BAB II Kajian Pustaka - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Melalui Mind Mapping untuk Meningkatan Hasil Belajar IPA Siswa SD

BAB II
Kajian Pustaka
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat IPA
Menurut Laksmi Prihantoro dkk, 1986 (dalam Trianto, 2010: 137)
mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan
aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan
sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan
proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan
mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA
akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.
Menurut Sutrisno dkk, (2007: 1.29) IPA merupakan salah satu dari
banyak jenis ilmu pengetahuan, mempunyai tiga aspek yaitu sebagai proses,
sebagai prosedur dan sebagai produk.
a. IPA sebagai proses
Memahami IPA berarti memahami bagaimana mengumpulkan fakta-fakta
dan

memahami

bagaimana


menghubungkan

fakta-fakta

untuk

menginterpretasikannya. Para ilmuan mempergunakan berbagai prosedur
empirik dan analitik dalam usaha mereka untuk memahami alam semesta
ini. Prosedur-prosedur tersebut disebut proses ilmiah atau proses sains.
b. IPA sebagai prosedur
Yang dimaksud IPA sebagai prosedur adalah metodologi atau cara yang
dipakai untuk mengetahui sesuatu atau penelitian pada umumnya yang
lazim disebut model ilmiah
c. IPA sebagai produk
IPA sebagai produk diartikan sebagai hasil proses yang berupa
pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah maupun luar sekolah ataupun
bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan.
Pembelajaran IPA yang menggunakan percobaan sederhana akan
menuntun siswa untuk menemukan proses terjadinya kenampakan-


5

6

kenampakan alam sekitar mereka dan memahami fakta-fakta untuk
menginterprestasikanya. Hal tersebut perlu arahan guru agar siswa mampu
menemukan fakta-fakta secara ilmiah. Sebuah penemuan yang telah
diperoleh melalui proses dan prosedur yang berupa pengetahauan perlunya
arahan guru untuk menunutn siswa untuk menuliskanya pada catatan
menggunakan Mind Mapping, agar lebih mudah untuk siswa mengingat
kembali penemunanya dan sebagai bahan bacaan untuk penyebaran
pengetahuan.
Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis
kompetensi (Depdiknas, 2003: 2 dalam dalam Trianto, 2010: 138) adalah
sebagai berikut:
a. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.
c. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan
teknologi.

d. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan
melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Hakekat IPA meliputi IPA sebagai proses yaitu proses yang
dipergunakan

untuk

mengembangkan

mempelajari

produk-produk

objek
sains,

studi,
berupa

menemukan

pengetahuan

dan
yang

sebelumnya belum didapatkan, bisa berupa pengetahuan yang diperoleh
melalui penemuan diri sendiri atau membaca referensi dari penemuanpenemuan terdahulu yang tertulis. IPA sebagai prosedur yaitu metodologi
yang dipakai

untuk mengetahui sesuatu

atau penelitian,

adanya

menghubungkan pengetahuan yang terdahulu dengan pengetahuan yang
baru, sehingga membentuk kesimpulan berupa pemahaman atau sebuah
konsep. IPA sebagai produk maksudnya adalah hasil dari proses berupa
pengetahuan, sekumpulan konsep-konsep dan fakta hasil dari proses dan
prosedur yang telah ditempuh yang dapat dirangkai dan saling terkait

berdasarkan kebenaran pengetahuan yang didapatkan.

7

2.1.1.1 Pemebelajaran IPA di SD
Menurut Standar Isi SD/MI Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat
sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak

berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada
penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan
membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja
ilmiah secara bijaksana.
2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA di SD
Menurut Standar Isi, mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

8

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan

kesadaran

untuk

menghargai

alam

dan

segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
2.1.2 Model Kooperatif

2.1.2.1 Pengertian Model kooperatif
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok, terdapat unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Seperti yang dikatakan Suprijono (2014:73) pembelajaran kooperatif
merupakan suatu bentuk pembelajaran yang mengutamakan kerja sama dalam
menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan.
Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan
memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Menurut Slavin dalam Etin
(2007:4) model pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya 4 sampai 6 orang. Tidak jauh berbeda pendapat Agus
(2010:61) model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil
berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan
kemammpuan sosial.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pelajaran yang dilakukan
oleh suatu siswa secara berkelompok terdiri dari 4-6 orang.

