BAB II KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perencanaan Strategis Menuju Sekolah Adiwiyata di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pendidikan Lingkungan Hidup
Pendidikan sebagai proses kegiatan siswa dan
guru dalam pembelajaran. Undang undang No 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa pendidikan adalah sebuah usaha
yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar

peserta

didik

secara

aktif

mengembangkan


potensi yang dimilikinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan memberikan peluang kepada peserta didik
untuk mengembangkan potensi yang bermanfaat bagi
peserta didik maupun lingkungan.
Manusia dan lingkungan hidup merupakan dua
hal yang tidak dapat dipisahkan. Lingkungan hidup
sangat mempengaruhi pengetahuan, ketrampilan dan
upaya

manusia

dalam

memenuhi

kebutuhan


hidupnya. Dalam Undang undang No 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
disebutkan

bahwa:

Lingkungan

hidup

adalah

kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan

mahluk

hidup

termasuk


manusia

dan

7

perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan

perikehidupan,

dan

kesejahteraan

manusia serta mahluk mahluk hidup lainnya.
2.1.1 Pengertian
(PLH).


Pendidikan

Lingkungan

Hidup

Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) merupakan
upaya

mengubah

dilakukan
masyarakat

oleh
yang

perilaku

dan


berbagai pihak
bertujuan

sikap
atau

yang
elemen

untuk meningkatkan

pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran mayarakat
tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan
lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan
masyarakat
pelestarian

untuk berperan aktif dalam upaya
dan


keselamatan

lingkungan

untuk

kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.
Hal ini sesuai dengan definisi pendidikan lingkungan
hidup menurut UNESCO, uraianya adalah sebagai
berikuit:
Pendidikan lingkungan hidup menurut konvensi
UNESCO (1997) di Tbilisi dalam Sudaryanti (2009)
merupakan suatu proses yang bertujuan untuk
menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki
kepedulian terhadap lingkungan dan masalahmasalah yang terkait didalamnya serta memiliki
pengetahuan, motivasi, komitmen dan keterampilan
untuk bekerja baik secara perorangan maupun
kolektif dalam mencari alternatif atau memberi solusi
terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada

sekarang dan untuk menghindari timbulnya masalahmasalah lingkungan hidup yang baru.

Pendapat lain tentang pendidikan lingkungan

hidup bahwa Pendidikan lingkungan hidup adalah
8

suatu proses yang bertujuan untuk mengembangkan
kesadaran umat manusia akan lingkungan hidup
dengan

seluruh

didalamnya

permasalahan

Soeriatmadja

(1997).


yang
Dari

terdapat
pengertian

tentang pendidikan lingkungan hidup di atas dapat
disimpulkan bahwa pendidikan lingkungan hidup
adalah suatau usaha untuk memberikan pengetahuan
dan wawasan kepada masyarakat supaya peduli
dengan lingkungan serta menumbuhkan gagasan dan
ide setiap individu dalam memberikan solusi untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan lingkungan.
Pendidikan

lingkungan

hidup


mempelajari

permasalahan lingkungan khususnya masalah dan
pengelolaan pencemaran, kerusakan lingkungan serta
sumber daya dan konservasi (Tim MKU PLH, 2014: 2).
Pendidikan

lingkungan

hidup

mempunyai

fungsi

untuk meminimalisir kerusakan lingkungan, hal ini
dilakukan
pemahaman
pemecahan


sebagai
dan
dan

upaya

untuk

kepedulian
pencegahan

meningkatkan

masyarakat
timbulnya

dalam
masalah

lingkungan.

Chaerudin Hasyim (2004) menyebutkan bahwa
pada tahun 2004 dikeluarkan kebijakan pendidikan
lingkungan hidup oleh 4 (empat) lembaga, yaitu:
Departemen

Dalam

Negeri,

Departemen

Agama,

Departemen Pendidikan Nasional dan Kementerian
9

Lingkungan Hidup. Isi dari kebijakan pendidikan
lingkungan hidup itu adalah sebagai berikut:
a.

b.

c.
1)

2)

d.
1)
2)

Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) adalah upaya
mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh
berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan
dan isu Permasalahan lingkungan yang pada akhirnya
dapat menggerakkan kselamatan lingkungan untuk
generasi sekarang dan yang akan datang.
Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) adalah
mendorong dan memberikan kesempatan kepada
masyarakat
dalam
memperoleh
pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang pada akhirnya dapat
menumbuhkan
kepedulian,
komitmen
untuk
melindungi,
memperbaiki
serta
memanfaatkan
lingkungan hidup secara bijaksana, tuut menciptakan
pola perilaku baru yang bersahabat dengan lingkungan
hidup, mengembangkan etika lingkungan hidup dan
memperbaiki kualitas hidup.
Sasaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) meliputi:
Terlaksananya Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)
sehingga tercipta kepedulian dan komitmen masyarakat
dalam
turut
melindungi,
melestarikan
dan
meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
Tercakupnya seluruh kelompok masyarakat, baik di
pedesaan dan perkotaan, tua dan muda,laki-laki dan
perempuan di seluruh wilayah Indonesia sehingga
tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) bagi
seluruh rakyat Indonesia dapat terwujud dengan baik.
Ruang lingkup Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH),
meliputi:
Pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)
melalui jalur fomal, non formal dan jalur informal oleh
seluruh pemangku kepentingan.
Pengembangan berbagai aspek yang mencakup:
a). Kelembagaan; b) SDM selaku pelaku/ pelaksana
maupun selaku obyek PLH; c) Sarana dan prasarana; d)
Pendanaan; e) materi; f) Komunikasi dan informasi; g)
Peran serta masyarakat; h) Metode pelaksanaan pembelajaran.

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa tujuan

dari pendidikan lingkungan hidup pada umumnya
adalah

memberikan

pengetahuan

kepada
10

masyarakat tentang pentingnya lingkungan hidup
bagi manusia, sehingga setiap individu diharapkan
mempunyai wawasan tentang peduli lingkungan
dan dapat memberikan solusi atas permasalahan
lingkungan

yang

di

hadapi.

