PROSEDUR KLAIM TERHADAP LEMBAGA PENJAMIN

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Penulisan
Sektor rill atau sektor usaha yang menjadi tulang punggung perekonomian

suatu negara tidak dapat berjalan sendiri. Untuk dapat memberikan kemanfaatan
yang optimal bagi masyarakat dan perekonomian tersebut, sektor rill memerlukan
sarana dan prasarana pendukung khususnya dalam memperoleh dukungan modal
melalui kredit atau pembiayaan untuk pengembangan usaha dan kemajuan sektor
usaha terkait. Salah satu sektor usaha dalam rangka pertumbuhan ekonomi
masyarakat dilakukan di Indonesia, yaitu sektor usaha mikro, kecil dan menengah
atau sering disebut UMKM.
Persentase penyaluran jenis kredit UMKM di Indonesia masih sangat minim
dibandingkan jenis kredit lainnya. Pengalokasian dana kredit minim untuk UMKM
dikarenakan adanya faktor ketidaktahuan UMKM tentang adanya kredit untuk
pengembangan usaha atau adanya persayaratan berupa jaminan (collateral) yang
memberatkan sisi UMKM, sedangkan bagi pihak perbankan faktor ketidakpastian

perubahan tingkat ekonomi yang tidak stabil untuk UMKM menjadi risiko besar dan
poin dasar penting bank lebih selektif dalam memberikan pembiayaan untuk
UMKM.
Risiko besar yang dihadapkan oleh bank sebagai penyedia pembiayaan pada
UMKM adalah kegagalan pelaku usaha (business risks) dalam memenuhi

2

kewajibannya

yang

disebabkan

oleh

adanya

faktor


ekonomis

(economic

uncertainties) seperti perubahan kondisi pasar, kenaikan bahan baku, dan sarana
produksi lainnya serta lemahnya manajemen (human uncertainties) seperti moral
hazard atau karaktek buruk pelaku usaha menjadi pemenuhan sebab-akibat kredit
macet.
Kredit macet (loan default) menjadi permasalahan utama yang dihadapi bank
dalam hal pemberian kredit, dimana debitur sebelum jatuh tempo tidak dapat
memenuhi kewajibannya atau sering disebut wanprestasi atau cidera janji. Berbagai
usaha preventif dilakukan perbankan untuk meminimalisir risiko kredit macet salah
satunya dengan adanya perjanjian kerja sama dimana bank dengan lembaga
penjaminan kredit melakukan penjaminan kredit.
Penjaminan kredit pada dasarnya adalah suatu kegiatan pemberian jaminan
kepada pihak kreditor atas kredit atau pembiayaan atau fasilitas lain yang disalurkan
kepada debitur akibat tidak dipenuhinya syarat agunan sebagaimana yang ditetapkan
oleh kreditor (Yasabari:2007), dimana jaminan agunan debitur tidak dapat mengcover kerugian yang dialami bank atas kredit macet disepanjang tenggat jangka
waktu kredit. Pengambilalihan sementara risiko atas kredit macet debitur (debitur
tertanggung) dengan penjaminan kredit menimbulkan hak klaim antara pihak bank

(tertanggung) dan penjamin kredit (penanggung) sebagai pihak ketiga. Dengan
adanya keterlibatan aktif tiga pihak dalam penjaminan kredit, maka dalam
menjalankan fungsinya penjamin kredit menerima permintaan penjaminan baik dari
yang terjamin yang bersangkutan maupun dari penerima jaminan atau pihak yang
menyediakan fasilitas kredit.

3

Berdasarkan alasan tersebut, penulis menyadari bahwa tidak banyak
pembahasan tugas akhir yang menjelaskan cara penyelesaian kredit yang dilakukan
bank melalui pengambilan hak klaim atas penjaminan kredit terhadap pihak ketiga,
juga tidak banyak referensi buku yang membahas permasalahan ini, maka penulis
tugas akhir hendak mengemukakan “PROSEDUR KLAIM TERHADAP LEMBAGA
PENJAMINAN KREDIT PADA KREDIT USAHA MIKRO, KECIL, DAN
MENENGAH DI BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO), TBK CABANG
BOGOR.”

1.2

Tujuan Penulisan


Penulis berharap dengan penulisan tugas akhir ini yang berjudul “Prosedur Klaim
terhadap Lembaga Penjaminan Kredit Pada Kredit Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.” bertujuan:
1. Menjelaskan faktor penyebab terjadinya klaim.
2. Menjelaskan risiko kerugian yang ditanggung dan yang tidak ditanggung atas
penjaminan kredit.
3. Menjelaskan prosedur klaim yang dilakukan bank terhadap lembaga penjaminan
kredit.
4. Menjelaskan hambatan dan cara penyelesaian dalam prosedur klaim.

1.3 Manfaat Penulisan
Penulis berharap dengan ditulisnya tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan seperti :
1. Bagi Penulis

4

Melalui penulisan tugas akhir ini, penulis dapat menambah pengetahuan dan
wawasan yang bermanfaat terutama untuk memahami produk dan prosedur klaim

terhadap lembaga penjaminan kredit melalui Bank Tabungan Negara sehingga
penulis dapat menerapkannya dengan dikombinasikan dengan ilmu yang selama ini
diperoleh semasa perkuliahan maupun luar perkuliahan.

2. Bagi Politeknik Negeri Jakarta
Memberikan sumbangsih bahan referensi tugas akhir untuk menambah pengetahuan
khususnya mahasiswa dan mahasiswi di Politeknik Negeri Jakarta. Penulisan tugas
akhir ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan ataupun referensi bagi mahasiswa
Politeknik Negeri Jakarta guna menambah wawasan dan menambah perbendaharaan
ilmiah di bidang perbankan khususnya dalam hal prosedur hak klaim terhadap
lembaga penjaminan kredit yang dilakukan bank.

3. Bagi Pembaca
Penulisan tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih informasi
ataupun referensi tambahan secara umum tentang penjaminan kredit yang dilakukan
perbankan terhadap kredit khususnya UMKM.

1.4

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan tugas akhir “Prosedur Klaim terhadap

Lembaga Penjaminan Kredit pada Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di PT.
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Bogor” dimaksudkan untuk
mempermudah pembaca dalam memahami isi Laporan Tugas Akhir. Dalam

