 jo Pasal 8
Amandemen Kedua UUD 1945
Pasal 28 ayat , Setiap orang bebas atas kebebasan
meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap yang
sesuai dengan hati nuraninya
Pasal 28 ayat , Setiap orang berhak atas kebebasan yang
berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat
Pasal 8F, Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan
linglungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis
saluran yang tersedia
KUHPidana
Pasal 5 , Barangsiapa melakukan
perbuatan untuk melaksanakan ketentuan
undang-undang, tidak dipidana
Ketentuan ini relevan dengan ketentuan
yang ada dalam UU Pers
UU Pers
Menurut Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 40 tahun 1999 (UU Pers),
Kemerdekaan Pers dijamin sebagai hak
asasi warga negara
Dilanjutkan dengan keberadaan Pasal 8 UU
Pers yang menyebutkan, Dalam
melaksanakan profesinya wartawan
mendapatkan perlindungan hukum
Kebebasan Pers
Berdasarkan ketentuan-ketentuan
tersebut di atas, baik menurut UUD 1945,
KUHPidana maupun UU Pers, apakah pers
tidak dapat dikenakan pidana apabila
melakukan pelanggaran undang-undang
dalam melaksanakan tugasnya.
Kebebasan Pers di Negara
Lain
1. Anggota Uni Eropa (Melalui Mahkamah HAM di
Strassbourg);
2. Negara-negara Amerika Latin (Melalui Mahkamah
HAM Amerika Latin);
3. Amerika Serikat (Melalui First Amandement);
4. Sebagian besar negara Afrika (melalui Mahkamah
HAM Afrika);
5. Ukraina, Srilangka dsb.
Negara-negara tersebut membebaskan pers dari proses
pidana dalam melaksanakan tugasnya
Kebebasan Pers di
Indonesia
1. Pers dapat dipidana jika terbukti melanggar
undang-undang dalam melaksanakan
tugasnya;
2. Beban pembuktian pada pers bukan pada
pengadu;
3. Belum ada perlindungan bagi Whistle Blower;
4. Hukuman penghinaan kepada Pejabat Negara
lebih berat dibandingkan kepada orang biasa
(Lihat Bambang Harymurti, 2005: 6)
Tindak Pidana Pers
Bentuk-bentuk tindak
pidana pers
Van Hattum memberikan kriteria tindak pidana pers,
yaitu:
1. Dilakukan dengan barang cetakan;
2. Perbuatan yang dipidana harus terdiri atas
pernyataan pikiran atau perasaan;
3. Perumusan delik harus ternyata bahwa publikasi
merupakan suatu syarat untuk menumbuhkan
kejahatan, apabila kenyataan tersebut dilakukan
dengan suatu tulisan.
(Lihat Oemar Seno Adji, 1977: 297)
Tindak pidana pers dalam
KUHPidana
Berdasarkan kriteria Van Hattum tersebut, beberapa
tindak pidana di dalam KUHPidana yang dapat
digolongkan sebagai tindak pidana pers adalah:
No
Kualifikasi
Pasal
1.
Pembocoran rahasia negara
Pasal 112, 113
2.
Penghinaan terhadap pemerintah,
lembaga negara
Pasal 154, 207
3.
Penghinaan terhadap agama
Pasal 156 a
4.
Penyerangan terhadap p kesehatan
mental dan kesusilaan
Pasal 282, 283
5.
Penawaran tindak pidana
Pasal 162
Tindak pidana pers dalam
KUHPidana (lanjutan)
No
Kualifikasi
Pasal
6.
Penghasutan
Pasal 160
7.
Penghinaan terhadap nama baik dan
kehormatan seseorang, Presiden dan
Wakil Presiden, Raja atau Kepala Negara
sahabat, Wakil Negara Asing
Titel V, XVI Buku II Pasal
310-321, 134, 136 bis,
142, 143, 156
8.
Pelanggaran ketertiban umum
Pasal 519 bis, 533
Tindak pidana pers dalam
UU Pers
Sebagai landasan bekerjanya pers, maka di dalam UU
Pers mengatur tentang tugas dan fungsi pers termasuk
diantaranya sanksi-sanksi terhadap pers yang melanggar
undang-undang dalam menjalankan tugasnya. Adapun
jenis tindak pidana dalam UU Pers antara lain:
No
Kualifikasi
Pasal
1.
