Gambaran Serologis Toksoplasmosis pada Wanita Usia Subur di Delapan Puskesmas di Kota Palu
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 7 No. 2, 2013 : 35 - 39
Gambaran Serologis Toksoplasmosis pada Wanita Usia Subur di Delapan Puskesmas di Kota Palu (Toxoplasmosis in Child-Bearing Age Women in Eight Primary Health Care in Palu Municipality) a, a b aIntan Tolistiawaty *, Rosmini , Ketut Suarayasa , Gunawan ,
a
a dan Phetisya Pamela Frederika Sumolang b Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan R.I FKIK, Universitas TadulakoINFO ARTIKEL A B S T R A C T / A B S T R A K Article History :
Toxoplasmosis is a highly serious disease, especially for pregnant woman, because it can Received : 12 Sep. 2013 cause miscarriage to birth defect. Moreover, no visible typical clinical symptoms makes
Revised : 18 Nov. 2013 toxoplasmosis often confused with other diseases. This study was aimed to know how
Accepted : 1 Dec. 2013 many women in the eight primary health care across Palu Municipality infected by
Keywords : Toxsoplasma gondii. This was a cross-sectional study where blood were collected from
Toxoplasma gondii, 412 child-bearing age women and then examined by using ELISA method. 3 samples lg G and lg M,(0,7%) were identified as Ig M positive and 177 samples (42,47%) were Ig G positive WUS
Kata kunci : Toksoplasmosis merupakan penyakit yang sangat serius terutama pada ibu hamil
Toxoplasma gondii, karena dapat menyebabkan keguguran hingga bayi yang dilahirkan cacat. Dan juga lg G dan lg M, tidak terlihat gejala klinis yang khas sehingga sering disamakan dengan penyakit
WUS lainnya. Penelitian mengenai Toksoplasmosis ini dilakukan di delapan Puskesmas Di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Desain penelitian yang digunakan yakni Cross sectional studi dengan melakukan pengambilan sampel darah Wanita Usia Subur (WUS) yang datang ke Puskesmas. Sampel darah yang diujikan dengan Metode ELISA sebanyak 412 sampel. Dari hasil pengujian ini didapatkan, WUS yang menunjukkan hasil positif Imunoglobulin M sebanyak 3 orang (0,7 %) dan positif Imunoglobulin G sebanyak 177 orang (42,47 %).
© 2013 Jurnal Vektor Penyakit. All rights reserved
- Alamat Korespondensi : email : drh.intantolis@gmail.com
PENDAHULUAN secara kosmopolit pada daerah subtropis,
tropis maupun yang beriklim dingin.Toxoplasmosis adalah penyakit zoonosis I n d o n e s i a d e n g a n i k l i m t r o p i s d a n yang disebabkan oleh parasit intra seluler kelembapannya yang tinggi serta faktor
Toxoplasma gondii. Penyebaran penyakit ini lingkungan seperti sanitasi, kebiasaan makan sangat luas, diperkirakan bahwa 30-50% dan banyaknya sumber penularan terutama populasi manusia di dunia telah terinfeksi k u c i n g ( g e n u s f e l i d a e ) m e n u n j a n g oleh T. gondii dan lebih dari 1000 bayi yang 3,4 perkembangan parasit ini . lahir terinfeksi. Angka prevalensi penyakit ini 1 di indonesia mencapai 2-63% . Pada tahun Toxoplasmosis pada manusia terjadi
1978, prevalensi toksoplasmosis di daerah melalui saluran pencernaan yaitu dengan cara Sulawesi Tengah mencapai 6-27%, DKI memakan daging yang kurang matang atau Jakarta 10-12,5%, dimana untuk daerah s u s u d a r i h e w a n y a n g t e r i n f e k s i Sulawesi Tengah pada tahun 1995, jumlah toxoplasmosis ataupun melalui ookista yang kasus menjadi 76, 47% dan daerah DKI menempel pada daging atau sayuran. Manusia Jakarta tahun 2003 terjadi peningkatan dapat terinfeksi dengan ookista ketika 2 prevalensi menjadi 70% . Parasit ini tersebar membersihkan kandang kucing, saat berkebun, atau saat bermain dengan binatang 5 peliharaannya, khususnya kucing . Kasus kejadian yang tinggi di wilayah Lindu, Sulawesi Tengah disebabkan kucing yang merupakan inang antara hidup bebas berkeliaran di sekitar lingkungan. Hal ini dilihat dari jumlah titer yang tinggi pada keluarga yang berinteraksi dengan kucing dibandingkan dengan keluarga yang tidak.
