tentang kebijakan fiskal dalam (3)

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur, penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus, atas berkat dan
anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah Pengantar Ekonomi
Makro dengan judul “KEBIJAKAN FISKAL”.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pengantar Ekonomi Makro dan mengajak masyarakat untuk dapat memahami
pengertian kebijakan fiskal lebih mendalam lagi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis makalah ini masih terbatas dan jauh
dari sempurna, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan waktu yang
dimiliki. Namun demikian penulis telah berusaha agar makalah ini bermanfaat bagi penulis,
dan bagi pembaca sekalian untuk dapat memahami pengertian kebijakan fiskal lebih
mendalam.

Kupang, Juni 2015

penulis

1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................


1

DAFTAR ISI....................................................................................................................

2

BAB I. PENDAHULUAN :
1.1 Latar belakang.................................................................................................
1.2 Rumusan masalah............................................................................................
1.3 Tujuan dan manfaat penulisan.........................................................................

3
4
4

BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian kebijakan Fiskal............................................................................

5


2.2 Tujuan kebijakan Fiskal..................................................................................

7

2.3 Instrument kebijakan Fiskal............................................................................

10

2.4 Hubungan kebijakan Fiskal dengan APBN....................................................

10

2.5 Peranan kebijakan Fiskal dalam perekonomian..............................................

11

2.6 Jenis kebijakan Fiskal.....................................................................................

12


2.7 Jenis pembiayaan dalam kebijakan Fiskal......................................................

13

2.8 Praktik kebijakan Fiskal di Indonesia............................................................

16

BAB III. PENUTUP :
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................

19

3.2. Saran.............................................................................................................

20

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................


21

2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG
Kebijakan ekonomi makro secara garis besar dapat dibedakan menjadi kebijakan

fiskal dan kebijakan moneter, seperti juga ekonomi dapat dibagi menjadi dua sektor, yakni
sektor rill dan sektor moneter. Sektor rill menghasilkan barang dan jasa (sisi produktif dari
ekonomi). Sektor ini dapat lagi dibagi menurut kelompok kegiatan atau subsektor seperti
pertanian, pertambangan, industri, dan lain-lain. Sedangkan sektor moneter boleh dikatakan
merupakan hasil dari sektor rill dalam bentuk uang (sisi moneter dari ekonomi). Pertumbuhan
dan stabilitas sektor rill dipengaruhi oleh pemerintah lewat kebijakan fiskal, dan di Indonesia
kebijakan ini merupakan tanggung jawab Menteri Keuangan. Sedangkan pertumbuhan dan
stabilitas sektor moneter dipengaruhi oleh pemerintah lewat kebijakan moneter yang

sepenuhnya adalah tanggung jawab Bank Indonesia.
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter saling berpengaruh satu sama lain dalam
kegiatan perekonomian suatu negara. Jika kebijakan moneter dipengaruhi beberapa variabel
utama antara lain suku bunga, pertumbuhan ekonomi (Gross Domestic Product/GDP), inflasi,
dan kurs valuta asing, maka dalam kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua variabel utama,
yaitu pajak (tax) dan pengeluaran pemerintah (goverment expenditure).
Membahas mengenai kebijakan fiskal dan kebijakan moneter tentu berkaitan erat
dengan kegiatan perekonomian empat sektor. Keempat sektor ini memiliki hubungan
interaksi masing-masing dalam menciptakan pendapatan dan pengeluaran. Keempat sektor
tersebut adalah :
(1) sektor rumah tangga
(2) sektor perusahaan
(3) sektor pemerintah dan
(4) sektor internasional / luar negeri.

3

1.2.

RUMUSAN MASALAH

Untuk mengkaji dan mengulas tentang pengertian dari kebijakan fiskal, maka
diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penyusun membuat
rumusan masalah sebagai berikut:










1.3.

Apa itu kebijakan fiskal ?
Apakah tujuan dari kebijakan fiskal?
Bagaimanakah instrument kebijakan fiskal?
Bagaimana hubungan antara kebijakan fiskal dan APBN?
Bagaimana peranan kebijakan fiskal dalam perekonomian ?

Apa saja jenis kebijakan fiskal?
Apa saja jenis-jenis pembiayaan dalam kebijakan fiskal?
Bagaimana praktik kebijakan fiskal di indonesia?

TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Pengantar Ekonomi
Makro dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
penyusun dan pembaca tentang apa itu kebijakan fiskal secara menyeluruh.

