BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mengurangi Kecemasan Menghadapi Ulangan Semester Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Kaliwungu Melalui Desensitisasi Sistematik

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kecemasan
Kecemasan

atau

dalam

Bahasa

Inggrisnya

anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti
kaku dan ango, anci yang berarti mencekik. Konsep
kecemasan mempunyai peranan mendasar, karena
terdapat

dalam


teori-teori

tentang

stres

dan

penyesuaian diri.
Kecemasan merupakan kondisi emosional yang
tidak menyenangkan, dengan ditandai oleh perasaan
subjektif seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran
dan juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat.
Menurut

Burns

kekhawatiran


(2008)

seseorang

“kecemasan

dalam

menghadapi

adalah
suatu

permasalahan dengan rasa gugup, panik, tegang yang
dapat memunculkan stres dan berpengaruh terhadap
kondisi tubuh”. Kecemasan adalah fungsi ego untuk
memperingatkan

individu


tentang

kemungkinan

datangnya suatu bahaya dapat disiapkan reaksi adaptif
yang sesuai. Kecemasan merupakan hasil dari proses
psikologi dan proses fisiologis dalam tubuh manusia
yang menunjukkan aksi secara naluri bahwa individu
yang bersangkutan mungkin kehilangan kendali dalam
situasi tersebut.
Menurut

Burns

(2008)

“bentuk-bentuk

kecemasan dapat dilihat: Chronic Worrying, Fears and
Phobias, Performance Anxiety, Public Speaking Anxiety,

9

Shyness, Panic Attack, Agoraphobia, Obsessions and
Compulsions, Post-Traumatic Stress Disorder, Concerns
About Your Appearance (Body Dysmorphic Disorder),
Worries About Your Health (Hypocondriasis)“.
Dari

bentuk-bentuk

kecemasan

yang

Burns

mempunyai pengertian atau makna yang berbeda-beda,
sehingga dapat diukur tingkat kecemasannya.
Karena


SMA

Negeri

1

Kaliwungu

akan

mengadakan ulangan umum semester 2 yang akan
berlangsung pada bulan Maret 2015. Banyak siswa
belum mempersiapkan secara mental yang matang,
sehingga mereka mempunyai perasaan cemas, takut
dan stres. Menurut Burns (2008) “siswa mengalami
kecemasan lebih besar saat ulangan semester dan ujian
akhir/ulangan umum semester, karena salah satu
penentu

dalam


mengantisipasi
melaksanakan

kelulusan
dengan
ujian

dan

cara

akhir

mereka
belajar

hasilnya

cenderung

agar

saat

sesuai

yang

diharapkan”. Mempersiapkan diri sebelum ujian akhir
akan lebih baik jika didahului dengan belajar untuk
menambah pengetahuan dan mengurangi kecemasan
dari

pada

siswa

yang

tidak


mempersiapkannya.

Kecemasan yang mereka rasakan sangat menentukan
pada masa depan sesuai dengan usaha yang mereka
kerjakan saat ulangan umum semester. Individu yang
mengalami tingkat kecemasan tinggi saat ulangan
umum semester akan lebih kecil kemungkinannya
untuk mengantisipasi atau melakukan sesuai yang
diharapkan mendapatkan nilai baik terlebih di atas
KKM dan bila siswa sudah melewati masa ulangan
10

11

umum semester, maka tingkat kecemasannya siswa
akan berkurang/menurun. Dalam kata lain, siswa
mengalami

tingkat


kecemasan

tinggi

pada

saat

menghadapi ulangan semester dan cenderung percaya
pada saat usaha untuk mengerjakannya akurat yang
mencerminkan tingkat persiapan/pengetahuan.
Sesuai dengan bentuk-bentuk kecemasan Burns,
siswa

SMA

Negeri

1


Kaliwungu

mempunyai

kecenderungan kecemasan Panic Attack. “Panic Attack
bentuk kecemasan yang munculnya secara tiba-tiba
dan

berkesan

menakutkan.

