Bantahan Terhadap Stigmatisasi Negatif K
Bantahan Terhadap Stigmatisasi Negatif Konsep Jihad
Oleh : Riski Wasi’ah Aulia Romadani
Pendahuluan
Tulisan ini sengja saya buat terinspirasi dari diskusi saya minggu lalu bersama SI ( Sahwa
al-islaamiah ) UR yang dilaksanakan di lab bahasa HI dengan tema pembahasan
“Mengapa
Ummat Islam Tertinggal?” bersama bang Bambang Putra Ermansyah selaku pematerinya.
Namun tulisan ini tidak membahas tentang tema tersebut, karena tema tersebut telah dibahas
tuntas dalam forum diskusi.
Dalam tulisan ini, saya akan membahas tentang, bantahan terhadap stigmatisasi konsep
jihad. Banyak golongan–golongan yang berusaha untuk menyumbangkan pemikiran logikanya
dalam mendefenisikan jihad, bahkan ada golongan yang secara sengaja mendefinisikan jihad
sebagai bentuk terorisme dengan dalil-dalil logika yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Defenisi ini dengan sengaja dibentuk untuk merusak pemikiran golongangolongan lain tentang jihad yang sebenarnya merupakan suatu tindakan mulia.
Golongan ini banyak mendapat dukungan dari para penghianat muslim yang mengaku
sebagai seorang muslim sejati tapi, tidak membenarkan adanya jihad dalam Islam dengan dalil,
bahwa islam adalah agama yang sangat megutamakan perdamaian. Dan hal ini sudah mulai
diamini oleh banyak golongan lainnya. Golongan penghianat muslim memakai dalil perdamaian
hanya demi menutupi alasan cinta dunia dan takut mati semata.
Banyaknya defenisi negatif tentang jihad berdampak pada perkembangan pola pikir umat
muslim. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya orang, bahkan dari golongn umat mulim itu
sendiri phobia ketika mendengar kalimat jihad dan hal ini adalah tujuan utama yang sangat
diinginkan oleh musuh Islam yang sudah menyebarkan pemikiran negatif tentang jihad. seiring
dengan memburuknya pola pikir maka, mental umat islam dalam mempertahankan haknya pun
semakin memburuk, sehingga dengan sangat mudah untuk menghancurkan ummat muslim.
Stigma-Stigma Negatif Mengenai Konsep Jihad
Saya sangat setuju bahwa Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai
pedamaian akantetapi, hal ini tidak dapat dijadikan sebagai dalil untuk menghapuskan jihad
dalam konsep islam.
Sebenarnya jika dikaji secara mendalam, munculnya dan berkembangnya stigma-stigma
negatif mengenai konsep jihad itu adalah bukti yang cukup jelas yang dapat menunjukkan betapa
lemahnya golongan-golongan yang ingin menghancurkan islam, hal ini menjelaskan betapa tidak
mampunya musuh islam untuk menghancurkan islam secara transparan dalam medan perang.
Hal inilah yang mendasari para musuh islam untuk menyebarluaskan stigma-stigma negatif
mengenai jihad. ketidak mampuan musuh islam untuk bertempur di medan perang mebuat
mereka harus mengubah konsep perang yang harus mereka mainkan, perubahan konsep tersebut
adalah konsep perang pemikiran, maksudnya mereka tidak lagi memerangi umat islam di medan
perang melainkan didalam pemikiran, hal ini sering di istilahkan dengan ghozul fikri atau perang
pemikiran.
Salah satu stigma negatif yang sering di digembar-gemborkan oleh musuh islam adalah
terorisme, dengan memaparkan bukti-bukti palsu yang mereka desain sendiri, contohnya adalah
tertuduhnya tokoh Osama Bin Laden sebagai teroris dalam peristiwa WTC yang terjadi pada 11
september 2001 yang lalu. Jika dipelajari lebih dalam tragedi ini adalah rekayasa dari mereka
sendiri untuk menjatuhkan islam, hal ini dibuktikan dengan kode penerbangan kedua pesawat
yang digunakan dalam peristiwa tersebut. Pesawat tersebut memiliki kode penerbangan Q33NY,
yang kemudian diganti dengan salah satu fungsi pengganti huruf di Microsoft Word, jika kode
Q33NY dilihat atau diganti dengan tipe hurup Wingding, maka hasilnya adalah gambar pesawat
penghantam dua bangunan dengan gambar tengkorak dan lambang bendera Israel.1
1 Ibnu syahron Al-jajury, Al-qur’an tentang tragedi 11 september,
http://yeahsyahron.blogspot.co.id/2013/09/al-quran-tentang-tragedi-11-september.html, diakses
22 0ktober 2016, pukul 21.50 WIB.