Untuk

itu

perlu

diberikan wawasan lingkungan hidup ini kepada
masyarakat salah satunya dengan memberikan
pengetahuan dan wawasan lingkungan hidup sejak
dini pada anak usia sekolah. Didukung dengen
peran

serta

masyarakat

dalam

melestarikan

lingkungan,

supaya

menjaga

dan

tujuan

dari

pendidikan lingkungan hidup dapat tercapai.
2.1.2 Pembelajaran Berbasis Lingkungan Hidup
Salah satu model pembelajaran yang bisa
diterapkan
learning,

di

kelas

yaitu

adalah

model

lingkungan

yang

memperoleh

pengalaman

model

environmental

pembelajaran

dikembangkan
lebih

berbasis

agar

siswa

berkaitan

dengan

lingkungan sekitar. Ali (2010: 26) menyatakan bahwa,
“Model

environmental

learning

adalah

model

pembelajaran yang mengedepankan pengalaman siswa
dalam hubungannya dengan alam sekitar, sehingga
siswa dapat dengan mudah memahami isi materi yang
disampaikan”,

artinya,

model

pembelajaran

environmental learning ditujukan agar siswa dapat
memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
11

Model environmental learning digunakan dengan
tujuan agar siswa dapat dengan mudah berinteraksi
dengan bahan pelajaran yang telah disusun dan
disesuaikan dengan model pembelajaran. Dalam buku
Environmental

Learning

and

Experience

an

Interdisciplinary Guide for Teachers, disebutkan bahwa
dalam kerangka pembelajaran lingkungan terdapat
prinsip-prinsip

yang

membantu

guru

dalam

mendesain materi dan strategi pembelajaran berbasis
lingkungan hidup atau alam sekitar. Prinsip yang
pertama yaitu pengalaman langsung, yang bertujuan
untuk merangsang reaksi, kepekaan dan negosiasi
siswa

terhadap

permasalahan

yang

timbul

di

lingkungan sekitar mereka.Prinsip yang kedua yaitu
bagaimana

siswa

melalui

pengalamannya

dapat

menggambarkan dan menyimpulkan prinsip-prinsip
tentang konsep lingkungan hidup dan pelestariannya.
Materi

pembelajaran

yang

disajikan

kepada

siswa disusun dengan melibatkan lingkungan sekitar.
Yaitu dengan menyisipkan tema lingkungan hidup ke
dalam

materi

pembelajaran,

ataupun

dengan

mengadakan kegiatan pembelajaran di lingkungan
alam sekitar. Artinya, pembelajaran bisa dilakukan
tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas
dengan tujuan agar siswa lebih nyaman dan aktif
dalam proses pembelajaran.
12

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
model environmental learning yaitu isi dan prosedur
pembelajaran
pembelajar,

harus

sesuai

pengetahuan

memberikan

jalan

dengan

yang

keluar

lingkungan

diberikan

dalam

harus

menanggapi

permasalahan lingkungan.
Buah dari proses pendidikan dan pembelajaran
akhirnya akan bermuara pada lingkungan. Manfaat
keberhasilan pembelajaran akan terasa manakala apa
yang diperoleh dari pembelajaran dapat diaplikasikan
dan diimplementasikan dalam realitas kehidupan.
Inilah salah satu sisi positif yang melatarbelakangi
pembelajaran dengan pendekatan lingkungan.
Model environmental learning merupakan model
pembelajaran berbasis lingkungan yang bertujuan
agar

siswa

dapat

memiliki

kepedulian

terhadap

lingkungan. Penggunaan model pembelajaran ini dapat
dilakukan dengan sistem belajar di luar kelas agar
siswa

memiliki

pengalaman

lebih

dan

proses

pembelajaran bisa menyenangkan.
Model
lingkungan,

pembelajaran
bukan

dengan

merupakan

pendekatan
pendekatan

pembelajaran yang baru, melainkan sudah dikenal
dan populer, hanya saja sering terlupakan.Adapun
yang dimaksud dengan pendekatan lingkungan adalah
suatu

strategi

pembelajaran

yang

memanfaatkan

lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar,
13

dan sarana belajar.Pembelajaran dengan pendekatan
lingkungan

sangat

efektif

diterapkan

di

sekolah.

Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa
dapat

dengan

mudah

dikuasai

siswa

melalui

pengamatan pada situasi yang konkret.
Basile

(dalam

Bartosh,

2003)

menyebutkan

bahwa pembelajaran dengan pendekatan lingkungan
mendorong siswa untuk belajar “melakukan ilmu
pengetahuan” bukan hanya belajar “mengetahui ilmu
pengetahuan”.

Menggunakan

alam

sebagai

laboratorium luar ruangan membantu kondisi yang
kondusif

untuk

belajar.

Dampak

positif

dari

diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa
dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang
sesuatu yang ada di lingkungannya.
Seandainya kita renungi empat pilar pendidikan
yakni learning to know (belajar untuk mengetahui),
learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya),
learning to do (Belajar untuk mengerjakan sesuatu)
dan learning to life together (belajar untuk bekerja
sama)

dapat

dengan

dilaksanakan

pendekatan

melalui

lingkungan

pembelajaran

yang

dikemas

pasti

memiliki

sedemikian rupa oleh guru.
Setiap

model

pembelajaran

kelebihan dan kelemahan yang berbeda. Hal tersebut
diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan siswa dan
kesiapan

guru.

Adapun

yang

menjadi

kelebihan
14

penggunaan

model

environmental

learning

adalah

siswa tidak bosan dengan apa yang dipelajari, siswa
mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan
cara mengamati sendiri, dan menumbuhkan kecintaan
siswa terhadap lingkungan” (Ali, 2010: 34). Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa dengan model
environmental learning siswa akan lebih memahami
dirinya sendiri dan lingkungannya. Selain itu, siswa
juga akan memiliki kecintaan terhadap lingkungan
sekitar mereka.
Selain memiliki kelebihan, model environmental
learning juga memiliki kelemahan (Ali, 2010: 34)
mengungkapkan bahwa, “Kelemahan environmental
learning diantaranya yaitu membutuh-kan tenaga
yang

lebih,

dan

hanya

dapat

digunakan

dalam

beberapa materi pembelajaran”. Tenaga lebih yang
dimaksud yaitu keahlian guru dalam menyusun tema
materi pembelajaran yang harus disesuaikan dengan
lingkungan belajar siswa.
2.1.3 Kendala Belajar di Luar Kelas
Pada model Environmental Learning, belajar

di

luar ruangan sering terkendala oleh banyak faktor
yang

menyebabkan keengganan

para

guru

untuk

melakukannya. Menurut Ali (2010), banyak kendala
yang harus dihadapi ketika pembelajaran dilakukan
di luar ruangan. Kendala-kendala tersebut antara lain:
a) Volume dan kekuatan suara harus lebih besar, agar
15

dapat

ditangkap

mengeluarkan

oleh

tenaga

audiens,
ekstra

b)

untuk

Guru

harus

memusatkan

perhatian audiens, c) Model pembelajaran harus
dibuat menarik, variatif, d) Sangat tergantung cuaca,
e) Konsentrasi audiens kurang.
Dari

kendala-kendala

yang

dihadapi

ketika

melaksanakan pembelajaran di luar sekolah, dibutuh
kan kreatifitas guru sehingga aktivitas siswa dapat
dikendalikan serta dapat berjalan sesuai rencana
pembelajaran.
pembelajaran

Susilowati
di

luar

(2013),

kelas

dan

berikut
cara

model

mengatasi

permasalahannya: a) siswa keluyuran, guru harus
membentuk siswa dalam kelompok agar mudah dalam
pengawasannya,

b)

gangguan

konsenterasi,

guru

harus memilih objek yang menyenangkan sehingga
siswa menjadi semangat, c) kurang tepat waktu, telah
disepakati

waktu

pembelajaran

dan

bagi

yang

terlambat akan mendapat hukuman, d) pengelolaan
kelas yang sulit, dibatasi area yang akan digunakan
dalam pembelajaran, d) kondisi luar kelas yang
terkadang terlalu panas atau dingin, cuaca dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran.

