Ruang Ruang Advokasi Kasus Penghormatan

Ruang-Ruang Advokasi
Kasus Penghormatan
Hak Asasi Manusia (HAM)
Oleh Perusahaan
Penulis : Andiko

Ruang-Ruang Advokasi
Kasus Penghormatan
Hak Asasi Manusia (HAM)
Oleh Perusahaan
Dipublikasikan oleh:
AsM Law Of ice

Bekerja sama dengan:
Rights Resources Initiative

Penulis:
Andiko

Desain/Layout
diQI Medina


Pertama kali diterbitkan di Batam, November 2015
ISBN :
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta

A S M L AW O F F I C E

DAFTAR ISI
I.


II.

Addvokasi dan Advokasi PBB....................................................................................... 1
Tabel Pengertian advokasi............................................................................................. 1

Advokasi Isu HAM dan Perusahaan........................................................................... 3


III. Beberapa Tips Advokasi............................................................................................... 10

A S M L AW O F F I C E

Ruang-Ruang Advokasi
Kasus Penghormatan Hak Asasi Manusia (HAM) Oleh
Perusahaan
I.

Advokasi dan Advokasi PBB

Kata Advokasi begitu populer digunakan sejak reformasi. Banyak
pihak menggunakan kata Advokasi untuk mewakili akti itasnya
yang kerapkali berhubungan dengan perubahan kebijakan
pemerintah. Akhir-akhir ini pemerintah juga menggunakan kata
Advokasi untuk nomenklatur kelembagaannya, seperti yang ada di
Biro Hukum Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),
berupa Bagian Advokasi Dan Dokumentasi Hukum. Lalau
sebenarnya apa pengertian dari Advokasi tersebut ?


Sebagai pegangan kita dapat melihat tiga pengertian dibawah ini.

Tabel Pengertian Advokasi
Pengertian

Sumber

Advokasi sebagai tindakan atau proses Webster's New
u n t u k m e m b e l a a t a u m e m b e r i Collegiate Dictionary
d u k u n g a n . A dvo k a s i d a p a t p u l a
d i te r j e m a h ka n s e b a ga i t i n d a ka n
m e m p e n ga r u h i a t a u m e n d u ku n g
sesuatu atau seseorang.
Advokasi adalah aksi strategis dan
t e r p a d u y a n g d i t e m p u h s e c a r a
perorangan maupun berkelompok
untuk memasukkan suatu masalah ke

Manual Advokasi
Kebijakan Strategis

© International Institute
for Democracy and

1

A S M L AW O F F I C E

Pengertian

Sumber

dalam agenda politik (kebijakan) dan Electoral Assistance 2004
mengontrol para pembuat kebijakan
untuk mencari solusi bagi masalah
tersebut , dan membangun basis
dukungan bagi penerapan kebijakan
publik yang ditujukan bagi masalah
tersebut.

Advokasi adalah usaha sistematis dan Mansur Fakih, 2007

terorganisir untuk mempengaruhi dan
mendesakkan terjadinya perubahan
d a l a m k e b i j a k a n p u b l i k s e c a r a
bertahap-maju (incremental). Dengan
kata lain, Advokasi bukan revolusi,
tetapi lebih merupakan suatuusaha
perubahan sosial melalui semua saluran
dan peranti demokrasi perwakilan,
proses-proses politik dan legislasi yang
terdapat dalam sistem yang berlaku.

Tiga pengertian diatas mengandung kata kunci 1) Usaha yang
sistematis, 2) Perubahan dan 3) kebijakan publik. Sehingga dengan
pengertian ini, advokasi sasarannya adalah Negara. Secara umum
banyak literatur advokasi menggambarkan strategi advokasi
sebagai berikut :
1. Menentukan isu strategis yang akan diadvokasi
2. Mengumpulkan Data & Informasi pendukung
3. Membentuk aliansi pendukung advokasi
4. Mengemas pesan advokasi sehingga menjadi menarik

5. Melakukan kampanye publik
6. Melakukan lobby kepada pembuat kebijakan
7. Mengajukan dokumen-dokumen kebijakan yang diinginkan

2

A S M L AW O F F I C E

II.
Advokasi Isu HAM dan Perusahaan

Sejak awal Isu HAM berkembang, berbagai konvenan HAM
menempatkan Negara menjadi subjek yang bertanggung jawab
untuk melindungi HAM warga negara, sehingga sejak lama ruang
advokasi yang disasar oleh pelaku advokasi adalah jalur-jalur
Negara.

