HAKIKAT PROSES BELAJAR strategi belaja

HAKIKAT PROSES BELAJAR
MENGAJAR DAN KOMPONENNYA

OLEH :
KELOMPOK III
SAKINATUN NAJMI SIBARANI
ARIS LABORA SIMATUPANG
AFRIZAL SINAGA
PRASTYO HARDIANTO

5153111042
5151111009
5151111004
5153111039

DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr. EFFENDI NAPITUPULU M.Pd

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNANq
FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

BAB I
PENDAHULUAN
Hakikat Proses Belajar Mengajar dan Komponennya | 1

1.1 LATAR BELAKANG
Pendidikan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Revolusi di bidang teknologi komunikasi dan informasi ternyata telah mempengaruhi
hampir di seluruh sendi-sendi kehidupan manusia modern, termasuk dalam dunia pendidikan
dengan munculnya istilah seperti e-learning, e-book sampai e-education. Revolusi ini juga
berpengaruh pada paradigma pendidikan akan “tempat” belajar, dimana gedung sekolah
yang berdiri tegak dengan atap dan dinding akan semakin tak populer karena manusia bisa
belajar di mana saja dengan bantuan teknologi. Di sini yang

terpenting


adalah

interaksi

manusia itu dengan materi pelajaran dan proses pemahaman dan penguasaan ilmu.
Dimana(sekolah?) atau kapan (pagi atau siang?)tidak lagi menjadi pertanyaan penting sebab
otak manusia sekarang sudah terbiasa dengan konsep ruang dan waktu yang bersifat relatif.
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam
pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan
bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar.
Moh. Surya (1997) menyebutkan bahwa belajar dapat diartikan sebagai suatu proses
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Proses belajar pada hakekatnya juga merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat.
Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat
disaksikan.Manusia hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan
perilaku yang tampak. Oleh karena itu, George R. Knight (1982: 82) menganjurkan lebih
banyak kebebasan untuk berekspresi bagi peserta didik dan lingkungan yang lebih terbuka
sehingga peserta didik dapat mengerahkan energinya dengan cara yang efektif. Lebih

lanjut, peserta didik harus dianggap sebagai makhluk yang dinamis, sehingga harus diberi
kesempatan untuk menentukan harapan dan tujuan mereka dan guru (pendidik) lebih berperan
sebagai penasehat, penunjuk jalan, dan rekan seperjalanan. Guru bukanlah satu-satunya orang
yang paling tahu. Oleh karena itu, pembelajaran harus berpusat pada peserta didik (child
centered), tidak tergantung pada text book atau metode pengajaran tekstual.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengajukan makalah yang berjudul “
Hakikat proses belajar mengajar dan komponennya”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun masalah yang ingin diajukan penulis pada makalah ini yaitu sebagai berikut:
Hakikat Proses Belajar Mengajar dan Komponennya | 2

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jelaskan yang dimaksud dengan Konsep Belajar?
Jelaskan yang dimaksud dengan Konsep Mengajar?

Jelaskan yang dimaksud Hakikat proses belajar mengajar?
Jelaskan apa saja Ciri-ciri Belajar Mengajar?
Jelaskan apa saja komponen-komponen dalam proses belajar mengajar?
Bagaimana cara pengaplikasian proses belajar dengan model-model pembelajaran?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KAJIAN TEORITIS
1. KONSEP BELAJAR
Banyak definisi para ahli tentang belajar, di antaranya adalah sebagai berikut :
a) Hilgard & Bower dalam bukunya Theories of Learning (1975), mengemukakan bahwa
belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan
tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan,
kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat
dan sebagainya)
b) M. Sobry Sutikno dalam bukunya Menuju Pendidikan Bermutu (2004), mengartikan
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam lingkungannya.


Hakikat Proses Belajar Mengajar dan Komponennya | 3

c) C.T.Morgan dalam Introduction to Psychology (1962) merumuskan belajar sebagai suatu
perubahan yang relative dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari
pengalaman yang lalu.
Dari beberapa defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya
adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas
tertentu. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar.
Misalnya perubahan fisik, mabuk, gila, dan sebagainya.
Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya,
belajar harus diperoleh dengan

usaha sendiri, adapun orang lain itu hanya sebagai

perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan
baik.
2. KONSEP MENGAJAR
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar
menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan harus
dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada seluruh siswa. Oleh

karena itu, rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana. Dalam arti, membutuhkan
rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu
sendiri (Muhammad Ali, 1992).
Hasibuan (2000) menyebutkan bahwa konsep mengajar dalam perkembangannya
masih

dianggap sebagai suatu kegiatan penyampaian atau penyerahan pengetahuan.