16

2.2 Pendidikan
Sekolah

Lingkungan

Hidup

di

Pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup dapat

dilakukan

melalui

jalur

pendidikan

formal

yaitu

sekolah (Trivedi, 2004:8-9). Pendidikan lingkungan
hidup pada jalur pendidikan formal dapat ditempuh
melalui dua pendekatan yaitu, pendekatan monolitik
dan pendekatan integratif menurut,( Khairi 2012)
2.2.1 Pendekatan monolitik.
Pendekatan monolitik adalah pendekatan yang
didasarkanpada suatu pemikiran bahwa setiap mata
pelajaran merupakan komponen yang berdiri sendiri
dalam kurikulum dan mempunyai tujuan tertentu
dalam

kesatuan

monolitik

yang

utuh.

Pendidikan

Dengan

pendekatan

Lingkungan

Hidup

(PLH)dijadikan satu disiplin ilmu baru yang nantinya
dijadikan mata pelajaran yang terpisah dari ilmu ilmu
lain.
Pendekatan monolitik memiliki kelebihan dan
kekurangan.Kelebihan

dari

monolitik

adalah

,pendidikan lingkungan hidup menjadi mata pelajaran
yang berdiri sendiri sehingga persiapan mengajar lebih
mudah dan bahan pembelajaran dapat diketahui dari
silabus, pengetahuan yang diperoleh

siswa lebih

sintesis, pencapaian tujuan bisa lebih bermakna, dan
evaluasi

belajar

bisa

lebih

jelas

dan

mudah.

Kelemahan pendekatan monolitik adalah, perlu dibuat
17

silabus PLH sebagai mata pelajaran yang berdiri
sendiri sejajar dengan mata pelajaran lain,perlu tenaga
pengajar

yang

mempunyai

spesialisasi

dalam

pendidikan lingkungan, dan menambah beban belajar
siswa.
2.2.2 Pendekatan terpadu (integratif)
Pendekatan

terpadu

(integratif)

adalah

pendekatan yang didasarkan pemaduan Pendidikan
Lingkungan

Hidup

dengan

mata

pelajaran

lain.Pendekatan integratif dapat ditempuh dengan cara
membangun unit pokok bahasan yang disiapkan
untuk dipadukan ke dalam mata pelajaran tertentu.
Pendekatan terpadu atau integratif memiliki
kelebihan dan kekurangan seperti halnya dengan
pendekatan monolitik.Kelebihan pendekatan terpadu
adalah,tidak perlu menambah tenaga pengajar khusus
dibidang pendidikan lingkungan, dengan semakin
banyak guru mata pelajaran yang terlibat maka materi
tentang lingkungan hidup yang diperoleh siswa juga
semakin

banyak.Kelemahan

pendekatan

terpadu

adalah, perlu mengubah silabus dan jam pelajaran
yang

telah

ada,

timbul

kesulitan

dalam

proses

memadukan pendidikan lingkungan hidup ke dalam
mata pelajaran lain,keterbatasan waktu yang tersedia
dapat menghambat tercapainya tujuan , dan perlu
adanya cara khusus dalam evaluasi karena adanya
dua tujuan dalam satu kegiatan pembelajaran.
18

2.3 Program Sekolah Adiwiyata
2.3.1 Pengertian Adiwiyata
Salah satu penerapan pendidikan lingkungan
hidup di sekolah yaitu melalui program Adiwiyata.
Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup
(2010:2) ”Program Adiwiyata adalah salah satu program
Kementerian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka
mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran
warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan
hidup”.

Dalam hal ini diharapkan setiap warga sekolah ikut
terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan
yang sehat serta menghindari dampak lingkungan
yang negatif.
Kata Adiwiyata berasal dari bahasa Sansekerta,
terdiri dari dua kata, yakni “Adi” dan “Wiyata”. “Adi”
mempunyai makna: besar, agung, baik, ideal atau
sempurna
tempat

sedangkan
dimana

Wiyata

mempunyai

seseorang

mendapat

makna:
ilmu

pengetahuan, norma dan etika dalam berkehidupan
sosial. Jadi, Adiwiyata mempunyai pengertian atau
makna tempat yang baik dan ideal dimana dapat
diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai
norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia
menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan
menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan.
Adiwiyata adalah suatu program pengelolaan
lingkungan hidup di sekolah. Program ini merupakan
tindak

lanjut

dari

kesepakatan

bersama

antara

Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor Kep.07/MENLH/06/2005
19

dan Nomor 05/VI/KB/2005 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Lingkungan Hidup.
2.3.2 Tujuan Adiwiyata
Dalam Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata
adalah Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor

02

tahun 2009

dinyatakanbahwa

Tujuan

umum Adiwiyata adalah membentuk sekolah peduli
dan berbudaya lingkungan yang mampu berpartisipasi
dan melaksanakan upaya pelestarian lingkungan dan
pembangunan

berkelanjutan bagi

kepentingan

generasi sekarang maupun yang akan datang. Adapun
tujuan khusus mewujudkan warga sekolah yang
bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan melalui tata kelola sekolah
yang baik untuk untuk mendukung pembangunan
ber- kelanjutan.
Menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah
untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran
warga sekolah, sehingga di kemudian hari warga
sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam
upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan
pembangunan berkelanjutan.
Kegiatan utama diarahkan pada terwujudnya
kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya
lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di
Indonesia. Disamping pengembangan norma-norma
dasar yang antara lain: kebersamaan, keterbukaan,
20

kesetaraan,

kejujuran,

keadilan,

dan

kelestarian

fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam. Serta
penerapan prinsip dasar yaitu: partisipatif, dimana
komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah
yang

meliputi

keseluruhan

proses

perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan
peran; serta berkelanjutan, dimana seluruh kegiatan
harus dilakukan secara terencana dan terus menerus
secara komperensif.
Untuk mencapai tujuan Adiwiyata ada empat
komponen program yang merupakan satu kesatuan
yang utuh: a) kebijakan berwawasan, b) pelaksanaan
kurikulum

berbasis

lingkungan

berbasis

lingkungan,
partisipasif,

c)
d)

kegiatan
pengelolaan

sarana pendukung ramah lingkungan.
2.3.3 Indikator dan Kriteria Adiwiyata
a. Pengembangan

