Penerapan Konsep GCG Dalam Menjalankan B
Penerapan Konsep GCG Dalam
Menjalankan Bisnis Keluarga
Oleh : Martin Kosasi
GCG Pic Source : http://kap-suryanto.id
Penerapan Konsep GCG Dalam Menjalankan
Bisnis Keluarga
Pic : Bisnis Keluarga,
Source : http://www.ayopreneur.com
Dalam dunia bisnis, usaha yang dijalankan tidak selalu langsung menjadi
sebuah usaha yang besar. Banyak diantara pebisnis sukses yang merintis
usahanya mulai dari usaha kecil rumahan hingga berkembang dan menjadi
pemimpin pasar berkat kerja keras dan manajemen yang baik serta usaha yang
pantang menyerah. Namun, tidak sedikit pula usaha rintisan tersebut gagal
ditengan jalan dan mengalami kehancuran. Berikut beberapa contoh usaha yang
sukses dan yang mengalami kegagalan :
-Usaha Keluarga yang Sukses
Kapal Api (PT Santos Jaya Abadi)
Tahukah Anda kalau brand Kapal Api telah ada dari tahun 1927? Kopi asli
Indonesia ini diproduksi oleh PT. Santos Jaya Abadi, yang bermula dari industri
rumahan milik Go So Loet. Nama Kapal Api dipilih untuk mencerminkan temuan
yang paling mutakhir di jaman itu.
Berkat pemikiran pendirinya yang terbuka, perusahaan terus berkembang.
Modernisasi juga berlanjut setelah pimpinan perusahaan dipegang oleh ketiga
anak Go So Loet, yaitu Indra Boediono, Soedomo Mergonoto, dan Singgih
Gunawan. Saat ini, Kapal Api mendominasi penjualan kopi di Indonesia.
Maspion Grup
Kalau Anda pernah belanja perkakas rumah tangga, pasti Anda kenal dengan
brand Maspion. Perusahaan ini terkenal akan dedikasinya untuk menghasilkan
produk dalam negeri yang berkualitas dengan harga terjangkau. Sebelum
menjadi raksasa seperti sekarang, Maspion dulunya memproduksi lampu teplok
kecil-kecilan. Perusahaan ini didirikan oleh Alim Husin dan Gunardi Go pada tahun
1962 dengan nama UD Logam Jawa. Pada tahun 1972, nama perusahaan
berganti menjadi Maspion dan Alim Husin resmi menyerahkan tongkat
kepemimpinan kepada anak-anaknya. Di bawah pimpinan anak tertua, Alim
Markus, Maspion terus berkembang. Jumlah karyawan Maspion saat ini mencapai
13.000 orang.
Wings Grup
Wings Group bermula dari industri rumahan yang didirikan oleh Johannes
Ferdinand Katuari dan Harjo Sutanto pada tahun 1949. Awalnya, perusahaan ini
memproduksi sabun colek dengan pasar yang terbatas di kawasan Surabaya
saja. Di bawah kendali anak sulung Johannes, Eddy William Katuari, perusahaan
terus melebarkan sayap. Kini, Wings Group adalah pemain terbesar kedua di
industri consumer goods di Indonesia.
-Usaha Keluarga yang Gagal
Nyonya Meneer
Pabrik jamu Nyonya Meneer bangkrut setelah gagal membayar utang Rp 7,04
miliar kepada kreditornya. Sebelumnya, Pengadilan Negeri Semarang
memutuskan Perusahaan jamu PT Nyonya Meneer untuk dipailitkan, akibat
kegagalan membayarkan kewajiban utang kepada krediturnya. Putusan itu
dijatuhkan dalam sidang pada Kamis, 3 Agustus 2017. Pemohon menyatakan PT
Nyonya Meneer tidak memenuhi kewajiban untuk membayar utangnya sebesar
Rp 7,04 miliar. Kurator juga telah ditunjuk untuk menyelesaikan kewajiban
Nyonya Meneer kepada kreditor. Nyonya Meneer juga masih berutang Rp 10
miliar kepada para karyawan yang diberhentikan. Masalah lain yang menjadi
pemicu tutupnya pabrik jamu bisa dipicu oleh penerusnya. Pada awal dirintis
pertama, mungkin jamu tersebut dirintis oleh sang ayah, ibu atau keduanya.