9


2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan
kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai
tujuan atau penguasaan materi. Menurut Rusman (2014: 209) pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan
pembelajaran penting, yaitu:
a. Hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif digunakan untuk
mencapai hasil belajar kompetensi akademik dan model ini unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
b. Penerimaan terhadap keragaman, untuk mengajarkan kepada siswa
keterampilan kerja sama, kolaborasi dan saling bergantung satu dengan
yang lainnya di dalam masyarakat yang beragam.
c. Pengembangan keterampilan sosial, untuk melancarkan hubungan kerja dan
tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun
komunikasi antaranggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan
dengan membagi tugas antaranggota.
2.1.2.3 Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Anita Lie (2010:31), untuk mencapai hasil yang maksimal,
lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan:

1. Saling ketergantungan positif. Keberhasilan suatu pembelajaran sangat
bergantung pada usaha setiap anggotanya. Semua anggota bekerja demi
tercapainya satu tujuan yang sama.
2. anggung jawab perseorangan. Setiap siswa harusbertanggungjawab untuk
melakukan yang terbaik demi kelancaran pembelajaran dalam kelompok.
3. Tatap muka. Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap
muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain. Setiap
anggota kelompok mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga dan
prestasi belajar yang berbeda satu dengan yang lain. Dengan demikian

10

terwujud sikap untuk saling menghargai perbedaan, memanfaatkan
kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing siswa.
4. Komunikasi antaranggota. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung
pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengar dan kemampuan
mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
5. Evaluasi proses kelompok. Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama

mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Berdasarkan pendapat di atas, model pembelajaran kooperatif
memberikan hal-hal positif di dalam kelompok bertanggungjawab demi
kelompoknya, memberikan kesempatan kepada siswa yang satu dengan
yang lain agar saling menghargai atas berbagai pendapat, sehingga dapat
saling bertukar pengalaman untuk menyelesaikan masalah.
2.1.3 Model Mind Mapping
Konsep Mind Mapping diperkenalkan oleh Tony Busan pada tahun
1970-an, sangat efektif untuk memunculkan ide terpendam yang dimiliki. Mind
Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki.
Herdian (2009:80) menyebutkan bahwamMind Mapping merupakan teknik
penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak
agar optimum. Model pembelajaran Mind Mapping adalah satu teknik
mencatat yang mengembangkan gaya belajar siswa siswa secara visual.
Dengan melibatkan kobinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya
memudahkan otak siswa untuk menyerap informasi yang diasmpaikan oleh
seorang guru dan sekitarnya. Mind Mapping yang dibentuk oleh siswa akan
berbeda macam bentuknya, hal ini disebabkan perbedaan emosi dan perasaan
yang dialami oleh tiap-tiap siswa. peran guru dalam menciptakan suasana
belajar yang yang menyenagkan akan mempengaruhi hasil dari peta pikiran
yang dibentuk oleh siswa. dengan demikian guru diharusakan menciptakan
susana yang menyenangkan yang mendukung kondisi belajar siswa dalam
pembuatan Mind Mapping.