Pandangan semacam ini masih umum digunakan di kalangan pengajar. Hasil penelitian dan
pendapat para ahli sekarang ini lebih menyempurnakan konsep tradisional di atas.
Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya
proses

belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling

mempengaruhi, yakni tujuan intruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan
siswa yang memainkan peran serta ada dalam hubungan social tertentu, jenis kegiatan yang
dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia
Kedudukan guru dalam pengertian ini sudah tidak dapat lagi dipandang sebagai
penguasa tunggal dalam kelas atau sekolah, tetapi dianggap sebagai manager of learning

Hakikat Proses Belajar Mengajar dan Komponennya | 4

(pengelola belajar) yang perlu senantiasa siap embimbing dan membantu para siswa dalam
menempuh perjalanan menuju kedewasaan mereka sendiri yang utuh dan menyeluruh.
3. HAKIKAT PROSES BELAJAR MENGAJAR
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan
kegiatan

yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan
dijalankan secara professional.
Setiap kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu siswa yang
didesain secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Sedangkan anak sebagai subyek
pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru.
Rumusan belajar mengajar tradisional selalu menempatkan anak didik sebagai obyek
pembelajaran dan guru sebagai subjeknya. Rumusan seperti ini membawa konsekuensi
terhadap kurang bermaknanya kedudukan anak dalam proses pembelajaran, sedangkan guru
menjadi faktor yang sangat dominan dalam keseluruhan proses belajar mengajar.
Pendekatan baru melihat bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan milik guru dan

murid dalam kedudukan yang setara, namun dari segi fungsi berbeda. Anak merupakan subjek
pembelajaran dan menjadi inti dari setiap kegiatan pendidikan. Proses pengajaran yang
mengesampingkan martabat anak bukanlah proses pendidikan yang benar. Bahkan merupakan
kekeliruan yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Karena itulah, inti proses pengajaran tidak
lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan
pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk
mencapainya. Keaktifan anak didik disini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari
segi kejiwaan. Apabila hanya fisik anak yang akti, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif,
maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan anak
tidak belajar, Karena anak didik tidak merasakan perubahan dalam dirinya.
Kegiatan mengajar bagi seorang guru membutuhkan hadirnya sejumlah anak didik.
Hal ini berbeda dengan belajar yang tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru.
Cukup banyak aktifitas yang dilakukan oleh seseorang diluar dari keterlibatan guru. Belajar di
rumah cenderung menyendiri dan tidak terlalu banyak mengharapkan bantuan orang
lain. Apalagi aktivitas belajar itu berkenaan dengan kegiatan membaca suatu buku tertentu.
Mengajar merupakan kegiatan dimana keterlibatan individu anak didik mutlak
adanya. Apabila tidak ada anak didik atau objek didik, siapa yang diajar. Hal ini perlu sekali
disadari guru agar tidak terjadi kesalahan tafsir terhadap kegiatan pengajaran. Karena itu,

Hakikat Proses Belajar Mengajar dan Komponennya | 5


belajar dan mengajar merupakan istilah yang sudah baku dan menyatu dalam konsep
pengajaran dan pendidikan.
Biasanya permasalah yang guru hadapi ketika berhadapan dengan sejumlah anak
didik adalah masalah pengelolaan kelas. Apa, siapa, bagaimana, kapan dan dimana adalah
serentetean pertanyaan yang perlu dijawab dalam hubungannya dengn masalah pengelolaan
kelas. Peranan guru itu paling tidak berusaha mengatur suasana kelas yang kondusif bagi
kegairahan dan kesenangan belajar anaka didik. Jadi, masalah pengaturan kelas selalu terkait
dengan kegiatan guru. Semua kegiatan yang dilalikan gruru tidak lain demi kepentingan anak
didik dan demi keberhasilan belajar itu sendiri.
Sama halnya dengan belajar, mengajar pada hakikatnya adalah suatau proses, yaitu
proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukn proses belajar. Pada tahap berikutnya
adalah proses memberikan bimbingan dan bantuan kepada anak didik dalam melakukan
proses belajar (Nana Sudjana, 1991).
Menurut Nana Sudjana (1997:148) pelaksanaan proses belajar meliputi tahap
sebagai berikut:
1. Tahap Pra instruksional
Tahap yang ditempuh pada saat memulai sesuatu proses belajar mengajar yaitu :
a. Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siswa yang tidak hadir

