Pengaruh Pendidikan Madrasah Diniyah Dan

PENGARUH PENDIDIKAN MADRASAH DINIYAH DAN ORANG TUA TERHADAP KARAKTER ANAK

(Studi Kasus di Madrasah Diniyah Miftahul Ulum Dukuh Jetis

Desa Sangubanyu Kecamatan Bawang Kabupaten Batang)

SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh: ZAHROTUL KHUSNA

NIM 11109109

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2014

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

Kemuliaan seseorang bukanlah dilihat dari nasab atau keturunan melainkan dilihat dari ahklak yang di milikinya.

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji bagi Allah. Aku persembahkan skripsi ini, untuk yang tercinta suamiku Saifudin S.Fil dan putraku Azzan Izza Muhammad, serta kedua orang tuaku tercinta Bapak Marwazi S.Pd.I dan Ibu Chotim S.Pd.I yang

telah memberikan do’a restunya tanpa tiada henti, Adikku tercinta Naely Murodah yang senantiasa Membangkitkan motivasi di saat aku jenuh, dan dukungan dari temanku

Hanum Jazimah terimakasih atas semangat dan bantuannya.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendididikan Madrasah Diniyah dan Orang Tua terhadap Karakter Anak” ( Studi Kasus di Madrasah

Diniyah Miftahul Ulum Dukuh Jetis Desa Sangubanyu Kecamatan Bawang Kabupaten Batang ) dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Ketua STAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah.

3. Bapak Rasimin, S.Pd.I, M.Pd, selaku Ketua Program Studi PAI.

4. Dr. M. Zulfa, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Ibu Muna Erawati, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik.

6. Bapak Juri Nasrudin, selaku kepala Madrasah Diniyah Miftahul Ulum yang telah membina dan memberikan izin penelitian bagi penulis.

7. Suamiku tercinta Saifudin S.Fil, yang telah ikhlas mencurahkan pengorbanannya yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.

8. Putraku tercinta Azzan Izza Muhammad, yang selalu menjadi penyemangat hidup penulis ketika lelah.

9. Bapakku Marwazi S.Pd.I dan Ibuku Chotim S.Pd.I, yang senantiasa memberikan do’a restu-Nya bagi keberhasilan studi penulis.

10. Adikku Naely Murodah, yang selalu memberikan dukungan dan motivasi

ketika penulis jenuh.

11. Temanku Hanum Jazimah P.A, terima kasih atas semangat dan bantuannya.

12. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam

penulisan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.

Salatiga, 25 September 2014

Penulis

ABSTRAK

Khusna, Zahrotul, 2014. Pengaruh Pendidikan Madrasah Diniyah dan Orang Tua terhadap Karakter Anak (Studi Kasus di Madrasah Diniyah Miftahul Ulum Dukuh Jetis Desa Sangubanyu Kecamatan Bawang Kabupaten Batang). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Zulfa, M.Ag.

Kata kunci: Pendidikan madrasah diniyah, orang tua dan karakter

anak.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pengaruh pendidikan madrasah diniyah dan orang tua terhadap karakter anak di Madrsah Diniyah Miftahul Ulum, Dukuh Jetis, Desa Sangubanyu, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: pertama, bagaimana pengaruh pendidikan madrasah diniyah terhadap karakter anak? Kedua, bagaimana pengaruh orang tua terhadap karakter anak? Ketiga, bagaimana pengaruh pendidikan madrasah diniyah dan orang tua terhadap karakter anak? Keempat, adakah pengaruh pendidikan madrasah diniyah terhadap karakter anak? Kelima, adakah pengaruh orang tua terhadap karakter anak? Keenam, adakah pengaruh pendidikan madrasah diniyah dan orang tua terhadap karakter anak?

Pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah 85 santri yang belajar di Madrasah Diniyah Miftahul Ulum. Pengumpulan data menggunakan instrument kuesioner yaitu dengan metode angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah product moment dan regresi ganda.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa dari F test, diperoleh F hitung sebesar 3.82 sedangkan untuk F table diperoleh 3.10. Nilai F hitung lebih besar dari F tabel (3.82 >3.10), maka dapat dikatakan hasil perhitungan regresi tersebut signifikan. Model regresi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi bahwa pendidikan madrasah diniyah dan orang tua mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap karakter anak di Madrasah Diniyah Miftahul Ulum Dukuh Jetis. Paparan mengenai penjelasan tema tersebut dapat disimak selanjutnya.

xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. ............................................................................................... Lata

r Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan di Indonesia, pendidikan karakter sesungguhnya telah menjadi ruh dan semangat yang telah lama dilaksanakan, bahkan sejak awal kemerdekaan Indonesia. Para pendiri bangsa sejatinya telah begitu faham bahwa pendidikan tidak hanya diarahkan untuk membentuk manusia yang cerdas, tetapi juga untuk menjadikan manusia secara individu menjadi pribadi yang baik. Hal tersebut misalnya dapat kita lihat dalam salah satu tulisan Soekarno (Koesoema, 2012:1). Dalam tulisan tersebut, Soekarno telah secara tegas menyatakan bahwa pendidikan adalah jalan menuju kebebasan dan kemerdekaan, yang tidak bisa diwujudkan tanpa ruh dan semangat dari manusia-manusia yang bebas dan merdeka. Manusia yang bebas dan merdeka lah yang dapat menghasilkan perbuatan yang berhasil dan bermutu. Pembebasan manusia dari egoisme diri yang hanya mementingkan pribadi ataupun golongan, dan kemerdekaan bersikap yang tidak bisa dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan lah yang membentuk manusia-manusia yang memiliki karakter yang baik.

Dewasa ini, pendidikan karakter ramai dibicarakan tidak hanya oleh kalangan praktisi pendidikan, semua orang seakan kembali sadar bahwa sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan,ternyata tidak hanya mempunyai tugas untuk menghasilkan manusia yang pandai.

