Spiritualitas Misi dalam beberapa teks o
Spiritualitas misi
dalam beberapa teks orang kudus
P. Alfonsus Widhi, sx
1
Atti dei martiri di Lione e Vienne: Kristus yang menderita
dalam diri para martir
Dalam diri para tampuk pemerintahan dan para algojo, muncul persaingan ketat
dalam menyiksa, karena mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan
kepadanya. Pada akhirnya mereka memutuskan untuk memberikan pelat
perunggu pada bagian yang paling halus dari tubuh yang paling rapuh. Anggota
tubuhnya terbakar, namun para martir tetap tegas dan pantang menyerah,
teguh dalam pengakuan imannya, karena diteguhkan oleh sumber air surgawi air kehidupan, yang mengalir dari lambung Kristus. Tubuh para martir adalah
saksi hidup dari penderitaan. Badannya sudah tereduksi karena luka dan
memar, tinggal tungkai dan tidak nampak lagi wajah manusia., tetapi Kristus
yang menderita di dalamnya. Ia akan dipenuhi dengan tanda kemuliaan, dengan
menunjuk pada diri-Nya sendiri sebagai teladan yang telah mengalahkan para
musuh-Nya, agar menjadi contoh bagi orang lain, bahwa tidak ada sesuatupun
yang bisa menakut-nakuti kita untuk tinggal di dalam kasih Bapa. Dimana di situ
bersinar kemuliaan Kristus, tidak ada derita yang tidak tertanggungkan.
2
Atti dei martiri: il martirio di Perpetua e Felicita: Kristus
yang menderita dalam diri para martir
...wanita itu diserang oleh rasa sakit saat melahirkan, seperti yang terjadi pada
bulan kedelapan. Dia menderita karena proses kelahiran yang sangat sulit, dan
salah satu pegawai yang membantunya dalam persalinan bertanya: "Jika
sekarang engkau mengeluh seperti itu, apa yang akan engkau lakukan ketika
engkau akan dilemparkan ke teater yang kau benci, ketika engkau menolak
untuk mempersembahkan korban?» Dia menjawab, «Sekarang saya sedang
menderita. Di sana akan ada Yang Lain yang akan menderita di dalam diri saya,
karena saya menderita untuk Dia». Dia melahirkan seorang bayi perempuan,
yang kemudian diambil oleh salah satu saudara perempuannya dan mengangkat
dia sebagai putrinya '(15,5-7)
3
The Life of Antonio: Misi = kesaksian hidup total pada
Kristus
Setelah penganiayaan mereda dan (alm) Uskup Petrus bersaksi dengan
imannya, St. Antonius kembali ke tempat tinggal soliternya dan setiap hari
bersaksi dengan hati nuraninya sendiri dan masuk dalam pertempuran iman.
Bahkan, dia berlatih asketisme dengan intensitas yang lebih besar. Selalu
berpuasa, pakaian dalamnya terbuat dari karung, yang luar dari kulit. Sampai
akhir hidupnya, ia mengikuti aturan ini: Jangan pernah mencuci badan dengan
air, atau janganlah kaki menyentuh air kecuali bila itu perlu. Tidak ada
Spiritualitas misi 2
seorangpun pernah melihat badan St. Antonius, kecuali saat ia dimakamkan
setelah kematiannya (The Life of Antonio 47,1-3).
4
Periode Celtik dan Benediktin - abad VII-IX
(J. Leclercq): Dalam periode kepausan S. Gregorius Agung hingga pertengahan abad VIII,
kekatolikan berhenti di negara-negara barbar yang didirikan di Barat, dengan diikuti
invasi dan kehancuran Kekuasaan Romawi.
Hal ini memberi banyak pelajaran dalam sejarah dan kehidupan beriman.
Orang Inggris, Saxon dan Juti di Great Britain
Orang Prancis di Gallia lalu Jerman
Orang Visigot di Spanyol dan Longobardi di Italia
Mereka semua menerima kekatolikan, memurnikannya, mencoba menghidupi
sesuai kebutuhan serta bekerja sama untuk menyebarkannya
Misi = pergi = hargai budaya dan konteks sosial; menjaga identitas
Perkembangan misi yang sangat berpengaruh datang dari irlandia, berupa kehidupan
monastik
Tiga karya pokok para Rahib / Monastik Celtik menghidupi kehidupan monastik mereka:
Memelihara budaya latin klasik.
