Pembinaan Masyarakat berbasis IPTEKS. pdf
PEMBINAAN MASYARAKAT BERBASIS IPTEKS
RIDWAN ABDULLAH SANI CIPTA PUSTAKA MEDIA PERINTIS :
BANDUNG ISBN: 978-602-9377-69-9
Kata Pengantar
Peranan perguruan tinggi dalam mengatasi permasalahan yang terjadi di masyarakat adalah dengan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat dan membantu masyarakat memiliki daya saing. Upaya tersebut seharusnya dilakukan oleh civitas academica melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagai salah satu dari Tri Dharma perguruan tinggi. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Universitas Negeri Medan (Unimed) dikoordinasikan oleh Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat.
Sejalan dengan perluasan mandat Universitas Negeri Medan, yang sebelumnya focus dalam bidang kependidikan, Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPM) Unimed memiliki peran yang lebih luas dalam bidang kependidikan dan non-kependidikan. Keinginan untuk memberikan layanan terbaik bagi masyarakat dicerminkan dalam rumusan visi LPM Unimed, yakni: Unggul dalam Penerapan IPTEKS untuk Pemberdayaan Masyarakat. Sasaran yang dituju sesuai dengan visi tersebut dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) 2012 – 2015 Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Unimed sebagai berikut:
1. Tersedia teknologi tepat guna (TTG) yang bermanfaat bagi peningkatan daya saing masyarakat.
2. Tersedia layanan masyarakat pendidikan berbasis penelitian dan inovasi.
3. Dosen dan mahasiswa terlibat dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat berbasis IPTEKS.
4. Tersedia solusi efektif untuk mengatasi permasalahan masyarakat.
5. Tersedia layanan untuk pengembangan kemampuan kewirausahaan mahasiswa dan/atau masyarakat.
Pada tahun 2012, beberapa kegiatan telah dilaksanakan dalam upaya mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Pengembangan TTG dilakukan melalui dana DP2M Dikti Kemdikbud oleh 15 kelompok dosen seperti yang dideskripsikan dalam buku ini. Layanan bagi masyarakat berbasis penelitian telah dilakukan melalui dana PNBP Unimed di kabupaten Deli Serdang. Pada tahun yang sama, LPM Unimed melakukan kegiatan peningkatan mutu pendidikan tingkat SMA di beberapa sekolah untuk seluruh kabupaten/kota propinsi Sumatera Utara yang dibiayai oleh DP2M Dikti. Kegiatan tersebut didasarkan atas hasil penelitian yang dilakukan untuk mengkaji kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal ujian nasional tingkat SMA.
Beberapa kerjasama telah dilakukan pada tahun 2012, diantaranya: kerjasama dengan PT Pertamina dalam kegiatan Social Mapping untuk Corporate Social Responsibility (CSR) di kota Pematang Siantar, Belawan, dan Tandem; kerjasama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah dalam kegiatan Benchmarking Pembiayaan Pendidikan di Malaysia, Thailand, China, dan Korea; kerjasama dengan Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar dalam kegiatan Survey Sekolah Rusak untuk keperluan rehabilitasi.
Unimed memiliki sumber daya peralatan dan sumber daya manusia (SDM) yang memungkinkan untuk membantu masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri untuk meningkatkan daya saing. Beberapa pekerjaan yang telah dilakukan antara lain: AMDAL, pengawasan pembangunan konstruksi, pelatihan manajemen pengadaan barang dan jasa bekerjasama dengan LKPP, pembinaan dan pemberdayaan usaha kecil menengah dan koperasi, serta pembinaan guru secara rutin. Sumber daya manusia yang ada diupayakan untuk menghasilkan pengetahuan baru untuk meningkatkan daya saing bangsa, dan mengadaptasi pengetahuan yang telah ditemukan untuk mendukung daya saing dan kesejahteraan masyarakat. Lembaga Pengabdian Kepada masyarakat Universitas Negeri Medan berupaya meningkatkan peran dalam memfasilitasi dan memberdayakan warga kampus Unimed memiliki sumber daya peralatan dan sumber daya manusia (SDM) yang memungkinkan untuk membantu masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri untuk meningkatkan daya saing. Beberapa pekerjaan yang telah dilakukan antara lain: AMDAL, pengawasan pembangunan konstruksi, pelatihan manajemen pengadaan barang dan jasa bekerjasama dengan LKPP, pembinaan dan pemberdayaan usaha kecil menengah dan koperasi, serta pembinaan guru secara rutin. Sumber daya manusia yang ada diupayakan untuk menghasilkan pengetahuan baru untuk meningkatkan daya saing bangsa, dan mengadaptasi pengetahuan yang telah ditemukan untuk mendukung daya saing dan kesejahteraan masyarakat. Lembaga Pengabdian Kepada masyarakat Universitas Negeri Medan berupaya meningkatkan peran dalam memfasilitasi dan memberdayakan warga kampus
Fokus kegiatan yang dilakukan di LPM Unimed mengacu pada program utama yang dilakukan oleh masing-masing koordinator program. Program utama tersebut dideskripsikan dalam buku ini, dan arah pengembangan dilakukan sebagai berikut:
1. Membantu masyarakat dalam menerapkan inovasi IPTEKS untuk meningkatkan taraf hidup dan daya saing.
2. Desiminasi dan implementasi hasil penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat, dunia usaha, dan/atau dunia industri yang bermitra dengan LPM Unimed
3. Memberdayakan UKM binaan melalui inovasi IPTEKS, manajemen, dan pembinaan kapasitas.
4. Mengembangkan budaya kewirausahaan di kalangan warga kampus.
5. Menstimulasi pengembangan Unit Usaha Jasa dan Industri di kalangan warga kampus.
6. Mensinergiskan upaya pemberdayaan potensi masyarakat melalui pola kerjasama yang melibatkan Unimed, Pemda, dunia usaha/dunia industri, serta masyarakat.
Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ditindaklanjuti dengan melakukan publikasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan dosen dan mahasiswa dalam upaya desiminasi kegiatan agar dapat dimanfaatkan oleh pihak yang membutuhkan. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Unimed juga membantu dosen dan mahasiswa dalam upaya Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ditindaklanjuti dengan melakukan publikasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan dosen dan mahasiswa dalam upaya desiminasi kegiatan agar dapat dimanfaatkan oleh pihak yang membutuhkan. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Unimed juga membantu dosen dan mahasiswa dalam upaya
Buku ini dibuat sebagai bahan kerjasama dan sosialisasi kegiatan yang dilakukan oleh civitas academica Universitas Negeri Medan yang dikoordinasikan oleh Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu LPM Unimed dalam melaksanakan kegiatan, terutama kepada dosen, pegawai, dan mahasiswa yang terlibat langsung dalam pelaksanaan kerjasama dengan berbagai pihak, pelaksanaan pembinaan masyarakat, survey, dan pelatihan guru. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada berbagai pihak yang telah memberikan kepercayaan kepada LPM Unimed dalam kerjasama dan bantuan yang sangat berarti bagi kami. Terima kasih secara khusus disampaikan kepada rektor Unimed yang memberikan perhatian kepada LPM Unimed, kepada Drs. H. Zulkifli Simatupang, M.Pd sebagai Sekretaris LPM Unimed yang telah membantu menjalankan program di LPM, kepada Dr. Sri Minda Murni, M.S. yang membantu alih bahasa, dan kepada Mukti Hamjah Harahap, M.Si serta Rita Purnama Sari, M.Pd yang membantu dalam mengumpulkan data untuk profil LPM ini.
Medan, 14 Maret 2013 Ketua LPM Unimed
Dr. H. Ridwan Abdullah Sani, M.Si
BAGIAN II
KEGIATAN PENINGKATAN MUTU
PENDIDIKAN SUMATERA UTARA
IMPLEMENTASI MODEL PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN SUMATERA UTARA
Ridwan Abdullah Sani, Zulkifli Simatupang, Isda Pramuniati, Mukti Hamjah
Permasalahan pendidikan di propinsi Sumatera Utara yang bermuara pada kesulitan siswa SMA dalam menyelesaikan soal ujian nasional (UN) disebabkan oleh: kurangnya kompetensi guru dalam penguasaan materi bidang studi dan minimnya kompetensi dalam penguasaan pembelajaran yang efektif, lemahnya kompetensi awal siswa ketika memasuki SMA, dan kurangnya aktivitas peningkatan mutu pendidikan yang diselenggarakan di sekolah. Temuan tersebut telah dianalisis penyebabnya terutama dengan melakukan analisis proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah sampel dan diupayakan solusinya dengan model peningkatan mutu pendidikan yang dikembangkan melalui penelitian PPMP oleh tim peneliti Unimed. Pada tahun 2012 dilakukan penerapan model pengembangan mutu pendidikan yang bertujuan untuk: 1) Meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada kompetensi yang telah diketahui rendah yang telah diungkap melalui Penelitian PPMP, 2). Mengatasi penyebab rendahnya kompetensi siswa yang telah di ungkap melalui Penelitian PPMP, 3). Menerapkan model pemecahan masalah yang telah ditemukan melalui Penelitian PPMP agar diketahui efektifitasnya dalam pemecahan masalah, dan 4). Mengungkap efektivitas model pemecahan masalah di kabupaten/kota sasaran. Kegiatan ini melibatkan dosen Unimed, guru inti, guru bidang studi, pengawas sekolah, dan Dinas Pendidikan di kabupaten/kota wilayah propinsi Sumatera Utara. Kegiatan PM-PMP yang dilaksanakan mengikuti pola pelatihan on dan off dengan melatih guru inti yang diminta untuk bekerjasama dengan guru imbas dalam kegiatan Lesson Study. Pelaksanaan kegiatan PM-PMP dapat meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogik guru yang kemudian dapat mengatasi masalah kompetensi lulusan yang rendah di kelas. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran yang diujikan secara nasional dapat ditingkatkan dengan Permasalahan pendidikan di propinsi Sumatera Utara yang bermuara pada kesulitan siswa SMA dalam menyelesaikan soal ujian nasional (UN) disebabkan oleh: kurangnya kompetensi guru dalam penguasaan materi bidang studi dan minimnya kompetensi dalam penguasaan pembelajaran yang efektif, lemahnya kompetensi awal siswa ketika memasuki SMA, dan kurangnya aktivitas peningkatan mutu pendidikan yang diselenggarakan di sekolah. Temuan tersebut telah dianalisis penyebabnya terutama dengan melakukan analisis proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah sampel dan diupayakan solusinya dengan model peningkatan mutu pendidikan yang dikembangkan melalui penelitian PPMP oleh tim peneliti Unimed. Pada tahun 2012 dilakukan penerapan model pengembangan mutu pendidikan yang bertujuan untuk: 1) Meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada kompetensi yang telah diketahui rendah yang telah diungkap melalui Penelitian PPMP, 2). Mengatasi penyebab rendahnya kompetensi siswa yang telah di ungkap melalui Penelitian PPMP, 3). Menerapkan model pemecahan masalah yang telah ditemukan melalui Penelitian PPMP agar diketahui efektifitasnya dalam pemecahan masalah, dan 4). Mengungkap efektivitas model pemecahan masalah di kabupaten/kota sasaran. Kegiatan ini melibatkan dosen Unimed, guru inti, guru bidang studi, pengawas sekolah, dan Dinas Pendidikan di kabupaten/kota wilayah propinsi Sumatera Utara. Kegiatan PM-PMP yang dilaksanakan mengikuti pola pelatihan on dan off dengan melatih guru inti yang diminta untuk bekerjasama dengan guru imbas dalam kegiatan Lesson Study. Pelaksanaan kegiatan PM-PMP dapat meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogik guru yang kemudian dapat mengatasi masalah kompetensi lulusan yang rendah di kelas. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran yang diujikan secara nasional dapat ditingkatkan dengan
PENDAHULUAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di beberapa sekolah di propinsi Sumatera Utara ditemukan sepuluh faktor penyebab rendahnya kualitas kompetensi siswa SMA yang menyebabkan mereka kesulitan menyelesaikan soal UN, yakni: (1) minimnya perangkat pembelajaran yang dipersiapkan oleh guru dan sekolah; (2) rendahnya kualitas kinerja guru; (3) perpustakaan dan laboratorium kurang difungsikan sebagai sarana belajar, (4) KBM masih berpusat pada guru (teacher centered) sehingga siswa tidak aktif belajar, (5) komitmen pimpinan sekolah terhadap mutu pendidikan masih rendah; (6) rendahnya motivasi siswa dalam belajar; (7) kurangnya sarana dan prasarana pendidikan; (8) terbatasnya penggunaan sumber belajar; (9) rendahnya kualitas monitoring dan evaluasi akademik; (10) praktek salah dari desentralisasi pendidikan yang berdampak negatif terhadap manajemen sekolah. Penyebab permasalahan yang ditemukan adalah kurangnya kompetensi guru dalam penguasaan materi bidang studi dan minimnya kompetensi dalam penguasaan pembelajaran yang efektif, lemahnya kompetensi awal siswa ketika memasuki SMA, dan kurangnya aktivitas peningkatan mutu pendidikan yang diselenggarakan di sekolah.