Namun pada generasi kedua, mereka memiliki anak keturunan, begitu juga pada
generasi ketiga, yang memunculkan cucu dari perintis yang membuat konflik
internal di perusahaan tak dapat dihindarkan.
Bakrie Grup (Esia)
Rontoknya satu persatu kerajaan bisnis Aburizal Bakri, bagaikan menunggu
meledaknya bom waktu. Dan kini salah satu diantara matarantai bisnis Group
Bakri itu yaitu Bakrie Telecom, menemui ajalnya. Bisnis komunikasi yang telah
berlangsung lebih dari 30 tahun, yang berawal dari Ratelindo atau Radio
Telephone Indonesia, sebuah sistem komunikasi telepon radio tak bergerak untuk
rumahan.
Alih-alih membangun infrastruktur baru dan menambah jumlah pelanggan,
operator tersebut justru mengurangi operasional sejumlah BTS-nya akibat
diputus penyedia menara atau sebab lainnya. Pelanggannya pun terus
mengalami penurunan. Pasalnya PT Bakrie Telecom Tbk (Esia) menanggung rugi
sebesar Rp 1,5 triliun pada kuartal III 2013.
-Analisis Faktor Keberhasilan Usaha
Keluarga Berdasarkan Konsep Good
Corporate Governance (GCG)
Usaha keluarga yang dijalankan akan tumbuh dan berkembang dengan
adanya kemampuan manajemen yang baik. Dengan manajemen yang baik akan
membuat sumber daya yang dikeluarkan perusahaan menjadi optimal dalam
menghasilkan keuntungan. Untuk menciptakan manajemen yang baik, maka
diperlukan adanya penerapan konsep GCG dengan ke-5 prinsipnya. Berikut ke-5
Prinsip GCG :
Transparansi
Transparansi dapat diartikan sebagai keterbukaan perusahaan atas informasi
kepada seluruh stakeholder dan share holder. Dengan adanya transparansi, para
pemilik kepentingan dapat mengetahui kegiatan yang dijalankan perusahaan
apakah berjalan baik atau sebaliknya, sehigga terciptalah sistem controlling oleh
semua pihak.
Akuntabilitas
Dengan kepemilikan yang terkonsentrasi dan struktur bisnis yang didominasi
keluarga, secara langsung kontrol lebih banyak dipegang oleh keluarga. Posisiposisi penting perusahaan ditempati oleh anggota keluarga, bahkan tidak jarang
satu orang berperan ganda pada beberapa posisi. Pembagian peran dalam
perusahaan banyak dilandasi oleh hubungan kekeluargaan. Suksesi pun berasal
dari anggota keluarga. Tingkat akuntabilitas pada perusahaan keluarga menjadi
lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan non-keluarga.
Tanggungjawab
Meskipun dalam menjalankan usaha keluarga lebih banyak terlibat dengan
keluarga atau saudara sendiri, namun tanggungjawab sebagai seorang
profesional harus tetap dijaga agar kinerja perusahaan tetap baik. Dengan
menjaga tanggungjawab profesi, akan meningkatkan kinerja seseorang dan
berimbas pada kemajuan perusahaan.
Independensi
Perusahaan keluarga cenderung lebih rendah tingkat independensi dalam
bisnis dibandingkan dengan perusahaan non-keluarga, apabila dilihat dari
struktur bisnisnya. Dewan direksi (level manajerial) pada perusahaan keluarga
didominasi oleh anggota keluarga. Pengambilan keputusan bisnis juga akan
cenderung lebih subjektif karena perusahaan akan mengambil keputusan yang
menguntungkan beberapa pihak tertentu saja. Kecuali apabila perusahaan
menggunakan jasa pihak eksternal (auditor atau konsultan) untuk mengawal dan
mengontrol jalannya bisnis. Hal tersebut yang dilakukan oleh perusahaan
keluarga, khususnya yang sudah profesional, untuk menjaga tingkat objektivitas
bisnis.
Keadilan
Keadilan yang dimaksud disini, dalam menjalankan sebuah usaha keluarga
tentunya adalah setiap orang atau anggota keluarga yang terlibat harus
mendapat haknya sesuai dengan tanggungjawabnya dalam perusahaan. Bila
prinsip keadilan ini tidak dijaga, maka yang paling beresiko muncul adalah konflik
internal dalam bisnis tersebut. Hal ini telah terbukti dengan jatuhnya "nyonya
meneer" akibat konflik dari anggota keluarga.