Mengembangkan hidup monastik berdasar praktek penitensi dan memproduksi
banyak buku-buku tentang pertobatan – pembaruan hidup.
Mengajukan proposal sebuah spiritualitas: peregrinatio pro Christo, sebuah
peziarahan, sebuah spiritualitas kemartiran putih.
St. Colombanus
Kehidupan: Lahir di Irlandia 543(?) Masuk ke biara di Bangor (Irlandia Utara) pada
usia sekitar 18 tahun St. Colombanus menghidupi peraturan hidup monastik Celtik,
yang terkenal keras, dengan bahagia, dibawah bimbingan Abas Comgall.
Biara pertapaan ini memiliki sensibilitas budaya yang sangat tinggi!
Praktek askese personal adalah unsur dasar yang berimbas pada:
Puasa
keheningan
Pengurangan jam tidur
Berlutut berkali-kali
Doa yang diperpanjang dengan tangan terlentang
.... Ada banyak variasi bentuk dari mortifikasi
Misi yang dijalaninya adalah sebuah kemartiran putih = pergi keluar meninggalkan
daerah asal demi Yesus Kristus
Pada usia 50 tahun (setelah 30 tahun di Bangor), Colombanus merasakan panggilan
Abraham di Kej 12,1)
«Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke
negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu»
Spiritualitas misi dari para rahib celtik ini adalah «peregrinantes pro christo»
Perjalanan Colombano bersama dengan 12 rekannya ternyata menjadi sebuah karya
misi penginjilan Eropa: dari Bangor ke Prancis, ke Baviera, ke Swiss hingga ke Bobbio
(Italia)
Spiritualitas misi 3
Gerakan hidup monastik menjadi sebuah gerakan misioner, dengan menghargai
literatur / sastra dan setiap kegiatan budaya!
Spiritualitas misi St. Colombanus: Peregrinantes pro Christo.
Mari kita memusatkan diri pada hal-hal ilahi, seperti seorang peziarah yang benar.
Dia selalu memiliki kerinduan pada rumah dan nostalgia ini selalu memotivasinya.
Seorang peziarah selalu merindukan, bahkan dengan sangat, akhir perjalanan
mereka. Itulah sebabnya, kita pun yang berada di dunia ini, kita adalah orang-orang
yang berjalan, orang peziarah. Maka, kita harus berpikir sungguh-sungguh tentang
tujuan dari perjalanan ini, yaitu hidup kita. Akhir dari perjalanan ini adalah rumah
kita. Di tempat itu nanti, semua orang yang sudah menyelesaikan perjalanannya di
dunia, akan memiliki nasib yang berbeda tergantung pada jasa-jasa mereka. Para
pejalan kaki yang baik akan beristirahat di rumah mereka. Sebaliknya, para orang
fasik tidak akan bisa mencapainya. Pada kenyataannya, banyak orang akan
kehilangan rumah mereka, karena mereka lebih mencintai jalan menuju rumah dari
pada rumah itu sendiri. Janganlah kita mencintai jalan lebih dari pada rumah, agar
tidak kehilangan rumah kediaman kekal. Maka Rumah yang demikian harus kita
cintai (Instructiones VIII)
Ketika tiba bersama 12 rekannya di Gallia,dia mengembangkan sebuah strategi misi
berangkat dari konteks padasaat kedatangan:
Jumlah umat katolik sedikit sekali.
Kehidupan rohani umat hampir punah, karena perang, para romo yang lalai akan
tugas mereka dan musuh-musuh dari luar.
Tidak ada penggembalaan yang serius
3 prinsip dikembangkan St. Colombanus untuk menghadapi kondisi minoritas:
Memiliki identitas jelas dan tegas tentang siapa kamu dan apa yang kamu
inginkan.
Rasa memiliki yang kuat.
