MEMBANGUN POLA BERPIKIR KRITIS PESERTA D
ARTIKEL
MEMBANGUN POLA BERPIKIR KRITIS BAGI SISWA
Oleh:
SUGENG PAMUDJI
NIP. 196309061997031001
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SIDOARJO
SMP NEGERI 4 WARU
Jl. Gajahmada-Dukuh Ngingas-Ngingas-Waru Telp. 031-9544639
SIDOARJO
2010
MEMBANGUN POLA BERPIKIR KRITIS BAGI SISWA
Oleh: Sugeng Pamudji
(Guru SMP Negeri 4 Waru-Sidoarjo)
E-mail: [email protected]
A. Latar Belakang
Zaman berkembang demikian cepat, bahkan jauh lebih cepat dari
perkiraan para ahli. Prediksi para ahli perancang masa depan sering meleset, karena
dimensi permasalahan yang dihadapi manusia saat ini demikian kompeks. Satu
peristiwa sering bertautan dengan peristiwa lainnya, sehingga tidak ada peristiwa
yang berupa a single event. Untuk menyelesaikannya diperlukan berbagai
pendekatan. Sebut saja, misalnya, peristiwa keagamaan hampir selalu terkait dengan
masalah politik, sosial, budaya, dan bahkan ekonomi.
Ada sebagian orang yang sanggup mengikutinya, ada sebagian lain
yang gagal. Bagi yang sanggup, perkembangan pesat dianggap sebagai peluang
yang bisa dimanfaatkan untuk memacu diri. Umumnya kelompok ini adalah orangorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan hidup yang memadai. Bagi yang
tidak sanggup, zaman ini dianggap sebagai petaka, karena tidak memberikan
peluang kepadanya, bahkan menyingkirkannya. Umumnya, kelompok ini diisi
orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup.
Selain itu, zaman ini pula disebut sebagai zaman kompetisi atau
persaingan. Implikasinya orang lain dianggap sebagai kompetitor dalam meraih citacita. Teman akrab ada kalanya bisa menjadi pesaing beratnya. Karena masingmasing saling berkompetisi, wajar jika kemudian ada pihak yang menang dan ada
pula yang kalah.
Dalam dunia pendidikan di Indonesia juga mengalami perubahan.
Kurikulum sekolah segera diganti dengan yang baru yaitu kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 menuntut agar dalam pembelajaran bisa melatih peserta didik
memiliki daya nalar yang tinggi. Ini berarti bahwa oeserta didik diharapkan mampu
1
berpikir tingkat tinggi, bisa menganalisis, memecahkan persoalan, membuat
keputusan, dan mengkomunikasikan apa yang dimilikinya/ diperolehnya.
Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi.
Presseisen (dalam Poppy Kamalia Devi, 2011) menyatakan bahwa proses berpikir
tingkat tinggi meliputi pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis dan
berpikir kreatif. Keterampilan berpikir kritis sangat diperlukan pada zaman
perkembangan IPTEK sekarang ini, sebab saat ini selain hasil-hasil IPTEK yang
dapat dinikmati, ternyata timbul beberapa dampak yang membuat masalah bagi
manusia dan lingkungannya.
Dengan demikian, menjadi orang pintar saja belum cukup. Agar mampu
menghadapi persaingan ke depan, dibutuhkan orang yang mampu berpikir kritis.
Banyak orang mengatakan bahwa salah satu ciri orang pintar adalah mampu berpikir
kritis. Pengertian berpikir kritis ialah berpikir dengan konsep yang matang dan
mempertanyakan segala sesuatu yang dianggap tidak tepat dengan cara yang baik.
Bertanya dengan baik akan memperoleh jawaban yang baik, setidaknya respons
yang baik. Dia tidak bersikap apatis terhadap sesuatu yang tidak beres.
B. Tujuan
Dengan adanya tulisan ini diharapkan pembaca dapat memahami dari
berpikir kritis, manfaat berpikir kritis bagi anak, cara melatih anak didik berpikir
kritis. Dengan demikian pembaca, terutama para pendidik, akan dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang dapat membangun berpikir kritis pada anak didik. Tentu
saja hal ini tidak mudah, memerlukan latihan dan pembiasaan yang memerlukan
waktu dan proses. Dengan adanya tulisan semoga bisa membantu para pendidik
dalam menciptakan suasan tersebut. Bahkan lebih penting lagi menyiapkan diri
dalam menyikapi berlakunya kurikulum 2013.
C. Pengertian Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau
mengevaluasi informasi. Informasi tersebut dapat didapatkan dari hasil pengamatan,
pengalaman, akal sehat atau komunikasi.
Menurut Halpen (dalam Arief Achmad, 2007) menyatakan bahwa
berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam
menentukan
tujuan.
Proses
tersebut
2
dilalui
setelah
menentukan
tujuan,
mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk
berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah,
merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat
keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam
konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasimempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa
faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut
directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju.
Anggelo (dalam Arief Achmad, 2007), berpikir kritis adalah
mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan
menganalisis,
mensintesis,
mengenal
permasalahan
dan
pemecahannya,
menyimpulkan, dan mengevaluasi.
Dari dua pendapat tersebut, tampak adanya persamaan dalam hal
sistematika berpikir yang ternyata berproses. Berpikir kritis harus melalui beberapa
tahapan untuk sampai kepada sebuah kesimpulan atau penilaian.
Arthur L. Costa (dalam Sarlito Wirawan Sarwono, 2009)
menggambarkan bahwa berpikir kritis adalah : “using basic thinking processes to
analyze arguments and generate insight into particular meanings and
interpretation; also known as directed thinking”.
R. Matindas (dalam Sarlito Wirawan Sarwono, 2009) menyatakan
bahwa: “Berpikir kritis adalah aktivitas mental yang dilakukan untuk mengevaluasi
kebenaran sebuah pernyataan. Umumnya evaluasi berakhir dengan putusan untuk
menerima,
menyangkal,
atau
meragukan
kebenaran
pernyataan
yang
bersangkutan”.
D. Karakterisitik Berpikir kritis
Angelo (dalam Arief Achmad, 2007), bahwa berpikir kritis harus
memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis,
pengenalan masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.