Akan tetapi, sekolah seharusnya juga mencetak manusia-manusia yang memiliki integritas, berkarakter baik, sehingga tidak hanya mendatangkan kemaslahatan bagi dirinya, tapi juga bagi masyarakatnya. Kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter pada dewasa ini sesungguhnya adalah buah dari kegelisahan masyarakat terhadap semakin karut marutnya tatanan masyarakat yang dirasa sudah sampai pada tahap kritis. Bagaimana cara orang menggambarkan keadaaan moralitas pada jaman ini telah sampai pada kesimpulan bahwa saat ini telah terjadi krisis moralitas,krisis integritas,krisis karakter. Tentunya cara pandang semacam ini tidak lepas dari rasa frustasi masyarakat terhadap kondisi dalam masyarakat itu sendiri. Pemerintah yang diharapkan menjadi teladan dan pendorong bagi terwujudnya masyarakat yang bermoral ternyata malah memperlihatkan hal yang sebaliknya, korupsi dimana-mana, dilakukan oleh siapa saja, yang memiliki kesempatan. Anak-anak yang seharusnya dibentuk menjadi manusia-manusia yang bermoral, berkarakter, seakan-seakan justru diarahkan untuk meniru kehidupan remaja”modern” yang berkiblat pada gaya hidup orang barat yang serba bebas, jauh dari tradisi ketimuran apalagi agama. Kenakalan Akan tetapi, sekolah seharusnya juga mencetak manusia-manusia yang memiliki integritas, berkarakter baik, sehingga tidak hanya mendatangkan kemaslahatan bagi dirinya, tapi juga bagi masyarakatnya. Kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter pada dewasa ini sesungguhnya adalah buah dari kegelisahan masyarakat terhadap semakin karut marutnya tatanan masyarakat yang dirasa sudah sampai pada tahap kritis. Bagaimana cara orang menggambarkan keadaaan moralitas pada jaman ini telah sampai pada kesimpulan bahwa saat ini telah terjadi krisis moralitas,krisis integritas,krisis karakter. Tentunya cara pandang semacam ini tidak lepas dari rasa frustasi masyarakat terhadap kondisi dalam masyarakat itu sendiri. Pemerintah yang diharapkan menjadi teladan dan pendorong bagi terwujudnya masyarakat yang bermoral ternyata malah memperlihatkan hal yang sebaliknya, korupsi dimana-mana, dilakukan oleh siapa saja, yang memiliki kesempatan. Anak-anak yang seharusnya dibentuk menjadi manusia-manusia yang bermoral, berkarakter, seakan-seakan justru diarahkan untuk meniru kehidupan remaja”modern” yang berkiblat pada gaya hidup orang barat yang serba bebas, jauh dari tradisi ketimuran apalagi agama. Kenakalan

Salah satu nilai penting dalam pendidikan karakter adalah nilai agama. Nilai agama yang tercermin dalam mata pelajaran pendidikan agama disekolah seharusnya menjadi salah satu fokus penting dalam pendidikan karakter. Pendidikan agama mengajarkan dengan jelas melalui salah satu pilar utamanya yaitu pendidikan akhlak, bahwa manusia dalam menjalin hubungannya dengan manusia yang lain harus didasarkan dalam nilai-nilai penghormatan, penghargaan terhadap sesama berdasarkan nilai-nilai ke-Tuhanan. Pendidikan akhlak sebagai salah satu pilar pendidikan agama sayangnya kurang diperhatikan dalam materi pendidikan agama di sekolah. Pendidikan agama seringkali hanya sebatas materi tentang ibadah kepada Tuhan. Penekanan tentang arti pentingnya materi akhlak dalam matapelajaran pendidikan agama dirasa kurang oleh banyak kalangan, terutama orangtua. Bahkan jam pelajaran untuk pendidikan agama disekolah pun jika dilihat dari urgensi pendidikan agama itu sendiri dirasa masih jauh dari kata cukup. Hal ini tentunya tidak luput dari cara pandang pengambil kebijakan tentang arti pendidikan, khususnya pendidikan agama.

Kesadaran orangtua didik terhadap masih kurangnya materi pendidikan agama inilah yang banyak mendorong sebagian orang tua yang akhirnya memilih anaknya untuk bersekolah di madrasah diniyah atau madrasah sore. Madrasah diniyah yang notabene jika dilihat dari pengertian artinya saja dapat secara eksplisit dipahami sebagai lembaga pendidikan agama, atau dengan kata lain sekolah agama, jelas mengajarkan jauh lebih banyak, bahkan seluruhnya adalah pendidikan agama. Para orangtua melihat bahwa madrasah diniyah adalah sebuah solusi alternatif dan bahkan sebagian melihatnya sebagai utama untuk mendidik anak-anaknya sehingga mereka tidak hanya pintar dalam pengetahuan, tetapi juga paham agama.

Madrasah diniyah sebagai lembaga informal yang mengajarkan materi pendidikan agama masih belum mendapatkan banyak perhatian dari pemerintah. Keadaan ini seringkali dapat dilihat dari belum adanya pembinaan oleh pemerintah pusat maupun daerah, baik melalui kementrian agama maupun kementrian pendidikan. Berbagai macam kebutuhan madrasah diniyah baik dari sisi infrastruktur, operasional maupun dalam hal kurikulum masih terkesan apa adanya. Hal ini seringkali menjadikan madrasah diniyah hanya sebagai “tambahan atau alternatif” untuk pendidikan agama saja. Padahal pendidikan agama adalah salah satu pilar utama pedidikan karakter yang notabene hari ini sangat menjadi perhatian baik pemerintah maupun masyarakat secara umum.