BAB II
4

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN KEBIJAKAN FISKAL
Terdapat beberapa pengertian tentang kebijakan fiskal yang dapat kita temui. Definisi
yang paling populer menyebutkan bahwa kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan
oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan dana dan kebijakan yang ditempuh oleh
pemerintah untuk membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan

pembangunan. Singkatnya, kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah yang terkait dengan
penerimaan atau pengeluaran negara.
Samuel dan Nordhaus mendefinisikan kebijakan fiskal sebagai proses pembentukan
perpajakan dan pengeluaran masyarakat dalam upaya menekan fluktuasi siklus bisnis, dan
ikut berperan dalam menjaga pertumbuhan ekonomi, penggunaan tenaga kerja yang tinggi,
bebas dari laju inflasi yang tinggi dan berubah-ubah.
Menurut Tulus TH Tambunan, kebijakan fiskal memiliki dua prioritas, priotitas
pertama adalah mengatasi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan
masalah-masalah APBN lainnya – defisit APBN terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih
kecil dari pengeluarannya – serta prioritas kedua untuk mengatasi stabilitas ekonomi makro,
yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, kesempatan kerja dan neraca
pembayaran.
Sedangkan menurut Nopirin, kebijakan fiskal terdiri dari perubahan pengeluaran
pemerintah atau perpajakkan dengan tujuan untuk mempengaruhi besar serta susunan
permintaan agregat. Indikator yang biasa dipakai adalah budget defisit yakni selisih antara
pengeluaran pemerintah (dan juga pembayaran transfer) dengan penerimaan terutama dari
pajak. Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan
ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah.
Pengertian lainnya menyatakan bahwa kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan
ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan

jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Dari sisi pajak jelas jika mengubah
tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka
kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan
5

jumlah output. Sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta
menurunkan output industri secara umum.
Kebijakan fiskal yang sering disebut “politik fiskal” atau “fiscal policy” biasa
diartikan sebagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang Anggaran Belanja
Negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Anggaran belanja
Negara terdiri dari penerimaan berupa hasil pungutan pajak dan pengeluaran yang dapat
berupa “government expenditure” dan “government transfer’’, maka sering pula dikatakan
bahwa kebijakan fiskal meliputi semua tindakan pemerintah yang berupa tindakan
memperbesar atau memperkecil jumlah pungutan pajak memperbesar atau memperkecil
“government expenditure” dan atau memperbesar atau memperkecil “government transfer”
yang bertujuan untuk mempengaruhi jalannya perekonomian .
Berdasarkan dari beberapa teori dan pendapat yang dijelaskan diatas dapat kita
simpulkan bahwa “kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh
pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara untuk mengarahkan kondisi perekonomian
menjadi lebih baik yang terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran

negara yang tercantum dalam APBN”.
Tentu di luar beberapa pendapat di atas masih dapat kita temui berbagai definisi lain
tentang kebijakan fiskal, namun demikian konsep yang harus kita pahami adalah bahwa
kebijakan fiskal meliputi suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi
perekonomian untuk menjadi lebih baik melalui penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

2.2. TUJUAN KEBIJAKAN FISKAL
6

Secara umum, tujuan yang ingin dicapai melalui kebijakan fiskal adalah stabilitas
ekonomi yang lebih mantap. Artinya secara nasional laju pertumbuhan ekonomi yang layak
tetap dapat dipertahankan tanpa adanya angka pengangguran yang signifikan serta tetap
menjaga stabilitas harga.
Kebijakan ini bertujuan untuk memperbaiki keadaan ekonomi, mengusahakan
kesempatan kerja (mengurangi pengangguran), dan menjaga kestabilan harga-harga secara
umum. Hal ini dilakukan dengan jalan memperbesar dan memperkecil pengeluaran konsumsi
pemerintah (G), jumlah transfer pemerintah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima
pemerintah sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional (Y) serta tingkat
kesempatan kerja (N).
Kebijakan fiskal juga merupakan salah satu paket tindakan pemerintah di bidang