Stigma-stigma negatif tentang jihad ini sudah menyebar hingga keseluruh dunia, dan
fakta yang paling menyedihkan adalah, stigma negatif ini bahkan diyakini oleh sebagian umat
islam itu sendiri. Hal ini terjadi karena minimnya ilmu yang dimiliki oleh umat muslim pada
masa kini, ketidak mampuan umat muslim membela dan mempertahankan haknya dan yang
paling berpengaruh adalah keberhasilan dari konsep ghozul fikri dari musuh islam.
Selain dari terorisme stigma negatif lainnya adalah haus kekuasaan. Stigma ini muncul
karena banyaknya kerajaan-kerajaan yang dapat ditaklukkan melalui konsep jihad. Allah
memerintahkan Rasulnya berjihad, apakah tujuannya? Apakah tujuannya untuk menguasai
kerajaan-kerajaan dan memperluas kekuasaan?.
Ini hanyalah efek, bukan tujuan. Tujuan utamanya adalah meninggikan kalimat Allah, dan
memenangkan agama-Nya. Hal ini dapat dipahami melalui firman-Nya: “ Dan perangilah
mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan sehingga ketaatan itu hanya semata-mata untuk
Allah.” ( Q.S. Al-Baqoroh: 193 )2.
Munculnya beragam stigma negatif mengenai jihad dikalangan umat islam itu sendiri
dikarenakan ketidak pahaman individu muslim tentang makna dan hakikat jihat yang
sesungguhnya. Mereka tidak memahami apa itu jihad? dan bagaimana tatacara berjihad?.
2 Syaikh DR. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, Beginilah Jihad Dalam Islam, Jakarta: Pustaka at-Tazkia, 2011, hlm.20
Jihad Dalam Perspektif Islam
Dalam pandangan islam jihad didefenisikan dengan mengerahkan segenap upaya dan
kemampuan untuk menyebarkan Islam dan mendakwahkannya.3dengan tujuan menegakkan
kalimat Allah dan memenangkan agama-Nya seperti yang saya tuliskan sebelumnya.
Dari defenisi tersebut telah dijelaskan bahwa berjihad dapat melalui dua cara yaitu
jihad dengan upaya, jihad ini bisa dedefenisikan sebagai berjihad dengan harta dan jihad dengan
kemampuan, jihad ini juga dapat didefenisikan sebagai jihad dengan jiwa dan tenaga, yaitu
berjuang dimedan perang untuk menegakkan kalimat Allah.
Berjihad dengan terjun kemedan peperangan adalah hal yang sangat mulia, nanmun jihad
ini dilakukan setelah anjuran damai tidak diterima. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
menyelesaikan sebuah maslah, perdamaian adalah jalan utama dan diutamakan, jika cara ini
tidak mendapat sambutan maka dalam keadaan inilah peperangan boleh dilakukan.islam adalah
agama yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian, tapi bukan berarti islam tidak boleh
mempertahankan hak-haknya ketika hak itu dihiana oleh musuhnya sendiri.
Mengutamakan perdamaian dari peperangan dijelaskan dalam kaidah jihad yaitu:
pertama, jihad harus didahului oleh dakwah ilallah, mengajak manusia kepada agama Allah.
Tidak boleh memulai perang sebelum berdakwah terlebih dahulu. Karena itu, Nabi Saw menyeru
manusia kepada islam , dan mengirimkan surat kepada para raja dan penguasa. Beliau tidak
memulai perang kecuali bila mereka menolak ajakan. Jadi harus terlebih dahulu mengajak
kepada agama islam dan menyampaikan agama islam kepada mereka. Barang siapa
menerimanya dan masuk kedalamnya, maka inilah yang diharapkan, sebaliknya,brang siapa
menolak, menentang dan membangkang setelah di ajak, maka tidak ada yang patut baginya
selain diperangi. Kedua, penataan dan perintah jihad harus menjadi wewenang peimpin kaum
muslimin. Ketika itu, Nabi yang mengatur pasukan dan memimpinnya secara langsung.
