HUBUNGAN RELATEDNESS DENGAN INTENSITAS P

1

HUBUNGAN RELATEDNESS DENGAN INTENSITAS PENGGUNAAN
JEJARING SOSIAL TWITTER PADA MAHASISWA
Desi Tri Satriani
desitrisa@gmail.com
Ari Pratiwi
Dian Putri Permatasari
Program Studi Psikologi, FISIP Universitas Brawijaya

ABSTRAK
Situs jejaring sosial seperti Twitter merupakan salah satu jejaring sosial yang banyak
dipakai sebagai alat komunikasi dan juga membantu penggunanya dalam membina
hubungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan relatedness dengan intensitas
penggunaan jejaring sosial Twitter pada mahasiswa. Desain penelitian yang digunakan ialah
pendekatan kuantitatif dengan tipe korelasional. Responden dalam penelitian ini adalah
mahasiswa Universitas Brawijaya yang berjumlah 100 orang. Instrumen penelitian yang
digunakan untuk mengumpulkan data adalah skala relatedness dengan reliabilitas 0,887 dan
kuesioner intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter dengan reliabilitas 0,860. Analisa data
dilakukan dengan teknik korelasi product moment Pearson. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan positif antara relatedness dengan intensitas penggunaan jejaring

sosial Twitter pada mahasiswa, yang berarti relatedness yang tinggi diikuti oleh intensitas
penggunaan jejaring sosial Twitter yang tinggi, dan sebaliknya relatedness yang rendah
diikuti oleh intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter yang rendah.
Kata kunci: Relatedness, intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter, mahasiswa.
ABSTRACK

Social networking sites (SNSs) such as Twitter is one of SNSs that mostly used as
communication tools and help user in maintaining relationships. This research examined the
link between relatedness and intensity of Twitter use on college students. The research design
was a quantitative approach with correlational type. In this research, the respondents were
100 of Brawijaya University students. The research instruments that used to collect data were
relatedness scale with reliability 0,887 and the intensity of Twitter use questionnaire with
reliability 0,860. Data analysis was done by using Pearson product moment correlation.
Results indicated that there is a positive correlation between relatedness and intensity of
Twitter use on college students, which means high relatedness followed by high intensity of
Twitter use and on the contrary low relatedness followed by low intensity of Twitter use.
Key words: Relatedness, intensity of Twitter use, college students.

2
LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi masa kini berjalan sangat pesat, berbagai teknologi
diciptakan dalam rangka memudahkan pekerjaan dan pemenuhan kebutuhan manusia. Hal
ini juga berlaku sama pada teknologi informasi dan komunikasi. Salah satu perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi yang menonjol adalah internet. Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan bahwa pengguna internet di
Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan
internet untuk mengakses jejaring sosial (Kemenkominfo, 2013). Tidak dapat dipungkiri
bahwa di era modern seperti ini, banyak orang berinteraksi satu sama lain melalui jejaring
sosial. Kemudahan dalam mengakses internet semakin membuat jejaring sosial cukup banyak
diminati. Boyd dan Ellison (Steinfield, Ellison & Lampe, 2008) menerangkan bahwa jejaring
sosial

merupakan

layanan

berbasis

web


yang

memungkinkan

pengguna

untuk

mengembangkan profil pribadi, mengidentifikasi pengguna lain (teman), membaca dan
bereaksi terhadap posting yang dibuat oleh pengguna lain, serta mengirim dan menerima
pesan baik secara pribadi maupun publik.
Twitter adalah salah satu layanan jejaring sosial berbasis web yang memungkinkan
pengguna untuk mengirim dan membaca pesan pendek karena Twitter hanya menyediakan
140 karakter. Okazaki dan Matsuo (2010) mengungkap bahwa karakteristik utama dari
Twitter ialah sifatnya yang real-time. Meskipun pengguna blog biasanya memperbarui blog
mereka sekali dalam beberapa hari, pengguna Twitter menulis tweet beberapa kali dalam
sehari. Pengguna bisa mengetahui apa yang sedang pengguna lain lakukan dan yang sering
adalah apa yang sedang mereka pikirkan sekarang, pengguna secara berulang kembali
membuka situs dan melihat apa yang orang lain sedang lakukan. Selain itu, menurut Wire
(Chen, 2011), Twitter merupakan salah satu situs jejaring sosial yang cepat berkembang,