Selain sekolah maupun madrasah diniyah sebagai “alternatif”, peran orang tua dalam pendidikan karakter juga sangat penting. Orang tua merupakan teladan bagi anak-anaknya, seharusnya demikianlah yang berlaku. Hal ini menjadi sangat penting karena waktu yang dihabiskan anak disekolah biasanya jauh lebih kecil dibandingkan disekolah ataupun madrasah. Luasnya waktu tersebut harusnya dimanfaatkan betul oleh para orang tua untuk menanamkan nilai-nilai yang baik kepada anaknya. Selain itu, orang tua lah yang seharusnya paling mengerti bagaimana watak dari anaknya. Sehingga penanaman nilai-nilai yang baik dalam rangka pembentukan karakter anak akan semakin mudah. Dalam pendidikan karakter, keteladanan orangtua adalah salah satu kunci penting bagi pembentukan karakter anak. Keteladan orang tua menjadi penting karena seringkali secara tidak sadar anak meniru begitu saja apa yang dilakukan atau dikatakan oleh orang tua.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin memahami lebih jauh tentang “PENGARUH PENDIDIKAN MADRASAH DINIYAH DAN ORANG TUA TERHADAP KARAKTER ANAK (Studi Kasus di Madrasah Diniyah Miftahul Ulum Dukuh Jetis, Desa Sangubanyu,Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang)”.

B. ............................................................................................... Ru

musan Masalah

Pengujian hipotesa adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan, yaitu keputusan menerima atau menolak hipotesis tersebut. Dalam pengujian hipotesis, keputusan yang dibuat mengandung ketidakpastian, artinya keputusan bisa benar dan bisa salah, sehingga menimbulkan resiko. Dalam suatu penelitian, hipotesis merupakan pedoman karena data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan variabel-variabel yang dinyatakan dalam hipotesis tersebut.

E. Manfaat Penelitian

Melalui penulisan ini, diharapkan akan memberikan manfaat bagi semua kalangan pendidik, baik itu di lembaga sekolah formal maupun non formal, dan juga memberikan manfaat bagi orang tua untuk lebih memaksimalkan peran mereka dalam membentuk karakter anak sejak dini. Adapun berbagai manfaat yang diharapkan antara lain:

a. ........................................................................................... Man

faat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan agar memperkaya khasanah dalam studi pendidikan karakter, khususnya pendidikan karakter pada anak.

b. ........................................................................................... Man

faat praktis

a. Sebagai bahan masukan kepada masyarakat, pemerintah tentang arti pentingnya madrasah diniyah sebagai lembaga pendidikan yang berperan penting terhadap terbentuknya karakter anak.

b. Sebagaibahan masukan bagi orang tua terutama dalam mendidik putra-putrinya sehingga bisa mencetak karakter yang baik nantinya.

F. ................................................................................................ Defi

nisi Operasional

1. Pengaruh Pengaruh adalah daya yang timbul oleh sesuatu, bisa berupa orang, benda dan sebagainya yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Depdiknas, 2007:849).

2. Pendidikan Madrasah Diniyah Dalam kajian dan pemikiran tentang pendidikan, terlebih dahulu perlu diketahui 2 istilah yang hampir sama bentuknya dan sering dipergunakan dalam dunia pendidikan, yaitu: pedagogi dan pedagoik. Pedagogi berarti “pendidikan” sedangkan pedagogik artinya “ilmu pendidikan”. Dalam pengertian yang sederhana dan umum, makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk 2. Pendidikan Madrasah Diniyah Dalam kajian dan pemikiran tentang pendidikan, terlebih dahulu perlu diketahui 2 istilah yang hampir sama bentuknya dan sering dipergunakan dalam dunia pendidikan, yaitu: pedagogi dan pedagoik. Pedagogi berarti “pendidikan” sedangkan pedagogik artinya “ilmu pendidikan”. Dalam pengertian yang sederhana dan umum, makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk

Madrasah berasal dari kata darasa (belajar) yang mempunyai isim makan madrasah yang berarti tempat belajar atau sekolah (Warson, 1997:398).

Menurut departemen agama, madrasah diniyah adalah madrasah yang seluruh mata pelajarannyaber-materi-kan ilmu-ilmu agama,fiqh, tafsir, tauhid, hikmat tasyri’, dan ilmu-ilmu agama lainnya (Depag, 2000:7).

Madrasah diniyah adalah lembaga pendidikan yang memberikan pendididkan dan pengajaran secara klasikal. Madrasah diniyah bertujuan untuk memberikan tambahan pengetahuan agama Islam kepada pelajar-pelajar yang merasa kurang menerima pelajaran agama Islam di sekolahnya (Amin, 2004:39).

3. Orang Tua Orang tua adalah pihak yang paling dekat dengan anak sehingga kebiasaan dan segala tingkah laku yang terbentuk dalam keluarga menjadi contoh dan dengan mudah ditiru (Wibowo, 2012: 120).

4. Karakter Anak

Menurut Kemendiknas (2010), karakter adalah watak, tabiat, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (Wibowo, 2012: 35).

Pendidikan Karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilaikarakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif (Wibowo, 2012: 35).

G. ............................................................................................... Met

ode Penelitian

Kebenaran dalam penelitian dapat diterima apabila ada bukti- bukti nyata dengan prosedur-prosedur jelas dan sistematis, serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hal-hal yang perlu dipaparkan berkaitan dengan metode penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. ........................................................................................... Pend

ekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini jenis pendekatan yang diterapkan oleh peneliti adalah pendekatan kuantitatif. Mengapa peneliti memilih menggunakan pendekatan kuantitatif, karena dalam penelitian ini

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010: 174). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2011: 81). Jumlah sampel yang peneliti ambil adalah 50% dari jumlah populasi atau 85 santri.

4. ........................................................................................... Met

ode Pengumpulan Data a.Metode Angket

Metode angket adalah pengumpulan data dengan jumlah pertanyaan untuk memperoleh data, beberapa jawaban, beberapa responden (Koentjaraningrat, 1997: 173).