Berpikir yang ditampilkan dalam berpikir kritis sangat tertib dan
sistematis. Berpikir kritis ialah sebuah proses yang menekankan kepada sikap
penentuan keputusan yang sementara, memberdayakan logika yang berdasarkan
inkuiri dan pemecahan masalah yang menjadi dasar dalam menilai sebuah perbuatan
3
atau pengambilan keputusan. Hal ini yang nantinya menjadi tuntutan dari kurikulum
2013 di sekolah menengah pertama.
Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi
yang dapat digunakan dalam pembentukan sistem konseptual siswa. Menurut Ennis
(dalam Arief Ahmad, 2007), berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk
akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus
diyakini dan dilakukan.
Wade (dalam Arief Ahmad, 2007) mengidentifikasi delapan
karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:
(1) kegiatan merumuskan pertanyaan,
(2) membatasi permasalahan,
(3) menguji data-data,
(4) menganalisis berbagai pendapat dan bias,
(5) menghindari pertimbangan yang sangat emosional,
(6) menghindari penyederhanaan berlebihan,
(7) mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan
(8) mentoleransi ambiguitas.
Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan
Beyer (Arief Ahmad, 2007) secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu: .
a. Watak (dispositions)
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap
skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai
data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandanganpandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah
pendapat yang dianggapnya baik.
b. Kriteria (criteria) Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau
patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk
diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari
beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda.
Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada
relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti,
tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan
pertimbangan yang matang.
4
c.
Argumen (argument) Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi
oleh data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan,
penilaian, dan menyusun argumen.
d.
Pertimbangan atau pemikiran (reasoning)
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa
premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa
pernyataan atau data.
e. Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan
menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan
memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
f. Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria)
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur
tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang
akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.
Selanjutnya, Ennis (dalam Arief Ahmad, 2007), mengidentifikasi 12
indikator berpikir kritis, yang dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas sebagai
berikut:
a. Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi: memfokuskan pertanyaan,
menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang suatu
penjelasan atau pernyataan.
b. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta mempertimbangkan
suatu laporan hasil observasi.
c. Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau mempertimbangkan
hasil deduksi, meninduksi atau mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat
serta menentukan nilai pertimbangan.
d. Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi istilah-istilah
dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi.
e. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakan dan
berinteraksi dengan orang lain.
Indikator-indikator tersebut dalam prakteknya dapat bersatu padu
membentuk sebuah kegiatan atau terpisah-pisah hanya beberapa indikator saja.
5
Penemuan indikator keterampilan berpikir kritis dapat diungkapkan
melalui aspek-aspek perilaku yang diungkapkan dalam definisi berpikir kritis.
Menurut beberapa definisi yang diungkapkan terdahulu, terdapat beberapa kegiatan
atau perilaku yang mengindikasikan bahwa perilaku tersebut merupakan kegiatankegiatan dalam berpikir kritis. Angelo mengidentifikaasi lima perilaku yang
sistematis dalam berpikir kritis. Penilaku tersebut adalah sebagai berikut:
a. Keterampilan Menganalisis
Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan menguraikan
sebuah
struktur
ke
dalam
komponen-komponen
agar
mengetahui
pengorganisasian struktur tersebut (http://www.uwsp/cognitif.htm.). Dalam
keterampilan tersebut tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep
global dengan cara menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam
bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci. Pertanyaan analisis,
menghendaki agar pembaca mengindentifikasi langkah-langkah logis yang
digunakan dalam proses berpikir hingga sampai pada sudut kesimpulan
(Harjasujana dalam Arief Ahmad, 2007).
Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir analitis,
diantaranya:
menguraikan,
membuat
diagram,
mengidentifikasi,
menggambarkan, menghubungkan, memerinci, dsb.
b. Keterampilan Mensintesis
Keterampilan mensintesis merupakan keterampilan yang berlawanan dengan
keteramplian menganallsis. Keterampilan mensintesis adalah keterampilan
menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang
baru. Pertanyaan sintesis menuntut pembaca untuk menyatupadukan semua
informasi
yang
diperoleh
dari
materi
bacaannya,
sehingga
dapat
menciptakan ide-ide baru yang tidak dinyatakan secara eksplisit di dalam
bacaannya. Pertanyaan sintesis ini memberi kesempatan untuk berpikir bebas
terkontrol (Harjasujana dalam Arief Ahmad, 2007).
c. Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah
Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa
pengertian baru. Keterampilan ini menuntut pembaca untuk memahami
bacaan dengan kritis sehinga setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu
menangkap beberapa pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola
sebuah konsep. Tujuan keterampilan ini bertujuan agar pembaca mampu
6
memahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan atau
ruang lingkup baru (Walker dalam Arief Ahmad, 2007).
d. Keterampilan Menyimpulkan
Keterampilan
menyimpulkan
ialah
kegiatan
akal
pikiran
manusia
berdasarkan pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya, dapat
beranjak mencapai pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang baru yang lain
(Salam, dalam Arief Ahmad, 2007). Berdasarkan pendapat tersebut dapat
dipahami bahwa keterampilan ini menuntut pembaca untuk mampu
menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai
kepada suatu formula baru yaitu sebuah simpulan. Proses pemikiran manusia
itu sendiri, dapat menempuh dua cara, yaitu : deduksi dan induksi. Jadi,
kesimpulan merupakan sebuah proses berpikir yang memberdayakan
pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran atau
pengetahuan yang baru.
e. Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai
Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai
sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada. Keterampilan menilai
menghendaki pembaca agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur
dengan menggunakan standar tertentu (Harjasujana dalam Arief Ahmad,
2007).
E. Manfaat berpikir kritis
Arief Achmad, 2007, menyatakan kemampuan berpikir kritis merupakan
kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif
dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Keuntungan yang didapatkan sewaktu kita tajam dalam berpikir kritis,
kita bisa menilai bobot kemampuan seseorang dari perkataan yang ia keluarkan, kita
juga dengan tidak gampangnya menyerap setiap informasi tanpa memikirkan
terlebih dahulu hal yang sedang disampaikan. Bayangkan! Jika kita semua terbentuk
dengan kebiasaan ini, bisa dipastikan akan muncul kreatifitas yang baru dan kita
bisa terus menerus mengalami pertumbuhan yang lebih baik di setiap aspek dari
bidang yang sedang kita tekuni.