Namun demikian dalam perjalanan, dalam berbagai kasus, dampak
operasi dari perusahaan-perusahaan yang berukuran raksasa telah
menunjukkan ciri-ciri yang potensial melanggar HAM. Karena itu

kemudian lahir berbagai wacana dan pembahasan mengenai
penghormatan HAM oleh perusahaan. Upaya-upaya untuk
membuat perusahaan menghormati HAM kemudian melahirkan
berbagai instrument seperti inisiatif UN Global Compaq dan
prinsip-prinsip penghormatan HAM yang di lahirkan oleh John
Ruggie (Prinsip Corporate & Human Rights). John Ruggie
melahirkan tiga prinsip penting yaitu :






1. Kewajiban negara untuk melindungi hak asasi manusia, di
mana pemerintah harus melindungi individu dari
pelanggaran hak asasi manusia oleh pihak ketiga,termasuk
bisnis;
2. Tanggung jawab perusahaan untuk menghormati hak asasi
manusia, yang berarti tidak melanggar hak asasi manusia
yang diakui secara internasional dengan menghindari,

mengurangi, atau mencegah dampak negatif dari operasional
korporasi; dan
3. Kebutuhan untuk memperluas akses bagi korban
mendapatkan pemulihan yang efektif, baik melalui
mekanisme yudisial maupun non-yudisial.

3

A S M L AW O F F I C E

Namun demikian, karena prinsip-prinsip ini masih merupakan
prinsip yang voluntary, maka sampai hari ini belum ada
kelembagaan yang kuat di PBB yang dapat memproses pelaporan
ketidak-hormatan perusahaan terhadap HAM. Tetapi setiap
kegiatan advokasi membutuhkan langkah-langkah dan strategi
yang komprehensif untuk memanfaatkan ruang yang ada. Ruangruang tersebut antara lain :








1. Advokasi PBB

Ketika investigasi penghormatan HAM oleh perusahaan
dilakukan dan ditemukan peristiwa ketidakhormatanpelanggaran HAM, maka fakta-fakta temuan tersebut secara
terpisah dan spesi ik dapat diajukan ke PBB melalui
mekanisme yang disediakan oleh konvenan-konvenan yang
terlanggar. Namun demikian, pihak yang terlapor dalam hal
ini adalah Negara tempat peristiwa itu terjadi. Negara telah
gagal melakukan perlindungan HAM warganya dari dampak
operasi perusahaan tersebut.

Perusahaan dalam kerangka penghormatannya terhadap
HAM, wajib melakukan pemulihan dan posisi Negara disini
adalah ikut mengawasi perusahaan melakukan pemulihan
tersebut. Tekanan PBB berpeluang efektif membuat semua
itu terjadi.


4

A S M L AW O F F I C E

Dibawah ini beberapa konvensi PBB yang memilki kelembagaan
pengaduan tersendiri.
Human Rights
Committee/
Komite HAM

2006

International
Covenant on
Economic,
Social and
Cultural
Rights

Committee

on Economic,
Social and
Cultural
Rights/
Komite
EKOSOB

2006

CERD (1969)

Convention
on the
Elimination
of All Forms
of Racial
Discrimination

CERD (1969)

Convention on
the
Elimination
of All Forums
of
Discrimination
against
Women

Committee
on the
Elimination of
Racial
Discrimination
/Komite
Penghapusan
Diskriminasi
Rasial

ICCPR (1976)

ICESCR (1976)

International
Covenant on
Civil and
Political
Rights

Committee
on the
Elimination
of
Discrimination
against Women

UU 29/1999

UU 7/1984

5

A S M L AW O F F I C E

CAT 1987

CRC 1990

MWC 2003

Sumber : ELSAM

CAT Convention
against
Torture and
Other Cruel,
Inhuman or
Degrading
Treatment or
Punishment

Committee
Against
Torture/
Komite Anti
Penyiksaan

(1987)
UU 5/1998

Convention on Committee on 1990
the Rights
the Rights
of the Child
of the Child/
Komite
Hak Anak
Convention on Komite
the Protection Hak Buruh
Migran
of the Rights
of All Migrant
Workers
and Members
of Their
Families

Selain beberapa model pengaduan melalui mekaisme berbagai
konvenan PBB tersebut, terdapat mekanisme lain yang dapat
digunakan untuk pelaporan masing-masing pelanggaran yang
ditemukan selama investigasi seperti :
a. Mekanisme Pengaduan Individual yang ada pada konvensi
ICCPR (Protokol Pilihan 1), CAT (pasal 22), CERD (pasal 14)
dan MWC.
b. Pengaduan antar Negara dimana Negara yang melaporkan
Negara lain yang melanggar.

