Konsep Monopoli Dalam Hadits Nabi

Konsep Monopoli Dalam Hadits Nabi
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Tafsir Ayat dan Hadits Ekonomi
Dosen Pengampu: Dede Rodin, M.Ag

Disusun oleh:
1. Isnaini Hanik Maisyaroh

(1605036074)

2. Ilham Luthfi Habibi

(1605036075)

3. Aula Akmalia

(1605036076)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG

2017

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam agama Islam memang dihalalkan dan disuruh untuk mencari
rezki melalui berbagai macam usaha seperti bertani, berburu atau
melakukan perdagangan atau jual beli. Namun tentu saja sebagai orang
yang beriman diwajibkan menjalankan usaha perdagangan secara Islam,
dituntut menggunakan tata cara khusus menurut Alquran dan Sunnah, ada
aturan mainnya yang mengatur bagaimana seharusnya seorang Muslim
berusaha di bidang perdagangan agar mendapatkan berkah dan ridha Allah
SWT di dunia dan akhirat. Aturan main perdagangan Islam, menjelaskan
berbagai macam syarat dan rukun yang harus dipenuhi oleh para pedagang
Muslim dalam melaksanakan jual beli. Dan diharapkan dengan
menggunakan dan mematuhi apa yang telah di syariatkan tersebut.
Suatu usaha perdagangan dan seorang Muslim akan maju dan
berkembang pesat lantaran selalu mendapat berkah Allah SWT di dunia

dan di akhirat. Selain harus mengetahui bagaimana jual beli yang di
perbolehkan dan sah menurut hukum islam, kita juga dituntut untuk tahu
apa saja jual beli yang dilarang oleh Islam, agar kita tidak terjerumus
kepada hal yang dilarang oleh Allah SWT, salah satunya monopoli harta
dalam islam atau menimbun harta dengan sengaja terutama pada saat
terjadi kelangkaan dengan tujuan menaikkan harga di kemudian hari agar
mendapatkan keutungan yang lebih besar.

2

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian monopoli ?
2. Konsep hadits monopoli dalam islam ?
3. Apa saja jenis monopoli ?
4. Hikmah larangan monopoli dalam islam ?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi monopoli
2. Mengetahui konsep hadits monopoli dalam islam
3. Mengetahui jenis monopoli
4. Mengetahui hikmah larangan monopoli dalam islam


3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Monopoli
Monopoli dalam prespektif ekonomi islam memiliki pengertian
yaitu secara etimologi monopoli (ihtikar) berasal dari kata al hukr artinya
al-zhulm wa al-isa’ah al-mu’asyarah yaitu berbuat aniaya dan sewenangwenangnya. Secara istilah monopoli adalah menahan atau menimbun
barang dengan sengaja, tereutama pada saat terjadinya kelangkaan dengan
tujuan untuk mendapatkan keuntungan dengan menaikkan harga
dikemudian hari.1 Penimbunan barang adalah salah satu perkara dalam
perdagangan yang diharamkan oleh agama karena bisa menbawakan
mudhorot.
Dalam kamus Lisan al-Arab ihtikar diartikan menimbun dan
menahan makanan atau kebutuhan pokok karena menunggu harga jualnya
itu lebih tinggi. Atau dalam fiqih as sunnah mendefinisikan ihtikar dengan
“membeli suatu barang dan menyimpannya agar barang itu berkurang di
masyarakat sehingga harganya meningkat sehingga masyarakat akan
mendapatkan kesulitan akibat langkanya barang tersebut. Monopoli dalam

bahasa Arab terdapat dua istilah yaitu ihtikar dan iktinaz. Secara sederhan
ihtikar sering diartikan monopoli dan iktinaz diartikan penimbunan.2
Penimbunan baik dalam bentuk uang tunai maupun dalam bentuk
penimbunan barang komoditas sangat bertentangan dengan ajaran islam.
Dalam terminologi Islam, penimbunan harta seperti emas, perak, uang dan
yang

lainnya

disebut

dengan

iktinaz.