Permasalahan manajemen teridentifikasi dari banyaknya guru yang tidak membuat Silabus dan RPP, mereka hanya memakai silabus dan RPP yang sudah jadi untuk memenuhi persyaratan administrasi. Silabus dan RPP yang ada di sekolah kurang sesuai dengan kondisi satuan pendidikan yang bersangkutan, bahkan tidak dijadikan panduan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Pada umumnya, k epala belum melibatkan guru dalam membuat rencana, sehingga program yang dibuat kurang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Kepala Sekolah kurang optimal dalam melakukan Monitoring dan Evaluasi
(MONEV) serta supervisi terhadap guru baik dalam hal perencanaan pembelajaran maupun dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, sehingga kepala sekolah tidak mengetahui apakah pembelajaran yang dilakukan oleh guru telah maksimal dan sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan. Permasalahan lain yang ditemukan adalah kurangnya manejemen Kepala sekolah dalam merencanakan pengembangan sumber daya manusia (guru) untuk mengikuti pelatihan/forum ilmiah sehingga menyebabkan guru kurang mengetahui informasi terkini sehubungan dengan bidang masing-masing.
Faktor lain yang menentukan keberhasilan siswa dalam menyelesaikan UN adalah kualifikasi guru. Jika dilihat dari kualifikasi akademik tingkat pendidikan guru sekolah sampel rata-rata telah mempunyai pendidikan sarjana S1, namun masih terdapat ketidaksesuain keahlian guru dengan mata pelajaran yang diajarkan. Kondisi ini menyebabkan rendahnya kualitas pelaksanaan pembelajaran. Hasil tes probing yang dilakukan kepada guru di sekolah sampel menunjukkan rata-rata guru hanya mampu menjawab tes sekitar 80%, bahkan ada yang hanya mampu menjawab sekitar 10%. Fenomena tersebut mencerminkan kurangnya penguasan materi pembelajaran oleh tenaga pengajar. Kompetensi guru dalam pedagogic juga belum optimal. Berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa diketahui bahwa siswa sulit memahami penjelasan yang diberikan guru, guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar tidak hanya ceramah, guru kurang menggunakan fasilitas dan sumber belajar. Siswa menyarankan agar guru memperbaiki cara mengajar. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis angket yang diberikan pada siswa diketahui bahwa model pembelajaran yang digunakan guru masih belum bervariasi dan tidak memperhatikan efektivitas pembelajaran, guru juga jarang menggunakan media dalam proses pembelajaran baik media alami atau media buatan.
Permasalahan umum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) di propinsi Sumatera Utara (rangkuman hasil Permasalahan umum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) di propinsi Sumatera Utara (rangkuman hasil
1) Kompetensi guru bermasalah
2) Terdapat guru yang tidak sesuai bidang keahlian
3) Guru tidak selalu memiliki persiapan dalam mengajar
4) PBM berpusat pada guru
5) Siswa tidak aktif belajar
6) Fasilitas belajar kurang dimanfaatkan
7) Belajar tidak menggunakan sumber yang bervariasi
8) Evaluasi tidak sesuai materi belajar (kesesuaian RPP dan implementasinya)
Berdasarkan hasil angket diketahui bahwa pembelajaran yang dilakukan pada umumnya hanya menggunakan metode ceramah. Berikut ini disajikan data hasil angket yang dapat menunjukkan gambaran pembelajaran di propinsi Sumatera Utara.
Gambar 1. Gambaran pembelajaran IPA di propinsi Sumatera Utara
Saran siswa IPS untuk perbaikan pembelajaran
Ganti guru guru memperbaiki cara
mengajar Guru perlu membahas PR
Guru memberikan latihan yg cukup
fasilitas dan sumber belajar diperbaiki
Gambar 2. Gambaran pembelajaran IPS di propinsi Sumatera
Utara
PERMASALAHAN WILAYAH
Beberapa permasalahan yang ditemukan dalam penelitian pemetaan dan pengembangan mutu pendidikan (PPMP) yang dilakukan di propinsi Sumatera Utara antara lain:
a. Pada umumnya sekolah tidak memiliki program pengelolaan pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan. Pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam upaya meningkatkan standar kompetensi lulusan, tidak dilaksanakan secara terencana. Evaluasi program kerja sekolah hanya dilaksanakan untuk memenuhi tuntutan administrasi, sehingga proses pelaksanaan evaluasi tidak efektif dan tidak berbobot. Berdasarkan penggalian informasi, ditemukan beberapa kepala sekolah yang tidak memiliki program evaluasi kinerja guru.
b. Ditemukan adanya proses rekrutmen tenaga pendidik dan proses mutasi guru yang tidak sesuai prosedur dan kebutuhan. Pelaksanaan rekrutmen guru dilaksanakan tidak terkait dengan kebutuhan guru, tetapi didasarkan atas pertimbangan lain, misalnya nepotisme. Demikian juga proses dan pelaksanaan mutasi tidak dilaksanakan atas dasar kebutuhan b. Ditemukan adanya proses rekrutmen tenaga pendidik dan proses mutasi guru yang tidak sesuai prosedur dan kebutuhan. Pelaksanaan rekrutmen guru dilaksanakan tidak terkait dengan kebutuhan guru, tetapi didasarkan atas pertimbangan lain, misalnya nepotisme. Demikian juga proses dan pelaksanaan mutasi tidak dilaksanakan atas dasar kebutuhan
c. Guru kurang bertanggungjawab dan mampu dalam membuat perencanaan pembelajaran yang berkualitas, menerapkan pembelajaran inovatif, mengembangkan media dan penilaian berbasis kelas. Pada umumnya guru membuat RPP hanya untuk pemenuhan administrasi sekolah.
d. Sarana dan prasarana penunjang pembelajaran pada umumnya tidak memadai. Permasalahan lain adalah kurangnya kompetensi guru memanfaatkan laboratorium atau sarana belajar sehingga sarana dan prasarana penunjang yang terdapat di sekolah tidak digunakan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Minimnya penggunaan bahan ajar dan sumber belajar yang bervariasi juga ditemukan dalam PBM.
e. Persoalan utama yang menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan adalah kompetensi guru yang kurang memadai, terutama penguasaan materi ajar dan penguasaan pembelajaran yang efisien dan efektif. Pada umumnya guru belum menerapkan pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik.