Metode ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data mengenai pengaruh pendidikan madrasah diniyah dan peran orang tua terhadap karakter anakdi Madrasah Diniyah Miftahul Ulum Dukuh Jetis, Desa Sangubanyu, KecamatanBawang, Kabupaten Batang.

b. Metode Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis (Arikunto, 2010: 201). Dalam penelitian ini dokumen yang tertulis diantaranya struktur organisasi, staf pengajar.

5. ........................................................................................... Instr

umen Penelitian Menurut Arikunto (1998: 151), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket. Angket terdiri dari tiga yaitu, yang pertamapendidikan madrasah diniyah, kedua peran orang tua, dan yang terakhir yaitu karakter anak. Berikut ketiga tabel variabel yang disarikan dari berbagai sumber:

TABEL I

PENDIDIDKAN MADRASAH DINIYAH Variabel

Indokator

Butir angket

Pendidikan 1.Anak diajari untuk menghormati

2 madrasah

kepada orang yang lebih tua dan diniyah

menyayangi kepada yang lebih muda.

2 rajin dalam beribadah membaca Al-Qur’an dengan benar.

2. Anak diajari untuk bersikap

3. Anak diajari untuk bersikap dan

bertutur kata dengan sopan.

4. anak diajari untuk mempunyai

rasa toleransi

TABEL II PERAN ORANG TUA Variabel

Indikator

Butir angket

Peran

4 Orang Tua anak.

1. Memberikan keteladanan pada

3 anak kedalam hal-hal yang baik.

2. Membimbing dan mengarahkan

3. Menanamkan nilai keagamaan 3 dan sosial pada anak.

TABEL III KARAKTER ANAK Variabel

Indikator

Butir angket

Karakter

3 Anak

1. Mampu menunjukkan sikap

jujur, disiplin, dan toleransi.

2 sopan dan santun terhadap semua orang.

2. Mampu menunjukkan sikap

3. Mempunyai rasa peduli terhadap

orang lain.

4. Mampu menunjukkan sikap

religius.

1 jawab terhadap diri sendiri dan

5. Mempunyai sikap tanggung

orang lain.

6. ........................................................................................... Anal

isis Data Analisis data adalah suatu metode dengan cara menganalisis data yang di peroleh untuk mencari ada tidaknya pengaruh pendidikan madrasah diniyah dan orang tua terhadap karakter anak di Madrasah Diniyah Miftahul Ulum Dukuh Jetis, Desa Sangubanyu, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang.

Penulis menggunakan analisis persentase menggunakan rumus:

F P = × 100 %

Keterangan : P

: Angka presentase

F : Frekuensi yang sedang di cari prosentasenya N

: jumlah siswa atau siswi

: Bilangan Konstan Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh kompetensi profesional guru terhadap motivasi belajar siswa dan pengaruh

pengaruh pendidikan madrasah diniyah (X 1 ) , orang tua (X 2 ), karakter anak(Y). Adapun rumus product moment, berdasar ini Sugiono (2010: 255) memberikan teknik analisis melalui rumus:

a) Mencari pengaruh X 1 terhadap Y dengan cara sebagai berikut:

rX 1 Y=

Keterangan:

= Angka indek Korelasi “r” Product Moment N

rX 1 Y

= Number of Cases

= Jumlah hasil Perkalian antara skor X 1 dan skor Y

X 1 = Jumlah seluruh skor X 1

= Jumlah seluruh Y

b) Mencari pengaruh X 2 terhadap Y dengan cara sebagai berikut:

rX 2 Y

Keterangan:

= Angka indek Korelasi “r” Product Moment N

rX 2 Y

= Number of Cases

X 2 Y = Jumlah hasil Perkalian antara skor X 2 dan skor Y

X 2 = Jumlah seluruh skor X 1

= Jumlah seluruh Y

c) Mencari korelasi X 1 dan X 2

rX 2 Y=

d) Untuk menguji regresi ganda dengan mengkorelasikan ketiga

variabel dengan rumus sebagai berikut :

RX 1 X 2 Y=

Keterangan : RX 1 X 2 Y = Korelasi ganda antara X 1 X 2 dan Y

rX 1 Y

= Korelasi antara rx 1 y

2 rX r Y = Korelasi antara x2y

rX r

1 X 2 = Korelasi antara x1x2

Analisis ini digunakan untuk mengecek diterima tidaknya hipotesa yang telah diajukan berdasarkan analisa hipotesa. Setelah diperoleh hasil koefisien korelasi antara X dan Y atau diperoleh nilai H a (hipotesis alternative) dikonsultasikan pada tabel pada taraf 5%. Apabila nilai H o diperoleh sama atau lebih besar dari nilai H a maka hasilnya tidak ada signifikan, dengan demikian hipotesis dapat ditolak.

H. ............................................................................................... Siste

matika Penulisan

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan kajian pustaka yang berisi variabel-variabel dan teori mengenai hubungan antara variabel.

Bab III merupakan bagian dari hasil penelitian yang meliputi gambaran umum lokasi dan subyek meliputi sejarah singkat Madrasah Diniyah Miftahul Ulum, letak geografis, struktur organisasi kepengurusan, sistem pendidikan dan pengajaran, kelembagaan, sarana dan prasarana Madrasah Miftahul Ulum.

Bab IV merupakan analisis data yang meliputi analisis deskriptif (tiap-tiap variabel), pengkajian hipotesis dan pembahasan. Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Daftar Pustaka dan Lampiran.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Karakter Anak

1. Pengertian Pendidikan Karakter

a. Makna Pendidikan Istilah pendidikaan berasal dari kata didik yang memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan” mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarati bimbingan yang diberikan kepada anak (Wibowo, 2012: 17).

Sedangkan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan Sedangkan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan

b. Makna Karakter Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani “karraso” yang berarti ‘cetak biru’, ‘format dasar’, ‘sidik’ seperti dalam sidik jari.