5

menyusun laporan tugas akhir ini, penulis membaginya kedalam tiga bab dan
masing-masing bab terbagi menjadi subbab-subbab yang berhubungan satu sama lain
sehingga menjadi satu kesatuan yang menyeluruh. Adapun ketiga bab tersebut, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini merupakan awal dari penulisan tugas akhir menjelaskan bagian
pendahuluan yang berisi tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan, manfaat
penulisan dan sistematika penulisan. Dalam bab ini diharapkan dapat memberikan
gambaran dan mengerti isi akan dari laporan tugas akhir ini.
BAB II PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis memberikan gambaran mengenai latar belakang
perusahaan dalam sub bab yang berisi sejarah singkat perusahaan, visi dan misi
perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan bidang usaha perusahaan. Pada sub

bab yang kedua mengenai landasan teori dan konsep, diuraikan tentang kredit
bermasalah dimana dalam bahasan ini dijabarkan pengertian kredit bermasalah,
penggolongan kualitas kredit, faktor penyebab kredit macet, penyelamatan dan
penyelesaian kredit macet, diuraikan tentang pengertian penjaminan kredit dimana
dalam bahasan ini dijabarkan pihak-pihak dalam penjaminan kredit, prinsip
penjaminan kredit, diuraikan tentang lembaga penjaminan kredit dimana dalam
bahasan ini dijabarkan peran lembaga penjaminan kredit dan lembaga penjaminan
kredit di Indonesia, diuraikan tentang klaim dimana dalam bahasan ini dijabarkan
pengertian klaim dan jenis klaim. Lalu, dalam sub bab ketiga menjelaskan mengenai
prosedur klaim terhadap lembaga penjaminan kredit di Bank Tabungan Negara
cabang Bogor, diuraikan tentang faktor penyebab terjadinya klaim, risiko kerugian

6

yang ditanggung atas penjaminan kredit, prosedur klaim terhadap lembaga
penjaminan kredit, serta hambatan dan penyelesaiannya dalam prosedur klaim.
BAB III PENUTUP
Pada bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan pembahasan bab serta saran
yang membangun untuk mengembangkan isi Laporan Tugas Akhir.
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

7

BAB II
PEMBAHASAN
PROSEDUR KLAIM TERHADAP LEMBAGA PENJAMINAN
KREDIT PADA KREDIT USAHA MIKRO, KECIL, DAN
MENENGAH DI PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO),
TBK
2.1

Latar Belakang Perusahaan

2.1.1

Sejarah Singkat Perusahaan PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk
Awal sejarah berdirinya Bank Tabungan Negara atau biasa disebut BTN

dimulai


sejak

Belanda

datang

ke

Indonesia.

Perjuangan

BTN

dalam

memperjuangkan keberadaannya dimulai pada tahun 1897, berdasarkan adanya
Koninjilk Bescluit No. 27 di Hindia Belanda yang menegaskan pendirian
Postpaarbank. Pendirian Postpaarbank mempunyai tujuan pada saat itu untuk

mendidik masyarakat agar gemar menabung.
Pada tahun 1942, kekuasaan Belanda berakhir dan Jepang berhasil
menduduki wilayah Indonesia. Tepat 5 tahun berselang, Postpaarbank sebagai bank
kolonial Belanda dialihfungsi oleh pemerintah Jepang menjadi Tyokin Kyoku. Setelah
menanggalkan penjajahan dan Indonesia memplokamirkan diri, Tyokin Kyoku
ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai Kantor Tabungan Pos.
Adanya agresi milter Belanda pada tahun 1946, Belanda berhasil menduduki
kantor-kantor cabang Kantor Tabungan Pos. Namun agresi tidak berlansung lama dan

8

tahun 1949 pemerintah Indonesia membuka kembali kembali Kantor Tabungan Pos
dan menggantikan namanya menjadi Bank Tabungan Pos RI. Pada tahun 1950
sebagai satu-satunya lembaga tabungan di Indonesia, melalui UU No.9 tahun 1950
Bank Tabungan Pos RI resmi mengganti namanya menjadi Bank Tabungan Pos.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.4 Tahun 1963 dan
Undang-Undang No.2 Tahun 1964, penggunaan nama Bank Tabungan Pos
digantikan dan diresmikan dengan nama Bank Tabungan Negara atau biasa disingkat
dengan Bank BTN.
Kemudian berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 1968, Bank BTN

menjadi Bank Umum Milik Negara yang menjadikan status Bank BTN untuk
memperbaiki perekonomian dalam menghimpun dana masyarakat yang menjadi
fokus produk untuk tabungan. Pada tahun 1974 Bank BTN ditugaskan memberikan
pelayanan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) sesuai Surat Menteri Keuangan No.B49/MK/I/1974 tanggal 29 Januari 1974.
Pada tahun 1989, Bank BTN berpoperasi sebagai bank umum dan mulai
menerbitkan

obligasi. Tak lama berselang pada tahun 1992, Bank BTN

mengukuhkan status hukum menjadi perusahaan perseroaan. Tahun 1994, Bank BTN
mendapat kepercayaan sebagai bank devisa.
Perkembangan usaha pengembangan perumahan semakin pesat di Indonesia,
pada tahun 2002 Bank BTN ditunjuk sebagai bank komersial yang fokus pada
pembiayaan rumah komersial. Perluasan usaha Bank BTN dibuktikan dengan
membuka unit usaha Syari’ah pada tahun 2005.
Transformasi besar dilakukan sekuritasasi asset Bank BTN menjadi bank
pertama di Indonesia yang melakukan sekuritasasi Kontrak Investasi Kolektif Efek

9

Beragunan Aset di Bank Indonesia. Bank BTN juga melepaskan saham dengan
pencatatan perdana dan listing transaksi tersebut.
Mulai tahun 2013, Bank BTN mulai melakukan tranformasi menuju World
Class Banking dengan tujuan memberikan hasil terbaik kepada para masyarakat luas
dengan fokus dan konsisten sebagai pemimpin pembiayaan perumahan.

2.1.2

Visi dan Misi Perusahaan PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk
Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk mendirikan perusahaan dalam bidang

jasa layanan perbankan dengan visi dan misi sebagai pedoman dalam mengelola
usahanya. Visi Bank Tabungan Negara adalah menjadi bank yang terdepan dalam
pembiayaan perumahan. Sedangkan misi dari Bank Tabungan Negara antara lain:
1. Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industry terkait
pembiayaan konsumsi dan usaha kecil menengah.
2. Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembangan produk, jasa,
dan jaringan strategis berbasis teknologi terkini.
3. Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang berkualitas, profesional,
dan memiliki intergritas tinggi.
4. Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinnsip kehati-hatian
dan Good Corporate Governance untuk meningkatkan Shareholder Value.
5. Memedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya.

2.1.3

Struktur Organisasi Perusahaan PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk
Tujuan organisasi menentukan struktur organisasi yaitu menentukan seluruh

tugas pekerjaan, hubungan antar tugas,batas wewenang, dan tanggung jawab untuk

10

menjalankan masing-masing tugas yang dibebankan. Struktur organisasi yang
digunakan Bank Tabungan Negara Cabang Bogor adalah struktur organisasi garis
yang menggambarkan kedudukan setiap unit dan petugas dalam susunan suatu
organisasi, tugas pokok, fungsi organisasi serta hubungan antara setiap unit dan
petugas. Dalam uraian jabatan menggambarkan nama jabatan, tugas-tugas dan
persyaratan jabatan yang harus dipenuhi dipaparkan sebagai berikut:
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Penuh PT. Bank Tabungan Negara

Sumber : PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk Cabang Bogor

1. Branch Manager
Branch Manager bertanggung jawab atas pengembangan bisnis dan jaringan dalam
rangka mencapai tingkat pemberian laba yang optimal, penyelenggaraan operasional,

