BAB 2 PAJAK NEGARA DAN PAJAK DAERAH - Bab II Pajak Negara dan Pajak Daerah
DAFTAR ISI
BAB II PAJAK NEGARA DAN PAJAK DAERAH
1 Daftar Isi
2 A. Pajak Negara
3 B. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
3 Daftar Pustaka
9
A. Pajak Negara
Pajak Negara yang sampai saat ini masih berlaku adalah:
1. Pajak Penghasilah (PPh) Dasar hukum Pajak Penghasilan adalah Undang-undang No. 7 Tahun 1984 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2008.
2. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Atas Barang Mewah (PPN & PPn BM) Dasar hukum pengenaan PPN & PPnBM adalah Undang-undang No. 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 42 Tahun 2009.
3. Bea Materai Dasar hukum pengenaan Bea Materai adalah Undang-undang No. 13 Tahun 1985.
4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Dasar hukum pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Undang-undang No. 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 12 Tahun 1994.
5. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Dasar hukum pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah Undang-undang No. 12 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2000.
B. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dasar Hukum
Dasar hukum pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Jenis Pajak dan Objek Pajak Pajak Daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Pajak Provinsi, terdiri dari:
a. Pajak Kendaraan Bermotor
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Air Permukaan, dan
e. Pajak Rokok
2. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari:
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g. Pajak Parkir
h. Pajak Air Tanah i. Pajak Sarang Burung Walet j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan k. Bea Perolehan Ha katas Tanah dan Bangunan
Tarif Pajak
Tarif untuk setiap jenis pajak adalah:
1. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1% dan paling tinggi sebesar 2%.
b. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan secara progresif paling rendah 2% dan paling tinggi sebesar 10%.
2. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, pemerintah/TNI/POLRI, pemerintah daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan peraturan daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% dan paling tinggi sebesar 1%.
3. Tarif pajak kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% dan paling tinggi sebesar 0,2%.
4. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi masing-masing berikut: a. Penyerahan pertama sebesar 20%; dan b. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1%.
5. Khusus untuk Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak menggunakan jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut:
a. Penyerahan pertama sebesar 0,75%; dan b. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075%.
6. Tarif pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
Khusus tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk bahan bakar kendaraan umum dapat ditetapkan paling sedikit 50% lebih rendah dari tarif pajak bahan bakar kendaraan bermotor untuk kendaraan pribadi.
7. Tarif pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
8. Tarif pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% dari cukai rokok.
9. Tarif pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
10. Tarif pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
11. Tarif pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35%.
12. Tarif pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25%.
13. Tarif pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
14. Tarif pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi sebesar 25%.
15. Tarif pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30%.
16. Tarif pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20%.
17. Tarif pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
18. Tarif pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3%.
19. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Banguna ditetapkan paling tinggi sebesar 5%.
Tata Cara Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak dilarang diborongkan. Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan surat ketetapan pajak atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan penetapan kepala daerah dibayar dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis dan nota perhitungan.
Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakn sendiri dibayar dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), dan/atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT).
Daluwarsa Penagihan Pajak
Hak untuk melakukan penagihan pajak menjadi daluwarsa setelah melampaui waktu 5 tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah.
Retribusi Daerah
Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Objek Retribusi Daerah
Yang menjadi objek retribusi daerah adalah:
1. Jasa Umum, adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan kemanfaatan umum serta dapat dinikmatioleh orang pribadi atau badan. Jenis retribusi jasa umum adalah:
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan
b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil
d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Penguburan Mayat
e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
f. Retribusi Pelayanan Pasar
g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang m. Retribusi Pelayanan Pendidikan n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
2. Jasa Usaha, adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
c. Retribusi Tempat Pelelangan
d. Retribusi Terminal
e. Retribusi Tempat Khusus Parkir
f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa g. Retribusi Rumah Potong Hewan
h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga j. Retribusi Penyeberangan di Air k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
3. Perizinan Tertentu, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas suatu kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan (organisasi) yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis Retribusi Perizinan Tertentu antara lain:
a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
c. Retribusi Izin Gangguan
d. Retribusi Izin Trayek
e. Retribusi Izin Usaha Perikanan
Subjek Retribusi Daerah
Subjek Retribusi Daerah adalah sebagai berikut:
1. Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.
2. Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.
3. Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daerah.
Tata Cara Pemungutan Retribusi
Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis, kupon, atau kartu langganan. Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan
Retribusi Daerah (STRD). Penagihan retribusi terutang sebagaimana didahului dengan surat teguran. Tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.
Pemanfaatan Retribusi
Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis retribusi diutamakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan yang bersangkutan. Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Daluwarsa Penagihan Retribusi
Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi daluwarsa setelah melampaui waktu 3 tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi.
Daftar Pustaka Mardiasmo. 2016. Perpajakan. C.V Andi Offset: Yogyakarta.
Puspa, Dian. 2016. Tarif PPh 21. (Online), kses 12 Januari 2016.