Perlu kerja keras untuk mencapai hasil maksimal
Spiritualitas misi St. Columbanus
“Marilah kita i gat bahwa kita harus e ge balika segala tale ta ya g telah
diberikan oleh Allah kepada kita. Dia telah mengajarkan kita tentang jalan-jalan
hukum-Nya. Perintah yang pertama adalah cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap
hatimu, karena Dia telah mencintai kita terlebih dahulu, sejak awal dunia.. Bahkan
sebelum kita lahir di dunia ini. (cf. Instructiones XI).
Marilah kita makan dengan orang miskin, minum dengan orang miskin, berbagi
nasib dengan orang miskin, untuk bersama dengan mereka masuk di sebuah tempat
dimana mereka akan dilegakan .. Mereka yang kepadanya Yesus memiliki kelaparan
dan kehausan akan keadilan (Instructiones VII)
Kemiskinan merupakan jalan membuka diri pada Allah, bukan dilakukan pada
dirinya sendiri.
Konsep kemiskinan St. Colombanus: membuka ladang, membajak ladang,
mengerjakan hati manusia
5
Caterina dari Siena: Misi = rasa memiliki pada Gereja
Riwayat hidup dan konteks:
Spiritualitas misi 4
Caterina, lahir sekitar 25 maret 1347, dari pasangan Giacomo di benincasa dan Lapa
di Siena. Dia adalah anak ke-24 dari 25 bersaudara.
Masuk ke tersiet Domenikan dalam keheningan dan kesendirian selama 3 tahun di
Siena. Setelah pengalaman rohani perkawinan mistik dengan Kristus, dia terpanggil
untuk melayani orang miskin dan membutuhkan di Siena. 10 tahun (1374) kemudian
pergi ke Firenze dan masuk bidang politik, dengan Raimondo da Capua sebagai
pendamping rohaninya. Dia pergi ke Pisa dan Luca untuk menghalangi kelompok
anti-paus. Tahun 1376 pergi ke Avignone untuk bertemu dengan Paus Gregorius XI
dan mendorong dia untuk kembali ke Roma.
Konteks penulisan surat: seseorang telah membujuk Paus Gregorius XI untuk tidak
kembali ke Roma dari Avignon dan mencoba meracuninya dengan anggur di dalam
botol. Caterina meminta Paus untuk tetap teguh dalam tujuannya yang kudus. Dia
menulis kepada Paus bahwa surat itu adalah palsu dan telah ditulis untuk
menipunya oleh seseorang yang diuntungkan dengan keberadaan Paus di Avignon.
Surat kepada Paus Gregorius XI
... Seseorang yang telah menulis surat kepada Bapa Suci, seperti yang saya
pahami, itu seperti setan di dalam jiwa. Sering dia masuk di bawah warna
kebajikan dan kasih sayang, kemudian melempar racun. Secara khusus kepada
hamba Allah, dia melakukan ini karena hanya dengan cacat pusaka, dia tidak
akan tertipu.
Nampaknya wajah setan yang berinkarnasi ini telah menuliskan kepada Bapa
suci dengan nuansa penuh perhatian dan kekudusan. Nampaknya dia adalah
orang kudus dan benar, namun sebenarnya adalah manusia yang jahat,
penasehat para iblis, penyamun dalam kehidupan komunitas kristiani dan
reformasi kehidupan menggereja, pecinta cinta diri dan mencari kekayaan bagi
dirinya sendiri.
Namun, tidak lama lagi, bapa dapat menyatakan jika dia datang dari orang yang
benar atau tidak. Menurut saya, demi kemuliaan Allah, Bpa hendaknya
mencarinya.
[...]
Saya berharap, dengan bantuan Kristus yang tersalib, agar Bapa tidak menjadi
seerti anak kecil yang penakut, melainkan seorang yang jantan dan teguh.
6
Penutup: Madelaine Delbrêl
Dalam lingkungan orang yang skeptis, menjadi penting berevangelisasi.