6

A S M L AW O F F I C E




c. Mekanisme investigasi seperti pada pelanggaran berat dan
sistematis konvenan konvensi HAM yaitu CEDAW (ps.10 PP)
dan CAT ps.20 m

2. Advokasi Negara







3. Advokasi Non Negara










Sebagaimana disampaikan secara singkat diatas, Negara
adalah pihak yang bertanggung jawab untuk melindungi
HAM warga negaranya. Hasil dari infestigasi penghormatan
HAM oleh perusahaan dapat dibawa kepada komisi-komisi
HAM di Negara tersebut, misalnya KOMNAS HAM di
Indonesia. Semestinya fakta-fakta yang ditemukan dalam
infestigasi ini dapat menjadi bahan bagi komnas HAM untuk
mendorong pemerintah di kementrian terkait untuk
mempersiapkan kebijakan dan tindakan agar perusahaan
tersebut menghormati HAM serta melakukan pemulihan
terhadap pelanggaran yang terjadi. Komnas HAM mestinya
pro aktif mengawasi pelaksanaan semua itu.

Ketika model pembangunan berkelanjutan dengan tiga pilar
utama yaitu 1) Pilar Ekonomi, 2) Pilar Lingkungan dan 3)
Pilar social menjadi arus besar pemikiran tentang
pembangunan, pihak non Negara seperti dunia usaha, pasar
dan bank-bank penyedia dana dan investasi merespons
dengan membangun standar-standar berkelanjutan.
Standar-standar ini kemudian menjadi acuan bagi actoraktor yang terkait.

Pengalaman menunjukkan, kerapkali pelanggaran standarstandar ini memberikan akibat kongkrit yang memberikan
efek hukuman terhadap pihak-pihak yang melakukan

7

A S M L AW O F F I C E

pelanggaran. Efek hukuman ini bisa penghentian kontrak
pendanaan atau kontrak jual beli. Efek hukuman seperti ini
secara langsung memberikan dampak ekonomi terhadap
pihak yang leanggar.

Advokasi-advokasi tersebut misalnya adalah :




a) Advokasi Pemegang Saham
Berdasarkan aturan mengenai perusahaan dimanapun,
pemegang saham adalah pemegang keputusan tertinggi.
Keputusan diambil melalui Rapat Pemegang Saham (RUPS).
Pihak yang bisa menghadiri rapat ini adalah para pemegang
saham, berapapun jumlah saham yang mereka miliki.





RUPS dapat menjadi ajang untuk penyampaian hasil dari
infestigasi penghormatan HAM oleh perusahaan. Fakta-fakta
ini akan mempengaruhi pengambilan keputusan di internal
perusahaan tersebut. Infestigator dapat pula mempengaruhi
pemegang saham yang lain untuk membangun empathi dan
rasa tanggung jawab mereka terhadap korban-korban
pelanggaran.




b) Advokasi Donor/Bank
Beberapa bank-bank yang berpengaruh, memiliki standarstandar pengucuran kredit yang memasukkan berbagai
unsur HAM. Setiap perusahaan yang ingin mengajukan kredit
kepada mereka untuk pengembangan usaha, harus mengikuti
standar tersebut. Standar ini misalnya Equator Prinsipil yang
diikuti dan diterapkan oleh berbagai bank yang menjadi
anggotanya dan International Finance Corporations (IFC),
salah satu lembaga pemberi kredit infestasi yang merupakan
bagian dari Bank Dunia.

8

A S M L AW O F F I C E





Infestigator dapat menyampaikan hasil infestigasi
penghormatan HAM oleh perusahaan kepada bank-bank
yang menerima pengajuan kridit dari perusahaanperusahaan yang diinfestigasi. Laporan ini akan menjadi
bahan yang efektif untuk membuat bank-bank tersebut
mempertimbangkan pengajuan kredit perusahaan tersebut.




c) Advokasi Konsumen
Sejak lima belas tahun terakhir, pasar-pasar utama dari
produk-produk perusahaan telah memiliki standar
tersendiri. Konsumen tidak lagi menginginkan berbagai
produk yang merusak lingkungan dan yang dihasilkan dari
proses produksi yang melanggar HAM. Salah satu konsumen
yang sensitive dengan isu ini adalah konsumen Eropa. Ada
banyak pengalaman menunjukkan bahwa konsumenkonsumen tertentu menolak produk-produk tersebut.
Pengalaman juga menunjukkan banyak perusahaan
melakukan perubahan cara produksinya karena tekanan
pasar tersebut.