Akibatnya

mendadak

kepala menjadi pusing, merasa hatinya kejang, jantung
berdebar dan perut merasa mulas-mulas” Burn (2008).
Siswa dalam kondisi cemas yang lebih, cenderung

mempunyai jiwa yang kritis pada diri sendiri (sensitif)
dan

lebih

mengantisipasi

kemungkinan

untuk

pengalaman yang pernah dialami dengan bercampur
khawatir

tentang

ketidakberhasilan

dalam

ketercapaiannya, sehingga siswa tersebut tekun belajar
dalam

menghadapi

ulangan

umum

semester

bila

dibandingkan dengan individu yang rendah dalam
kecemasan. Siswa yang menghadapi ulangan umum
cenderung mempunyai intensitas belajar tinggi, karena
mereka mempunyai tujuan agar saat ulangan umum
nilai dapat tercapai. Sedangkan siswa yang tidak dalam
menghadapi ulangan umum kecenderungan mereka
akan

lebih

santai

(rileks)

dan

tidak

mempunyai

perasaan cemas.

11

Siswa

yang

terindentifikasi

mengalami

kecemasan saat menghadapi ulangan umum semester
memperhatikan

perilaku

yang

mencirikan

berada

dalam situasi yang cemas, dapat dikaji dari sudut
psikologis dan fisiologis saat siswa dalam situasi
ulangan. Tingkatan kecemasan individu tergantung
pada

situasi,

kemampuan

untuk

menghadapi
kecemasan

beratnya

impuls

mengendalikan

persoalan.
dalam

yang

Proses

menghadapi

datang
diri

dan

dalam

terbentuknya
ulangan

umum

semester dapat digambarkan dengan urutan: adanya
stimulus berupa bayangan ancaman atau bahaya
potesial

yang

muncul

saat

menghadapi

ulangan

kemudian memicu kecemasan dan menyebabkan siswa
terseret pikiran yang mencemaskan.

2.2 Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

Kecemasan
Dalam

kecemasan

mempengaruhinya.

ada

Menurut

faktor-faktor

Burns

(1988)

yang
“faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan adalah
individu

yang

sedang

mempunyai

permasalahan

(keadaan), pengaruh karena pikiran yang negatif, dan
pengaruh gejala fisik”. Faktor-faktor tersebut dapat
dijelaskan sesuai dengan teori Burns (1998), sebagai
berikut:

12

13

2.2.1 Cemas Karena Permasalahan
“Kecemasan ini adalah kecemasan yang
muncul sebagai akibat siswa merasakan perasaan
yang berlebihan

seperti: takut, khawatir dan

gelisah” Burns (1998). Kecemasan menghadapi
ulangan umum semester yang diwujudkan dalam
bentuk perasaan khawatir, gelisah dan takut.
Kondisi ini sifatnya hanya sementara saja, karena
munculnya bila ada permasalahan saja. Keadaan
ini di alami oleh siswa kelas XII SMA Negeri 1
Kaliwungu yang menghadapi ulangan semester
muncul

karena

mereka

sedang

mengalami

permasalahan sesuai kondisi. Bila mereka telah
melewati atau tidak sedang menghadapi ulangan
semester,

maka

kecemasan

mereka

tidaklah

tampak.
2.2.2 Cemas Pikiran
“Cemas

pikiran

adalah

munculnya

kecemasan sebagai akibat dari cara berpikir yang
tidak terkondisikan seringkali memikirkan tentang
malapetaka
terjadi”

atau

Burns

kejadian

(1998).

buruk

Kondisi

yang

cemas

akan
pikiran

menghadapi ulangan umum semester yaitu: sulit
konsentrasi, bingung dan mental blocking.
Sulit

konsentrasi

dalam

menghadapi

ulangan umum semester adalah suatu aktivitas
berpikir siswa yang tidak bisa fokus terhadap
masalah

yang

akan

diselesaikannya

dalam

menghadapi ulangan umum semester, sehingga
13

siswa SMA Negeri 1 Kaliwungu sulit konsentrasi
dalam ulangan umum semester karena disebabkan
suatu hal yang kacau dalam pikiran. Kecemasan
ini ditunjukkan dengan kesulitan dalam membaca
dan