11

2.1.3.1 Pengertian Mind Mapping
Teknik mencatat peta dalam pikiran (Mind Mapping) merupakan salah
satu teknik yang dikembangkan oleh Tony Buzan. Menurut Tony dalam
Miftahul (2010:307) Seseorang biasanya memulainya dengan menulis gagasan
utama ditengah halaman dan dari situlah, ia bisa membentangkanya keseluruh
arah untuk menciptakan semacam diagram yang terdiri dari kata kunci-kata
kunci, frasa-frasa, konsep-konsep, fakta-fakta, dan gambar-gambar.
Mind Mapping bisa digunakan untuk membantu penulisan esai atau
tugas-tugas yang berkaitan dengan penugasan konsep. Ia merupakan strategi
ideal untuk melejitkan pemikiran siswa. Tony (2004:122).
Sebuah teknik pembuatan catatan dan pengorganisasian pemikiran yang
didiasin untuk memenuhi kebutuhan seluruh otak harus menyertakan tidak
hanya kata-kata, angka, susunan, rangkaian, dan garis-garis, tetapi juga
warna, gambar-gambar, dimensi, simbol-simbol, irama visual, dan lain-lain
dengan kata lain peta pikiran.
Mind Mapping bisa digunakan untuk membentuk, menvisualisasi,
mendesain, mencatat, memecahkan masalah, membuat keputudan, merevisi,
dan mengklarifikasi topik utama, sehingga siswa bisa mengerjakan tugas-tugas
yang banyak sekalipun. Pada hakikatnya, Mind Mapping digunakan untuk
mempercepat arus pemikiran suatu topik sekaligus menjadi strategi ampuh bagi
belajar siswa.
2.1.3.2 Manfaat Mind Mapping
Mind Mapping bisa digunakan untuk membantu penulisan esai atau
tugas-tugas yang berkaitan dengan konsep. Mind Mapping adalah strategi ideal
untuk melejitkan pemikiran siswa. bisa digunakan untuk membentuk,
memvisualisasi, mendesain, mencatat, memecahkan masalah, membuat
keputusan, merevisi, dan mengklarifikasi topik utama, sehingga siswa dapat
mengerjakan tugas-tugas yang banyak sekalipun.
Tony (2004:122) sifat peta pikiran secara erat berhubungan dengan
fungsi pikiran, dan dipergunnakan nyaris dalam setiap aktivitas di mana

12

pikiran, ingatan, rencana atau kreativitas dilibatkan. Penerapan peta pikiran ini
biasanya untuk penulisan pidato, penulisan esai, model ujian, rapat dan
komunikasi, dan untuk membuat catatan pembelajaran.
2.1.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Mind Mapping
a) Kelebihan Mind Mapping
Membiasakan siswa untuk melatih aktivitas kreatifnya sehingga
dapat menciptakan suatu produk yang dapat bermanfaat bagi diri dan
lingkunganya. Motivasi yang tinggi dapat menambahkan kepercayaan
diri siswa, sehingga siswa tidak ragu dan malu dalam mengembangkan
potensi-potensi yang terdapat dalam dirinya terutama potenssi yang
berhubungan dengan kreativifatas
b) Kekurangan Mind Mapping
Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan Mind
Mapping akan relatif lebih lama dan memerlukan banyak peralatan dan
warna, Diperlukan imajinasi dan kreatifitas yang tinggi untuk
menghasilkan Mind Mapping yang baik. Tetapi semakin kita banyak
berlatih hal ini dapat diatasi, disamping guru memberikan lingkungan
yang positif dan motivasi kepada anak.
2.1.3.4 Langkah-langkah Mind Mapping
Mind Mapping merupakan salah model pembelajaran Kooperatif
dimana konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk
bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Menurut Rahayu Ratri, dkk (2012: 48) langkah-langkah pembelajaran
menggunakan Mind Mapping antara lain sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan materi dan tujuan yang ingin dicapai.
2. Peserta didik diminta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 5
orang peserta didik.
3. Peserta

didik

diminta

berdiskusi

dengan

temannya

materi/permasalahan yang disampaikan guru (Mind).