Seseorang tidak bisa memilih antara melakukannya atau tidak melakukannya,
dan juga tidak bisa memilih akan berbicara tentang apa [...]. Mewartakan Injil
sesuai dengan gaya bahasa orang yang ada di depan kita itu tidak cukup. Perlu
mewartakan Injil dengan gaya bahasa Yesus Kristus. Gaya bahasa-Nya adalah
selalu disertai dengan kata-kata kemurahan hati-Nya.
dalam beberapa teks orang kudus
P. Alfonsus Widhi, sx
1
Atti dei martiri di Lione e Vienne: Kristus yang menderita
dalam diri para martir
Dalam diri para tampuk pemerintahan dan para algojo, muncul persaingan ketat
dalam menyiksa, karena mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan
kepadanya. Pada akhirnya mereka memutuskan untuk memberikan pelat
perunggu pada bagian yang paling halus dari tubuh yang paling rapuh. Anggota
tubuhnya terbakar, namun para martir tetap tegas dan pantang menyerah,
teguh dalam pengakuan imannya, karena diteguhkan oleh sumber air surgawi air kehidupan, yang mengalir dari lambung Kristus. Tubuh para martir adalah
saksi hidup dari penderitaan. Badannya sudah tereduksi karena luka dan
memar, tinggal tungkai dan tidak nampak lagi wajah manusia., tetapi Kristus
yang menderita di dalamnya. Ia akan dipenuhi dengan tanda kemuliaan, dengan
menunjuk pada diri-Nya sendiri sebagai teladan yang telah mengalahkan para
musuh-Nya, agar menjadi contoh bagi orang lain, bahwa tidak ada sesuatupun
yang bisa menakut-nakuti kita untuk tinggal di dalam kasih Bapa. Dimana di situ
bersinar kemuliaan Kristus, tidak ada derita yang tidak tertanggungkan.
2
Atti dei martiri: il martirio di Perpetua e Felicita: Kristus
yang menderita dalam diri para martir
...wanita itu diserang oleh rasa sakit saat melahirkan, seperti yang terjadi pada
bulan kedelapan. Dia menderita karena proses kelahiran yang sangat sulit, dan
salah satu pegawai yang membantunya dalam persalinan bertanya: "Jika
sekarang engkau mengeluh seperti itu, apa yang akan engkau lakukan ketika
engkau akan dilemparkan ke teater yang kau benci, ketika engkau menolak
untuk mempersembahkan korban?» Dia menjawab, «Sekarang saya sedang
menderita. Di sana akan ada Yang Lain yang akan menderita di dalam diri saya,
karena saya menderita untuk Dia». Dia melahirkan seorang bayi perempuan,
yang kemudian diambil oleh salah satu saudara perempuannya dan mengangkat
dia sebagai putrinya '(15,5-7)
3
The Life of Antonio: Misi = kesaksian hidup total pada
Kristus
Setelah penganiayaan mereda dan (alm) Uskup Petrus bersaksi dengan
imannya, St. Antonius kembali ke tempat tinggal soliternya dan setiap hari
bersaksi dengan hati nuraninya sendiri dan masuk dalam pertempuran iman.
Bahkan, dia berlatih asketisme dengan intensitas yang lebih besar. Selalu
berpuasa, pakaian dalamnya terbuat dari karung, yang luar dari kulit. Sampai
akhir hidupnya, ia mengikuti aturan ini: Jangan pernah mencuci badan dengan
air, atau janganlah kaki menyentuh air kecuali bila itu perlu. Tidak ada
Spiritualitas misi 2
seorangpun pernah melihat badan St. Antonius, kecuali saat ia dimakamkan
setelah kematiannya (The Life of Antonio 47,1-3).
4
Periode Celtik dan Benediktin - abad VII-IX
(J. Leclercq): Dalam periode kepausan S. Gregorius Agung hingga pertengahan abad VIII,
kekatolikan berhenti di negara-negara barbar yang didirikan di Barat, dengan diikuti
invasi dan kehancuran Kekuasaan Romawi.
Hal ini memberi banyak pelajaran dalam sejarah dan kehidupan beriman.
Orang Inggris, Saxon dan Juti di Great Britain
Orang Prancis di Gallia lalu Jerman
Orang Visigot di Spanyol dan Longobardi di Italia
Mereka semua menerima kekatolikan, memurnikannya, mencoba menghidupi
sesuai kebutuhan serta bekerja sama untuk menyebarkannya
Misi = pergi = hargai budaya dan konteks sosial; menjaga identitas
Perkembangan misi yang sangat berpengaruh datang dari irlandia, berupa kehidupan
monastik
Tiga karya pokok para Rahib / Monastik Celtik menghidupi kehidupan monastik mereka:
Memelihara budaya latin klasik.
