Filsafat Ilmu Kajian Filosofis atas Seja
FILSAFAT ILMU
Kajian Filosofis atas Sejarah dan Metodologi
Ilmu Pengetahuan
UU No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
Fungsi dan Sifat hak Cipta Pasal 2
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak
Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang
timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa
mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Hak Terkait Pasal 49
1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang
pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau
menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah),
atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,
atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
ii
FILSAFAT ILMU
Kajian Filosofis atas Sejarah dan Metodologi
Ilmu Pengetahuan
Yeremias Jena
iii
Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman
Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581
Telp/Faks: (0274) 4533427
Website: www.deepublish.co.id
www.penerbitdeepublish.com
E-mail: [email protected]
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
JENA, Yeremias
Filsafat Ilmu: Kajian Filosofis atas Sejarah dan Metodologi Ilmu
Pengetahuan/oleh Yeremias Jena.--Ed.1, Cet. 1--Yogyakarta:
Deepublish, Juli 2015.
xviii, 267 hlm.; Uk:17.5x25 cm
ISBN 978-Nomor ISBN
1. Teori Filsafat
I. Judul
101
Desain cover : Unggul Pebri Hastanto
Penata letak : Dyah Wuri Handayani
PENERBIT DEEPUBLISH
(Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)
Anggota IKAPI (076/DIY/2012)
Copyright © 2015 by Deepublish Publisher
All Right Reserved
Isi diluar tanggung jawab percetakan
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.
iv
KATA PENGANTAR
L
ebih dari sepuluh tahun sudah saya mengajar Filsafat Ilmu pada
level sarjana, terutama di Fakultas Psikologi. Saya teringat
sebelas tahun lalu seorang rekan mengundang saya mengajar
ilmu ini di Fakultas Psikologi Gunadarma di Depok. Harus diakui,
pengalaman ini tidak hanya mendorong saya meminati filsafat ilmu,
tetapi juga ikut memikirkan relevansi pengajaran filsafat ilmu bagi
seorang calon sarjana ilmu psikologi. Beberapa bab awal dari buku ini
sebetulnya sudah mulai dipikirkan pada periode ini.
Tahun 2009 adalah tahun keberuntungan saya. Di tahun inilah
saya diterima masuk menjadi dosen tetap di Universitas Katolik
Indonesia Atma Jaya dengan home base di Fakultas Kedokteran. Minat
dan kuliah-kuliah filsafat di Universitas ini sangat diberi tempat, dan
itulah yang menyemangati saya untuk terus berkiprah dan
mengembangkan ilmu filsafat di Indonesia. Apalagi ketika diberi
kesempatan mengajar di Fakultas Psikologi Atma Jaya, minat terhadap
filsafat ilmu yang mulai bertumbuh beberapa tahun sebelumnya,
akhirnya menemukan lahannya yang subur untuk bertumbuh.
Demikianlah, di Fakultas Psikologi Universitas Katolik Atma
Jayalah sebagian besar isi buku ini ditulis dan diperkaya. Ini tidak
terlepas dari peran serta para mahasiswa. Saya selalu takjub dan
kagum dengan mahasiswa yang berusaha menampilkan terbaik dalam
setiap presentasi dan penulisan makalah filsafat ilmu, meskipun
mereka bukan mahasiswa filsafat. Dan harus saya akui, beberapa
makalah mahasiswa memiliki kualitas yang tidak kalah dengan
mahasiswa fakultas filsafat. Tentu peran dosen paralel seperti Dr. Phil.
Mikhael Dua dan Drs. Agustinus Marsup, M.Hum yang menjadi rekan
diskusi dan berbagi pemahaman di Fakultas Psikologi Atma Jaya tidak
bisa diabaikan. Terutama untuk Dr. Phil. Mikhael Dua, dengan
pemahamannya yang mendalam dan luas serta pengalamannya
mengajar filsafat ilmu selama belasan tahun, tidak berlebihan jika saya
mengatakan bahwa pemikiran Beliau ikut mewarnai cara berfilsafat
saya, terutama menyangkut refleksi filosofis atas ilmu pengetahuan.
v
Beberapa bab dari buku ini sebetulnya sudah saya tulis sejak
tahun 2005, tetapi kemudian digarap secara serius dan menjadi
lengkap sebagai bahan ajar setelah saya kembali dari studi Master
Bioetika di Eropa dan mulai mengajar Filsafat Ilmu di Fakultas
Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya di tahun 2011.
Harus diakui, naskah ini tidak pernah diterbitkan oleh penerbit mana
pun sampai tahun 2014 Dirjen Pendidikan Tinggi di Kementerian
Pendidkan dan Kebudayaan membuka Hibah Penulisan Buku
Perguruan Tinggi. Karena sudah siap dengan seluruh kelengkapan,
naskah ini pun akhirnya saya ajukan untuk bersaing dalam hibah
tersebut, dan akhirnya dipilih sebagai salah satu naskah penerima
hibah buku ajar, berdasarkan Pengumuman Hasil Seleksi Program
Hibah Penulisan Buku Teks Perguruan Tinggi Tahun 2014, nomor
2744/E5.4/HP/2014,
tertanggal
11
September
2014
(http://simlitabmas.
dikti.go.id/fileUpload/pengumuman/DaftarPenerima
-Hibah-Penulisan-Buku-Teks-Tahun-2014.pdf).
Hibah
Penulisan Buku Teks Perguruan Tinggi ini tidak hanya memicu karya
lebih lanjut, tetapi juga pengakuan atas bidang keilmuan yang saya
geluti selama ini.
Dengan begitu, saya mau mengucapkan banyak terima kasih
kepada Dirjen Dikti yang sudah membuka program Hibah Penulisan
Buku Perguruan Tinggi sehingga saya bisa mengajukan naskah ini
untuk dilombakan dan akhirnya terpilih sebagai salah satu penerima
hibah. Saya juga berterima kasih kepada Dr. Phil. Mikhael Dua atas
berbagai diskusi filosofis seputar filsafat ilmu. Mahasiswa-mahasiswa
fakultas psikologi Atma Jaya sejak tahun 2011 adalah guru-guru saya.
