BAB II KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perencanaan Strategis Menuju Sekolah Adiwiyata di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pendidikan Lingkungan Hidup
Pendidikan sebagai proses kegiatan siswa dan
guru dalam pembelajaran. Undang undang No 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa pendidikan adalah sebuah usaha
yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar
peserta
didik
secara
aktif
mengembangkan
potensi yang dimilikinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan memberikan peluang kepada peserta didik
untuk mengembangkan potensi yang bermanfaat bagi
peserta didik maupun lingkungan.
Manusia dan lingkungan hidup merupakan dua
hal yang tidak dapat dipisahkan. Lingkungan hidup
sangat mempengaruhi pengetahuan, ketrampilan dan
upaya
manusia
dalam
memenuhi
kebutuhan
hidupnya. Dalam Undang undang No 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
disebutkan
bahwa:
Lingkungan
hidup
adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan
mahluk
hidup
termasuk
manusia
dan
7
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan
perikehidupan,
dan
kesejahteraan
manusia serta mahluk mahluk hidup lainnya.
2.1.1 Pengertian
(PLH).
Pendidikan
Lingkungan
Hidup
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) merupakan
upaya
mengubah
dilakukan
masyarakat
oleh
yang
perilaku
dan
berbagai pihak
bertujuan
sikap
atau
yang
elemen
untuk meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran mayarakat
tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan
lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan
masyarakat
pelestarian
untuk berperan aktif dalam upaya
dan
keselamatan
lingkungan
untuk
kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.
Hal ini sesuai dengan definisi pendidikan lingkungan
hidup menurut UNESCO, uraianya adalah sebagai
berikuit:
Pendidikan lingkungan hidup menurut konvensi
UNESCO (1997) di Tbilisi dalam Sudaryanti (2009)
merupakan suatu proses yang bertujuan untuk
menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki
kepedulian terhadap lingkungan dan masalahmasalah yang terkait didalamnya serta memiliki
pengetahuan, motivasi, komitmen dan keterampilan
untuk bekerja baik secara perorangan maupun
kolektif dalam mencari alternatif atau memberi solusi
terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada
sekarang dan untuk menghindari timbulnya masalahmasalah lingkungan hidup yang baru.
Pendapat lain tentang pendidikan lingkungan
hidup bahwa Pendidikan lingkungan hidup adalah
8
suatu proses yang bertujuan untuk mengembangkan
kesadaran umat manusia akan lingkungan hidup
dengan
seluruh
didalamnya
permasalahan
Soeriatmadja
(1997).
yang
Dari
terdapat
pengertian
tentang pendidikan lingkungan hidup di atas dapat
disimpulkan bahwa pendidikan lingkungan hidup
adalah suatau usaha untuk memberikan pengetahuan
dan wawasan kepada masyarakat supaya peduli
dengan lingkungan serta menumbuhkan gagasan dan
ide setiap individu dalam memberikan solusi untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan lingkungan.
Pendidikan
lingkungan
hidup
mempelajari
permasalahan lingkungan khususnya masalah dan
pengelolaan pencemaran, kerusakan lingkungan serta
sumber daya dan konservasi (Tim MKU PLH, 2014: 2).
Pendidikan
lingkungan
hidup
mempunyai
fungsi
untuk meminimalisir kerusakan lingkungan, hal ini
dilakukan
pemahaman
pemecahan
sebagai
dan
dan
upaya
untuk
kepedulian
pencegahan
meningkatkan
masyarakat
timbulnya
dalam
masalah
lingkungan.
Chaerudin Hasyim (2004) menyebutkan bahwa
pada tahun 2004 dikeluarkan kebijakan pendidikan
lingkungan hidup oleh 4 (empat) lembaga, yaitu:
Departemen
Dalam
Negeri,
Departemen
Agama,
Departemen Pendidikan Nasional dan Kementerian
9
Lingkungan Hidup. Isi dari kebijakan pendidikan
lingkungan hidup itu adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
1)
2)
d.
1)
2)
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) adalah upaya
mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh
berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan
dan isu Permasalahan lingkungan yang pada akhirnya
dapat menggerakkan kselamatan lingkungan untuk
generasi sekarang dan yang akan datang.
Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) adalah
mendorong dan memberikan kesempatan kepada
masyarakat
dalam
memperoleh
pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang pada akhirnya dapat
menumbuhkan
kepedulian,
komitmen
untuk
melindungi,
memperbaiki
serta
memanfaatkan
lingkungan hidup secara bijaksana, tuut menciptakan
pola perilaku baru yang bersahabat dengan lingkungan
hidup, mengembangkan etika lingkungan hidup dan
memperbaiki kualitas hidup.
Sasaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) meliputi:
Terlaksananya Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)
sehingga tercipta kepedulian dan komitmen masyarakat
dalam
turut
melindungi,
melestarikan
dan
meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
Tercakupnya seluruh kelompok masyarakat, baik di
pedesaan dan perkotaan, tua dan muda,laki-laki dan
perempuan di seluruh wilayah Indonesia sehingga
tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) bagi
seluruh rakyat Indonesia dapat terwujud dengan baik.
Ruang lingkup Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH),
meliputi:
Pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)
melalui jalur fomal, non formal dan jalur informal oleh
seluruh pemangku kepentingan.
Pengembangan berbagai aspek yang mencakup:
a). Kelembagaan; b) SDM selaku pelaku/ pelaksana
maupun selaku obyek PLH; c) Sarana dan prasarana; d)
Pendanaan; e) materi; f) Komunikasi dan informasi; g)
Peran serta masyarakat; h) Metode pelaksanaan pembelajaran.
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa tujuan
dari pendidikan lingkungan hidup pada umumnya
adalah
memberikan
pengetahuan
kepada
10
masyarakat tentang pentingnya lingkungan hidup
bagi manusia, sehingga setiap individu diharapkan
mempunyai wawasan tentang peduli lingkungan
dan dapat memberikan solusi atas permasalahan
lingkungan
yang
di
hadapi.
Untuk
itu
perlu
diberikan wawasan lingkungan hidup ini kepada
masyarakat salah satunya dengan memberikan
pengetahuan dan wawasan lingkungan hidup sejak
dini pada anak usia sekolah. Didukung dengen
peran
serta
masyarakat
dalam
melestarikan
lingkungan,
supaya
menjaga
dan
tujuan
dari
pendidikan lingkungan hidup dapat tercapai.
2.1.2 Pembelajaran Berbasis Lingkungan Hidup
Salah satu model pembelajaran yang bisa
diterapkan
learning,
di
kelas
yaitu
adalah
model
lingkungan
yang
memperoleh
pengalaman
model
environmental
pembelajaran
dikembangkan
lebih
berbasis
agar
siswa
berkaitan
dengan
lingkungan sekitar. Ali (2010: 26) menyatakan bahwa,
“Model
environmental
learning
adalah
model
pembelajaran yang mengedepankan pengalaman siswa
dalam hubungannya dengan alam sekitar, sehingga
siswa dapat dengan mudah memahami isi materi yang
disampaikan”,
artinya,
model
pembelajaran
environmental learning ditujukan agar siswa dapat
memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
11
Model environmental learning digunakan dengan
tujuan agar siswa dapat dengan mudah berinteraksi
dengan bahan pelajaran yang telah disusun dan
disesuaikan dengan model pembelajaran. Dalam buku
Environmental
Learning
and
Experience
an
Interdisciplinary Guide for Teachers, disebutkan bahwa
dalam kerangka pembelajaran lingkungan terdapat
prinsip-prinsip
yang
membantu
guru
dalam
mendesain materi dan strategi pembelajaran berbasis
lingkungan hidup atau alam sekitar. Prinsip yang
pertama yaitu pengalaman langsung, yang bertujuan
untuk merangsang reaksi, kepekaan dan negosiasi
siswa
terhadap
permasalahan
yang
timbul
di
lingkungan sekitar mereka.Prinsip yang kedua yaitu
bagaimana
siswa
melalui
pengalamannya
dapat
menggambarkan dan menyimpulkan prinsip-prinsip
tentang konsep lingkungan hidup dan pelestariannya.
Materi
pembelajaran
yang
disajikan
kepada
siswa disusun dengan melibatkan lingkungan sekitar.
Yaitu dengan menyisipkan tema lingkungan hidup ke
dalam
materi
pembelajaran,
ataupun
dengan
mengadakan kegiatan pembelajaran di lingkungan
alam sekitar. Artinya, pembelajaran bisa dilakukan
tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas
dengan tujuan agar siswa lebih nyaman dan aktif
dalam proses pembelajaran.
12
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
model environmental learning yaitu isi dan prosedur
pembelajaran
pembelajar,
harus
sesuai
pengetahuan
memberikan
jalan
dengan
yang
keluar
lingkungan
diberikan
dalam
harus
menanggapi
permasalahan lingkungan.
Buah dari proses pendidikan dan pembelajaran
akhirnya akan bermuara pada lingkungan. Manfaat
keberhasilan pembelajaran akan terasa manakala apa
yang diperoleh dari pembelajaran dapat diaplikasikan
dan diimplementasikan dalam realitas kehidupan.
Inilah salah satu sisi positif yang melatarbelakangi
pembelajaran dengan pendekatan lingkungan.
Model environmental learning merupakan model
pembelajaran berbasis lingkungan yang bertujuan
agar
siswa
dapat
memiliki
kepedulian
terhadap
lingkungan. Penggunaan model pembelajaran ini dapat
dilakukan dengan sistem belajar di luar kelas agar
siswa
memiliki
pengalaman
lebih
dan
proses
pembelajaran bisa menyenangkan.
Model
lingkungan,
pembelajaran
bukan
dengan
merupakan
pendekatan
pendekatan
pembelajaran yang baru, melainkan sudah dikenal
dan populer, hanya saja sering terlupakan.Adapun
yang dimaksud dengan pendekatan lingkungan adalah
suatu
strategi
pembelajaran
yang
memanfaatkan
lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar,
13
dan sarana belajar.Pembelajaran dengan pendekatan
lingkungan
sangat
efektif
diterapkan
di
sekolah.
Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa
dapat
dengan
mudah
dikuasai
siswa
melalui
pengamatan pada situasi yang konkret.
Basile
(dalam
Bartosh,
2003)
menyebutkan
bahwa pembelajaran dengan pendekatan lingkungan
mendorong siswa untuk belajar “melakukan ilmu
pengetahuan” bukan hanya belajar “mengetahui ilmu
pengetahuan”.
Menggunakan
alam
sebagai
laboratorium luar ruangan membantu kondisi yang
kondusif
untuk
belajar.
Dampak
positif
dari
diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa
dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang
sesuatu yang ada di lingkungannya.
Seandainya kita renungi empat pilar pendidikan
yakni learning to know (belajar untuk mengetahui),
learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya),
learning to do (Belajar untuk mengerjakan sesuatu)
dan learning to life together (belajar untuk bekerja
sama)
dapat
dengan
dilaksanakan
pendekatan
melalui
lingkungan
pembelajaran
yang
dikemas
pasti
memiliki
sedemikian rupa oleh guru.
Setiap
model
pembelajaran
kelebihan dan kelemahan yang berbeda. Hal tersebut
diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan siswa dan
kesiapan
guru.
Adapun
yang
menjadi
kelebihan
14
penggunaan
model
environmental
learning
adalah
siswa tidak bosan dengan apa yang dipelajari, siswa
mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan
cara mengamati sendiri, dan menumbuhkan kecintaan
siswa terhadap lingkungan” (Ali, 2010: 34). Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa dengan model
environmental learning siswa akan lebih memahami
dirinya sendiri dan lingkungannya. Selain itu, siswa
juga akan memiliki kecintaan terhadap lingkungan
sekitar mereka.
Selain memiliki kelebihan, model environmental
learning juga memiliki kelemahan (Ali, 2010: 34)
mengungkapkan bahwa, “Kelemahan environmental
learning diantaranya yaitu membutuh-kan tenaga
yang
lebih,
dan
hanya
dapat
digunakan
dalam
beberapa materi pembelajaran”. Tenaga lebih yang
dimaksud yaitu keahlian guru dalam menyusun tema
materi pembelajaran yang harus disesuaikan dengan
lingkungan belajar siswa.
2.1.3 Kendala Belajar di Luar Kelas
Pada model Environmental Learning, belajar
di
luar ruangan sering terkendala oleh banyak faktor
yang
menyebabkan keengganan
para
guru
untuk
melakukannya. Menurut Ali (2010), banyak kendala
yang harus dihadapi ketika pembelajaran dilakukan
di luar ruangan. Kendala-kendala tersebut antara lain:
a) Volume dan kekuatan suara harus lebih besar, agar
15
dapat
ditangkap
mengeluarkan
oleh
tenaga
audiens,
ekstra
b)
untuk
Guru
harus
memusatkan
perhatian audiens, c) Model pembelajaran harus
dibuat menarik, variatif, d) Sangat tergantung cuaca,
e) Konsentrasi audiens kurang.