Permasalahan umum dan implementasi Model Pemecahan Masalah UN di Sumatera Utara
N Permasal Model
Sasaran Pihak o
Aktivitas
ahan Terlibat
1. Unimed . a n
1 Kurangny Penguata 1. Pelatihan Guru
Bidang (Pelaksan penguasaa Kapasitas
Guru
Studi a n guru
dengan
Kegiatan) dalam
Guru
system
2. Pengawas materi
berjenjan
g 3. Guru Inti
N Permasal Model
Sasaran Pihak o
Aktivitas
ahan Terlibat
pelajaran
4. Dinas Pendidika n Kab/ Kota
2. Pengemb Guru
Studi Sekolah
ajar
3. Guru Inti
1. Unimed . n guru
2 Penguasaa Penguata 3. Pelatihan Guru
2. Guru Inti pembelaja Kompete
Guru
Bidang
3. Kepala ran yang
secara di Studi
Sekolah efektif dan dalam
nsi Guru
luar
4. Dinas pemanfaat pedagogi
kelas dan
impleme
Pendidika
n belajar
an sumber c ntasi
terkontro
masih
l di kelas
lemah 3 Peran
1. Unimed . MGMP
Pengemb 4. Pemodel Guru
2. Guru Inti sebagai
3. Pengawas media
sistem aktivitas Studi
4. Dinas diskusi
pembinaa
MGMP
Pendidika dan
n guru
dengan
n sharing
guru inti
antara
dan
guru dan
tidak optimal
1. Unimed . aktivitas
4 Minimnya Penguata 5. Pengemb Guru
2. Guru guru
angan
Bidang
3. Kepala dalam
n sekolah pembina dan Sekolah pengemba dan
4. Guru Inti ngan
an guru
Kepala
LPTK Sekolah
N Permasal Model
Sasaran Pihak o
Aktivitas
ahan Terlibat
profesiona dalam
5. Pengawas litas
6. Kegiatan Guru
6. Dinas berkelanju angan
pengemb pengemb Bidang
Studi Pendidika tan
angan
profesi
n guru
profesi
berkelanj utan
SOLUSI YANG DITERAPKAN
Diagram alir model peningkatan mutu pendidikan secara umum yang diterapkan oleh Tim PM-PMP Unimed di kabupaten/kota wilayah propinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
Tim PMP Unimed
Laporan Monev
Revisi system kegiatan KBM
Diskusi mekanisme
MGMP/Lesson
pelatihan guru oleh
Study
Tim Unimed
Pelaporan Koordinasi dengan Dinas efektivitas
Pendidikan dan Kepala kegiatan
Sekolah SMA sasaran MGMP
Pelatihan Pengawas dan Guru Inti oleh Tim Unimed
Monev kegiatan MGMP Kegiatan MGMP melibatkan oleh Pengawas
guru inti dan Guru Bidang Studi
Monev oleh Guru Implementasi hasil pelatihan dan
Inti
pembimbingan oleh guru bidang studi pada KBM di kelas
Pengukuran Luaran, Dampak, dan efektivitas Kegiatan oleh TIM PMP Unimed
Gambar 3. Model peningkatan mutu pendidikan
Model yang diimplementasikan oleh Tim-PMP Unimed sangat bervariasi bergantung pada proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan di kabupaten/kota. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Unimed melaksanakan koordinasi rutin untuk menjaga kualitas pelaksanaan kegiatan serta melaksanakan monitoring dan evaluasi dalam upaya menjamin keterlaksanaan kegiatan peningkatan mutu pendidikan di kabupaten kota. Ketua pelaksana dan daerah yang dibina untuk kabupaten/kota adalah sebagai berikut.
PAKET KOTA/KABUPATEN Ketua Peneliti · Nias Utara
Arwansyah (Ekonomi)
1 · Nias Barat · Gunung Sitoli
2 · Nias Selatan
Alkhafi (Fisika) · Nias Induk
· Labuhan Batu Asmin Panjaitan
3 · Labuhan Batu Utara
(Matematika) · Labuhan Batu Selatan
· Padang Lawas Kustoro (Ekonomi)
4 · Padang Lawas Utara
5 · Tapsel
Asrin Lubis · Padang Sidempuan
(Matematika) · Samosir
Bornok Sinaga
6 · Tobasa (Matematika) · Humbahas Thamrin (Ekonomi)
7 · Tapteng · Sibolga
8 · Tanjung Balai
Zulkifli Simatupang · Asahan
(Biologi) Martina Restuati
9 · Batu Bara · Tebing Tinggi
(Biologi) Motlan (Fisika)
10 · Pematang Siantar · Simalungun
PAKET KOTA/KABUPATEN Ketua Peneliti Azhar Umar (Bhs
11 · Binjai · Langkat
Indonesia)
12 · Medan
Sugiharto (IPS/Geografi)
13 · Deli Serdang Restu (IPS/Geografi) · Karo
Jurubahasa Sinuraya
14 · Dairi (Fisika) · Pakpak Barat Hasratuddin
15 · Tapanuli Utara · Humbahas
(Matematika)
16 · Madina Rahmat Nauli (Kimia)
17 · Serdang Bedagai
Abdurrahman (Bhs Indonesia)
Tahapan yang dilakukan dalam penerapan model peningkatan mutu guru adalah sebagai berikut:
1. Guru inti yang telah dipilih untuk mengikuti kegiatan ini
terlebih dahulu mengikuti pre test untuk melihat kompetensi professional setiap guru. Pretes ini juga bermanfaat untuk mengetahui kelemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran selama ini di sekolah.
2. Tim menilai kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan format penilaian APKG 1 dan APKG 2. Kemudian dilakukan diskusi mengenai kelemahan guru dalam mengajar dan hal-hal yang perlu diperbaiki.
3. Selanjutnya guru dan tim berdiskusi dalam membuat
perencanaan pembelajaran yang akan dilakukan. Instruktur membantu guru bekerjasama dalam suatu kelompok untuk melaksanakan: 1). Perencanaan, 2). Praktek mengajar, 3). Observasi, dan 4) Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang. Para peserta dengan bimbingan instruktur mencoba merancang suatu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model- perencanaan pembelajaran yang akan dilakukan. Instruktur membantu guru bekerjasama dalam suatu kelompok untuk melaksanakan: 1). Perencanaan, 2). Praktek mengajar, 3). Observasi, dan 4) Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang. Para peserta dengan bimbingan instruktur mencoba merancang suatu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model-
4. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran melakukan praktek mengajar di depan kelas (real teaching). Pelaksanaan kegiatan ini dan diikuti oleh 2 orang guru untuk setiap mata pelajaran. Kegiatan Real Teaching dilakukan oleh dua orang guru dengan pokok bahasan yang telah dipilih sebelumnya oleh guru yang akan tampil. Pelaksanaan real teaching diamati oleh empat guru (peserta) lainnya dan satu orang instruktur. Kegiatan pembelajaran ini berlangsung selama satu jam pelajaran, dimana instruktur mencatat kekurangan atau hal-hal yang belum dilakukan pada proses pembelajaran namun telah dibahas dalam workshop. Pengamat (guru lainnya) mengisi lembar pengamatan Aplikasi Penilaian Kinerja Guru (APKG) dalam pelaksanaan pembelajaran. Komponen yang diamati pada saat guru melakukan pembelajaran (real teaching), antara lain: (1) Kemampuan guru membuka pelajaran, (2) Sikap guru dalam proses pembelajaran, (3) Penguasaan bahan ajar, (4) Kegiatan Belajar Mengajar, (5) Kemampuan menggunakan media pembelajaran (6) Evaluasi pembelajaran, (7) Kemampuan menutup pembelajaran, dan (8) Tindak lanjut/ follow up. Hasil pengamatan dan temuan kelemahan pelaksanaan pembelajaran tersebut dibahas kembali dalam kegiatan selanjutnya yakni Focus Group Discussion (FGD) yang diikuti oleh seluruh peserta kegiatan workshop yang berperan juga sebagai observer.