Penimbunan

harta

dapat


menimbulkan bahaya besar pada perekonomian karena sekiranya uang,
harta, atau barang tidak disimpan dan tidak ditahan. Penimbunan harta
yang bersifat spekulatif merupakan penyebab timbulnya gejolak
permintaan terhadap uang. Sehingga dapat menyebabkan siklus-siklus
perdagangan terganggu. Harta yang ditumpuknya tentu akan tidak
1 Dede Abdul Fatah, “Monopoli Dalam Prespektif Ekonomi Islam”, Vol. IV, No.2, Juli
2012, hlm 160.
2 Dede Rodin, “Tafsir Ayat Ekonomi”, Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015, hlm. 147

4

bermanfaat bagi kehidupannya baik didunia mauapun di akhirat kelak
karena ia akan mendapatkan azab. Harta yang ditumpuk juga akan
menyusahkan masyarakat yang lainnya.
Ihtikar menurut ad-Duraini, manfaat suatu komoditas dan bahkan
jasa dari pembeli jasa dengan syarat embargo yang dilakukan para
pedagang dan pemberi jasa ini bisa memuat harga pasar tidak stabil,
padahal komoditas, manfaat, atau jasa tersebut sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, negara, dan lain-lain. Sebagai contoh, pedagang gula pasir di

awal Ramadhan tidak mau menjual barang dagangannya, karena
mengetahui bahwa pada minggu terakhir bulan Ramadhan masyarakat
sangat membutuhkan gula unttk menghadapi lebaran. Dengan menipisnya
stok gula di pasar, harga gula pasti akan naik. Ketika itulah para pedagang
gula menjual gulanya, sehingga pedagang tersebut mendapatkan
keuntungan atau profit yang pberlipat ganda.3
Dapat disimpulkan monopoli atau ihtikar yaitu menimbun barang
agar yang beredar dimasyarakat berkurang, lalu harganya naik, yang
menimbun mendapatkan keuntungan besar, sedangkan masyarakat
dirugikan.
Oleh karena itu sangatlah dilarang untuk bermonopoli seperti
larangan monopoli di pertegas oleh sabda Nabi Saw yaitu:
‫علىى‬
‫ ىقاىل ىريسغويل الليه صلى الله عليه وسلم ىمغن ابغحتىك ىىر يحك غىرةي ي يبري غيد ا ىغن ي يغغبلي ببىها ى‬: ‫عغن ا ىببي يهىري غىرىة ىقاىل‬
‫ى‬
‫ئ‬
‫ال غيمغسلببمي غىن ىفيهىو ىخىط ي‬
“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda: Barang siapa yang
melakukan monopoli dengan tujuan agar harga naik atas kaum muslim,
maka dia telah melakukan dosa.” (HR.Ahmad)4

Dari hadis di atas dapat disimpulkan bahwa monopoli itu sudah
jelas dilarang dan hukumnya juga haram, karena perbuatan yang
demikianan didorong oleh nafsu serakah, dan tamak, serta mementingkan

3 Abdul Aziz Dahlan, “Ensiklopedi Hukum Islam”, Jakarta: PT. Ikhtikar Baru, 1996, hlm
655.
4 Dede Rodin, “Tafsir Ayat Ekonomi”, Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015, hlm 149.

5

diri sendiri dengan merugikan orang banyak. Selain itu juga menunjukkan
bahwa pelakunya mempunyi moral dan mental yang sangat rendah.
B. Konsep Monopoli Dalam Hadits Nabi
‫عغن‬
‫عغن ىسبعيبد بغبن ال غيمىسي يىبب ى‬
‫ح يىمبد بغبن بإبغىرابهيىم ى‬
‫حىق ى‬
‫عغن يم ى‬
‫ح يىميد بغين بإغس ى‬
‫ىح ي ىدث ىىنا أ ىغحىميد بغين ىخالبدد ىح ي ىدث ىىنا يم ى‬