Dalam kesederhanaan cara berpikir saya sering menemukan hal-hal
filosofis yang tidak terduga, yang terus mendorong saya untuk
berfilsafat. Terima kasih juga saya sampaikan kepada Dr. Phil. Juliana
Murniati, Dekan Fakultas Psikologi yang telah mengundang saya
mengajar di Fakultas Psikologi dan terus mendukung seluruh kuliah
filsafat di fakultas tersebut. Saya juga berterima kasih kepada Dr.dr.
Soegianto Ali, M.Med.Sc, Dekan Fakultas Kedokteran Atma Jaya,
tempat saya bekerja, yang selalu mendukung dan memberikan
kesempatan kepada saya untuk mengajar mata kuliah filsafat di
fakultas lain di lingkungan Unika Atma Jaya. Akhirnya, saya
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Wahyu Wibowo yang telah
vi
bersedia menjadi Pendamping Ahli selama finalisasi naskah ini
sebagaimana dimintakan Dirjen Dikti.
Dua perempuan penting dalam hidup saya pantas disebutkan
namanya dan mendapatkan hormat dan terima kasih saya. Merekalah
Veronica Wangun Koban (istri) dan Cecilia Angeline de Urupia (anak).
Dengan caranya masing-masing, mereka telah dan selalu akan
mendukung karya saya, baik dalam pengembangan pemikiran
maupun pengajaran.
Karya sederhana ini masih jauh dari memadai. Berbagai
kesalahan persepsi atau penarikan kesimpulan yang mungkin masih
terdapat dalam buku ini kiranya dikembalikan kepada
ketidakcermatan saya. Menyadari berbagai kekurangan itu, saya
dengan senang hati menyambut semua kritik dan masukan
membangun demi penyempurnaan buku ini ke depan.
Pluit, 25 April 2014
Penulis
vii
viii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
PENDAHULUAN ......................................................................................... xiii
Bab 1
Dari Filsafat Pengetahuan ke Filsafat Ilmu
Pengetahuan .................................................................................. 1
1.1.
Filsafat: Bermula dan Berakhir dengan Pertanyaan ..................... 2
1.2.
Sumber-Sumber Filsafat .............................................................................. 7
1.3.
Cabang-Cabang Filsafat ............................................................................. 10
1.4.
Dari Pengetahuan ke Ilmu Pengetahuan .......................................... 12
1.5.
Mengapa Belajar Filsafat Ilmu Pengetahuan? ................................ 15
Bab 2
Problem Fakta: Antara Keyakinan dan
Objektivitas................................................................................. 21
2.1.
Fakta dan Kepercayaan ............................................................................. 22
2.2.
Pengetahuan dan Jenis-jenisnya........................................................... 27
2.3.
Skeptisisme...................................................................................................... 32
Bab 3
Batas Ilmu Pengetahuan dan Bukan Ilmu
Pengetahuan ............................................................................... 39
3.1.
Letak Perdebatan.......................................................................................... 42
3.2.
Mengidentifikasi Pseudosains ............................................................... 46
3.3.
Tantangan Pseudosains Dewasa Ini ................................................... 52
3.4.
Penutup: Adakah Batas Sains-Bukan Sains?................................... 54
Bab 4
Mendefinisikan Ilmu Pengetahuan ...................................... 57
4.1.
Definisi dan Duduk Persoalan ................................................................ 58
4.2.
Aspek-aspek dan Pengandaian Ilmu Pengetahuan ..................... 66
4.3.
Cabang-cabang Ilmu Pengetahuan ...................................................... 68
4.4.
Alasan Mempelajari Ilmu Pengetahuan ............................................ 69
4.5.
Penutup ............................................................................................................. 75
ix
Bab 5
Pemikiran Yunani Kuno dan Abad Pertengahan
tentang Ilmu Pengetahuan ...................................................... 77
5.1.
Kegiatan Mengetahui.................................................................................. 79
5.2.
Sains Ideal orang Yunani .......................................................................... 81
5.3.
Model Geosentrisme Yunani................................................................... 85
5.4.
Kegagalan Model Sains Konseptualis tentang Alam .................. 89
5.5.
Abad Pertengahan Membela Sains Ideal Aristoteles ................. 97
Bab 6
Realisme Ilmiah dan Revolusi Kopernicus ......................... 99
6.1.
Masalah Nominalisme, Realisme, dan Idealisme .......................100
6.2.
Sumbangan Revolusi Kopernikan .....................................................112
Bab 7
Polemik Sains di abad ke-17-18 dan Positivisme
Logis ............................................................................................123
7.1.
Solusi Para Ilmuwan .................................................................................124
7.2.
Posisi Positivisme Logis dalam Sains...............................................130
7.3.
Kritik Terhadap Kaum Positivis Logis.............................................136
Bab 8
Dimensi Dinamis Ilmu Pengetahuan ..................................141
8.1.
Kemunduran Positivisme.......................................................................142
8.2.
Ilmu Pengetahuan PascaPositivisme Logis...................................145
8.3.
Mengkritik Thomas S. Kuhn..................................................................152
8.4.
Penutup ...........................................................................................................165
Bab 9
Metodologi Ilmu Pengetahuan .............................................169
9.1.
Rasionalisme Versus Empirisme........................................................170
9.2.
Empirisme versus Rasionalisme ........................................................175
9.3.
Sintesa Pengetahuan Apriori dan Aposteriori:
Immanuel Kant ............................................................................................178
9.4.
Metode-Metode Keilmuan .....................................................................182
9.5.
Penutup: Kritik Terhadap Metode Keilmuan...............................186
Bab 10 Kebenaran dan Teori Ilmiah ................................................189
10.1. Tiga Teori Kebenaran ..............................................................................190
10.2. Teori Ilmiah dan Pembuktiannya ......................................................202
10.3. Status Teori-teori: Realisme dan Anti Realisme ........................205
10.4. Penutup ...........................................................................................................214
x
Bab 11 Ilmu dan Nilai-nilai Kemanusiaan ...................................... 217
11.1. Ilmuwan di Menara Gading .................................................................. 218
11.2. Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan ....................................................... 226
11.3. Komitmen Moral Para Ilmuwan......................................................... 230
11.4. Penutup .......................................................................................................... 237
Bab 12 Pentingnya Demokratisasi dalam Teknologi .................. 239
12.1. Pokok Persoalan: Demokrasi Kehilangan Kekuatan di
(adapan Kemenangan Teknologi ................................................. 242
12.2. Determinisme Teknologis ..................................................................... 247
12.3. Apa Itu Teknologi dan Pentingnya Demokratisasi
Teknologi ....................................................................................................... 251
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 259
GLOSARIUM............................................................................................... 263
TENTANG PENULIS .................................................................................. 271
xi
xii
PENDAHULUAN
S
elain dipelajari di sekolah tinggi atau Fakultas Filsafat, filsafat
ilmu juga dipelajari oleh mahasiswa Fakultas Psikologi. Program
studi pascasarjana, terutama program studi doktor pasti
mempelajari filsafat ilmu. Apakah filsafat ilmu itu sehingga harus
dipelajari? Lalu, jika buku ini membahas persoalan-persoalan seputar
filsafat ilmu, apa relevansi dan sumbangannya bagi studi dan
pengembangan ilmu-ilmu?