Kebijakan

Sekolah

Peduli

dan

Berbudaya Lingkungan.
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan
berbudaya lingkungan maka diperlukan beberapa
kebijakan

sekolah

laksanakannya
lingkungan
sesuai

mendukung

kegiatan-kegiatan

hidup

dengan

yang
oleh

semua

prinsip-prinsip

di-

pendidikan

warga
dasar

sekolah
Program

Adiwiyata yaitu partisipatif dan berkelanjutan.
Pengembangan kebijakan sekolah tersebut antara
lain:
21

1) Visi dan misi sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.
2) Kebijakan

sekolah

dalam

mengembangkan

pembelajaran pendidikan lingkungan hidup.
3) Kebijakan peningkatan kapasitas sumber daya
manusia

(tenaga

kependidikan

dannon-

kependidikan) di bidang pendidikan lingkungan
hidup.
4) Kebijakan sekolah dalam upaya penghematan
sumber daya alam.
5) Kebijakan

sekolah

yang

mendukung

terciptanya lingkungan sekolah yang bersih
dan sehat.
6) Kebijakan sekolah untuk pengalokasian dan
penggunaan dana bagi kegiatan yang terkait
denganmasalah lingkungan hidup.
b. Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan.
Penyampaian materi lingkungan hidup kepada
para siswa dapat dilakukan melalui kurikulum
secara terintegrasi atau monolitik. Pengembangan
materi, model pembelajaran dan metode belajar
yang bervariasi, dilakukan untuk memberikan
pemahaman kepada siswa tentang lingkungan
hidup yang dikaitkan dengan persoalan lingkungan
sehari-hari (isu lokal). Pengembangan kurikulum
tersebut dapat dilakukan antara lain:
22

1) Pengembangan model pembelajaran lintas mata
pelajaran.
2) Penggalian
persoalan

dan

pengembangan

lingkungan

hidup

materi

yang

dan

ada

di

masyarakat sekitar.
3) Pengembangan

metode

belajar

berbasis

lingkungan dan budaya.
4) Pengembangan
meningkatkan

kegiatan

kurikuler

pengetahuan

dan

untuk

kesadaran

siswa tentang lingkungan hidup (Chaeruddin
Hasyim, 2004).
c. Pengembangan Kegiatan Berbasis Partisipatif
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan
berbudaya

lingkungan,

warga

sekolah

perlu

dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran
lingkungan

hidup.

Selain

itu

sekolah

juga

diharapkan melibatkan masyarakat disekitarnya
dalam

melakukan

berbagai

kegiatan

yang

memberikan manfaat baik bagi warga sekolah,
masyarakat

maupun

lingkungannya.

Kegiatan-

kegiatan tersebut antara lain:
1) Menciptakan

kegiatan

ekstra

kurikuler/

kurikuler di bidang lingkungan hidup berbasis
patisipatif di sekolah.
2) Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang
dilakukan oleh pihak luar.
23

3) Membangun

kegiatan

memprakarsai

kemitraan

pengembangan

atau

pendidikan

lingkungan hidup di sekolah.
d. Pengelolaan

dan

Pengembangan

Sarana

Pendukung Sekolah
Dalam mewujudkan sekolah yang peduli dan
berbudaya lingkungan perlu didukung sarana dan
prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan
lingkungan hidup, antara lain meliputi:
1) Pengembangan fungsi sarana pendukung
sekolah yang ada untuk pendidikan lingkungan
hidup.
2) Peningkatan kualitas penge-lolaan lingkungan
di dalam dan di luar kawasan sekolah.
3) Penghematan sumberdaya alam (listrik, air,
dan ATK).
4) Peningkatan kualitas pelayanan makanan
sehat.
5) Pengembangan sistem pengelolaan sampah.
2.3.4 Pelaksanaan Program Adiwiyata di Sekolah
Kementrian

Lingkungan

Hidup

(2012),

menjelaskan bahwa pelaksanaan program Adiwiyata
oleh tim sekolah terdiri dari beberapa unsur sebagai
berikut: guru, siswa, dan komite sekolah. Tim sekolah
ditetapkan melalui SK Kepala Sekolah. Peran dan
tugas pokok dari tim sekolah adalah sebagai berikut:

24

a. Mengkaji

kondisi

lingkungan

hidup

sekolah,

kebijakan sekolah, kurikulum sekolah, kegiatan
sekolah, dan sarana prasarana;
b. Membuat

rencana

kerja

anggaran

sekolah

berdasarkan

tersebut

di

atas,

dan

dan

mengalokasikan
hasil

disesuaikan

kajian
dengan

komponen, standar, dan implementasi adiwiyata;
c. Melaksanakan rencana kerja sekolah;
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi;
e. Menyampaikan laporan kepada kepala sekolah
tembusan

Badan

Lingkungan

Hidup

Kabupaten/Kota dan Instansi terkait.

2.4 Rencana Strategis
2.4.1. Pengertian Rencana Strategis
Malayu (dalam Mulyadi, 2012) rencana adalah
keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai
satu tujuan tertentu. Jadi setiap rencana mengandung
dua unsure yaitu tujuan dan pedoman. Perencanaan
merupakan hal yang mutlak perlu dilakukan demi
suksesnya pembaharuan pendidikan. Agar kerja sama
dan

upaya

pendaya

gunaan

sumber/lingkungan

terarah pada sasaran, pembaharuan pendidikan perlu
direncanakan secara cermat dan mantap (Mulyasa;
2009).

Lebih lanjut Tjokroamidojo (dalam Nasution,

2012), Perencanaan ini pada asasnya berkisar kepada
dua hal, yang pertama, ialah penentuan pilihan secara
sadar mengenai tujuan konkrit yang hendak dicapai
25

dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai-nilai
yang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan dan
yang kedua ialah pilihan diantara cara-cara alternatif
serta rasional guna mencapai tujuan tujuan tersebut.
G.R Terry (dalam Mulyadi, 2012), Perencanaan
adalah memilih dan menghubungkan fakta, membuat
serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa
yang akan datang dengan jalan menggambarkan yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Sedangkan

Martoyo

(dalam

Mulyadi

2012)

menyebutkan suatu perencanaan harus senantiasa
berpijak

pada

penggunaan

kenyataan

asumsi-asumsi

yang

ada,

untuk

masa

disertai
depan,

sehingga sasaran yang ingin dicapai benar-benar
dapat diwujudkan.
Dari uraian pendapat di atas sehingga dapat
disimpulkan

bahwa

perencanaan

adalah

suatu

keputusan berdasarkan fakta-fakta mengenai tujuan
tertentu yang hendak dicapai serta memilih cara-cara
alternatif guna mencapai tujuan tersebut sesuai waktu
yang ditentukan.
Alex

MA

(2005).