D i a g n o s a s e c a r a k l i n i s u n t u k toxoplasmosis ini jarang dilakukan karena gejala yang mirip dengan penyakit lain, sehingga dilakukan uji laboratorium yaitu pemeriksaan serologis. Dasar pemeriksaan serologis ialah antigen toxoplasmosis bereaksi dengan antibodi spesifik yang terdapat dalam serum darah penderita. Uji seroligis yang sering digunakan yaitu ELISA dengan teknik sandwich. Berdasarkan kurangnya data yang ada maka akan dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kejadian toxoplasmosis di wilayah Kota Palu dengan cara studi serologis.
Penelitian ini dilaksanakan di delapan puskesmas Kota Palu pada bulan April hingga November tahun 2012 yaitu PKM Tipo, PKM Kawatuna, PKM Kamonji, PKM Singgani, PKM Talise, PKM Bulili, PKM Pantoloan, dan PKM Birobuli. Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana variabel dependent dan independent diukur secara bersamaan. Sebanyak 412 Wanita Usia Subur (WUS) di delapan PKM dipilih berdasarkan total kunjungan WUS yang datang ke PKM dan bersedia untuk dilakukan pengambilan sampel. Pada setiap WUS dilakukan pengambilan sampel sebanyak 2-3 cc dan kemudian disimpan di dalam vacuntainer 6 ml. Sampel darah yang terkumpul tadi di inkubasi kurang lebih 1 malam hingga terpisah antara serum dan sel darah merah kemudian dipindahkan ke dalam eppendroph dan disimpan ke dalam freezer. Pemeriksaan sampel darah dilakukan di Laboratorium Biomolekuler Balai Litbang P2B2 Donggala.
Pemeriksaan serologis yang digunakan untuk pemeriksaan sampel darah yakni metode ELISA. Dibuat pengenceran 1 : 40 untuk kalibrator, kontrol positif, kontrol negative dan spesimen (5 µl specimen + 200 µl sampel diluents). Dipipet 100 µl kalibrator, control positif, control negative, dan specimen yang telah diencerkan ke dalam well yang sudah disiapkan, secara berurutan yaitu : blanko, kalibrator, control negative, control
positif, kemudian specimen yang akan
diperiksa. Untuk blanko, pipet 100 µl sampel diluents ke dalam well 1A. tutup bagian atas
well dengan penutup yang tersedia.
Diinkubasi pada suhu 37 C selama 30 menit. Di akhir periode inkubasi, buang seluruh cairan dari dalam well dengan cara mengibaskan secara cepat, kemudian keringkan dengan tissue. Bilas sebanyak 5 kali dengan washing buffer. Keringkan dengan tissue dan diulangi hingga 4x. Dipipet 100 µl enzim conjugate ke dalam masing-masing well. Dicampurkan dengan hati-hati selama 10 detik. Tutup bagian atas well dengan penutup yang tersedia. Inkubasi pada suhu 37 C selama 30 menit. Enzim yang berada dalam well dibuang dan dibilas dengan washing buffer, diulangi hingga 4 kali. Dipipet 100 µl TMB reagent ke dalam masing-masing well dan dicampurkan secara hati-hati selama 10 detik. Tutup bagian atas well dengan penutup yang tersedia. Inkubasi pada suhu 37 C selama 15 menit. Setelah tahap inkubasi ini selesai, jangan dibuang cairan yang ada di dalam well, tambahkan 100 µl stop solution (HCN I N) selama 30 detik. Pastikan bahwa semua warna biru benar-benar menjadi kuning. Catatan : pastikan tidak ada gelembung udara di masing-masing well sebelum dibaca. Dibaca pada O.D pada 450 nm dalam waktu 15 menit dengan pencatat microwell. Interpretasi hasil tes : Negatif : index kurang dari 0,90 menunjukkan negative untuk antibody Ig M atau Ig G terhadap
Toxoplasma gondii (<28.8 IU/ml). Equivocal :
index antara ≤ 0,9 - <1,1 (≤ 28,8 - < 35,2 IU/ml) sampel harus dites ulang. Positif : index ≥ 1,1 atau nilai WHO IU/ml ≥ 35.2 IU/ml adalah sero positif, ini menunjukkan adanya antibodi terhadap T. gondii.