Terkadang beliau mengangkat beberapa panglima dari kalangan kaum muslimin untuk
memimpin pasukan, dan beliau juga menyusun pasukan ekspedisi. Kaum muslim tidak pernah
berperang tanpa perintah dari Rasulullah. Demikian pula para khalifah sepeninggal Rasulullah,
dan para pemimpin kaum muslimin, merekalah yang langsung mengatur jihad di jalan Allah.
3 Ibid., hlm.2
Tidak boleh seorang pun berjihad tanpa pemerintah mereka. Inilah petunjuk islam mengenai
jihad di jalan Allah. Ketiga, kaum muslimin harus memiliki keuatan dan persiapan yang
sempurna untuk melaksanakan jihad di jalan Allah. Jika mereka tidak memilii kekuatan dan
kemampuan yang memadai, maka mereka menundanya hingga memiliki kekuatan dan
kemampuan yang memadai. Karena itu, Nabi dan para sahabatnya saat berada di Mekkah
sebelum berhijrah sering mendapat gangguan dari kaum
musyrikin, dan Allah SWT tetap
memerintahkan Nabi-Nya agar memberi maaf dan menunggu perintah-Nya. Allah tidak
memerintahkan mereka berjihad dalam kondisi demikian; karena mereka masih lemah dan tidak
mmiliki kemampuan, sebab jihad membutuhka kekuatan. Keempat, harus mengenal dengan
baik, siapa musuh yang akan diperangi?. Orang yang diperangi adalah kaum kafir yang
menghalangi jalan Allah, menghalnngi manusia masuk kedalam agama islam, menyebarkan
kekafiran di muka bumi, dan memerangi kaum muslimin. Namun bagi kaum kafir yang tidak
menyebarkan keyakinan, dan kekafiran mereka terbatas pada diri mereka, maka tidak boleh
diperangi berdasarkan firman Allah Q.S. Al-Mumtahanah: 8. Begitu juga dengan kaum kafir
yang masih terikat perjanjian damai dengan islam, karena darah dan hartanya terlindung sebagai
kosekwensi dari prjanjian damai yang berlangsung antara kaum muslimin dengnnya. Hal ini
dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya Q.S. An-Nahl: 91.4
Hal inilah yang tidak dipahami oleh umat islam pada zaman ini, sehingga dengan sangat
mudah mereka mengamini stigma-stigma negatif yang disebarkan oleh para musuh islam.
4 Ibid., hlm. 24-30
Oleh : Riski Wasi’ah Aulia Romadani
Pendahuluan
Tulisan ini sengja saya buat terinspirasi dari diskusi saya minggu lalu bersama SI ( Sahwa
al-islaamiah ) UR yang dilaksanakan di lab bahasa HI dengan tema pembahasan
“Mengapa
Ummat Islam Tertinggal?” bersama bang Bambang Putra Ermansyah selaku pematerinya.
Namun tulisan ini tidak membahas tentang tema tersebut, karena tema tersebut telah dibahas
tuntas dalam forum diskusi.
Dalam tulisan ini, saya akan membahas tentang, bantahan terhadap stigmatisasi konsep
jihad. Banyak golongan–golongan yang berusaha untuk menyumbangkan pemikiran logikanya
dalam mendefenisikan jihad, bahkan ada golongan yang secara sengaja mendefinisikan jihad
sebagai bentuk terorisme dengan dalil-dalil logika yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Defenisi ini dengan sengaja dibentuk untuk merusak pemikiran golongangolongan lain tentang jihad yang sebenarnya merupakan suatu tindakan mulia.
Golongan ini banyak mendapat dukungan dari para penghianat muslim yang mengaku
sebagai seorang muslim sejati tapi, tidak membenarkan adanya jihad dalam Islam dengan dalil,
bahwa islam adalah agama yang sangat megutamakan perdamaian. Dan hal ini sudah mulai
diamini oleh banyak golongan lainnya. Golongan penghianat muslim memakai dalil perdamaian
hanya demi menutupi alasan cinta dunia dan takut mati semata.
Banyaknya defenisi negatif tentang jihad berdampak pada perkembangan pola pikir umat
muslim. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya orang, bahkan dari golongn umat mulim itu
sendiri phobia ketika mendengar kalimat jihad dan hal ini adalah tujuan utama yang sangat
diinginkan oleh musuh Islam yang sudah menyebarkan pemikiran negatif tentang jihad. seiring
dengan memburuknya pola pikir maka, mental umat islam dalam mempertahankan haknya pun
semakin memburuk, sehingga dengan sangat mudah untuk menghancurkan ummat muslim.