F. Cara membangun berpikir kritis siswa
7
1. Pemecahan Soal-Soal “Higher Order Thinking Skill” (HOTS).
Berdasarkan Taxonomi Bloom, HOTS termasuk pada tiga level tertinggi pada
Taxonomi Bloom yaitu analisis, sintesis, dan evaluasi. Soal-soal untuk
pengujian ini dapat dibuat dalam bentuk soal pilihan ganda maupun uraian.
Teknik penulisan soal HOTS secara umum hampir sama dengan teknik
penulisan soal-soal biasa tetapi karena peserta didik diuji pada proses analisis,
sintesis atau evaluasi, maka pada soal harus ada komponen yang dapat
dianalisis, disintesis atau dievaluasi. Komponen ini di dalam soal dikenal dengan
istilah stimulus.
1. Kegiatan KIR
Keberadaan KIR di setiap sekolah pun dirasakan masih sangat jarang, apalagi
bagi sekolah-sekolah yang terdapat di luar kota. Kegiatan KIR di sekolah pada
umumnya dilaksanakan menjelang kegiataan lomba atau momen tertentu yang
akan diikuti sekolah. Seolah-olah kegiatan KIR adalah hanya mengikuti lombalomba saja sehingga kegiatan hanya berupa pemantapan atau pengayaan materi
pelajaran saja. Tentu saja KIR sebagai wadah pengembangan kreativitas siswa
tidak akan bisa terlaksana apalagi sebagai pengenalan secara dini kepada para
siswa.
Kenapa para siswa perlu dikenalkan secara dini pada kegiatan ilmiah atau
penelitian? Karena, kegiatan itu bisa merangsang cara berpikir kritis, melatih
pola berpikir teratur (sistematis), serta meningkatkan kepekaan atau kepedulian
terhadap lingkungan sekitar. Penelitian ilmiah dan penulisan karya ilmiah dapat
menjadi pilihan kegiatan yang menarik bagi remaja. Tak jarang, dari rasa
keingintahuan lahirlah sebuah karya besar yang bermanfaat bagi masyarakat.
Berpikir cerdas, kritis, objektif dan sistematis, serta peka terhadap lingkungan
sekitar merupakan syarat yang sangat dibutuhkan bagi seorang calon peneliti.
Oleh karena itu, KIR membawa misi untuk membentuk remaja yang memiliki
kompetensi sebagai seorang peneliti.
Sebelum kita mengenalkan KIR kepada siswa kita harus meluruskan beberapa
kesan dan pandangan yang keliru terhadap KIR, seperti: melulu IPA, hanya
untuk siswa pintar, tidak menyenangkan, menambah beban, tidak bermanfaat,
8
selalu memerlukan biaya yang tinggi. Semua pandangan itu tentu sama sekali
keliru.
Kegiatan KIR yang sebenarnya adalah bukan hanya monopoli kegiatan siswa
IPA. Karena, semua hal yang disekitar kita dapat dijadikan objek penelitian,
misalnya, mengapa kebiasaan menyontek siswa sulit di hilangkan. Bagaimana
hubungan nilai UN ketika SMP dengan prestasi yang dicapai ketika SMA, dan
masih banyak lagi persolan lainnya.
KIR juga tidak hanya ditujukan bagi siswa pandai atau mendapat ranking
dikelasnya saja. KIR juga tidak terfokus pada salah satu mata pelajaran,
sehingga pembina KIR dapat berlatarbelakang mata pelajaran apa saja. KIR
dapat diikuti oleh semua siswa. Yang terpenting adalah kemauan dan keuletan.
KIR juga bukanlah kegiatan yang selalu super serius hingga siswa lekas
mengalami kejenuhan. Tetapi, kegiatan KIR penuh dengan inovasi dan
kreativitas yang dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa.
2. Latihan melakukan penelitian ilmiah
a. Mengawali latihan penelitian ilmiah adalah menangkap suatu realita atau
suatu benda.
b. Setelah melihat suatu realita, mereka diajak mengumpulkan informasi dan
data tentang realita dengan cara tertentu. Misalnya, para siswa diajak untuk
menetapkan berat ayam hidup. Tentu ada cara tertentu untuk menimbang
ayam yang masih hidup. Pertanyaan kritis yang dapat diajukan adalah
"Apakah prosedur yang digunakan benar?" Pertanyaan untuk diri sendiri
berbentuk "Apakah prosedur yang kugunakan sudah benar?"
c. Data dan informasi yang diperoleh itu kemudian dianalisis. Menganalisis
data berarti memilah-milah data menjadi beberapa kelompok yang memiliki
ciri-ciri tertentu. Sesungguhnya, tidak hanya dipilah-pilah tetapi juga,
mungkin justru digabung-gabungkan antara satu bagian dengan bagian yang
lain sehingga dihasilkan suatu kesimpulan. Kegiatan memilah dan
menggabung serta membuat kesimpulan ini termasuk kegiatan berpikir.
Pertanyaan kritis yang dapat diajukan pada tahap ini adalah: "Apakah
9
penalaran yang digunakan dalam menganalisis data serta informasi ini
sahih?" pertanyaan kepada diri sendiri, "Apakah penalaranku sahih?"
d. Tahap terakhir dari kegiatan mencari pengetahuan adalah menarik
kesimpulan. Pertanyaan kritis yang dapat diajukan pada tahap ini adalah:
"Apakah kesimpulan yang dibuat itu betul?" Atau "Apakah kesimpulan yang
kubuat ini betul?"
3. Menerapkan metode debat
Debat merupakan implementasi dari berpikir kritis (critical
thinking). Seorang siswa harus dilatih sejak awal untuk terbiasa berani
mengkritisi segala sesuatu, sebab hanya dengan kebebasan berpikirlah manusia
akan maju dan berkembang. Sejarah sudah membuktikan betapa masyarakat
yang terkungkung oleh kekuasaan yang otoriter dan menghalangi kebebasan
berpikir mengakibatkan bangsa itu menjadi bangsa yang terbelakang.
Siswa, sebagai calon pemimpin masa depan, harus dibiasakan untuk
belajar mengkritisi fenomena yang ada dalam kehidupannya. Langkah ini
diharapkan akan menanamkan dalam dirinya keberanian untuk mengkritisi
segala sesuatu, belajar berargumentasi, dan berani untuk mengemukakan
perbedaan pendapat.
Ada beberapa macam format debat yang dapat digunakan. Perbedaan
format yang dipakai ini menentukan peraturan teknis yang berkenaan dengan
waktu pembicara menyampaikan argumennya serta kesempatan untuk
menyampaikan interupsi pada kelompok lawan.