memahami

pertanyaan

ulangan

umum

semester, kesulitan berpikir secara sistematis,
kesulitan mengingat kata kunci dan konsep saat
menjawab pertanyaan esai atau uraian.
Bingung adalah perasaan yang timbul saat
siswa harus mengambil suatu keputusan yang
sulit

dalam

menjawab

soal

ulangan

umum

semester oleh karena terdapat beberapa alternatif
jawaban

yang

menurutnya

benar

atau

salah

karena pikirannya. Dalam kondisi pikiran yang
bingung tersebut sehingga

tidak dapat memilih

jawaban yang benar.
Mental blocking adalah hambatan secara
mental/psikologis

yang

menyelubungi

pikiran

siswa saat ulangan umum semester sehingga tidak
bisa

berpikir

(kemunculan)

dengan
mental

tenang.

blocking

Manifestasi
ditunjukkan

dengan pertanda bahwa saat membaca pertanyaan
ulangan umum semester, tiba-tiba pikiran seperti
kosong (blank) dan kemungkinan tidak mengerti
alur jawaban yang benar saat ulangan umum
semester atau bahkan lebih cemas lagi karena
kehabisan waktu dalam pengerjaan soal ulangan
umum semester.

14

15

2.2.3 Cemas Gejala Fisik
Menurut

Burn

(1998)

“pada

umumnya

kategori kecemasan menghadapi ulangan umum
semester diklasifikasikan menjadi tiga tingkat,
yaitu sangat cemas yang artinya, cukup cemas
tidak cemas”. Siswa SMA Negeri 1 Kaliwungu tidak
dapat mengendalikan karena permasalahannya,
pikiran, dan gejala fisik; cukup cemas yang artinya
siswa agak merasa cemas dalam menghadapi
ulangan umum semester; dan tidak cemas artinya
siswa dapat mengendalikan karena permasalahan,
pikiran, dan gejala fisik.
Dari

bahasan

di

atas

dapat

disimpulkan

kecemasan adalah hal yang bersifat negatif muncul
pada saat-saat tertentu karena keadaan atau situasi
dan dapat menurun jika tidak sedang menghadapi
masalah karena dipengaruhi oleh keadaan individu
yang mempunyai permasalan, pikiran yang bingung
karena tidak konsentrasi dan bisa disebabkan karena
gejala fisik (permanen). Siswa yang sedang menghadapi
ulangan umum semester dapat mengalami kecemasan
tinggi, sehingga dalam penelitian ini mengambil teori
Burns

sekaligus

mengujikan

intrumen

kecemasan

karena instrumen ini mengukur kecemasan yang
berhubungan dengan gejala yang selalu timbul dan
kelihatan selama situasi terjadi atau biasa dinamakan
state, sehingga individu tersebut mengalami kecemasan
secara

situasional.

Sedangkan

dalam

trait bahwa

kecemasan yang berhubungan dengan keadaan yang
dapat

menyesuaikan

diri

pada

saat

terjadi
15

kesulitan/kesukaran yang sedang dihadapi dan bersifat
sementara. Dapat disimpulkan berdasarkan penjelasan
dan

teori

bahwa

instrumen

kecemasan

Burns

mengukur kecemasan state and trait.

2.3 Mengukur Kecemasan
Burns (1998) “tes kecemasan dapat dipandang
oleh banyak orang sebagai mengetahui permasalahan
yang ada”. Dalam hal ini instrumen kecemasan dapat
mengetahui seberapa besar tingkat kecemasan yang
dihadapi individu tersebut. Dengan demikian Burns
membuat

instrumen

kecemasan

yaitu

BAI (Burns

Anxiety Instrument) adalah salah satu instrumen yang
dipilih

oleh

peneliti

untuk

mengetahui

tingkat

kecemasan siswa. Konsep kecemasan pada instrumen
kecemasan

BAI

dikategorikan

dalam

menjadi

penelitian

ini

dapat

aspek,

yaitu

aspek

tiga

permasalahan, pikiran, dan gejala fisik. Aspek-aspek
tersebut mengelompokkan kecemasan dengan berbagai
komponen.
Aspek-aspek yang diukur agar terlihat jelas pada
klien

yang

membeutuhkan

bantuan

penuntasan

permasalahan saat dan nantinya peneliti memberikan
treatment yang tepat untuk membantu siswa dalam
kecemasannya.