Secara sederhana harus dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah
cabang dari ilmu filsafat yang mempelajari dasar atau fundamen,
metode, dan implikasi dari sains. Persoalan utama yang hendak
diangkat filsafat ilmu pengetahuan sebenarnya adalah bagaimana
mengkaji atau merefleksikan secara filosofis unsur-unsur hakiki dari
reliabilitas teori-teori ilmiah dan tujuan-tujuan yang hendak
diwujudkan ilmu pengetahuan. Pertama, sejauh reliabilitas teori
ilmiah mempersoalkan bagaimana sebuah teori tidak hanya mampu
memecahkan masalah dan memprediksi di masa lampau tetapi juga
keterandalannya di masa depan, maka filsafat ilmu sebetulnya
menguji metodologi keilmuan seperti apa yang membuatnya bersifat
reliabel. Dalam arti itu, filsafat ilmu lalu mendiskusikan metodemetode keilmuan, bagaimana metode keilmuan tersebut dipraktikkan
sehingga bisa menghasilkan teori dan hukum ilmiah, apa kelebihan
dan kekurangan metodologi keilmuan tersebut? Pertanyaanpertanyaan lain yang juga menarik dalam rangka realibilitas teori
ilmiah adalah sejauh mana metodologi ilmiah dapat menghasilkan
kebenaran. Untuk hal yang terakhir ini, pertanyaan filosofis yang jauh
lebih sulit adalah apakah ilmu pengetahuan dapat mencapai atau
menghasilkan kebenaran?
Kedua, filsafat ilmu juga mengkaji atau mendiskusikan secara
filosofis apa tujuan ilmu pengetahuan. Perdebatan dalam konteks
tujuan ilmu pengetahuan terletak pada apakah ilmu pengetahuan
memiliki tujuan praktis tertentu yang ingin diwujudkan demi sesuatu
di luar dirinya, misalnya demi kesejahteraan masyarakat? Meskipun
dewasa ini semakin diterima sebagai bagian hakiki ilmu pengetahuan,
xiii
bahwa pengembangan ilmu pengetahuan tidak bisa dilakukan di
menara gading, kenyataan bahwa secara historis muncul
kecenderungan ilmuwan yang mau membebaskan diri dari tanggung
jawab memajukan masyarakat tetap menjadi tema menarik yang
harus didiskusikan secara filosofis. Selain itu, tidak boleh dilupakan
bahwa tetap saja muncul godaan di kalangan ilmuwan sendiri untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan tanpa mempedulikan dampak
yang akan dihasilkan bagi masyarakat. Kajian filosofis atas persoalan
ini menyasar pada pentingnya menanamkan sikap kritis generasi
muda dan para ilmuwan sendiri, bahwa praktik ilmu pengetahuan
tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab sosial memajukan dan
menyejahterakan masyarakat.
Selain kedua ranah filsafat ilmu pengetahuan tersebut, masih
bisa ditambahkan ranah atau ruang lingkup kajian lainnya dari filsafat
ilmu. Ranah lain yang juga menarik – dan ini aspek ketiga – adalah
diskusi filosofis seputar sejarah perkembangan ilmu pengetahuan.
Kajian filosofis atas aspek ini sebetulnya ingin melihat secara kritis
bagaimana ilmu pengetahuan berkembang dalam sejarah. Relevansi
kajian ini terletak pada bagaimana ilmu pengetahuan tidak hanya
berkembang dalam historisitas tertentu, tetapi juga dipengaruhi oleh
sejauh mana kesadaran keilmiahan manusia berkembang. Di akhir
dari kajian ini kita semakin menyadari betapa para ilmuwan saling
belajar satu sama lain, saling mengkritik dan mengoreksi untuk
mencapai hipotesis dan teori ilmiah yang penjelasannya mengenai
realitas semakin mendekati kebenaran.
Keempat, filsafat ilmu juga membuka diskursus filosofis atas
ilmu-ilmu dan hubungan mereka dengan agama dan religiositas.
Persoalan yang diangkat adalah bagaimana menguji secara filosofis
klaim ilmuwan dan ilmu pengetahuan tertentu yang menolak atau
menegasikan eksistensi Tuhan. Apakah ilmu dengan metodologinya
yang ketat dan rigoris itu dapat menyimpulkan bahwa Tuhan tidak
ada? Sejauh mana klaim ini dapat dipertanggungjawabkan? Selain itu,
kalau pun ilmuwan atau ilmu pengetahuan tertentu mengklaim bahwa
ilmu pengetahuan dapat menyingkap misteri eksistensi Allah, sejauh
manakah klaim ini bisa dipertanggungjawabkan secara rasional?
Apakah ilmu pengetahuan dapat begitu saja menghambakan diri dan
xiv
menjadi alat teologi? Atau, apakah ilmu pengetahuan begitu saja
melepaskan diri dari pengaruh teologi?
***
Tiga dari empat tema besar filsafat ilmu didiskusikan secara
mendalam dalam buku ini. Persoalan reliabilitas teori ilmiah dalam
arti sejauh mana tingkat keterandalan sebuah teori ilmiah dalam
menjelaskan realitas didiskusikan terutama dalam bab-bab mengenai
metodologi keilmuan (bab 9) dan problem kebenaran (bab 10).