pengeluaran dan penerimaan keuangan negara. Dengan kata lain kebijakan fiskal
mengusahakan peningkatan penerimaan pemerintah dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan rakyat dengan cara menyesuaikan pengeluaran dan penerimaan pemerintah.
Pencegahan timbulnya pengangguran merupakan tujuan yang paling utama dari kebijakan
fiskal karena perekonomian suatu negara dapat mencapai laju pertumbuhan yang dikehendaki
melalui tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment). Full employment dapat
diartikan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan seluruh angkatan kerja memperoleh
pekerjaan. Kondisi ini dapat terwujud bila pemerintah mampu menambah lapangan kerja
melalui berbagai kebijakan sehingga dapat menampung seluruh tenaga kerja yang tersedia.
Kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mencapai kondisi full employment antara lain
dengan mengundang investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Dari dalam negeri,
pemerintah menambah pengeluaran untuk membuka lapangan kerja padat karya melalui
proyek-proyek pembangunan infrastruktur fisik. Sementara di bidang moneter, bank sentral
dapat menerbitkan regulasi yang memudahkan pengajuan kredit usaha dan penentuan suku
bunga yang kondusif bagi dunia usaha.
Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mencegah pengangguran dan menstabilkan
harga, implementasinya untuk menggerakkan pos penerimaan dan pengeluaran dalam
anggran pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan semakin kompleknya struktur
ekonomi perdagangan dan keungan. Maka semakin rumit pula cara penanggulangan infalsi.
Kombinasi beragam harus digunakan secara tepat seperti kebijakan fiskal, kebijakan moneter,
perdagangan dan penentuan harga .
7

Adapun kebijakan fiskal sebagai sarana menggalakan pembangunan ekonomi
bermaksud mencapai tujuan sebagai berikut :
 Untuk meningkatkan laju investasi.
Kebijakan fiskal bertujuan meningkatkan dan memacu laju investasi disektor swasta
dan sektor Negara. Selain itu, kebijakan fiskal juga dapat dipergunakan untuk mendorong dan
menghambat bentuk investasi tertuntu. Dalam rangka itu pemerintah harus menerapkan
kebijaan investasi berencana di sektor public, namun pada kenyataannya dibeberapa Negara
berkembang dan tertinggal terjadi suatu problem yaitu dimana langkanya tabungan sukarela,
tingkat konsumsi yang tinggi dan terjadi investasi dijalur yang tidak produktif dari
masyarakat dinegara tersbut. Hal ini disebabkan tidak tersedianya modal asing yang cukup,
baik swasta maupun pemerintha. Oleh karena itu kebijakan fiskal memberikan solusi yaitu
kebijakan fiskal dapat meningkatkan rasio tabungan inkremental yang dapat dipergunakan
untuk meningkatkan, memacu, mendorong dan menghambat laju investasi.
Menurut Dr. R. N. Tripathy terdapaat 6 metode yang diterapkan oleh pemerintah
dalam rangka menaikkan rasio tabungan incremental bagi mobilisasi volume keuangan
pembangunan yang diperlukan diantaranya: control fisik langsung, peningkatan tarif pajak
yang ada, penerapan pajak baru, surplus dari perusahaan Negara, pinjaman pemerintah yang
tidak bersifat inflationer, dan keuangan deficit.
 Untuk mendorong investasi optimal secara sosial.
Kebijakan fiskal bertujuan untuk mendorong investasi optimal secara sosial,
dikarenakan investasi jenis ini memerlukan dana yang besar dan cepat yang menjadi
tangunggan Negara secara serentak berupaya memacu laju pembentukkan modal. Nantinya
invesati optimal secara sosial bermanfaat dalam pembentukkan pasar yang lebih luas,
peningkatan produktivitas dan pengurangan biaya produksi.
 Untuk meningkatkan kesempatan kerja.
Untuk merealisasikan tujuan ini, kebijakan fiskal berperan dalam hal pengelolan
pengeluaran seperti dengan membentuk anggaran belanja untuk mendirikan perusahaan
Negara dan mendorong perusahaan swasta melalui pemberian subsidi, keringanan dan lainlainnya sehingga dari pengupayaan langkah ini tercipta tambahan lapangan pekerjaan.

8

Namun, langkah ini harus juga diiringi dengan pelaksanaan program pengendalian jumlah
penduduk.
 Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidak stabilan internasional.
Kebijaksanaan fiskal memegang peranan kunci dalam mempertahankan stabilitas
ekonomi menghadapi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal. Dalam rangka mengurangi
dampak internasional fluktuasi siklis pada masa boom, harus diterapkan pajak ekspor dan
impor. Pajak ekspor dapat menyedot rejeki nomplok yang timbul dari kenaikkan harga pasar.
Sedangkan bea impor yang tinggi pada impor barang konsumsi dan barang mewah juga perlu
untuk menghambat penggunaan daya beli tambahan.
 Untuk menanggulangi inflasi.
Kebijakan fiskal bertujuan untuk menanggulangi inflasi salah satunya adalah dengan
cara penetapan pajak langsung progresif yang dilengkapi dengan pajak komoditi, karena
pajak seperti ini cendrung menyedot sebagian besar tambahan pendapatan uang yang tercipta
dalam proses inflasi.
 Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional.
Kebijakan fiskal yang bertujuan untuk mendistribusikan pendapatan nasional terdiri
dari upaya meningkatkan pendapatan nyata masyarakat dan mengurangi tingkat pendapatan
yang lebih tinggi, upaya ini dapat tercipta apabila adanya investasi dari pemerintah seperti
pelancaran program pembangunan regional yang berimbang pada berbagai sektor
perekonomian.