Stigma-Stigma Negatif Mengenai Konsep Jihad
Saya sangat setuju bahwa Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai
pedamaian akantetapi, hal ini tidak dapat dijadikan sebagai dalil untuk menghapuskan jihad
dalam konsep islam.
Sebenarnya jika dikaji secara mendalam, munculnya dan berkembangnya stigma-stigma
negatif mengenai konsep jihad itu adalah bukti yang cukup jelas yang dapat menunjukkan betapa
lemahnya golongan-golongan yang ingin menghancurkan islam, hal ini menjelaskan betapa tidak
mampunya musuh islam untuk menghancurkan islam secara transparan dalam medan perang.
Hal inilah yang mendasari para musuh islam untuk menyebarluaskan stigma-stigma negatif
mengenai jihad. ketidak mampuan musuh islam untuk bertempur di medan perang mebuat
mereka harus mengubah konsep perang yang harus mereka mainkan, perubahan konsep tersebut
adalah konsep perang pemikiran, maksudnya mereka tidak lagi memerangi umat islam di medan
perang melainkan didalam pemikiran, hal ini sering di istilahkan dengan ghozul fikri atau perang
pemikiran.
Salah satu stigma negatif yang sering di digembar-gemborkan oleh musuh islam adalah
terorisme, dengan memaparkan bukti-bukti palsu yang mereka desain sendiri, contohnya adalah
tertuduhnya tokoh Osama Bin Laden sebagai teroris dalam peristiwa WTC yang terjadi pada 11
september 2001 yang lalu. Jika dipelajari lebih dalam tragedi ini adalah rekayasa dari mereka
sendiri untuk menjatuhkan islam, hal ini dibuktikan dengan kode penerbangan kedua pesawat
yang digunakan dalam peristiwa tersebut. Pesawat tersebut memiliki kode penerbangan Q33NY,
yang kemudian diganti dengan salah satu fungsi pengganti huruf di Microsoft Word, jika kode
Q33NY dilihat atau diganti dengan tipe hurup Wingding, maka hasilnya adalah gambar pesawat
penghantam dua bangunan dengan gambar tengkorak dan lambang bendera Israel.1
1 Ibnu syahron Al-jajury, Al-qur’an tentang tragedi 11 september,
http://yeahsyahron.blogspot.co.id/2013/09/al-quran-tentang-tragedi-11-september.html, diakses
22 0ktober 2016, pukul 21.50 WIB.
Stigma-stigma negatif tentang jihad ini sudah menyebar hingga keseluruh dunia, dan
fakta yang paling menyedihkan adalah, stigma negatif ini bahkan diyakini oleh sebagian umat
islam itu sendiri. Hal ini terjadi karena minimnya ilmu yang dimiliki oleh umat muslim pada
masa kini, ketidak mampuan umat muslim membela dan mempertahankan haknya dan yang
paling berpengaruh adalah keberhasilan dari konsep ghozul fikri dari musuh islam.
Selain dari terorisme stigma negatif lainnya adalah haus kekuasaan. Stigma ini muncul
karena banyaknya kerajaan-kerajaan yang dapat ditaklukkan melalui konsep jihad. Allah
memerintahkan Rasulnya berjihad, apakah tujuannya? Apakah tujuannya untuk menguasai
kerajaan-kerajaan dan memperluas kekuasaan?.
Ini hanyalah efek, bukan tujuan. Tujuan utamanya adalah meninggikan kalimat Allah, dan
memenangkan agama-Nya. Hal ini dapat dipahami melalui firman-Nya: “ Dan perangilah
mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan sehingga ketaatan itu hanya semata-mata untuk
Allah.” ( Q.S. Al-Baqoroh: 193 )2.
Munculnya beragam stigma negatif mengenai jihad dikalangan umat islam itu sendiri
dikarenakan ketidak pahaman individu muslim tentang makna dan hakikat jihat yang
sesungguhnya. Mereka tidak memahami apa itu jihad? dan bagaimana tatacara berjihad?.
2 Syaikh DR. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, Beginilah Jihad Dalam Islam, Jakarta: Pustaka at-Tazkia, 2011, hlm.20
Jihad Dalam Perspektif Islam
Dalam pandangan islam jihad didefenisikan dengan mengerahkan segenap upaya dan
kemampuan untuk menyebarkan Islam dan mendakwahkannya.3dengan tujuan menegakkan
kalimat Allah dan memenangkan agama-Nya seperti yang saya tuliskan sebelumnya.