-Faktor Sukses Bisnis Keluarga
Kuatnya rasa persatuan dalam keluarga
Keluarga yang bersatu padu jauh lebih mudah beradaptasi dengan perubahan
dan biasanya menempatkan kepentingan bisnis dan keluarga di atas kepentingan
diri sendiri. Biasanya keluarga membangun persatuan dengan mengutamakan
komunikasi di antara mereka. Berikut adalah beberapa hal yang mereka lakukan:
1. Mengadakan pertemuan keluarga biasa
2. Mendidik anggota keluarga tentang bisnis
3. Membangun ketrampilan dalam menyelesaikan konflik
4. Belajar tentang komponen komunikasi yang baik
Pic
Source : https://hbr.org
Tidak hanya memikirkan keuntungan dan uang
Keluarga yang sukses berkomitmen untuk satu set nilai di luar keuntungan
dan uang. Nilai-nilai ini biasanya terwujud dalam bentuk pernyataan misi atau
visi. Sebagai contoh, salah satu keluarga bekerja sama dengan mendefinisikan
misinya untuk menciptakan peluang ekonomi bagi karyawan dan masyarakat.
Membangun seperangkat nilai-nilai inti ini memberikan anggota keluarga tujuan
dan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka
sendiri. Keluarga yang memanfaatkan kekuatan ini:
1. Menentukan nilai-nilai inti
2. Menerjemahkan nilai-nilai ke dalam tindakan
3. Menggunakan nilai-nilai untuk membangun budaya yang kuat
Memiliki visi terpadu
Tanpa rencana suksesi yang cermat, meneruskan obor dari satu generasi ke
generasi berikutnya terasa seperti menyerahkan kotak Pandora yang penuh
dengan masalah yang kompleks. Perencanaan suksesi jauh lebih rumit dari
sekedar mencari tahu siapa yang akan menjadi CEO berikutnya. Perubahan
manajemen, pajak dan pensiun terkait erat dengan suksesi, dan untuk
menghadapi tantangan-tantangan tersebut, bisnis keluarga yang sukses akan:
1. Membangun sebuah dewan independen untuk memberikan
pertanggungjawaban kepada manajemen
2. Mengatur rencana strategis bisnis secara teratur
3. Menyelaraskan strategi dengan nilai-nilai dan visi milik keluarga
Mempersiapkan generasi berikutnya
Investasi dalam generasi berikutnya adalah suatu keharusan. Sayangnya,
'investasi' di generasi berikutnya sering disalahartikan sebagai 'menemukan CEO
berikutnya'. Ini perangkap umum untuk bisnis keluarga yang mengalami
kebangkrutan sebelum jatuh ke generasi berikutnya. Dalam berbagai kasus,
keturunan berikutnya yang bergabung dalam bisnis keluarga hanya untuk
menyenangkan orang tua akan menjadi penerus dengan performa buruk dan
harga diri yang rendah. Di bawah kepemimpinan mereka, bisnis, lebih sering
daripada tidak, akan gagal. Mereka menjadi rentan terhadap apa yang disebut
'penerus terkutuk'. Generasi 'terkutuk' ini terlalu meniru orang tua mereka.
Keluarga multi-generasi sukses menangkal kutukan ini dengan berinvestasi
dalam generasi berikutnya dengan:
1. Membantu generasi penerus memilih pekerjaan yang sesuai dengan
skill/gairah mereka
2. Mempersiapkan generasi penerus untuk menjadi pemilik yang bertanggung
jawab
3. Membimbing generasi penerus untuk bertanggung jawab terhadap kinerja
mereka
4. Mendidik generasi penerus tentang tantangan kepemimpinan
KESIMPULAN
Dalam menjalankan usaha keluarga hendaknya menjaga rasa kepercayaan
serta pembagian hak dan kewajiban yang sesuai (keadilan). Rasa percaya dan
keadilan yang muncul akan meningkatkan kinerja usaha karena masing-masing
pihak akan bekerja semaksimal mungkin tanpa adanya rasa curiga dan
kecemasan akan haknya. Selain itu, Kepercayaan dan keadilan akan tetap
menjaga hubungan keluarga itu sendiri.