2.3. INSTRUMENT KEBIJAKAN FISKAL
9

Instrumen kebijakan fiskal yang paling utama adalah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Pajak merupakan komponen penting dalam menentukan kondisi makroekonomi
suatu negara. Mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi, jika pajak
diturunkan maka kemampuan/daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat
meningkatkan jumlah output. Sebaliknya kenaikan tarif pajak akan menurunkan daya beli
masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.
Diantara beberapa pilihan instrumen kebijakan fiskal yang lazim dilakukan
pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi makro antara lain:




Menaikkan atau menurunkan pajak rumah tangga.
Mengatur pengeluaran pemerintah untuk pengusaha tertentu.
Memberikan rangsangan fiskal (insentif atau subsidi) pada pengusaha tertentu.

2.4. HUBUNGAN KEBIJAKAN FISKAL DENGAN APBN
Dalam pengertian umum disebutkan bahwa kebijakan fiskal adalah kebijakan yang
dilaksanakan lewat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Benarkah kebijakan di bidang
perpajakan sebagai sumber utama pendapatan negara yang tercantum di dalam APBN?
Pada bagian selanjutnya kita akan meneliti apakah pengaruh dari suatu kebijaksanaan
fiskal yang dicerminkan oleh suatu struktur APBN tertentu terhadap perekonomian. Pengaruh
kebijaksanaan fiskal terhadap perekonomian dapat dianalisis dalam dua tahap yang berurutan
yaitu bagaimana suatu kebijaksanaan fiskal diterjemahkan ke dalam APBN serta bagaimana
APBN tersebut dapat mempengaruhi perekonomian.
Menerjemahkan kebijakan fiskal ke dalam APBN artinya dalam mengelola sumber
pendapatan terutama pajak dan bea pemerintah menyatakan kemampuan mengumpulkan
pendapatan untuk digunakan mengelola pemerintahan dalam anggaran pendapatan serta
janji/komitmen pemerintah menjalankan pemerintahan dan pembangunan dalam anggaran
belanja.
APBN mempunyai dua sisi, sisi yang mencatat pengeluaran dan sisi yang mencatat
penerimaan. Sisi pengeluaran mencatat semua kegiatan pemerintah yang memerlukan uang
untuk pelaksanaannya. Dalam prakteknya, pos-pos yang tercantum sangat beraneka ragam
dan mencerminkan apa yang ingin dilaksanakan pemerintah dalam programnya. Sebagai
10

contoh program pemerintah dapat berupa kegiatan yang mengakibatkan adanya pengeluaran
untuk belanja pegawai, belanja barang/jasa, belanja modal maupun transfer serta berbagai
pengeluaran lainnya. Semua pos pada sisi pengeluaran tersebut memerlukan dana untuk
melaksanakannya. Sehingga diperlukan suatu objek untuk memperoleh penerimaan negara
guna melakukan pembayaran pengeluaran tersebut. Sisi penerimaan menunjukkan dari mana
dana yang diperlukan tersebut diperoleh. Ada empat sumber utama untuk memperoleh dana
yaitu dari pajak, pinjaman bank sentral, pinjaman dalam negeri serta pinjaman luar negeri.