meningkat dari 1 juta pengunjung pada bulan Juni 2008 hingga 21 juta setahun kemudian.
Jejaring sosial seperti Twitter menjadi pilihan banyak orang, tidak terkecuali
mahasiswa. Lenhart, Purcell, Smith, dan Zickuhr (2010) menemukan bahwa 72% mahasiswa
memiliki profil jejaring sosial dengan 45% dari mahasiswa menggunakan situs jejaring sosial
setidaknya sekali sehari. Sebuah survey dari Pew Research mengungkap data jika kini remaja
telah mulai menggemari Twitter, selain itu Facebook dianggap terlalu “berisik” dan justru
dipandang sebagai beban (Azis, 2013).
Mahasiswa sekarang menggunakan teknologi untuk berhubungan satu sama lain
hampir sebanyak berhubungan secara bertatap muka. Jejaring sosial sangat terkenal dekat
dengan mahasiswa dalam hal pertemanan. Hasil penelitian Akbiyik (2013) mengatakan

3
bahwa hampir semua mahasiswa setuju terhadap pengaruh jejaring sosial terhadap kehidupan
sosial mereka. Hal yang sama diungkapkan oleh Wang, Chen, dan Liang (2011) bahwa
dengan kemampuan media sosial yang mampu meningkatkan koneksi serta dengan aksesnya
yang mudah, media sosial dapat menghasilkan banyak manfaat bagi kaum muda, termasuk
menyediakan ruang virtual bagi mereka untuk mengeksplorasi kepentingan atau masalah
dengan individu yang sama, dukungan akademis, sekaligus memperkuat keterampilan dan
pengetahuan komunikasi online mereka.
Berdasarkan uraian di atas, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan jejaring sosial

seperti Twitter mampu membawa penggunanya untuk terhubung dan menyatu dengan orangorang atau kedaaan sekitar. Keadaan seperti ini disebut dengan relatedness, oleh Fromm
(Feist & Feist, 2010) diartikan sebagai dorongan untuk menyatu dengan sebuah pribadi atau
pribadi-pribadi lainnya. Sheldon dan Gunz (2009) juga mengungkapkan bahwa relatedness
secara konseptual mirip dengan kebutuhan rasa memiliki. Menurutnya, relatedness
merupakan kebutuhan untuk merasa dekat dan diterima oleh orang lain dan kelompok lain.
Deci dan Ryan (Broeck, Vansteenkiste, De Witte, Lens & Soenens, 2010) menyebutkan
bahwa kebutuhan akan relatedness baru akan terpenuhi ketika seseorang mengalami rasa
kebersamaan dan mengembangkan hubungan yang dekat dan akrab dengan orang lain.
Banyaknya pengguna Twitter sekarang ini bisa jadi menggambarkan tingginya minat untuk
memenuhi kebutuhan relatedness di era pesatnya kemajuan teknologi seperti sekarang.
Oleh sebab itu, mengetahui dan memahami apakah orang-orang tersebut mendapat
pemenuhan atau kepuasan kebutuhan relatedness-nya melalui Twitter, dapat menjadi
pengetahuan baru tentang bagaimana manusia berinteraksi dan berhubungan secara online
khususnya melalui jejaring sosial Twitter. Selain itu, membayangkan bagaimana penggunaan
situs jejaring sosial twitter dapat membawa nilai dalam pemenuhan kebutuhan manusia
tentunya akan sangat menarik dan dapat menjadi bukti tambahan pada penelitian terkait
kebutuhan relatedness yang dipenuhi secara online.
Berdasarkan uraian di atas, menarik peneliti untuk mengadakan penelitian dengan
judul “Hubungan Relatedness dengan Intensitas Penggunaan Jejaring Sosial Twitter pada
Mahasiswa” untuk melihat relatedness pada kelompok yang berada di luar konteks formal

yakni sekelompok pengguna jejaring sosial Twitter. Penelitian ini melihat korelasi antar
variabel, tentang bagaimana pemenuhan kebutuhan relatedness dapat berhubungan dengan
intensitas penggunaan Twitter oleh penggunanya dalam hal ini adalah mahasiswa.