Di antara format debat tersebut adalah, pertama, format lomba debat
SMA sedunia. Ciri format ini adalah memberlakukan interupsi di tengah pidato,
dan tidak memberikan interupsi pada pidato penutup. Kedua, format debat
parlemen Asia. Format ini memberikan kesempatan interupsi di tengah debat.
Ketiga, format debat Australia-Asia. Format ini tidak memberlakukan interupsi
di tengah debat. Dan keempat, format debat parlemen Inggris. Format ini tidak
mengenal adanya pembicara penutup, tapi memperbolehkan adanya interupsi di
tengah jalannya debat.
4. Mempertanyakan apa yang dilihat atau didengar
10
Menurut para ahli, melatih berpikir kritis dapat dilakukan dengan cara
mempertanyakan apa yang dilihat dan didengar. Setelah itu, dilanjutkan dengan
bertanya mengapa dan bagaimana tentang hal tersebut. Intinya, jangan langsung
menerima mentah-mentah informasi yang masuk. Dari mana pun datangnya,
informasi yang diperoleh harus dicerna dengan baik dan cermat sebelum
akhirnya disimpulkan. Karena itu, berlatih berpikir kritis artinya juga
berperilaku hati-hati dan tidak grusa-grusu dalam menyikapi permasalahan.
5. Diskusi kelompok kecil
Pembelajaran kolaboratif melalui diskusi kelompok kecil juga direkomendasikan
sebagai strategi yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Resnick
L., 1990; Rimiene V., 2002; Gokhale A.A., 2005 dalam Sudaryanto, 2008).
Dengan berdiskusi siswa mendapat kesempatan untuk mengklarifikasi
pemahamannya dan mengevaluasi pemahaman siswa lain, mengobservasi
strategi berpikir dari orang lain untuk dijadikan panutan, membantu siswa lain
yang kurang untuk membangun pemahaman, meningkatkan motivasi, serta
membentuk sikap yang diperlukan seperti menerima kritik dan menyampaikan
kritik dengan cara yang santun.
6. Melatih otak kanan
Ada pandangan lain untuk meningkatkan sikap kritis. Menurut penelitian para
ahli neurolinguistik, cabang ilmu yang mengkaji bahasa dan fungsi saraf, otak
manusia bisa dilatih fungsi-fungsinya, termasuk untuk melahirkan sikap kritis.
Menurut mereka, otak manusia dibagi dua, yakni otak kiri yang memproduksi
bahasa verbal, imitatif dan repetitif, dan otak kanan yang memperoduksi pikiran
yang bersifat imajinatif, komprehensif, dan kontemplatif. Muncul dugaan bahwa
orang-orang agung para pembuat sejarah besar adalah orang yang memiliki otak
kanan yang aktif.
Bahasa agama (Islam), cara untuk meningkatkan fungsi otak kanan ialah melalui
sholat yang khusu’ dan dzikir mengingat Allah, sehingga otak bisa lepas dari
beban-beban duniawi yang tidak produktif. Saat demikian, otak bisa tumbuh
cerdas dan bisa berpikir kritis. Lebih dari sekadar cerdas, sholat yang khusu’ dan
selalu berdzikir untuk mengingat Allah akan mengantarkan kita menjadi
manusia agung di sisiNya.
11
G. Simpulan
Dari uraian di atas dapat disimpul bahwa:
1. Berpikir kritis merupakan ketrampilan berpikir tingkat tinggi yang perlu
dilatihkan pada anak didik;
2. Dengan berpikir kritis akan melatih anak didik agar tidak begitu saja
menerimainformasi yang diterimanya, namun menelusuri kebenaran dari
informasi tersebut;
3. Ada beberapa cara melatih berpikir kritis pada anak didik, diantaranya melalui
kegiatan karya ilmiah remaja (KIR), latihan peelitian, diskusi kelompok kecil,
debat, mempertanyakan informasi yang diterima, melatih otak kanan.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk para pembaca, terutama para pendidik.
12
RUJUKAN
Abdul Wahid, http://www.tribunjabar.co.id/read/artikel/14855; 13 April 2010
Agustinus Setiono, 2007, Berpikir Kritis, diambil dari
http://agustinussetiono.wordpress.com/2007/09/25/berpikir-kritis/, 13 April
2010; 20:24 wib
Arief Achmad , 2007, Memahami Berpikir Kritis, diambil dari http://researchengines.com/1007arief3.html; 13 April 2010; 20:23 wib.
Brando Lubis, http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/11/berpikir-kritis
%E2%80%A6/; 13 April 2010
Indra Yusuf, http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=AVBdBFMEVlBR; 16
April 2010
Leo Sutrisno , http://www.borneotribune.com/pdf/kolom/berlatih-berpikir-kritis.pdf; 13
April 2010
Poppy Kamalia Devi, M.Pd., Dr. dan Erly Tjahja Widjajanto T, S. Pd., 2011, Penilaian
“Higher Order Thinking Skills ” Pada Pembelajaran IPA SMP/MTS Untuk
Guru SMP, Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) untuk Program
BERMUTU.
Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si, http://mudjiarahardjo.com/artikel/169-melatihberpikir-kritis.html; 13 April 2010
Sarlito Wirawan Sarwono, 2009, Berpikir Kritis Dan Benar, diambil dari
http://www.ahmadheryawan.com/opini-media/sosial-politik/4246-berpikir-kritisdan-benar.pdf; 13 April; 2010; 21:11 wib.
13
SURAT PERNYATAAN INTEGRITAS AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Drs. Sugeng Pamudji, M. Pd.
Pekerjaan
: Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Unit kerja
: SMP Negeri 4 Waru
Alamat
: Jl. Bebekan Masjid Gg. V RT 12 RW 04 Kel. Bebekan, Kec. Taman,
Kab. Sidoarjo
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa artikel yang berjudul MEMBANGUN
POLA BERPIKIR KRITIS BAGI SISWA
benar-benar merupakan hasil karya sendiri.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan penuh rasa tanggung
jawab.
Sidoarjo, 6 Maret 2011
Mengetahui :
Kepala SMP Negeri 4 Waru,
Yang membuat pernyataan,
Hj. Ekowati, M. Pd..
NIP. 196008221981012002
Drs. Sugeng Pamudji, M. Pd.