2.4 Teknik

Behavior

Desensitisasi

Sistematik Dalam Konseling Behavioral
Pendekatan

behavioral

atau

perilaku

adalah

penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang
16

17

berakar pada bagian teori belajar. Ada beberapa teknik
konseling di dalam pendekatan behavioral seperti:
Desensitisasi Sistematik (Systematic Desensitization),
Assertive Training, Aversion Therapy dan Home Work.
Dalam pembatasan masalah penelitian ini, peneliti
mengambil

salah

pendekatan

satu

teknik

behavioral,

yaitu

konseling
teknik

dalam

konseling

desensitisasi sistematik, karena secara pembatasan
masalah pada mengurangi kecemasan.
“Desensitisasi sistematik adalah respon terhadap
kecemasan yang dapat dipelajari atau dikondisikan,
dan bisa dicegah dengan memberi subtitusi berupa
suatu aktivitas yang sifatnya memusuhinya” Wolpe
(dalam Corey 2007). Stimulus yang menghasilkan
kecemasan

berkali-kali

dilakukan

dengan

latihan

bersantai sampai hubungan antara stimulus-stimulus
serta

respon

terhadap

kecemasan

itu

terhapus

mengembangkan metode desensitisasi sistematis, terapi
ini

muncul

karena

untuk

kecemasan.

menangani
Baru-baru

sejumlah
ini,

masalah,

desensitisasi

sistematis telah digunakan untuk menangani secara
khusus

kecemasan

State

dan

Trait.

Desensitisasi

sistematis terbukti menjadi teknik yang paling efektif
untuk mengukur beberapa kriteria termasuk laporan
diri, pengamatan perilaku, tes psikologi, dan tindakan
fisiologis.

Wolpe

(dalam

Corey,

2007)

“ditemukan

desensitisasi sistematik secara signifikan lebih efektif
dalam

mengurangi

kecemasan

kemudian

diberi

tindakan treatment”.

17

Teknik

desensitisasi

sistematik

menggunakan

dua proses utama untuk mengurangi adety relaxation
dan contra conditioning. Dalam keadaan relaksasi yang
mendalam,

maka

situasi

yang

biasanya

membangkitkan kecemasan pada subyek (siswa) secara
bertahap berkurang terhadap situasi. Penelitian ini
telah menunjukkan bahwa aspek-aspek penting dari
teknik

desensitisasi

sistematik

adalah

konstruksi

kecemasan dan keadaan relaxation. Tampaknya ada
sejumlah

keuntungan

dalam

menggunakan

desensitisasi sistematis untuk mengurangi kecemasan.
Metode ini relatif mudah digunakan, dan seseorang
tidak harus memiliki terapis secara profesional untuk
menguasai
beberapa

teknik
kasus

desensitisasi
individu

sistematis.

menggunakan

Dalam
teknik

desensitisasi sistematik berhasil untuk mereduksi/
mengurangi

kecemasan

dengan

bantuan

instruksi

secara manual.
Menurut Wolpe (dalam Corey, 2007) “konseling
behavioral

merupakan

suatu

metode

untuk

mempelajari tingkah laku yang tidak adaptif melalui
proses belajar yang normal”. Tingkah laku tersusun
dari respon kognitif, motorik, dan emosional yang
dipandang sebagai respon terhadap stimulasi eksternal
dan

internal

dengan

tujuan

untuk

memodifikasi

koneksi-koneksi dan metode stimulus respon sedapat
mungkin. Respon kognitif adalah respon individu
melibatkan perubahan dalam kemampuan pola pikir,
kemahiran