M Furqon Hidayatullah mengutip pendapatnya Rutland (2009:

1) mengemukakan bahwa karakter berasal dari akar kata bahasa Latin yang berarti “dipahat” (Asmani, 2011: 27). Jika ditelusuri, kata karakter dalam bahasaIndonesia berasal dari bahasa Inggris character yang berasal dari bahasa Latin “kharassein”, “kharax” yang berarti membuat tajam, membuat dalam.

Menurut Kemendiknas, karakter adalah watak, tabiat, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (Wibowo, 2012: 35). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3, kata karakter tipdak ditemukan, namun terdapat kata watak Menurut Kemendiknas, karakter adalah watak, tabiat, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (Wibowo, 2012: 35). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3, kata karakter tipdak ditemukan, namun terdapat kata watak

Karakter anak yang dimaksud disini adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina, memperbaiki dan membentuk tabiat, watak, sifat, kejiwaan, akhlak (budi pekerti), insan manusia (masyarakat) sehingga menunjukkan perangai dan tingkah laku yang baik berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

c. Makna Pendidikan Karakter Pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif (Wibowo, 2012: 35).

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan(action). Menurut Thomas Lickona, tanpaketiga aspek ini, pendidikan karakter tidak akan afektif (Azzet, 2013: 27).

2. Nilai-Nilai dalam Pendidikan Karakter Para aktivispendidikan karakter melukiskan beberapa nilai penting

dalam pendidikan karakter yang kait-mengait yaitu; (1)Responsibility (tanggung jawab), (2) respect (rasa hormat), (3) fairness (keadilan), (4) courage (keberanian), (5)honesty (kejujuran), (6) citizenship

(kewarganegaraan), (7) self-discipline (disiplin diri), (8) caring (peduli), dan (9) perseverance (ketekunan). Nilai-nilai dasar kemanusiaan tersebut harus dikembangkan dan dibangun sejak usia dini mulai dari rumah, dikembangkan di lembaga pendidikan sekolah dan diterapkan secara nyata di lingkungan masyarakat (Maksudin, 2013: 51).

Berikut adalah deskripsi prilaku dari pada nilai yang tertera diatas:

a. Tanggung jawab: prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, sebagaimana yang seharusnya ia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Biasa menyelesikan tugas- tugas tepat waktu; menghindari sikap ingkar janji dan biasa menyelesaikan tugas sampai selesai.

b. Rasa hormat: sering berupaya untuk bersikap hormat kepada orang tua, saudara, teman dan guru, dan berupaya untuk menghindarkan diri dari sikap tidak hormat.

c. Keadilan: sering berupaya untuk melakukan sesuatu kepada orang lain secra proporsional, dan berusaha untuk tidak serakah dan curang.

d. Keberanian: mencoba suatu hal yang baru yang bersifat positif, mengerjakan tugas sampai selesai dan mau menerima tugas dari orang tua.

e. Kejujuran: biasa mengatakan yang sebenarnya, apa yang dimiliki dan di inginkan, tidak pernah bohong, biasa mengakui kesalahn dan biasa mengakui kelebihan orang lain.

f. Kewarganegaraan: cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya

g. Disiplin diri: bila mengerjakan sesuatu dengan tertib, memanfaatkan waktu untuk kegiatan yang positif bagi diriya, belajar secara teratur dan selalu mengerjakan seuatu dengan penuh tanggung jawab.

h. Peduli: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

i. Ketekunan: tidak mudah bosan dalam belajar, baik di rumah, sekolah, maupun di dalam kelompok, secara berkesinambungan, dan menghindari sikap bosan baik dalam belajar maupun membantu orang tua.

3. Tujuan Pendidikan Karakter Dalam sebuah penilitian, Daniel Goleman mengemukakan bahwa keberhasilan seseorang dalam masyarakat justru lebih dipengaruhi oleh kecerdasan emosinya (80%) dibandingkan kecerdasan otak (20%). Hal ini menunjukan bahwa kecerdasan emosi sebagai hasil dari pendidikan karakter mendorong seseorang untuk lebih bisa bermanfaat dalam masyarakat. Pendidikan karakater pada dasarnya adalah upaya untuk 3. Tujuan Pendidikan Karakter Dalam sebuah penilitian, Daniel Goleman mengemukakan bahwa keberhasilan seseorang dalam masyarakat justru lebih dipengaruhi oleh kecerdasan emosinya (80%) dibandingkan kecerdasan otak (20%). Hal ini menunjukan bahwa kecerdasan emosi sebagai hasil dari pendidikan karakter mendorong seseorang untuk lebih bisa bermanfaat dalam masyarakat. Pendidikan karakater pada dasarnya adalah upaya untuk

Dalam Undang-Undang Sisdiknas, baik pada Pasal 1 maupun Pasal

3 tahun 2003, jelas sekali disebutkan bahwa tujuan dari pendidikan nasional adalah membentuk manusia-manusia Indonesia yang tidak hanya memiliki kepandaian, kecerdasan, tetapi juga memiliki kepribadian dan berakhlak mulia.

Dalam konteks sekolah, pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk peserta didik yang terinternalisasi didalam dirinya nilai- nilai kebajikan, sehingga mewujudkan perilaku yang baik (Wiyani, 2013:70). Pentingya penanaman nilai-nilai kebajikan dalam diri peserta didik juga dapat dilihat dari tujuan pendidikan karaketer sebagai berikut:

a. Membentuk peserta didik yang berpikir rasional, dewasa, bertanggungjawab.

b. Mengembangkan sikap mental yang terpuji.

c. Membina kepekaan sosial anak didik.

d. Membangun mental optimis dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan.

e. Membentuk kecerdasan emosional.

f. Membentuk anak didik yang berwatak pengasih, penyayang, sabar, beriman, takwa, bertanggungjawab, jujur, adil dan mandiri (Hamid & Saebani, 2013:39).