NIP. 196309061997031001
MEMBANGUN POLA BERPIKIR KRITIS BAGI SISWA
Oleh:
SUGENG PAMUDJI
NIP. 196309061997031001
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SIDOARJO
SMP NEGERI 4 WARU
Jl. Gajahmada-Dukuh Ngingas-Ngingas-Waru Telp. 031-9544639
SIDOARJO
2010
MEMBANGUN POLA BERPIKIR KRITIS BAGI SISWA
Oleh: Sugeng Pamudji
(Guru SMP Negeri 4 Waru-Sidoarjo)
E-mail: [email protected]
A. Latar Belakang
Zaman berkembang demikian cepat, bahkan jauh lebih cepat dari
perkiraan para ahli. Prediksi para ahli perancang masa depan sering meleset, karena
dimensi permasalahan yang dihadapi manusia saat ini demikian kompeks. Satu
peristiwa sering bertautan dengan peristiwa lainnya, sehingga tidak ada peristiwa
yang berupa a single event. Untuk menyelesaikannya diperlukan berbagai
pendekatan. Sebut saja, misalnya, peristiwa keagamaan hampir selalu terkait dengan
masalah politik, sosial, budaya, dan bahkan ekonomi.
Ada sebagian orang yang sanggup mengikutinya, ada sebagian lain
yang gagal. Bagi yang sanggup, perkembangan pesat dianggap sebagai peluang
yang bisa dimanfaatkan untuk memacu diri. Umumnya kelompok ini adalah orangorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan hidup yang memadai. Bagi yang
tidak sanggup, zaman ini dianggap sebagai petaka, karena tidak memberikan
peluang kepadanya, bahkan menyingkirkannya. Umumnya, kelompok ini diisi
orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup.
Selain itu, zaman ini pula disebut sebagai zaman kompetisi atau
persaingan. Implikasinya orang lain dianggap sebagai kompetitor dalam meraih citacita. Teman akrab ada kalanya bisa menjadi pesaing beratnya. Karena masingmasing saling berkompetisi, wajar jika kemudian ada pihak yang menang dan ada
pula yang kalah.
Dalam dunia pendidikan di Indonesia juga mengalami perubahan.
Kurikulum sekolah segera diganti dengan yang baru yaitu kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 menuntut agar dalam pembelajaran bisa melatih peserta didik
memiliki daya nalar yang tinggi. Ini berarti bahwa oeserta didik diharapkan mampu
1
berpikir tingkat tinggi, bisa menganalisis, memecahkan persoalan, membuat
keputusan, dan mengkomunikasikan apa yang dimilikinya/ diperolehnya.
Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi.
Presseisen (dalam Poppy Kamalia Devi, 2011) menyatakan bahwa proses berpikir
tingkat tinggi meliputi pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis dan
berpikir kreatif. Keterampilan berpikir kritis sangat diperlukan pada zaman
perkembangan IPTEK sekarang ini, sebab saat ini selain hasil-hasil IPTEK yang
dapat dinikmati, ternyata timbul beberapa dampak yang membuat masalah bagi
manusia dan lingkungannya.
Dengan demikian, menjadi orang pintar saja belum cukup. Agar mampu
menghadapi persaingan ke depan, dibutuhkan orang yang mampu berpikir kritis.
Banyak orang mengatakan bahwa salah satu ciri orang pintar adalah mampu berpikir
kritis. Pengertian berpikir kritis ialah berpikir dengan konsep yang matang dan
mempertanyakan segala sesuatu yang dianggap tidak tepat dengan cara yang baik.
Bertanya dengan baik akan memperoleh jawaban yang baik, setidaknya respons
yang baik. Dia tidak bersikap apatis terhadap sesuatu yang tidak beres.
B. Tujuan
Dengan adanya tulisan ini diharapkan pembaca dapat memahami dari
berpikir kritis, manfaat berpikir kritis bagi anak, cara melatih anak didik berpikir
kritis. Dengan demikian pembaca, terutama para pendidik, akan dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang dapat membangun berpikir kritis pada anak didik. Tentu
saja hal ini tidak mudah, memerlukan latihan dan pembiasaan yang memerlukan
waktu dan proses. Dengan adanya tulisan semoga bisa membantu para pendidik
dalam menciptakan suasan tersebut. Bahkan lebih penting lagi menyiapkan diri
dalam menyikapi berlakunya kurikulum 2013.
C. Pengertian Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau
mengevaluasi informasi. Informasi tersebut dapat didapatkan dari hasil pengamatan,
pengalaman, akal sehat atau komunikasi.
Menurut Halpen (dalam Arief Achmad, 2007) menyatakan bahwa
berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam
menentukan
tujuan.
Proses
tersebut
2
dilalui
setelah
menentukan
tujuan,
mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk
berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah,
merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat
keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam
konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasimempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa
faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut
directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju.
Anggelo (dalam Arief Achmad, 2007), berpikir kritis adalah
mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan
menganalisis,
mensintesis,
mengenal
permasalahan
dan
pemecahannya,
menyimpulkan, dan mengevaluasi.
Dari dua pendapat tersebut, tampak adanya persamaan dalam hal
sistematika berpikir yang ternyata berproses. Berpikir kritis harus melalui beberapa
tahapan untuk sampai kepada sebuah kesimpulan atau penilaian.
Arthur L. Costa (dalam Sarlito Wirawan Sarwono, 2009)
menggambarkan bahwa berpikir kritis adalah : “using basic thinking processes to
analyze arguments and generate insight into particular meanings and
interpretation; also known as directed thinking”.
R. Matindas (dalam Sarlito Wirawan Sarwono, 2009) menyatakan
bahwa: “Berpikir kritis adalah aktivitas mental yang dilakukan untuk mengevaluasi
kebenaran sebuah pernyataan. Umumnya evaluasi berakhir dengan putusan untuk
menerima,
menyangkal,
atau
meragukan
kebenaran
pernyataan
yang
bersangkutan”.
D. Karakterisitik Berpikir kritis
Angelo (dalam Arief Achmad, 2007), bahwa berpikir kritis harus
memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis,
pengenalan masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.