berbahasa,

dan

pengetahuan

dari

lingkungan. Sedangkan respon motorik adalah respon
18

19

individu yang melibatkan kemampuan gerak tubuh dan
refleks pada bagian tubuh, misalnya kaki, tangan,
kepala, bahu dan pundak. Sedangkan yang dimaksud
dengan respon emosional adalah respon individu yang
melibatkan kemampuan emosional dalam menerima
dan menghadapi masalah seperti: cemas, takut, gugup,
sedih dan sebagainya. Konseling behavior memiliki
teknik-teknik dalam upaya mengkondisikan perilaku
individu. Adapun teknik tersebut yaitu: Desensitisasi
Sistematis, Teori Implosif dan Pembanjiran, Latihan
Asertif, Terapi Aversi, Pengkondisian Operant. Salah
satu teknik yang digunakan dalam upaya untuk
mereduksi

kecemasan

menghadapi

ujian/ulangan

umum semester dalam penelitian ini adalah teknik
desensitisasi sistematis yang berupaya menciptakan
kondisi rileks dan nyaman pada siswa yang mengalami
kecemasan.
Desensitisasi
cocok

digunakan

sistematis adalah teknik yang
untuk

menangani

fobia-fobia,

kecemasan dan ketakutan. Teknik ini bisa diterapkan
secara

efektif

pada

berbagai

situasi

penghasil

kecemasan, mencakup situasi interpersonal, ketakutan
terhadap ujian/ulangan umum semester, kecemasankecemasan neurotik, serta impotensi dan frigiditas
seksual.
Mengenai

prosedur

pelaksanaan

teknik

desensitisasi sistematis yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a.

Desensitisasi sistematis dimulai dengan suatu
analisis tingkah laku atas stimulus-stimulus yang
19

dapat

membangkitkan

kecemasan

ulangan.

Disediakan waktu untuk menyusun suatu tingkatan
kecemasan konseli dalam area tertentu.
b.

Konselor dan konseli mendata hasil-hasil apa
saja

yang

menyebabkan

konseli

mempunyai

perasaan cemas dan kemudian menyusunnya secara
terperinci.
c.

Konselor

melatih

konseli

untuk

mencapai

keadaan rileks atau santai.
d.

Konselor melatih konseli untuk membentuk
respon-respon antagonistik yang dapat menghambat
perasaan cemas.

e.

Pelaksanaan

teknik

desensitisasi

sistematis.

Proses desensitisasi melibatkan keadaan dimana
konseli sepenuhnya santai dengan mata tertutup.
Adapun

treatment

dari

prosedur-prosedur

tersebut dapat digambarkan dalam beberapa tahap,
yaitu: (a) siswa yang mengalami kecemasan disuruh
untuk

membayangkan

(memikirkan

tentang)

bermacam-macam adegan dari kecemasannya. Hal
yang

ditakuti

dalam

kecemasan,

kemudian

dipraktekkan secara terpisah mulai dengan situasi
stimulus yang sangat kurang menakutkan;

(b) siswa

diminta untuk mengacungkan jari telunjuknya bila ia
cemas

pada

stimulus;

dan

membayangkan

saat

membayangkan

kemudian
situasi

klien
stimulus

suatu

situasi

disuruh

untuk

yang

kurang

menakutkan pada hal yang ditakuti tersebut. (c) siswa
disuruh berpikir tentang hal itu dan disuruh untuk
20

21

relaks, kemudian disuruh untuk berpikir tentang hal
itu lagi dan disuruh relaks, dan seterusnya. Adegan
yang ditakuti diimbangi beberapa kali dengan relaksasi;
(d) Bila siswa tidak memperlihatkan kecemasan, maka
disajikan adegan berikutnya dalam kecemasan tersebut
dan diimbangi dengan relaksasi. Secara bertahap,
siswa dan terapis menelusuri kecemasan tersebut
dengan cara seperti ini. Jika siswa menunjukkan
kecemasan terhadap suatu stimulus, maka terapis
menyuruh siswa untuk relaks. Setelah relaks, suatu
adegan

kecemasan

disajikan

dan

yang

secara

lebih

rendah,

bertahap

kemudian

menelusuri

lagi

kecemasan tersebut.
Kondisi

di

atas

bisa

dilaksanakan

sebagai

treatment untuk siswa SMA Negeri 1 Kaliwungu,
sehingga saat menghadapi ulangan umum semester
tidak

merasa

cemas

lagi.