mengenai

13

4. Tiap kelompok diminta untuk memaparkan hasil diskusi di depan kelas
secara serentak (Mapping).
5. Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan
menambah materi yang belum diungkap oleh peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran.
Untuk menggunakan mind map, ada beberapa langkah-langkah persiapan
Mind Map oleh Miftahul (2013:307)
1. Mencatat hasil ceramah dan menyimak poin-poin atau kata kunci dari
ceramah tersebut.
2. Menunjukan jaringan-jaringan dan relasi-relasi di antara berbagai
poin/gagasan/kata kunci yang terkait dengan materi pelajaran.
3. Membrainstorming semua hal yang sudah diketahui sebelumnya
tentang topik tersebut.
4. Merencanakan

tahap-tahap

awal

pemetaan

gagasan

dengan

memvisualisasikan semua aspek dari topik yang dibahas.
5. Menyusun gagasana dan informasi dengan membuatnya bisa diakses
dalam satu lembar saja.
6. Menstimulasi pemikiran dan solusi kreatif atas permasalahanpermasalahan.
7. Mereview pwlajaran untuk mempersiapkan tes atau ujian.
Langkah pembelajaran Mind Mapping, maka dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah pembelajaran Mind Mapping yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Peserta didik diminta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 5
orang peserta didik.
2. Guru menyampaikan materi dan tujuan yang akan dicapai.
3. Setelah terbentuk kelomppok, guru menberikan perintah untuk
melakukan diskusi kelompok, yaitu membuat langkah-langkah
pembuatan Mind Mapping dengan rutan sebagai berikut:

14

a. Mencatat hasil ceramah dan mentimak poin-poin atau kata
kunci dari ceramah tersebut.
b. Menujukan jaring-jaring dan relasi-relasi di antara berbagai
poin/gagasan/kata kunci yang terkait dengan materi pelajaran.
c. Menyusun gagasan dan informasi dengan membuatnya bisa
diakses dalam satu lembar saja.
4. Tiap kelompok diminta untuk memaparkan hasil diskusi di depan kelas
secara serentak (Mapping).
5. Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan
menambah materi yang belum diungkap oleh peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran.
2.1.4 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perkembangan mental siswa yang lebih baik jika
dibandingkan dengan kondisi siswa sebelum belajar. Poerwanti (2008:137)
mengungkapkan bahwa, hasil belajar merupakan suatu kualitas pemahaman
siswa terhap materi pembelajaran, untuk mengetahui hasil belajar siswa, guru
diharuskan memberi kuantitas yang berupa angka-angka pada kualitas dari
suatu gejala yang bersifat abstrak. Sedangkan hasil belajar yang diperoleh siswa
adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa. semakin
tinggi proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil
belajar yang diperoleh siswa. proses belajar merupakan penunjang hasil belajar
yang dicapai siswa (Sudjana, 2010:22)
Menurut Susanto (2013:5) hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang
terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan
psikomotor sebagai hasil dari kegiatan mebelajaran. Tidak jauh berbeda
menurut Hamalik (2008:114) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak
tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti menjadi mengerti. Kemudian Mulyono
Abdurrahman (2009:37) juga berpendapat bahwa hasil belajar merupakan
kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar.

15

Berdasarkan pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru pada akhir kegiatan
pembelajaran atau akhir program untuk menentukan angka hasil belajar
peserta didik. Dengan demikian, hasil belajar diharapkan agar dapat
membentuk pribadi yang mau belajar dan mendapatkan nilai lebih baik lagi.
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian yang terdahulu yang menggunakan model
pembelajaran mind mapping untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan, salah satunya dilakukan oleh
Yoga Dwi Prasojo pada tahun 2012 yang berjuddu “Upaya peningkatan
hasil Belajar Siswa menggunakan Model Pembelajaran Mind Mapping
Pada Siswa Kelas 5 SDN Dadapayam 02 Semester II Tahun Pelajaran
2012/2013” dengan menerapkan model Mind Mapping