11

dan efisiensi cabang secara keseluruhan berlangsung baik sesuai dengan ketentuan.
Adapun tugas Branch Manager diantaranya:
a. Membuat usulan rencana kerja serta anggaran bidang kerjanya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan potensi bisnis dalam ruang lingkup pekerjaannya.
b. Melakukan koordinasi pencapaian target kredit, dana, dan jasa termasuk evaluasi
secara periodik.
c. Menggunakan dan mengelola anggaran promosi dalam rangka pencapaian target
kredit, dana dan jasa.
d. Pembuatan laporan hasil pencapaian target kredit, dana, dan jasa
e. Memberikan SQL kepada nasabah prima dana dan kredit.
f. Melakukan koordinasi pelaksanaan proses bisnis kredit konsumer di Kantor
Cabang yang efektif sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g. Membina hubungan yang baik dengan pihak internal dan eksternal yang terkait
dengan operasional dan bisnis bank.
h. Mencari dan memberikan masukan serta informasi yang mendukung aktivitas
kerjanya.
i. Melakukan proses administrasi dan pelaporan yang tertib di lingkup kerjanya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
j. Membuat usulan kebutuhan sarana dan prasarana dalam rangka mendukung
aktivitas di bidang kerjanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Secretary

12

Secretary memiliki tanggung jawab untuk mengelola segala aktivitas manajemen
administrasi bank bagi kepentingan manajemen cabang, serta bertugas membantu
manajemen dalam berkomunikasi dengan berbagai pihak intern dan ekstern cabang.

3. Consumer Deputy Branch Manager
Consumer Deputy Branch Manager memiliki tanggung jawab untuk mengkoordinasi
pencapaian target bisnis segmen consumer melalui penggunaan anggaran dana
segmen consumer serta melakukan monitoring dan report hasil target pencapaian.
Consumer Deputy Branch Manager membawahi langsung tiga unit, diantaranya
yaitu:
a. Mortgage & Consumer Lending Unit Head
Bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan pencapaian target bisnis mortgage dan
consumer lending melalui marketing dan proses kredit yang efektif dan efisien serta
monitoring dan evaluasi hasil selling service. Mortgage & Consumer Lending Unit
Head membawahi tiga unit, yaitu:
1) Consumer Loan Marketing
Bertanggung jawab untuk mencari nasabah prospek dan mengarahkannya ke bank
untuk dapat diakuisisi.
2) Consumer Loan Service
Bertanggung jawab atas pelayanan kredit konsumer dan kualitas input data calon
debitur kedalam database.
3) Consumer Loan Analsyt
Bertanggung jawab menghasilkan kredit konsumer yang berkualitas melalui analisa
dukungan pembiayaan kredit konsumer dan melakukan Quality Service Level (QSL).

13

b. Consumer Funding and Service Unit Head
Bertanggung jawab mengoptimalkan pengelolaan fungsi petugas marketing dan
selling atas produk dana konsumer. Bagian ini membawahi dua unit yaitu:
1) Consumer Funding Marketing Officer
Bertanggung jawab melakukan dan mengelola fungsi dan petugas marketing dan
selling atas produk dana konsumer (non kantor pos).
2) RM Bisniss Post/Post Alliance Staff
Bertanggung jawab melakukan dan mengelola fungsi dan petugas marketing dan
selling atas produk dana dan layanan yang menggunakan jaringan kantor pos.
c. Customer Care Unit Head
Bertanggung jawab melalukan tugas fungsi supervise sebagai Customer Care Unit
Head dan otorisasi sesuai batas kewenangannya. Customer Care Unit Head
membawahi dua unit, yaitu:
1) Customer Service
Bertanggung jawab melakukan fungsi pelayanan sebagai petugas Customer Service,
maintenance data nasabah, pemasteran data, dan maintenance pemindahbukuan
(standing instruction).
2) Service Quality
Bertanggung jawab melalukan pengukuran dan peningkatan quality service level
tehadap nasabah untuk outlet dibawah kantor cabang serta melakukan pelaporan
quality service level kepada unit terkait di kantor pusat.

4. Commercial Deputy Branch Manager

14

Bertanggung jawab mengkoordinasikan pencapaian target bisnis segmen komersial
melalui pencapaian target dana segmen komersial dan mengelola proses kredit
komersial yang efektif dan efisien, serta melakukan pelayanan terhadap nasabah
prima. Bagian ini membawahi dua unit yaitu:
a. Housing and Commercial Lending Unit Head
Bertugas untuk mengkoordinasikan pencapaian target marketing dan realisasi bisnis
commercial lending dengan menggunakan dan mengelola anggaran serta memberi
laporan hasil pencapaian target. Bagian ini membawahi dua unit yaitu:
1) Relationship Management
Bertanggung jawab atas pencapaian target bisnis kredit komersial dengan melakukan
pendekatan hubungan bisnis melalui nasabah/nasabah baru serta pelayanan kredit
program kemitraan.
2) Commercial Loan Analyst
Bertanggung jawab atas penginputan data aplikasi kredit komersil pada database,
penganalisaan kredit komersial, dan mendokumentasikan dokumen kredit sesuai
proses administrasi.
b. Commercial Funding and Service Unit Head
Bertanggung jawab untuk mengoptimalkan pengelolaan fungsi petugas marketing
dan selling atas produk dana komersial. Bagian ini membawahi dua unit, yaitu:
1) Government & Corporate Fund Marketing
2) Educational Institution & Other Funding Marketing

5. Supporting Deputy Branch Manager

15

Bertugas untuk memberikan dukungan kantor cabang dalam pencapaian target bisnis
sektor komersial melalui pengelolaan operasional bank yang efektif dan efisien serta
pengelolaan control accounting sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bagian ini
membawahi langsung tiga unit, yaitu:
a. Operation Unit Head
Bertanggung jawab atas supervise aktifitas – aktifitas pada fungsi Teller Service,
fungsi Transaction Processing, fungsi Loan Administration dan fungsi General
Branch Administration agar efektif dan efisien. Pada bagian ini membawahi empat
unit, yaitu:
1) Teller Service Unit
Bertugas melakukan administrasi transaksi loket (tunai dan non tunai) percetakan
laporan transaksi harian, penyortiran uang dan pelaksanaan pelayanan sesuai dengan
standar pelayanan front liner.
2) Transaction Processing Unit
Bertugas melakukan proses kliring mulai dari persiapan, kliring penyerahan, kliring
penerimaan, kliring tolakan, serta proses transaksi operasional non tunai, akurasi dan
kebenaran administrasi pajak.
3) General Administration
Bertugas melakukan kegiatan yang berkaitan dengan sumber daya manusia,
menjalankan aktivitas administrasi dan kesekretariatan, serta melakukan aktivitas
yang berkaitan dengan penatausahaan logistik.
4) Loan Administration and Document Unit