Perbuatan yang berkaitan dengan
penyensoran, pembredelan atau
pelarangan penyiaran
Pasal 18 ayat (1)
2.
Perbuatan yang berkaitan dengan jaminan Pasal 18 ayat (1)
kemerdekaan pers dan perbuatan yang
berkaitan dengan hak untuk mencari,
memperoleh dan menyebarluaskan
gagasan dan informasi
Tindak pidana pers dalam
UU Pers (lanjutan)
No
Kualifikasi
Pasal
3.
Perbuatan memberitakan peristiwa dan
opini yang melanggar norma agama dan
rasa kesusilaan masyarakat serta asas
praduga tak bersalah
Pasal 18 ayat (2)
4.
Mengiklankan hal yang merendahkan
martabat agama dll, berkaitan dengan
minuman keras, narkoba dll
Pasal 18 ayat (2)
5.
Pelanggaran terhadap administrasi
perijinan
Pasal 18 ayat (3)
Tindak pidana pers dalam
UU Pers (lanjutan)
No
Kualifikasi
Pasal
3.
Perbuatan memberitakan peristiwa dan
opini yang melanggar norma agama dan
rasa kesusilaan masyarakat serta asas
praduga tak bersalah
Pasal 18 ayat (2)
4.
Mengiklankan hal yang merendahkan
martabat agama dll, berkaitan dengan
minuman keras, narkoba dll
Pasal 18 ayat (2)
5.
Pelanggaran terhadap administrasi
perijinan
Pasal 18 ayat (3)
Kebebasan Pers dan Tindak
Pidana Pers
Sampai saat ini terjadi perbedaan pendapat
terkait kebebasan pers dan tindak pidana pers. Di
satu sisi menolak adanya pengaturan tentang
pers dalam hukum pidana, namun di sisi lain
mendukung adanya pembatasan dalam
kebebasan pers melalui undang-undang hukum
pidana.
Penolakan Tindak Pidana
berkaitan Kebebasan Pers
Penolakan terhadap pengaturan pers dalam
hukum pidana dilandasi pada pemikiran, bahwa
pers dilindungi oleh undang-undang dalam
melakukan tugasnya. Sehingga segala hal
berkaitan dengan pers tidak dapat dipidana
karena merupakan pengecualian dalam
melaksanakan tugasnya.
Pendukung Pengaturan
Tindak Pidana berkaitan
Kebebasan Pers
Adanya kebebasan pers tidak serta merta
membuat pers kebal terhadap hukum dalam
melaksanakan tugasnya. Pembatasan terhadap
pers tetap harus dilakukan dengan alasan adanya
pembatasan tersebut untuk menjadikan kontrol
terhadap pers agar pers dapat melaksanakan
fungsinya sebagai sarana informasi, pendidikan,
hiburan dan kontrol sosial
Tindak Pidana Pers dan
Kode Etik Pers
Tidak semua yang diatur oleh kode etik pers merupakan
tindak pidana pers, dan sebaliknya, tidak semua tindak
pidana pers merupakan pelanggaran terhadap kode etik
pers
Kode Etik Pers antara lain:
1. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar;
2. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis
untuk memperoleh dan menyiarkan informasi serta
memberikan identitas kepada sumber informasi;
Tindak Pidana Pers dan
Kode Etik Pers
3. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak
bersalah, tidak mencampurkan fakta dengan opini,
berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi
serta tak melakukan plagiat;
4. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang
bersifat dusta, fitnah, sadis dan cabul serta tidak
menyebutkan identitas korban kejahatan susila;
5. Wartawan Indonesia tidak menerima suap dan tidak
menyalahgunakan profesi;
Tindak Pidana Pers dan
Kode Etik Pers
6. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai
ketentuan embargo, informasi latar belakang dan off
the record sesuai kesepakatan;
7. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat
kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani hak
jawab.
Pelanggaran terhadap kode etik pers yang bukan
merupakan tindak pidana diselesaikan melalui dewan
pers, namun pelanggaran kode etik yang merupakan
tindak pidana diselesaikan melalui jalur hukum
Omnium Rerum
Principia Parva Sunt
File bisa diunduh di http://te-effendi.blogspot.com