Menurut

istilah,

strategi

merupakan rencana dapat dijadikan pegangan dalam
bekerja, berjuang dan berbuat guna memperoleh
kemenangankan

dalam

bersaing.

strategi

adalah

rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu
yang mengaitkan keunggulan strategi sekolah dengan
26

tantangan

lingkungan

yang

dirancang

untuk

memastikan tujuan utama sekolah dapat dicapai
melalui pelaksanaan yang tepat (Purwanto, 2007).
Menurut Rangkuti (2014:3) strategi adalah alat
untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Daft
(2010:249) mendefinisikan strategi (strategy) secara
eksplisit, yaitu rencana tindakan yang menerangkan
tentang alokasi sumber daya serta berbagai aktivitas
untuk

menghadapi

keunggulan

bersaing,

perusahaan.

Strategi

keseluruhan

yang

lingkungan,
dan
adalah

berkaitan

memperoleh

mencapai

tujuan

pendekatan

secara

dengan

pelaksanaan

gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktifitas
dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang
baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema,
mengidentifikasi

faktor

pendukung

yang

sesuai

dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara
rasional, efisien dalam pendanaan dan memiliki taktik
untuk

mencapai

tujuan

secara

efektif.

Strategi

dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup
yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat.
Pengertian

strategi

lainnya

seperti

yang

diutarakan Craig & Grant (2002) adalah strategi
merupakan penetapan sasaran dan tujuan jangka
panjang sebuah perusahaan dan arah tindakan serta
alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai
sasaran dan tujuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
strategi adalah pengelolaan dengan memanfaatkan
27

segala

sumbar

daya

yang

dimiliki

untuk

memenangkan persaingan.
Menurut Edward (dalam Umar, 2002), rencana
strategis adalah rencana yang dilakukan oleh para
manager paling atas dan menengah untuk mencapai
tujuan

organisasi

yang

lebih

luas.

Menurut

Tjokroamidjojo (2000) rencana strategis adalah suatu
cara

bagaimana

dengan

mencapai

menggunakan

tujuan

sebaik-baiknya

sumber-sumber

yang

ada

supaya lebih efisien dan efektif, dengan menentukan
tujuan apa yang akan dicapai atau yang akan
dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa.
Rencana strategis suatu lembaga pendidikan
menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut: mampu
memperbaiki hasil pendidikan, membawa perubahan
yang lebih baik, prioritas kebutuhan, partisipasi,
keterwakilan, realitas sesuai dengan hasil analisis
SWOT, mendasarkan pada hasil review dan evaluasi,
keterpaduan menyeluruh, transparan, dan keterkaitan
serta kesepadanan secara vertikal dan horizontal
dengan rencana-rencana lain (Tilaar, 2000).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa perencanaan strategis adalah suatu usaha
untuk merancang berbagai alternatif berdasarkan
fakta-fakta dan segala sumber daya yang dimiliki
untuk mencapai tujuan tertentu.

28

2.4.2 Langkah-langkah Menyusun rencana Strategis
Tim

SP4

UGM

penyusunan

(dalam

rencana

Somantri,

strategis

2014),

pendidikan

proses
dapat

dilakukan dalam tiga tahap, yaitu (1) diagnosis, (2)
perencanaan, dan (3) penyusunan dokumen rencana.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa tahap diagnosa dimulai
dengan

mengumpulkan

berbagai

informasi

perencanaan sebagai bahan kajian. Kajian lingkungan
internal

bertujuan

untuk

memahami

kekuata-

kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) dalam
pengelolaan pendidikan. Sementara kajian lingkungan
eksternal

bertujuan

untuk

peluang

(opportunities)

mengungkap

dan

peluang-

tantangan-tantangan

(threats) dalam penyelenggaraan pendidikan.
Somantri

(2014),

menjelaskan

bahwa

tahap

perencanaan dimulai dengan menetapkan visi dan
misi. Visi (vision) merupakan gambaran (wawasan)
tentang keadaan yang diinginkan di masa depan.
Sementara misi (mission) ditetapkan dengan jalan
mempertimbangkan

rumusan

penugasan,

yang

merupakan tuntutan tugas dari luar organisasi dan
keinginan dari lembaga berkaitan dengan visi masa
depan dan situasi yang dihadapi saat ini.
Somantri (2014) lebih lanjut menjelaskan bahwa
setelah menetapkan visi, misi, tahap

selanjutnya

adalah tahap pengembangan dirumuskan berdasarkan
misi yang diemban dan dalam rangka menghadapi isu
29

utama (isu strategis). Urutan strategis pengembangan
disusun

sesuai

dengan

isu-isu

utama.

Dalam

rumusan strategi pengembangan dapat dibedakan
menurut kelompok strategi, dengan rincian terdiri atas
tiga tingkat (strategi utama,substrategi, dan rincian
strategi).
Jadi dapat dirangkum bahwa dalam tahap
perencanaan terlebih dahulu dilakukan penetapan visi
dan

misi,

selanjutnya

visi

dan

misi

tersebut

dikembangkan kedalam bentuk isu-isu strategis, dari
masing-masing isu strategis maka dibuat strategi
untuk

mewujudkan

visi

dan

misi

yang

telah

ditetapkan.
Tahap selanjutnya dalam menyususn rencana
strategis adalah tahap penyususnan dokumen rencana
strategis. Somantri (2014) menjelaskan bahwa dalam
tahap

penyusunan

dokumen

rencana

strategis

dirumuskan secara singkat, tidak terlalu tebal supaya
dipahami dan dapat dilaksanakan oleh tim manajemen
secara luwes. Perumusannya dapat dilakukana sejak
saat

pengkajian

telah

menghasilkan

temuan.