4. Proses Pembentukan Karakter Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia.

Karakter merupakan watak, sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran, tingkah laku dan budi pekerti seseorang. Pembentukan karakter seorang anak sebenarnya sudah terwakili ketika masih dalam kandungan. Ketika sang ibu sedang mengandung bayi, ketika itu pula prosespembentukan karakter terjadi pada jabang bayi atau anak sebelum ia terlahir kedunia. Dalam membentuk karakter anak atau mendidik kejiwaan anak, tidak semudah menanam bibit tanaman yang mana dengan hanya menaburkan biji saja bisa tumbuh. Anak adalah aset dalam sebuah keluarga, yang mana harus dijaga dengan sebaik mungkin. Membesarkan fisik anak jauh lebih mudah dibandingkan dengan membentuk (mendidik) karakter seorang anak, hanya dengan memberi anak asupan makanan setiap hari tubuh anak akan brekembang Karakter merupakan watak, sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran, tingkah laku dan budi pekerti seseorang. Pembentukan karakter seorang anak sebenarnya sudah terwakili ketika masih dalam kandungan. Ketika sang ibu sedang mengandung bayi, ketika itu pula prosespembentukan karakter terjadi pada jabang bayi atau anak sebelum ia terlahir kedunia. Dalam membentuk karakter anak atau mendidik kejiwaan anak, tidak semudah menanam bibit tanaman yang mana dengan hanya menaburkan biji saja bisa tumbuh. Anak adalah aset dalam sebuah keluarga, yang mana harus dijaga dengan sebaik mungkin. Membesarkan fisik anak jauh lebih mudah dibandingkan dengan membentuk (mendidik) karakter seorang anak, hanya dengan memberi anak asupan makanan setiap hari tubuh anak akan brekembang

5. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter Anak Dalam proses tumbuh kembangnya seorang anak, Ki Hadjar Dewantara memandang ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter anak, semua ini disebut “Tripusat Pendidikan” atau “Trisentra” yaitu;

1) Alam keluarga yang membentuk lembaga pendidikan keluarga.

2) Alam perguruan yang membentuk lembaga pendidikan sekolah.

3) Alam pemuda yang membentuk lembaga pendidikan masyarakat

(Engku, Zubaidah, 2014: 111).

6. Pendidikan Agama dalam Pembentukan Karakter Anak Salah satu pilar penting dalam pendidikan agama adalah pendidikan agama khususnya pada pendidikan akhlak, karena hal

tersebut sesuai dengan tugas utama di utusnya Nabi Muhammad yaitu untuk menyempurnakan akhlak. Sebagaimana telah kita ketahui dalam diri pribadi Rasul, bersemai nilai-nilai akhlak yang mulia dan agung yang menyatakan: “sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri teladan yang baik”. Pendididkan agama sangatlah penting di berikan kepada anak supaya dalam kehidupan masa depan bisa menjadi manusia yang mempunyai watak, budi pekerti yang sopan dan santun. Dalam mewujudkan karakter yang baik pada anak, hendaknya anak diajarkan tentang bagaiamana cara berperilaku, bertuturkata, bergaul dan bermasyarakat. Semua itu sudah terkumpul atau termuat menjadi satu dalam pendidikan agama, baik itu pendidikan yang diperoleh dirumah maupun disekolah. Pendidikan agama yang diberikan kepada anak seperti; pendidikan akhlak, fiqih, Al-qur’an Hadits, dan tarikh Nabi Muhammad SAW supaya kelak anak bisa meniru dari pada sikap yang dimiliki Nabi Nya tersebut yaitu sikap siddiq, amanah, tabligh dan fatanah yang dijadikan sebagia pedoman dalam kehidupannya.

Untuk membentuk karakter anak diperlukan penenaman nilai-nilai agama yaitu nilai yang diajarkan berdasarkan pada ajaran agama Islam yang amat penting yang harus ditanamkan kepada setiap anak didik, diantara sumber nilai-nilai agama yaitu:

a. Nilai Ilahiyah: yaitu nilai keagamaan berhubungan dengan ketuhanan yang amat penting yang harus ditanamkan kepada setiap anak didik. Kegiatan menanamkan nilai-nilai itulah yang a. Nilai Ilahiyah: yaitu nilai keagamaan berhubungan dengan ketuhanan yang amat penting yang harus ditanamkan kepada setiap anak didik. Kegiatan menanamkan nilai-nilai itulah yang

b. Nilai Insaniyah: yaitu nilai keagamaan berhubungan dengan manusia yang mengajarkan tentang Silatu al-rahmi, Al-Ukhuwah, Husnu al-dzan, Iffah atau Ta’affuf, dan lain-lain (Majid, Andayani, 2012: 97).

B. Orang Tua

1. Makna Orang Tua Istilahorang tua dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, orang tua adalah “ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli), orang yang dihormati (disegani), pria dan wanita yang menjadi ayah dan ibu seorang anak”. Orang tua adalah pihak yang paling dekat dengan anak sehingga kebiasaan dan segala tingkah laku yang terbentuk dalam keluarga menjadi contoh dan dengan mudah ditiru (Wibowo, 2012: 120).

Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah. Sedangkan pengertian orang tua diatas, tidak terlepas dari pengertian Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah. Sedangkan pengertian orang tua diatas, tidak terlepas dari pengertian

2. Peran OrangTua Orang tua yang menginginkan anaknya agar bisa tumbuh dan berkembang dengan karakter yang baik, maka sebagai orang tua harus bisa melakukan perannya yang sesungguhnya, yang mana orang tua tidak boleh membiarkan para anak-anaknya berbuat suatu hal sesuka hatinya yang bisa melanggar norma dan nilai ajaran agama, diantara peran sebagai orang tua diantaranya yaitu:

a. Mendampingi Anak-Anaknya Hendaknya orangtua dapat mendampingi anak-anaknya agar bisa tumbuh dan berkembang dalam pantauan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Mendampingi bukan berarti mengekang anak, “mendampingi” berarti menemani anak-anak tumbuh dan berkembang

pertumbuhan dan perkembangnya.

b. Membimbing Anak-Anaknya Orangtua dapat membimbing anak-anaknya agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan. Dalam membimbing anak yang mest diberikan adalah petunjuk dan nasihat untuk menempuh jalan yang baik dan benar. Orang tua juga dituntut untuk bisa b. Membimbing Anak-Anaknya Orangtua dapat membimbing anak-anaknya agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan. Dalam membimbing anak yang mest diberikan adalah petunjuk dan nasihat untuk menempuh jalan yang baik dan benar. Orang tua juga dituntut untuk bisa

c. Mendidik Anak-Anaknya Mendidik anak sepenuhnya adalah tanggung jawab orang tua, tetapi demi memenuhi kebutuhanpendidikan yang lainnya, orang tua harus sadar untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah yang formal. Dalam lingkungan sekolah anak bertemu dengan guru yang mengajarkan banyak hal yang dirumah tidak di dapatkannya.

d. Menjadi Teladan Bagi Anakya Orang tua adalah faktor utama dalam keberhasilan pendidikan karakter, teladan yang baik dari orang tua sebaiknya di tunjukkan pada anak sedini mungkin, karena seorang anak akan dengan sadar atau tidak, mereka akan mencontoh sikap, perilaku orang tuanya. Sebagaimana dalam pribahasa “buah jatuh tak jauh dari pohonnya” (Azzet, 2013: 53-55).

3. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak Sebagaimana yang telah kita ketahui sebagai orang tua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap anaknya yang tidak berwujudkan materi saja melainkan banyak hal, atau bisa disebut dengan semua 3. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak Sebagaimana yang telah kita ketahui sebagai orang tua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap anaknya yang tidak berwujudkan materi saja melainkan banyak hal, atau bisa disebut dengan semua

Adapun tanggung jawab orang tua terhadap anaknya diantaranya:

membesarkannya, tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum dan perawatan, agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.

a. Memelihara

dan

b. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya.

berbagai ilmu pengetahuandan ketrampilan yang beruguna bagi hidupnya, sehingga apabila ia telah dewasa ia mampu berdiri sendiri dan membantu orang lain (hablum minan nas) serta melaksanakan kekhalifahannya.

c. Mendidik

dengan

d. Membahagiakan anak untuk dunia akhirat dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah sebagai tujuan akhir hidupmuslim. Tanggung jawab ini dikategorikan juga sebagai tanggung jawab kepada Allah (Ihsan, 2011: 63).

C. Pendidikan Madarasah Diniyah

1. Madrasah Diniyah Madrasah diniyah atau dalam pengertiannya secara harfiah “sekolah agama”, berasal dari istilah ‘madrasah’ dalam bahasa Arab yang pengertiannya umum, tempat belajar atau sekolah, yang tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama. Kata ‘diniyah’ yang berarti agama memberikan penegasan bahwa apa yang diajarkan dalam lembaga ini hanyalah ilmu agama. Berbeda dengan pengertian “madrasah” tanpa kata “diniyah”, madrasah diniyah hanya mengajarkan ilmu agama, sedangkan madrasah (seperti Madrasah Ibtidai’iyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah) tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama, akan tetapi juga mengajarkan ilmu- ilmu umum.

Madrasah diniyah adalah salah satu lembaga pendidikan keagamaan yang diharapkan mampu secara menerus dapat memeberikan pendididkan keagamaan yang tidak terdapat atua tidak terpenuhi di sekolah-sekolah umum. Madrasah diniyah merupakan lembaga pendidikan turunan dari pesantren atau yangsering disebut dengan sekolah sore.

2. Ciri-Ciri Madrasah Diniyah Adapun ciri-ciri dari pada madrasah diniyah diantaranya:

a. Madrasah diniyah merupakan pelengkap dari pendidikan formal.

b. Madrasah diniyah merupakan spesifikasi sesuai dengan kebutuhan dan tidak memerlukan syarat yang ketat serta dapat diselenggarakan dimana saja.

c. Madrasah diniyah tidak dibagi atas jenjang atau kelas-kelas secara ketat.

d. Madrasah diniyah dalam materinya bersifat praktis dan khusus.

e. Madrasah diniyah waktunya relatif singkat.

f. Madrasah diniyah mempunyai metode pengajaran yang

bermacam-macam. 1

3. Tujuan Madrasah Diniyah

a. Melayani warga belajar agar dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupanya.

b. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperluakan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ketingkat dan /atau jenjang yang lebih tinggi, dan

1 http://kulliyatul.blogspot.com/2013/03/pengertian-madrasah-diniyah.html. diakses 20 maret 2014 .

c. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah (TP 73 Pasal.2 ayat 2 s.d 3).

4. Kedudukan Madrasah Diniyah dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

Dalam undang-undang dan peraturan pemerintahan yang mengatur pendidikan islam sangat jelas pada UU No. 20 Tahun 2003. Di dalam aturan tersebut setidaknya ada tiga hal yang terkait dengan pendidikan Islam. Pertama, kelembagaan, diakuinya keberadaan lembaga pendidikan madrasah, Pesantren Diniyah Raudhatul Athfal sebagai lembaga yang diakui, dan diakui keberadaan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang setara dengan sekolah. Kedua,pendidikan Islam sebagai mata pelajaran, yakni diakuinya keberadaan pelajaran agama Islam di sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah. Ketiga, nilai (value) terdapat seperangkat niali-nilai Islam dalam sistem pendidikan nasional (Daulay, 2012: 7).