4
LANDASAN TEORI
Relatedness

Fromm (Feist & Feist, 2010) menyebutkan relatedness sebagai kebutuhan manusiawi
atau eksistensial pertama yang berarti dorongan untuk menyatu dengan sebuah pribadi atau
pribadi-pribadi lainnya. Sementara Baumeister dan Leary (Broeck, Vansteenkiste, De Witte,
Lens & Soenens, 2010) mengartikan relatedness sebagai kecenderungan melekat pada
individu untuk merasa terhubung dengan orang lain, yaitu untuk menjadi anggota kelompok,
untuk mencintai dan peduli, serta dicintai dan diperhatikan.
Menurut Ryan dan La Guardia (Vlachopoulos & Michailidou, 2006), relatedness
mencerminkan keinginan untuk memiliki orang lain merespon dengan kepekaan dan
kepedulian akan pengalaman mereka dan seseorang yang menyampaikan hal tersebut ialah
mereka yang berarti dan dicintai. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa relatedness
merupakan dorongan dari dalam diri seseorang untuk menyatu dan melekat dengan orang
lain, untuk bisa mencintai dan dicintai, untuk peduli dan memperhatikan orang lain serta

diperhatikan dan dianggap berarti oleh orang lain.
Richer dan Vallerand (1998) mengidentifikasi dua dimensi penting dari relatedness
yakni didefinisikan oleh rasa keintiman dan kedekatan antara dua orang atau lebih, juga rasa
penerimaan yang mengatakan bahwa individu merasa dipahami dan didengarkan oleh orangorang. Hal yang sama juga diutarakan oleh Lavigne, Vallerand, dan Crevier-Braud (Auzoult,
2013), mereka menganggap bahwa relatedness dapat dijelaskan dari cerminan rasa
penerimaan (acceptance) yaitu perasaan dipahami dan diterima oleh orang lain, serta rasa
keintiman (intimacy), yaitu perasaan melekat secara emosional dengan rekan-rekan. Jadi,
relatedness terdiri dari dua dimensi utama yaitu keintiman (intimacy) dan penerimaan
(acceptance).

Intensitas Penggunaan Jejaring Sosial Twitter
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kemendiknas, 2008), intensitas ialah
keadaan tingkatan atau ukuran intensnya. Sementara itu, Chaplin (2009) menjelaskan tiga arti
dari intensitas yaitu (1) satu sifat kuantitatif dari satu penginderaan, yang berhubungan
dengan intensitas perangsangnya, (2) kekuatan sebuah tingkah laku atau sebuah pengalaman,
(3) kekuatan yang mendukung suatu pendapat atau suatu sikap. Sejalan dengan itu, Kartono
dan Gulo (2003) juga menjelaskan bahwa intensitas merupakan besar atau kekuatan suatu
tingkah laku; jumlah energi fisik yang digunakan untuk merangsang salah satu indera; ukuran
fisik dari energi atau data indera. Horrigan (Novianto, 2013) menjelaskan bahwa dalam
intensitas penggunaan internet seseorang, terdapat dua hal mendasar yang perlu diamati,


5
yakni frekuensi internet yang sering digunakan dan lama menggunakan tiap kali mengakses
internet yang dilakukan oleh pengguna internet.
Dalam penelitian ini akan dilihat intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter dengan
meliputi frekuensi serta durasi dalam menggunakan Twitter, termasuk di dalamnya adalah
tweeting, membaca tweet, atau menggunakan fungsi Twitter lainnya, seperti retweet, reply,

dan direct message.

METODE
Partisipan dan Desain Penelitian
Responden yang digunakan dalam penelitian ini ialah mahasiswa Universitas
Brawijaya Malang. Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling. Sugiyono (2007) mengungkapkan bahwa sampling bertujuan (purposive sampling)

yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbanganpertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya. Pertimbangan dalam penelitian ini
adalah sampel yang terpilih harus memenuhi karakteristik atau kriteria yang telah ditentukan
oleh peneliti, yaitu 1) mahasiswa Universitas Brawijaya, 2) usia 18-22 tahun, 3) memiliki
akun Twitter pribadi, 4) pengguna aktif Twitter yaitu pengguna dengan minimal penggunaan

