GERAKAN MAHASISWA ERA POSTMODERNISME FEN

GERAKAN MAHASISWA ERA POSTMODERNISME “FENOMENA
PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI SARANA GERAKAN
MAHASISWA HARI INI”
Oleh: Nazil Afifatun N
NIM: 135120500111005
Email: nazil.indonesia17@gmail.com
Abstrak
Gerakan Mahasiswa Era Postmodernisme “Fenomena Penggunaan Media
Sosial Sebagai Sarana Gerakan Mahasiswa Hari Ini”. Gerakan mahasiswa ini tidak
lepas dari adanya media sosial yang telah mendukungnya apalagi di zaman
postmodernisme ini. Banyak sekali dampak postif dan negative dengan adanya
teknologi apalagi dengan adanya media sosial, dimana mahasiswa dapat
memafaatkannya kearah lebih baik atau sebaliknya. Apalagi untuk pembuatan opini
publik pada arah gerakan mahasiswa pada hari ini. Opini publik semakin gencar
dengan adanya media sosial yang menjadi candu bagi mahasiswa hari ini.
Kata Kunci: Gerakan Mahasiswa, Opini Publik, Media Sosial

Pendahuluan
Mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda Indonesia yang mendapat
kesempatan untuk mengasah kemampuannya di Perguruan Tinggi. Tentunya sangat
diharapkan mendapat manfaat yang sebesar-besarnya dalam pendidikan agar kelak

mampu menyumbangkan kemampuannya untuk memperbaiki kualitas hidup bangsa
Indonesia yang saat ini belum pulih sepenuhnya dari krisis yang dialami pada akhir
abad ke20.1 Mahasiswa mempunyai peran penting dalam mengubah negeri ini apalagi
menjadi negeri yang lebih baik. Peran mahasiswa tak luput dari sejarahnya yaitu mulai
masa penjajahan sampai pasca reformasi ini. Tuntutan zaman telah mengubah pola
pikir mahasiswa dan perilaku mahasiswa itu sendiri, seperti pada era orde lama
mahasiswa hanya dibungkam oleh isu-isu sekitarnya danseperti pada era reformasi
yang bisa menggulingkan orde pada saat itu pula karena tuntutan keterbukaan
(demokrasi).
Postmodernisme dipahami sebagai paradigma dalam berbagai ilmu sosial
seperti arsitektur, budaya, desain dan pergeseran gaya hidup masyarakat sosial saat itu
(Harvey, 1935).2 Postmodernisme ditandai dengan adanya system kapitalisme dan
peleburan-peleburan budaya serta wilayah yaitu semakin sempitnya dunia ini dalam
bertindak, orang-orang cenderung apatis terhadap politik dan merasa ideology-ideologi
seperti komunis dan kapitalis sudah tidak bisa di pakai pada zaman itu. Fenomenafenomena pada postmodernisme ini yang dilakukan pada mahasiswa zaman sekarang
sengan adanya fenomena media sosial sebagi gerakan mahasiswa.
Berbeda pada era sebelumnya yaitu dari orde lama sampai reformasi, dimana
gerakan mahasiswa lebih intens terjadi melalui aksi turun jalan, gerakan
postmodernisme ini lebih dikemas apik menggunakan media sosial, seperti facebook,
twitter, line instagram dsb. Secara menyeluruhgerakan ini akan tersebar dalam waktu

yang singkat dan issu tersebut akan cepat meningkat disbanding pada gerakan yang

1

Salim Dan Sukadji, Sukses Belajar Di Perguruan Tinggi. (Jogjakarta: Jalasutra, 2006) Hal 22
Renny Candradewi, Modernism Dan Postmodernisme “Review Tulisan David Harvey”, Dalam Jurnal
Issue Vol 1/No.04/March 201, Hal 1

2

dilakukan pada era sebelumnya. Masyarakat yang sekarang sudah ketagihan dengan
kecanggihan teknologinya akan berkutat pada teknologi tersebut.