‫عل ىي غبه ىوىسل ي ىىم ي ىيقويل ىلا‬
‫عبغبد الل ي ىبه بغبن ىنابفبع بغبن ن ىغضل ىىة ال غىعىدبوبيي ىقاىل ىسبمغع ي‬
‫ت ىريسوىل الل ي ىبه ىص ي ىلى الل ي ىيه ى‬
‫ىمغعىمبر بغبن ى‬
‫ئ ىم يىرتىي غبن‬
‫حتىبكير بإ ي ىلا ىخابط ي‬
‫يى غ‬
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Khalid telah
menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ishaq dari Muhammad bin
Ibrahim dari Sa'id bin Al Musayyab dari Ma'mar bin Abdullah bin Nafi'
bin Nadhlah Al 'Adawi, ia berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Tidak menimbun kecuali ia akan berdosa."
Beliau mengucapkan hingga dua kali. (HR. Tirmidzi, Ahmad, Abu Dawud
dan Muslim).
Dalam hadis diatas tidak dijelaskan jenis barang yang dilarang
untuk ditimbun,sehingga kalangan ulama berbeda pendapat. Diantaranya
ada yang berpendapat bahwa diharamkan untuk menimbun segala jenis
barang yang akan memudaratkan orang lain, salah satunya adalah Abu
Yusuf yang menyatakan bahwa semua barang dilarang untuk ditimbun
kalau akan menimbulkan kemudaratan kepada orang lain walaupun barang

tersebut emas dan perak. Pendapat ini disepakati oleh sebagian ulama
terakhir dan Hanabilah, Ibnu Abidin Syaukani dan sebagian ulama
Malikiyah. Adapun menurut ulama Syafi’iyyah, barang yang dilarang
untuk ditimbun adalah barang kebutuhan primer, sedangkan barang
kebutuhan sekunder tidaklah diharamkan.5
‫عغن ىسبعيبد بغبن‬
‫عاىن ى‬
‫علببيي بغبن ىزي غبد بغبن يجغد ى‬
‫عغن ى‬
‫علببيي بغبن ىسالبدم ى‬
‫عغن ى‬
‫عغن بإغسىرابئيىل ى‬
‫ح يىميد بغين ييويسىف ى‬
‫أ ىغخبىىرىنا يم ى‬
‫حتىبكير ىمل غيعوين‬
‫عغن ي‬
‫ب ىمغريزويق ىوال غيم غ‬
‫عغن الن يىبببيي ىص ي ىلى الل ي ىيه ى‬
‫عىمىر ى‬
‫ال غيمىسي يىبب ى‬

‫عل ىي غبه ىوىسل ي ىىم ىقاىل ال غ ى‬
‫جالب ي‬

5 http://nazrianianaz.blogspot.co.id/2015/06/hadis-larangan-menimbun-danmonopoli.html?m=1

6

“Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Yusuf dari Israil
dari Ali bin Salim dari Ali bin Zaid bin Jud'an dari Sa'id bin Al Musayyab
dari Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Semoga
seorang Importir akan mendapatkan rizqi dan orang yang menimbun
semoga dilaknat” (HR. Ibnu Majjah). 6
Hadist Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu 'anhu bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
‫عل ىي غبه‬
‫ ىوىمغن ىشا يىق ىش ي ىق الليه ى‬،‫ ىمغن ىضا يىر ىضا يىريه الليه‬،‫ىل ىضىرىر ىول ى بضىرارر‬
”Tidak boleh memberikan madharat kepada diri sendiri dan kepada orang
lain, barang siapa yang memberikan madharat kepada orang lain, maka
Allah akan memberikan madharat kepadanya, dan barangsiapa yang
memberikan beban kepada orang lain, maka Allah akan memberikan