16

Bertugas melakukan proses aplikasi kredit, membuat memo pencairan kredit,
administrasi kredit, memproses permohonan taksasi nilai agunan, serta melakukan
kunjungan langsung (on the spot).
b. Accounting Control Unit
Bertugas melakukan supervise atas terselenggaranya fungsi general ledger, fungsi
internal control, fungsi pelaporan intern & ekstern, fungsi penyusunan URAP dan
RKAP, fungsi analisa pencapaian kinerja, dan fungsi filling.
c. Collection Branch Coordinator
Bertanggung jawab mengelola anggaran yang terkait dengan pembinaan, serta
memastikan dan memeriksa akurasi laporan – laporan yang terkait dengan
pembinaan dan penyelamatan kredit/pembiayaan di wilayah kerjanya, serta
memastikan dan memeriksa akurasi laporan – laporan yang terkait dengan
pembinaan dan penyelamatan kredit/pembiayaan di wilayah kerjanya. Collection
Branch Coordinator membawahi tiga unit, yaitu:
1) Collection
Bertanggung jawab melakukan tagihan tunggakan melalui telepon agar melakukan
pembayaran dan memberi surat jalan penagihan kepada field collection.
2) Skip Tracer Coordinator
Bertanggung jawab mengelola pembinaan lapangan yaitu membina debitur dan
kolektabilitas 1 (satu) sampai dengan kolektabilitas 2 (dua).
3) Field Collection Team Leader
Bertanggung jawab melakukan penagihan tunggakan dengan cara on the spot ke
nasabah atau debitur tertunggak.
2.1.4

Bidang Usaha Perusahaan PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk

17

PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk bergerak dalam bidang layanan jasa
perbankan dimana dalam produksinya tidak menciptakan barang tetapi menjual
produk dana, kredit dan jasa layanan kepada nasabah. Spesifikasi dari produk-produk
tersebut adalah :
1. Produk Dana
a. Tabungan BTN Batara
Tabungan dengan berbagai kemudahan transaksi untuk menunjang aktivitas
keuangan nasabah dimana penyetoran dapat dilakukan di seluruh kantor pos online,
mendapat kartu debit ATM Visa digunakan untuk berbelanja dan pembayaran
lainnya, berfasilitas joint account untuk rekening bersama keluarga dan auto transfer
untuk transfer dana nasabah ke rekening bank lain atau Bank BTN.
b. Tabungan BTN Prima
Tabungan investasi dengan berbagai keuntungan untuk masa depan atau kehidupan
yang lebih baik. Keuntungan yang diperoleh bonus bunga 1,5% p.a dari saldo apabila
tidak ada penarikan selama dua bulan, memperoleh point reward, suku bunga counter
relative lebih tinggi bersifat investasi.
c. Tabungan BTN Batara Payroll
Tabungan untuk pembayaran payroll karyawan dengan berbagai kemudahan
transaksi yang penyetorannya dapat dilakukan diseluruh Kantor Pos Onlie (KLKK)
dan fasilitas setor tunai menggunakan Cash Deposit Machine (CDM) di kantor
cabang BTN.
d. Tabungan BTN Junior
Tabungan untuk edukasi menabung bagi anak-anak usia 0 s.d 12 tahun. Manfaatnya
bebas biaya administrasi bulanan, dan dapat bekerja sama dengan pihak sekolah

18

untuk program kolektif untuk setiap pembukaan rekening baru dan penabungan
kolektif lanjutan.
e. Tabungan BTN Juara
Tabungan untuk edukasi dan sesuai dengan kebutuhan generasi muda usia 12 s.d 23
tahun. Manfaatnya bebas biaya administrasi bulanan dan program kerja sama kolektif
dengan pihak sekolah atau perguruan tinggi.
f. Tabungan BTN e’BATARAPOS
Tabungan Bank BTN yang diselenggarakan bekerja sama dengan PT. Pos Indonesia
(Persero) melalui loket Kantor Pos online dan semua outlet Bank BTN yang telah
ditentukan.
g. TabunganKu
Tabungan perorangan dengan persyaratan mudah dan ringan untuk menumbuhkan
budaya menabung serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.
h. Tabungan BTN Haji Reguler
Tabungan yang diperuntutkan kepada calon jemaah haji yang akan mempersiapkan
ibadah haji dengan program penyelenggaraan haji regular dan bebas biaya
administrasi bulanan.
i. Tabungan BTN Haji Plus
Tabungan yang khusus diperuntutkan kepada calon jemaah haji yang akan
menjalankan ibadah haji dengan program penyelenggaraan Haji Khusus yang
diselenggarakan oleh Kantor Kementrian Agama.
j. Tabungan BTN Batara Pensiunan
Tabungan yang diperuntutkan bagi para pensiunan sebagai sarana penerimaan
pension setiap bulan yang dibayarkan oleh PT. Taspen (Persero).

19

k. Tabungan Simpanan Pelajar (SimPel)
Tabungan SimPel/SimPel iB adalah tabungan untuk siswa yang diterbitkan secara
nasional oleh bank-bank di Indonesia, dengan persyaratan mudah dan sederhana serta
fitur yang menarik, dalam rangka edukasi dan inklusi keuangan untuk mendorong
budaya menabung sejak dini.
l. Tabungan BTN Perumahan
Tabungan BTN Perumahan merupakan produk tabungan dalam rangka membantu
lebih banyak masyarakat di Indonesia untuk menabung dengan tujuan membeli
rumah, khususnya rumah pertama. Dimana nasabah secara rutin melakukan setoran
wajib perbulan dalam rangka menyiapkan rencana mempunyai rumah impian atau
untuk mendapatkan uang muka rumah. Jika uang muka telah mencukupi untuk
membayar lunas pembelian rumah atau uang muka , nasabah dapat mengajukan KPR
ke Kantor Cabang manapun di Indonesia dengan terlebih dahulu melengkapi
dokumen persyaratan KPR.
m. Giro BTN & Giro Valas BTN
Produk simpanan dalam denominasi rupiah/US Dollar dengan fleksibilitas tinggi
yang penarikannya daapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan Cek/BG atau
media lainnya.
n. Deposito BTN & Deposito BTN Valas
Produk simpanan berjangka dalam mata uang rupiah/US Dollar dengan jangka waktu
1,3,6,12 dan 24 bulan dan dapat dijadikan sebagai jaminan kredit khususnya kredit
swadana.

2. Produk Kredit

20

a. KPR BTN Subsidi
Fasilitas kredit kepemilikan rumah program kerjasama dengan Kementrian
Perumahan Rakyat dengan suku bunga rendah serta cicilan ringan dan tetap
sepanjang waktu kredit, terdiri atas KPR Sejahtera Tapak untuk pembelian rumah
tapak dan KPR Sejahtera Susun untuk pembelian rumah susun.
b. KPR BTN Platinum
Fasilitas kepemilikan rumah dari Bank BTN untuk keperluan pembelian rumah dari
developer maupan non developer, baik untuk pembelian rumah baru atau second,
pembelian rumah belum jadi (indent) maupun take over kredit dari bank lain.
c. Kredit Pemilikan Apartemen BTN
Fasilitas kredit pemilikan apartemen dari Bank BTN untuk keperluan pembelian
apartemen, baik untuk pembelian baru atau second, pembelian apartemen belum jadi
(indent) dan take over kredit dari bank lain.
d. PUMP-Kerjasama Bank
Fasilitas peminjaman uang muka perumahan kerjasama dengan Bank Tabungan
Negara dengan BPJS Ketenagakerjaan yang diperuntutkan bagi seluruh peserta
Program Jaminan Sosial yang mengajukan KPR BTN Sejahtera FLPP.
e. Kredit Ruko BTN
fasilitas kredit untuk membeli unit rumah toko (ruko), rumah, usaha, rumah kantor,
maupun kios dengan suku rumah bersaing, nilai kredit bebas, dan perlindungan
asuransi jiwa dan asuransi kebakaran.
f. Kredit Agunan Rumah BTN