Terima Kasih
Source :
http://martinkosasi.blogspot.co.id/2017/12/faktor-faktor-yang-mempengaruhikeberhasilan-bisnis-keluarga.html
Menjalankan Bisnis Keluarga
Oleh : Martin Kosasi
GCG Pic Source : http://kap-suryanto.id
Penerapan Konsep GCG Dalam Menjalankan
Bisnis Keluarga
Pic : Bisnis Keluarga,
Source : http://www.ayopreneur.com
Dalam dunia bisnis, usaha yang dijalankan tidak selalu langsung menjadi
sebuah usaha yang besar. Banyak diantara pebisnis sukses yang merintis
usahanya mulai dari usaha kecil rumahan hingga berkembang dan menjadi
pemimpin pasar berkat kerja keras dan manajemen yang baik serta usaha yang
pantang menyerah. Namun, tidak sedikit pula usaha rintisan tersebut gagal
ditengan jalan dan mengalami kehancuran. Berikut beberapa contoh usaha yang
sukses dan yang mengalami kegagalan :
-Usaha Keluarga yang Sukses
Kapal Api (PT Santos Jaya Abadi)
Tahukah Anda kalau brand Kapal Api telah ada dari tahun 1927? Kopi asli
Indonesia ini diproduksi oleh PT. Santos Jaya Abadi, yang bermula dari industri
rumahan milik Go So Loet. Nama Kapal Api dipilih untuk mencerminkan temuan
yang paling mutakhir di jaman itu.
Berkat pemikiran pendirinya yang terbuka, perusahaan terus berkembang.
Modernisasi juga berlanjut setelah pimpinan perusahaan dipegang oleh ketiga
anak Go So Loet, yaitu Indra Boediono, Soedomo Mergonoto, dan Singgih
Gunawan. Saat ini, Kapal Api mendominasi penjualan kopi di Indonesia.
Maspion Grup
Kalau Anda pernah belanja perkakas rumah tangga, pasti Anda kenal dengan
brand Maspion. Perusahaan ini terkenal akan dedikasinya untuk menghasilkan
produk dalam negeri yang berkualitas dengan harga terjangkau. Sebelum
menjadi raksasa seperti sekarang, Maspion dulunya memproduksi lampu teplok
kecil-kecilan. Perusahaan ini didirikan oleh Alim Husin dan Gunardi Go pada tahun
1962 dengan nama UD Logam Jawa. Pada tahun 1972, nama perusahaan
berganti menjadi Maspion dan Alim Husin resmi menyerahkan tongkat
kepemimpinan kepada anak-anaknya. Di bawah pimpinan anak tertua, Alim
Markus, Maspion terus berkembang. Jumlah karyawan Maspion saat ini mencapai
13.000 orang.
Wings Grup
Wings Group bermula dari industri rumahan yang didirikan oleh Johannes
Ferdinand Katuari dan Harjo Sutanto pada tahun 1949. Awalnya, perusahaan ini
memproduksi sabun colek dengan pasar yang terbatas di kawasan Surabaya
saja. Di bawah kendali anak sulung Johannes, Eddy William Katuari, perusahaan
terus melebarkan sayap. Kini, Wings Group adalah pemain terbesar kedua di
industri consumer goods di Indonesia.
-Usaha Keluarga yang Gagal
Nyonya Meneer
Pabrik jamu Nyonya Meneer bangkrut setelah gagal membayar utang Rp 7,04
miliar kepada kreditornya. Sebelumnya, Pengadilan Negeri Semarang
memutuskan Perusahaan jamu PT Nyonya Meneer untuk dipailitkan, akibat
kegagalan membayarkan kewajiban utang kepada krediturnya. Putusan itu
dijatuhkan dalam sidang pada Kamis, 3 Agustus 2017. Pemohon menyatakan PT
Nyonya Meneer tidak memenuhi kewajiban untuk membayar utangnya sebesar
Rp 7,04 miliar. Kurator juga telah ditunjuk untuk menyelesaikan kewajiban
Nyonya Meneer kepada kreditor. Nyonya Meneer juga masih berutang Rp 10
miliar kepada para karyawan yang diberhentikan. Masalah lain yang menjadi
pemicu tutupnya pabrik jamu bisa dipicu oleh penerusnya. Pada awal dirintis
pertama, mungkin jamu tersebut dirintis oleh sang ayah, ibu atau keduanya.