beban kepadanya”(HR. Daruquthni (3/ 77)7
‫عىلى‬
‫خ ي ىطا ب‬
‫عىمىر بغبن ال غ ى‬
‫عغن ي‬
‫ب ىقاىل ىسبمغع ي‬
‫عل ىي غبه ىوىسل ي ىىم ي ىيقغو يل ىمغن ابغحبتك ىىر ى‬
‫ت ىر يسغو ىل اللبه ىصل يىي الليه ى‬
‫ى‬
‫جىذابم ىوال غاب غفل ىبس‬
‫ال غيمغسلببمي غىن ىطىعرما ىضىربىيه الليه ببال غ ي‬
“Umar bin Khattab berkata: Saya mendengar Rasulullah Saw
bersabdah : barang siapa yang yang melakukan monopoli makanan
atas kaum muslim allah akan menimpakan kepadanya penyakit dan
kebangkrutan” (HR. Ibnu Majjah)
‫عل ىي غبه ىوىسىلم ىمغن ابغحبتك ىىر ىطىعرما ا ىغربىبعي غىن ل ىي غل ىىة ىفىقغد بىبرىى بمىن اللبه تىىعىالي‬
‫عغن ابغبن ي‬
‫عبن الن يىبببيي ىص ي ىلي الليه ى‬
‫عىمىر ى‬
‫ى‬
‫ىوبىبرىى الليه تىىعاىلى بمن غيه‬
“Dari Ibnu Umar bahwa Nabi Saw bersabda: Barang siapa yang
melakukan monopoli makanan selama empat puluh malam (40)
sesungguhnya dia telah berlepas diri dari Allah dan Allah telah berlepas
diri darinya.” (HR.Ahmad)8

6 Ibid
7 http;//ahmadzain.com/read/ilmu/463/hukum-monopoli-dalam-islam/
8 Dede Rodin, “Tafsir Ayat Ekonomi”, Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015, hlm. 150

7

‫عل ىي غبه ىوىسل ي ىىم قا ىىل ىلا ييتل ى ي ىقى ال يرغكبا ىين لببىي غدع ىوىلا ي ىبغبع ببغعيضك يغم عل ىىى‬
‫ى‬
‫عغن ا ىببغي يهىري غىرىة ا ى يىن ىريسغوىل اللىه ىصل ي ىى الليه ى‬
‫خي غبر الن يىىظىري غبن‬
‫عىها بىغعىد ىذلبىك ىفيهىو بب ى‬
‫بىي غبع بىغعدض ىول ى تىىنا ىجيشغوا ىول ى ي ىبغبع حا ىبضيرلببا ىدد ىوىلا تىىص يرغوا البببىل ىوال غىغن ىىم ىفىمغن ابغىتا ى‬
‫عا بمغن تىغمدر‬
‫حبيل ىىها ىفابغن ىربضي ىىها ا ىغمىسك ىىها ىوابغن ىسبخىطىها ىريدىىها ىوىصا ر‬
‫بىغعىد ا ىغن ي ى غ‬
“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabdah: “jangan lah mencegat
pedagang untuk memborong barang-barangnya(sebelum sampai pasar),
jangan membeli barang yang sedang dibeli orang lain, jangan menipu
yaitu orang kota hendaknya tidak memborong dagangan orang
desa(dalam maksud monopoli dan menaikan harga), jangan menahan
susu unta atau kambing yang akan dijual supaya kelihatan susunya
banyak. Jika ia membeli dan memerahnya setelah memberi, maka dia
boleh memilih dari dua keadaan, jika ia suka, maka dia boleh
ditahannya