Dari
kendala-kendala
yang
dihadapi
ketika
melaksanakan pembelajaran di luar sekolah, dibutuh
kan kreatifitas guru sehingga aktivitas siswa dapat
dikendalikan serta dapat berjalan sesuai rencana
pembelajaran.
pembelajaran
Susilowati
di
luar
(2013),
kelas
dan
berikut
cara
model
mengatasi
permasalahannya: a) siswa keluyuran, guru harus
membentuk siswa dalam kelompok agar mudah dalam
pengawasannya,
b)
gangguan
konsenterasi,
guru
harus memilih objek yang menyenangkan sehingga
siswa menjadi semangat, c) kurang tepat waktu, telah
disepakati
waktu
pembelajaran
dan
bagi
yang
terlambat akan mendapat hukuman, d) pengelolaan
kelas yang sulit, dibatasi area yang akan digunakan
dalam pembelajaran, d) kondisi luar kelas yang
terkadang terlalu panas atau dingin, cuaca dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran.
16
2.2 Pendidikan
Sekolah
Lingkungan
Hidup
di
Pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup dapat
dilakukan
melalui
jalur
pendidikan
formal
yaitu
sekolah (Trivedi, 2004:8-9). Pendidikan lingkungan
hidup pada jalur pendidikan formal dapat ditempuh
melalui dua pendekatan yaitu, pendekatan monolitik
dan pendekatan integratif menurut,( Khairi 2012)
2.2.1 Pendekatan monolitik.
Pendekatan monolitik adalah pendekatan yang
didasarkanpada suatu pemikiran bahwa setiap mata
pelajaran merupakan komponen yang berdiri sendiri
dalam kurikulum dan mempunyai tujuan tertentu
dalam
kesatuan
monolitik
yang
utuh.
Pendidikan
Dengan
pendekatan
Lingkungan
Hidup
(PLH)dijadikan satu disiplin ilmu baru yang nantinya
dijadikan mata pelajaran yang terpisah dari ilmu ilmu
lain.
Pendekatan monolitik memiliki kelebihan dan
kekurangan.Kelebihan
dari
monolitik
adalah
,pendidikan lingkungan hidup menjadi mata pelajaran
yang berdiri sendiri sehingga persiapan mengajar lebih
mudah dan bahan pembelajaran dapat diketahui dari
silabus, pengetahuan yang diperoleh
siswa lebih
sintesis, pencapaian tujuan bisa lebih bermakna, dan
evaluasi
belajar
bisa
lebih
jelas
dan
mudah.
Kelemahan pendekatan monolitik adalah, perlu dibuat
17
silabus PLH sebagai mata pelajaran yang berdiri
sendiri sejajar dengan mata pelajaran lain,perlu tenaga
pengajar
yang
mempunyai
spesialisasi
dalam
pendidikan lingkungan, dan menambah beban belajar
siswa.
2.2.2 Pendekatan terpadu (integratif)
Pendekatan
terpadu
(integratif)
adalah
pendekatan yang didasarkan pemaduan Pendidikan
Lingkungan
Hidup
dengan
mata
pelajaran
lain.Pendekatan integratif dapat ditempuh dengan cara
membangun unit pokok bahasan yang disiapkan
untuk dipadukan ke dalam mata pelajaran tertentu.
Pendekatan terpadu atau integratif memiliki
kelebihan dan kekurangan seperti halnya dengan
pendekatan monolitik.Kelebihan pendekatan terpadu
adalah,tidak perlu menambah tenaga pengajar khusus
dibidang pendidikan lingkungan, dengan semakin
banyak guru mata pelajaran yang terlibat maka materi
tentang lingkungan hidup yang diperoleh siswa juga
semakin
banyak.Kelemahan
pendekatan
terpadu
adalah, perlu mengubah silabus dan jam pelajaran
yang
telah
ada,
timbul
kesulitan
dalam
proses
memadukan pendidikan lingkungan hidup ke dalam
mata pelajaran lain,keterbatasan waktu yang tersedia
dapat menghambat tercapainya tujuan , dan perlu
adanya cara khusus dalam evaluasi karena adanya
dua tujuan dalam satu kegiatan pembelajaran.
18
2.3 Program Sekolah Adiwiyata
2.3.1 Pengertian Adiwiyata
Salah satu penerapan pendidikan lingkungan
hidup di sekolah yaitu melalui program Adiwiyata.
Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup
(2010:2) ”Program Adiwiyata adalah salah satu program
Kementerian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka
mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran
warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan
hidup”.
Dalam hal ini diharapkan setiap warga sekolah ikut
terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan
yang sehat serta menghindari dampak lingkungan
yang negatif.
Kata Adiwiyata berasal dari bahasa Sansekerta,
terdiri dari dua kata, yakni “Adi” dan “Wiyata”. “Adi”
mempunyai makna: besar, agung, baik, ideal atau
sempurna
tempat
sedangkan
dimana
Wiyata
mempunyai
seseorang
mendapat
makna:
ilmu
pengetahuan, norma dan etika dalam berkehidupan
sosial. Jadi, Adiwiyata mempunyai pengertian atau
makna tempat yang baik dan ideal dimana dapat
diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai
norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia
menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan
menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan.
Adiwiyata adalah suatu program pengelolaan
lingkungan hidup di sekolah. Program ini merupakan
tindak
lanjut
dari
kesepakatan
bersama
antara
Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor Kep.07/MENLH/06/2005
19
dan Nomor 05/VI/KB/2005 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Lingkungan Hidup.
2.3.2 Tujuan Adiwiyata
Dalam Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata
adalah Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor
02
tahun 2009
dinyatakanbahwa
Tujuan
umum Adiwiyata adalah membentuk sekolah peduli
dan berbudaya lingkungan yang mampu berpartisipasi
dan melaksanakan upaya pelestarian lingkungan dan
pembangunan
berkelanjutan bagi
kepentingan
generasi sekarang maupun yang akan datang. Adapun
tujuan khusus mewujudkan warga sekolah yang
bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan melalui tata kelola sekolah
yang baik untuk untuk mendukung pembangunan
ber- kelanjutan.
Menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah
untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran
warga sekolah, sehingga di kemudian hari warga
sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam
upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan
pembangunan berkelanjutan.
Kegiatan utama diarahkan pada terwujudnya
kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya
lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di
Indonesia. Disamping pengembangan norma-norma
dasar yang antara lain: kebersamaan, keterbukaan,
20
kesetaraan,
kejujuran,
keadilan,
dan
kelestarian
fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam. Serta
penerapan prinsip dasar yaitu: partisipatif, dimana
komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah
yang
meliputi
keseluruhan
proses
perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan
peran; serta berkelanjutan, dimana seluruh kegiatan
harus dilakukan secara terencana dan terus menerus
secara komperensif.
Untuk mencapai tujuan Adiwiyata ada empat
komponen program yang merupakan satu kesatuan
yang utuh: a) kebijakan berwawasan, b) pelaksanaan
kurikulum
berbasis
lingkungan
berbasis
lingkungan,
partisipasif,
c)
d)
kegiatan
pengelolaan
sarana pendukung ramah lingkungan.
2.3.3 Indikator dan Kriteria Adiwiyata
a. Pengembangan
Kebijakan
Sekolah
Peduli
dan
Berbudaya Lingkungan.
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan
berbudaya lingkungan maka diperlukan beberapa
kebijakan
sekolah
laksanakannya
lingkungan
sesuai
mendukung
kegiatan-kegiatan
hidup
dengan
yang
oleh
semua
prinsip-prinsip
di-
pendidikan
warga
dasar
sekolah
Program
Adiwiyata yaitu partisipatif dan berkelanjutan.
Pengembangan kebijakan sekolah tersebut antara
lain:
21
1) Visi dan misi sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.
2) Kebijakan
sekolah
dalam
mengembangkan
pembelajaran pendidikan lingkungan hidup.
3) Kebijakan peningkatan kapasitas sumber daya
manusia
(tenaga
kependidikan
dannon-
kependidikan) di bidang pendidikan lingkungan
hidup.
4) Kebijakan sekolah dalam upaya penghematan
sumber daya alam.
5) Kebijakan
sekolah
yang
mendukung
terciptanya lingkungan sekolah yang bersih
dan sehat.
6) Kebijakan sekolah untuk pengalokasian dan
penggunaan dana bagi kegiatan yang terkait
denganmasalah lingkungan hidup.
b. Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan.
Penyampaian materi lingkungan hidup kepada
para siswa dapat dilakukan melalui kurikulum
secara terintegrasi atau monolitik. Pengembangan
materi, model pembelajaran dan metode belajar
yang bervariasi, dilakukan untuk memberikan
pemahaman kepada siswa tentang lingkungan
hidup yang dikaitkan dengan persoalan lingkungan
sehari-hari (isu lokal). Pengembangan kurikulum
tersebut dapat dilakukan antara lain:
22
1) Pengembangan model pembelajaran lintas mata
pelajaran.
2) Penggalian
persoalan
dan
pengembangan
lingkungan
hidup
materi
yang
dan
ada
di
masyarakat sekitar.
3) Pengembangan
metode
belajar
berbasis
lingkungan dan budaya.
4) Pengembangan
meningkatkan
kegiatan
kurikuler
pengetahuan
dan
untuk
kesadaran
siswa tentang lingkungan hidup (Chaeruddin
Hasyim, 2004).
c. Pengembangan Kegiatan Berbasis Partisipatif
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan
berbudaya
lingkungan,
warga
sekolah
perlu
dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran
lingkungan
hidup.
Selain
itu
sekolah
juga
diharapkan melibatkan masyarakat disekitarnya
dalam
melakukan
berbagai
kegiatan
yang
memberikan manfaat baik bagi warga sekolah,
masyarakat
maupun
lingkungannya.
Kegiatan-
kegiatan tersebut antara lain:
1) Menciptakan
kegiatan
ekstra
kurikuler/
kurikuler di bidang lingkungan hidup berbasis
patisipatif di sekolah.
2) Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang
dilakukan oleh pihak luar.
23
3) Membangun
kegiatan
memprakarsai
kemitraan
pengembangan
atau
pendidikan
lingkungan hidup di sekolah.
d. Pengelolaan
dan
Pengembangan
Sarana
Pendukung Sekolah
Dalam mewujudkan sekolah yang peduli dan
berbudaya lingkungan perlu didukung sarana dan
prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan
lingkungan hidup, antara lain meliputi:
1) Pengembangan fungsi sarana pendukung
sekolah yang ada untuk pendidikan lingkungan
hidup.
2) Peningkatan kualitas penge-lolaan lingkungan
di dalam dan di luar kawasan sekolah.
3) Penghematan sumberdaya alam (listrik, air,
dan ATK).
4) Peningkatan kualitas pelayanan makanan
sehat.
5) Pengembangan sistem pengelolaan sampah.
2.3.4 Pelaksanaan Program Adiwiyata di Sekolah
Kementrian
Lingkungan
Hidup
(2012),
menjelaskan bahwa pelaksanaan program Adiwiyata
oleh tim sekolah terdiri dari beberapa unsur sebagai
berikut: guru, siswa, dan komite sekolah. Tim sekolah
ditetapkan melalui SK Kepala Sekolah. Peran dan
tugas pokok dari tim sekolah adalah sebagai berikut:
24
a. Mengkaji
kondisi
lingkungan
hidup
sekolah,
kebijakan sekolah, kurikulum sekolah, kegiatan
sekolah, dan sarana prasarana;
b. Membuat
rencana
kerja
anggaran
sekolah
berdasarkan
tersebut
di
atas,
dan
dan
mengalokasikan
hasil
disesuaikan
kajian
dengan
komponen, standar, dan implementasi adiwiyata;
c. Melaksanakan rencana kerja sekolah;
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi;
e. Menyampaikan laporan kepada kepala sekolah
tembusan
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten/Kota dan Instansi terkait.
2.4 Rencana Strategis
2.4.1. Pengertian Rencana Strategis
Malayu (dalam Mulyadi, 2012) rencana adalah
keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai
satu tujuan tertentu. Jadi setiap rencana mengandung
dua unsure yaitu tujuan dan pedoman. Perencanaan
merupakan hal yang mutlak perlu dilakukan demi
suksesnya pembaharuan pendidikan. Agar kerja sama
dan
upaya
pendaya
gunaan
sumber/lingkungan
terarah pada sasaran, pembaharuan pendidikan perlu
direncanakan secara cermat dan mantap (Mulyasa;
2009).
Lebih lanjut Tjokroamidojo (dalam Nasution,
2012), Perencanaan ini pada asasnya berkisar kepada
dua hal, yang pertama, ialah penentuan pilihan secara
sadar mengenai tujuan konkrit yang hendak dicapai
25
dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai-nilai
yang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan dan
yang kedua ialah pilihan diantara cara-cara alternatif
serta rasional guna mencapai tujuan tujuan tersebut.
G.R Terry (dalam Mulyadi, 2012), Perencanaan
adalah memilih dan menghubungkan fakta, membuat
serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa
yang akan datang dengan jalan menggambarkan yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Sedangkan
Martoyo
(dalam
Mulyadi
2012)
menyebutkan suatu perencanaan harus senantiasa
berpijak
pada
penggunaan
kenyataan
asumsi-asumsi
yang
ada,
untuk
masa
disertai
depan,
sehingga sasaran yang ingin dicapai benar-benar
dapat diwujudkan.