Namun pada generasi kedua, mereka memiliki anak keturunan, begitu juga pada
generasi ketiga, yang memunculkan cucu dari perintis yang membuat konflik
internal di perusahaan tak dapat dihindarkan.
Bakrie Grup (Esia)
Rontoknya satu persatu kerajaan bisnis Aburizal Bakri, bagaikan menunggu
meledaknya bom waktu. Dan kini salah satu diantara matarantai bisnis Group
Bakri itu yaitu Bakrie Telecom, menemui ajalnya. Bisnis komunikasi yang telah
berlangsung lebih dari 30 tahun, yang berawal dari Ratelindo atau Radio
Telephone Indonesia, sebuah sistem komunikasi telepon radio tak bergerak untuk
rumahan.
Alih-alih membangun infrastruktur baru dan menambah jumlah pelanggan,
operator tersebut justru mengurangi operasional sejumlah BTS-nya akibat
diputus penyedia menara atau sebab lainnya. Pelanggannya pun terus
mengalami penurunan. Pasalnya PT Bakrie Telecom Tbk (Esia) menanggung rugi
sebesar Rp 1,5 triliun pada kuartal III 2013.
-Analisis Faktor Keberhasilan Usaha
Keluarga Berdasarkan Konsep Good
Corporate Governance (GCG)
Usaha keluarga yang dijalankan akan tumbuh dan berkembang dengan
adanya kemampuan manajemen yang baik. Dengan manajemen yang baik akan
membuat sumber daya yang dikeluarkan perusahaan menjadi optimal dalam
menghasilkan keuntungan. Untuk menciptakan manajemen yang baik, maka
diperlukan adanya penerapan konsep GCG dengan ke-5 prinsipnya. Berikut ke-5
Prinsip GCG :
Transparansi
Transparansi dapat diartikan sebagai keterbukaan perusahaan atas informasi
kepada seluruh stakeholder dan share holder. Dengan adanya transparansi, para
pemilik kepentingan dapat mengetahui kegiatan yang dijalankan perusahaan
apakah berjalan baik atau sebaliknya, sehigga terciptalah sistem controlling oleh
semua pihak.
Akuntabilitas
Dengan kepemilikan yang terkonsentrasi dan struktur bisnis yang didominasi
keluarga, secara langsung kontrol lebih banyak dipegang oleh keluarga. Posisiposisi penting perusahaan ditempati oleh anggota keluarga, bahkan tidak jarang
satu orang berperan ganda pada beberapa posisi. Pembagian peran dalam
perusahaan banyak dilandasi oleh hubungan kekeluargaan. Suksesi pun berasal
dari anggota keluarga. Tingkat akuntabilitas pada perusahaan keluarga menjadi
lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan non-keluarga.
Tanggungjawab
Meskipun dalam menjalankan usaha keluarga lebih banyak terlibat dengan
keluarga atau saudara sendiri, namun tanggungjawab sebagai seorang
profesional harus tetap dijaga agar kinerja perusahaan tetap baik. Dengan
menjaga tanggungjawab profesi, akan meningkatkan kinerja seseorang dan
berimbas pada kemajuan perusahaan.
Independensi
Perusahaan keluarga cenderung lebih rendah tingkat independensi dalam
bisnis dibandingkan dengan perusahaan non-keluarga, apabila dilihat dari
struktur bisnisnya. Dewan direksi (level manajerial) pada perusahaan keluarga
didominasi oleh anggota keluarga. Pengambilan keputusan bisnis juga akan
cenderung lebih subjektif karena perusahaan akan mengambil keputusan yang
menguntungkan beberapa pihak tertentu saja. Kecuali apabila perusahaan
menggunakan jasa pihak eksternal (auditor atau konsultan) untuk mengawal dan
mengontrol jalannya bisnis. Hal tersebut yang dilakukan oleh perusahaan
keluarga, khususnya yang sudah profesional, untuk menjaga tingkat objektivitas
bisnis.
Keadilan
Keadilan yang dimaksud disini, dalam menjalankan sebuah usaha keluarga
tentunya adalah setiap orang atau anggota keluarga yang terlibat harus
mendapat haknya sesuai dengan tanggungjawabnya dalam perusahaan. Bila
prinsip keadilan ini tidak dijaga, maka yang paling beresiko muncul adalah konflik
internal dalam bisnis tersebut. Hal ini telah terbukti dengan jatuhnya "nyonya
meneer" akibat konflik dari anggota keluarga.