Pembahasan
Pengggunaan Opini Publik Pada Media Sosial Hari Ini
Opini publik merupakan Kumpulan pendapat individu terhadap masalah
tertentu yang mempengaruhi suatu kelompok orang-orang (masyarakat). Dalam opini
publik dibutuhkan beberapa issu-issu untuk menjadikannya lebih meluas. Menurut Olii
(2007:20), publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan.
Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, seperti

pembicaraan-pembicaraan pribadi yang berantai, melalui desas-desus, melalui surat
kabar, radio, televisi dan film. Ala-alat penghubung ini memungkinkan “publik”
mempunyai pengikut yang lebih luas dan lebih besar jumlahnya. Publik dapat
didefinisikan sebagai sejumlah orang yang mempunyai minat, kepentingan, atau
kegemaran yang sama. Oleh karena itu, opini publik sendiri menurut William Albiq
(dalam Olii 2007:20) adalah suatu jumlah dari pendapat individu-individu yang
diperoleh melalui perdebatan dan opini publik merupakan hasil interaksi antar individu
dalam suatu publik. Jika dilihat dari segi ilmu komunikasi, opini publik merupakan
tindakan komunikasi yang mana membawa persoalan kepada orang-orang dengan
harapan akan memperoleh tanggapan atau umpan balik. Sedangkan media massa
sendiri muncul pada tahun 1900-an diikuti oleh satu pola perkembangan industri yang
diduplikasi, mengikuti setiap “revolusi” berikutnya dalam teknologi media. Setiap
kemunculan teknologi media baru mengganggu stabilitas media yang sudah ada,
memaksa dilakukannya restrukturisasi dalam skala luas dan terjadinya perubahan yang
cepat (Davis & Baran: 61).3

3

I Gede Titah Pratyaksa, “Peranan Media Massa Dan Opini Publik Dalam Membangun Isu-Isu


Kontroversial”,
Dalam
Artikel
Http://Download.Portalgaruda.Org/Article.Php?Article=117614&Val=5418, Hal 2

Pada

Gambar. Contoh media sosial line dalam pembentukan opini publik
Sumber. OKB18+ diakses pada line pribadi

Salah satu contoh dalam pembentukan opini pada mahasiswa yaitu dengan
gempar-gemparnya media sosial mereka gunakan dengan isu-isu disekitar mereka.
Seperti contoh yang terjadi pada Universitas Brawijaya baru-baru ini adalah
keterlambatan pembagian jas almamater bagi mahasiswa baru 2015. Dimulainya isu
ini dikarenakan banyak mahasiswa baru yang menulis status media sosial baik itu
facebook, twitter, line instgram, BBM dll tentang keadaan kampus dan psikologi
mereka. Dengan begitu banyak oknum-oknumyang mengatas namakan UB yang
tergerak dengan isu tersebut, tak lama kemudian hanya dalam waktu sehari birokrat
kampus langsung memberikan tanggapan perihal itu. Tidak itu saja, bahkan di kampuskampus lain sering terjadi peristiwa yang semacam itu pula. Pada hal kalau kita analisis
lagi, gerakan-gerakan mahasiswa pada saat itu hanya sebatas opini pubik semata belum

sampai pada puncaknya, namun sudah memberikan pandangan terhadap para elit
disana.

Menurut Antony Mayfield, media sosial adalah mengenai menjadi manusia
biasa. Manusia biasa yang membagi ide, bekerjasama dan berkolaborasi untuk
menciptakan kreasi, berpikir, berdebat, menemukan orang yang bisa menjadi teman
baik, menemukan pasangan dan membangun sebuah komunitas. Sementara jejaring
sosial merupakan situs dimana setiap orang bis membuat web page pribadi, kemudian
terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jejaring
sosial terbesar antara lain facebook, myspace, plurk dan twitter. Jika media tradisional
menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan
internet. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisispasi dengan
memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi
informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas. Saat teknologi internet dan mobile
phone makin maju maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Demikian

cepatnya orang bisa mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena besar
terhadap arus informasi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia
(Ramadhansyah, 2012).4
Pandangan masyarakat terhadap suatu permasalahan di negeri kita pun tidak

terlepas dari peran media. Peran media menjadi sangat vital karena bertanggung jawab
dalam membentuk opini masyarakat. Opini yang berkembang di masyarakat akan
menjelma menjadi sikap dan mentalitas dari masyarakat itu sendiri. Sebuah pemikiran
yang tersampaikan pada masyarakat akan menjadi dasar bagi tindak-tanduk
masyarakatnya. Maka, media memiliki pertanggungjawaban yang besar dalam upaya
membangun bangsa, minimal pada tahap pemikiran. Jika medianya sendiri sudah tidak
memerhatikan kaidah-kaidah dan norma-norma yang berlaku, bagaimana dengan opini
yang berkembang di masyarakat? Tentu secara tidak langsung akan banyak
terpengaruh oleh media.