sekali dalam seminggu, 5) lama bergabung dengan Twitter minimal sebulan terakhir. Desain
penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan analisis yang bersifat korelasional
karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara relatedness

dengan

intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter pada mahasiswa.
Alat Ukur dan Prosedur Penelitian
Alat ukur dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu, skala relatedness dan kuesioner
intensitas penggunaan jejaring sosial. Skala relatedness disusun sendiri oleh peneliti
berdasarkan dimensi yang diungkap oleh Richer dan Vallerand (1998) yaitu intimacy dan
acceptance. Sementara kuesioner intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter disusun

berdasarkan indikator yang digunakan oleh Chairunnisa (2010).
Skala dalam penelitian ini menggunakan model Likert dengan 4 pilihan jawaban yaitu
sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Skala terdiri dari aitem-aitem
favorable yaitu aitem yang mendukung dimensi variabel penelitian dan aitem unfavorable

yaitu aitem yang tidak mendukung dimensi variabel penelitian. Adapun jumlah aitem dalam
skala relatedness ini adalah 24 aitem, yang terdiri dari 13 aitem favorable dan 11 aitem

unfavorable. Sementara untuk kuesioner yang dipilih dalam penelitian ini adalah kuesioner

dengan model langsung tertutup. Kuesioner ini berisi 6 aitem favorable dengan masing-

6
masing 4 alternatif jawaban. Hasil uji coba menunjukkan bahwa skala relatedness reliabel
dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,887 dengan nilai corrected item-total correlation
antara 0,326-0,690 dan kuesioner intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter reliabel
dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,860 dengan nilai corrected item-total correlation
antara 0,420-0,737.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yang terdiri dari tahap
persiapan, tahap pengumpulan data, dan tahap penganalisaan data. Tahap persiapan diawali
dengan melakukan studi kepustakaan, kemudian menyusun desain penelitian, membuat alat
ukur, melakukan uji coba (try out), dan merevisi alat ukur. Setelah persiapan dilakukan,
masuk ke dalam tahap pelaksanaan penelitian. Pelaksanaan dimulai dengan penyebaran
instrumen penelitian yang dilakukan secara online. Setelah data diperoleh, tahap selanjutnya
yang dilakukan yaitu analisis data yang kemudian diinterpretasi sehingga diperoleh hasil
penelitian.

HASIL

Hasil analisis deskriptif dari variabel relatedness ditampilkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 1. Kategorisasi Subjek Berdasarkan Relatedness
Kategorisasi

Daerah Keputusan

Rendah
Sedang
Tinggi

X < (µ - 1,0σ)
(µ - 1,0σ) ≤ X < (µ + 1,0σ)
(µ + 1,0σ) ≤ X

Interval
Skor
72

Frekuensi

%

1
72
27

1%
72%
27%

Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa 72% mahasiswa memiliki kategori
relatedness sedang, sementara yang memiliki relatedness kategori tinggi hanya 27% dan 1%

untuk mahasiswa yang memiliki relatedness kategori rendah.
Hasil analisis deskriptif dari variabel intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter
dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2. Kategorisasi Subjek Berdasarkan Intensitas Penggunaan Twitter
Kategorisasi

Daerah Keputusan

Rendah
Sedang
Tinggi

X < (µ - 1,0σ)
(µ - 1,0σ) ≤ X < (µ + 1,0σ)
(µ + 1,0σ) ≤ X

Interval
Skor
18

Frekuensi

%

15
72
13

15%
73%
13%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa intensitas penggunaan Twitter pada
mahasiswa paling banyak pada kategori sedang yaitu 73%, sementara untuk kategori rendah

7
dan tinggi tidak memiliki perbedaan jauh yakni 15% untuk intensitas penggunaan Twitter
pada mahasiswa dengan kategori rendah dan 13% untuk kategori tinggi.
Hasil analisis deskriptif subjek berdasarkan lamanya subjek bergabung dalam Twitter
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3. Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Bergabung
Lama Bergabung
0-1 tahun
1-2 tahun
2-3 tahun
3-4 tahun
4-5 tahun
>5 tahun
Jumlah