Dari defenisi tersebut telah dijelaskan bahwa berjihad dapat melalui dua cara yaitu
jihad dengan upaya, jihad ini bisa dedefenisikan sebagai berjihad dengan harta dan jihad dengan
kemampuan, jihad ini juga dapat didefenisikan sebagai jihad dengan jiwa dan tenaga, yaitu
berjuang dimedan perang untuk menegakkan kalimat Allah.
Berjihad dengan terjun kemedan peperangan adalah hal yang sangat mulia, nanmun jihad
ini dilakukan setelah anjuran damai tidak diterima. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
menyelesaikan sebuah maslah, perdamaian adalah jalan utama dan diutamakan, jika cara ini
tidak mendapat sambutan maka dalam keadaan inilah peperangan boleh dilakukan.islam adalah
agama yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian, tapi bukan berarti islam tidak boleh
mempertahankan hak-haknya ketika hak itu dihiana oleh musuhnya sendiri.
Mengutamakan perdamaian dari peperangan dijelaskan dalam kaidah jihad yaitu:
pertama, jihad harus didahului oleh dakwah ilallah, mengajak manusia kepada agama Allah.
Tidak boleh memulai perang sebelum berdakwah terlebih dahulu. Karena itu, Nabi Saw menyeru
manusia kepada islam , dan mengirimkan surat kepada para raja dan penguasa. Beliau tidak
memulai perang kecuali bila mereka menolak ajakan. Jadi harus terlebih dahulu mengajak
kepada agama islam dan menyampaikan agama islam kepada mereka. Barang siapa
menerimanya dan masuk kedalamnya, maka inilah yang diharapkan, sebaliknya,brang siapa
menolak, menentang dan membangkang setelah di ajak, maka tidak ada yang patut baginya
selain diperangi. Kedua, penataan dan perintah jihad harus menjadi wewenang peimpin kaum
muslimin. Ketika itu, Nabi yang mengatur pasukan dan memimpinnya secara langsung.
Terkadang beliau mengangkat beberapa panglima dari kalangan kaum muslimin untuk
memimpin pasukan, dan beliau juga menyusun pasukan ekspedisi. Kaum muslim tidak pernah
berperang tanpa perintah dari Rasulullah. Demikian pula para khalifah sepeninggal Rasulullah,
dan para pemimpin kaum muslimin, merekalah yang langsung mengatur jihad di jalan Allah.
3 Ibid., hlm.2
Tidak boleh seorang pun berjihad tanpa pemerintah mereka. Inilah petunjuk islam mengenai
jihad di jalan Allah. Ketiga, kaum muslimin harus memiliki keuatan dan persiapan yang
sempurna untuk melaksanakan jihad di jalan Allah. Jika mereka tidak memilii kekuatan dan
kemampuan yang memadai, maka mereka menundanya hingga memiliki kekuatan dan
kemampuan yang memadai. Karena itu, Nabi dan para sahabatnya saat berada di Mekkah
sebelum berhijrah sering mendapat gangguan dari kaum
musyrikin, dan Allah SWT tetap
memerintahkan Nabi-Nya agar memberi maaf dan menunggu perintah-Nya. Allah tidak
memerintahkan mereka berjihad dalam kondisi demikian; karena mereka masih lemah dan tidak
mmiliki kemampuan, sebab jihad membutuhka kekuatan. Keempat, harus mengenal dengan
baik, siapa musuh yang akan diperangi?. Orang yang diperangi adalah kaum kafir yang
menghalangi jalan Allah, menghalnngi manusia masuk kedalam agama islam, menyebarkan
kekafiran di muka bumi, dan memerangi kaum muslimin. Namun bagi kaum kafir yang tidak
menyebarkan keyakinan, dan kekafiran mereka terbatas pada diri mereka, maka tidak boleh
diperangi berdasarkan firman Allah Q.S. Al-Mumtahanah: 8. Begitu juga dengan kaum kafir
yang masih terikat perjanjian damai dengan islam, karena darah dan hartanya terlindung sebagai
kosekwensi dari prjanjian damai yang berlangsung antara kaum muslimin dengnnya. Hal ini
dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya Q.S. An-Nahl: 91.4
Hal inilah yang tidak dipahami oleh umat islam pada zaman ini, sehingga dengan sangat
mudah mereka mengamini stigma-stigma negatif yang disebarkan oleh para musuh islam.
4 Ibid., hlm. 24-30