21

Fasilitas kredit multiguna yang dapat digunakan untuk renovasi rumah, pembelian isi
rumah, biaya pendidikan dan kebutuhan lainnya dengan cara mengagunkan rumah,
apartemen atau toko.
g. Kredit Bangun Rumah BTN
Fasilitas kredit untuk membangun rumah idaman diatas lahan milik sendiri dengan
batas maksimal pemberian kreditnya sampai dengan 10 tahun, tipe rumah sesuai
keinginan, suku bunga bersaing, dan mendapat perlindungan asuransi jiwa dan
asuransi kebakaran.
h.Kredit Swadana BTN
Fasilitas kredit yang ditujukan bagi karyawan perusahaan atau instansi guna
memebuhi kebutuhannya tanpa agunan, cukup dengan memanfaatkan SK pegawai
pemohon.
i. Kredit Ringan BTN
Fasilitas kredit yang ditujukan kredit untuk karyawan perusahaan/instansi tanpa
agunan cukup dengan mengajukan SK pegawai Anda.
j. Kredit Ringan Pensiunan BTN
Fasilitas kredit yang ditujukan bagi para pensiunan PNS, TNI, POLRI, maupun janda
ataupun dudanya yang memanfaatkan pensiunannya yang dibayarkan melalui
rekening di Bank Tabungan Negara.
k. PRR-KB BTN Jamsostek
Fasilitas kredit bagi peserta Jamsostek kesulitas keuangan untuk pengembangan atau
renovasi rumah.
l. TBUM BAPERTARUM

22

Fasilitas pinjaman uang muka untuk pembelian rumah, yang ditujukan bagi PNS
golongan I, II, III, dan IV dengan masa kerja minimal 5 tahun dengan syarat belum
pernah memiliki rumah/menerima pelayanan TEPERUM – PNS.
m. Kredit Konstruksi BTN (KYG)
Fasilitas yang diberikan oleh Bank BTN dalam bentuk kredit modal kerja kepada
developer untuk membantu modal kerja pembiayaan pembangunan proyek
perumahan mulai dari biaya pembangunan konstruksi rumah sampai dengan
finishing dan biaya prasarana dan sarana.
n. Kredit Pemilikan Lahan (KPL) BTN
Fasilitas kredit yang diperuntukkan untuk pembelian lahan untuk perumahan
sederhana/bersubsidi. Jangka waktu kredit ini sesuai dengan jangka waktu KYG
dengan maksimal kredit 50 % dari total pembelian lahan untuk rumah sangat
sederhana.
o. KMK BTN Kontraktor
Kredit Modal Kerja yang diberikan oleh Bank BTN kepada kontraktor atau
pemborong untuk membantu modal kerja didalam menyelesaikan pekerjaan
borongan sesuai dengan kontrak kerja.
p. Kredit Modal Kerja (KMK)
Pembiayaan usaha industri perdagangan dan jasa atau yang berhubungan dengan
pengadaan maupun proses produksi sampai dengan barang tersebut dijual.
q. Kredit Investasi BTN
Fasilitas kredit yang diberikan kepada Perseroan Terbatas, CV, Koperasi, Yayasan
dan Perorangan dalam rangka pembiayaan investasi baik investasi baru, perluasan,
modernisasi atau rehabilitasi.

23

r. KUR BTN
Kredit modal kerja atau investasi kepada debitur yang bergerak dalam bidang usaha
yang menurut skala berstatus sebagai usaha mikro, kecil, dan menengah guna
pembiayaan usaha produktif seperti dalam bidang industri, dagang dan jasa.
s. Kredit Linkage
Kredit yang diperuntukkan kepada koperasi atau BPR untuk diteruspinjamkan ke
anggota atau nasabah dengan jangka waktu maksimal 60 bulan dan maksimal kredit
sesuai Batasan Wewenang Memutus Kredit (BWMK).
t. Kredit Usaha Kecil (KUMK) BTN
Fasilitas kredit yang diperuntukkan untuk pembiayaan modal kerja atau investasi
sektor usaha kecil, mikro dan menengah.

3. Jasa dan Layanan
a. Kartu Debit BTN
Kartu ATM BTN berfungsi sebagai kartu debet yang mempermudah transaksi dalam
melakukan pembayaran transaksi dan keperluan belanja yang memiliki logo visa
diseluruh dunia dengan mudah, aman, dan cepat.
b. Kartu Kredit BTN
Produk jasa yang disediakan untuk mempermudah transaksi yang dilakukan nasabah
dalam bentuk non tunai.
c. Cash Management System BTN (CMS)
Layanan bagi nasabah untuk melakukan swakelola transaksi perbankan melalui
koneksi internet.
d. Internet Banking Individual

24

Layanan perbankan bagi nasabah perorangan bank BTN untuk dapat memperoleh
informasi keuangan dan melakukan swakelola transaksi perbankan melalui media
internet.
e. iMobile BTN
Aplikasi perbankan bagi nasabah peroranganuntuk kenyamanan dalam melakukan
transaksi finansial (non tunai) dan non finansial secara automatic debet.
f. BTN Payroll
Jasa layanan berupa transaksi pembayaran gaji karyawan secara online real time
pada saat tanggal efektif gaji. Dengan memiliki beberapa manfaat seperti keamanan
terjaga, mudah digunakan, dan akurat.
g. Edu Payment BTN (SPP Online BTN)
Jasa layanan bagi lembaga pendidikan berupa penerimaan setoran biaya pendidikan
dan biaya lainnya dengan penyelenggaraan pendidikan secara Online Real Time
h. Program Pengembangan Operasional Lembaga (PPO Lembaga)
Fasilitas yang diberikan oleh Bank BTN kepada lembaga yang telah melakukan
kerjasama pengelolaan dana operasionalnya untuk mempermudah aktivitas
operasional lembaga dan mendukung kelancaran operasional nasabah yang
dinilainya dihitung seperti tambahan jasa giro.
l. Payment System
Layanan pembayaran tagihan gas rumah tangga, pajak daerah,SPBU dan lainnya atas
pembelian produk pertamina, tagihan PDAM, dan rumah sakit yang dilakukan secara
online melalui outlet/delivery channel Bank BTN
j. Kiriman Uang

25

Fasilitas jasa pelayanan Bank BTN untuk pengiriman uang dalam bentuk rupiah
maupun mata uang asing menggunakan RTGS (Real Time Grass Settlement) Bank
Indonesia untuk pengiriman uang secara online, media elektronik (SWIFT) untuk
pengiriman uang ke luar negeri yang didukung oleh bank korespondesi diseluruh
dunia, dan dilayani diseluruh outlet Bank BTN dan kantor cabang devisa untuk
pengiriman uang ke luar negeri.
k. Safe Deposit Box
Sarana penyimpanan barang/surat-surat berharga yang aman dan terjaga dari resiko
kebakaran, kejahatan dan berencana alam sebagainya.
l. Bank Garansi
Pernyataan yang dikeluarkan oleh bank atas pemintaan nasabah untuk menjamin
resiko tertentu yang timbul apabila nasabah tidak dapat menjalankan kewajibannya
dengan baik kepada pihakyang menerima jaminan.
m. Payment Point
Fasilitas layanan bagi nasabah untuk memudahkan dalam membayar tagihan rutin.