Jumlah Subjek
8
12
30
20
24
6
100

Persentase
8%
12%
30%
20%
24%
6%
100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini, subjek yang sudah
bergabung selama 2-3 tahun dengan Twitter merupakan jumlah terbanyak yakni sebanyak 30
orang. Di bawah itu, sebanyak 24 orang telah bergabung dengan Twitter selama 4-5 tahun.
Ketiga terbanyak selanjutnya telah bergabung bersama Twitter selama 3-4 tahun, sejumlah 20
orang mahasiswa. Selanjutnya 8 orang mahasiswa diketahui telah bergabung dengan Twitter
selama 0-1 tahun, sementara 6 orang sisanya adalah pengguna Twitter yang sudah bergabung
selama 5 tahun lebih.
Hasil analisis deskriptif

subjek berdasarkan total tweet diterangkan dalam tabel

berikut:
Tabel 4. Subjek Penelitian Berdasarkan Total Tweet
Total Tweet
Puluhan
Ratusan
Ribuan
Belasan ribu
Puluhan ribu
Jumlah

Jumlah Subjek
1
9
48
18
24
100

Persentase
1%
9%
48%
18%
24%
100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa tweet paling banyak berada pada
kisaran ribuan total tweet dari 48 subjek mahasiswa. Kedua terbanyak berasal dari 24
mahasiswa dengan total tweet puluhan ribu. Ketiga yaitu belasan ribu total tweet yang berasal
dari 18 mahasiswa. Keempat, dengan total tweet ratusan yang berasal dari 9 mahasiswa.
Terakhir ialah tweet paling sedikit yang berasal dari 1 orang mahasiswa dengan total tweet
puluhan.

8
Hasil analisis deskriptif subjek berdasarkan jumlah following dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5. Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah Following
Jumlah Following
Puluhan
Ratusan
Ribuan
Jumlah

Jumlah Subjek
4
94
2
100

Persentase
4%
94%
2%
100%

Dari tabel 5 di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas jumlah following subjek penelitian
ialah ratusan yakni dengan jumlah subjek sebanyak 94 orang. Sementara sisanya terdapat 4
subjek yang memiliki jumlah following puluhan dan 2 subjek yang memiliki jumlah following
sebanyak ribuan.
Hasil analisis deskriptif subjek penelitian berdasarkan jumlah follower disajikan
melalui tabel berikut:
Tabel 6. Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah Follower
Jumlah Follower
Puluhan
Ratusan
Ribuan
Puluhan ribu
Jumlah

Jumlah Subjek
6
82
11
1
100

Persentase
6%
82%
11%
1%
100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini mayoritas subjek,
dalam hal ini terdapat 82 mahasiswa memiliki jumlah follower sebanyak ratusan di Twitter.
Sisanya terdapat 6 mahasiswa dengan jumlah follower puluhan dan hanya 1 orang mahasiswa
yang memiliki follower sebanyak puluhan ribu.
Hasil uji normalitas dari kedua variabel yakni relatedness dan intensitas penggunaan
jejaring sosial Twitter dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 7. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Variabel
Relatedness
Intensitas
penggunaan
Twitter

Kolmogorov-Smirnov
1,324

Asymp.Significance
0,060

Keterangan
Normal

1,226

0,099

9
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa kedua variabel memiliki nilai asymptotic
significance di atas 0,05 yang artinya ketika nilai signifikansi (p) > 0,05 maka data dari

kedua variabel tersebut dapat dikatakan terdistribusi normal.
Hasil uji linieritas variabel relatedness dengan intensitas penggunaan jejaring sosial
Twitter disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 8. Uji Linieritas
Variabel
Relatedness*
Intensitas
penggunaan Twitter

Nilai Fhitung
0,869

Nilai Ftabel
1,80

Keterangan
Linier

Berdasarkan tabel 8 di atas, dapat dilihat bahwa nilai Fhitung sebesar 0,869 sementara
itu nilai Ftabel yang diketahui adalah 1,80. Nilai ini menunjukan bahwa Fhitung < Ftabel yang
artinya variabel relatedness memiliki hubungan yang linier dengan variabel intensitas
penggunaan Twitter.
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment
Perason dengan bantuan SPSS 20.0 for windows untuk mengetahui korelasi antara
relatedness dengan intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter pada mahasiswa. Berikut

hasil korelasi dari kedua variabel:
Tabel 9. Uji Korelasi Product Moment Pearson
Variabel
Relatedness*
Intensitas
penggunaan Twitter