Dari uraian pendapat di atas sehingga dapat
disimpulkan
bahwa
perencanaan
adalah
suatu
keputusan berdasarkan fakta-fakta mengenai tujuan
tertentu yang hendak dicapai serta memilih cara-cara
alternatif guna mencapai tujuan tersebut sesuai waktu
yang ditentukan.
Alex
MA
(2005).
Menurut
istilah,
strategi
merupakan rencana dapat dijadikan pegangan dalam
bekerja, berjuang dan berbuat guna memperoleh
kemenangankan
dalam
bersaing.
strategi
adalah
rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu
yang mengaitkan keunggulan strategi sekolah dengan
26
tantangan
lingkungan
yang
dirancang
untuk
memastikan tujuan utama sekolah dapat dicapai
melalui pelaksanaan yang tepat (Purwanto, 2007).
Menurut Rangkuti (2014:3) strategi adalah alat
untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Daft
(2010:249) mendefinisikan strategi (strategy) secara
eksplisit, yaitu rencana tindakan yang menerangkan
tentang alokasi sumber daya serta berbagai aktivitas
untuk
menghadapi
keunggulan
bersaing,
perusahaan.
Strategi
keseluruhan
yang
lingkungan,
dan
adalah
berkaitan
memperoleh
mencapai
tujuan
pendekatan
secara
dengan
pelaksanaan
gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktifitas
dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang
baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema,
mengidentifikasi
faktor
pendukung
yang
sesuai
dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara
rasional, efisien dalam pendanaan dan memiliki taktik
untuk
mencapai
tujuan
secara
efektif.
Strategi
dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup
yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat.
Pengertian
strategi
lainnya
seperti
yang
diutarakan Craig & Grant (2002) adalah strategi
merupakan penetapan sasaran dan tujuan jangka
panjang sebuah perusahaan dan arah tindakan serta
alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai
sasaran dan tujuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
strategi adalah pengelolaan dengan memanfaatkan
27
segala
sumbar
daya
yang
dimiliki
untuk
memenangkan persaingan.
Menurut Edward (dalam Umar, 2002), rencana
strategis adalah rencana yang dilakukan oleh para
manager paling atas dan menengah untuk mencapai
tujuan
organisasi
yang
lebih
luas.
Menurut
Tjokroamidjojo (2000) rencana strategis adalah suatu
cara
bagaimana
dengan
mencapai
menggunakan
tujuan
sebaik-baiknya
sumber-sumber
yang
ada
supaya lebih efisien dan efektif, dengan menentukan
tujuan apa yang akan dicapai atau yang akan
dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa.
Rencana strategis suatu lembaga pendidikan
menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut: mampu
memperbaiki hasil pendidikan, membawa perubahan
yang lebih baik, prioritas kebutuhan, partisipasi,
keterwakilan, realitas sesuai dengan hasil analisis
SWOT, mendasarkan pada hasil review dan evaluasi,
keterpaduan menyeluruh, transparan, dan keterkaitan
serta kesepadanan secara vertikal dan horizontal
dengan rencana-rencana lain (Tilaar, 2000).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa perencanaan strategis adalah suatu usaha
untuk merancang berbagai alternatif berdasarkan
fakta-fakta dan segala sumber daya yang dimiliki
untuk mencapai tujuan tertentu.
28
2.4.2 Langkah-langkah Menyusun rencana Strategis
Tim
SP4
UGM
penyusunan
(dalam
rencana
Somantri,
strategis
2014),
pendidikan
proses
dapat
dilakukan dalam tiga tahap, yaitu (1) diagnosis, (2)
perencanaan, dan (3) penyusunan dokumen rencana.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa tahap diagnosa dimulai
dengan
mengumpulkan
berbagai
informasi
perencanaan sebagai bahan kajian. Kajian lingkungan
internal
bertujuan
untuk
memahami
kekuata-
kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) dalam
pengelolaan pendidikan. Sementara kajian lingkungan
eksternal
bertujuan
untuk
peluang
(opportunities)
mengungkap
dan
peluang-
tantangan-tantangan
(threats) dalam penyelenggaraan pendidikan.
Somantri
(2014),
menjelaskan
bahwa
tahap
perencanaan dimulai dengan menetapkan visi dan
misi. Visi (vision) merupakan gambaran (wawasan)
tentang keadaan yang diinginkan di masa depan.
Sementara misi (mission) ditetapkan dengan jalan
mempertimbangkan
rumusan
penugasan,
yang
merupakan tuntutan tugas dari luar organisasi dan
keinginan dari lembaga berkaitan dengan visi masa
depan dan situasi yang dihadapi saat ini.
Somantri (2014) lebih lanjut menjelaskan bahwa
setelah menetapkan visi, misi, tahap
selanjutnya
adalah tahap pengembangan dirumuskan berdasarkan
misi yang diemban dan dalam rangka menghadapi isu
29
utama (isu strategis). Urutan strategis pengembangan
disusun
sesuai
dengan
isu-isu
utama.
Dalam
rumusan strategi pengembangan dapat dibedakan
menurut kelompok strategi, dengan rincian terdiri atas
tiga tingkat (strategi utama,substrategi, dan rincian
strategi).
Jadi dapat dirangkum bahwa dalam tahap
perencanaan terlebih dahulu dilakukan penetapan visi
dan
misi,
selanjutnya
visi
dan
misi
tersebut
dikembangkan kedalam bentuk isu-isu strategis, dari
masing-masing isu strategis maka dibuat strategi
untuk
mewujudkan
visi
dan
misi
yang
telah
ditetapkan.
Tahap selanjutnya dalam menyususn rencana
strategis adalah tahap penyususnan dokumen rencana
strategis. Somantri (2014) menjelaskan bahwa dalam
tahap
penyusunan
dokumen
rencana
strategis
dirumuskan secara singkat, tidak terlalu tebal supaya
dipahami dan dapat dilaksanakan oleh tim manajemen
secara luwes. Perumusannya dapat dilakukana sejak
saat
pengkajian
telah
menghasilkan
temuan.
Rumusan visi yang disepakati bersama akan dijadikan
sebagai panduan dalam merumuskan misi dan tujuan
organisasi pendidikan. Hasil kajian tentang kekuatan
dan kelemahan organisasi pendidikan serta peluang
dan
tantangan
eksternalnya
di
suatu
sisi
serta
rumusan visi, misi dan tujuan organisasi pendidikan
30
dapat
menghasilkan
isu-isu
utama
dalam
pembangunan pendidikan dalam konteks masingmasing. Di antar isu-isu yang dikaji, pemilihan
terhadap
strategi
pengembangan
kegiatan
dan
pembangunan pendidikan. Alternatif rencana yang
terbaik adalah alternatif perencanaan yang paling
memungkinkan adanya perubahan manakala dalam
proses
implementasinya
memerlukan
adanya
penyesuaian keadaan.
Proses rencana strategis merupakan langkah
awal
untuk
menentukan
peluang
diterapkannya
srategi yang akan dilaksanakan. Sehingga dapat
dikatakan
bahwa
perencanaan
strategi
dapat
menentukan keberhasilan organisasi/sekolah, hal ini
disebabkan
karena:
a.
perencanaan
strategis
merupakan tipe perencanaan yang terpenting; b.
melakukan perencanaan strategi berarti menetapkan
misi
organisasi/sekolah;
c.
perencanaan
strategi
memungkinkan manajer mempersiapkan diri terhadap
kemungkinan terjadi perubahan pada lingkungan
organisasi/sekolah.
Secara umum perencanaan strategis memuat
unsur-unsur sebagai berikut: a. perumusan visi dan
misi;
b.
pengkajian
lingkungan
eksternal;
c.
pengkajian lingkungan internal; d. perumusan isu-isu
strategi; dan e. penyusunan strategi pengembangan
(yang dapat ditambah dengan tujuan dan sasaran).
31
2.4.3 Manfaat dan Keterbatasan Perencanaan Strategis
Anthony
&
Govindarajan
(2007),
di
dalam
perencanaan terdapat manfaat dan keterbatasan dari
perencanaan strategis, uraiannya sebagai berikut.
a. Manfaat Perencanaan Strategis
1) Kerangka
kerja
untuk
mengembangkan
anggaran
2) Alat pengembangan manajemen
3) Mekanisme yang memaksa manajemen beroikir
jangka panjang
4) Alat untuk menyatukan para manajer dengan
strategi korporasi
b. Keterbatasan Perencanaan Strategis
1) Perencanaan hanya akan menjadi “isi formulir”,
pelaksanaan birokrasi, tidak ada pemikiran
strategis
2) Sebuah
organisasi
bisa
saja
membuat
departemen perencanaan strategis yang besar,
namun
mendelegasikan
persiapan
rencana
strategis pada staf departemenya
3) Perencanaan strategis itu boros waktu dan
biaya.
2.5 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal
maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya
akan
digunakan
untuk
merancang
strategi
dan
program kerja. Analisis internal meliputi penilaian
32
terhadap faktor kekuatan (Strengths), dan kelemahan
(Weakness), sedangkan analisi eksternal mencakup
faktor peluang (Opportunity), dan tantangan (Threaths)
(Mulyasa, 2009:47).
Sallis (2012), SWOT merupakan akronim dari
Strength
(kekuatan),
Weakness
(kelemahan),
Opportunity (kesempatan), dan Threats (ancaman,
rintangan, dan halangan). Berikut adalah penjelasan
dari masing-masing variabel SWOT.
Rangkuti (2009), Strengths adalah beberapa hal yang
merupakan kelebihan dari sekolah yang bersangkutan.
Weaknesses adalah komponen-komponen yang kurang
menunjang keberhasilan penyelenggaraan pendidikan
yang ingin dicapai sekolah. Opportunity adalah
kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai apabila
potensi-potensi
yang
ada
di
sekolah
mampu
dikembangkan
secara
optimal.
Threats
adalah
kemungkinan yang mungkin terjadi atau pengaruh
terhadap kesinambungan dan keberlanjutan kegiatan
penyelenggaraan sekolah.
Untuk lebih jelas maka akan diuraikan langkahlangkah dalam melaksanakan analisis SWOT. Hisyam
(1998), langkah-langkah melakukan analisis SWOT
adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang dan acaman yang dihadapi.
Menentukan
faktor-faktor
yang
menjadi
kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman.
Menetukan bobot relatif masing-masing faktor berdasarkan
tingkat kepentingannya sebagai penentu keberhasilan dalam
pengembangan
Menentukan rating atau skor (1 sampai dengan 5) dari
masing-masing faktor yang menggambarkan kondisi internal
dan eksternal
Menghitung total skor dengan mengalikan bobot dan rating
untuk masing-masing faktor kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman.
Menghitung total skor akhir faktor internal (kekuatan-
33
7.
8.
kelemahan) dan faktor eksternal (peluang - ancaman).
Menentukan posisi strategis dari faktor internal dan faktor
eksternal.
Menentukan rencana strategis berdasarkan posisi dari hasil
analisis SWOT.
Kekuatan dan kelemahan akan dimasukkan ke
dalam tabel IFAS. Sementara itu untuk faktor peluang dan
ancaman
akan
dimasukkan
ke
dalam
tabel
EFAS,
kemudian dihitung bobot dan skornya.
Tabel 2.1
Internal Factors Analysis Summary (IFAS)
NO
1
2
Dst
NO
1
2
Dst
SELISIH
STRENGTHS
SKOR
BOBOT
TOTAL
Dst
Total
kekuatan
WEAKNESS
SKOR
BOBOT
TOTAL
Total
Kelemahan
TOTAL KEKUATAN - TOTAL KELEMAHAN = S - W = X
Sumber: Hisyam, 1998 (http:/daps.bps.go.id)
Tabel 2.2
External Factors Analysis Summary (EFAS)
NO
1
2
Dst
NO
1
2
Dst
SELISIH
OPPORTUNITY
SKOR
BOBOT
Dst
Total Peluang
THREAT
SKOR
BOBOT
Total Ancaman
Total
Total
Ancaman
Ancaman
PELUANG - TOTAL KELEMAHAN =
O - T = Y
TOTAL
TOTAL
Total
Ancaman
Sumber: Hisyam, 1998 (http:/daps.bps.go.id)
Setelah dihitung dari masing-masing faktor internal
dan faktor eksternal, maka dapat diketahui skor IFAS
dan skor EFAS, selanjutnya dimasukkan ke dalam
34
diagram SWOT untuk mengetahui posisi strategi
berada pada kuadran I, II, III, atau IV. Berikut
dijelaskan strategi dari masing-masing kuadran yang
ada di diagram analisis SWOT.
Berikut ini adalah diagram analisis SWOT.