d) Advokasi Pemerintah Daerah





Infestigator penghormatan HAM oleh perusahaan dapat
membawa hasil infestigasinya kepada konsumen-konsumen
pembeli produk perusahaan tersebut. Laporan ini akan
menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen untuk
mempertimbangkan pembelian produk perusahaan yang
melanggar HAM tersebut. Akibatnya, perusahaan akan
terdorong untuk melakukan penghormatan terhadap HAM
dan pemulihan terhadap pelanggaran HAM.

Salah satu ruang advokasi yang tidak boleh dilupakan adalah
pemerintah daerah. Dalam politik Desentralisasi yang sedang
9

A S M L AW O F F I C E





berlangsung di Indonesia, pemerintah daerah memiliki
seperangkat urusan wajib dan pilihan yang harus
dilaksanakan berdasarkan otoritas dari peraturan
perundang-undangan atau berdasarkan otoritas pemerintah
pusat. Berbagai kewenangan perizinan yang dimiliki
potensial menjadi pengaman agar tidak terjadi pelanggaran
Ham, sekaligus menjadi pintu bagi terjadinya pelanggaran
ham tersebut.

Infestigator ketidakhormatan perusahaan terhadap HAM
harus bisa menggunakan temuan-temuannya untuk
mendorong pemerintah daerah memperbaiki sisitem
pemberian izin. Perlu ada jarring pengaman bagi masyarakat
dan daerah tersebut terhadap infestasi yang petensial
melanggar HAM. Selain itu perlu didorong kelembagaan
tertentu didaerah tersebut untuk mermfasilitasi pemulihan
akibat pelanggaran HAM yang terjadi.

III. Beberapa Tips Advokasi
Investigasi tingkat penghormatan HAM oleh perusahaan
tentunya akan melibatkan berbagai instrument HAM yang ada
dengan berbagai indicator kunci. Data yang didapatkan tentunya
harus menjadi alat yang efektif untuk mendorong penghormatan
HAM oleh perusahaan dan sekaligus mendorong Negara melindungi
HAM masyarakat dari tindakan perusahaan yang tidak
menghormati HAM. Untuk itu ada beberapa kiat-kiat sederhana
yang dapat di ikuti sebagai berikut :
1. Pastikan infestigator telah memahami karakteristik
Penghormatan HAM oleh perusahaan dan berbagai
instrument yang menjadi standarnya.
2. Dapatkan informasi pertama yaitu apakah perusahaan telah
mengumumkan komitmen penghormatan HAM kepada
publik. Biasanya perusahaan akan mengumumkan komitmen

10

A S M L AW O F F I C E








tersebut melalui website perusahaan tersebut.
3. Dapatkan laporan sustainability/keberlanjutan yang dibuat
perusahaan untuk publik setiap tahunnya. Laporan ini dapat
menjadi acuan awal infestigasi.
4. Dapatkan informasi apakah perusahaan telah melakukan
studi analisa dampak HAM dan uji tuntas pelaksanaan prinsip
penghormatan terhadap HAM.
5. Temukan kasus-kasus yang kuat mengindikasikan
ketidakhormatan perusahaan terhadap HAM. Mulailah
dengan kasus-kasus kongkrit dan berkaitan dengan isik,
misalnya kasus-kasus kekerasan.
6. Kemas temuan tersebut sedemikian rupa, singkat, jelas dan
informative serta mudah dipahami.
7. Ajukan complain dan permintaan penjelasan dari
perusahaan mengenai kasus tersebut dan uji sejauhmana
efekti itas mekanisme complain yang mereka miliki. Menurut
John Ruggie, mekanisme complain yang baik adalah yang
memenuhi prinsip sebagai berikut :

Legitimasi

Transparan

Pertemuan Sebuah mekanisme harus jelas,
transparan dan memiliki struktur tata
laksana yang cukup independen untuk
menyakinkan bahwa tidak ada pihak dalam
proses penanganan keluhan yang dapat
mengintervansi pelaksanaan proses yang
adil.
Sebuah mekanisme harus memberikan
transparansi yang memadai atas proses dan
hasil untuk memenuhi harapan publik
secara berimbang dan harus berusaha untuk
transparan di manapun; mekanisme nonP e m e r i n t a h p a d a k h u s u n y a h a r u s
transparan tentang keluhan yang diterima
dan elemen-elemen utama dari hasil-hasil
mekanisme.