Rumusan visi yang disepakati bersama akan dijadikan
sebagai panduan dalam merumuskan misi dan tujuan
organisasi pendidikan. Hasil kajian tentang kekuatan
dan kelemahan organisasi pendidikan serta peluang
dan

tantangan

eksternalnya

di

suatu

sisi

serta

rumusan visi, misi dan tujuan organisasi pendidikan
30

dapat

menghasilkan

isu-isu

utama

dalam

pembangunan pendidikan dalam konteks masingmasing. Di antar isu-isu yang dikaji, pemilihan
terhadap

strategi

pengembangan

kegiatan

dan

pembangunan pendidikan. Alternatif rencana yang
terbaik adalah alternatif perencanaan yang paling
memungkinkan adanya perubahan manakala dalam
proses

implementasinya

memerlukan

adanya

penyesuaian keadaan.
Proses rencana strategis merupakan langkah
awal

untuk

menentukan

peluang

diterapkannya

srategi yang akan dilaksanakan. Sehingga dapat
dikatakan

bahwa

perencanaan

strategi

dapat

menentukan keberhasilan organisasi/sekolah, hal ini
disebabkan

karena:

a.

perencanaan

strategis

merupakan tipe perencanaan yang terpenting; b.
melakukan perencanaan strategi berarti menetapkan
misi

organisasi/sekolah;

c.

perencanaan

strategi

memungkinkan manajer mempersiapkan diri terhadap
kemungkinan terjadi perubahan pada lingkungan
organisasi/sekolah.
Secara umum perencanaan strategis memuat
unsur-unsur sebagai berikut: a. perumusan visi dan
misi;

b.

pengkajian

lingkungan

eksternal;

c.

pengkajian lingkungan internal; d. perumusan isu-isu
strategi; dan e. penyusunan strategi pengembangan
(yang dapat ditambah dengan tujuan dan sasaran).
31

2.4.3 Manfaat dan Keterbatasan Perencanaan Strategis
Anthony

&

Govindarajan

(2007),

di

dalam

perencanaan terdapat manfaat dan keterbatasan dari
perencanaan strategis, uraiannya sebagai berikut.
a. Manfaat Perencanaan Strategis
1) Kerangka

kerja

untuk

mengembangkan

anggaran
2) Alat pengembangan manajemen
3) Mekanisme yang memaksa manajemen beroikir
jangka panjang
4) Alat untuk menyatukan para manajer dengan
strategi korporasi
b. Keterbatasan Perencanaan Strategis
1) Perencanaan hanya akan menjadi “isi formulir”,
pelaksanaan birokrasi, tidak ada pemikiran
strategis
2) Sebuah

organisasi

bisa

saja

membuat

departemen perencanaan strategis yang besar,
namun

mendelegasikan

persiapan

rencana

strategis pada staf departemenya
3) Perencanaan strategis itu boros waktu dan
biaya.

2.5 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal
maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya
akan

digunakan

untuk

merancang

strategi

dan

program kerja. Analisis internal meliputi penilaian
32

terhadap faktor kekuatan (Strengths), dan kelemahan
(Weakness), sedangkan analisi eksternal mencakup
faktor peluang (Opportunity), dan tantangan (Threaths)
(Mulyasa, 2009:47).
Sallis (2012), SWOT merupakan akronim dari
Strength

(kekuatan),

Weakness

(kelemahan),

Opportunity (kesempatan), dan Threats (ancaman,
rintangan, dan halangan). Berikut adalah penjelasan
dari masing-masing variabel SWOT.
Rangkuti (2009), Strengths adalah beberapa hal yang
merupakan kelebihan dari sekolah yang bersangkutan.
Weaknesses adalah komponen-komponen yang kurang
menunjang keberhasilan penyelenggaraan pendidikan
yang ingin dicapai sekolah. Opportunity adalah
kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai apabila
potensi-potensi
yang
ada
di
sekolah
mampu
dikembangkan
secara
optimal.
Threats
adalah
kemungkinan yang mungkin terjadi atau pengaruh
terhadap kesinambungan dan keberlanjutan kegiatan
penyelenggaraan sekolah.

Untuk lebih jelas maka akan diuraikan langkahlangkah dalam melaksanakan analisis SWOT. Hisyam
(1998), langkah-langkah melakukan analisis SWOT
adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang dan acaman yang dihadapi.
Menentukan
faktor-faktor
yang
menjadi
kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman.
Menetukan bobot relatif masing-masing faktor berdasarkan
tingkat kepentingannya sebagai penentu keberhasilan dalam
pengembangan
Menentukan rating atau skor (1 sampai dengan 5) dari
masing-masing faktor yang menggambarkan kondisi internal
dan eksternal
Menghitung total skor dengan mengalikan bobot dan rating
untuk masing-masing faktor kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman.
Menghitung total skor akhir faktor internal (kekuatan-

33

7.
8.

kelemahan) dan faktor eksternal (peluang - ancaman).
Menentukan posisi strategis dari faktor internal dan faktor
eksternal.
Menentukan rencana strategis berdasarkan posisi dari hasil
analisis SWOT.

Kekuatan dan kelemahan akan dimasukkan ke

dalam tabel IFAS. Sementara itu untuk faktor peluang dan
ancaman

akan

dimasukkan

ke

dalam

tabel

EFAS,

kemudian dihitung bobot dan skornya.
Tabel 2.1
Internal Factors Analysis Summary (IFAS)

NO
1
2
Dst
NO
1
2
Dst

SELISIH

STRENGTHS

SKOR

BOBOT

TOTAL

Dst
Total
kekuatan
WEAKNESS

SKOR

BOBOT

TOTAL

Total
Kelemahan
TOTAL KEKUATAN - TOTAL KELEMAHAN = S - W = X

Sumber: Hisyam, 1998 (http:/daps.bps.go.id)

Tabel 2.2
External Factors Analysis Summary (EFAS)

NO
1
2
Dst
NO
1
2
Dst

SELISIH

OPPORTUNITY

SKOR

BOBOT

Dst
Total Peluang
THREAT

SKOR

BOBOT

Total Ancaman

Total
Total
Ancaman
Ancaman
PELUANG - TOTAL KELEMAHAN =
O - T = Y

TOTAL

TOTAL

Total
Ancaman

Sumber: Hisyam, 1998 (http:/daps.bps.go.id)

Setelah dihitung dari masing-masing faktor internal
dan faktor eksternal, maka dapat diketahui skor IFAS
dan skor EFAS, selanjutnya dimasukkan ke dalam
34

diagram SWOT untuk mengetahui posisi strategi
berada pada kuadran I, II, III, atau IV. Berikut
dijelaskan strategi dari masing-masing kuadran yang
ada di diagram analisis SWOT.
Berikut ini adalah diagram analisis SWOT.

Gambar 2.1 Diagram Analisis SWOT
Sumber: Rangkuti, 2009

Dari

diagram

analisis

SWOT

diatas

yang

dimaksudkan dengan strategi agresif (SO) sebuah
strategi

yang

seluruh

kekuatan

memanfaatkan

digunakan

dengan

sekolah

peluang

untuk

memanfaatkan
merebut

sebesar-besarnya.

dan

Strategi

diversifïkasi (ST) dilakukan dengan memanfaatkan
seluruh

kekuatan

mengatasi

yang

masalah.

dimiliki

Strategi

sekolah

turn-around

untuk
(WO)

dilakukan dengan meminimalkan kelemahan yang ada
di sekolah untuk menangkap peluang. Sedangkan
35

Strategi

defensif

(WT)

dilakukan

dengan

meminimalkan kelemahan yang ada di sekolah untuk
menghindari ancaman.
Kuadran
menandakan
berpeluang.