Koefisien Korelasi
0,211

Signifikansi
0,036

Keterangan
Hipotesis diterima

Bedasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,211
dengan signifikansi yang didapatkan adalah 0,036, yang artinya nilai ini lebih kecil dari 0,05.
Ini menandakan adanya hubungan positif yang signifikan antara kedua variabel dan
hubungan ini termasuk dalam kategori hubungan yang rendah.
Analisis regresi antara masing-masing dimensi dari variabel relatedness terhadap
variabel intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter dilakukan untuk melihat besar
pengaruh masing-masing dimensi variabel independen terhadap variabel dependen, seperti
yang ditunjukkan tabel berikut:

10
Tabel 10. Hasil Regresi Dimensi Relatedness terhadap Intensitas Penggunaan Twitter
Dimensi
Intimacy
Acceptance

Signifikansi
0,722
0,410

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kedua dimensi ini memiliki nilai
signifikansi yang berada di atas 0,05, artinya dari dimensi intimacy maupun acceptance tidak
ada yang bisa memprediksi intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter.

DISKUSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan relatedness
dengan intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter pada mahasiswa. Berdasarkan hasil uji
hipotesis sebelumnya diketahui bahwa hipotesis tentang adanya hubungan relatedness
dengan intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter pada mahasiswa diterima. Hasil ini
disimpulkan dari nilai koefisien korelasi r= 0,221 yang menandakan besarnya hubungan
kedua variabel dan dengan signifikansi sebesar 0,036 yang menandakan bahwa kedua
variabel memiliki hubungan yang signifikan. Hubungan kedua variabel ini bersifat positif
artinya ketika relatedness tinggi maka intensitas penggunaan jearing sosial Twitter juga
tinggi, begitu pula sebaliknya bahwa rendahnya relatedness akan diikuti oleh rendahnya
intensitas penggunaan jearing sosial Twitter. Hal ini terlihat dari hubungan dua variabel
dalam penelitian ini, yaitu ketika relatedness berada pada kategori sedang seperti yang
ditunjukkan tabel 1, maka intensitas penggunaan Twitter yang dimiliki mahasiswa sebagai
subjek disini juga berada pada kategori sedang seperti yang diperlihatkan pada tabel 2.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sheldon,
Abad dan Hinsch (2011) pada jejaring sosial Facebook. Mereka menemukan bahwa
penggunaan Facebook yang sering berbanding lurus dengan relatedness yang dirasakan orang
tersebut. Adanya hubungan positif intensitas penggunaan jearing sosial Twitter dengan
relatedness pada mahasiswa membuktikan bahwa mahasiswa yang memang salah satu tugas

perkembangannya adalah mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis dapat memanfaatkan jejaring sosial seperti Twitter sebagai media untuk
memenuhi kebutuhannya akan berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain. Akbiyik
(2013) sependapat dengan ini, karena menurutnya jejaring sosial menyediakan cara yang
mudah diakses untuk berinteraksi dengan teman sebaya dengan memungkinkan pengguna
membuat website pribadi dan berbagi informasi.