Gambar 2.1 Diagram Analisis SWOT
Sumber: Rangkuti, 2009
Dari
diagram
analisis
SWOT
diatas
yang
dimaksudkan dengan strategi agresif (SO) sebuah
strategi
yang
seluruh
kekuatan
memanfaatkan
digunakan
dengan
sekolah
peluang
untuk
memanfaatkan
merebut
sebesar-besarnya.
dan
Strategi
diversifïkasi (ST) dilakukan dengan memanfaatkan
seluruh
kekuatan
mengatasi
yang
masalah.
dimiliki
Strategi
sekolah
turn-around
untuk
(WO)
dilakukan dengan meminimalkan kelemahan yang ada
di sekolah untuk menangkap peluang. Sedangkan
35
Strategi
defensif
(WT)
dilakukan
dengan
meminimalkan kelemahan yang ada di sekolah untuk
menghindari ancaman.
Kuadran
menandakan
berpeluang.
I
(positif,
sebuah
positif).
organisasi
Rekomendasi
Posisi
ini
kuat
dan
yang
strategi
yang
diberikan
adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi
prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan
untuk
terus
melakukan
ekspansi,
memperbesar
pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
Kuadran
II
(positif,
negatif).
Posisi
ini
menandakan sebuah organisasi yang kuat namun
menghadapi
tantangan
yang
besar.
Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah Strategi Diversifikasi,
artinya organisasi dalam kondisi mantap namun
menghadapi
sejumlah
diperkirakan
roda
tantangan
organisasi
berat
akan
sehingga
mengalami
kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu
pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi
disarankan
untuk
segera
memperbanyak
ragam
strategi taktisnya.
Kuadran
III
(negatif,
positif).
Posisi
ini
menandakan sebuah organisasi yang lemah namun
sangat
berpeluang.
Rekomendasi
strategi
yang
diberikan adalah turn-around (Ubah Strategi), artinya
organisasi
disarankan
untuk
mengubah
strategi
sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan
sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada
sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
Kuadran
menandakan
IV
sebuah
(negatif,
negatif).
organisasi
yang
Posisi
ini
lemah
dan
36
menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi
yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya
kondisi
internal
organisasi
dilematis.
Oleh
untuk
menggunakan
berada
karenanya
pada
organisasi
pilihan
disarankan
strategi
bertahan,
mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin
terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus
berupaya membenahi diri.
2.6 Penelitian Relevan
Untuk
melengkapi
menggunakan
terdahulu
yang
acuan
Penelitian
dari
sejenis.
ini,
beberapa
Penelitian
Peneliti
Penelitian
terdahulu
ini
dimaksudkan untuk membandingkan (meng-compare)
dengan Penelitian ini. Adapun penelitian relevan yang
dimaksudkan adalah sebagai berikut:
Menurut Ahmad Saefi (2010). dalam tesisnya
yang
berjudul
Penerapan
Pendidikan
Hidup di SMA Negeri 2 Batu,
Lingkungan
diketahui
bahwa
Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA
Negeri 2 Batu akan memperoleh pencapaian belajar
secara efektif akan dicapai apabila: a) Penguasaan
siswa terhadap materi yang mereka pelajari, materi
harus relevan dengan lingkungan sekitar, b) agar
siswa lebih mudah dalam menguasai materi, model
pembelajaran
harus
dilaksanakan
secara
menyenagkan. c) Siswa merasa senang dan tertarik
dalam proses pembelajaran, guru dapat menciptakan
37
suasana belajar yang menarik dan menyenangkan
dalam kegiatan belajar mengajar. d) Siswa lebih aktif
untuk menyampikan pendapatnya kaitanya dengan
materi
yang
kurang
dipahami.
e)
Nilai
siswa
mengalami peningkatan, karena lebih paham tentang
materi
yang
disampaikan
dengan
menggunakan
lingkungan alam.
Menurut Ghufron, (2007), dalam tesisnya yang
Pengelolaan
berjudul
pembelajaran
berbasis
lingkungan hidup (Studi Kasus di SMPN 1 Banten)
menunjukkan
berbasis
bahwa
lingkungan
keberhasilan
hidup
di
pembelajaran
SMPN
1
Banten
didukung oleh perencanaan, pelaksanaan, dan control
yang optimal oleh stake holder di sekolah baik yang
bersifat materiil maupun spirituil.
Menurut Wesnawa, (2004), dalam tesisnya yang
berjudul Menumbuhkan Kesadaran Lingkungan melalui
Pembelajaran
Geografi,
menegaskan
bahwa
pembelajaran geografi di setiap jenjang pendidikan
yang
ada
memberikan
kesadaran
untuk
peduli
terhadap lingkungan, maka manusia di republik ini
akan bertanggungjawab terhadap lingkungan, yang
pada akhirnya kerusakan lingkungan akan dapat
diminimalkan.
Menurut Pujio, (2011), dalam tesisnya yang
berjudul
Studi
Komparasi
Kesadaran
Lingkungan
Hidup Melalui Pembelajaran Konsep Lingkungan Hidup
38
Dengan Model Problem Based Instruction (PBI) dan
Science, Environment, Technology (SETS) Pada Siswa
Kelas VIII SMPN 1 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan
Tahun Pelajaran 2010/2011, menunjukkan bahwa Ada
perbedaan peningkatan kesadaran lingkungan siswa
kelas VIII SMPN 1 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan
dengan Pembelajaran Berdasar Masalah (PBI) dan
SETS. tingkat kesadaran lingkungan hidup melalui
pembelajaran
konsep
Lingkungan
Hidup
dengan
menggunakan model SETS lebih baik (tinggi) dari
model PBI pada siswa kelas VIII SMPN 1 Kedungwuni
Kabupaten
Pekalongan.
Hasil
rata-rata
post
test
dengan pendekatan SETS sebesar 80,125 sedangkan
dengan pendekatan PBI diperoleh hasil post test ratarata sebesar 75.
Menurut Sudarwanto; (2009) dalam tesisnya
yang berjudul Kajian Pendidikan Lingkungan Hidup di
SD, SMP terhadap perilaku Siswa dalam Rangka
Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan di Kabupaten
Demak, menunjukkan bahwa Pendidikan lingkungan
hidup yang diajarkan di SD dan SMP di kabupaten
Demak dilakukan melalui pendekatan monolitik dan
Interogratif, pelaksanaan pendidikan LH di SD dan
SMP
kabupaten Demak dilakukan dengan struktur
kurikulum dan penilaian yang baik. Perilaku siswa di
sekolah
sudah
turut
serta
dalam
pengelolaan
lingkungan.
39
Menurut Mohamad Termizi Borhan dan Zuraida
Ismail (2011), dalam Malaysian Journal of Learning
and
Instruction,
volume
8,
Pre-Service
berjudul
Teacher’s Perseption Toward Environmental knowledge,
Altitudes and Behaviours, menunjukkan bahwa total
rata-rata
rendah
lingkungan
yang
pengetahuan
perubahan
pada
pengetahuan
mengindikasikan
tentang
iklim,
komponen
isu
lingkungan
sedangkan
sikap
kurangnya
terutama
lingkungan
menunjukkan hasil yang signifikan dan perilaku
lingkungan
menunjukkan
skor
tertinggi
yang
mengindikasikan ketaatan persiapan pembelajaran.
Menurut Deeksha Dave (2012), Indian Journal
of Environmental Education, Volume 12, berjudul
Impact
of
Environmental
Studies
On
The
Environmentally Appropriate Behaviour and Awareness
of Students of Udaipur and Gautam Buddh Nagar City,
menunjukkan bahwa jenis kelamin dan tingkatan
pendidikan dapat memperbaiki tingkat kesadaran dan
sikap yang berwawasan lingkungan, meskipun siswa
diberi banyak pelatihan tentang isu lingkungan, tetapi
jika kesadaran dan perilaku tanggung jawab terhadap
lingkungan lebih rendah maka siswa yang diharapkan
tidak menunjukkan hasil yang signifikan.
Pemelitian yang dilakukan oleh Saefi (2010)
menunjukkan
bahwa
pembelajaran
dengan
pendekatan lingkungan hidup mampu memberikan
40
efek
positif
kepada
siswa,
sehingga
dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
yang
disampaikan
lingkungan
alam
pembelajaran
penelitian
dilakukan
bahwa
oleh
salaj
digunakan.
lingkungan
didukung
cara
sebagai
yang
yang
menyebutkan
berbasis
dengan
oleh
satu
media
Berbeda
dengan
Ghufron
(2007),
keberhasilan
hidup
di
perencanaan,
mengunakan
pembelajaran
SMPN
1
Banten
pelaksanaan
dan
pengawasan yang optimal oleh stake holder yang
bersifat material maupun spiritual.
Penelitian dari Wesnawa (2004), menjelaskan
bahwa kerusakan lingkungan dapat diminimalkan
dengan cara meningkatkan kesadaran dan kepedulian
terhadap
lingkungan
melalui
salah
satunya
pembelajaran di sekolah yaitu penekanan melalui
pembelajaran geografi. Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pujio (2011) dalam tesisnya mejelaska
studi komparasi kesadaran lingkungan hidup dengan
model problem base instruction (PBI) dan science,
enviorenment, technology (SETS), menunjukkan bahwa
pendekatan SETS lebih tinggi memberikan pengaruh
terhadap kesadaran siswa akan lingkungan hidup
dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran PBI.
Berbeda dengan penelitian oleh Sudarwanto
(2009), bahwa
dan
SMP
pendidikan lingkungan hidup di SD
dapat
berjalan
dengan
baik
melalui
41
pendekatan monolitik yang sudah terintegrasi dengan
kurikulum dan penilaian pembelajaran. Penelitian
yang dilakukan Borhan dan Ismail (2011), dalam
Malaysian jurnal, menjelaskan bahwa total rata-rata
rendah pada komponen pengetahuan lingkungan yang
mengindikasikan kurangnya pengetahuan tentang isu
lingkungan
terutama
perubahan
iklim.
Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Deeksha Dave
(2012) dalam Indian jurnal, menjelaskan bahwa jenis
kelamin dan tingkatan pendidikan dapat memperbaiki
tingkat
kesadaran
dan
sikap
yang
berwawasan
lingkungan, meskipun siswa diberi banyak pelatihan
tentang isu lingkungan, tetapi jika kesadaran dan
perilaku tanggungjawab terhadap lingkungan lebih
rendah
maka
siswa
yang
diharapkan
tidak
menunjukkan hasil yang signifikan.
2.7 Kerangka Berpikir
Untuk
menjadikan
sekolah
yang
memiliki
predikat sebagai sekolah Adiwiyata, khususnya di SMP
Negeri 2 Boja Kendal, maka diperlukan kerjasama
yang baik dan integral antar sesama masyarakat
sekolah baik dari pihak kepala sekolah, guru dan
siswa.
Semua
anggota
sekolah
hendaknya
satu
persepsi dan sejalan dalam menjalankan program
adiwiyata
berangkat
dari
kesadarannya
dalam
42
menjadikan
sekolah
yang
bernuansa
kelestarian
lingkungan.
Untuk
pihak
mewujudkan
sekolah
program
hendaknya
Adiwiyata
memiliki
ini,
panduan
pelaksanaan yang baku sehingga bisa menjadi acuan
semua
pihak.
Dengan
memperhatikan
segala
konsekuansinya yang menjadi penghambat maupun
pendukung keterlaksanaan program adiwiyata, peneliti
menjadikan buku panduan sebagai langkah awal bagi
SMP Negeri 2 Boja menuju sekolah Adiwiyata.
Kerangka
berpikir
Penelitian
ini
secara
sederhana dapat dilihat sebagaimana bagan berikut:
Needs assessment,
Identifikasi visi &
misi Sekolah
Adiwiyata
Analisis Eksternal
(Peluang &
Ancaman)
Analisis Internal
(Kekuatan &
Kelemahan)
Merumuskan
isu-isu strategis
Evaluasi &
validasi draf
renstra oleh
para ahli
Menyusun draf
Renstra Seklah
Adiwiyata
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
43
Penelitian ini diawali dengan melakukan analisis
kebutuhan dengan menggali permasalahan yang ada
di lapangan serta potensi-potensi apa yang dimiliki
sekolah untuk dapat dikembangkan , selain itu juga
melakukan
identifikasi
visi
dan
misi
sekolah
Adiwiyata, maka dapat diketahui apa saja hal-hal yang
perlu diperbaiki dan dikembangkan dalam kaitannya
menuju sekolah Adiwiyata. Setelah melakukan need
assessment selanjutnya penelitit melakukan analisis
internal dan eksternal sekolah dengan menggunakan
teknik analisis SWOT. Dari hasil analisis SWOT maka
dapat diketahu strategi apa yang akan digunakan
dalam mewujudkan sekolah Adiwiyata. Selanjutnya
peneliti
merumuskan
strategi
berdasarkan
hasil
analisis SWOT ke dalam bentuk rencana strategis
sekolah Adiwiyata. Setelah dibuat produk berupa
renstra,
validasi
selanjutnya
oleh
produk
beberapa
pakar
tersebut
yang
dilakukan
kompeten
di
bidangnya. Produk yang sudah direvisi selanjutnya
diujicobakan,
dan
dilakukan
evaluasi
untuk
mengetahui apakah strategi-stretegi yang dibuat dapat
menyelesaikan masalah atau tidak.