ditahannya

namun

jika

tidak

suka

dia

boleh

mengembalikannya dengan satu sha’ kurma( pengganti susu dan
perahannya) (HR. Muslim).
‫عبغبد‬
‫عغن ىمغعبقبل بغبن ي ىىسادر رضي الله عنه ىقاىل ىسبمغع ي‬
‫ ىما بمغن ى‬:‫ت ىريسوىل ىالل ي ىبه صلى الله عليه وسلم ي ىيقويل‬
‫ىو ى‬
‫جن يىىة‬
‫ت ىويهىو ى‬
‫ت ي ىغوىم ي ىيمو ي‬
‫ي ىغستىغربعيبه ىالل ي ىيه ىربعي يىرة ي ىيمو ي‬
‫غا يش لبىربعي يىبتبه بإ ي ىلا ىح يىرىم ىالل ي ىيه ى‬
‫عل ىي غبه ا ىل غ ى‬
Artinya: “Ma’qil Ibnu Yasar radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Seorang
hamba yang diserahi Allah untuk memimpin rakyat lalu ia mati pada
hari kematiannya ketika ia menipu rakyatnya Allah pasti akan
mengharamkannya masuk surga.” (HR. Muslim) 9
C. Jenis-Jenis Monopoli
Kriteria Monopoli Yang Dilarang Menimbun barang yang
diharamkan menurut mayoritas ulama bila memenuhi beberapa kriteria di
bawah ini :
1. Monopoli yang dilarang adalah jika penimbun membelinya dari pasar
umum. Adapun jika menimbun dari sawahnya sendiri atau dari hasil
9 Dede Abdul Fatah, “Monopoli Dalam Prespektif Ekonomi Islam”, Vol. IV, No.2, Juli
2012, hlm 173-174.

8

kerjanya sendiri maka hal itu dibolehkan. Berkata Ibnu Qudamah di dalam
al-Mughni ( 4/ 154 ) : “Jika dia mengambil barang dari tempat lain atau
dari sawahnya sendiri dan menyimpannya, maka tidak termasuk
menimbun yang dilarang”. Di dalam Mushannaf Abdu Rozaq ( 14885 )
dengan sanad shahih bahwa Thowus menyimpan bahan makanan hasil
panen sawahnya selama dua sampai tiga tahun, untuk dijualnya ketika
harga barang naik.
2. Monopoli yang dilarang adalah jika dia membeli barang tersebut ketika
harganya mahal, untuk kemudian dijual lagi dengan harga yang lebih
tinggi. Seperti orang membeli bensin banyak-banyak menjelang harga
naik, untuk disimpannya dan menjualnya dengan harga tinggi. Kalau
membeli ketika harga murah dan barangnya berlimpah di masyarakat dan
menyimpannya untuk dijual dengan harga lebih mahal karena kebutuhan
hidupnya, maka ini tidak termasuk monopoli yang dilarang. Berkata Imam
Nawawi di dalam Syarh Shahih Muslim (11/ 41): “ Monopoli yang
diharamkan adalah jika seseorang membeli makanan ketika harganya
mahal dengan tujuan untuk dijual lagi, dia tidak menjualnya langsung,
tetapi disimpannya terlebih dahulu agar harganya lebih mahal. Adapun jika
dia membeli makanan tersebut pada waktu harga murah, kemudian
menyimpannya dan menjualnya ketika harga tinggi, karena dia
membutuhkan (uang ) untuk makan, ataupun jika seseorang membeli
makanan tersebut kemudian dijualnya lagi, maka perbuatan-perbuatan
tersebut tidak termasuk dalam monopoli, dan tidak diharamkan.
3. Monopoli yang dilarang adalah jika dia menimbun untuk dijual kembali.
Adapun jika ia menimbun makanan atau barang untuk kebutuhan pribadi
atau keluarga, tanpa ada niat menjualnya bukan termasuk monopoli yang
dilarang. Berkata al-Baji di dalam al-Muntaqa ( 5/15 ) : “ Monopoli itu
adalah menimbun barang dagangan dan mengambil untung darinya.
Adapun menyimpan bahan makanan ( untuk keperluan sendiri ), maka
tidak termasuk monopoli. “ Di dalam hadist Umar bin Khattab
radhiyallahu 'anhu bahwa beliau berkata :

