BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Berbasis CTL dengan Teknik Word Square untuk Meningkatkan Aktivitas dan Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD N Baledu Tahun Pelaj

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1

Pembelajaran Bahasa Indonesia
Belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003).
Sesuai dengan pengertian belajar, pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan
yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah
ke arah yang lebih baik. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan
motivasi siswa, dapat menyediakan bahan belajar yang menarik, dapat
menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik, dapat menciptakan

suasana belajar yang aman, nyaman, menarik, dan menyenangkan serta dapat
membuat siswa siap menerima pelajaran baik fisik maupun fisiologi (Darsono,
2000).
Pelaksanaan pelajaran Bahasa Indonesia di kelas menurut konstruktivisme
diwujudkan dalam bentuk peserta didik disuruh menulis / mengarang dan
bercerita. Kegiatan ini dilakukan dengan langkah – langkah (1) merumuskan
masalah, (2) melakukan pengamatan, (3) menganalisis hasil pengamatan, (4)
mengkomunikasikan kepada orang lain.
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Empat standar kompetensi pada
bahasa Indonesia antara lain :
9

10

1) Mendengarkan, memahami wacana lisan dalam kegiatan wawancara,
pelaporan, penyampaian berita, dialog interaktif, puisi, drama dan
novel.
2) Berbicara, menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran,

perasaan, informasi, pengalaman, pendapat, komentar dalam kegiatan
wawancara, presentasi laporan dan pidato, serta dalam berbagai karya
sastra berbentuk cerita pendek, novel, puisi dan drama.
3) Membaca, menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami
berbagai bentuk wacana tulis dan berbagai karya sastra berbentuk
puisi, cerita pendek, drama, novel.
4) Menulis, melakukan berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk buku harian, surat
pribadi, laporan, rangkuman, teks berita, karangan, karya ilmiah, dan
berbagai karya sastra berbentuk pantun, dongeng, puisi, drama dan
cerpen.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan :
1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tertulis
2) Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan bahasa Negara
3) Memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan


11

4) Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial
5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa
6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia
Peneliti memilih materi teks panjang dengan standar kompetensi
membaca, memahami teks agak panjang (120 – 500 kata). Materi ini meliputi dua
kompetensi dasar yaitu menemukan pikiran pokok teks agak panjang (120 – 500
kata) dengan cara membaca sekilas dan menemukan makna dan informasi dalam
kamus ensiklopedia. Ada empat macam tuntutan peneliti dalam penelitian, yang
pertama adalah siswa dapat mendengarkan dan memahami materi tentang isi teks
bacaan. Tuntutan yang kedua adalah siswa dapat mengungkapkan pikiran,
informasi dan pendapat dari dalam isi teks bacaan. Tuntutan yang ketiga adalah
siswa dapat membaca dengan jelas dan sopan untuk memahami bentuk teks
bacaan tertulis. Tuntutan yang terakhir adalah siswa dapat menulis dengan rapi
dalam bentuk laporan dan rangkuman.

2.1.2

Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

menghasilkan perubahan pengetahuan. Pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan
keterampilan pada siswa sebagai latihan yang dilaksanakan secara sengaja.
Berdasarkan pengetahuan tentang prinsip-prinsip di atas, diharapkan kepada guru

12

untuk dapat mengembangkan aktivitas siswa, di atas jenis-jenis aktivitas yang
dimaksud dapat digolongkan menjadi:
a.

Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

b.


Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

c.

Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato.

d.

Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.

e.

Motor

activities,

yakni


segala

keterampilan

jasmani

siswa

untuk

mengekspresikan bakat yang dimilikinya.
f.

Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
(Sardiman, 2011).
Klasifikasi di atas menunjukkan aktivitas di sekolah cukup kompleks dan

bervariasi. Aktivitas tersebut dapat diciptakan di lingkungan sekolah pasti akan

membuat proses pembelajaran tidak membosankan dan membuat pembelajaran
berpusat pada siswa.
Pembelajaran menggunakan teknik word square dapat diamati melalui
keenam macam jenis aktivitas di atas dengan menggunakan lembar angket
aktivitas siswa. Aktivitas yang diamati saat pembelajaran menggunakan teknik
word square antara lain, memperhatikan penjelasan guru, menjawab pertanyaan
dari guru mengerjakan lembar diskusi word square, kerjasama dalam kelompok,

13

mengemukakan pendapat, bersaing dengan kelompok lain, mengajukan
pertanyaan,

membuat

catatan,

mengemukakan

kesimpulan


saat

selesai

pembelajaran. Siswa dikatakan aktif ketika jumlah skor yang didapatkan
menunjukkan kriteria presentase sedang sampai tinggi.
2.1.3

Motivasi Belajar Siswa
Motivasi belajar merupakan kecenderungan seseorang untuk bereaksi

terhadap situasi dengan tujuan mencapai prestasi yang ditampilkan dalam bentuk
perilaku. Motivasi belajar merupakan motif yang mendorong seseorang untuk
berpacu dengan keunggulan diri sendiri. Dengan demikian, motivasi merupakan
suatu usaha yang didasari untuk menggerakkan dan menjadi tingkah laku
seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil atau tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi merupakan
salah satu faktor yang diduga besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa.
Siswa yang motivasinya tinggi diduga akan memperoleh hasil kerja yang baik.