44
KAJIAN TEORI
2.1 Pendidikan Lingkungan Hidup
Pendidikan sebagai proses kegiatan siswa dan
guru dalam pembelajaran. Undang undang No 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa pendidikan adalah sebuah usaha
yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar
peserta
didik
secara
aktif
mengembangkan
potensi yang dimilikinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan memberikan peluang kepada peserta didik
untuk mengembangkan potensi yang bermanfaat bagi
peserta didik maupun lingkungan.
Manusia dan lingkungan hidup merupakan dua
hal yang tidak dapat dipisahkan. Lingkungan hidup
sangat mempengaruhi pengetahuan, ketrampilan dan
upaya
manusia
dalam
memenuhi
kebutuhan
hidupnya. Dalam Undang undang No 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
disebutkan
bahwa:
Lingkungan
hidup
adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan
mahluk
hidup
termasuk
manusia
dan
7
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan
perikehidupan,
dan
kesejahteraan
manusia serta mahluk mahluk hidup lainnya.
2.1.1 Pengertian
(PLH).
Pendidikan
Lingkungan
Hidup
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) merupakan
upaya
mengubah
dilakukan
masyarakat
oleh
yang
perilaku
dan
berbagai pihak
bertujuan
sikap
atau
yang
elemen
untuk meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran mayarakat
tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan
lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan
masyarakat
pelestarian
untuk berperan aktif dalam upaya
dan
keselamatan
lingkungan
untuk
kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.
Hal ini sesuai dengan definisi pendidikan lingkungan
hidup menurut UNESCO, uraianya adalah sebagai
berikuit:
Pendidikan lingkungan hidup menurut konvensi
UNESCO (1997) di Tbilisi dalam Sudaryanti (2009)
merupakan suatu proses yang bertujuan untuk
menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki
kepedulian terhadap lingkungan dan masalahmasalah yang terkait didalamnya serta memiliki
pengetahuan, motivasi, komitmen dan keterampilan
untuk bekerja baik secara perorangan maupun
kolektif dalam mencari alternatif atau memberi solusi
terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada
sekarang dan untuk menghindari timbulnya masalahmasalah lingkungan hidup yang baru.
Pendapat lain tentang pendidikan lingkungan
hidup bahwa Pendidikan lingkungan hidup adalah
8
suatu proses yang bertujuan untuk mengembangkan
kesadaran umat manusia akan lingkungan hidup
dengan
seluruh
didalamnya
permasalahan
Soeriatmadja
(1997).
yang
Dari
terdapat
pengertian
tentang pendidikan lingkungan hidup di atas dapat
disimpulkan bahwa pendidikan lingkungan hidup
adalah suatau usaha untuk memberikan pengetahuan
dan wawasan kepada masyarakat supaya peduli
dengan lingkungan serta menumbuhkan gagasan dan
ide setiap individu dalam memberikan solusi untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan lingkungan.
Pendidikan
lingkungan
hidup
mempelajari
permasalahan lingkungan khususnya masalah dan
pengelolaan pencemaran, kerusakan lingkungan serta
sumber daya dan konservasi (Tim MKU PLH, 2014: 2).
Pendidikan
lingkungan
hidup
mempunyai
fungsi
untuk meminimalisir kerusakan lingkungan, hal ini
dilakukan
pemahaman
pemecahan
sebagai
dan
dan
upaya
untuk
kepedulian
pencegahan
meningkatkan
masyarakat
timbulnya
dalam
masalah
lingkungan.
Chaerudin Hasyim (2004) menyebutkan bahwa
pada tahun 2004 dikeluarkan kebijakan pendidikan
lingkungan hidup oleh 4 (empat) lembaga, yaitu:
Departemen
Dalam
Negeri,
Departemen
Agama,
Departemen Pendidikan Nasional dan Kementerian
9
Lingkungan Hidup. Isi dari kebijakan pendidikan
lingkungan hidup itu adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
1)
2)
d.
1)
2)
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) adalah upaya
mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh
berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan
dan isu Permasalahan lingkungan yang pada akhirnya
dapat menggerakkan kselamatan lingkungan untuk
generasi sekarang dan yang akan datang.
Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) adalah
mendorong dan memberikan kesempatan kepada
masyarakat
dalam
memperoleh
pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang pada akhirnya dapat
menumbuhkan
kepedulian,
komitmen
untuk
melindungi,
memperbaiki
serta
memanfaatkan
lingkungan hidup secara bijaksana, tuut menciptakan
pola perilaku baru yang bersahabat dengan lingkungan
hidup, mengembangkan etika lingkungan hidup dan
memperbaiki kualitas hidup.
Sasaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) meliputi:
Terlaksananya Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)
sehingga tercipta kepedulian dan komitmen masyarakat
dalam
turut
melindungi,
melestarikan
dan
meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
Tercakupnya seluruh kelompok masyarakat, baik di
pedesaan dan perkotaan, tua dan muda,laki-laki dan
perempuan di seluruh wilayah Indonesia sehingga
tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) bagi
seluruh rakyat Indonesia dapat terwujud dengan baik.
Ruang lingkup Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH),
meliputi:
Pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)
melalui jalur fomal, non formal dan jalur informal oleh
seluruh pemangku kepentingan.
Pengembangan berbagai aspek yang mencakup:
a). Kelembagaan; b) SDM selaku pelaku/ pelaksana
maupun selaku obyek PLH; c) Sarana dan prasarana; d)
Pendanaan; e) materi; f) Komunikasi dan informasi; g)
Peran serta masyarakat; h) Metode pelaksanaan pembelajaran.
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa tujuan
dari pendidikan lingkungan hidup pada umumnya
adalah
memberikan
pengetahuan
kepada
10
masyarakat tentang pentingnya lingkungan hidup
bagi manusia, sehingga setiap individu diharapkan
mempunyai wawasan tentang peduli lingkungan
dan dapat memberikan solusi atas permasalahan
lingkungan
yang
di
hadapi.
Untuk
itu
perlu
diberikan wawasan lingkungan hidup ini kepada
masyarakat salah satunya dengan memberikan
pengetahuan dan wawasan lingkungan hidup sejak
dini pada anak usia sekolah. Didukung dengen
peran
serta
masyarakat
dalam
melestarikan
lingkungan,
supaya
menjaga
dan
tujuan
dari
pendidikan lingkungan hidup dapat tercapai.
2.1.2 Pembelajaran Berbasis Lingkungan Hidup
Salah satu model pembelajaran yang bisa
diterapkan
learning,
di
kelas
yaitu
adalah
model
lingkungan
yang
memperoleh
pengalaman
model
environmental
pembelajaran
dikembangkan
lebih
berbasis
agar
siswa
berkaitan
dengan
lingkungan sekitar. Ali (2010: 26) menyatakan bahwa,
“Model
environmental
learning
adalah
model
pembelajaran yang mengedepankan pengalaman siswa
dalam hubungannya dengan alam sekitar, sehingga
siswa dapat dengan mudah memahami isi materi yang
disampaikan”,
artinya,
model
pembelajaran
environmental learning ditujukan agar siswa dapat
memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
11
Model environmental learning digunakan dengan
tujuan agar siswa dapat dengan mudah berinteraksi
dengan bahan pelajaran yang telah disusun dan
disesuaikan dengan model pembelajaran. Dalam buku
Environmental
Learning
and
Experience
an
Interdisciplinary Guide for Teachers, disebutkan bahwa
dalam kerangka pembelajaran lingkungan terdapat
prinsip-prinsip
yang
membantu
guru
dalam
mendesain materi dan strategi pembelajaran berbasis
lingkungan hidup atau alam sekitar. Prinsip yang
pertama yaitu pengalaman langsung, yang bertujuan
untuk merangsang reaksi, kepekaan dan negosiasi
siswa
terhadap
permasalahan
yang
timbul
di
lingkungan sekitar mereka.Prinsip yang kedua yaitu
bagaimana
siswa
melalui
pengalamannya
dapat
menggambarkan dan menyimpulkan prinsip-prinsip
tentang konsep lingkungan hidup dan pelestariannya.
Materi
pembelajaran
yang
disajikan
kepada
siswa disusun dengan melibatkan lingkungan sekitar.
Yaitu dengan menyisipkan tema lingkungan hidup ke
dalam
materi
pembelajaran,
ataupun
dengan
mengadakan kegiatan pembelajaran di lingkungan
alam sekitar. Artinya, pembelajaran bisa dilakukan
tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas
dengan tujuan agar siswa lebih nyaman dan aktif
dalam proses pembelajaran.
12
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
model environmental learning yaitu isi dan prosedur
pembelajaran
pembelajar,
harus
sesuai
pengetahuan
memberikan
jalan
dengan
yang
keluar
lingkungan
diberikan
dalam
harus
menanggapi
permasalahan lingkungan.
Buah dari proses pendidikan dan pembelajaran
akhirnya akan bermuara pada lingkungan. Manfaat
keberhasilan pembelajaran akan terasa manakala apa
yang diperoleh dari pembelajaran dapat diaplikasikan
dan diimplementasikan dalam realitas kehidupan.
Inilah salah satu sisi positif yang melatarbelakangi
pembelajaran dengan pendekatan lingkungan.
Model environmental learning merupakan model
pembelajaran berbasis lingkungan yang bertujuan
agar
siswa
dapat
memiliki
kepedulian
terhadap
lingkungan. Penggunaan model pembelajaran ini dapat
dilakukan dengan sistem belajar di luar kelas agar
siswa
memiliki
pengalaman
lebih
dan
proses
pembelajaran bisa menyenangkan.
Model
lingkungan,
pembelajaran
bukan
dengan
merupakan
pendekatan
pendekatan
pembelajaran yang baru, melainkan sudah dikenal
dan populer, hanya saja sering terlupakan.Adapun
yang dimaksud dengan pendekatan lingkungan adalah
suatu
strategi
pembelajaran
yang
memanfaatkan
lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar,
13
dan sarana belajar.Pembelajaran dengan pendekatan
lingkungan
sangat
efektif
diterapkan
di
sekolah.
Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa
dapat
dengan
mudah
dikuasai
siswa
melalui
pengamatan pada situasi yang konkret.
Basile
(dalam
Bartosh,
2003)
menyebutkan
bahwa pembelajaran dengan pendekatan lingkungan
mendorong siswa untuk belajar “melakukan ilmu
pengetahuan” bukan hanya belajar “mengetahui ilmu
pengetahuan”.
Menggunakan
alam
sebagai
laboratorium luar ruangan membantu kondisi yang
kondusif
untuk
belajar.
Dampak
positif
dari
diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa
dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang
sesuatu yang ada di lingkungannya.
Seandainya kita renungi empat pilar pendidikan
yakni learning to know (belajar untuk mengetahui),
learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya),
learning to do (Belajar untuk mengerjakan sesuatu)
dan learning to life together (belajar untuk bekerja
sama)
dapat
dengan
dilaksanakan
pendekatan
melalui
lingkungan
pembelajaran
yang
dikemas
pasti
memiliki
sedemikian rupa oleh guru.
Setiap
model
pembelajaran
kelebihan dan kelemahan yang berbeda. Hal tersebut
diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan siswa dan
kesiapan
guru.
Adapun
yang
menjadi
kelebihan
14
penggunaan
model
environmental
learning
adalah
siswa tidak bosan dengan apa yang dipelajari, siswa
mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan
cara mengamati sendiri, dan menumbuhkan kecintaan
siswa terhadap lingkungan” (Ali, 2010: 34). Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa dengan model
environmental learning siswa akan lebih memahami
dirinya sendiri dan lingkungannya. Selain itu, siswa
juga akan memiliki kecintaan terhadap lingkungan
sekitar mereka.
Selain memiliki kelebihan, model environmental
learning juga memiliki kelemahan (Ali, 2010: 34)
mengungkapkan bahwa, “Kelemahan environmental
learning diantaranya yaitu membutuh-kan tenaga
yang
lebih,
dan
hanya
dapat
digunakan
dalam
beberapa materi pembelajaran”. Tenaga lebih yang
dimaksud yaitu keahlian guru dalam menyusun tema
materi pembelajaran yang harus disesuaikan dengan
lingkungan belajar siswa.
2.1.3 Kendala Belajar di Luar Kelas
Pada model Environmental Learning, belajar
di
luar ruangan sering terkendala oleh banyak faktor
yang
menyebabkan keengganan
para
guru
untuk
melakukannya. Menurut Ali (2010), banyak kendala
yang harus dihadapi ketika pembelajaran dilakukan
di luar ruangan. Kendala-kendala tersebut antara lain:
a) Volume dan kekuatan suara harus lebih besar, agar
15
dapat
ditangkap
mengeluarkan
oleh
tenaga
audiens,
ekstra
b)
untuk
Guru
harus
memusatkan
perhatian audiens, c) Model pembelajaran harus
dibuat menarik, variatif, d) Sangat tergantung cuaca,
e) Konsentrasi audiens kurang.