5. Guru-guru lain dan instruktur dalam kelompok tersebut melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran dengan melihat RPP yang telah dibuat guru tersebut.
6. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Diskusi dilakukan dengan membahas kompetensi pedagogic guru berdasarkan nilai APKG-1 dan APKG-2. Tahap ini merupakan tahap refleksi, dimana didiskusikan kelemahan dan langkah- langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
7. Kegiatan terakhir yang dilakukan oleh Tim PMP adalah melakukan post test terhadap guru-guru peserta kegiatan untuk melihat peningkatan kompetensi profesional guru tersebut.
8. Selanjutnya guru inti yang telah dilatih melakukan sharing dengan guru mata pelajaran yang sama di sekolahnya melalui MGMP yang disebut kegiatan implementasi training.
HASIL KEGIATAN
Efektivitas model peningkatan mutu pendidikan ini dinilai berdasarkan aspek sikap/perilaku guru dan output/luaran dengan kriteria sebagai berikut:
· Sikap dan kompetensi
1. Perubahan cara mengajar guru.
2. Antusiasme dan keceriaan dalam mengikuti seluruh
kegiataan yang sudah dijadwalkan.
3. Perubahan RPP guru model yang lebih baik terutama dalam membuat skenario pembelajaran. Hal ini bisa dilihat dari hasil perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru model itu sendiri.
4. Kesungguhan guru dalam mengikuti seluruh
kegiataan yang sudah dijadwalkan.
5. Penguasaan guru dalam pengolaan kelas berdasarkan observasi guru sejawat dan tutor saat peer teaching.
6. Penguasaan kemampuan professional guru terutama untuk materi-materi yang bermasalah.
7. Interaksi guru dan tutor. · Efektifitas Kegiatan
Output/luaran untuk masing-masing mata pelajaran diukur untuk mengevaluasi kompetensi profesional (materi tertentu) dan kompetensi pedagogik guru. Pengukuran efektifitas kegiatan meliputi evaluasi sebelum pelaksanaan model dan sesudah pelaksanaan pembelajaran. Ukuran efektifitas dihitung dengan menggunakan persamaan:
Efektifitas Peningkatan Mutu Pembelajaran Bahasa Indonesia
Berdasarkan analisis data hasil pre test diperoleh lima pokok bahasan yang dianggap sulit oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia, yaitu: (1) menentukan fakta dan opini dalam wacana, (2) menentukan makna kata dan istilah, (3) menentukan kalimat topik dan kalimat penjelas dalam paragraf, (4) menentukan simpulan isi paragraf, dan (5) menentukan simpulan informasi pada tabel dan diagram. Berdasarkan analisa data pre test tersebut kemudian dilakukan diskusi untuk mengetahui kemampuan profesional (materi) dan kemampuan pedagogik (teknik pembelajaran) guru di sekolah sampel. Pada saat pelaksanaan diskusi, ditemukan bahwa para guru pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam meningkatkan kemampuan profesional, (hanya ada miskonsepsi yang dialami peserta dalam konsep paragraf, Berdasarkan analisis data hasil pre test diperoleh lima pokok bahasan yang dianggap sulit oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia, yaitu: (1) menentukan fakta dan opini dalam wacana, (2) menentukan makna kata dan istilah, (3) menentukan kalimat topik dan kalimat penjelas dalam paragraf, (4) menentukan simpulan isi paragraf, dan (5) menentukan simpulan informasi pada tabel dan diagram. Berdasarkan analisa data pre test tersebut kemudian dilakukan diskusi untuk mengetahui kemampuan profesional (materi) dan kemampuan pedagogik (teknik pembelajaran) guru di sekolah sampel. Pada saat pelaksanaan diskusi, ditemukan bahwa para guru pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam meningkatkan kemampuan profesional, (hanya ada miskonsepsi yang dialami peserta dalam konsep paragraf,
Solusi yang dilakukan adalah menentukan terlebih dahulu dua sub pokok bahasan yang akan dipraktekkan pada saat real teaching. Kemudian ditentukan model pembelajaran yang cocok untuk sub pokok bahasan tersebut, dan melakukan uji coba cara menerapkan atau mengaplikasikan model pembelajaran tersebut. Selanjutnya, instruktur bersama dengan seluruh peserta membuat rincian kegiatan belajar mengajar untuk kedua sub pokok bahasan (menentukan fakta dan opini dalam wacana dan menentukan simpulan isi paragraf) yang akan dipraktekkan pada saat real teaching. Solusi ini ternyata efektif untuk mengatasi permasalahan pembelajaran bahasa Indonesia.
Efektifitas Peningkatan Mutu Pembelajaran Bahasa Inggris
Tim menerapkan model dan strategi pembelajaran yang bervariasi untuk masing-masing kabupaten kota. Misalnya, untuk mata pelajaran bahasa Inggris di Kabupaten Langkat diterapkan metode grammar, dimana siswa mempelajari kaidah-kaidah gramatika bersama-sama dengan daftar atau kelompok-kelompok kosakata. Kata- kata tersebut kemudian dijadikan frase atau kalimat berdasarkan kaidah yang telah dipelajari. Pada metode ini penguasaan kaidah-kaidah lebih diutamakan daripada penerapannya. Keterampilan lisan, seperti pelafalan, tidak Tim menerapkan model dan strategi pembelajaran yang bervariasi untuk masing-masing kabupaten kota. Misalnya, untuk mata pelajaran bahasa Inggris di Kabupaten Langkat diterapkan metode grammar, dimana siswa mempelajari kaidah-kaidah gramatika bersama-sama dengan daftar atau kelompok-kelompok kosakata. Kata- kata tersebut kemudian dijadikan frase atau kalimat berdasarkan kaidah yang telah dipelajari. Pada metode ini penguasaan kaidah-kaidah lebih diutamakan daripada penerapannya. Keterampilan lisan, seperti pelafalan, tidak
Pada beberapa kabupaten dilakukan model Discusion. Setelah melakukan perlakuan dan penerapan real teaching untuk pembelajaran bahasa Inggris, terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Discusion. Model pembelajaran Discusion merupakan salah satu model pembelajaran berbasis student centered learning (SCL). Berdasarkan hasil pengamatan di kelas, diamati bahwa guru melibatkan siswa secara langsung dalam KBM. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuannya dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing. Ketika diskusi (discusion), terjadi pengajuan pertanyaan dan mempertahankan pendapat sehingga menimbulkan rasa percaya diri siswa. Indikator yang digunakan untuk melihat efektifitas model dan pembelajaran berpusat pada siswa tergambar dari kegiatan belajar mengajar dimana aktivitas lebih siswa lebih dominan daripada aktivitas guru. Peningkatan hasil belajar tersebut tidak terlepas dari perencanaan RPP yang baik oleh guru maupun pelaksanaannya di kelas.