b. Bertanya kepada siswa sampai dimana pembahasan sebelumnya
c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang
belum dikuasainya dari pelajaran yang telah disampaikan
d. Mengajukan pertanyaan kepada siswa yang berkaitan dengan bahan yang sudah diberikan
e. Mengulang pelajaran yang lain secara singkat tetapi mencakup aspek bahan
2. Tahap Instruksioanal
a. Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa
b. Menjelaskan pokok materi yang akan dibahas
c. Membahas pokok materi yang dijelaskan
d. Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh yang konkret,
pertanyaan, tugas.
e. Pengguanan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan pada setiap materi
pembelajaran
f. Menyimpulkan setiap pembahasan dari semua pokok materi
3. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap instruksional. Kegiatan yang dapat
dilakukan antara lain:
a. Mengajukan pertanyaan kepada kelas atau kepada beberapa murid mengenai semua aspek
pokok materi yang telah dibahas pada tahap instuksional


Hakikat Proses Belajar Mengajar dan Komponennya | 6

b. Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa urang dari 70% maka
guru harus mengulang pelajaran
c. Untuk memperkaya pengetahuan siswa mengenai materi yang dibahas, guru dapat
memberikan tugas atau PR
d. Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan pokok materi yang akan dibahas
pada pelajaran berikutnya.
Kegiatan Belajar-Mengajar memang merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan,
sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru mengajar, atau guru mengajar agar siswa
belajar. Oleh karena itu keduanya merupakan suatu keterpaduan, maka pendekatan atau
metode mengajar yang digunakan oleh guru menentukan kegiatan belajar yang dilakukan
oleh siswa.
Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu
memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut:
1.

Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar bukan orang lain.

2.

Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya

3.

Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap
langkah yang dilakukan selama proses belajar.

4.

Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat
proses belajar lebih berarti.

5.

Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberikan tanggung jawab dan
kepercayaan penuh atas belajarnya.
Berdasarkan uraian didatas, dapat ditarik pemahaman bahwa proses belajar mengajar
merupakan seragkaian aktivitas yang disepakati dan dilakukan guru-murid untuk mencapai
tujuan pendidikan secara optimal.

4. CIRI-CIRI BELAJAR MENGAJAR
Belajar dan mengajar merupakan dua aktivitas yang berlangsung secara bersamaan,
simultan dan memiliki fokus yang dipahami bersama. Sebagai suatu aktivitas yang terencana,
belajar memiliki tujuan yang bersifat permanen, yakni terjadinya perubhan pada anak didik
. Ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar menurut Slameto (1987) meliputi :
1. Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional
3. Perubahan belajar bersifat positif dan aktif
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah
Hakikat Proses Belajar Mengajar dan Komponennya | 7

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah
perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari
perubahan perilaku, yaitu :
1. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang
bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari
bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan
2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan
kelanjutan dari keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya.
3. Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup
individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa
mendatang.
4. Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan.
5. Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan
perubahan.
6. Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi
bagian yang melekat dalam dirinya.
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan
jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

Hakikat Proses Belajar Mengajar dan Komponennya | 8

8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi
termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya.seorang guru
menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam
menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
Memperhatikan uraian tentang belajar dan mengajar sebagaimana dibahas diatas, akhirnya
dapat diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk anak dalam suatu perkembangan tertentu
2. Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode dan teknik yang direncanakan
dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
3. Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik
4. Adanya aktivitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar
5. Aktor guru yang cermat dan tepat
6. Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan anak didik dalam proporsi masing-masing
7. Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajran
8. Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk
5. KOMPONEN-KOMPONEN BELAJAR MENGAJAR
Kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan
pelajaran, kegiatan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alamat dan sumber, serta
evaluasi.
A. TUJUAN
Tujuan

merupakan

suatu

cita-cita

yang

ingin

dicapai

dari

pelaksanaan

pembelajaran.Tidak ada suatu pembelajaran yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal
ini merupakan kegiatan yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan arah, target akhir
dan prosedur yang dilakukan.
Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran merupakan suatu cita-cita yang bernilai
normatif. Sebab dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak
didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak didik bersikap dan berbuat baik
dalam lingkungan sosial, baik disekolah maupun di luar sekolah.