Mengurangi

kecemasan

adalah hal yang utama dalam penelitian ini, sehingga
kecemasan

dapat

diberi

treatment

dengan

teknik

desensitisasi sistematis.
Dari teori-teori tersebut, maka dapat disimpulkan
gambaran yang jelas yaitu permasalahan kecemasan
dalam menghadapi ulangan umum semester melalui
instrumen

Burns

Anxiety

Instrument

(BAI)

untuk

mengetahui tinggi rendahnya siswa dalam kecemasan
dan langkah-langkah behavior desensitisasi sistematis
untuk

treatment

siswa

yang

diharapkan

dapat

mengurangi/mereduksi kecemasan dalam menghadapi
ulangan

semester

dengan

cara

relaksasi

sesuai

langkah-langkah desensitisasi sistematis.
21

2.5 Kajian yang Relevan
Kajian dalam penelitian ini sangat diperlukan,
fungsinya

untuk

mengetahui

sebagai

bahan

perbandingan penelitian terdahulu. Seperti peneliti
terdahulu yang ditulis oleh Robert M. Laxer dkk pada
Ekperimen Desensitisasi Sistematik Pada Siswa Dalam
Menghadapi
melalui

Tes

(Terjemahan

desensitisasi

Bahasa

sistematik

Indonesia),

kecemasan

siswa

mengalami penurunan dalam menghadapi tes adalah
0,05 > 0,02. Dengan demikian dari peneliti terdahulu
tingkat kecemasan menurun dengan taraf signifikannya
sangat normal dan wajar.
Kajian yang lain seperti yang dituliskan oleh
Heidi A. Larson, Mera K. El Ramahi, Steven R. Conn,
Lincoln A. Estes, and Amanda B. dari Ghibellini Eastern
Illinois University dengan judul “Reducing Test Anxiety
Among

Third

Implementation
diadakan

Grade
of

penelitian

Students

Relaxation
pre-test

Through

Techniques
dan

post-test

the

setelah
berarti

ditemukan (t (55) = 2.24, p = 0,029 dan t (67) = 4,07, p
=.000. Dengan demikian dari peneliti terdahulu tingkat
kecemasan pre-test dan post test menurun dengan taraf
signifikannya sangat normal dan wajar.
Dari kajian penulis di atas dapat disimpulkan
penelitian tentang menurunkan/mereduksi kecemasan
dalam menghadapi ujian/ulangan umum semester
melalui pre-test dan post test dapat diturunkan secara
singifikan, sehingga penelitian ini diharapkan dapat
mengikuti penelitian terdahulu.

22

23

2.6 Hipotesis
Berdasarkan arti katanya, hipotesis berasal dari
dua penggalan kata, yaitu “hypo” yang artinya “di
bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Jadi
hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan
dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan
berkembang

menjadi

hipotesis.

Menurut

Sugiyono

(2013) “Sebuah hipotesis adalah pernyataan tentang
populasi yang kemudian akan dibuktikan oleh data”.
Jadi hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang
parameter populasi yang perlu dibuktikan kebenannya.
Hipotesis penelitian ini dapat dibuktikan melalui
pengujian, sebelum mengadakan pengujian hipotesis
peneliti mengetahui tingkat kecemasan siswa dalam
menghadapi
instrumen
melalui

ulangan
BAI,

behavior

umum

kemudian

semester

memberikan

desensitisasi

sistematik

melalui
treatment
dengan

asumsi pada penelitian ini menggunakan uji hipotesis
untuk

perbandingan

dua

mean.

Untuk

menguji

perbedaan dua mean dengan menggunakan penelitian
Eksperimen One Group Pre-test and Post-test Design
serta digunakan rumus uji t untuk menjawab hipotesis
penerimaan Ho atau penolakan Ho.

23

24

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

Upaya mengurangi kecemasan belajar matematika siswa dengan penerapan metode diskusi kelompok teknik tutor sebaya: sebuah studi penelitian tindakan di SMP Negeri 21 Tangerang

26 227 88

Pengaruh mutu mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa bidang ekonomi di SMA Negeri 14 Tangerang

15 165 84

Upaya guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

48 349 84

Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha (Pstw) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur

10 166 162