Efektifitas Peningkatan Mutu Pembelajaran Matematika
Soal matematika untuk menguji kompetensi guru dan siswa dirancang dengan penekanan pada penguasaan konsep. Item pertama diambil dari konsep bilangan yang terkait dengan relasi dua himpunan dan fungsi bijektif. Item ini dirancang untuk mengevaluasi penguasaan peserta Soal matematika untuk menguji kompetensi guru dan siswa dirancang dengan penekanan pada penguasaan konsep. Item pertama diambil dari konsep bilangan yang terkait dengan relasi dua himpunan dan fungsi bijektif. Item ini dirancang untuk mengevaluasi penguasaan peserta
Soal post-tes menggunakan soal yang sama dengan soal pretes untuk mengukur perkembangan peserta setelah kegiatan pelatihan. Hasil post-tes menunjukkan peningkatan kompetensi yang signifikan. Berdasarkan respon post-tes ini peserta sudah menjawab setiap item, termasuk bagian pedagogi yang diabaikan sebelumnya. Penguasaan konsep dasar matematika juga terlihat meningkat berdasarkan capaian skor peserta pada empat item matematikanya. Kesalahan pada bagian matematika kali ini lebih kepada ketidak sempurnaan argumen tanpa kehilangan konsep dasar yang sesungguhnya. Dengan peningkatan yang signifikan ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan berdampak positif bagi peningkatan kompetensi guru baik materi bidang studi maupun pedagoginya.
Tim menerapkan model dan strategi pembelajaran yang bervariasi untuk masing-masing kabupaten kota. Untuk mata pelajaran matematika di Kabupaten Langkat diterapkan model pendekatan pemecahan masalah.
Pemecahan masalah merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pembelajaran matematika karena prosedur pemecahan dapat melatih kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Langkah-langkah dalam pemecahan masalah dapat pula membantu siswa memahami fakta-fakta, konsep, atau prinsip matematika dengan menyajikan ilustrasi dan realisasinya. Pemecahan masalah matematika membantu siswa dalam meningkatkan kecepatan, pemahaman, penyusunan, perincian, dan penemuan secara logis dalam matematika. Untuk mata pelajaran Matematika di Kabupaten Batubara dan Kotamadya Tebing Tinggi diterapkan model pembelajaran konteksual. Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Hal ini menyebabkan siswa menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna untuk hidupnya.
Efektifitas Peningkatan Mutu Pembelajaran Fisika
Secara umum kemampuan rata-rata guru fisika di beberapa kota dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif dan berkualitas sudah baik. Misalnya, untuk kinerja guru di Pematang Siantar dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas diperoleh nilai APKG 3,3. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dari 4 deskriptor untuk setiap komponen pengamatan telah dipenuhi minimal 3 deskriptor dan ada beberapa komponen pengamatan telah dipenuhi oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
Namun, masih ada komponen pengamatan yang belum ditunjukkan oleh guru saat melakukan real teaching. Komponen yang masih lemah, antara lain: 1) pelaksanaan tindak lanjut atau follow up belum dilakukan secara tepat oleh guru dalam proses di akhir pembelajaran, 2) guru belum menyampaikan hubungan antara pokok bahasan yang sedang dibahas sekarang ini dengan pokok bahasan yang akan disampaikan selanjutnya. Minimnya penggunaan media secara efektif pada saat proses pembelajaran juga menjadi kelemahan beberapa guru. Dalam kegiatan pembelajaran, hal yang penting bukan hanya menampilkan media saja, namun lebih penting memberdayakan media tersebut untuk mengefektifkan pembelajaran sehingga mudah dipahami siswa. Kesesuaian metode dengan penggunaan media pembelajaran juga sangat penting diperhatikan. Kegiatan evaluasi pembelajaran juga masih harus perlu diperbaiki sebab dalam proses pembelajaran guru tidak melakukan beberapa jenis evaluasi yang perlu dilakukan, namun guru masih hanya sekedar melakukan tanya jawab secara formalitas.
Setelah melaksanakan beberapa diskusi untuk refleksi pembelajaran, guru mampu memperbaiki KBM. Pada saat guru tampil untuk kedua kalinya, rata-rata skor APKG mengalami peningkatan jika dibandingkan saat guru tampil pertama sekali. Kenaikan proses pembelajaran ini diperoleh setelah guru kedua mengamati guru pertama melakukan real teaching dan dievaluasi langsung oleh guru kedua selanjutnya dapat diatasi pada saat tampil melaksanakan pembelajaran.
Efektifitas Peningkatan Mutu Pembelajaran Kimia
Tim PMP dapat memetakan kelemahan dan kekuatan para guru dalam melaksanakan pembelajaran Kimia dengan menganalisis hasil pre-tes. Pre-tes difokuskan pada materi (1) energetika, khususnya Tim PMP dapat memetakan kelemahan dan kekuatan para guru dalam melaksanakan pembelajaran Kimia dengan menganalisis hasil pre-tes. Pre-tes difokuskan pada materi (1) energetika, khususnya
Pembelajaran untuk mata pelajaran kimia di Kabupaten Langkat menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) yang merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari- hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. Untuk mata pelajaran Kimia di Kabupaten Batubara dan kotamadya Tebing Tinggi diterapkan model pembelajaran PBL. Pada model PBL, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, siswa tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan ketrampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis.