I

(positif,

sebuah

positif).

organisasi

Rekomendasi

Posisi

ini

kuat

dan

yang

strategi

yang

diberikan

adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi
prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan
untuk

terus

melakukan

ekspansi,

memperbesar

pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
Kuadran

II

(positif,

negatif).

Posisi

ini

menandakan sebuah organisasi yang kuat namun
menghadapi

tantangan

yang

besar.

Rekomendasi

strategi yang diberikan adalah Strategi Diversifikasi,
artinya organisasi dalam kondisi mantap namun
menghadapi

sejumlah

diperkirakan

roda

tantangan

organisasi

berat

akan

sehingga
mengalami

kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu
pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi
disarankan

untuk

segera

memperbanyak

ragam

strategi taktisnya.
Kuadran

III

(negatif,

positif).

Posisi

ini

menandakan sebuah organisasi yang lemah namun
sangat

berpeluang.

Rekomendasi

strategi

yang

diberikan adalah turn-around (Ubah Strategi), artinya
organisasi

disarankan

untuk

mengubah

strategi

sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan
sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada
sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
Kuadran
menandakan

IV
sebuah

(negatif,

negatif).

organisasi

yang

Posisi

ini

lemah

dan
36

menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi
yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya
kondisi

internal

organisasi

dilematis.

Oleh

untuk

menggunakan

berada

karenanya

pada

organisasi

pilihan

disarankan

strategi

bertahan,

mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin
terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus
berupaya membenahi diri.

2.6 Penelitian Relevan
Untuk

melengkapi

menggunakan
terdahulu

yang

acuan

Penelitian

dari

sejenis.

ini,

beberapa

Penelitian

Peneliti
Penelitian

terdahulu

ini

dimaksudkan untuk membandingkan (meng-compare)
dengan Penelitian ini. Adapun penelitian relevan yang
dimaksudkan adalah sebagai berikut:
Menurut Ahmad Saefi (2010). dalam tesisnya
yang

berjudul

Penerapan

Pendidikan

Hidup di SMA Negeri 2 Batu,

Lingkungan

diketahui

bahwa

Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA
Negeri 2 Batu akan memperoleh pencapaian belajar
secara efektif akan dicapai apabila: a) Penguasaan
siswa terhadap materi yang mereka pelajari, materi
harus relevan dengan lingkungan sekitar, b) agar
siswa lebih mudah dalam menguasai materi, model
pembelajaran

harus

dilaksanakan

secara

menyenagkan. c) Siswa merasa senang dan tertarik
dalam proses pembelajaran, guru dapat menciptakan
37

suasana belajar yang menarik dan menyenangkan
dalam kegiatan belajar mengajar. d) Siswa lebih aktif
untuk menyampikan pendapatnya kaitanya dengan
materi

yang

kurang

dipahami.

e)

Nilai

siswa

mengalami peningkatan, karena lebih paham tentang
materi

yang

disampaikan

dengan

menggunakan

lingkungan alam.
Menurut Ghufron, (2007), dalam tesisnya yang
Pengelolaan

berjudul

pembelajaran

berbasis

lingkungan hidup (Studi Kasus di SMPN 1 Banten)
menunjukkan
berbasis

bahwa

lingkungan

keberhasilan
hidup

di

pembelajaran

SMPN

1

Banten

didukung oleh perencanaan, pelaksanaan, dan control
yang optimal oleh stake holder di sekolah baik yang
bersifat materiil maupun spirituil.
Menurut Wesnawa, (2004), dalam tesisnya yang
berjudul Menumbuhkan Kesadaran Lingkungan melalui
Pembelajaran

Geografi,

menegaskan

bahwa

pembelajaran geografi di setiap jenjang pendidikan
yang

ada

memberikan

kesadaran

untuk

peduli

terhadap lingkungan, maka manusia di republik ini
akan bertanggungjawab terhadap lingkungan, yang
pada akhirnya kerusakan lingkungan akan dapat
diminimalkan.
Menurut Pujio, (2011), dalam tesisnya yang
berjudul

Studi

Komparasi

Kesadaran

Lingkungan

Hidup Melalui Pembelajaran Konsep Lingkungan Hidup
38

Dengan Model Problem Based Instruction (PBI) dan
Science, Environment, Technology (SETS) Pada Siswa
Kelas VIII SMPN 1 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan
Tahun Pelajaran 2010/2011, menunjukkan bahwa Ada
perbedaan peningkatan kesadaran lingkungan siswa
kelas VIII SMPN 1 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan
dengan Pembelajaran Berdasar Masalah (PBI) dan
SETS. tingkat kesadaran lingkungan hidup melalui
pembelajaran

konsep

Lingkungan

Hidup

dengan

menggunakan model SETS lebih baik (tinggi) dari
model PBI pada siswa kelas VIII SMPN 1 Kedungwuni
Kabupaten

Pekalongan.

Hasil

rata-rata

post

test

dengan pendekatan SETS sebesar 80,125 sedangkan
dengan pendekatan PBI diperoleh hasil post test ratarata sebesar 75.
Menurut Sudarwanto; (2009) dalam tesisnya
yang berjudul Kajian Pendidikan Lingkungan Hidup di
SD, SMP terhadap perilaku Siswa dalam Rangka
Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan di Kabupaten
Demak, menunjukkan bahwa Pendidikan lingkungan
hidup yang diajarkan di SD dan SMP di kabupaten
Demak dilakukan melalui pendekatan monolitik dan
Interogratif, pelaksanaan pendidikan LH di SD dan
SMP

kabupaten Demak dilakukan dengan struktur

kurikulum dan penilaian yang baik. Perilaku siswa di
sekolah

sudah

turut

serta

dalam

pengelolaan

lingkungan.
39

Menurut Mohamad Termizi Borhan dan Zuraida
Ismail (2011), dalam Malaysian Journal of Learning
and