HASIL
P a d a p e n e l i t i a n i n i , d i l a k u k a n pemeriksaan sampel darah pada delapan Puskesmas yang ada di Kota Palu yaitu PKM Tipo, PKM Kawatuna, PKM Singgani, PKM
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 7 No. 2, 2013 : 35 - 39
BAHAN DAN METODE
Tabel 1. Jumlah WUS sampel darah dan wawancara di delapan PKM di Kota Palu Tahun 2012
27
2. Puskesmas Kawatuna -
50
19
31
3. Puskesmas Singgani -
57
29
28
4. Puskesmas Talise -
54
19
35
6. Puskesmas Bulili -
50
23
19
7. Puskesmas Pantoloan
2
48
20
30
8. Puskesmas Birobuli
1
51
25
27 Total 3 412 177 235 PEMBAHASAN
Hasil pemeriksaan sampel darah dengan mendeteksi kadar Imunoglobulin M dan
Imunoglulin G dalam darah terhadap agen
Toxoplasma gondii, didapatkan masing- masing sebanyak 3 orang dan 177 orang, yang m e n u n j u k k a n m a s i h a d a n y a k a s u s Toksoplasmosis di Kota Palu. Adanya antibodi dalam serum menunjukkan manifestasi dari respon hospes terhadap keberadaan parasit Toxoplasma gondii di dalam tubuh.
Infeksi T. gondii masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang tercemar ookista sehingga usus menjadi lokasi infeksi pertama. Pada tahap awal respon, makrofag akan berusaha memfagositosis mikroorganisme yang masuk dan juga terjadi pengaktivasian komplemen. Tetapi untuk T. gondii akan sulit untuk difagositosis karena parasit ini menutupi diri dengan laminin dan matriks protein ekstraselular yang tujuannya untuk mencegah fagositosis dan kerusakan
30
49
No Puskesmas Sampel Darah Wawancara
50 WUS
1. Puskesmas Tipo
49 WUS
49 WUS
2. Puskesmas Kawatuna
50 WUS
50 WUS
3. Puskesmas Singgani
57 WUS
57 WUS
4. Puskesmas Talise
54 WUS
54 WUS
5. Puskesmas Kamonji
50 WUS
6. Puskesmas Bulili
1. Puskesmas Tipo -
Hasil yang didapatkan berupa kadar
No Puskesmas Imunoglobulin M Imunoglobulin G Positif Negatif Positif Negatif
(Tabel 1).
Tabel 2. Jumlah WUS Positif Ig M dan Ig G di Delapan Puskesmas di Kota Palu Talise, PKM Kamonji, PKM Pantoloan, PKM Bulili, dan PKM Birobuli dengan jumlah keseluruhan sampel sebanyak 412 sampel
(WUS) yang positif terdeteksi Imunoglobulin M terhadap toksoplasmosis sebanyak 3 orang dan yang positif Imunoglobulin G sebanyak 177 dari total sampel 412 WUS terlihat pada Tabel 2.
menunjukkan derajat infeksi dari Toxoplasma gondii. Dari 8 Puskesmas yang ada di Kota Palu, didapatkan hasil Wanita Usia Subur
Imunoglobulin M dan Imunoglobulin G yang
52 WUS
Total 412 WUS 412 WUS
50 WUS
52 WUS
8. Puskesmas Birobuli
50 WUS
50 WUS
7. Puskesmas Pantoloan
50 WUS
Gambaran Serologis Toksoplasmosis .......... (Intan Tolistiawaty, et al)
6
oksidatif . Selanjutnya terjadi pelepasan sitokin dari makrofag atau sel B dan pelepasan mediator lain yang memicu respon inflamasi. Produksi sitokin akan mengaktivasi sel yang mengekspresikan antibodi spesifik terhadap antigen tersebut. Sel B akan berproliferasi dan berdiferensiasi membentuk sel plasma yang k e m u d i a n a k a n m e m p r o d u k s i 7 immunoglobulin spesifik . Immunoglobulin yang pertama terbentuk pada respon imun primer ini adalah immunoglobulin M (Ig M). Kadar Ig M menyatakan bahwa infeksi T. gondii masih sedang berlangsung atau infeksi akut, dapat dideteksi setelah 5 hari pasca infeksi. Peningkatan kadar Ig M ini akan berlangsung selama 2 minggu dan akan menghilang setelah 2-3 bulan serta Ig M juga penting untuk pertahanan terhadap virus dan bakteri d e n g a n m e n c e g a h p e r g e r a k a n d a r i mikroorganisme patogen, memudahkan fagositosis. Seiring dengan penurunan kadar Ig M, terjadi peningkatan kadar Ig G pada 1-2 minggu setelah infeksi dan akan terus meningkat hingga 6-8 minggu yang akan bertahan hingga 1-2 tahun bahkan pada 8 beberapa kasus akan bertahan seumur hidup .