Efektifitas Peningkatan Mutu Pembelajaran Biologi
Secara umum kelemahan guru Biologi terlihat pada kemampuan menggunakan media pembelajaran, dan kemampuan menutup pelajaran ataupun tindak lanjut yang harus dilakukan. Pada saat pelaksanaan real teaching ditemukan berbagai permasalahan, yakni:
1. Guru menulis di papan tulis dengan posisi membelakangi siswa.
2. Penggunaan waktu kurang efisien dan materinya terlalu banyak.
3. Tulisan di papan tulis kurang diberikan penjelasan.
4. Media yang digunakan belum sesuai materi.
5. Interaksi antara siswa belum muncul walaupun proses pembelajaran menggunakan metode diskusi. Setelah pelaksanaan real teaching selesai, kemudian dilakukan diskusi untuk membahas permasalahan yang timbul pada saat pelaksanaan real teaching dan solusi yang disarankan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Solusi yang disarankan adalah sebagai berikut :
1 Pada saat menulis di papan tulis guru harus berdiri dengan posisi menyamping sehingga masih bisa diamati gerakan siswa melalui ekor mata guru. Hal ini termasuk ketrampilan guru dalam mengelola kelas. Topik diskusi harus disertai dengan penjelasan tentang hal-hal yang perlu didiskusikan oleh siswa dan siswa diberi tahapan kegiatan yang harus dilakukan.
2 Materi yang disampaikan harus disesuaikan dengan waktu yang tersedia sehingga penjelasan guru dapat dipahami siswa.
3 Guru harus menulis di papan tulis secara teratur dan skemanya disertai dengan penjelasan agar siswa dapat mengikuti urutan materi yang diajarkan guru.
4 Media yang digunakan harus dapat memudahkan siswa untuk memahami materi yang disajikan guru. Panduan yang diberikan guru harus jelas.
5 Dalam metode diskusi, guru memberi waktu untuk diskusi, lalu setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya, kemudian ditanggapi kelompok lain. Siswa harus menyampaikan hasil diskusinya, demikian juga pada saat menuliskan hasilnya di papan tulis. Tanggapan dan atau pertanyaan dari kelompok lain harus dijawab oleh 5 Dalam metode diskusi, guru memberi waktu untuk diskusi, lalu setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya, kemudian ditanggapi kelompok lain. Siswa harus menyampaikan hasil diskusinya, demikian juga pada saat menuliskan hasilnya di papan tulis. Tanggapan dan atau pertanyaan dari kelompok lain harus dijawab oleh
Berdasarkan hasil diskusi, real teaching dan FGD yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan tentang proses pembelajaran Biologi yang diharapkan dapat dikembangkan dalam MGMP. Adapun yang menjadi kesimpulannya adalah :
1. Materi pembelajaran Biologi sedikitnya terbagi dalam
3 karakter pembelajaran, yaitu : (a) konsep, (b) pemahaman, (c) berbasis praktikum/ laboratorium. Setiap pokok bahasan atau sub pokok bahasan materi Biologi baik di kelas X, XI, dan XII hendaknya dikelompokkan terlebih dahulu ke dalam karakter pembelajaran tersebut.
2. Perlu dilakukan pemilihan berbagai metode dan model pembelajaran yang cocok diterapkan dalam proses pembelajaran Biologi.
3. Setelah itu dilakukan penentuan metode dan model yang akan digunakan untuk setiap sub pokok bahasan sesuai dengan karakter pembelajaran Biologi, dan dilakukan praktek secara langsung baik dalam bentuk peer teaching di dalam kelompok MGMP ataupun real teaching di tempat guru mengajar.
4. Untuk materi Biologi yang memiliki karakter praktikum/ laboratorium sebaiknya selalu melakukan uji coba sebelum praktikum dilaksanakan yang akan berdampak pada kemungkinan adanya revisi penyusunan LKS praktikum ataupun revisi penuntun praktikum.
Efektifitas Peningkatan Mutu Pembelajaran Ekonomi
Berdasarkan analisis data hasil pre test diperoleh lima pokok bahasan yang dianggap sulit oleh guru bidang studi ekonomi, yaitu: (1) Menentukan Moneter, (2) PDB, (3) Penjurnalan dalam bahasa akuntansi, (4) Surat-surat Berdasarkan analisis data hasil pre test diperoleh lima pokok bahasan yang dianggap sulit oleh guru bidang studi ekonomi, yaitu: (1) Menentukan Moneter, (2) PDB, (3) Penjurnalan dalam bahasa akuntansi, (4) Surat-surat
1. Kemampuan guru dalam mempersiapkan RKBM masih kurang terutama dalam merumuskan Indikator, Tujuan Pembelajaran, Skenario Pembelajaran serta menyusun Instrumen Evaluasi.
2. Guru masih kurang mampu merumuskan Indikator pembelajaran diduga karena guru-guru belum menguasai tingkatan taksonomi Bloom (Bloom’s Taxonomy) , tidak
memahami kata-kata kerja operasional untuk masing- masing ranah Ranah kognitif, Ranah afektif, Ranah psikomotor.
3. Tujuan Pembelajaran belum menggunakan rumusan ABCD; A =Audience (petatar, siswa, mahasiswa, murid dan sasaran didik lainnya), B =Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar), C =Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat tercapai, dan D =Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima).
4. Kemampunan menyusun skenario pembelajaran juga belum baik, guru-guru umumnya menggunakan metode ceramah, latihan dan tanya jawab serta penugasan. Guru belum mengenal model-model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Kondisi ini berdampak pada pembelajaran yang monoton menggunakan ceramah sehingga cepat membuat siswa merasa bosan.
5. Kemampuan menyusun instrumen evaluasi masih rendah, karena instrumen evaluasi disusun tanpa memperhatikan indikator pembelajaran yang harus di kuasai siswa setelah suatu pembelajaran dilaksanakan 5. Kemampuan menyusun instrumen evaluasi masih rendah, karena instrumen evaluasi disusun tanpa memperhatikan indikator pembelajaran yang harus di kuasai siswa setelah suatu pembelajaran dilaksanakan
Setelah pelaksanaan real teaching selesai, kemudian dilakukan diskusi untuk membahas permasalahan yang timbul pada saat pelaksanaan real teaching dan solusi yang disarankan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Solusi yang disarankan adalah sebagai berikut :
1. Apersepsi yang diberikan guru harus terkait secara langsung dengan materi yang akan diajarkan, misalnya dengan bertanya tentang konsep dasar/ pengertian dari materi yang akan diajarkan untuk mengukur kesiapan siswa dalam menghadapi materi yang akan diajarkan.
2. Indikator dan tujuan Pembelajaran harus disampaikan guru setelah apersepsi sehingga siswa mengetahui tujuan dan manfaat dari materi yang akan diajarkan.