Hakikat Proses Belajar Mengajar dan Komponennya | 9

Tujuan mempunyai jenjang dari yang luas atau umum sampai kepada yang
sempit/khusus. Semua tujuan itu berhubungan antara satu dengan yang lainnya, dan tujuan
di atasnya. Bila tujuan terendah tidak tercapai, maka tujuan di atasnya tidak tercapai pula.
Hal ini disebabkan tujuan berikutnya merupakan turunan dari tujuan sebelumnya. Dengan
ini diartikan bahwa dalam merumuskan tujuan, maka kita harus benar-benar
memperhatikan kesinambungan setiap jenjang tujuan pendidikan dan pengajarannya. Oleh
karena itu, guru dalam melakukan pengajaran, sekalipun hanya berupa sub materi bahan
ajar, tidak boleh terlepas dari konteks tujuan sebelumnya.
B. BAHAN PELAJARAN
Bahan/Materi merupakan medium untuk mencapai tujuan pengajaran yang
“dikonsumsi” oleh peserta didik. Bahan ajar merupakan materi yang terus berkembang
secara dinamis seiring dengan kemajuan dan tuntutan perkembangan masyarakat. Bahan
ajar yang diterima anak didik harus mampu merespon setiap perubahan dan mengantisipasi
setiap perkembangan yang akan terjadi di masa depan.
Dengan demikian, bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam
pengajaran, sebab bahan pengajaran merupakan inti dalam proses belajar mengajar.
C. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan peserta didik terlibat dalam sebuah interaksi
dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interikasi itu peserta didiklah yang
lebih aktif, bukan guru. Seperti yang dikehendaki oleh pendekatan CBSA (Cara Belajar
Siswa Aktif), murid sebagai sentral pembelajaran. Keaktifan anak didik tentu mencakup
kegiatan fisik dan mental, individual dan kelompok.
Oleh karena itu interaksi dikatakan maksimal bila terjadi antara guru dengan semua
peserta didik, antara peserta didik dengan guru, antara peserta didik dengan peserta didik,
peserta didik dengan bahan dan media pembelajaran, bahkan peserta didik dengan dirinya
sendiri, namun tetap dalam kerangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
D. METODE
Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan oleh guru, dengan
penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Syaiful Bahri
Djamarah & Winarno Surakhmad (1991), mengemumakan lima macam faktor yng
mempengaruhi penggunaan metode mengajar, yakni :
Hakikat Proses Belajar Mengajar dan Komponennya | 10



Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya



Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya



Situasi berlainan keadaannya



Fasilitas bervariasi secara kualitas dan kuantitasnya



Kepribadian dan kompetensi guru yang berbeda-beda
E. ALAT
Alat merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Dalam proses pengajaran maka alat mempunyai fungsi sebagai pelengkap
untuk mencapai tujuan (Ahmad D. Marimba, 1991)
Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat verbal dan alat bantu non verbal.
Alat verbal berupa suruhan, perintah, larangan dan sebagainya. Sebagai alat non verbal
berupa globe, papan tulis, batu tulis, batu kapur, gambar, diagram, slide, video dan
sebagainya.
Jika dilihat dari sisi asalnya, alat terbagi atas alat material dan non material. Alat
material termasuk alat bantu audivisoal. Dwyer (1967) berpendapat bahwa belajar yang
sempurna hanya dapat tercapai jika menggunakan bahan-bahan audio-visual yang
mendekati realitas. Melalui alat bantu pengajaran yang tepat, diharapkan guru dapat
memberikan pengalaman belajar yang banyak dengan cara sedikit.
Sebagai alat bantu dalam pendidikan dan pengajaran, alat audio-visual mempunyai
sifat seperti berikut :



Kemampuan untuk meningkatkan persepsi



Kemampuan untuk meningkatkan pengertian



Kemampuan untuk meningkatkan transfer belajar



Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement)atau pengetahuan hasil yang
dicapai



Kemampuan untuk meningkatkan ingatan
F. SUMBER PELAJARAN
Sumber pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat
dimana bahan pengajaran bisa didapatkan.