Problem tujuan ilmu pengetahuan didiskusikan secara mendalam
dalam bab mengenai ilmu dan nilai kemanusiaan (bab 11). Sementara
bagaimana ilmu pengetahuan didiskusikan dalam perspektif sejarah
didiskusikan secara filosofis dalam bab-bab mengenai sains dalam
budaya Yunani Kuno (bab 5), revolusi kopernikus (bab 6), sains abad
17-18 (bab 7), sains abad ke-19 dan melampaui positivisme abad 19
(bab 8). Tema keempat, yakni relasi ilmu pengetahuan dengan agama
memang tidak menjadi bagian pembahasan buku ini. Meskipun
demikian, menunjukkan keterbatasan ilmu pengetahuan dalam
menjelaskan realitas seperti ditunjukkan dalam kritik terhadap
positivisme, kritik terhadap teknologi, kritik terhadap keterbatasan
metodologi ilmiah justru membuka jalan bagi diskursus agama dan
ilmu pengetahuan.
Buku ini diberi judul Filsafat Ilmu: Kajian atas Sejarah dan
Metodologi Ilmu Pengetahuan. Sebagaimana tampak dari rancangan
bab-bab dalam buku ini, kajian historis mengambil porsi yang cukup
besar dalam buku ini, terutama dalam bab-bab mengenai pemikiran
Yunani Kuno mengenai sains (bab 5), problem realisme ilmiah dan
Revolusi Kopernikus (bab 6), polemik sains di abad 17 dan 18 (bab 7),
dan kritik terhadap positivisme di bab 8. Kajian ini bertujuan untuk
menunjukkan betapa ilmu pengetahuan berkembang dalam sejarah
dan budaya tertentu. Dalam arti itu, kecenderungan ilmu pengetahuan
yang ingin membebaskan diri dari tanggung jawab sosial seharusnya
tidak diberi tempat.
Buku ini diawali dengan upaya mendefinisikan filsafat, filsafat
pengetahuan dan filsafat ilmu pengetahuan (bab 1). Sebagai
pengantar, bab ini membantu pembaca menangkap cita rasa filsafat
dalam konteks refleksi filosofis mengenai ilmu pengetahuan. Diskusi
xv
selanjutnya di bab 2 hendak mempersoalkan masalah fakta dan
bukan fakta (bab 2). Jika ilmu pengetahuan berpretensi mempelajari
fakta atau fenomena, kita harus memahami seperti apa definisi ilmiah
atas fakta atau fenomena tersebut? Kita tahu, definisi yang sangat
mementingkan objek sejauh diobservasi hanya akan mereduksikan
ilmu pengetahuan kepada sifatnya yang positivistik. Dan ini yang
didiskusikan lebih lanjut dalam bab 8 buku ini.
Salah satu tema filsafat ilmu yang belum pernah disinggung di
atas adalah problem mendefinisikan ilmu pengetahuan. Apa yang
dimaksudkan dengan ilmu pengetahuan? Seperti apakah watak atau
karakternya? Bab 3 dan bab 4 buku ini mencoba menjawab
pertanyaan-pertanyaan ini. Bab 3 mengangkat problem bagaimana
menentukan demarkasi atau batas antara sains dan non-sains.
Pembatasan ini sendiri tentu bermasalah karena menyembunyikan
kepentingan ideologis tertentu. Persoalannya, apakah kebenaran atau
penjelasan atas realitas hanya bisa diberikan oleh ilmu pengetahuan?
Lalu, apa yang dimaksudkan dengan wilayah non-sains? Apakah ilmu
pengetahuan sosial, kajian budaya, atau sastra disebut sebagai nonsains? Berbagai kriteria mengenai demarkasi ini akan didiskusikan
secara mendalam dalam bab ini.
Uraian di bab 3 antara lain menegaskan bahwa upaya
menjelaskan realitas tidak seharusnya dimonopoli oleh ilmu
pengetahuan alam. Dan ini nampak jelas dalam diskusi mengenai apa
itu ilmu pengetahuan di bab 4. Mendefinisikan ilmu pengetahuan
secara proporsional dan mengenai watak-wataknya ternyata dapat
membantu kita menyadari wilayah-wilayah atau fenomena seperti
apakah yang sebetulnya tidak bisa dipahami dan dijelaskan ilmu
pengetahuan. Dalam arti itu, kita semakin menyadari keterbatasan
ilmu pengetahuan itu sendiri. Jika ilmu pengetahuan sendiri sudah
bersifat terbatas, bagaimana mungkin dia bisa mengklaim diri sebagai
satu-satunya sumber pengetahuan yang benar?
Sebagaimana sudah dideskripsikan di atas, bab 5–8 buku ini
membahas ilmu pengetahuan dari perspektif sejarah. Meskipun tidak
lengkap, bab-bab ini memberikan kekayaan perspektif untuk melihat
bagaimana ilmu pengetahuan berkembang secara evolutif dalam
sejarah. Uraian kemudian dilanjutkan dengan membahas reliabilitas
ilmu pengetahuan (bab 9 dan bab 10), lalu tanggung jawab ilmu
xvi
pengetahuan dan ilmuwan (bab 11) sebelum akhirnya mengangkat
sebuah tema yang jarang didiskusikan dalam buku-buku filsafat ilmu
pengetahuan di tanah air, yakni tema demokratisasi teknologi (bab
12). Tema ini menarik lantaran kesadaran akan keterbatasan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu sendiri. Jika ilmu pengetahuan saja
bersifat terbatas, tentu teknologi pun bersifat terbatas. Keterbatasan
teknologi ini seharusnya memicu kesadaran etis untuk membatasi
penggunaan teknologi, terutama teknologi-teknologi yang secara
eksplisit merugikan dan menghancurkan kehidupan manusia itu
sendiri. Salah satu cara membatasi aplikasi teknologi atau
menentukan rambu-rambu penggunaannya adalah dengan melibatkan
masyarakat dalam seluruh proses penerapan suatu teknologi. Inilah
yang disebut gerakan mendemokrasikan teknologi.