11
Mayoritas subjek dalam penelitian ini memiliki relatedness yang berada pada kategori
sedang, yang berarti di Twitter subjek tidak secara utuh memanfaatkannya sebagai media
untuk menjalin hubungan untuk lebih mengenal dan dekat dengan teman-teman yang berada
di Twitter. Hal yang sama terjadi juga pada intensitas penggunaan twitter yang berada pada
kategori sedang. Hal ini terjadi karena memang dari aspek frekuensi akses pada fitur-fitur
yang tersedia di Twitter tidak digunakan secara maksimal dan merata, sementara dari aspek
durasi juga menunjukkan lama penggunaan yang kurang dari satu jam oleh mayoritas subjek.
Nilai relatedness yang berada pada kategori sedang ini berjalan searah dengan
intensitas penggunaan Twitter yang juga memiliki kategori sedang. Terlihat dari aktivitas di
Twitter mahasiswa yang menggunakannya bukan semata-mata untuk berinteraksi atau
membina hubungan. Misalnya pada penggunaan tweet yang fokus pada diri sendiri bukan
untuk berkomunikasi dengan orang lain atau aktivitas subyek yang pasif di Twitter seperti
hanya membaca tweet atau timeline. Contoh seperti ini memang tidak berhubungan dengan
tingginya relatedness seseorang melainkan menurut McKinney, Kelly, dan Duran (2012)
penggunaan Twitter untuk mengirim tweet tentang diri sendiri berhubungan secara signifikan
dengan narsisme.
Jadi, meskipun total tweet, begitu pula dengan jumlah following, dan jumlah follower
seperti yang ditunjukkan pada tabel 4, 5, dan 6 termasuk dalam kategori banyak, tidak akan
berhubungan atau menggambarkan tingginya relatedness mahasiswa apabila fitur-fitur yang
disediakan oleh Twitter tersebut tidak dimanfaatkan lebih untuk membina hubungan timbal
balik dan bukan hanya searah. Berlaku hal yang sama juga pada lamanya subjek bergabung
dengan Twitter. Mayoritas subjek yang telah bergabung selama 2-3 tahun seperti yang
ditunjukkan oleh tabel 3 juga tidak menandakan tinggi atau rendahnya relatedness seseorang.
Relatedness hanya berhubungan dengan intensitas penggunaan fitur-fitur yang ada di Twitter

dengan tujuan berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain.
Hubungan positif antara variabel relatedness dengan intensitas penggunaan jejaring
sosial Twitter pada mahasiswa yang dihasilkan dalam penelitian ini merupakan hubungan
positif dengan kategori rendah. Bila melihat penelitian-penelitian terdahulu yang
menyertakan variabel intensitas penggunaan jearing sosial, maka hasil yang didapatkan
memang menunjukkan hubungan positif yang rendah. Misalnya saja penelitian dari Ruhban
(2013) yang meneliti tentang kontrol diri dan intensitas penggunaan Facebook pada remaja,
penelitian tersebut diketahui memiliki koefisien korelasi sebesar 0,158, yang mana korelasi
tersebut justru masuk kategori sangat rendah. Selanjutnya, ada juga penelitian dari
Chairunnisa

(2010) tentang hubungan intensitas mengakses Facebook dengan motivasi

12
belajar dimana nilai koefisien korelasinya adalah 0,266 yang termasuk dalam kategori
rendah. Selain itu, relatedness memang berhubungan positif dengan beberapa aktivitas sosial
seperti membicarakan hal-hal yang berarti, perasaan dipahami dan diapresiasi, bergaul atau
berkumpul dengan orang lain, melakukan hal-hal yang menyenangkan, menghindari selfconsciousness (Reis, Sheldon, Gable, Roscoe, & Ryan, 2000). Aktivitas sosial tersebut

merupakan aktivitas sosial yang berhubungan dengan dunia nyata, jadi ketika aktivitas itu
dibawa ke dunia maya yang memiliki keterbatasan, kemungkinannya memang akan
berhubungan rendah dengan relatedness. Hal ini menunjukkan bahwa dunia maya seperti
Twitter belum mampu seutuhnya menggantikkan tempat atau peran yang didapatkan dari
dunia nyata.
Selain hubungan relatedness dengan intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter
pada mahasiswa, peneliti mencoba melihat bagaimana pengaruh masing-masing dimensi
dalam variabel relatedness terhadap intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter melalui
analisis regresi. Dalam hal ini dimensi relatedness yang ingin dilihat pengaruhya terhadap
intensitas penggunaan Twitter ialah intimacy dan acceptance.

Dari kedua dimensi ini

diketahui bahwa tidak ada satupun dimensi dari relatedness yang berpengaruh terhadap
intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter. Hal ini bisa dikarenakan nilai korelasi kedua
variabel yang memang rendah. Hubungan yang rendah ini membuat masing-masing dimensi
relatedness tidak mampu memprediksi intensitas penggunaan jejaring sosial Twitter.