Mengembangkan hidup monastik berdasar praktek penitensi dan memproduksi
banyak buku-buku tentang pertobatan – pembaruan hidup.
Mengajukan proposal sebuah spiritualitas: peregrinatio pro Christo, sebuah
peziarahan, sebuah spiritualitas kemartiran putih.
St. Colombanus
Kehidupan: Lahir di Irlandia 543(?) Masuk ke biara di Bangor (Irlandia Utara) pada
usia sekitar 18 tahun St. Colombanus menghidupi peraturan hidup monastik Celtik,
yang terkenal keras, dengan bahagia, dibawah bimbingan Abas Comgall.
Biara pertapaan ini memiliki sensibilitas budaya yang sangat tinggi!
Praktek askese personal adalah unsur dasar yang berimbas pada:
Puasa
keheningan
Pengurangan jam tidur
Berlutut berkali-kali
Doa yang diperpanjang dengan tangan terlentang
.... Ada banyak variasi bentuk dari mortifikasi
Misi yang dijalaninya adalah sebuah kemartiran putih = pergi keluar meninggalkan
daerah asal demi Yesus Kristus
Pada usia 50 tahun (setelah 30 tahun di Bangor), Colombanus merasakan panggilan
Abraham di Kej 12,1)
«Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke
negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu»
Spiritualitas misi dari para rahib celtik ini adalah «peregrinantes pro christo»
Perjalanan Colombano bersama dengan 12 rekannya ternyata menjadi sebuah karya
misi penginjilan Eropa: dari Bangor ke Prancis, ke Baviera, ke Swiss hingga ke Bobbio
(Italia)
Spiritualitas misi 3
Gerakan hidup monastik menjadi sebuah gerakan misioner, dengan menghargai
literatur / sastra dan setiap kegiatan budaya!
Spiritualitas misi St. Colombanus: Peregrinantes pro Christo.
Mari kita memusatkan diri pada hal-hal ilahi, seperti seorang peziarah yang benar.
Dia selalu memiliki kerinduan pada rumah dan nostalgia ini selalu memotivasinya.
Seorang peziarah selalu merindukan, bahkan dengan sangat, akhir perjalanan
mereka. Itulah sebabnya, kita pun yang berada di dunia ini, kita adalah orang-orang
yang berjalan, orang peziarah. Maka, kita harus berpikir sungguh-sungguh tentang
tujuan dari perjalanan ini, yaitu hidup kita. Akhir dari perjalanan ini adalah rumah
kita. Di tempat itu nanti, semua orang yang sudah menyelesaikan perjalanannya di
dunia, akan memiliki nasib yang berbeda tergantung pada jasa-jasa mereka. Para
pejalan kaki yang baik akan beristirahat di rumah mereka. Sebaliknya, para orang
fasik tidak akan bisa mencapainya. Pada kenyataannya, banyak orang akan
kehilangan rumah mereka, karena mereka lebih mencintai jalan menuju rumah dari
pada rumah itu sendiri. Janganlah kita mencintai jalan lebih dari pada rumah, agar
tidak kehilangan rumah kediaman kekal. Maka Rumah yang demikian harus kita
cintai (Instructiones VIII)
Ketika tiba bersama 12 rekannya di Gallia,dia mengembangkan sebuah strategi misi
berangkat dari konteks padasaat kedatangan:
Jumlah umat katolik sedikit sekali.
Kehidupan rohani umat hampir punah, karena perang, para romo yang lalai akan
tugas mereka dan musuh-musuh dari luar.
Tidak ada penggembalaan yang serius
3 prinsip dikembangkan St. Colombanus untuk menghadapi kondisi minoritas:
Memiliki identitas jelas dan tegas tentang siapa kamu dan apa yang kamu
inginkan.
Rasa memiliki yang kuat.