Pada stadium akut parasit berbentuk takizoit. Takizoit ini akan bereplikasi dengan cepat dan akan segera menginvasi serta melisiskan sel inang. Takizoit yang telah menginfeksi sel akan hidup dalam suatu vakuola parasitoforus. Vakuola ini sudah termodifikasi sehingga tidak dapat berfusi dengan kompartemen intrasel misalnya lisosom dan menyebabkan parasit mampu bertahan hidup serta berkembang biak dalam sel. Semua sel berinti memiliki potensi untuk terinfeksi. Jika infeksi terus berlanjut maka akan terjadi kerusakan sel sehingga menyebabkan kerusakan secara ekstensif. Infeksi akan berjalan kronis ketika system i m u n b e r ke m b a n g d a n m e n gh a m b a t proliferasi takizoit sehingga terbentuk sista yang berisi bradizoit. sista ini apabila pecah akan menimbulkan reaksi peradangan m i s a l n y a t e r b e n t u k n y a n o d u l d a n menyebabkan ensefalitis kronis, miokarditis, 9 serta pneumonia .
Pada ibu hamil, T. gondii dapat menembus barier plasenta sehingga ketika menginfeksi pada trimester pertama akan menghasilkan pathogenesis yang hebat berupa kematian pada janin. Dan bila penularan pada fetus terjadi pada trimester yang ketiga akan dimanifestasikan dengan adanya retardasi 9 mental dan retinokoroiditis .
Data tahun 1995 menyatakan kasus kejadian toksoplasmosis di wilayah Sulawesi Tengah sebanyak 76.47 % dan kemudian tidak ada lagi pelaporan mengenai data kasus. Pada penelitian ini didapatkan data kasus khusus untuk Kota Palu sebanyak 42.47 % atau sebanyak 177 orang dari total sampel 412 yang didapatkan dari pengambilan sampel darah di delapan Puskesmas yang ada di Kota Palu.
P a d a s e b a g i a n W U S , u j i E L I S A menunjukkan hasil IgM negatif hasil Ig G yang positif, ini menandakan sudah pernah terjadi infeksi terhadap T. gondii sekitar 1 tahun atau lebih tergantung tinggi rendahnya titer Ig G. Jika hasil yang terlihat kedua titer Ig M dan Ig G bernilai positif maka itu menandakan bahwa 10. WUS sedang dalam infeksi akut oleh T. gondii
A p a b i l a y a n g t e r d e t e k s i p o s i t i f toksoplasmosis adalah wanita yang sedang hamil maka perlu memeriksakan kembali u n t u k m e l i h a t a p a k a h b a y i y a n g dikandungnya mengalami kecacatan atau tidak. Untuk remaja atau wanita yang tidak sedang mengandung disarankan untuk melakukan pengobatan dan mengurangi atau menghilangkan kebiasaan yang mengarah ke resiko terkena kembali seperti menjaga kebersihan diri dan tidak memakan makanan yang kurang matang.
Persentase kejadian toksoplasmosis yang selalu meningkat setiap tahunnya seperti kejadian toksoplasmosis di Surabaya, yang semula pada tahun 1995 dilaporkan oleh Ma'roef dan Soemantri sebanyak 48.78 % dan dilakukan penelitian kembali oleh Eiji Konishi dkk didapatkan prevalensi sebanyak 58 % dan hasil ini cukup tinggi dibandingkan dengan prevalensi di daerah Asia tenggara yang berkisar antara 2-39 %. Menurut Eiji Konishi dkk, kejadian toksoplasmosis yang terjadi karena transmisi secara kongenital, memakan daging setengah matang yang terinfeksi kista dari T.gondii, dan secara tidak sengaja termakan ookista yang tertempel di hewan 11 peliharaan terutama kucing . Untuk kasus toksoplasmosis di Kota Palu ditemukan sebanyak 42,47 % WUS terinfeksi. Data ini
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 7 No. 2, 2013 : 35 -39 lebih rendah dibandingkan dengan data tahun 1995 untuk daerah Sulawesi Tengah prevalensi kejadian penyakit ini sebesar 76,47%. Kejadian penyakit ini berkaitan dengan pola hidup bersih dan sehat dari WUS tersebut. Data yang didapatkan masih merupakan data dasar karena di Kota Palu sendiri belum ada data yang pasti mengenai penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
5. Kasper L.H. Toxoplasma Infection. Dalam Eugene Braunwald, Anthony S. Fauci, dkk (eds.), Harrison's Principles of internal medicine 15th Edition Volume 1. USA : McGraw-Hill Companies, Inc.2001. P.1222- 1227
Infect. Dis., 53, 238-241. Gambaran Serologis Toksoplasmosis .......... (Intan Tolistiawaty, et al)
11. Konishi E, Houki Y, Harano K, Miwabani R.S, Marsudi D, Alibasjah S, Dachlan Y.P. 2000. High Prevalence of Antibody to Toxoplasma gondii Among humans in Surabaya, Indonesia. Jpn. J
Georgia Departement Of Community Health. 2 0 0 5 . A v a i l a b l e f r o m : http://www.health.state.ga.us/pdfs/epi/zvb d/Toxoplasmosis%20FS.pdf. Diakses pada tanggal 9 Mei 2011.