4

Novia Ika Setyani Dkk, Penggunaan Media Sosial Sebagai Sarana Komunikasi Bagi Komunitas (Studi
Deskriptif Kualitatif Penggunaan Media Sosial Twitter, Facebook Dan Blog Sebagai Sarana
Komunikasi Bagi Komunitas Akademi Berbagi Surakarta) Dalam Jurnal Komunikasi Hal 7-8

Pada hari ini demokrasi telah mengguncang Indonesia, sebelum masa reformasi
kebebasan dalam mengopinikasikan pendapatnya sangat dikekang oleh banyak pihak,
sedangkan era sekarang dimana kecanggihan teknologi telah merambah ke Indonesia
sehingga masyarakat Indonesia bebas mengeluarkan pendapatnya baik itu secara online

ataupun langsung lewat tulisan media massa. Pada mahasiswa hari ini dimana budaya
menulis petisi online atau yang lainnya diartikan sebagai suatu gerakan mahasiswa.
Gerakan mahasiswa sekarang yang lebih cepat berkembangnya isu itu lebih berbagai
arah. Dengan cepatnya berita yang menyebar menyebabkan hanya kata-kata kritis dan
jarang pula yang menemui titk temu dari tujuan tersebut

Telaah Gerakan Mahasiswa Hari Ini Dalam Media Sosial

Gambar. Gerakan mahasiswa yang dimulai dari media sosial
Sumber. Facebook pribadi

Masih ingatkah bahwa baru-baru ini ada kejadian tentang roni ketua BEM UNJ
yang di DO karena unjuk rasa di kampusnya dan permasalahan samin dan semen atau
soal petisi-petisi yang dibuat oleh mahasiswa untuk negeri ini. Itu adalah salah satu
diantara banyak gerakan mahasiswa dengan menggunkana media sosial. Seperti yang
dilakukan oleh mahasiswa lain biasa yang disebut “solidaritas” yaitu dengan
menggunakan media sosial lalu dibuatlah status yang menyebar keseluruh penjuru
dunia atau dengan petisi-petisi online untuk persoalan-persoalan negara lainnya.
Pada gambar diatas menunjukan betapa haru pikuknya gerakan mahasiswa
yang dimulai pada media sosial hingga turun aksi solidaritas antar mahsiswa dan

masyarakat sebagai bagian dari warga negara Indonesia. Padahal gerakan itu hanya
dimulai dengan membagikan tautan-tautan pribadi mereka kepada teman-teman
mereka pada setiap didnidng facebook, namun menimbulkan banyak gerakan-gerakan
aksi yang hebat yang biasa disebut gerakan “solidaritas”.
Selain itu, kemampuan petisi online untuk memfasilitasi permintaan perubahan
kebijakan publik dan menghubungkan masyarakat dengan pembuat kebijakan
menunjukkan bahwa petisi online bisa dimanfaatkan sebagai sarana meningkatkan
partisipasi politik individu maupun kelompok.Petisi online menjalankan fungsi dasar
petisi tradisional dan dalam menjalankan fungsinya tersebut petisi online didukung
oleh media sosial. Change.org memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Twitter,
dan Youtube untuk mendukung fungsi petisi. Panagiotopoulos dkk (2010) menjelaskan
bagaimana kelompok jejaring sosial muncul untuk mendukung proses pengajuan petisi
online. Saebo dkk (2009, dalam Panagiotopoulos dkk, 2010) mengamati peran jejaring
sosial dan peningkatan potensi partisipasi online dimana jejaring sosial memungkinkan
penyebaran ide dan isu serta mencoba memengaruhi agenda setting politik. Partisipasi
politik melalui internet di Indonesia merupakan satu hal yang menjadi fenomena
menarik dewasa ini, ketika warga melancarkan desakkan politik dan memobilisasi
opini publik secara online. Meskipun gerakan politik tersebut tidak selalu berhasil
dalam mengusung isu-isu politik tertentu untuk menekan pemerintah, namun tidak
jarang gerakan melalui internet dan sosial media berhasil mendesak pemerintah untuk