Perlu kerja keras untuk mencapai hasil maksimal
Spiritualitas misi St. Columbanus
“Marilah kita i gat bahwa kita harus e ge balika segala tale ta ya g telah
diberikan oleh Allah kepada kita. Dia telah mengajarkan kita tentang jalan-jalan
hukum-Nya. Perintah yang pertama adalah cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap
hatimu, karena Dia telah mencintai kita terlebih dahulu, sejak awal dunia.. Bahkan
sebelum kita lahir di dunia ini. (cf. Instructiones XI).
Marilah kita makan dengan orang miskin, minum dengan orang miskin, berbagi
nasib dengan orang miskin, untuk bersama dengan mereka masuk di sebuah tempat
dimana mereka akan dilegakan .. Mereka yang kepadanya Yesus memiliki kelaparan
dan kehausan akan keadilan (Instructiones VII)
Kemiskinan merupakan jalan membuka diri pada Allah, bukan dilakukan pada
dirinya sendiri.
Konsep kemiskinan St. Colombanus: membuka ladang, membajak ladang,
mengerjakan hati manusia
5
Caterina dari Siena: Misi = rasa memiliki pada Gereja
Riwayat hidup dan konteks:
Spiritualitas misi 4
Caterina, lahir sekitar 25 maret 1347, dari pasangan Giacomo di benincasa dan Lapa
di Siena. Dia adalah anak ke-24 dari 25 bersaudara.
Masuk ke tersiet Domenikan dalam keheningan dan kesendirian selama 3 tahun di
Siena. Setelah pengalaman rohani perkawinan mistik dengan Kristus, dia terpanggil
untuk melayani orang miskin dan membutuhkan di Siena. 10 tahun (1374) kemudian
pergi ke Firenze dan masuk bidang politik, dengan Raimondo da Capua sebagai
pendamping rohaninya. Dia pergi ke Pisa dan Luca untuk menghalangi kelompok
anti-paus. Tahun 1376 pergi ke Avignone untuk bertemu dengan Paus Gregorius XI
dan mendorong dia untuk kembali ke Roma.
Konteks penulisan surat: seseorang telah membujuk Paus Gregorius XI untuk tidak
kembali ke Roma dari Avignon dan mencoba meracuninya dengan anggur di dalam
botol. Caterina meminta Paus untuk tetap teguh dalam tujuannya yang kudus. Dia
menulis kepada Paus bahwa surat itu adalah palsu dan telah ditulis untuk
menipunya oleh seseorang yang diuntungkan dengan keberadaan Paus di Avignon.
Surat kepada Paus Gregorius XI
... Seseorang yang telah menulis surat kepada Bapa Suci, seperti yang saya
pahami, itu seperti setan di dalam jiwa. Sering dia masuk di bawah warna
kebajikan dan kasih sayang, kemudian melempar racun. Secara khusus kepada
hamba Allah, dia melakukan ini karena hanya dengan cacat pusaka, dia tidak
akan tertipu.
Nampaknya wajah setan yang berinkarnasi ini telah menuliskan kepada Bapa
suci dengan nuansa penuh perhatian dan kekudusan. Nampaknya dia adalah
orang kudus dan benar, namun sebenarnya adalah manusia yang jahat,
penasehat para iblis, penyamun dalam kehidupan komunitas kristiani dan
reformasi kehidupan menggereja, pecinta cinta diri dan mencari kekayaan bagi
dirinya sendiri.
Namun, tidak lama lagi, bapa dapat menyatakan jika dia datang dari orang yang
benar atau tidak. Menurut saya, demi kemuliaan Allah, Bpa hendaknya
mencarinya.
[...]
Saya berharap, dengan bantuan Kristus yang tersalib, agar Bapa tidak menjadi
seerti anak kecil yang penakut, melainkan seorang yang jantan dan teguh.
6
Penutup: Madelaine Delbrêl
Dalam lingkungan orang yang skeptis, menjadi penting berevangelisasi.
Seseorang tidak bisa memilih antara melakukannya atau tidak melakukannya,
dan juga tidak bisa memilih akan berbicara tentang apa [...]. Mewartakan Injil
sesuai dengan gaya bahasa orang yang ada di depan kita itu tidak cukup. Perlu
mewartakan Injil dengan gaya bahasa Yesus Kristus. Gaya bahasa-Nya adalah
selalu disertai dengan kata-kata kemurahan hati-Nya.