3. Untuk mengaktifkan siswa dengan model pembelajaran kooperatif, guru harus menggunakan teknik inquiry terbimbing, dimana tahap-tahap yang harus dilakukan siswa harus terinci secara jelas. Selain itu guru harus mampu mengembangkan pembelajaran dengan interaksi antara siswa dan guru dan siswa dengan siswa, sehingga aktifitas pembelajaran akan lebih didominasi siswa.
4. Teknik menutup pembelajaran harus selalu melibatkan siswa, dan dapat dilakukan dengan cara: membuat kesimpulan dengan melibatkan siswa dan memberikan arahan/motivasi atau tugas sebagai remidi ataupun pengayaan.
Efektifitas Peningkatan Mutu Pembelajaran Sosiologi
Berdasarkan analisis data hasil pre test diperoleh beberapa pokok bahasan yang dianggap sulit oleh guru Berdasarkan analisis data hasil pre test diperoleh beberapa pokok bahasan yang dianggap sulit oleh guru
Berdasarkan analisa data pre test kemudian dilakukan diskusi yang membahas tentang kemampuan profesional (penguasaan materi) dan kemampuan pedagogik (teknik pembelajaran). Pada saat pelaksanaan diskusi, diketahui bahwa guru pada umumnya mampu membuat RPP (Rencana Program Pengajaran) dengan mengikuti format yang diberikan instruktur, namun guru masih kesulitan dalam merangkai aktivitas kegiatan inti dengan menerapkan beberapa model pembelajaran sehingga materi yang perlu pengayaan lebih dalam tidak dapat dibedakan dengan materi yang lainnya. Dalam proses diskusi dan workshop guru mendapatkan pemahaman baru tentang cara mengaplikasikan model- model pembelajaran ke dalam materi sosiologi. Solusi yang dilakukan pada saat workshop adalah menentukan terlebih dahulu sub pokok bahasan yang akan dipraktekan pada saat real teaching.
Setelah pelaksanaan real teaching selesai, kemudian dilakukan pertemuan yang dikemas dalam forum diskusi untuk membahas permasalahan yang Setelah pelaksanaan real teaching selesai, kemudian dilakukan pertemuan yang dikemas dalam forum diskusi untuk membahas permasalahan yang
1. Pada awal proses pembelajaran sebaiknya guru memberikan motivasi kepada siswa agar atmosfer belajar tercipta selama kegiatan berlangsung.
2. Dalam menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran sebaiknya guru lebih terarah dan jelas agar mudah dipahami siswa dan target tercapai dengan maksimal.
3. Model pembelajaran dipilih disesuaikan dengan pokok bahasan yang disampaikan. Misalnya, guru menerapkan model Problem Based Learning karena pembelajaran menyangkut masalah-masalah sosial yang dihadapi siswa dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pada pembelajaran guru mampu memperhatikan karakteristik siswa sehingga pemberian evaluasi bisa dilakukan dengan optimal dan siswa lebih diaktifkan.
Berdasarkan hasil workshop, real teaching dan FGD yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan tentang proses pembelajaran Sosiologi yang diharapkan dapat dikembangkan dalam MGMP, antara lain:
1. Sosiologi adalah ilmu yang melihat fenomena dalam masyaraka, sehingga dalam penyampaian Pokok bahasan ataupun Materi Pembelajaran guru harus mampu mengkaitkan antara fakta dan realita yang ada dalam kehidupan di masyarakat. Modal dasar guru Sosiologi adalah hasil pengamatan dan pengalaman lapangan yang dapat diperoleh dari berbagai sumber. Oleh karena itu guru Sosiologi harus bisa peka 1. Sosiologi adalah ilmu yang melihat fenomena dalam masyaraka, sehingga dalam penyampaian Pokok bahasan ataupun Materi Pembelajaran guru harus mampu mengkaitkan antara fakta dan realita yang ada dalam kehidupan di masyarakat. Modal dasar guru Sosiologi adalah hasil pengamatan dan pengalaman lapangan yang dapat diperoleh dari berbagai sumber. Oleh karena itu guru Sosiologi harus bisa peka
2. Guru harus mampu membuat model pembelajaran yang lebih bervariasi dan diharapkan bisa menerapkan metode pembelajaran out class agar suasana lebih menarik dan dapat melihat langsung fenomena yang terjadi di masyarakat.
3. Guru Sosiologi harus kreatif dan inovatif artinya mampu membuat konsep dan menciptakan suatu pengetahuan baru kepada siswa.
4. Dalam pemanfaatan media pembelajaran guru sebaiknya berkordinasi dengan manajemen sekolah dan bila memungkinkan guru Sosiologi bisa memfasilitasi sendiri agar tujuan yang diharapkan bisa diperoleh dengan maksimal.
Efektifitas Peningkatan Mutu Pembelajaran Geografi
Berdasarkan analisis data hasil pre test di Pematang Siantar diperoleh empat pokok bahasan yang dianggap sulit oleh guru bidang studi Geografi, yaitu (1) Penduduk, (2) Geosfer, khususnya penentuan gejala yang terjadi pada lapisan, (3) konsep geografi, khususnya iklim. Sedangkan di PALUTA, dari pertanyaan yang diujikan terdapat 9 pertanyaan yang tidak dapat dijawab semua guru pada pretest dan postest, yaitu pertanyaan nomor 2 (tentang interaksi wilayah), 3 (DAS), 8 (batuan), 9 (skala peta), 12 (hutan mangrove), 14 (foto udara), 15 (foto udara), 18 (peta), dan pertanyaan nomor 19 (tentang biosfer).
Berdasarkan hasil diskusi, peer teaching dan FGD yang telah dilakukan, diperoleh beberapa saran yang harus Berdasarkan hasil diskusi, peer teaching dan FGD yang telah dilakukan, diperoleh beberapa saran yang harus
1. Materi yang pada dasarnya langsung berkaitan dengan kehidupan nyata, oleh sebab itu diperlukan penalaran atau logika berfikir untuk apa materi yang akan diajarkan pada kehidupan nyata. Kecenderungannya tujuan pembelajaran yang jelas dan dapat menjelaskan apa aplikasinya dalam kehidupan nyata lebih mudah diikuti siswa,
2. Pemilihan model pembelajaran harus disesuaikan dengan materi, pemusatan pembelajaran yang berada pada siswa membutuhkan model pembelajaran yang tepat dan dapat mengakomodasi materi.
3. Pemilihan media sebagai alat bantu pembelajaran diperlukan manakala materi yang diajarkan memerlukan sarana untuk alat transfer ilmu. Media yang spesifik tidak harus dibeli atau dibuat karena di sekitar sekolah banyak media yang dimaksud, misalkan untuk materi pasar jual beli, guru dapat mengarahkan siswa ke pasar sungguhan atau melakukan simulasi pasar di dalam kelas.