***
Tidak ada karya penulisan buku yang sudah sempurna sejak
awal, begitu pula buku ini. Inilah yang mendorong saya untuk selalu
terbuka, menerima kritik dan usulan, lalu akhirnya bersedia
memperkaya dan melengkapi buku ini. Jika masih ada satu harapan
tersisa, itu adalah optimisme bahwa buku ini dapat memicu lebih
lanjut perdebatan filosofis seputar ilmu pengetahuan di Republik
tercinta ini.
xvii
xviii
Kajian Filosofis atas Sejarah dan Metodologi
Ilmu Pengetahuan
UU No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
Fungsi dan Sifat hak Cipta Pasal 2
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak
Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang
timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa
mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Hak Terkait Pasal 49
1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang
pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau
menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah),
atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,
atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
ii
FILSAFAT ILMU
Kajian Filosofis atas Sejarah dan Metodologi
Ilmu Pengetahuan
Yeremias Jena
iii
Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman
Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581
Telp/Faks: (0274) 4533427
Website: www.deepublish.co.id
www.penerbitdeepublish.com
E-mail: [email protected]
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
JENA, Yeremias
Filsafat Ilmu: Kajian Filosofis atas Sejarah dan Metodologi Ilmu
Pengetahuan/oleh Yeremias Jena.--Ed.1, Cet. 1--Yogyakarta:
Deepublish, Juli 2015.
xviii, 267 hlm.; Uk:17.5x25 cm
ISBN 978-Nomor ISBN
1. Teori Filsafat
I. Judul
101
Desain cover : Unggul Pebri Hastanto
Penata letak : Dyah Wuri Handayani
PENERBIT DEEPUBLISH
(Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)
Anggota IKAPI (076/DIY/2012)
Copyright © 2015 by Deepublish Publisher
All Right Reserved
Isi diluar tanggung jawab percetakan
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.
iv
KATA PENGANTAR
L
ebih dari sepuluh tahun sudah saya mengajar Filsafat Ilmu pada
level sarjana, terutama di Fakultas Psikologi. Saya teringat
sebelas tahun lalu seorang rekan mengundang saya mengajar
ilmu ini di Fakultas Psikologi Gunadarma di Depok. Harus diakui,
pengalaman ini tidak hanya mendorong saya meminati filsafat ilmu,
tetapi juga ikut memikirkan relevansi pengajaran filsafat ilmu bagi
seorang calon sarjana ilmu psikologi. Beberapa bab awal dari buku ini
sebetulnya sudah mulai dipikirkan pada periode ini.
Tahun 2009 adalah tahun keberuntungan saya. Di tahun inilah
saya diterima masuk menjadi dosen tetap di Universitas Katolik
Indonesia Atma Jaya dengan home base di Fakultas Kedokteran. Minat
dan kuliah-kuliah filsafat di Universitas ini sangat diberi tempat, dan
itulah yang menyemangati saya untuk terus berkiprah dan
mengembangkan ilmu filsafat di Indonesia. Apalagi ketika diberi
kesempatan mengajar di Fakultas Psikologi Atma Jaya, minat terhadap
filsafat ilmu yang mulai bertumbuh beberapa tahun sebelumnya,
akhirnya menemukan lahannya yang subur untuk bertumbuh.
Demikianlah, di Fakultas Psikologi Universitas Katolik Atma
Jayalah sebagian besar isi buku ini ditulis dan diperkaya. Ini tidak
terlepas dari peran serta para mahasiswa. Saya selalu takjub dan
kagum dengan mahasiswa yang berusaha menampilkan terbaik dalam
setiap presentasi dan penulisan makalah filsafat ilmu, meskipun
mereka bukan mahasiswa filsafat. Dan harus saya akui, beberapa
makalah mahasiswa memiliki kualitas yang tidak kalah dengan
mahasiswa fakultas filsafat. Tentu peran dosen paralel seperti Dr. Phil.
Mikhael Dua dan Drs. Agustinus Marsup, M.Hum yang menjadi rekan
diskusi dan berbagi pemahaman di Fakultas Psikologi Atma Jaya tidak
bisa diabaikan. Terutama untuk Dr. Phil. Mikhael Dua, dengan
pemahamannya yang mendalam dan luas serta pengalamannya
mengajar filsafat ilmu selama belasan tahun, tidak berlebihan jika saya
mengatakan bahwa pemikiran Beliau ikut mewarnai cara berfilsafat
saya, terutama menyangkut refleksi filosofis atas ilmu pengetahuan.
v
Beberapa bab dari buku ini sebetulnya sudah saya tulis sejak
tahun 2005, tetapi kemudian digarap secara serius dan menjadi
lengkap sebagai bahan ajar setelah saya kembali dari studi Master
Bioetika di Eropa dan mulai mengajar Filsafat Ilmu di Fakultas
Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya di tahun 2011.
Harus diakui, naskah ini tidak pernah diterbitkan oleh penerbit mana
pun sampai tahun 2014 Dirjen Pendidikan Tinggi di Kementerian
Pendidkan dan Kebudayaan membuka Hibah Penulisan Buku
Perguruan Tinggi. Karena sudah siap dengan seluruh kelengkapan,
naskah ini pun akhirnya saya ajukan untuk bersaing dalam hibah
tersebut, dan akhirnya dipilih sebagai salah satu naskah penerima
hibah buku ajar, berdasarkan Pengumuman Hasil Seleksi Program
Hibah Penulisan Buku Teks Perguruan Tinggi Tahun 2014, nomor
2744/E5.4/HP/2014,
tertanggal
11
September
2014
(http://simlitabmas.
dikti.go.id/fileUpload/pengumuman/DaftarPenerima
-Hibah-Penulisan-Buku-Teks-Tahun-2014.pdf).
Hibah
Penulisan Buku Teks Perguruan Tinggi ini tidak hanya memicu karya
lebih lanjut, tetapi juga pengakuan atas bidang keilmuan yang saya
geluti selama ini.
Dengan begitu, saya mau mengucapkan banyak terima kasih
kepada Dirjen Dikti yang sudah membuka program Hibah Penulisan
Buku Perguruan Tinggi sehingga saya bisa mengajukan naskah ini
untuk dilombakan dan akhirnya terpilih sebagai salah satu penerima
hibah. Saya juga berterima kasih kepada Dr. Phil. Mikhael Dua atas
berbagai diskusi filosofis seputar filsafat ilmu. Mahasiswa-mahasiswa
fakultas psikologi Atma Jaya sejak tahun 2011 adalah guru-guru saya.