Hakikat Proses Belajar Mengajar dan Komponennya | 11

Rostiyah N.K. (1989) mengatakan bahwa sumber-sumber belajar itu adalah :


Manusia (dalam keluarga,sekolah dan masyarakat)



Buku/perpustakaan



Media massa (majalah, surat kabar, radio, tv dan lain-lain)



Lingkungan alam, social dan lain-lain



Alat pelajaran (buku pelajaran, peta, gambar, kaset, tape, papan tulis, kapur, spidol, dan
lain-lain



Museum (tempat penyimpanan benda-benda kuno)
G. EVALUASI
Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggri, yaitu evaluation. Dalam buku Essential of
Educational Evaluation karangan Edwin Wand & Gerald W. Brown, dikatakan bahwa
“Evaluasi adalah sebuah tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari suatu tindakan
atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu”.
Rumusan yang lebih bersifat operasional dikemukakakn oleh Roestyah (1989),
yakni bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya dan sedalamdalamnya mengenai kapabilitas siswa guna mengetahui sebab-akibat dan hasil berlajar
siswa guna mendorong atau mengembangkan kemampuan belajar.Maka dapat disimpulkan
evaluasi memiliki tujuan secara umum, yakni :
 Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam
mencapai tujuan yang diharapkan
 Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat
siswa dalam pembelajaran
 Menilai metode mengajar yang digunakan
Lebih spesifik Abu Ahmadi & Widodo Supriyono (1991) menyatakan bahwa evaluasi
memiliki tujuan sebagai berikut :
 Merangsang kegiatan siswa
 Menemukan sebab kemajuan atau kegagalan belajar
 Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan pekembangan dan bakat
masing-masing siswa
 Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan
lembaga pendidikan
 Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode mengajar

Hakikat Proses Belajar Mengajar dan Komponennya | 12

Evaluasi pada dasarnya memiliki fungsi sebagai berikut :
 Memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki
proses pengajaran serta mengadakan program perbaikan bagi murid
 Memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil berlajar dari setiap murid.
 Menentukan posisi murid di dalam situasi belajar mengajar agar sesuai dengan tingkat
kemampuan (dan karakteristik lainnya) yang dimiliki masing-masing siswa
 Mengenal latar belakang murid yang memiliki kesulitan belajar
H.

LINGKUNGAN
Lingkungan pembelajaran merupakan komponen proses belajar mengajar yang
sangat penting demi suksesnya belajar siswa. Lingkungan ini mencakup lingkungan
fisik, lingkungan sosial, lingkungan alam, dan lingkungan

psikologis

pada

waktu

proses belajar mengajar berlangsung.
Semua komponen proses belajar mengajar itu harus dikelola sedemikian rupa
sehingga belajar anak dapat maksimal untuk mencapai hasil yang maksimal pula.
2.2. APLIKASI PRAKTIS
Setelah penjelasan dari teori yang telah dibahas sebelumnya maka kami memilih konsep
model pembelajaran secara umum sebagai aplikasi dalam penerapannya, dimana model
pembelajaran ini sudah dilaksanakan terutama bagi sekolah-sekolah yang menggunakan
kurikulum 2013. Model-model pembelajaran tersebut adalah :
1. Expository Teaching
2. Student Active Learning
3. Interactive Learning
4. Inquiry
5. Discovery
6. Contextual teaching and Learning
1. EXPOSITORY TEACHING (Model Pembelajaran Ekspositori)
Pembelajaran dengan Model Ekspository merupakan strategi pembelajaran yang
menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada siswa.
Dalam pelaksanaannya Model Ekspositori memiliki prosedur-prosedur pelaksanaan, yaitu :
i. PERSIAPAN (Mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran)
Tujuannya adalah :
Hakikat Proses Belajar Mengajar dan Komponennya | 13