mengubah kebijakan- kebijakan yang kontroversial tersebut. Sehingga, secara teoritis,
media cyber yang dalam penelitian ini diwakili oleh change.org memiliki potensi untuk
pembaharuan dan pengembangan partisipasi politik warga negara. Reproduksi kegiatan
politik ini tidak hanya terbatas dikotomi maya dan nyata, perbedaannya hanya pada
pertemuan tidak saling tatap muka. Bentuk-bentuk partisipasi lewat menuangkan ide
melalui sebuah posting di internet merupakan kegiatan yang dapat dilihat secara
langsung.5

Gambar. Petisi online untuk ketua DPR RI dan Wakilnya mengundurkan diri dari jabatannya
Sumber. https://www.change.org/p/ketua-dpr-ri-dan-wakilnya-mundur-dari-jabatan-andafadlizon?recruiter= 124539535&utm_source= share_petition&utm_medium= facebook&utm_
campaign= autopublish&utm_term= des-lg-share_petition-no_msg

Modernisasi dan demokratisasi telah mengubah banyak hal, termasuk dalam
pembuatan kebijakan dan menanjakan isu-isu yang ada di negara ini, termasuk juga
untuk menurunkan suatu jabatan elit dalam DPR RI. Dalam gambar tersebut, hanya
dengan klik saja kita sudah bisa membuat kebijakan baru (ibarat seperti itu). Fenomena
Fajrin Marhaendra Bakti, Analisis Wacana Partisipasi Politik Pada Petisi “Tolak Ruu Pilkada” Dan
Petisi “Tolak Revisi Ruu Md3” Dalam Website Www.Change.Org, Dalam Jurnal Commonline
Departemen Komunikasi| Vol. 4/ No. 2, Hal 150

5

yang menarik dalam pembuatan opini publik ini sederhana hanya melaui petisi online
yang mudah dibuat diinternet. Isu-isu yang terjadi dapat membuat kebijakan-kebijakan
baru dengan pemerintah atau bisa jadi menimbulkan permaslahan baru terhadap rakyat
dan pemerintah. Penggunaaan change.org pada pembuatan petisi pun mengalami
banyak kontoversial, karena partisiapsi dan pembahruan warganegara hanya sebatas
online saja.
Zaman post modernisme ini, dimana telah terjadi kecanduan media sosial
terutama oleh mahasiswa sendiri. Ini sangat baik untuk dimanfaatkan sebagai sebuah
gerakan perubahan zaman. Seperti pada jejaring sosial Donny BU. Dalam bukunya
“Usir Galau dengan Internet Sehat”, menjelaskan bahwa jejaring sosial memiliki efek
positif, diantaranya (1) Mengembangkan keterampilan teknis dan sosial yang sangat
dibutuhkan di era digital seperti sekarang ini. (2) Memperluas jaringan pertemanan, (3)
Motivasi untuk belajar mengembangkan diri melalui teman-teman yang mereka temui
secara online, (4) Situs jejaring sosial membuat pengguna menjadi lebih bersahabat,
perhatian dan empati. Selanjutnya, juga mengemukakan bahwa jejaring sosial memiliki
efek negatif, diantaranya (1) Malas berkomunikasi di dunia nyata, (2) Lebih
mementingkan diri sendiri, (3) Sebagai lahan subur bagi para predator untuk
melakukan kejahatan.6


6

Asep Wahidin Dkk, Pengaruh Penggunaan Internet Terhadap Religiusitas Mahasiwa Universitas
Islam Bandung , Dalam Jurnal Prosisdingkomunikasi Penyiaran Islam Hal 19

Gambar. Hacker situs organisasi mahasiswa
Sumber. Em.ub.ac.id
Ini adalah salah satu gambar yang menunjukan betapa ironi dampak
negative beredarnya isu pada media sosial, seperti yang dilakukan hacker pada situs
sebuah organisasi intra mahasiswa. Ketidakpuasaan seseorang yang diluapkan melalui
media sosial juga berpengaruh pada psikologi seseorang sehingga kemungkinan
terbesar ketika media sosial selalu dipersalahkan maka seserorang juga akan merasa
mempermasalahkan media sosialnya.seperti pada gambar diatas (seorang hacker meng
hack situs em.ub.id karena kurang puas terhadap pelayanan publik).