Instruction,

volume

8,

Pre-Service

berjudul

Teacher’s Perseption Toward Environmental knowledge,
Altitudes and Behaviours, menunjukkan bahwa total
rata-rata

rendah

lingkungan

yang

pengetahuan
perubahan

pada

pengetahuan

mengindikasikan

tentang
iklim,

komponen

isu

lingkungan

sedangkan

sikap

kurangnya
terutama
lingkungan

menunjukkan hasil yang signifikan dan perilaku
lingkungan

menunjukkan

skor

tertinggi

yang

mengindikasikan ketaatan persiapan pembelajaran.
Menurut Deeksha Dave (2012), Indian Journal
of Environmental Education, Volume 12, berjudul
Impact

of

Environmental

Studies

On

The

Environmentally Appropriate Behaviour and Awareness
of Students of Udaipur and Gautam Buddh Nagar City,
menunjukkan bahwa jenis kelamin dan tingkatan
pendidikan dapat memperbaiki tingkat kesadaran dan
sikap yang berwawasan lingkungan, meskipun siswa
diberi banyak pelatihan tentang isu lingkungan, tetapi
jika kesadaran dan perilaku tanggung jawab terhadap
lingkungan lebih rendah maka siswa yang diharapkan
tidak menunjukkan hasil yang signifikan.
Pemelitian yang dilakukan oleh Saefi (2010)
menunjukkan

bahwa

pembelajaran

dengan

pendekatan lingkungan hidup mampu memberikan
40

efek

positif

kepada

siswa,

sehingga

dapat

meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
yang

disampaikan

lingkungan

alam

pembelajaran
penelitian

dilakukan

bahwa

oleh

salaj

digunakan.

lingkungan

didukung

cara

sebagai

yang

yang

menyebutkan
berbasis

dengan

oleh

satu

media

Berbeda

dengan

Ghufron

(2007),

keberhasilan
hidup

di

perencanaan,

mengunakan

pembelajaran

SMPN

1

Banten

pelaksanaan

dan

pengawasan yang optimal oleh stake holder yang
bersifat material maupun spiritual.
Penelitian dari Wesnawa (2004), menjelaskan
bahwa kerusakan lingkungan dapat diminimalkan
dengan cara meningkatkan kesadaran dan kepedulian
terhadap

lingkungan

melalui

salah

satunya

pembelajaran di sekolah yaitu penekanan melalui
pembelajaran geografi. Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pujio (2011) dalam tesisnya mejelaska
studi komparasi kesadaran lingkungan hidup dengan
model problem base instruction (PBI) dan science,
enviorenment, technology (SETS), menunjukkan bahwa
pendekatan SETS lebih tinggi memberikan pengaruh
terhadap kesadaran siswa akan lingkungan hidup
dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran PBI.
Berbeda dengan penelitian oleh Sudarwanto
(2009), bahwa
dan

SMP

pendidikan lingkungan hidup di SD

dapat

berjalan

dengan

baik

melalui
41

pendekatan monolitik yang sudah terintegrasi dengan
kurikulum dan penilaian pembelajaran. Penelitian
yang dilakukan Borhan dan Ismail (2011), dalam
Malaysian jurnal, menjelaskan bahwa total rata-rata
rendah pada komponen pengetahuan lingkungan yang
mengindikasikan kurangnya pengetahuan tentang isu
lingkungan

terutama

perubahan

iklim.

Berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh Deeksha Dave
(2012) dalam Indian jurnal, menjelaskan bahwa jenis
kelamin dan tingkatan pendidikan dapat memperbaiki
tingkat

kesadaran

dan

sikap

yang

berwawasan

lingkungan, meskipun siswa diberi banyak pelatihan
tentang isu lingkungan, tetapi jika kesadaran dan
perilaku tanggungjawab terhadap lingkungan lebih
rendah

maka

siswa

yang

diharapkan

tidak

menunjukkan hasil yang signifikan.

2.7 Kerangka Berpikir
Untuk

menjadikan

sekolah

yang

memiliki

predikat sebagai sekolah Adiwiyata, khususnya di SMP
Negeri 2 Boja Kendal, maka diperlukan kerjasama
yang baik dan integral antar sesama masyarakat
sekolah baik dari pihak kepala sekolah, guru dan
siswa.

Semua

anggota

sekolah

hendaknya

satu

persepsi dan sejalan dalam menjalankan program
adiwiyata

berangkat

dari

kesadarannya

dalam
42

menjadikan

sekolah

yang

bernuansa

kelestarian

lingkungan.
Untuk
pihak

mewujudkan

sekolah

program

hendaknya

Adiwiyata

memiliki

ini,

panduan

pelaksanaan yang baku sehingga bisa menjadi acuan
semua

pihak.

Dengan

memperhatikan

segala

konsekuansinya yang menjadi penghambat maupun
pendukung keterlaksanaan program adiwiyata, peneliti
menjadikan buku panduan sebagai langkah awal bagi
SMP Negeri 2 Boja menuju sekolah Adiwiyata.
Kerangka

berpikir

Penelitian

ini

secara

sederhana dapat dilihat sebagaimana bagan berikut:
Needs assessment,
Identifikasi visi &
misi Sekolah
Adiwiyata

Analisis Eksternal
(Peluang &
Ancaman)

Analisis Internal
(Kekuatan &
Kelemahan)

Merumuskan
isu-isu strategis

Evaluasi &
validasi draf
renstra oleh
para ahli

Menyusun draf
Renstra Seklah
Adiwiyata

Gambar 2.2 Kerangka Pikir
43

Penelitian ini diawali dengan melakukan analisis
kebutuhan dengan menggali permasalahan yang ada
di lapangan serta potensi-potensi apa yang dimiliki
sekolah untuk dapat dikembangkan , selain itu juga
melakukan

identifikasi

visi

dan

misi

sekolah

Adiwiyata, maka dapat diketahui apa saja hal-hal yang
perlu diperbaiki dan dikembangkan dalam kaitannya
menuju sekolah Adiwiyata. Setelah melakukan need
assessment selanjutnya penelitit melakukan analisis
internal dan eksternal sekolah dengan menggunakan
teknik analisis SWOT. Dari hasil analisis SWOT maka
dapat diketahu strategi apa yang akan digunakan
dalam mewujudkan sekolah Adiwiyata. Selanjutnya
peneliti

merumuskan

strategi

berdasarkan

hasil

analisis SWOT ke dalam bentuk rencana strategis
sekolah Adiwiyata. Setelah dibuat produk berupa
renstra,
validasi

selanjutnya
oleh

produk

beberapa

pakar

tersebut
yang

dilakukan

kompeten

di

bidangnya. Produk yang sudah direvisi selanjutnya
diujicobakan,

dan

dilakukan

evaluasi

untuk

mengetahui apakah strategi-stretegi yang dibuat dapat
menyelesaikan masalah atau tidak.

44

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

AN ANALYSIS OF GRAMMATICAL ERRORS IN WRITING DESCRIPTIVE PARAGRAPH MADE BY THE SECOND YEAR STUDENTS OF SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

44 306 18

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20