2.5. PERANAN KEBIJAKAN FISKAL DALAM PEREKONOMIAN
Peranan kebijakan fiskal dalam perekonomian dalam kenyataannya menunjukkan
bahwa volume transaksi yang diadakan oleh pemerintah di kebanyakan Negara dari tahun ke
tahun bertendensi untuk meningkat lebih cepat daripada meningkatnya pendapatan Nasional.
Ini berarti bahwa peranan dari tindakan fiskal pemerintah dalam turut menentukan tingkat
pendapatan nasional lebih besar.
Untuk Negara-negara yang sudah maju perekonomiannya, peranan tindakan fiskal
pemerintah semakin besar dalam mekanisme pembentukan tingkat pendapatan nasional
terutama dimaksudkan agar supaya pemerintah dapat lebih mampu dalam mempengaruhi
jalannya perekonomian. Dengan demikian diharapkan bahwa dengan adanya kebijakan fiskal,
pemerintah dapat mengusahakan terhindarnya perekonomian dari keadaan-keadaan yang
tidak diinginkan seperti misalnya keadaan dimana banyak pengangguran, inflasi, neraca
pembayaran internasional yang terus menerus deficit, dan sebagainya.
Bagi negara-negara yamg sedang berkembang, pemerintah pada umumnya menyadari
akan rendahnya investasi yang timbul atas inisiatif dari masyarakat sendiri. Kita telah
mengetahui bahwa untuk meningkatnya tingkat hidup suatu masyarakat, kapasitas produksi
nasional perlu ditingkatkan. Untuk memperbesar kapasitas produksi nasional dibutuhkan
adanya capital formation. Dengan demikian berarti masyarakat perlu mengadakan investasi
yang cukup besar untuk terwujudnya capital formation yang dibutuhkan tersebut.

2.6. JENIS KEBIJAKAN FISKAL
1. Kebijakan Fiskal yang Disengaja (discretionary)
11

Kebijakan fiskal yang disengaja adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
untuk menanggulangi tingkat naik turunnya kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu
(gelombang konjungtur), dengan memanipulasi anggaran belanja secara sengaja, baik melalui
pengubahan perpajkaan atau pengubahan pengeluaran pemerintah. Dengan usaha ini dapat
terlihat seberapa jauh peranan pemerintah dalam melakukan campur tangannya dalam
pengaturan jalannya roda perekonomian.
2. Kebijakan Fiskal Pasif (automatic stabilizers atau built-in stabilizer)
Kebijakan pasif adalah kebijakan yang erat kaitannya dengan penerapan berbagai
pajak. Dalam realitaya sebagian besar dari pajak-pajak yang dikenakan pada masyarakat, baik
langsung maupun tak langsung, berhubungan erat dengan tingginya arus pendapatan nasional.
Semakin tingi arus pendapatan nasional, semakin tinggi pula penerimanan yang diperoleh
dari sektor pajak, baik langsung maupun tak langsung. Pajak pendapatan, pajak perseroan,
pajak kekayaan dan sebagainya adalah pajak langsung yang jelas sekali berhubungandengan
tingkat pendapatan negara.
Dari sudut ekonomi makro, kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu kebijakan fiskal ekspansif dan kebijakan fiskal kontraktif.
Kebijakan fiskal ekspansif, adalah kebijakan menaikkan belanja negara dan
menurunkan tingkat pajak netto. Kebijakan ini untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
Kebijakan fiskal ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami resesi/depresi dan
pengangguran yang tinggi.
Kebijakan fiskal kontraktif, adalah kebijakan untuk menurunkan belanja negara dan
menaikkan tingkat pajak. Kebijakan ini bertujuan untuk menurunkan daya beli masyarakat
dan mengatasi inflasi.

2.7. JENIS PEMBIAYAAN DALAM KEBIJAKAN FISKAL
Banyak kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi kelesuan ekonomi
negara. Dewasa ini pemerintah mengadakan deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang
12

dengan tujuan memperbaiki keadaan ekonomi agar tercapai tingkat pertumbuhan yang tinggi.
Kebijakan deregulasi dan debirokratisasi merupakan bagian dari kebijakan fiskal pemerintah.
Secara umum kebijakan fiskal dapat ditempuh dengan empat jenis pembiayaan, yaitu sebagai
berikut:
1. Pembiayaan Fungsional (functional finance)
Kebijakan anggaran pembiayaan fungsional (functional finance), adalah kebijakan
yang mengatur pengeluaran pemerintah dengan melihat berbagai akibat tidak langsung
terhadap pendapatan nasional dan bertujuan untuk meningkatkan kesempatan kerja.
Pembiayaan pengeuaran pemerintah ditentukan sedemikian rupa sehingga tidak berpengaruh
langsung terhadap pendapatan nasional. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan
kesempatan kerja (employement). Penerimaan pemerintah dari sektor pajak bukan ditujukan
untuk meningkatkan penerimaan pemerintah tetapi bertujuan untuk mengatur pengeluaran
pihak swasta. Oleh karena itu dalam hal terjadi pengangguran, penerimaan pajak tidak terlalu
diperlukan. Sedangkan untuk menekan inflasi diatasi dengan kebijakan pinjaman. Jika sektor
pajak dan pinjaman tidak berhasil, tindakan lain yang dapat dilakukan pemerintah adalah
mencetak uang. Jadi dalam hal ini sektor pajak dengan pengeluaran pemerintah menjadi satu
hal yang terpisah.
2. Pengelolaan Anggaran (the finance budget approach)
Kebijakan pengelolaan anggaran (the finance budget approach), adalah kebijakan
untuk mengatur pengeluaran pemerintah, perpajakan, dan pinjaman untuk mencapai stabilitas
ekonomi yang mantap. Penerimaan dan pengeluaran pemerintah dari perpajakan dan
pinjaman adalah satu paket yang tidak dapat dipisahkan dalam rangka menciptakan
kestabilan ekonomi. Kemudian dalam pengelolaan anggaran dibutuhkan anggaran berimbang
dengan perumusan jika terjadi depresi, maka ditempuh anggaran defisit. Jika terjadi inflasi
maka ditempuh anggaran surplus.