9

‫جىعيل ىما بىبقىي بمغن تىغمبربه‬
‫ ث ييمى ي ى غ‬، ‫حببيس ن ىىفىقىة أ ىغهلببه ىسن ىرة‬
‫عل ىي غبه ىوىسل ي ىىم ي ى غ‬
‫اىن ىريسويل الل ي ىبه ىص ي ىلى الل ي ىيه ى‬
‫جىعىل ىمابل الل ي ىبه‬
‫ىم غ‬
“Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyimpan
makanan untuk keluarganya selama setahun, adapun sisa dari
kurmanya dijadikan sebagai harta Allah ( untuk dinfakkan).” ( HR.
Abdur Rozaq di dalam al Mushannaf (14451). Hadist yang serupa
juga diriwayatkan Bukhari (2904 )dan Muslim (1757 ))
4. Monopoli yang dilarang adalah menimbun barang pada waktu masyarakat
membutuhkan barang tersebut. Adapun menimbun barang yang banyak
beredar di masyarakat untuk persiapan musim paceklik maka itu
dibolehkan. Nabi Yusuf alaihi as-salam pernah melakukan penyimpanan
bahan makanan secara besar-besaran pada musim panen untuk persiapan
menghadapi musim paceklik di masa mendatang, dan ini tidak
mempengaruhi pasar, sebagaimana disebutkan al-Qur’an :
‫عوىن ىسبغىع بسبنيىن ىدأ ىربا ىفىما ىحىصغدتيغم ىفىذيرويه بفي يسن غبيلببه بإ ي ىلا ىقبليرلا بم يىما تىأ غك ييلوىن ث ييمى ي ىأ غبتي بمغن‬
‫ىقاىل تىغزىر ي‬
‫عايم بفيبه‬
‫حبصينوىن ثيمى ي ىأ غبتي بمغن بىغعبد ىذلبىك ى‬
‫بىغعبد ىذلبىك ىسبغيع بشىدادي ي ىأ غك يل غىن ىما ىق ي ىدغمتيغم ل ىيه يىن بإ ي ىلا ىقبليرلا بم يىما تي غ‬
‫ث ال يىنايس ىوبفيبه ي ىغعبصيروىن‬
‫ي يىغا ي‬
“Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya)
sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan
dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan
datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu
simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit
gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun
yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu
mereka memeras anggur." ( Qs Yusuf : 47-49 ) Berkata al-Qurtubi di
dalam tafsirnya ( 9/204 ) : “Ayat di atas menunjukkan kebolehan
menimbun makanan sampai waktu yang dibutuhkan. “ Berkata Ibnu Hazm
di dalam al-Muhalla ( masalah 1568 ) : “ Menimbun barang ketika masih
melimpah tidaklah berdosa, bahkan sebaliknya dia telah melakukan
kebaikan, karena kalau barang dijual semuanya, nanti cepat habis,

10

sehingga tidak ada persediaan dan masyarakat tidak memilikinya lagi, hal
itu akan merugikan kaum muslimin.
5. Monopoli yang dilarang adalah menimbun barang-barang yang merupakan
kebutuhan pokok masyarakat seperti pangan, sandang, minyak dan lainlain. Adapun menimbun barang-barang yang bukan kebutuhan pokok
masyarakat dan barang tersebut banyak di tangan para pedagang, serta
tidak merugikan masyarakat, maka hal ini dibolehkan. Dalam UndangUndang Dasar 45, pasal 33 ayat 2 : "Cabang-cabang produksi yang penting
bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara." Pada ayat 4 disebutkan : “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebab
itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.” 10
D. Hikmah di Balik Larangan Monopoli
Imam Nawawi menjelaskan hikmah dari larangan ihtikar adalah
mencegah hal-hal yang menyulitkan manusia secara umum, oleh
karenanya para ulama sepakat apabila ada orang memiliki makanan lebih,
sedangkan manusia sedang kelaparan dan tidak ada makanan kecuali yang
ada pada orang tadi, maka wajib bagi orang tersebut menjual atau
memberikan dengan cuma-cuma makanannya kepada manusia supaya
manusia tidak kesulitan. Demikian juga apabila ada yang menimbun selain
bahan makanan (seperti pakaian musim dingin dan sebagainya) sehingga
manusia kesulitan mendapatkannya, dan membahayakan mereka, maka hal
ini dilarang dalam Islam. Islam mengharamkan orang menimbun dan
mencegah harta dari peredaran. Islam mengancam mereka yang
menimbunnya dengan siksa yang pedih di hari kiamat.
Menimbun harta maksudnya membekukannya, menahannya dan
menjauhkannya dari peredaran. Padahal, jika harta itu disertakan dalam
usaha-usaha produktif seperti dalam perencanaan produksi, maka akan
10 http://afwanmajnun.blogspot.co.id/2014/11/monopoli-menurut-islam.html
11