Dalam kesederhanaan cara berpikir saya sering menemukan hal-hal
filosofis yang tidak terduga, yang terus mendorong saya untuk
berfilsafat. Terima kasih juga saya sampaikan kepada Dr. Phil. Juliana
Murniati, Dekan Fakultas Psikologi yang telah mengundang saya
mengajar di Fakultas Psikologi dan terus mendukung seluruh kuliah
filsafat di fakultas tersebut. Saya juga berterima kasih kepada Dr.dr.
Soegianto Ali, M.Med.Sc, Dekan Fakultas Kedokteran Atma Jaya,
tempat saya bekerja, yang selalu mendukung dan memberikan
kesempatan kepada saya untuk mengajar mata kuliah filsafat di
fakultas lain di lingkungan Unika Atma Jaya. Akhirnya, saya
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Wahyu Wibowo yang telah
vi
bersedia menjadi Pendamping Ahli selama finalisasi naskah ini
sebagaimana dimintakan Dirjen Dikti.
Dua perempuan penting dalam hidup saya pantas disebutkan
namanya dan mendapatkan hormat dan terima kasih saya. Merekalah
Veronica Wangun Koban (istri) dan Cecilia Angeline de Urupia (anak).
Dengan caranya masing-masing, mereka telah dan selalu akan
mendukung karya saya, baik dalam pengembangan pemikiran
maupun pengajaran.
Karya sederhana ini masih jauh dari memadai. Berbagai
kesalahan persepsi atau penarikan kesimpulan yang mungkin masih
terdapat dalam buku ini kiranya dikembalikan kepada
ketidakcermatan saya. Menyadari berbagai kekurangan itu, saya
dengan senang hati menyambut semua kritik dan masukan
membangun demi penyempurnaan buku ini ke depan.
Pluit, 25 April 2014
Penulis
vii
viii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
PENDAHULUAN ......................................................................................... xiii
Bab 1
Dari Filsafat Pengetahuan ke Filsafat Ilmu
Pengetahuan .................................................................................. 1
1.1.
Filsafat: Bermula dan Berakhir dengan Pertanyaan ..................... 2
1.2.
Sumber-Sumber Filsafat .............................................................................. 7
1.3.
Cabang-Cabang Filsafat ............................................................................. 10
1.4.
Dari Pengetahuan ke Ilmu Pengetahuan .......................................... 12
1.5.
Mengapa Belajar Filsafat Ilmu Pengetahuan? ................................ 15
Bab 2
Problem Fakta: Antara Keyakinan dan
Objektivitas................................................................................. 21
2.1.
Fakta dan Kepercayaan ............................................................................. 22
2.2.
Pengetahuan dan Jenis-jenisnya........................................................... 27
2.3.
Skeptisisme...................................................................................................... 32
Bab 3
Batas Ilmu Pengetahuan dan Bukan Ilmu
Pengetahuan ............................................................................... 39
3.1.
Letak Perdebatan.......................................................................................... 42
3.2.
Mengidentifikasi Pseudosains ............................................................... 46
3.3.
Tantangan Pseudosains Dewasa Ini ................................................... 52
3.4.
Penutup: Adakah Batas Sains-Bukan Sains?................................... 54
Bab 4
Mendefinisikan Ilmu Pengetahuan ...................................... 57
4.1.
Definisi dan Duduk Persoalan ................................................................ 58
4.2.
Aspek-aspek dan Pengandaian Ilmu Pengetahuan ..................... 66
4.3.
Cabang-cabang Ilmu Pengetahuan ...................................................... 68
4.4.
Alasan Mempelajari Ilmu Pengetahuan ............................................ 69
4.5.
Penutup ............................................................................................................. 75
ix
Bab 5
Pemikiran Yunani Kuno dan Abad Pertengahan
tentang Ilmu Pengetahuan ...................................................... 77
5.1.
Kegiatan Mengetahui.................................................................................. 79
5.2.
Sains Ideal orang Yunani .......................................................................... 81
5.3.
Model Geosentrisme Yunani................................................................... 85
5.4.
Kegagalan Model Sains Konseptualis tentang Alam .................. 89
5.5.
Abad Pertengahan Membela Sains Ideal Aristoteles ................. 97
Bab 6
Realisme Ilmiah dan Revolusi Kopernicus ......................... 99
6.1.
Masalah Nominalisme, Realisme, dan Idealisme .......................100
6.2.
Sumbangan Revolusi Kopernikan .....................................................112
Bab 7
Polemik Sains di abad ke-17-18 dan Positivisme
Logis ............................................................................................123
7.1.
Solusi Para Ilmuwan .................................................................................124
7.2.
Posisi Positivisme Logis dalam Sains...............................................130
7.3.
Kritik Terhadap Kaum Positivis Logis.............................................136
Bab 8
Dimensi Dinamis Ilmu Pengetahuan ..................................141
8.1.
Kemunduran Positivisme.......................................................................142
8.2.
Ilmu Pengetahuan PascaPositivisme Logis...................................145
8.3.
Mengkritik Thomas S. Kuhn..................................................................152
8.4.
Penutup ...........................................................................................................165
Bab 9
Metodologi Ilmu Pengetahuan .............................................169
9.1.
Rasionalisme Versus Empirisme........................................................170
9.2.
Empirisme versus Rasionalisme ........................................................175
9.3.
Sintesa Pengetahuan Apriori dan Aposteriori:
Immanuel Kant ............................................................................................178
9.4.
Metode-Metode Keilmuan .....................................................................182
9.5.
Penutup: Kritik Terhadap Metode Keilmuan...............................186
Bab 10 Kebenaran dan Teori Ilmiah ................................................189
10.1. Tiga Teori Kebenaran ..............................................................................190
10.2. Teori Ilmiah dan Pembuktiannya ......................................................202
10.3. Status Teori-teori: Realisme dan Anti Realisme ........................205
10.4. Penutup ...........................................................................................................214
x
Bab 11 Ilmu dan Nilai-nilai Kemanusiaan ...................................... 217
11.1. Ilmuwan di Menara Gading .................................................................. 218
11.2. Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan ....................................................... 226
11.3. Komitmen Moral Para Ilmuwan......................................................... 230
11.4. Penutup .......................................................................................................... 237
Bab 12 Pentingnya Demokratisasi dalam Teknologi .................. 239
12.1. Pokok Persoalan: Demokrasi Kehilangan Kekuatan di
(adapan Kemenangan Teknologi ................................................. 242
12.2. Determinisme Teknologis ..................................................................... 247
12.3. Apa Itu Teknologi dan Pentingnya Demokratisasi
Teknologi ....................................................................................................... 251
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 259
GLOSARIUM............................................................................................... 263
TENTANG PENULIS .................................................................................. 271
xi
xii
PENDAHULUAN
S
elain dipelajari di sekolah tinggi atau Fakultas Filsafat, filsafat
ilmu juga dipelajari oleh mahasiswa Fakultas Psikologi. Program
studi pascasarjana, terutama program studi doktor pasti
mempelajari filsafat ilmu. Apakah filsafat ilmu itu sehingga harus
dipelajari? Lalu, jika buku ini membahas persoalan-persoalan seputar
filsafat ilmu, apa relevansi dan sumbangannya bagi studi dan
pengembangan ilmu-ilmu?