2.2

Landasan Teori

2.2.1

Kredit Bermasalah
Kredit merupakan pangkal kegiatan penjaminan kredit. Berdasarkan Pasal 1

butir 11 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan:
“ Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga”.
mengacu pada pengertian kredit tersebut maka disimpulkan bahwa pengertian kredit
bermasalah adalah suatu keadaan di mana nasabah sudah tidak sanggup membayar

26

sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikannya
(Sudharjono,2011) sebagaimana dimaksud juga Rivai (2013:398) kredit bermasalah
adalah kredit di mana terjadi cidera janji dalam pembayaran kembali sesuai
perjanjian, sehingga terdapat tunggakan, atau ada potensi kerugian di perusahaan
debitur sehingga memiliki kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank
dalam arti luas.
2.2.1.1 Penggolongan Kualitas Kredit
Kredit bank menurut kualitasnya Rivai (2013:37-43) pada hakikatnya
didasarkan atas resiko kemungkinan menurut bank terhadap kondisi dan kepatuhan
debitur dalam memenuhi kewajiban-kewajiban untuk membayar bunga, mengangsur
serta

melunasi pinjamannya kepada bank. Dengan dasar tersebut kualitas kredit

ditetapkan

berdasarkan

klasifikasi

kolektabilitas.

Berdasarkan

SK

DIR.BI

No.30/267/Kep.Dir/1998 tentang kolektabilitas atau kualitas kredit diperinci sebagai
berikut:

1. Kredit Lancar (Pass)
Kredit digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria di antaranya:
a. pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan
b. memiliki mutasi rekening yang aktif; atau
c. bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).
2. Dalam Perhatian Khusus (Special Mention)
Kredit yang digolongkan ke dalam kredit dalam perhatian khusus apabila memenuhi
kriteria di antaranya:

27

a. terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui
sembilan puluh hari; atau
b. kadang-kadang terjadi cerukan
c. mutasi rekening relative aktif; atau
d. jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau
e. didukung oleh pinjaman baru.

3. Kurang Lancar (Substandard)
Kredit yang digolongkan ke dalam kredit kurang lancar apabila memenuhi kriteria
antara lain:
a. terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui
sembilan puluh hari; atau
b. sering terjadi cerukan; atau
c. frekuensi mulai rekening rendah; atau
d. terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari sembilan puluh
hari; atau
e. terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau
f. dokumentasi pinjaman yang lemah.

4. Diragukan ( Doubtful)
Kredit yang digolongkan kedalam kredit diragukan apabila memenuhi kriteria antara
lain:
a. terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180
hari; atau

28

b. terjadi cerukan yang bersifat permanen atau
c. terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau
d. terjadi kapitalisasi bunga; atau
e. dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan
jaminan.

5. Macet (Loss)
Kredit yang digolongkan ke dalam kredit macet apabila memenuhi kriteria
diantaranya:
a. terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bungaa yang telah melampaui 270
hari; atau
b. kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru atau
c. dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan dalam
bentuk wajar.

2.2.1.2 Faktor Penyebab Kredit Bermasalah
Secara garis besar menurut Djiwandono (Kuncoro, 2011:426), penyebab
kredit macet disebabkan oleh dua faktor, faktor eksternal dan faktor internal dengan
mengacu pada sari buku Djiwandono yaitu faktor eksternal mengacu pada (1)
lingkungan usaha debitur, (2) musibah (misal: kebakaran dan bencana alam) atau
kegagalan usaha, (3) persaingan antar bank yang tidak sehat. Faktor internal menilik
kepada (1) kebijakan perkreditan yang kurang menunjang, (2) kelemahan sistem dan
prosedur penilaian kredit, (3) pemberian dan pengawasan kredit yang menyimpang
dari prosedur, (4) itikad yang kurang baik dari pemilik, pengurus, dan pegawai bank.

29

2.2.1.3 Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit Bermasalah
Berbagai usaha dilakukan bank untuk mengurangi dampak kredit bermasalah
pada kelangsungan kegiatan perbankannya seperti melakukan penyelamatan dan
penyelesaian kredit dimana menurut Rivai (2013:403), penyelamatan kredit adalah
upaya yang dilakukan dalam pengelolaan kredit bermasalah yang masih mempunyai
prospek di dalam usahanya. Sedangkan penyelesaian kredit adalah upaya yang
dilakukan bank untuk menyelesaikan kredit bermasalah yang tidak mempunyai
prospek setelah usaha-usaha penyelematan kredit tidak mungkin dilakukan.
Kuncoro dan Suhardjono (2011:430) merangkum rangkaian penyelamatan
kredit dilakukan dengan cara 3 R yaitu:
Pertama, rescheduling adalah perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut
jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya meliputi: (1) perubahan grace period,
(2) perubahan jadwal pembayaran, (3) perubahan jangka waktu, (4) dan perubahan
jumlah angsuran.
Kedua, reconditioning adalah perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit
yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, dan atau
persyaratan lainnya, sepanjang tidak menyangkut maksimum saldo kredit yang
meliputi rescheduling dan atau: (1) perubahan tingkat suku bunga atau denda, (2)
perubahan cara perhitungan suku bunga, (3) keringanan bunga/denda, (4) perubahan
kepemilikan, (5) perubahan penggantian nama atau status perusahaan, (6)
penggantian nasabah/novasi, (7) penggantian agunan.
Ketiga, restructuring adalah perubahan syarat-syarat kredit yang meliputi
rescheduling, reconditioning, dan atau: (1) penambahan dana bank (suplesi kredit),
(2) konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru, (3)

30

perubahan jenis fasilitas kredit termaksuk konversi pinjaman dalam valuta asing atau
sebaliknya, (5) konversi seluruh atau sebagian kredit menjadi penyertaan dalam
perusahaan.
Apabila usaha penyelamatan dengan 3 R tidak berhasil dilakukan maka akan
diberlakukan upaya penyelesaian agar bank tidak mengalami kerugian dengan cara :
Pertama secara damai, dengan pertimbangan (a) pemberian keringanan bunga untuk
kredit kolektabilitas diragukan atau macet dengan pembayaran lunas ataupun
angsuran, (b) penjualan agunan di bawah tangan, (c) penjualan sebagian atau seluruh
harta kekayaan debitur atau barang agunan. Kedua secara hukum, dengan cara: (a)
penyelesaian kredit melalui pengadilan negeri, (b) penyerahan kredit macet kepada
BUPLN/PUPN, (c) penyerahan kredit macet melalui kejaksaan, (d) penyelesaian
kredit dengan pengajuan klaim pada asuransi kredit atau penjaminan kredit.
2.2.2