3. Stabilisasi Anggaran Otomatis (the stabilizing budget)
Kebijakan stabilisasi anggaran otomatis (the stabilizing budget), adalah kebijakan
yang mengatur pengeluaran pemerintah dengan melihat besarnya biaya dan manfaat dari
13

berbagai program. Tujuan kebijakan ini adalah agar terjadi penghematan dalam pengeluaran
pemerintah. Dalam stabilisasi anggaran ini, diharapkan terdapat keeimbangan antara
penerimaan dan pengeluaran tanpa campur tangan pemerintah yang disengaja. Dengan
stabilisasi anggaran ini, pengeluaran pemerintah lebih ditekan pada asas manfaat dan biaya
relatif dari berbagi program. Pajak ditetapkan sedemikian rupa sehingga terdapat anggaran
belanja surplus dalam kesempatan kerja penuh.
4. Anggaran Belanja Seimbang
Cara yang diberlakukan dalam hal ini adalah anggaran yang disesuaikan dengan
keadaan (managed budget). Tujuannya adalah tercapainya anggaran berimbang dalam jangka
panjang. Dalam keadaan terpaksa, seperti ketika terjadi ketidakstabilan ekonomi, ditempuh
anggaran defisit. Sedangkan pada masa inflasi ditempuh anggaran surplus.
Kebijakan/Politik Anggaran
Kebijakan anggaran atau biasa disebut politik anggaran lazim digunakan pemerintah
suatu negara dalam menjalankan kebijakan fiskal. Kebijakan masing-masing negara bisa
berbeda tergantung pada keadaan dan arahyang akan dicapai dalam jangka pendek maupun
jangka panjangnya. Berikut adalah macam-macam anggaran yang biasa ditempuh beberapa
negara dalam mencapai manfaat tertinggi dalam mengelola anggaran, antara lain:
 Anggaran Berimbang (Balanced Budget)
Anggaran berimbang terjadi bilamana pemerintah menetapkan pengeluaran sama
besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian
anggaran serta meningkatkan disiplin anggaran karena pengeluaran tidak boleh dilaksanakan
melebihi penerimaan. Pada anggaran berimbang, diusahakan agar pengeluaran (belanja) dan
pendapatan atau penerimaan sama. Keadaan seperti ini dapat menstabilkan ekonomi dan
anggaran. Dalam hal ini, pengeluaran disesuaikan dengan kemampuan keuangan suatu
negara.
Fokus kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang bertujuan
menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang
beredar. Jadi topik utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat
dan komposisi pajak serta pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi hal-hal seperti
permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi, pola persebaran sumber daya serta
14

distribusi pendapatan. Kebijakan ini kurang lebih serupa dengan kebijakan moneter untuk
mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal menekankan pada pengaturan
pendapatan dan belanja pemerintah.
 Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif
Pada anggaran surplus, tidak semua penerimaan dibelanjakan, sehingga terdapat
tabungan pemerintah. Asas ini tepat digunakan jika keadaan ekonomi sedang mengalami
inflasi. Pendekatan dalam anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat
pemasukan lebih besar daripada pengeluarannya. Politik anggaran surplus dilaksanakan
ketika perekonomian pada kondisi ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk
menurunkan tekanan permintaan.
 Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif
Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih
besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat
baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang dalam kondisi resesi. Pada anggaran defisit,
anggaran disusun sedemikian rupa sehingga pengeluaran lebih besar daripada penerimaan.
Anggaran defisit dapat memicu inflasi karena untuk menutup defisit harus dilakukan dengan
mengajukan pinjaman/ utang LN atau mencetak uang.