Dengan adanya dampak-dampak seperti tersebut, maka gerakan
mahasiswa hari ini tidak hanya melalui aksi-aksi turun jalan yang biasa dilakukan pada
zaman orde lama sampai reformasi tetapi juga dilakukan melaui media sosial seperti
facebook, line dsb yang lebih massive informasinya. Tetapi dalam keadaan seperti
tersebut, terdapat juga kekurangan-kekurangannya seperti malasnya mahasiswa untuk
turun jalan disebabkan kemasivan arus informasi tersebut sehingga belum tentu arus
informasi yang sudah ada tersebut diterima atau ditanggapi oleh kaum elit politik.

Kesimpulan
Postmodernisme ditandai dengan adanya system kapitalisme dan
peleburan-peleburan budaya serta wilayah yaitu semakin sempitnya dunia ini dalam
bertindak, orang-orang cenderung apatis terhadap politik dan merasa ideology-ideologi
seperti komunis dan kapitalis sudah tidak bisa di pakai pada zaman itu. Fenomenafenomena pada postmodernisme ini yang dilakukan pada mahasiswa zaman sekarang
sengan adanya fenomena media sosial sebagai gerakan mahasiswa.
Gerakan mahasiswa hari ini tidak hanya melalui aksi-aksi turun jalan
yang biasa dilakukan pada zaman ordelama sampai reformasi tetapi juga dilakukan
melaui media sosial seperti facebook, line dsb yang lebih massive informasinya. Tetapi
dalam keadaan seperti tersebut, terdapat juga kekukarangan-kekurangannya seperti
malasnya mahasiswa untuk turun jalan disebabkan kemasivan arus informasi tersebut
sehingga belum tentu arus informasi yang sudah ada tersebut diterima atau ditanggapi
oleh kaum elit politik

Saran
Gerakan mahasiswa juga harus belajar dari perjuangan gerakan
mahasiswa pada masa sebelumnya. Mereka harus bersikap tegas dengan berbagai
kajian dan tidak hanya riuh dengan selebrasi politik. Tidak hanya bergerak dalam dunia
maya seperti dengan gerakan petisi online, akan tetapi bergerak dalam aksi nyata.

DAFTAR PUSTAKA
Bakti , Marhaendra , Fajrin. Analisis Wacana Partisipasi Politik Pada Petisi “Tolak
Ruu Pilkada” Dan Petisi “Tolak Revisi Ruu Md3” Dalam Website Www.Change.Org,
Dalam Jurnal Commonline Departemen Komunikasi| Vol. 4/ No. 2
Candradewi , Renny. Modernism Dan Postmodernisme “Review Tulisan David
Harvey”. Dalam Jurnal Issue Vol 1/No.04/March 201.
Em.ub.ac.id diakses pada 8 januari 2016
Facebook pribadi pada link https://www.facebook.com/ diakses pada 11 januari 2016
https://www.change.org/p/ketua-dpr-ri-dan-wakilnya-mundur-dari-jabatan-andafadlizon?recruiter=124539535&utm_source=share_petition&utm_medium=facebook
&utm_campaign=autopublish&utm_term=des-lg-share_petition-no_msg diakses pada
tanggal 11 januari 2016
OKB18+ diakses pada line pribadi
Pratyaksa , Titah , Gede, I. “Peranan Media Massa Dan Opini Publik Dalam
Membangun
Isu-Isu
Kontroversial”.
Dalam
Artikel
Pada
Http://Download.Portalgaruda.Org/Article.Php?Article=117614&Val=5418
Setyani , Ika , Novia Dkk. Penggunaan Media Sosial Sebagai Sarana Komunikasi Bagi
Komunitas (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Media Sosial Twitter, Facebook
Dan Blog Sebagai Sarana Komunikasi Bagi Komunitas Akademi Berbagi Surakarta)
Dalam Jurnal Komunikasi.
Sukadji, dan Salim. 2006. Sukses Belajar Di Perguruan Tinggi. (Jogjakarta: Jalasutra).
Wahidin , Asep Dkk. Pengaruh Penggunaan Internet Terhadap Religiusitas Mahasiwa
Universitas Islam Bandung, Dalam Jurnal Prosisding komunikasi Penyiaran Islam.