Secara sederhana harus dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah
cabang dari ilmu filsafat yang mempelajari dasar atau fundamen,
metode, dan implikasi dari sains. Persoalan utama yang hendak
diangkat filsafat ilmu pengetahuan sebenarnya adalah bagaimana
mengkaji atau merefleksikan secara filosofis unsur-unsur hakiki dari
reliabilitas teori-teori ilmiah dan tujuan-tujuan yang hendak
diwujudkan ilmu pengetahuan. Pertama, sejauh reliabilitas teori
ilmiah mempersoalkan bagaimana sebuah teori tidak hanya mampu
memecahkan masalah dan memprediksi di masa lampau tetapi juga
keterandalannya di masa depan, maka filsafat ilmu sebetulnya
menguji metodologi keilmuan seperti apa yang membuatnya bersifat
reliabel. Dalam arti itu, filsafat ilmu lalu mendiskusikan metodemetode keilmuan, bagaimana metode keilmuan tersebut dipraktikkan
sehingga bisa menghasilkan teori dan hukum ilmiah, apa kelebihan
dan kekurangan metodologi keilmuan tersebut? Pertanyaanpertanyaan lain yang juga menarik dalam rangka realibilitas teori
ilmiah adalah sejauh mana metodologi ilmiah dapat menghasilkan
kebenaran. Untuk hal yang terakhir ini, pertanyaan filosofis yang jauh
lebih sulit adalah apakah ilmu pengetahuan dapat mencapai atau
menghasilkan kebenaran?
Kedua, filsafat ilmu juga mengkaji atau mendiskusikan secara
filosofis apa tujuan ilmu pengetahuan. Perdebatan dalam konteks
tujuan ilmu pengetahuan terletak pada apakah ilmu pengetahuan
memiliki tujuan praktis tertentu yang ingin diwujudkan demi sesuatu
di luar dirinya, misalnya demi kesejahteraan masyarakat? Meskipun
dewasa ini semakin diterima sebagai bagian hakiki ilmu pengetahuan,
xiii
bahwa pengembangan ilmu pengetahuan tidak bisa dilakukan di
menara gading, kenyataan bahwa secara historis muncul
kecenderungan ilmuwan yang mau membebaskan diri dari tanggung
jawab memajukan masyarakat tetap menjadi tema menarik yang
harus didiskusikan secara filosofis. Selain itu, tidak boleh dilupakan
bahwa tetap saja muncul godaan di kalangan ilmuwan sendiri untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan tanpa mempedulikan dampak
yang akan dihasilkan bagi masyarakat. Kajian filosofis atas persoalan
ini menyasar pada pentingnya menanamkan sikap kritis generasi
muda dan para ilmuwan sendiri, bahwa praktik ilmu pengetahuan
tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab sosial memajukan dan
menyejahterakan masyarakat.
Selain kedua ranah filsafat ilmu pengetahuan tersebut, masih
bisa ditambahkan ranah atau ruang lingkup kajian lainnya dari filsafat
ilmu. Ranah lain yang juga menarik – dan ini aspek ketiga – adalah
diskusi filosofis seputar sejarah perkembangan ilmu pengetahuan.
Kajian filosofis atas aspek ini sebetulnya ingin melihat secara kritis
bagaimana ilmu pengetahuan berkembang dalam sejarah. Relevansi
kajian ini terletak pada bagaimana ilmu pengetahuan tidak hanya
berkembang dalam historisitas tertentu, tetapi juga dipengaruhi oleh
sejauh mana kesadaran keilmiahan manusia berkembang. Di akhir
dari kajian ini kita semakin menyadari betapa para ilmuwan saling
belajar satu sama lain, saling mengkritik dan mengoreksi untuk
mencapai hipotesis dan teori ilmiah yang penjelasannya mengenai
realitas semakin mendekati kebenaran.
Keempat, filsafat ilmu juga membuka diskursus filosofis atas
ilmu-ilmu dan hubungan mereka dengan agama dan religiositas.
Persoalan yang diangkat adalah bagaimana menguji secara filosofis
klaim ilmuwan dan ilmu pengetahuan tertentu yang menolak atau
menegasikan eksistensi Tuhan. Apakah ilmu dengan metodologinya
yang ketat dan rigoris itu dapat menyimpulkan bahwa Tuhan tidak
ada? Sejauh mana klaim ini dapat dipertanggungjawabkan? Selain itu,
kalau pun ilmuwan atau ilmu pengetahuan tertentu mengklaim bahwa
ilmu pengetahuan dapat menyingkap misteri eksistensi Allah, sejauh
manakah klaim ini bisa dipertanggungjawabkan secara rasional?
Apakah ilmu pengetahuan dapat begitu saja menghambakan diri dan
xiv
menjadi alat teologi? Atau, apakah ilmu pengetahuan begitu saja
melepaskan diri dari pengaruh teologi?
***
Tiga dari empat tema besar filsafat ilmu didiskusikan secara
mendalam dalam buku ini. Persoalan reliabilitas teori ilmiah dalam
arti sejauh mana tingkat keterandalan sebuah teori ilmiah dalam
menjelaskan realitas didiskusikan terutama dalam bab-bab mengenai
metodologi keilmuan (bab 9) dan problem kebenaran (bab 10).