2.8. PRAKTIK KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA

15

Dalam mengatur perekonomian, pemerintah membuat suatu daftar anggaran yang
disebut APBN, yang memuat sumber penerimaan dan jenis-jenis pengeluaran negara untuk
pembayaran. Agar terjadi keseimbangan antara jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran,
pemerintah melaksanakan kebijakan fiskal, yaitu kebijakan pemerintah dalam memengaruhi
perekonomian melalui perubahan pengeluaran dan penerimaan dalam APBN.
Penerimaan dan pengeluaran pemerintah merupakan faktor yang memengaruhi tingkat
kesejahteraan masyarakat. Perlu diketahui dalam banyak hal bahwa rumah tangga negara
tidak sama dengan rumah tangga keluarga. Pada rumah tangga keluarga, jika penerimaan
semakin menurun maka tindakan yang akan dilakukan adalah menekan pengeluaran.
Tindakan demikian dapat menyelamatkan kemunduran ekonomi rumah tangga keluarga.
Sebaliknya dalam rumah tangga negara, penurunan penerimaan tidak dapat selalu
diatasi dengan penurunan pengeluaran. Jika pengeluaran yang ditekan, maka kegiatan
ekonomi akan menjadi lesu karena rumah tangga negara berkaitan dengan hajat hidup orang
banyak. Salah satu dampak kelesuan ekonomi yaitu akan terjadinya pengangguran yang
kemudian akan mengakibatkan tingkat penerimaan negara menjadi menurun.
Adapun tindakan yang akan diambil oleh pemerintah adalah mengatur pengeluaran
agar pengeluaran tersebut berdampak positif pada perbaikan ekonomi. Tindakan memperbaiki
ekonomi juga dapat ditempuh dengan usaha menaikkan pendapatan. Pemerintah merupakan
faktor determinan (yang menentukan) dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah memiliki perangkat-perangkat kebijakan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tindakan-tindakan dalam mengatur pengeluaran
dan penerimaan negara disebut sebagai tindakan fiskal. Sehingga kebijakan fiskal dapat
disebut sebagai kebijakan penyesuaian di bidang pengeluaran dan penerimaan pemerintah
untuk memperbaiki keadaan ekonomi.
Praktik yang umum dalam penerapan kebijakan fiskal adalah ketika perekonomian
nasional mengalami inflasi, pemerintah mengurangi kelebihan permintaan masyarakat
dengan cara menekan pembelanjaan (consumption) melalui peningkatan tarif pajak dan bea
agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran

Contoh :

16



Pemberitaan di media massa mengenai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)
sudah sering terjadi. Harga BBM dari waktu ke waktu senantiasa naik. Apa pengaruh
kenaikan harga BBM ini terhadap keuangan negara? Apakah diuntungkan atau
dirugikan? Sebagai negara penghasil minyak bumi tentu akan diuntungkan dengan
adanya kenaikan harga minyak bumi di dunia. Namun, kenyataannya negara tetap
dirugikan dengan adanya kenaikan harga tersebut. Mengapa? Karena jumlah
konsumsi minyak dalam negeri lebih besar daripada jumlah yang diproduksi sehingga
negara harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Di satu
sisi, harga BBM di dalam negeri lebih rendah dibanding harga di pasar internasional.
Ini karena adanya subsidi BBM. Subsidi merupakan pengeluaran pemerintah.
Sehingga kenaikan harga minyak bumi justru akan meningkatkan pengeluaran
pemerintah untuk subsidi BBM. Tingginya subsidi yang harus dibayarkan akan
membebani APBN. Kemudian, apa yang dilakukan pemerintah untuk menekan
pengeluaran subsidi tersebut, agar keuangan negara (APBN) tetap aman? Pemerintah
perlu mengubah pengeluaran dan penerimaan dalam APBN untuk menyesuaikan
dengan kondisi pada waktu itu. Kebijakan yang dilakukan dengan cara mengubah
pengeluaran dan penerimaan negara yang bertujuan untuk menciptakan stabilitas
ekonomi, kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi, serta keadilan dalam distribusi
pendapatan yang kita kenal dengan kebijakan fiskal atau politik fiskal.



Isu selanjutnya yang sedang marak adalah BLSM (Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat) atau BLT (Bantuan Langsung Tunai). Banyak orang melihat BLSM/BLT
hanya bantuan pemberian uang tunai kepada orang yang kurang mampu. sebenarnya
di balik itu ada tujuan khusus dari pemerintah secara makroekonomi. BLT diharapkan
mampu meningkatkan pendapatan masyarakat secara agregat. Dengan adanya
peningkatan pendapatan masyarakat, daya beli masyarakat juga meningkat. Dengan
demikian maka permintaan dari masyarakat juga meningkat. Sehingga dampak
selanjutnya adalah meningkatnya permintaan dari masyarakat yang mendorong
produksi sehingga pada akhirnya diharapkan akan dapat memperbaiki kondisi
perekonomian Indonesia.