DAFTAR PUSTAKA
Akbiyik, C. (2013). Effect of Social Networks on Social Life of Undergraduate Student.
Middle Eastern & African Journal of Educational Research , 4-10.
Auzoult, L. (2013). The Mediating Role of the Sense of Relatedness and Task Cohesion in
the Relation between Psychological Power Distance and Efficicency of a Working
Team. Scientific Research Volume 4 Number 10 , 741-743.
Azis, I. (2013). Facebook Dianggap Terlalu Berisik, Remaja Beralih ke Twitter . Diakses 21
Juni 2014, dari Sidomi.com: http://sidomi.com/187958/facebook-dianggap-terlaluberisik-remaja-beralih-ke-twitter/
Broeck, A. V., Vansteenkiste, M., De Witte, H., Soenens, B., & Lens, W. (2010). Capturing
Autonomy, Competenc, and Relatedness at Work: Construction and Initial Validation
of The Work-related Basic Need Satisfaction Scale. Journal of Occupational and
Organizational Psychology Volume 83 , 981-1002.

13
Chairunnisa. (2010). Hubungan Intensitas Mengakses Facebook dengan Motivasi Belajar
Siswa MAN 13 Jakarta. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.
Chaplin, J. P. (2009). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Press.
Chen, G. M. (2011). Tweet This: A Uses and Gratifications Perspective on How Active
Twitter Use Gratifies a Need to Connect With Other. Computers in Human Behavior
Vol.27 , 755-762.
Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
Kartono, K., & Gulo, D. (2003). Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya.
Kemendiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Idonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta:
Gramedia.
Kemenkominfo. (2013). Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang. Diakses 19 Maret
2014,
dari
Kementerian
Informasi
dan
Komunikasi:
http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+%3A+Pengguna+Intern
et+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker#.Uwr2nFfDDIU
Lenhart, A., Purcell, K., Smith, A., & Zickuhr, K. (2010). Social Media and Mobile Internet
Use Among Teens and Young Adults. Pew Internet & American Life Project. Diakses
19 Maret 2014 dari http://www.pewinternet.org/Reports/2010/Social-Media-andYoung-Adults.aspx
McKinney, B. C., Kelly, L., & Duran, R. L. (2012). Narcissism or Openness?: College
Students Use of Facebook and Twitter. Communication Research Reports Vol.29
No.2 , 108-118.
Novianto, I. (2013). Perilaku Penggunaan Internet di Kalangan Mahasiswa. Journal
Universitas Airlangga Vol.2 No.1, 1-40.
Okazaki, M., & Matsuo, Y. (2010). Semantic Twitter: Analyzing Tweets for Real-Time
Event Notification. Recent Trends and Developments in Social Software , 63-73.
Reis, H. T., Sheldon, K. M., Gable, S. L., Roscoe, J., & Ryan, R. M. (2000). Daily WellBeing: The Role of Autonomy, Competence, and Relatedness. Personality and Social
Psychology Bulletin PSPB, Vol. 26 No. 4 , 419-435.
Richer, S. F., & Vallerand, R. J. (1998). Construction and Validation of The Need to Belong
Scale. European Review of Applied Psychology, 48, 129-137.
Ruhban, A. (2013). Kontrol Diri dan Intensitas Penggunaan Facebook pada Remaja. Jurnal
Online Psikologi Vol.01 No.02, 629-641.
Sheldon, K. M., & Gunz, A. (2009). Psychological Needs as Basic Motives, Not Just
Experiential Requirements. Journal of Personality Vol.7 No. 5 , 1467-1492.

14
Sheldon, K. M., Abad, N., & Hinsch, C. (2011). A Two-Process View of Facebook Use and
Relatedness Need-Satisfaction: Disconnection Drives Use, and Connection Rewards
It. Journal of Personality and Social Psychology, 100 (4), 766-775.
Steinfield, C., Ellison, N. B., & Lampe, C. (2008). Social Capital, Self-esteem, and Use of
Online Social Network Sites: A Longitudinal Analysis. Journal of Applied
Developmental Psychology Vol.29 , 434-445.
Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Vlachopoulos, S. P., & Michailidou, S. (2006). Measurement in Physical Education and
Exercise Science Volume 10 Number 3 , 179-201.
Wang, Q., Chen, W., & Liang, Y. (2011). The Effects of Social Media on College Students.
MBA Student Scholarship . Paper 5. Diakses 16 Februari 2014 dari
http://scholarsarchive.jwu.edu/mba_student/5