9. Robert, L.S and Jr. Janovy. Gerald Schmidt and Larry S. Robert's Foundation of Parasitology, 6 th ed.,pp : 127-132. Mc GrawHill Book co. Singapura. 2000 10. Medows, RM. Toxoplasmosis Fact Sheet.
8. Cossart, P., Boquet, P., Normark, S., and Rappuoli, R. (Eds.), Cellular Microbiology, ASM Press, Washington D.C, 2000, 23-24, 139, 145, 178.
Medical Microbiology. Mc GrawHill Book co. Singapura. 2005.
6. Baratawidjaja, K. G. Imunologi Dasar edisi ketujuh. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2006 7. Geo. F. Brooks, Janet S. Butel. Stephen A. Morse.
KESIMPULAN
Kasus kejadian toksoplasmosis pada Wanita Usia Subur Di Delapan Puskesmas yang ada Di Kota Palu sebanyak 3 orang (0,7 %) WUS teridentifikasi IgM positif dan 177 orang (42,47 %) positif IgG .
3. Adyatma. Kebijaksanaan Pemberantasan Penyakit Parasit di Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran, 1-4.1980.
2. Terazawa A, Muljono R, Susanto L, Margono SS, Konishi E. High Toxoplasma Antibody Prevalence Among Inhabitants In Jakarta, Indonesia. Jpn. J Infect. Dis.,2003. 56, 107-109
1. Indrawati A. Toxoplasmosis, Aspek Kesehatan dan Penatalaksanaannya. (Online), Makalah Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana/ S3 I P B , B o g o r , 5 J a n u a r i . 2 0 0 2 . (http://rudyct.250.com/sem1_012/agustin_i ndrawati.htm
(Pengelola KIA Dinas Kesehatan Kota Palu), serta teman-teman dari Balai Litbang P2B2 Donggala yang membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
Terima kasih pula kepada Max Joseph Herman, Rini Sasanti Handayani, Anna Maria S, Amrul Munif (Badan Litbangkes) atas bimbingannya selama penelitian, Lysna
Terima kasih kami ucapkan kepada Kepala Balai Litbang P2B2 Donggala atas izin dan dukungannya dalam pelaksanaan p e n e l i t i a n i n i , t a k l u p a p u l a k a m i mengucapkan terima kasih kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Palu, Kepala P u s ke s m a s T i p o , Ke p a l a P u s ke s m a s Kawatuna, Kepala Puskesmas Kamonji, Kepala Puskesmas Talise, Kepala Puskesmas Singgani, Kepala Puskesmas Bulili, Kepala Puskesmas Pantoloan, dan Kepala Puskesmas Birobuli atas izin melaksanakan penelitian.
Diperlukan pendidikan atau penyuluhan mengenai penyakit toksoplasmosis pada masyarakat terutama pada wanita usia subur sehingga dapat mengurangi tingkat kejadian penyakit ini., Dilakukan pemeriksaan toksoplasmosis pada WUS sebelum menikah u n t u k m e n g e t a h u i s t a t u s ke s e h a t a n reproduksi sehingga bisa terhindar dari resiko terinfeksi penyakit ini. Dan adanya perhatian khusus pada setiap ibu hamil misalnya pemeriksaan sampel darah untuk mengurangi kejadian abortus yang mungkin salah satunya disebabkan oleh Toxoplasma gondii
SARAN
4. Levine. N.D. Buku Pelajaran Parasitologi veteriner. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta. 1990.