Penjaminan Kredit
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2008 tentang Lembaga

Penjaminan, bahwa yang dimaksud dengan penjaminan adalah :
“Kegiatan pemberian jaminan atas pemenuhan kewajiban finansial
penerima kredit dan/atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah”.
Menurut Pasal 1 ayat 2 Peraturan Menteri Negara dan Koperasi (Permenkop)
No.2 Tahun 2008, menyebutkan bahwa:
“Penjaminan Kredit dan Pembiayaan adalah perjanjian tambahan yang
dibuat oleh perusahaan penjamin dengan penerima jaminan yang
memberikan kewajiban kepada perusahaan penjamin untuk membayar ganti rugi
kepada penerima jaminan apabila KUKM Terjamin tidak dapat melunasi
kewajibannya”.
Menurut Yasabari (2007:13) mendefinisikan bahwa, penjaminan kredit pada
dasarnya adalah suatu kegiatan pemberian jaminan kepada pihak kreditor atas kredit

31

atau pembiayaan atau fasilitas lain yang disalurkan kepada debitur akibat tidak
dipenuhinya syarat agunan sebagaimana yang ditetapkan oleh kreditor.
2.2.2.1 Pihak – Pihak Dalam Penjaminan Kredit
Dalam

sebuah

kegiatan

penjaminan

kredit,

Yasabari

(2007:17-18)

menyebutkan bahwa terdapat 3 pihak yang terlibat dan berperan aktif sesuai dengan
tanggung jawab dan fungsi masing-masing. Para pihak tersebut adalah :
a. Penjamin atau pemberi jaminan adalah perorangan atau lembaga yang memberikan
jasa penjaminan bagi kredit atau pembiayaan dan bertanggung jawab untuk
memberikan ganti rugi kepada penerima jaminan akibat kegagalan debitor atau
terjamin dalam memenuhi kewajibannya sebagaimana diperjanjikan dalam perjanjian
kredit/pembiayaan.
b. Penerima jaminan adalah kreditor, baik bank maupun bukan bank, yang
memberikan fasilitas kredit atau pembiayaan kepada debitor atau terjamin, baik
kredit uang maupun bukan uang maupun kredit bukan uang atau kredit barang.
c. Terjamin adalah badan usaha atau perorangan yang menerima kredit dari penerima
jaminan. Dalam dunia perkreditan, terjamin ini dikenal dengan debitor yang
umumnya adalah perorangan yang menjalankan suatu produktif atau pelaku usaha
mikro, kecil, menengah maupun koperasi (ukmk) termaksuk juga didalamnya
perorangan anggota koperasi dan bukan anggota koperasi.
Dengan adanya keterlibatan aktif tiga pihak dalam penjaminan kredit, maka
dalam menjalankan fungsinya penjamin kredit menerima permintaan penjaminan
baik dari yang terjamin yang bersangkutan maupun dari penerima jaminan atau pihak
yang menyediakan fasilitas kredit.
2.2.2.2 Prinsip Penjaminan Kredit

32

Dalam kegiatan penjaminan kredit berdasarkan fungsinya Yasabari (2007:1922) menyatakan bahwa prinsip – prinsip atau pokok penjaminan kredit adalah prinsip
kelayakan usaha, prinsip pelengkap perkreditan, prinsip pengganti agunan, prinsip
pengambialihan sementara risiko kredit macet, prinsip piutang subrogasi, prinsip
keterlibatan tiga pihak, dan prinsip kerjasama pengendalian kredit.
a. Prinsip Kelayakan Usaha
Kelayakan usaha adalah hak penilaian dari dua pihak yaitu penjamin dan penerima
jaminan untuk menilai bahwa usaha atau proyek yang diajukan penjaminannya
adalah layak untuk dijaminkan, tidak hanya menilai kinerja dan prospek usaha tetapi
juga terhadap karakter atau personality. Jika dalam hal satu pihak menilai bahwa
usaha calon penerima kredit adalah tidak layak, maka penjaminan kredit gagal atau
tidak terlaksana dengan melakukan penolakan atas permohonan penjaminan.
b. Prinsip Pelengkap Perkreditan
Dalam prinsip ini sifat perjanjian penjaminan kredit dikonstruksikan sebagai
perjanjian ikutan (accesoir) merupakan perjanjian yang dikaitkan dengan perjanjian
pokok yang berupa perjanjian kredit. Prinsip sebagai pelengkap melakat pada layak
atau tidaknya kredit atau pembiayaan untuk debitur dan

untuk kreditur sebagai

sarana untuk pemenuhan teknis perkreditan atau teknis perbankan.
c. Prinsip Pengganti Agunan
Prinsip pengganti agunan dalam penjaminan kredit memberikan manfaat untuk
debitor maupun kreditor, terutama agunan yang disediakan calon terjamin belum
mencukupi menurut kreditor atau penerima jaminan.
d. Prinsip pengambilalihan sementara risiko kredit macet

33

Prinsip pengambilalihan sementara risiko kredit macet terjadi apabila kredit yang
dijamin mengalami kemacetan atau tidak dapat dilunasi sesuai dengan jangka waktu
sebagaimana diperjanjikan, maka pihak penjamin akan menyelesaikan sisa kredit
yang dijamin dengan membayarkan sejumlah kewajiban sisa kredit atau kerugian
kreditur sehingga penerima jaminan terhindar

dari

munculnya

kredit

atau

pembiayaan yang mempunyai bad performance atau Non Performing Loan (NPL).
e. Prinsip Piutang Subrogasi
Sebagai konsekuensi prinsip pengambilalihan sementara risiko kredit macet
(pembayaran klaim), pelunasan sisa kredit yang macet dilakukan oleh pihak terjamin
dengan cara mengangsur secara berkala dan/atau dengan cara menjual atau
mencairkan agunan tambahan lainnya disebut piutang subrogasi.
f. Prinsip Keterlibatan Pihak Ketiga
Penjaminan kredit adalah suatu perikatan penunjang perkreditan yang melibatkan
tiga pihak yaitu penjamin, penerima jaminan, dan terjamin. Skema penjaminan kredit
yang melengkapi perkreditan, berkonsekuensi terhadap keterlibatan ketiga pihak
dalam penjaminan kredit.
g. Prinsip Kerja sama Pengendalian Kredit
Dengan perikatan perjaminan kredit, kegiatan pengawasan kredit yang dilakukan
oleh kreditor melakukan share peran terhadap pihak ketiga yaitu penjamin untuk
melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan kredit dalam menentukan
tindakan preventif dalam upaya-upaya penyelamatan kredit.
2.2.3