Berpikir yang ditampilkan dalam berpikir kritis sangat tertib dan
sistematis. Berpikir kritis ialah sebuah proses yang menekankan kepada sikap
penentuan keputusan yang sementara, memberdayakan logika yang berdasarkan
inkuiri dan pemecahan masalah yang menjadi dasar dalam menilai sebuah perbuatan
3
atau pengambilan keputusan. Hal ini yang nantinya menjadi tuntutan dari kurikulum
2013 di sekolah menengah pertama.
Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi
yang dapat digunakan dalam pembentukan sistem konseptual siswa. Menurut Ennis
(dalam Arief Ahmad, 2007), berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk
akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus
diyakini dan dilakukan.
Wade (dalam Arief Ahmad, 2007) mengidentifikasi delapan
karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:
(1) kegiatan merumuskan pertanyaan,
(2) membatasi permasalahan,
(3) menguji data-data,
(4) menganalisis berbagai pendapat dan bias,
(5) menghindari pertimbangan yang sangat emosional,
(6) menghindari penyederhanaan berlebihan,
(7) mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan
(8) mentoleransi ambiguitas.
Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan
Beyer (Arief Ahmad, 2007) secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu: .
a. Watak (dispositions)
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap
skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai
data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandanganpandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah
pendapat yang dianggapnya baik.
b. Kriteria (criteria) Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau
patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk
diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari
beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda.
Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada
relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti,
tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan
pertimbangan yang matang.
4
c.
Argumen (argument) Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi
oleh data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan,
penilaian, dan menyusun argumen.
d.
Pertimbangan atau pemikiran (reasoning)
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa
premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa
pernyataan atau data.
e. Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan
menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan
memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
f. Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria)
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur
tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang
akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.
Selanjutnya, Ennis (dalam Arief Ahmad, 2007), mengidentifikasi 12
indikator berpikir kritis, yang dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas sebagai
berikut:
a. Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi: memfokuskan pertanyaan,
menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang suatu
penjelasan atau pernyataan.
b. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta mempertimbangkan
suatu laporan hasil observasi.
c. Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau mempertimbangkan
hasil deduksi, meninduksi atau mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat
serta menentukan nilai pertimbangan.
d. Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi istilah-istilah
dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi.
e. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakan dan
berinteraksi dengan orang lain.
Indikator-indikator tersebut dalam prakteknya dapat bersatu padu
membentuk sebuah kegiatan atau terpisah-pisah hanya beberapa indikator saja.
5
Penemuan indikator keterampilan berpikir kritis dapat diungkapkan
melalui aspek-aspek perilaku yang diungkapkan dalam definisi berpikir kritis.
Menurut beberapa definisi yang diungkapkan terdahulu, terdapat beberapa kegiatan
atau perilaku yang mengindikasikan bahwa perilaku tersebut merupakan kegiatankegiatan dalam berpikir kritis. Angelo mengidentifikaasi lima perilaku yang
sistematis dalam berpikir kritis. Penilaku tersebut adalah sebagai berikut:
a. Keterampilan Menganalisis
Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan menguraikan
sebuah
struktur
ke
dalam
komponen-komponen
agar
mengetahui
pengorganisasian struktur tersebut (http://www.uwsp/cognitif.htm.). Dalam
keterampilan tersebut tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep
global dengan cara menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam
bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci. Pertanyaan analisis,
menghendaki agar pembaca mengindentifikasi langkah-langkah logis yang
digunakan dalam proses berpikir hingga sampai pada sudut kesimpulan
(Harjasujana dalam Arief Ahmad, 2007).
Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir analitis,
diantaranya:
menguraikan,
membuat
diagram,
mengidentifikasi,
menggambarkan, menghubungkan, memerinci, dsb.
b. Keterampilan Mensintesis
Keterampilan mensintesis merupakan keterampilan yang berlawanan dengan
keteramplian menganallsis. Keterampilan mensintesis adalah keterampilan
menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang
baru. Pertanyaan sintesis menuntut pembaca untuk menyatupadukan semua
informasi
yang
diperoleh
dari
materi
bacaannya,
sehingga
dapat
menciptakan ide-ide baru yang tidak dinyatakan secara eksplisit di dalam
bacaannya. Pertanyaan sintesis ini memberi kesempatan untuk berpikir bebas
terkontrol (Harjasujana dalam Arief Ahmad, 2007).
c. Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah
Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa
pengertian baru. Keterampilan ini menuntut pembaca untuk memahami
bacaan dengan kritis sehinga setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu
menangkap beberapa pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola
sebuah konsep. Tujuan keterampilan ini bertujuan agar pembaca mampu
6
memahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan atau
ruang lingkup baru (Walker dalam Arief Ahmad, 2007).
d. Keterampilan Menyimpulkan
Keterampilan
menyimpulkan
ialah
kegiatan
akal
pikiran
manusia
berdasarkan pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya, dapat
beranjak mencapai pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang baru yang lain
(Salam, dalam Arief Ahmad, 2007). Berdasarkan pendapat tersebut dapat
dipahami bahwa keterampilan ini menuntut pembaca untuk mampu
menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai
kepada suatu formula baru yaitu sebuah simpulan. Proses pemikiran manusia
itu sendiri, dapat menempuh dua cara, yaitu : deduksi dan induksi. Jadi,
kesimpulan merupakan sebuah proses berpikir yang memberdayakan
pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran atau
pengetahuan yang baru.
e. Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai
Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai
sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada. Keterampilan menilai
menghendaki pembaca agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur
dengan menggunakan standar tertentu (Harjasujana dalam Arief Ahmad,
2007).
E. Manfaat berpikir kritis
Arief Achmad, 2007, menyatakan kemampuan berpikir kritis merupakan
kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif
dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Keuntungan yang didapatkan sewaktu kita tajam dalam berpikir kritis,
kita bisa menilai bobot kemampuan seseorang dari perkataan yang ia keluarkan, kita
juga dengan tidak gampangnya menyerap setiap informasi tanpa memikirkan
terlebih dahulu hal yang sedang disampaikan. Bayangkan! Jika kita semua terbentuk
dengan kebiasaan ini, bisa dipastikan akan muncul kreatifitas yang baru dan kita
bisa terus menerus mengalami pertumbuhan yang lebih baik di setiap aspek dari
bidang yang sedang kita tekuni.