11

A S M L AW O F F I C E

Dialog dan
Pertemuan








Mekanisme tingkat perusahaan harus
berjalan melalui dialog dan pertemuanpertemuan, daripada menyerahkan pada
perusahaan sebagai hakim untuk membuat
keputusan sendiri

8. Terkait dengan kasus tersebut, apakah perusahaan memiliki
sarana untuk memulihkan kondisi korban yang mengalami
pelanggaran HAM tersebut.
9. Kemaslah hasil infestigasi berdasarkan audiens advokasi
yang hendak disasar. Akan berbada gaya pembahasaan dan
kemasan laporan antara adokasi yang bertujuan ke Negara,
PBB dan Mekanisme Non Negara.
10. Advokasi melalui mekanisme Non Negara lebih efektif
dilakukan dengan strategi kampanye dan pembangunan
opini yang kreatif dengan menggunakan angka-angka
kongkrit dan media-media simbolik seperti foto dan lainlainnya.
11. Kekuatan investigator adalah akurasi data lapangan, karena
itu dokumentasikan temuan-temuan lapangan sedetail
mungkin utnuk kemudian membangun kesimpulan
infestigasi yang jitu.
12. B agunlah dukungan dari berbagai kalangan dengan
menempatkan mereka pada kelompok-kelompok aliansi
idiologis, strategis dan taktis, dimana tingkat keterlibatan
i n f e s t i g a t o r d e n g a n p i h a k- p i h a k t e r s e b u t m e s t i
diperhitungkan sedemikian rupa. Aliansi idiologis adalah
pihak=pihak yang memiliki kesamaan visi, dan tujuan dimana
pengaruhnya sangat besar. Aliansi strategis adalah pihakpihak yang memiliki kesamaan visi dan tujuan namun
memiliki pengaruh yang kecil. Sementara itu aliansi taktis
adalah pihak-pihak yang tidak memiliki kesamaan visi dan
tujuan, tetapi memiliki pengaruh yang kecil.
12

A S M L AW O F F I C E



13. Kehadiran masyarakat korban langsung akan lebih efektif
dalam membangun empathi dan perhatian pihak-pihak yang
diadvokasi. Karena itu dalam advokasi yang dilakukan,
kehadiran mereka tidak dapat selalu diwakili oleh
infestigator. Infestigator harus menyadari bahwa merekalah
korban yang sesungguhnya.

13

TENTANG

ASM LAW OFFICE
AsM Law Of ice adalah sebuah kantor
hukum yang memiliki visi mendorong
lahirnya kebijakan dan hukum yang
berkelanjutan, mensejahterakan dan
berkeadilan.

Untuk mencapai visi tersebut, kami
m e n g e m b a n g k a n p e n d e k a t a n
multidisipliner dalam pelayanan hukum
yang kami berikan agar tercapai tujuan
kepastian hukum, keadilan hukum dan
kemanfaatan hukum bagi seluruh rakyat
Indonesia dan pemangku kepentingan
yang terkait dengan itu.

Masyarakat, Pemerintah dan Swasta
dalam pandangan kami adalah aktoraktor penting dalam mencapai cita-cita
proklamasi yaitu Masyarakat Indonesia
yang Adil dan Sejahtera khususnya dari
aspek ekonomi, hukum, sosial, dan
lingkungan di dunia pada umumnya.

Dokumen yang terkait

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DAN PENDAPATAN USAHATANI ANGGUR (Studi Kasus di Kecamatan Wonoasih Kotamadya Probolinggo)

52 472 17

ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH KOTA MALANG (Studi Kasus : Pengangkutan Sampah dari TPS Kec. Blimbing ke TPA Supiturang, Malang)

24 196 2

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Partisipasi Politik Perempuan : Studi Kasus Bupati Perempuan Dalam Pemerintahan Dalam Kabupaten Karanganyar

3 106 88

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46

KAJIAN ASPEK HYGIENE SANITASI TERHADAP KONDISI KANTIN MAKANAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR (Studi Kasus di Sekolah Dasar Kota Bandar Lampung)

40 194 64

ANALISIS SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN TAX PLANNING TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPH TERUTANG PADA PERUSAHAAN PT. IER (Studi Kasus Pada PT. IER)

16 148 78