untuk

meningkatkan hasil belajar IPA siswa. hasil penelitian juga menunjukan
bahwa spenerapan model Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar
IPA yaitu ditunjukan dari nilai rata-rata pra siklus dengan ketuntasan
37,5% meningkat pasa siklus I yaitu 50% dan siklus kedua meningkat lagi
dengan ketuntasan 100%. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian
yang akan dilakukan, dengan menerapkan model yang sama yaitu Mind
Mapping untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Silverius Novie Paranso
pada tahun 2013 dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ipa
Menggunakan Model Pembelajaran Mind Mapping Siswa Kelas 5 SDN
Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun
Ajaran 2012/2013”

penerapkan model

Mind

Mapping

untuk

meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5. Hasil yang di peroleh dalam
penelitian ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar IPA dari tiap siklus
pada pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran Mind Mapping.
Hal ini ditunjukan dengan presentase ketuntasan hasil belajar siswa pada
pra siklus 45% menjadi 70,3% pada pembelajaran siklus I. Pada tahap

16

pembelajaran siklus II presentase kelulusan meningkat menjadi 100%.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPA.
Penelitian ini hampir sama dengan penelitian ynng akan dilakukan, yaitu
dengan menerapkan model mind mipping yang diharapkan dapat
meningkatkan hasil pembelajaran IPA di kelas 5 SD.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Petra Suci Indriyani pada
tahun 2013 dengan judul

“Upaya Peningkatan Kreativitas dan Hasil

Belajar IPA Materi Energi dan Perubahanya Melalui Model Pembelajaran
Mind Mapping Siswa Kelas 4 SD Negeri Tambakboyo 02 Ambarawa
Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013” penerapkan model
pembelajaran mind mapping untukk menigkatkan hasil belajar mata
pelajaran IPA pada siswa kelas 4. Hasil dalam penelitian ini terjadi
peningkatan hasil belajar dari tiap siklus. Dengan presentase ketuntasan
hasil belajar pra siklus adalah 32% menjadi 93,3% hasil belajar siswa
tuntas pada siklus I. Pada tahap pembelajaran siklus II presentase ketuntasa
meningkat menjadi 100%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan hasil
pemeblajaran IPA.
Penelitian yang akan dilakukan memiliki perbedaan dengan
penelitian sebelumnya, karenana penggunaan model kooperatif penerapan
model pembelajaran Mind Mapping. Sehingga akan menarik perhatian
siswa, sehingga suasana pembelajaran akan lebih aktif dan menarik.
2.3 Kerangka Pikir
Menggunakan model mind mapping berbantuan media gambar,
pembelajaran ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam
penjelasan model pembelajaran mind mapping berbanuan media gambar
itu sendiri. Penelitian ini, menggunkan model pembelajaran mind mapping
berbantuan media gambar dimana harapanya adalah bahwa dengan
menggunakan model dan model pembelajaran ini, siswa dapat

17

memaksimalkan informasi yang dimiliki tentang materi ini, dapat hasil
belajar IPA siswa.
Tabel 2.1 Skema Kerangka Pikir
Kondisi
Awal

Guru
Guru belum menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif melalui
Mind Mapping, siswa pasif dan
kurang aktif mencatat hasil belajar

Tindakan

Kondisi
Akhir

Guru menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif
melalui mind Mapping

Diduga dengan menggunakan
Model Pembelajaran
Kooperatif melalui Mind
Mapping dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas 5 SD
Negeri 01 kedungjati

Siswa
Hasil belajar
rendah
Siklus I
Menggunakan
Model
Pembelajaran
Kooperatif melalui
Mind Mapping

Siklus II
Menggunakan
Model
Pembelajaran
Kooperatif melalui
Mind Mapping

2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka hipotesisi
penelitian ini adalah :
Diduga upaya penigkatan hasil belajar IPA dengan penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif melalui Mind Mapping dapat meingkatkan hasil
belajar siswa IPA kelas 5 SD Negeri 01 Jumo Kecamatan Kedungjati
Kabupaten Grobogan semester I tahun pelajaran 2017/2018.