F. Cara membangun berpikir kritis siswa
7
1. Pemecahan Soal-Soal “Higher Order Thinking Skill” (HOTS).
Berdasarkan Taxonomi Bloom, HOTS termasuk pada tiga level tertinggi pada
Taxonomi Bloom yaitu analisis, sintesis, dan evaluasi. Soal-soal untuk
pengujian ini dapat dibuat dalam bentuk soal pilihan ganda maupun uraian.
Teknik penulisan soal HOTS secara umum hampir sama dengan teknik
penulisan soal-soal biasa tetapi karena peserta didik diuji pada proses analisis,
sintesis atau evaluasi, maka pada soal harus ada komponen yang dapat
dianalisis, disintesis atau dievaluasi. Komponen ini di dalam soal dikenal dengan
istilah stimulus.
1. Kegiatan KIR
Keberadaan KIR di setiap sekolah pun dirasakan masih sangat jarang, apalagi
bagi sekolah-sekolah yang terdapat di luar kota. Kegiatan KIR di sekolah pada
umumnya dilaksanakan menjelang kegiataan lomba atau momen tertentu yang
akan diikuti sekolah. Seolah-olah kegiatan KIR adalah hanya mengikuti lombalomba saja sehingga kegiatan hanya berupa pemantapan atau pengayaan materi
pelajaran saja. Tentu saja KIR sebagai wadah pengembangan kreativitas siswa
tidak akan bisa terlaksana apalagi sebagai pengenalan secara dini kepada para
siswa.
Kenapa para siswa perlu dikenalkan secara dini pada kegiatan ilmiah atau
penelitian? Karena, kegiatan itu bisa merangsang cara berpikir kritis, melatih
pola berpikir teratur (sistematis), serta meningkatkan kepekaan atau kepedulian
terhadap lingkungan sekitar. Penelitian ilmiah dan penulisan karya ilmiah dapat
menjadi pilihan kegiatan yang menarik bagi remaja. Tak jarang, dari rasa
keingintahuan lahirlah sebuah karya besar yang bermanfaat bagi masyarakat.
Berpikir cerdas, kritis, objektif dan sistematis, serta peka terhadap lingkungan
sekitar merupakan syarat yang sangat dibutuhkan bagi seorang calon peneliti.
Oleh karena itu, KIR membawa misi untuk membentuk remaja yang memiliki
kompetensi sebagai seorang peneliti.
Sebelum kita mengenalkan KIR kepada siswa kita harus meluruskan beberapa
kesan dan pandangan yang keliru terhadap KIR, seperti: melulu IPA, hanya
untuk siswa pintar, tidak menyenangkan, menambah beban, tidak bermanfaat,
8
selalu memerlukan biaya yang tinggi. Semua pandangan itu tentu sama sekali
keliru.
Kegiatan KIR yang sebenarnya adalah bukan hanya monopoli kegiatan siswa
IPA. Karena, semua hal yang disekitar kita dapat dijadikan objek penelitian,
misalnya, mengapa kebiasaan menyontek siswa sulit di hilangkan. Bagaimana
hubungan nilai UN ketika SMP dengan prestasi yang dicapai ketika SMA, dan
masih banyak lagi persolan lainnya.
KIR juga tidak hanya ditujukan bagi siswa pandai atau mendapat ranking
dikelasnya saja. KIR juga tidak terfokus pada salah satu mata pelajaran,
sehingga pembina KIR dapat berlatarbelakang mata pelajaran apa saja. KIR
dapat diikuti oleh semua siswa. Yang terpenting adalah kemauan dan keuletan.
KIR juga bukanlah kegiatan yang selalu super serius hingga siswa lekas
mengalami kejenuhan. Tetapi, kegiatan KIR penuh dengan inovasi dan
kreativitas yang dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa.
2. Latihan melakukan penelitian ilmiah
a. Mengawali latihan penelitian ilmiah adalah menangkap suatu realita atau
suatu benda.
b. Setelah melihat suatu realita, mereka diajak mengumpulkan informasi dan
data tentang realita dengan cara tertentu. Misalnya, para siswa diajak untuk
menetapkan berat ayam hidup. Tentu ada cara tertentu untuk menimbang
ayam yang masih hidup. Pertanyaan kritis yang dapat diajukan adalah
"Apakah prosedur yang digunakan benar?" Pertanyaan untuk diri sendiri
berbentuk "Apakah prosedur yang kugunakan sudah benar?"
c. Data dan informasi yang diperoleh itu kemudian dianalisis. Menganalisis
data berarti memilah-milah data menjadi beberapa kelompok yang memiliki
ciri-ciri tertentu. Sesungguhnya, tidak hanya dipilah-pilah tetapi juga,
mungkin justru digabung-gabungkan antara satu bagian dengan bagian yang
lain sehingga dihasilkan suatu kesimpulan. Kegiatan memilah dan
menggabung serta membuat kesimpulan ini termasuk kegiatan berpikir.
Pertanyaan kritis yang dapat diajukan pada tahap ini adalah: "Apakah
9
penalaran yang digunakan dalam menganalisis data serta informasi ini
sahih?" pertanyaan kepada diri sendiri, "Apakah penalaranku sahih?"
d. Tahap terakhir dari kegiatan mencari pengetahuan adalah menarik
kesimpulan. Pertanyaan kritis yang dapat diajukan pada tahap ini adalah:
"Apakah kesimpulan yang dibuat itu betul?" Atau "Apakah kesimpulan yang
kubuat ini betul?"
3. Menerapkan metode debat
Debat merupakan implementasi dari berpikir kritis (critical
thinking). Seorang siswa harus dilatih sejak awal untuk terbiasa berani
mengkritisi segala sesuatu, sebab hanya dengan kebebasan berpikirlah manusia
akan maju dan berkembang. Sejarah sudah membuktikan betapa masyarakat
yang terkungkung oleh kekuasaan yang otoriter dan menghalangi kebebasan
berpikir mengakibatkan bangsa itu menjadi bangsa yang terbelakang.
Siswa, sebagai calon pemimpin masa depan, harus dibiasakan untuk
belajar mengkritisi fenomena yang ada dalam kehidupannya. Langkah ini
diharapkan akan menanamkan dalam dirinya keberanian untuk mengkritisi
segala sesuatu, belajar berargumentasi, dan berani untuk mengemukakan
perbedaan pendapat.
Ada beberapa macam format debat yang dapat digunakan. Perbedaan
format yang dipakai ini menentukan peraturan teknis yang berkenaan dengan
waktu pembicara menyampaikan argumennya serta kesempatan untuk
menyampaikan interupsi pada kelompok lawan.