Dari
kendala-kendala
yang
dihadapi
ketika
melaksanakan pembelajaran di luar sekolah, dibutuh
kan kreatifitas guru sehingga aktivitas siswa dapat
dikendalikan serta dapat berjalan sesuai rencana
pembelajaran.
pembelajaran
Susilowati
di
luar
(2013),
kelas
dan
berikut
cara
model
mengatasi
permasalahannya: a) siswa keluyuran, guru harus
membentuk siswa dalam kelompok agar mudah dalam
pengawasannya,
b)
gangguan
konsenterasi,
guru
harus memilih objek yang menyenangkan sehingga
siswa menjadi semangat, c) kurang tepat waktu, telah
disepakati
waktu
pembelajaran
dan
bagi
yang
terlambat akan mendapat hukuman, d) pengelolaan
kelas yang sulit, dibatasi area yang akan digunakan
dalam pembelajaran, d) kondisi luar kelas yang
terkadang terlalu panas atau dingin, cuaca dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran.
16
2.2 Pendidikan
Sekolah
Lingkungan
Hidup
di
Pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup dapat
dilakukan
melalui
jalur
pendidikan
formal
yaitu
sekolah (Trivedi, 2004:8-9). Pendidikan lingkungan
hidup pada jalur pendidikan formal dapat ditempuh
melalui dua pendekatan yaitu, pendekatan monolitik
dan pendekatan integratif menurut,( Khairi 2012)
2.2.1 Pendekatan monolitik.
Pendekatan monolitik adalah pendekatan yang
didasarkanpada suatu pemikiran bahwa setiap mata
pelajaran merupakan komponen yang berdiri sendiri
dalam kurikulum dan mempunyai tujuan tertentu
dalam
kesatuan
monolitik
yang
utuh.
Pendidikan
Dengan
pendekatan
Lingkungan
Hidup
(PLH)dijadikan satu disiplin ilmu baru yang nantinya
dijadikan mata pelajaran yang terpisah dari ilmu ilmu
lain.
Pendekatan monolitik memiliki kelebihan dan
kekurangan.Kelebihan
dari
monolitik
adalah
,pendidikan lingkungan hidup menjadi mata pelajaran
yang berdiri sendiri sehingga persiapan mengajar lebih
mudah dan bahan pembelajaran dapat diketahui dari
silabus, pengetahuan yang diperoleh
siswa lebih
sintesis, pencapaian tujuan bisa lebih bermakna, dan
evaluasi
belajar
bisa
lebih
jelas
dan
mudah.
Kelemahan pendekatan monolitik adalah, perlu dibuat
17
silabus PLH sebagai mata pelajaran yang berdiri
sendiri sejajar dengan mata pelajaran lain,perlu tenaga
pengajar
yang
mempunyai
spesialisasi
dalam
pendidikan lingkungan, dan menambah beban belajar
siswa.
2.2.2 Pendekatan terpadu (integratif)
Pendekatan
terpadu
(integratif)
adalah
pendekatan yang didasarkan pemaduan Pendidikan
Lingkungan
Hidup
dengan
mata
pelajaran
lain.Pendekatan integratif dapat ditempuh dengan cara
membangun unit pokok bahasan yang disiapkan
untuk dipadukan ke dalam mata pelajaran tertentu.
Pendekatan terpadu atau integratif memiliki
kelebihan dan kekurangan seperti halnya dengan
pendekatan monolitik.Kelebihan pendekatan terpadu
adalah,tidak perlu menambah tenaga pengajar khusus
dibidang pendidikan lingkungan, dengan semakin
banyak guru mata pelajaran yang terlibat maka materi
tentang lingkungan hidup yang diperoleh siswa juga
semakin
banyak.Kelemahan
pendekatan
terpadu
adalah, perlu mengubah silabus dan jam pelajaran
yang
telah
ada,
timbul
kesulitan
dalam
proses
memadukan pendidikan lingkungan hidup ke dalam
mata pelajaran lain,keterbatasan waktu yang tersedia
dapat menghambat tercapainya tujuan , dan perlu
adanya cara khusus dalam evaluasi karena adanya
dua tujuan dalam satu kegiatan pembelajaran.
18
2.3 Program Sekolah Adiwiyata
2.3.1 Pengertian Adiwiyata
Salah satu penerapan pendidikan lingkungan
hidup di sekolah yaitu melalui program Adiwiyata.
Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup
(2010:2) ”Program Adiwiyata adalah salah satu program
Kementerian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka
mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran
warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan
hidup”.
Dalam hal ini diharapkan setiap warga sekolah ikut
terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan
yang sehat serta menghindari dampak lingkungan
yang negatif.
Kata Adiwiyata berasal dari bahasa Sansekerta,
terdiri dari dua kata, yakni “Adi” dan “Wiyata”. “Adi”
mempunyai makna: besar, agung, baik, ideal atau
sempurna
tempat
sedangkan
dimana
Wiyata
mempunyai
seseorang
mendapat
makna:
ilmu
pengetahuan, norma dan etika dalam berkehidupan
sosial. Jadi, Adiwiyata mempunyai pengertian atau
makna tempat yang baik dan ideal dimana dapat
diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai
norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia
menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan
menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan.
Adiwiyata adalah suatu program pengelolaan
lingkungan hidup di sekolah. Program ini merupakan
tindak
lanjut
dari
kesepakatan
bersama
antara
Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor Kep.07/MENLH/06/2005
19
dan Nomor 05/VI/KB/2005 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Lingkungan Hidup.
2.3.2 Tujuan Adiwiyata
Dalam Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata
adalah Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor
02
tahun 2009
dinyatakanbahwa
Tujuan
umum Adiwiyata adalah membentuk sekolah peduli
dan berbudaya lingkungan yang mampu berpartisipasi
dan melaksanakan upaya pelestarian lingkungan dan
pembangunan
berkelanjutan bagi
kepentingan
generasi sekarang maupun yang akan datang. Adapun
tujuan khusus mewujudkan warga sekolah yang
bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan melalui tata kelola sekolah
yang baik untuk untuk mendukung pembangunan
ber- kelanjutan.
Menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah
untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran
warga sekolah, sehingga di kemudian hari warga
sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam
upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan
pembangunan berkelanjutan.
Kegiatan utama diarahkan pada terwujudnya
kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya
lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di
Indonesia. Disamping pengembangan norma-norma
dasar yang antara lain: kebersamaan, keterbukaan,
20
kesetaraan,
kejujuran,
keadilan,
dan
kelestarian
fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam. Serta
penerapan prinsip dasar yaitu: partisipatif, dimana
komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah
yang
meliputi
keseluruhan
proses
perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan
peran; serta berkelanjutan, dimana seluruh kegiatan
harus dilakukan secara terencana dan terus menerus
secara komperensif.
Untuk mencapai tujuan Adiwiyata ada empat
komponen program yang merupakan satu kesatuan
yang utuh: a) kebijakan berwawasan, b) pelaksanaan
kurikulum
berbasis
lingkungan
berbasis
lingkungan,
partisipasif,
c)
d)
kegiatan
pengelolaan
sarana pendukung ramah lingkungan.
2.3.3 Indikator dan Kriteria Adiwiyata
a. Pengembangan
Kebijakan
Sekolah
Peduli
dan
Berbudaya Lingkungan.
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan
berbudaya lingkungan maka diperlukan beberapa
kebijakan
sekolah
laksanakannya
lingkungan
sesuai
mendukung
kegiatan-kegiatan
hidup
dengan
yang
oleh
semua
prinsip-prinsip
di-
pendidikan
warga
dasar
sekolah
Program
Adiwiyata yaitu partisipatif dan berkelanjutan.
Pengembangan kebijakan sekolah tersebut antara
lain:
21
1) Visi dan misi sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.
2) Kebijakan
sekolah
dalam
mengembangkan
pembelajaran pendidikan lingkungan hidup.
3) Kebijakan peningkatan kapasitas sumber daya
manusia
(tenaga
kependidikan
dannon-
kependidikan) di bidang pendidikan lingkungan
hidup.
4) Kebijakan sekolah dalam upaya penghematan
sumber daya alam.
5) Kebijakan
sekolah
yang
mendukung
terciptanya lingkungan sekolah yang bersih
dan sehat.
6) Kebijakan sekolah untuk pengalokasian dan
penggunaan dana bagi kegiatan yang terkait
denganmasalah lingkungan hidup.
b. Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan.
Penyampaian materi lingkungan hidup kepada
para siswa dapat dilakukan melalui kurikulum
secara terintegrasi atau monolitik. Pengembangan
materi, model pembelajaran dan metode belajar
yang bervariasi, dilakukan untuk memberikan
pemahaman kepada siswa tentang lingkungan
hidup yang dikaitkan dengan persoalan lingkungan
sehari-hari (isu lokal). Pengembangan kurikulum
tersebut dapat dilakukan antara lain:
22
1) Pengembangan model pembelajaran lintas mata
pelajaran.
2) Penggalian
persoalan
dan
pengembangan
lingkungan
hidup
materi
yang
dan
ada
di
masyarakat sekitar.
3) Pengembangan
metode
belajar
berbasis
lingkungan dan budaya.
4) Pengembangan
meningkatkan
kegiatan
kurikuler
pengetahuan
dan
untuk
kesadaran
siswa tentang lingkungan hidup (Chaeruddin
Hasyim, 2004).
c. Pengembangan Kegiatan Berbasis Partisipatif
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan
berbudaya
lingkungan,
warga
sekolah
perlu
dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran
lingkungan
hidup.
Selain
itu
sekolah
juga
diharapkan melibatkan masyarakat disekitarnya
dalam
melakukan
berbagai
kegiatan
yang
memberikan manfaat baik bagi warga sekolah,
masyarakat
maupun
lingkungannya.
Kegiatan-
kegiatan tersebut antara lain:
1) Menciptakan
kegiatan
ekstra
kurikuler/
kurikuler di bidang lingkungan hidup berbasis
patisipatif di sekolah.
2) Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang
dilakukan oleh pihak luar.
23
3) Membangun
kegiatan
memprakarsai
kemitraan
pengembangan
atau
pendidikan
lingkungan hidup di sekolah.
d. Pengelolaan
dan
Pengembangan
Sarana
Pendukung Sekolah
Dalam mewujudkan sekolah yang peduli dan
berbudaya lingkungan perlu didukung sarana dan
prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan
lingkungan hidup, antara lain meliputi:
1) Pengembangan fungsi sarana pendukung
sekolah yang ada untuk pendidikan lingkungan
hidup.
2) Peningkatan kualitas penge-lolaan lingkungan
di dalam dan di luar kawasan sekolah.
3) Penghematan sumberdaya alam (listrik, air,
dan ATK).
4) Peningkatan kualitas pelayanan makanan
sehat.
5) Pengembangan sistem pengelolaan sampah.
2.3.4 Pelaksanaan Program Adiwiyata di Sekolah
Kementrian
Lingkungan
Hidup
(2012),
menjelaskan bahwa pelaksanaan program Adiwiyata
oleh tim sekolah terdiri dari beberapa unsur sebagai
berikut: guru, siswa, dan komite sekolah. Tim sekolah
ditetapkan melalui SK Kepala Sekolah. Peran dan
tugas pokok dari tim sekolah adalah sebagai berikut:
24
a. Mengkaji
kondisi
lingkungan
hidup
sekolah,
kebijakan sekolah, kurikulum sekolah, kegiatan
sekolah, dan sarana prasarana;
b. Membuat
rencana
kerja
anggaran
sekolah
berdasarkan
tersebut
di
atas,
dan
dan
mengalokasikan
hasil
disesuaikan
kajian
dengan
komponen, standar, dan implementasi adiwiyata;
c. Melaksanakan rencana kerja sekolah;
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi;
e. Menyampaikan laporan kepada kepala sekolah
tembusan
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten/Kota dan Instansi terkait.
2.4 Rencana Strategis
2.4.1. Pengertian Rencana Strategis
Malayu (dalam Mulyadi, 2012) rencana adalah
keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai
satu tujuan tertentu. Jadi setiap rencana mengandung
dua unsure yaitu tujuan dan pedoman. Perencanaan
merupakan hal yang mutlak perlu dilakukan demi
suksesnya pembaharuan pendidikan. Agar kerja sama
dan
upaya
pendaya
gunaan
sumber/lingkungan
terarah pada sasaran, pembaharuan pendidikan perlu
direncanakan secara cermat dan mantap (Mulyasa;
2009).
Lebih lanjut Tjokroamidojo (dalam Nasution,
2012), Perencanaan ini pada asasnya berkisar kepada
dua hal, yang pertama, ialah penentuan pilihan secara
sadar mengenai tujuan konkrit yang hendak dicapai
25
dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai-nilai
yang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan dan
yang kedua ialah pilihan diantara cara-cara alternatif
serta rasional guna mencapai tujuan tujuan tersebut.
G.R Terry (dalam Mulyadi, 2012), Perencanaan
adalah memilih dan menghubungkan fakta, membuat
serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa
yang akan datang dengan jalan menggambarkan yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Sedangkan
Martoyo
(dalam
Mulyadi
2012)
menyebutkan suatu perencanaan harus senantiasa
berpijak
pada
penggunaan
kenyataan
asumsi-asumsi
yang
ada,
untuk
masa
disertai
depan,
sehingga sasaran yang ingin dicapai benar-benar
dapat diwujudkan.