Problem tujuan ilmu pengetahuan didiskusikan secara mendalam
dalam bab mengenai ilmu dan nilai kemanusiaan (bab 11). Sementara
bagaimana ilmu pengetahuan didiskusikan dalam perspektif sejarah
didiskusikan secara filosofis dalam bab-bab mengenai sains dalam
budaya Yunani Kuno (bab 5), revolusi kopernikus (bab 6), sains abad
17-18 (bab 7), sains abad ke-19 dan melampaui positivisme abad 19
(bab 8). Tema keempat, yakni relasi ilmu pengetahuan dengan agama
memang tidak menjadi bagian pembahasan buku ini. Meskipun
demikian, menunjukkan keterbatasan ilmu pengetahuan dalam
menjelaskan realitas seperti ditunjukkan dalam kritik terhadap
positivisme, kritik terhadap teknologi, kritik terhadap keterbatasan
metodologi ilmiah justru membuka jalan bagi diskursus agama dan
ilmu pengetahuan.
Buku ini diberi judul Filsafat Ilmu: Kajian atas Sejarah dan
Metodologi Ilmu Pengetahuan. Sebagaimana tampak dari rancangan
bab-bab dalam buku ini, kajian historis mengambil porsi yang cukup
besar dalam buku ini, terutama dalam bab-bab mengenai pemikiran
Yunani Kuno mengenai sains (bab 5), problem realisme ilmiah dan
Revolusi Kopernikus (bab 6), polemik sains di abad 17 dan 18 (bab 7),
dan kritik terhadap positivisme di bab 8. Kajian ini bertujuan untuk
menunjukkan betapa ilmu pengetahuan berkembang dalam sejarah
dan budaya tertentu. Dalam arti itu, kecenderungan ilmu pengetahuan
yang ingin membebaskan diri dari tanggung jawab sosial seharusnya
tidak diberi tempat.
Buku ini diawali dengan upaya mendefinisikan filsafat, filsafat
pengetahuan dan filsafat ilmu pengetahuan (bab 1). Sebagai
pengantar, bab ini membantu pembaca menangkap cita rasa filsafat
dalam konteks refleksi filosofis mengenai ilmu pengetahuan. Diskusi
xv
selanjutnya di bab 2 hendak mempersoalkan masalah fakta dan
bukan fakta (bab 2). Jika ilmu pengetahuan berpretensi mempelajari
fakta atau fenomena, kita harus memahami seperti apa definisi ilmiah
atas fakta atau fenomena tersebut? Kita tahu, definisi yang sangat
mementingkan objek sejauh diobservasi hanya akan mereduksikan
ilmu pengetahuan kepada sifatnya yang positivistik. Dan ini yang
didiskusikan lebih lanjut dalam bab 8 buku ini.
Salah satu tema filsafat ilmu yang belum pernah disinggung di
atas adalah problem mendefinisikan ilmu pengetahuan. Apa yang
dimaksudkan dengan ilmu pengetahuan? Seperti apakah watak atau
karakternya? Bab 3 dan bab 4 buku ini mencoba menjawab
pertanyaan-pertanyaan ini. Bab 3 mengangkat problem bagaimana
menentukan demarkasi atau batas antara sains dan non-sains.
Pembatasan ini sendiri tentu bermasalah karena menyembunyikan
kepentingan ideologis tertentu. Persoalannya, apakah kebenaran atau
penjelasan atas realitas hanya bisa diberikan oleh ilmu pengetahuan?
Lalu, apa yang dimaksudkan dengan wilayah non-sains? Apakah ilmu
pengetahuan sosial, kajian budaya, atau sastra disebut sebagai nonsains? Berbagai kriteria mengenai demarkasi ini akan didiskusikan
secara mendalam dalam bab ini.
Uraian di bab 3 antara lain menegaskan bahwa upaya
menjelaskan realitas tidak seharusnya dimonopoli oleh ilmu
pengetahuan alam. Dan ini nampak jelas dalam diskusi mengenai apa
itu ilmu pengetahuan di bab 4. Mendefinisikan ilmu pengetahuan
secara proporsional dan mengenai watak-wataknya ternyata dapat
membantu kita menyadari wilayah-wilayah atau fenomena seperti
apakah yang sebetulnya tidak bisa dipahami dan dijelaskan ilmu
pengetahuan. Dalam arti itu, kita semakin menyadari keterbatasan
ilmu pengetahuan itu sendiri. Jika ilmu pengetahuan sendiri sudah
bersifat terbatas, bagaimana mungkin dia bisa mengklaim diri sebagai
satu-satunya sumber pengetahuan yang benar?
Sebagaimana sudah dideskripsikan di atas, bab 5–8 buku ini
membahas ilmu pengetahuan dari perspektif sejarah. Meskipun tidak
lengkap, bab-bab ini memberikan kekayaan perspektif untuk melihat
bagaimana ilmu pengetahuan berkembang secara evolutif dalam
sejarah. Uraian kemudian dilanjutkan dengan membahas reliabilitas
ilmu pengetahuan (bab 9 dan bab 10), lalu tanggung jawab ilmu
xvi
pengetahuan dan ilmuwan (bab 11) sebelum akhirnya mengangkat
sebuah tema yang jarang didiskusikan dalam buku-buku filsafat ilmu
pengetahuan di tanah air, yakni tema demokratisasi teknologi (bab
12). Tema ini menarik lantaran kesadaran akan keterbatasan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu sendiri. Jika ilmu pengetahuan saja
bersifat terbatas, tentu teknologi pun bersifat terbatas. Keterbatasan
teknologi ini seharusnya memicu kesadaran etis untuk membatasi
penggunaan teknologi, terutama teknologi-teknologi yang secara
eksplisit merugikan dan menghancurkan kehidupan manusia itu
sendiri. Salah satu cara membatasi aplikasi teknologi atau
menentukan rambu-rambu penggunaannya adalah dengan melibatkan
masyarakat dalam seluruh proses penerapan suatu teknologi. Inilah
yang disebut gerakan mendemokrasikan teknologi.
***
Tidak ada karya penulisan buku yang sudah sempurna sejak
awal, begitu pula buku ini. Inilah yang mendorong saya untuk selalu
terbuka, menerima kritik dan usulan, lalu akhirnya bersedia
memperkaya dan melengkapi buku ini. Jika masih ada satu harapan
tersisa, itu adalah optimisme bahwa buku ini dapat memicu lebih
lanjut perdebatan filosofis seputar ilmu pengetahuan di Republik
tercinta ini.
xvii
xviii