Di antara format debat tersebut adalah, pertama, format lomba debat
SMA sedunia. Ciri format ini adalah memberlakukan interupsi di tengah pidato,
dan tidak memberikan interupsi pada pidato penutup. Kedua, format debat
parlemen Asia. Format ini memberikan kesempatan interupsi di tengah debat.
Ketiga, format debat Australia-Asia. Format ini tidak memberlakukan interupsi
di tengah debat. Dan keempat, format debat parlemen Inggris. Format ini tidak
mengenal adanya pembicara penutup, tapi memperbolehkan adanya interupsi di
tengah jalannya debat.
4. Mempertanyakan apa yang dilihat atau didengar
10
Menurut para ahli, melatih berpikir kritis dapat dilakukan dengan cara
mempertanyakan apa yang dilihat dan didengar. Setelah itu, dilanjutkan dengan
bertanya mengapa dan bagaimana tentang hal tersebut. Intinya, jangan langsung
menerima mentah-mentah informasi yang masuk. Dari mana pun datangnya,
informasi yang diperoleh harus dicerna dengan baik dan cermat sebelum
akhirnya disimpulkan. Karena itu, berlatih berpikir kritis artinya juga
berperilaku hati-hati dan tidak grusa-grusu dalam menyikapi permasalahan.
5. Diskusi kelompok kecil
Pembelajaran kolaboratif melalui diskusi kelompok kecil juga direkomendasikan
sebagai strategi yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Resnick
L., 1990; Rimiene V., 2002; Gokhale A.A., 2005 dalam Sudaryanto, 2008).
Dengan berdiskusi siswa mendapat kesempatan untuk mengklarifikasi
pemahamannya dan mengevaluasi pemahaman siswa lain, mengobservasi
strategi berpikir dari orang lain untuk dijadikan panutan, membantu siswa lain
yang kurang untuk membangun pemahaman, meningkatkan motivasi, serta
membentuk sikap yang diperlukan seperti menerima kritik dan menyampaikan
kritik dengan cara yang santun.
6. Melatih otak kanan
Ada pandangan lain untuk meningkatkan sikap kritis. Menurut penelitian para
ahli neurolinguistik, cabang ilmu yang mengkaji bahasa dan fungsi saraf, otak
manusia bisa dilatih fungsi-fungsinya, termasuk untuk melahirkan sikap kritis.
Menurut mereka, otak manusia dibagi dua, yakni otak kiri yang memproduksi
bahasa verbal, imitatif dan repetitif, dan otak kanan yang memperoduksi pikiran
yang bersifat imajinatif, komprehensif, dan kontemplatif. Muncul dugaan bahwa
orang-orang agung para pembuat sejarah besar adalah orang yang memiliki otak
kanan yang aktif.
Bahasa agama (Islam), cara untuk meningkatkan fungsi otak kanan ialah melalui
sholat yang khusu’ dan dzikir mengingat Allah, sehingga otak bisa lepas dari
beban-beban duniawi yang tidak produktif. Saat demikian, otak bisa tumbuh
cerdas dan bisa berpikir kritis. Lebih dari sekadar cerdas, sholat yang khusu’ dan
selalu berdzikir untuk mengingat Allah akan mengantarkan kita menjadi
manusia agung di sisiNya.
11
G. Simpulan
Dari uraian di atas dapat disimpul bahwa:
1. Berpikir kritis merupakan ketrampilan berpikir tingkat tinggi yang perlu
dilatihkan pada anak didik;
2. Dengan berpikir kritis akan melatih anak didik agar tidak begitu saja
menerimainformasi yang diterimanya, namun menelusuri kebenaran dari
informasi tersebut;
3. Ada beberapa cara melatih berpikir kritis pada anak didik, diantaranya melalui
kegiatan karya ilmiah remaja (KIR), latihan peelitian, diskusi kelompok kecil,
debat, mempertanyakan informasi yang diterima, melatih otak kanan.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk para pembaca, terutama para pendidik.
12
RUJUKAN
Abdul Wahid, http://www.tribunjabar.co.id/read/artikel/14855; 13 April 2010
Agustinus Setiono, 2007, Berpikir Kritis, diambil dari
http://agustinussetiono.wordpress.com/2007/09/25/berpikir-kritis/, 13 April
2010; 20:24 wib
Arief Achmad , 2007, Memahami Berpikir Kritis, diambil dari http://researchengines.com/1007arief3.html; 13 April 2010; 20:23 wib.
Brando Lubis, http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/11/berpikir-kritis
%E2%80%A6/; 13 April 2010
Indra Yusuf, http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=AVBdBFMEVlBR; 16
April 2010
Leo Sutrisno , http://www.borneotribune.com/pdf/kolom/berlatih-berpikir-kritis.pdf; 13
April 2010
Poppy Kamalia Devi, M.Pd., Dr. dan Erly Tjahja Widjajanto T, S. Pd., 2011, Penilaian
“Higher Order Thinking Skills ” Pada Pembelajaran IPA SMP/MTS Untuk
Guru SMP, Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) untuk Program
BERMUTU.
Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si, http://mudjiarahardjo.com/artikel/169-melatihberpikir-kritis.html; 13 April 2010
Sarlito Wirawan Sarwono, 2009, Berpikir Kritis Dan Benar, diambil dari
http://www.ahmadheryawan.com/opini-media/sosial-politik/4246-berpikir-kritisdan-benar.pdf; 13 April; 2010; 21:11 wib.
13
SURAT PERNYATAAN INTEGRITAS AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Drs. Sugeng Pamudji, M. Pd.
Pekerjaan
: Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Unit kerja
: SMP Negeri 4 Waru
Alamat
: Jl. Bebekan Masjid Gg. V RT 12 RW 04 Kel. Bebekan, Kec. Taman,
Kab. Sidoarjo
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa artikel yang berjudul MEMBANGUN
POLA BERPIKIR KRITIS BAGI SISWA
benar-benar merupakan hasil karya sendiri.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan penuh rasa tanggung
jawab.
Sidoarjo, 6 Maret 2011
Mengetahui :
Kepala SMP Negeri 4 Waru,
Yang membuat pernyataan,
Hj. Ekowati, M. Pd..
NIP. 196008221981012002
Drs. Sugeng Pamudji, M. Pd.
NIP. 196309061997031001