Dari uraian pendapat di atas sehingga dapat
disimpulkan
bahwa
perencanaan
adalah
suatu
keputusan berdasarkan fakta-fakta mengenai tujuan
tertentu yang hendak dicapai serta memilih cara-cara
alternatif guna mencapai tujuan tersebut sesuai waktu
yang ditentukan.
Alex
MA
(2005).
Menurut
istilah,
strategi
merupakan rencana dapat dijadikan pegangan dalam
bekerja, berjuang dan berbuat guna memperoleh
kemenangankan
dalam
bersaing.
strategi
adalah
rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu
yang mengaitkan keunggulan strategi sekolah dengan
26
tantangan
lingkungan
yang
dirancang
untuk
memastikan tujuan utama sekolah dapat dicapai
melalui pelaksanaan yang tepat (Purwanto, 2007).
Menurut Rangkuti (2014:3) strategi adalah alat
untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Daft
(2010:249) mendefinisikan strategi (strategy) secara
eksplisit, yaitu rencana tindakan yang menerangkan
tentang alokasi sumber daya serta berbagai aktivitas
untuk
menghadapi
keunggulan
bersaing,
perusahaan.
Strategi
keseluruhan
yang
lingkungan,
dan
adalah
berkaitan
memperoleh
mencapai
tujuan
pendekatan
secara
dengan
pelaksanaan
gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktifitas
dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang
baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema,
mengidentifikasi
faktor
pendukung
yang
sesuai
dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara
rasional, efisien dalam pendanaan dan memiliki taktik
untuk
mencapai
tujuan
secara
efektif.
Strategi
dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup
yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat.
Pengertian
strategi
lainnya
seperti
yang
diutarakan Craig & Grant (2002) adalah strategi
merupakan penetapan sasaran dan tujuan jangka
panjang sebuah perusahaan dan arah tindakan serta
alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai
sasaran dan tujuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
strategi adalah pengelolaan dengan memanfaatkan
27
segala
sumbar
daya
yang
dimiliki
untuk
memenangkan persaingan.
Menurut Edward (dalam Umar, 2002), rencana
strategis adalah rencana yang dilakukan oleh para
manager paling atas dan menengah untuk mencapai
tujuan
organisasi
yang
lebih
luas.
Menurut
Tjokroamidjojo (2000) rencana strategis adalah suatu
cara
bagaimana
dengan
mencapai
menggunakan
tujuan
sebaik-baiknya
sumber-sumber
yang
ada
supaya lebih efisien dan efektif, dengan menentukan
tujuan apa yang akan dicapai atau yang akan
dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa.
Rencana strategis suatu lembaga pendidikan
menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut: mampu
memperbaiki hasil pendidikan, membawa perubahan
yang lebih baik, prioritas kebutuhan, partisipasi,
keterwakilan, realitas sesuai dengan hasil analisis
SWOT, mendasarkan pada hasil review dan evaluasi,
keterpaduan menyeluruh, transparan, dan keterkaitan
serta kesepadanan secara vertikal dan horizontal
dengan rencana-rencana lain (Tilaar, 2000).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa perencanaan strategis adalah suatu usaha
untuk merancang berbagai alternatif berdasarkan
fakta-fakta dan segala sumber daya yang dimiliki
untuk mencapai tujuan tertentu.
28
2.4.2 Langkah-langkah Menyusun rencana Strategis
Tim
SP4
UGM
penyusunan
(dalam
rencana
Somantri,
strategis
2014),
pendidikan
proses
dapat
dilakukan dalam tiga tahap, yaitu (1) diagnosis, (2)
perencanaan, dan (3) penyusunan dokumen rencana.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa tahap diagnosa dimulai
dengan
mengumpulkan
berbagai
informasi
perencanaan sebagai bahan kajian. Kajian lingkungan
internal
bertujuan
untuk
memahami
kekuata-
kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) dalam
pengelolaan pendidikan. Sementara kajian lingkungan
eksternal
bertujuan
untuk
peluang
(opportunities)
mengungkap
dan
peluang-
tantangan-tantangan
(threats) dalam penyelenggaraan pendidikan.
Somantri
(2014),
menjelaskan
bahwa
tahap
perencanaan dimulai dengan menetapkan visi dan
misi. Visi (vision) merupakan gambaran (wawasan)
tentang keadaan yang diinginkan di masa depan.
Sementara misi (mission) ditetapkan dengan jalan
mempertimbangkan
rumusan
penugasan,
yang
merupakan tuntutan tugas dari luar organisasi dan
keinginan dari lembaga berkaitan dengan visi masa
depan dan situasi yang dihadapi saat ini.
Somantri (2014) lebih lanjut menjelaskan bahwa
setelah menetapkan visi, misi, tahap
selanjutnya
adalah tahap pengembangan dirumuskan berdasarkan
misi yang diemban dan dalam rangka menghadapi isu
29
utama (isu strategis). Urutan strategis pengembangan
disusun
sesuai
dengan
isu-isu
utama.
Dalam
rumusan strategi pengembangan dapat dibedakan
menurut kelompok strategi, dengan rincian terdiri atas
tiga tingkat (strategi utama,substrategi, dan rincian
strategi).
Jadi dapat dirangkum bahwa dalam tahap
perencanaan terlebih dahulu dilakukan penetapan visi
dan
misi,
selanjutnya
visi
dan
misi
tersebut
dikembangkan kedalam bentuk isu-isu strategis, dari
masing-masing isu strategis maka dibuat strategi
untuk
mewujudkan
visi
dan
misi
yang
telah
ditetapkan.
Tahap selanjutnya dalam menyususn rencana
strategis adalah tahap penyususnan dokumen rencana
strategis. Somantri (2014) menjelaskan bahwa dalam
tahap
penyusunan
dokumen
rencana
strategis
dirumuskan secara singkat, tidak terlalu tebal supaya
dipahami dan dapat dilaksanakan oleh tim manajemen
secara luwes. Perumusannya dapat dilakukana sejak
saat
pengkajian
telah
menghasilkan
temuan.
Rumusan visi yang disepakati bersama akan dijadikan
sebagai panduan dalam merumuskan misi dan tujuan
organisasi pendidikan. Hasil kajian tentang kekuatan
dan kelemahan organisasi pendidikan serta peluang
dan
tantangan
eksternalnya
di
suatu
sisi
serta
rumusan visi, misi dan tujuan organisasi pendidikan
30
dapat
menghasilkan
isu-isu
utama
dalam
pembangunan pendidikan dalam konteks masingmasing. Di antar isu-isu yang dikaji, pemilihan
terhadap
strategi
pengembangan
kegiatan
dan
pembangunan pendidikan. Alternatif rencana yang
terbaik adalah alternatif perencanaan yang paling
memungkinkan adanya perubahan manakala dalam
proses
implementasinya
memerlukan
adanya
penyesuaian keadaan.
Proses rencana strategis merupakan langkah
awal
untuk
menentukan
peluang
diterapkannya
srategi yang akan dilaksanakan. Sehingga dapat
dikatakan
bahwa
perencanaan
strategi
dapat
menentukan keberhasilan organisasi/sekolah, hal ini
disebabkan
karena:
a.
perencanaan
strategis
merupakan tipe perencanaan yang terpenting; b.
melakukan perencanaan strategi berarti menetapkan
misi
organisasi/sekolah;
c.
perencanaan
strategi
memungkinkan manajer mempersiapkan diri terhadap
kemungkinan terjadi perubahan pada lingkungan
organisasi/sekolah.
Secara umum perencanaan strategis memuat
unsur-unsur sebagai berikut: a. perumusan visi dan
misi;
b.
pengkajian
lingkungan
eksternal;
c.
pengkajian lingkungan internal; d. perumusan isu-isu
strategi; dan e. penyusunan strategi pengembangan
(yang dapat ditambah dengan tujuan dan sasaran).
31
2.4.3 Manfaat dan Keterbatasan Perencanaan Strategis
Anthony
&
Govindarajan
(2007),
di
dalam
perencanaan terdapat manfaat dan keterbatasan dari
perencanaan strategis, uraiannya sebagai berikut.
a. Manfaat Perencanaan Strategis
1) Kerangka
kerja
untuk
mengembangkan
anggaran
2) Alat pengembangan manajemen
3) Mekanisme yang memaksa manajemen beroikir
jangka panjang
4) Alat untuk menyatukan para manajer dengan
strategi korporasi
b. Keterbatasan Perencanaan Strategis
1) Perencanaan hanya akan menjadi “isi formulir”,
pelaksanaan birokrasi, tidak ada pemikiran
strategis
2) Sebuah
organisasi
bisa
saja
membuat
departemen perencanaan strategis yang besar,
namun
mendelegasikan
persiapan
rencana
strategis pada staf departemenya
3) Perencanaan strategis itu boros waktu dan
biaya.
2.5 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal
maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya
akan
digunakan
untuk
merancang
strategi
dan
program kerja. Analisis internal meliputi penilaian
32
terhadap faktor kekuatan (Strengths), dan kelemahan
(Weakness), sedangkan analisi eksternal mencakup
faktor peluang (Opportunity), dan tantangan (Threaths)
(Mulyasa, 2009:47).
Sallis (2012), SWOT merupakan akronim dari
Strength
(kekuatan),
Weakness
(kelemahan),
Opportunity (kesempatan), dan Threats (ancaman,
rintangan, dan halangan). Berikut adalah penjelasan
dari masing-masing variabel SWOT.
Rangkuti (2009), Strengths adalah beberapa hal yang
merupakan kelebihan dari sekolah yang bersangkutan.
Weaknesses adalah komponen-komponen yang kurang
menunjang keberhasilan penyelenggaraan pendidikan
yang ingin dicapai sekolah. Opportunity adalah
kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai apabila
potensi-potensi
yang
ada
di
sekolah
mampu
dikembangkan
secara
optimal.
Threats
adalah
kemungkinan yang mungkin terjadi atau pengaruh
terhadap kesinambungan dan keberlanjutan kegiatan
penyelenggaraan sekolah.
Untuk lebih jelas maka akan diuraikan langkahlangkah dalam melaksanakan analisis SWOT. Hisyam
(1998), langkah-langkah melakukan analisis SWOT
adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang dan acaman yang dihadapi.
Menentukan
faktor-faktor
yang
menjadi
kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman.
Menetukan bobot relatif masing-masing faktor berdasarkan
tingkat kepentingannya sebagai penentu keberhasilan dalam
pengembangan
Menentukan rating atau skor (1 sampai dengan 5) dari
masing-masing faktor yang menggambarkan kondisi internal
dan eksternal
Menghitung total skor dengan mengalikan bobot dan rating
untuk masing-masing faktor kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman.
Menghitung total skor akhir faktor internal (kekuatan-
33
7.
8.
kelemahan) dan faktor eksternal (peluang - ancaman).
Menentukan posisi strategis dari faktor internal dan faktor
eksternal.
Menentukan rencana strategis berdasarkan posisi dari hasil
analisis SWOT.
Kekuatan dan kelemahan akan dimasukkan ke
dalam tabel IFAS. Sementara itu untuk faktor peluang dan
ancaman
akan
dimasukkan
ke
dalam
tabel
EFAS,
kemudian dihitung bobot dan skornya.
Tabel 2.1
Internal Factors Analysis Summary (IFAS)
NO
1
2
Dst
NO
1
2
Dst
SELISIH
STRENGTHS
SKOR
BOBOT
TOTAL
Dst
Total
kekuatan
WEAKNESS
SKOR
BOBOT
TOTAL
Total
Kelemahan
TOTAL KEKUATAN - TOTAL KELEMAHAN = S - W = X
Sumber: Hisyam, 1998 (http:/daps.bps.go.id)
Tabel 2.2
External Factors Analysis Summary (EFAS)
NO
1
2
Dst
NO
1
2
Dst
SELISIH
OPPORTUNITY
SKOR
BOBOT
Dst
Total Peluang
THREAT
SKOR
BOBOT
Total Ancaman
Total
Total
Ancaman
Ancaman
PELUANG - TOTAL KELEMAHAN =
O - T = Y
TOTAL
TOTAL
Total
Ancaman
Sumber: Hisyam, 1998 (http:/daps.bps.go.id)
Setelah dihitung dari masing-masing faktor internal
dan faktor eksternal, maka dapat diketahui skor IFAS
dan skor EFAS, selanjutnya dimasukkan ke dalam
34
diagram SWOT untuk mengetahui posisi strategi
berada pada kuadran I, II, III, atau IV. Berikut
dijelaskan strategi dari masing-masing kuadran yang
ada di diagram analisis SWOT.
Berikut ini adalah diagram analisis SWOT.