 Mengajak siswa keluar dari kondisi pasif
 Membangkitan motivasi dan minat siswa untuk belajar
 Merangsang dan mengubah rasa ingin tahu siswa
 Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka
ii. PENYAJIAN (Penyampaian materi pelajaran sesuai persiapan yang telah dilakukan)
 Materi yang disampaikan harus mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa
 Menggunakan bahasa dan intonasi suara yang baik dengan siswa
 Menjaga kontak mata dengan siswa
 Menggunakan kemampuan guru untuk menjaga agar suasana kelas tetap
hidup dan menyenangkan
iii. KORELASI (Langkah pemberian makna dalam materi pelajaran)
iv. MENYIMPULKAN (Tahap memahami inti dari materi pelajaran)
v.MENGAPLIKASIKAN
2. STUDENT ACTIVE LEARNING (Cara Belajar Siswa Aktif)
CBSA adalah suatu sistem pengajaran yang lebih banyak melibatkan siswa untuk
lebih berperan dalam proses pengajaran. Siswa dituntut lebih aktif dalam proses belajar
mengajar, seperti bertanya dan diskusi kelompok.
3. INTERACTIVE LEARNING (Model Pembelajaran Interaktif)
Model Pembelajaran Interaktif dirancang agar siswa bertanya kemudian mencari jawaban
pertanyaan mereka sendiri dengan melakukan kegiatan observasi (penyelidikan). Langkah
dalam pengaplikasiannya adalah :
 Persiapan
 Kegiatan Penjelajahan
 Pertanyaan
 Penyelidikan
 Refleksi
4. MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY (Permintaan)
Langkah dalam pengaplikasian model pembelajaran tersebut yaitu :
 Menghadapkan masalah
Menjelaskan prosedur penelitian, menyajikan situasi yang saling bertentangan
 Menemukan masalah
Memeriksa hakikat objek dan kondisi yang dihadapi, memeriksa tampilnya masalah
 Mengkaji data dan Eksperimentasi
 Mengorganisasikan, merumuskan, dan menjelaskan
 Menganalisis proses penelitian untuk memperoleh prosedur yang lebih efektif
5. MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY (Penemuan)
Model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar
pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
6. MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING (Pemecahan Masalah)
Hakikat Proses Belajar Mengajar dan Komponennya | 14

Model Pembelajaran Problem Solving berorientasi pada investigasi dan penemuan yang
pada dasarnya adala pemecahan masalah.
Langkah-langkah pembelajaran problem solving :



Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang



berhubungan dengan masalah tersebut
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai,



misalnya laporan.
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

7. CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (Model Pembelajaran Kontekstual)
Konsep pembelajaran yang mendorong guru unuk menghubungkan antara materi
yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.

Hakikat Proses Belajar Mengajar dan Komponennya | 15

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan
munculnya perubahan perilaku mental karena adanya interaksi individu dengan lingkungan
yang disadari.
2. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi
perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
3.Model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu :
Expository Teaching-Receptive Learning (Model Ekspositori-Pembelajaran Reseptif), Student
Active Learning (Cara Belajar Siswa Aktif), Interactive Learning (Model Pembelajaran
Interaktif), Model Pembelajaran Inquiri, Pembelajaran Discovery, Model Pemecahan Masalah
(problem solving), dan Contextual Teaching and Learning (Model Pembelajaran Kontekstual).
3.2. SARAN
1.

Model pembelajaran yang tertuang dalam makalah ini termasuk model pelajaran yang
sifatanya konstruktif, artinya model pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif

2.

dalam proses belajar mengajar, dan ini termasuk yang dikehendaki kurikulum 2013.
Dengan menerapkan model pembelajaran pada setiap kegiatan belajar mengajar,
maka akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan akan bermuara kepada hasil dari

3.

penerapan model pembelajaran yang dimaksud.
Sehubungan dengan hasil penulisan makalah ini, penulis menyarankan kepada para
pembaca agar diadakan pengkajian lanjutan yang berjudul sama dengan makalah ini, agar
ditemukan pengertian dari hakekat belajar dan pembelajaran yang lebih baik.

REFERENSI
Rooijakkers, Ad. (1991). Mengajar dengan Sukses. Jakarta : PT. Gramedia
Ibrahim, R. & S, Syaodih Nana. (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Fathurrohman, Pupuh & Sutikno, M Sobry. (2009). Strategi Belajar Mengajar melalui
Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung : PT. Refika Aditama
Hakikat Proses Belajar Mengajar dan Komponennya | 16

Hakikat Proses Belajar Mengajar dan Komponennya | 17

Dokumen yang terkait

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

ANALISIS PROSES PENYUSUNAN PLAN OF ACTION (POA) PADA TINGKAT PUSKESMAS DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2007

6 120 23

EVALUASI IN VITRO ANTIOKSIDAN SENYAWA FENOL BIJI MELINJO (Gnetum gnemon L.) SELAMA PROSES PENGOLAHAN EMPING MELINJO BERDASARKAN SNI 01-3712-1995

4 111 16

HUBUNGAN ANTARA KONDISI EKONOMI WARGA BELAJAR KEJAR PAKET C DENGAN AKTIVITAS BELAJAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 100 15

Penerapan strategi produk dalam upaya meningkatkan penjualan pada CV.Suka Setia Putra Jaya Rancaekek

9 56 47

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62