Lembaga Penjaminan Kredit
Mulyati (2016:186), Lembaga Penjaminan Kredit merupakan perusahaan

yang melakukan kegiatan dalam bentuk pemberian penjaminan kredit atau

34

pembiayaan untuk membantu usaha mikro dan kecil memperoleh kredit atau
pembiayaan dari bank. Mekanisme penjaminan kredit oleh lembaga penjaminan
kredit merupakan pengembangan dari perjanjian penanggungan (borgtocht)
sebagaimana diatur dalam Buku III KUHPerdata dari Pasal 1820 hingga Pasal 1850
yang dalam praktik berkembang jenis-jenis perjanjian penanggungan oleh
perusahaan (corporate guarantee).
Menurut Pasal 1 ayat 6 Peraturan Menteri Negara dan Koperasi (Permenkop)
No.2 Tahun 2008, menyebutkan bahwa:
“Perusahaan Penjamin adalah badan usaha berbadan hukum yang bergerak
dalam bidang jasa keuangan yang kegiatan usahanya melakukan usaha
penjaminan kepada KUKM Terjamin yang melakukan kerja sama dengan
Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah”.
Lembaga Penjaminan Kredit dapat memberikan kemanfaatan yang optimal
bagi masyarakat dan perekonomian negara, karena lembaga penjaminan kredit
merupakan bentuk dukungan pemerintah dalam mendukung pertumbuhan para
pelaku usaha tersebut dan pembangunan ekonomi, (Yasabari 2007:79).
2.2.3.1 Peran Lembaga Penjaminan Kredit
Memberikan manfaat bagi perekonomian negara khususnya masyarakat,
Yasabari (2007:86) menjabarkan peranan lembaga penjaminan kredit secara
keseluruhan yaitu:
a. Menggantikan fungsi agunan kredit (collateral substitution)
Peran utama Lembaga Penjaminan Kredit atau LPK dalam prinsip penjaminan kredit
adalah menggantikan agunan kredit yang pada umumnya tidak atau kurang dimiliki
pelaku usaha mikro, kecil dan menengah termaksuk koperasi dimana untuk
melengkapi atau memenuhi kekurangan. Penjaminan oleh LPK diberikan maksimal

35

sampai dengan kisaran 70% – 80% dari nilai kredit atau mengantisipasi 70% – 80%
dari resiko kredit.
b. Meningkatkan akses kepada pembiayaan
Peran sebuah LPK prinsipnya dapat memperkecil kekhawatiran perbankan atas
beberapa kekurangan UKMK sebagai target pembiayaan kredit, karena UMKM
memiliki berbagai keterbatasan sehingga bagi lembaga keuangan sektor ini perlu
dicermati sebelum diberikan fasilitas pembiayaan. Beberapa alasan tersebut antara
lain : (1) pada umumnya UKMK tidak memiliki catatan keuangan usaha (financial
record), (2) biaya-biaya yang diperlukan untuk mengucurkan kredit kepada UKMK,
(3) problem asymmetric information atau informasi yang tidak sama antara pelaku
UKMK dan bank atau calon pemberi kredit terhadap kemampuan dan kemauan
pengembalian kredit.
c. Meningkatkan fungsi intermediasi lembaga keuangan
Peran LPK melalui fungsi utama penjaminan kredit sebagai pengganti agunan kredit
(collateral substitution), mengacu pada prinsip penjaminan kredit adalah suatu
sistem yang memungkinkan perbankan tetap melakukan operasional usahanya yakni
menyalurkan

kredit

untuk

menghasilkan

laba

dan

mendukung

kegiatan

perekonomian.
d. Menurunkan risiko kredit
Peran LPK memberikan manfaat bagi bank dan lembaga pembiayaan lain karena
terdapat peluang untuk menurunkan risiko kredit, mengingat paparan risiko kredit
(risk exposure) yang dijamin dapat meningkatkan kapasitas kredit dan secara tidak
langsung meningkatkan keuntungan bank tanpa harus menambah modal. Penggunaan
skim penjaminan kredit menjamin bank dan lembaga pembiayaan lain untuk

36

mendapatkan pelunasan lebih cepat dibanding menlikuidasi agunan kredit ketika
mengalami default atau kredit macet.
e. Menjadi pendukung pelaksanaan kebijakan pemerintah
Peran LPK melalui penjaminan kredit dari sudut pandang ekonomi merupakan
bentuk subsidi yang diberikan pemerintah tanpa adanya suatu distorsi. LPK di suatu
negara merupakan media untuk mengimplementasikan kebijakan pemerintah negara
tersebut pada sektor-sektor prioritas dan juga untuk mengarahkan arus investasi pada
industri-industri khusus.Setiap kebijakan pemerintah dimaksudkan untuk mendukung
kepentingan pembangunan ekonomi secara pasti melibatkan perbankan dan lembaga
keuangan untuk mendukung pendanaan kebijakan tersebut.
2.2.3.2 Lembaga Penjaminan Kredit Perum Jamkrindo
Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) merupakan kelanjutan dari
Perum Sarana Pengembangan Usaha (Perum SPU) yang didirikan dengan PP No.95
Tahun 2000 untuk menggantikan dan melanjutkan tugas dan wewenang Perum
Pengembangan Keuangan dan Koperasi (Perum PKK) sebagaimana telah didirikan
oleh Pemerintah berdasarkan PP No.51 Tahun 1981 dan selanjutnya melalui PP.
No.27 Tahun 1985.
Kegiatan utama yang dijalankan Perum SPU adalah memberikan penjaminan
kredit guna membantu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dan Koperasi dalam
mengakses sumber pembiayaan, baik dari perbankan maupun non perbankan.
Ketentuan Peraturan Pemerintah (PP) No.41 Tahun 2008 tanggal 19 Mei 2008 oleh
Presiden

Republik

Indonesia,

maka

Perusahaan

Umum

(Perum)

Sarana

Pengembangan Usaha dilanjutkan berdirinya dan meneruskan usahanya, serta
berubah namanya menjadi Perusahaan Umum (Perum) Jaminan Kredit

Indonesia,

37

disingkat menjadi Perum Jamkrindo. Perubahan ini untuk lebih memfokuskan
kegiatan usaha perusahaan pada sektor penjaminan kredit bagi pengembangan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah serta Koperasi agar mampu berperan serta efektif dalam
menunjang struktur perekonomian nasional yang

tangguh, sehat, efisien yang

merupakan salah satu kebijaksanaan pembangunan nasional.
Menitikberatkan pada pengambilan risiko kegagalan usaha mikro dan kecil
sebagai pihak terjamin sehingga kewajiban Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dan
Koperasi kepada kreditur sebagai Penerima Jaminan dapat diselesaikan sesuai
dengan jadwal yang diperjanjikan. Peran sebagai penjamin dilakukan dengan
membayar sejumlah kewajiban Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dan Koperasi
kepada kreditur dan selanjutnya pemenuhan kewajiban

tersebut menjadi piutang

subrogasi Perum Jamkrindo kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dan
Koperasi yang akan ditagih kembali, baik secara bersama antara kreditur dan Perum
Jamkrindo maupun diri sendiri.
Penjaminan yang diberikan Perum Jamkrindo adalah: (1) Penjaminan Kredit
Komersial, (2) Penjaminan Kredit Multi Guna, (3) Penjaminan Kredit Agribisnis, (4)
Penjaminan Kredit Mikro (5) Penjaminan Kredit Konstruksi, (6) Penjaminan Kredit
BPR, (7) Penjaminan Kredit Distribusi,