Gambar 2.1 Diagram Analisis SWOT
Sumber: Rangkuti, 2009
Dari
diagram
analisis
SWOT
diatas
yang
dimaksudkan dengan strategi agresif (SO) sebuah
strategi
yang
seluruh
kekuatan
memanfaatkan
digunakan
dengan
sekolah
peluang
untuk
memanfaatkan
merebut
sebesar-besarnya.
dan
Strategi
diversifïkasi (ST) dilakukan dengan memanfaatkan
seluruh
kekuatan
mengatasi
yang
masalah.
dimiliki
Strategi
sekolah
turn-around
untuk
(WO)
dilakukan dengan meminimalkan kelemahan yang ada
di sekolah untuk menangkap peluang. Sedangkan
35
Strategi
defensif
(WT)
dilakukan
dengan
meminimalkan kelemahan yang ada di sekolah untuk
menghindari ancaman.
Kuadran
menandakan
berpeluang.
I
(positif,
sebuah
positif).
organisasi
Rekomendasi
Posisi
ini
kuat
dan
yang
strategi
yang
diberikan
adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi
prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan
untuk
terus
melakukan
ekspansi,
memperbesar
pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
Kuadran
II
(positif,
negatif).
Posisi
ini
menandakan sebuah organisasi yang kuat namun
menghadapi
tantangan
yang
besar.
Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah Strategi Diversifikasi,
artinya organisasi dalam kondisi mantap namun
menghadapi
sejumlah
diperkirakan
roda
tantangan
organisasi
berat
akan
sehingga
mengalami
kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu
pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi
disarankan
untuk
segera
memperbanyak
ragam
strategi taktisnya.
Kuadran
III
(negatif,
positif).
Posisi
ini
menandakan sebuah organisasi yang lemah namun
sangat
berpeluang.
Rekomendasi
strategi
yang
diberikan adalah turn-around (Ubah Strategi), artinya
organisasi
disarankan
untuk
mengubah
strategi
sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan
sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada
sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
Kuadran
menandakan
IV
sebuah
(negatif,
negatif).
organisasi
yang
Posisi
ini
lemah
dan
36
menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi
yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya
kondisi
internal
organisasi
dilematis.
Oleh
untuk
menggunakan
berada
karenanya
pada
organisasi
pilihan
disarankan
strategi
bertahan,
mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin
terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus
berupaya membenahi diri.
2.6 Penelitian Relevan
Untuk
melengkapi
menggunakan
terdahulu
yang
acuan
Penelitian
dari
sejenis.
ini,
beberapa
Penelitian
Peneliti
Penelitian
terdahulu
ini
dimaksudkan untuk membandingkan (meng-compare)
dengan Penelitian ini. Adapun penelitian relevan yang
dimaksudkan adalah sebagai berikut:
Menurut Ahmad Saefi (2010). dalam tesisnya
yang
berjudul
Penerapan
Pendidikan
Hidup di SMA Negeri 2 Batu,
Lingkungan
diketahui
bahwa
Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA
Negeri 2 Batu akan memperoleh pencapaian belajar
secara efektif akan dicapai apabila: a) Penguasaan
siswa terhadap materi yang mereka pelajari, materi
harus relevan dengan lingkungan sekitar, b) agar
siswa lebih mudah dalam menguasai materi, model
pembelajaran
harus
dilaksanakan
secara
menyenagkan. c) Siswa merasa senang dan tertarik
dalam proses pembelajaran, guru dapat menciptakan
37
suasana belajar yang menarik dan menyenangkan
dalam kegiatan belajar mengajar. d) Siswa lebih aktif
untuk menyampikan pendapatnya kaitanya dengan
materi
yang
kurang
dipahami.
e)
Nilai
siswa
mengalami peningkatan, karena lebih paham tentang
materi
yang
disampaikan
dengan
menggunakan
lingkungan alam.
Menurut Ghufron, (2007), dalam tesisnya yang
Pengelolaan
berjudul
pembelajaran
berbasis
lingkungan hidup (Studi Kasus di SMPN 1 Banten)
menunjukkan
berbasis
bahwa
lingkungan
keberhasilan
hidup
di
pembelajaran
SMPN
1
Banten
didukung oleh perencanaan, pelaksanaan, dan control
yang optimal oleh stake holder di sekolah baik yang
bersifat materiil maupun spirituil.
Menurut Wesnawa, (2004), dalam tesisnya yang
berjudul Menumbuhkan Kesadaran Lingkungan melalui
Pembelajaran
Geografi,
menegaskan
bahwa
pembelajaran geografi di setiap jenjang pendidikan
yang
ada
memberikan
kesadaran
untuk
peduli
terhadap lingkungan, maka manusia di republik ini
akan bertanggungjawab terhadap lingkungan, yang
pada akhirnya kerusakan lingkungan akan dapat
diminimalkan.
Menurut Pujio, (2011), dalam tesisnya yang
berjudul
Studi
Komparasi
Kesadaran
Lingkungan
Hidup Melalui Pembelajaran Konsep Lingkungan Hidup
38
Dengan Model Problem Based Instruction (PBI) dan
Science, Environment, Technology (SETS) Pada Siswa
Kelas VIII SMPN 1 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan
Tahun Pelajaran 2010/2011, menunjukkan bahwa Ada
perbedaan peningkatan kesadaran lingkungan siswa
kelas VIII SMPN 1 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan
dengan Pembelajaran Berdasar Masalah (PBI) dan
SETS. tingkat kesadaran lingkungan hidup melalui
pembelajaran
konsep
Lingkungan
Hidup
dengan
menggunakan model SETS lebih baik (tinggi) dari
model PBI pada siswa kelas VIII SMPN 1 Kedungwuni
Kabupaten
Pekalongan.
Hasil
rata-rata
post
test
dengan pendekatan SETS sebesar 80,125 sedangkan
dengan pendekatan PBI diperoleh hasil post test ratarata sebesar 75.
Menurut Sudarwanto; (2009) dalam tesisnya
yang berjudul Kajian Pendidikan Lingkungan Hidup di
SD, SMP terhadap perilaku Siswa dalam Rangka
Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan di Kabupaten
Demak, menunjukkan bahwa Pendidikan lingkungan
hidup yang diajarkan di SD dan SMP di kabupaten
Demak dilakukan melalui pendekatan monolitik dan
Interogratif, pelaksanaan pendidikan LH di SD dan
SMP
kabupaten Demak dilakukan dengan struktur
kurikulum dan penilaian yang baik. Perilaku siswa di
sekolah
sudah
turut
serta
dalam
pengelolaan
lingkungan.
39
Menurut Mohamad Termizi Borhan dan Zuraida
Ismail (2011), dalam Malaysian Journal of Learning
and
Instruction,
volume
8,
Pre-Service
berjudul
Teacher’s Perseption Toward Environmental knowledge,
Altitudes and Behaviours, menunjukkan bahwa total
rata-rata
rendah
lingkungan
yang
pengetahuan
perubahan
pada
pengetahuan
mengindikasikan
tentang
iklim,
komponen
isu
lingkungan
sedangkan
sikap
kurangnya
terutama
lingkungan
menunjukkan hasil yang signifikan dan perilaku
lingkungan
menunjukkan
skor
tertinggi
yang
mengindikasikan ketaatan persiapan pembelajaran.
Menurut Deeksha Dave (2012), Indian Journal
of Environmental Education, Volume 12, berjudul
Impact
of
Environmental
Studies
On
The
Environmentally Appropriate Behaviour and Awareness
of Students of Udaipur and Gautam Buddh Nagar City,
menunjukkan bahwa jenis kelamin dan tingkatan
pendidikan dapat memperbaiki tingkat kesadaran dan
sikap yang berwawasan lingkungan, meskipun siswa
diberi banyak pelatihan tentang isu lingkungan, tetapi
jika kesadaran dan perilaku tanggung jawab terhadap
lingkungan lebih rendah maka siswa yang diharapkan
tidak menunjukkan hasil yang signifikan.
Pemelitian yang dilakukan oleh Saefi (2010)
menunjukkan
bahwa
pembelajaran
dengan
pendekatan lingkungan hidup mampu memberikan
40
efek
positif
kepada
siswa,
sehingga
dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
yang
disampaikan
lingkungan
alam
pembelajaran
penelitian
dilakukan
bahwa
oleh
salaj
digunakan.
lingkungan
didukung
cara
sebagai
yang
yang
menyebutkan
berbasis
dengan
oleh
satu
media
Berbeda
dengan
Ghufron
(2007),
keberhasilan
hidup
di
perencanaan,
mengunakan
pembelajaran
SMPN
1
Banten
pelaksanaan
dan
pengawasan yang optimal oleh stake holder yang
bersifat material maupun spiritual.
Penelitian dari Wesnawa (2004), menjelaskan
bahwa kerusakan lingkungan dapat diminimalkan
dengan cara meningkatkan kesadaran dan kepedulian
terhadap
lingkungan
melalui
salah
satunya
pembelajaran di sekolah yaitu penekanan melalui
pembelajaran geografi. Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pujio (2011) dalam tesisnya mejelaska
studi komparasi kesadaran lingkungan hidup dengan
model problem base instruction (PBI) dan science,
enviorenment, technology (SETS), menunjukkan bahwa
pendekatan SETS lebih tinggi memberikan pengaruh
terhadap kesadaran siswa akan lingkungan hidup
dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran PBI.
Berbeda dengan penelitian oleh Sudarwanto
(2009), bahwa
dan
SMP
pendidikan lingkungan hidup di SD
dapat
berjalan
dengan
baik
melalui
41
pendekatan monolitik yang sudah terintegrasi dengan
kurikulum dan penilaian pembelajaran. Penelitian
yang dilakukan Borhan dan Ismail (2011), dalam
Malaysian jurnal, menjelaskan bahwa total rata-rata
rendah pada komponen pengetahuan lingkungan yang
mengindikasikan kurangnya pengetahuan tentang isu
lingkungan
terutama
perubahan
iklim.
Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Deeksha Dave
(2012) dalam Indian jurnal, menjelaskan bahwa jenis
kelamin dan tingkatan pendidikan dapat memperbaiki
tingkat
kesadaran
dan
sikap
yang
berwawasan
lingkungan, meskipun siswa diberi banyak pelatihan
tentang isu lingkungan, tetapi jika kesadaran dan
perilaku tanggungjawab terhadap lingkungan lebih
rendah
maka
siswa
yang
diharapkan
tidak
menunjukkan hasil yang signifikan.
2.7 Kerangka Berpikir
Untuk
menjadikan
sekolah
yang
memiliki
predikat sebagai sekolah Adiwiyata, khususnya di SMP
Negeri 2 Boja Kendal, maka diperlukan kerjasama
yang baik dan integral antar sesama masyarakat
sekolah baik dari pihak kepala sekolah, guru dan
siswa.
Semua
anggota
sekolah
hendaknya
satu
persepsi dan sejalan dalam menjalankan program
adiwiyata
berangkat
dari
kesadarannya
dalam
42
menjadikan
sekolah
yang
bernuansa
kelestarian
lingkungan.
Untuk
pihak
mewujudkan
sekolah
program
hendaknya
Adiwiyata
memiliki
ini,
panduan
pelaksanaan yang baku sehingga bisa menjadi acuan
semua
pihak.
Dengan
memperhatikan
segala
konsekuansinya yang menjadi penghambat maupun
pendukung keterlaksanaan program adiwiyata, peneliti
menjadikan buku panduan sebagai langkah awal bagi
SMP Negeri 2 Boja menuju sekolah Adiwiyata.
Kerangka
berpikir
Penelitian
ini
secara
sederhana dapat dilihat sebagaimana bagan berikut:
Needs assessment,
Identifikasi visi &
misi Sekolah
Adiwiyata
Analisis Eksternal
(Peluang &
Ancaman)
Analisis Internal
(Kekuatan &
Kelemahan)
Merumuskan
isu-isu strategis
Evaluasi &
validasi draf
renstra oleh
para ahli
Menyusun draf
Renstra Seklah
Adiwiyata
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
43
Penelitian ini diawali dengan melakukan analisis
kebutuhan dengan menggali permasalahan yang ada
di lapangan serta potensi-potensi apa yang dimiliki
sekolah untuk dapat dikembangkan , selain itu juga
melakukan
identifikasi
visi
dan
misi
sekolah
Adiwiyata, maka dapat diketahui apa saja hal-hal yang
perlu diperbaiki dan dikembangkan dalam kaitannya
menuju sekolah Adiwiyata. Setelah melakukan need
assessment selanjutnya penelitit melakukan analisis
internal dan eksternal sekolah dengan menggunakan
teknik analisis SWOT. Dari hasil analisis SWOT maka
dapat diketahu strategi apa yang akan digunakan
dalam mewujudkan sekolah Adiwiyata. Selanjutnya
peneliti
merumuskan
strategi
berdasarkan
hasil
analisis SWOT ke dalam bentuk rencana strategis
sekolah Adiwiyata. Setelah dibuat produk berupa
renstra,
validasi
selanjutnya
oleh
produk
beberapa
pakar
tersebut
yang
dilakukan
kompeten
di
bidangnya. Produk yang sudah direvisi selanjutnya
diujicobakan,
dan
dilakukan
evaluasi
untuk
mengetahui apakah strategi-stretegi yang dibuat dapat
menyelesaikan masalah atau tidak.
44