Contoh lain dari kebijakan fiskal adalah proyek-proyek yang diadakan oleh
pemerintah. Katakanlah pemerintah mengadakan proyek membangun jalan raya.
17

Dalam proyek ini pemerintah membutuhkan buruh dan pekerja lain untuk
menyelesaikannya. dengan kata lain proyek ini menyerap SDM sebagai tenaga kerja.
hal ini membuat pendapatan orang yang bekerja di situ bertambah. dengan
bertambahnya pendapatan mereka akan terjadi efek yang sama dengan BLT tadi.


Kebijakan fiskal juga dapat berupa kustomisasi APBN oleh pemerintah. Misalnya
melalui deficit financing. Deficit financing atau anggaran defisit adalah anggaran yang
menetapkan pengeluaran lebih besar dibandingkan penerimaan. Deficit Financing
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dulunya Orde Lama pernah menerapkannya
dengan cara memperbanyak utang dengan meminjam dari Bank Indonesia. Dampak
lanjutan yang terjadi kemudian adalah inflasi besar-besaran (hyper inflation) karena
uang yang beredar di masyarakat sangat banyak. Sehingga untuk menutup anggaran
yang defisit dipinjamlah uang dari rakyat. Sayangnya, rakyat tidak mempunyai cukup
uang untuk memberi pinjaman pada pemerintah. akhirnya, pemerintah terpaksa
meminjam uang dari luar negeri.

BAB III

18

PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dalam pengelolaan keuangan negara untuk mengarahkan kondisi perekonomian menjadi lebih
baik yang terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang
tercantum dalam APBN
Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mencegah pengangguran dan menstabilkan
harga, implementasinya untuk menggerakkan pos penerimaan dan pengeluaran dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Instrumen kebijakan fiskal yang paling utama adalah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah.
Hubungan kebijakan fiskal dengan APBN adalah mengelola sumber pendapatan
terutama pajak dan bea pemerintah menyatakan kemampuan mengumpulkan pendapatan
untuk digunakan mengelola pemerintahan dalam anggaran pendapatan serta janji/komitmen
pemerintah menjalankan pemerintahan dan pembangunan dalam anggaran belanja.
Peranan kebijakan fiskal dalam perekonomian dalam kenyataannya menunjukkan
bahwa volume transaksi yang diadakan oleh pemerintah di kebanyakan Negara dari tahun ke
tahun bertendensi untuk meningkat lebih cepat daripada meningkatnya pendapatan Nasional.
Jenis kebijakan fiskal : kebijakan fiskal yang di sengaja, kebijakan fiskal pasif. Dari
sudut ekonomi makro, kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kebijakan
fiskal ekspansif dan kebijakan fiskal kontraktif.
Jenis pembiayaan dalam kebijakan fiskal : pembiayaan fungsional, pengelolaan
anggaran, stabilisasi anggaran otomatis, dan anggaran belanja seimbang.

3.2. SARAN

19

Pemerintah merupakan faktor determinan (yang menentukan) dalam upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat, jika pemerintah salah dalam bertindak maka akan
berdampak pada seluruh rakyatnya, oleh karena itu dengan adanya kebijakan ini, pemerintah
di harapkan dapat menghindarkan perekonomian negara dari keadaan-keadaan yang tidak di
inginkan seperti keadaan dimana banyak pengangguran, inflasi, neraca pembayaran
internasional yang terus menerus, defisit, ketidakstabilan harga, penerimaan dan pengeluaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang tidak sesuai dan sebagainya.

20

DAFTAR PUSTAKA



Boediono, 1982. seri sinopsis PENGANTAR ILMU EKONOMI no 2. BPFE :
jakarta



Prathama rahardja, Mandala manurung. 2005. “TEORI EKONOMI MAKRO DAN
SUATU PENGANTAR edisi 3”, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Jakarta.



Rudiger dombusch &stanley ficher. j mulyadi. 1997. “MAKRO EKONOMI edisi ke
empat”. Penerbit erlangga : jakarta



Soediyono Reksoprayitno. 2000. “PENGANTAR EKONOMI MAKRO edisi 6”.
BPFE : Yogyakarta



www.academia.edu/ekonomimakro/kebijakanfiskal

21