-Faktor Sukses Bisnis Keluarga
Kuatnya rasa persatuan dalam keluarga
Keluarga yang bersatu padu jauh lebih mudah beradaptasi dengan perubahan
dan biasanya menempatkan kepentingan bisnis dan keluarga di atas kepentingan
diri sendiri. Biasanya keluarga membangun persatuan dengan mengutamakan
komunikasi di antara mereka. Berikut adalah beberapa hal yang mereka lakukan:
1. Mengadakan pertemuan keluarga biasa
2. Mendidik anggota keluarga tentang bisnis
3. Membangun ketrampilan dalam menyelesaikan konflik
4. Belajar tentang komponen komunikasi yang baik
Pic
Source : https://hbr.org
Tidak hanya memikirkan keuntungan dan uang
Keluarga yang sukses berkomitmen untuk satu set nilai di luar keuntungan
dan uang. Nilai-nilai ini biasanya terwujud dalam bentuk pernyataan misi atau
visi. Sebagai contoh, salah satu keluarga bekerja sama dengan mendefinisikan
misinya untuk menciptakan peluang ekonomi bagi karyawan dan masyarakat.
Membangun seperangkat nilai-nilai inti ini memberikan anggota keluarga tujuan
dan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka
sendiri. Keluarga yang memanfaatkan kekuatan ini:
1. Menentukan nilai-nilai inti
2. Menerjemahkan nilai-nilai ke dalam tindakan
3. Menggunakan nilai-nilai untuk membangun budaya yang kuat
Memiliki visi terpadu
Tanpa rencana suksesi yang cermat, meneruskan obor dari satu generasi ke
generasi berikutnya terasa seperti menyerahkan kotak Pandora yang penuh
dengan masalah yang kompleks. Perencanaan suksesi jauh lebih rumit dari
sekedar mencari tahu siapa yang akan menjadi CEO berikutnya. Perubahan
manajemen, pajak dan pensiun terkait erat dengan suksesi, dan untuk
menghadapi tantangan-tantangan tersebut, bisnis keluarga yang sukses akan:
1. Membangun sebuah dewan independen untuk memberikan
pertanggungjawaban kepada manajemen
2. Mengatur rencana strategis bisnis secara teratur
3. Menyelaraskan strategi dengan nilai-nilai dan visi milik keluarga
Mempersiapkan generasi berikutnya
Investasi dalam generasi berikutnya adalah suatu keharusan. Sayangnya,
'investasi' di generasi berikutnya sering disalahartikan sebagai 'menemukan CEO
berikutnya'. Ini perangkap umum untuk bisnis keluarga yang mengalami
kebangkrutan sebelum jatuh ke generasi berikutnya. Dalam berbagai kasus,
keturunan berikutnya yang bergabung dalam bisnis keluarga hanya untuk
menyenangkan orang tua akan menjadi penerus dengan performa buruk dan
harga diri yang rendah. Di bawah kepemimpinan mereka, bisnis, lebih sering
daripada tidak, akan gagal. Mereka menjadi rentan terhadap apa yang disebut
'penerus terkutuk'. Generasi 'terkutuk' ini terlalu meniru orang tua mereka.
Keluarga multi-generasi sukses menangkal kutukan ini dengan berinvestasi
dalam generasi berikutnya dengan:
1. Membantu generasi penerus memilih pekerjaan yang sesuai dengan
skill/gairah mereka
2. Mempersiapkan generasi penerus untuk menjadi pemilik yang bertanggung
jawab
3. Membimbing generasi penerus untuk bertanggung jawab terhadap kinerja
mereka
4. Mendidik generasi penerus tentang tantangan kepemimpinan
KESIMPULAN
Dalam menjalankan usaha keluarga hendaknya menjaga rasa kepercayaan
serta pembagian hak dan kewajiban yang sesuai (keadilan). Rasa percaya dan
keadilan yang muncul akan meningkatkan kinerja usaha karena masing-masing
pihak akan bekerja semaksimal mungkin tanpa adanya rasa curiga dan
kecemasan akan haknya. Selain itu, Kepercayaan dan keadilan akan tetap
menjaga hubungan keluarga itu sendiri.
Terima Kasih
Source :
http://martinkosasi.blogspot.co.id/2017/12/faktor-faktor-yang-mempengaruhikeberhasilan-bisnis-keluarga.html