Menteri Agama menegaskan, madrasah dan pondok pesantren telah menunjukkan kiprah nyata dalam pembangunan karakter bangsa, baik secara kelembagaan maupun personal bagi para alumninya. Dalam perkembangannya, kedua pendidikan itu mengalami transformasi kelembagaan. “ini merupakan konsekuensi logis dari semakin besarnya perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap madrasah dan pondok Menteri Agama menegaskan, madrasah dan pondok pesantren telah menunjukkan kiprah nyata dalam pembangunan karakter bangsa, baik secara kelembagaan maupun personal bagi para alumninya. Dalam perkembangannya, kedua pendidikan itu mengalami transformasi kelembagaan. “ini merupakan konsekuensi logis dari semakin besarnya perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap madrasah dan pondok

lingkungan keluarga, rumah-rumah penduduk, dan masjid atau surau. Seiring dengan pesatnya perkembangan Islam, pendidikan keagamaan merambah dalam bentuk nonformal dalam bentuk pesantren dan madrasah diniyah. Pada pesantren, proses pembelajaran pada umumnya dilakukan dengan sistem berasrama (boarding). Sedangkan pada madrasah diniyah, pembelajaran dilakukan sore hari, yang pada umumnya murid-muridnya adalah anak-anak yang pada pagi hari mengenyam pendidikan umum/sekolah.

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Sejarah Singkat Madrasah Diniyah Madrasah Diniyah Miftahul Ulum berdiri pada tahun 1985. Berdiri diatas

tanah seluas 200 m 2 yang merupakan tanah wakaf, Madrasah Diniyah

2 http://www.man2smg.sch.id/webtemp/html/index.php?id=artikel&kode-1(24-09-2013: 21:00)

Miftahul Ulum di dirikan atas keprihatinan masyarakat Dukuh Jetis karena belum adanya madrasah diniyah di daerah mereka sendiri. Anak-anak Dukuh Jetis yang ingin bersekolah madrasah sore harus pergi ke desa lain seperti di desa tegal Bunder, Gupit dan lainnya yang jaraknya lebih dari 2 KM. Melihat kondisi tersebut, Bapak Juri Nasrudin salah seorang tokoh masyarakat setempat, mempunyai niatan untuk membangun sekolah madrasah di Dukuh Jetis, supaya anak-anak tidak sekolah di desa tetangga yang memang jaraknya lumayan jauh.

Niatan Bapak Juri akhirnya terwujud, dan madrasah tersebut kemudian di beri nama Madrasah Diniyah Miftahul Ulum. Nama Madrasah Mifahul Ulum berasal dari kata Miftah yg berarti“ kunci” dan Ulum yang berarti “ ilmu”, sehingga Miftahul Ulum berarti kunci nya ilmu. Nama tersebut membawa sebuah harapan supaya didalam menuntut ilmu, anak-anak dapat memperoleh kunci ilmu.

Pada angkatan pertama, Madrasah Miftahul Ulum memiliki murid sebanyak 25 anak. Setiap tahunnya jumlah murid bertambah, tahun ini jumlah santri sudah mencapai 171. Madrasah Diniyah Miftahul Ulum juga sudah terdaftar sebagai lembaga pendidikan di bawah naungan lembaga pendidikan Ma’arif NU sejak tahun 1988 sampai sekarang.

2. Letak Geografis

Madrasah Diniyah Miftahul Ulum terletak di Dukuh Jetis, Desa Sangubanyu, Rt 05/ Rw o2 Kecamatan Bawang Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

3. Dasar danTujuan

a. Dasar Dasar/pondasi pembelajaran adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Karena Al-Qur‘an merupakan kalam Allah yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad bagi seluruh umat Manusia. Al-Qur’an merupakan kitab Allah SWT yang dijadikan sumber pendidikan yang terlengkap, baik itu pendidikan kemasyarakatan (sosial), moral (moral), maupun spiritual (kerohanian), serta material (kejasmanian) dan alam semesta. Al-Qur’an merupakan sumber nilai yang absolut dan utuh (Ahid, 2010: 21).

Sedangkan Al-Hadits atau Al-Sunnah merupakan jalan atau cara yang pernah dicontohkan Nabi Muhammad dalam perjalanan kehidupannya melaksanakan dakwah Islam. Contoh yang diberikan beliau dapat dibagi kepada tiga bagian yaitu; Hadis Qauliyah yaitu yang berisikan ucapan, pernyataan dan persetujuan nabi Muhammad saw, Hadis Fi’liyah yaitu berisi tindakan dan perbuatan yang pernah dilakukan Nabi, Hadis Taqririyah yaitu yang meripakan persetujuan Nabi atas tindakan dan peristiwa yang terjadi (Ahid, 2010: 25). Dari sini dapat dilihat bagaimana posisi dan fungsi Hadis Nabi sebagai Sedangkan Al-Hadits atau Al-Sunnah merupakan jalan atau cara yang pernah dicontohkan Nabi Muhammad dalam perjalanan kehidupannya melaksanakan dakwah Islam. Contoh yang diberikan beliau dapat dibagi kepada tiga bagian yaitu; Hadis Qauliyah yaitu yang berisikan ucapan, pernyataan dan persetujuan nabi Muhammad saw, Hadis Fi’liyah yaitu berisi tindakan dan perbuatan yang pernah dilakukan Nabi, Hadis Taqririyah yaitu yang meripakan persetujuan Nabi atas tindakan dan peristiwa yang terjadi (Ahid, 2010: 25). Dari sini dapat dilihat bagaimana posisi dan fungsi Hadis Nabi sebagai

b. Tujuan Pada dasarnya Madrash Diniyah Miftahul Ulum mempunyai tujuan

yang bersifat umum dan khusus.

a. Tujuan umum Membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang bisa bermanfaatkan sebagai bekal kehidupannya dalam masyarakat.

b. Tujuan Khusus