tercipta

banyak

kesempatan

kerja

yang

baru

dan

mengurangi

pengangguran. Kesempatan-kesempatan baru bagi pekerjaan ini bisa
menambah pendapatan dan daya beli masyarakat sehingga bisa mendorong
meningkatnya produksi, baik itu dengan membuat rencana-rencana baru
maupun dengan memperluas rencana yang telah ada. Dengan demikian,
akan tercipta situasi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dalam
masyarakat. Penimbunan barang merupakan halangan terbesar dalam
pengaturan persaingan dalam pasar Islam.
Dalam tingkat internasional, menimbun barang menjadi penyebab
terbesar dari krisis yang dialami oleh manusia sekarang, yang mana
beberapa negara kaya dan maju secara ekonomi memonopoli produksi,
perdagangan, bahan baku kebutuhan pokok.

Bahkan, negara-negara

tersebut memonopoli pembelian bahan-bahan baku dari negara yang
kurang maju perekonomiannya dan memonopoli penjulan komoditas
industri yang dibutuhkan oleh negara-negara tadi. Hal itu menimbulkan
bahaya besar terhadap keadilan distribusi kekayaan dan pendapatan dalam
tingkat dunia.11

11 Ibid

12

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Monopoli adalah menahan atau menimbun barang dengan sengaja,
terutama pada saat terjadinya kelangkaan dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan dengan menaikkan harga dikemudian hari.
Monopoli itu sudah jelas dilarang dan hukumnya juga haram, karena
perbuatan yang demikianan didorong oleh nafsu serakah, dan tamak, serta
mementingkan diri sendiri dengan merugikan orang banyak. Selain itu
juga menunjukkan bahwa pelakunya mempunyi moral dan mental yang
sangat rendah.
Monopoli yang dilarang adalah jika penimbun membelinya dari
pasar umum. Monopoli yang dilarang adalah jika dia membeli barang
tersebut ketika harganya mahal, untuk kemudian dijual lagi dengan harga
yang lebih tinggi. Monopoli yang dilarang adalah jika dia menimbun
untuk dijual kembali. Monopoli yang dilarang adalah menimbun barang
pada waktu masyarakat membutuhkan barang tersebut. Monopoli yang
dilarang adalah menimbun barang-barang yang merupakan kebutuhan
pokok masyarakat seperti pangan, sandang, minyak dan lain-lain.
Imam Nawawi menjelaskan hikmah dari larangan ihtikar adalah
mencegah hal-hal yang menyulitkan manusia secara umum. karenanya
para ulama sepakat apabila ada orang memiliki makanan lebih, sedangkan
manusia sedang kelaparan dan tidak ada makanan kecuali yang ada pada
orang tadi, maka wajib bagi orang tersebut menjual atau memberikan
dengan cuma-cuma makanannya kepada manusia supaya manusia tidak
kesulitan

13

DAFTAR PUSTAKA
Dede Abdul Fatah, “Monopoli Dalam Prespektif Ekonomi Islam”,
Vol. IV, No.2, Juli 2012.
Dede Rodin, 2015, “Tafsir Ayat Ekonomi”, Semarang: Karya Abadi
Jaya.
Abdul Aziz Dahlan, 1996, “Ensiklopedi Hukum Islam”, Jakarta:
PT. Ikhtikar Baru.
http://nazrianianaz.blogspot.co.id/2015/06/hadis-laranganmenimbun-dan-monopoli.html?m=1
http;//ahmadzain.com/read/ilmu/463/hukum-monopoli-dalamislam/
http://afwanmajnun.blogspot.co.id/2014/11/monopoli-menurutislam.html

14