Pentingnya motivasi belajar siswa terbentuk antara lain agar terjadi perubahan
belajar ke arah yang positif.
Slavin (dalam Anni 2007) mengatakan motivasi merupakan proses internal
yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terusmenerus. Menurut Yamin (2009) motivasi dalam belajar dibedakan dalam dua
jenis masing-masing adalah motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan
dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan
belajarnya sendiri. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu, apakah karena ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga

14

dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu. Untuk mendapatkan
hasil yang memuaskan peneliti melakukan hal – hal seperti pemberian
reward/penghargaan terhadap siswa yang paling aktif di kelas.
b. Motivasi instrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar. Motivasi instrinsik timbul dari diri sendiri
tanpa ada paksaan/dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
Motivasi ini membuat seseorang melakukan sesuatu karena senang

melakukannya. Motivasi ini mengarah pada timbulnya motivasi berprestasi.
Menurut Sardiman (2003) ada beberapa cara untuk menumbuhkan
motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain: 1) memberi angka; 2)
hadiah; 3) saingan/kompetisi; 4) ego-involvement; 5) memberi ulangan; 6)
mengetahui hasil; 7) pujian; 8) hukuman; 9) hasrat untuk belajar; 10) minat; dan
11) tujuan yang diakui. Tugas guru dalam pembelajaran dengan menggunakan
model pendekatan CTL adalah sebagai motivator, pemberi dukungan dan
semangat kepada siswa. Adapun cara guru untuk menumbuhkan motivasi dalam
penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
a. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.
Memberikan angka pada siswa merupakan salah satu usaha atau penghargaan
kepada seseorang tentang apa yang telah dia kerjakan. Dalam kegiatan belajar
mengajar siswa akan merasa senang dan bersemangat apabila ia memperoleh
angka atau nilai baik. Pemberian angka tersebut nantinya akan menjadi tolak ukur
bagi siswa untuk lebih meningkatkan hasil belajar ataupun mempertahankan

15

kualitas belajarnya. Pada penelitian ini, siswa memperoleh angka dari nilai akhir

selama pembelajaran.
b. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, pemberian hadiah dapat
memberikan rangsangan bagi siswa untuk berusaha atau menjadikan siswa
termotivasi untuk melakukan sesuatu yang terbaik. Hadiah tidak selalu dalam
bentuk barang, tetapi juga dapat dalam bentuk tepuk tangan sebagai bentuk
penghargaan terhadap kerja siswa. Pemberian hadiah dalam bentuk tepuk tangan
ini dapat diberikan kepada siswa yang aktif dalam pembelajaran seperti berani
untuk bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat, melakukan presentasi dan
sebagainya.
c. Kompetisi/Persaingan
Kompetisi/persaingan dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong siswa agar rajin belajar dan berusaha sebaik mungkin agar
memperoleh hasil belajar yang maksimal. Persaingan antar perorangan/ kelompok
ini dapat memicu siswa untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dibandingkan
dengan siswa lain dalam hal kualitas belajar, diskusi, maupun presentasi
d. Ego involvement
Bagi anak perlu ditanamkan rasa tanggung jawab dan harga diri, hingga
mendorong anak untuk bekerja semaksimal mungkin untuk meraih hasil yang
baik. Dengan menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar siswa merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras
dengan mempertaruhkan harga diri. Guru dapat memberitahukan kepada siswa

16

betapa pentingnya materi pembelajaran dan proses pembelajaran dalam kehidupan
sehari-hari.
e. Memberi ulangan
Ulangan diberikan kepada siswa sebagai evaluasi selama mengikuti
kegiatan pembelajaran. Adanya evaluasi akan mendorong siswa untuk lebih
terpacu mencapai hasil belajar yang baik, karena jika siswa mengetahui bahwa di
akhir pembelajaran akan ada ulangan maka siswa akan mengetahui bahwa di akhir
pembelajaran akan ada ulangan maka siswa akan berusaha mengikuti
pembelajaran dengan maksimal. Ulangan dalam penelitian ini dalam bentuk tes
akhir yang dilakukan pada akhir pembelajaran.
f. Mengetahui hasil
Guru dapat menjanjikan akan memberikan hasil belajar kepada siswa di
akhir pembelajaran. Hal ini dapat menambah semangat dan meningkatkan
motivasi belajar siswa untuk memperoleh nilai yang maksimal.
g. Pujian
Pujian adalah reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan
motivasi yang baik. Pujian/sanjungan perlu diberikan kepada siswa yang telah
berhasil dan sukses dalam menyelesaikan kegiatan dengan baik. Guru dapat
memberikan pujian kepada siswa apabila siswa berani untuk bertanya, menjawab
pertanyaan, berpendapat, melakukan presentasi, maupun aktivitas belajar lainnya.
Pemberian pujian akan membuat suasana yang menyenangkan dan mempertinggi
gairah belajar serta sekaligus akan meningkatkan harga diri siswa.

17

h. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk
belajar. Hal ini akan lebih baik apabila dibandingkan dengan segala sesuatu
kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar, berarti pada diri anak didik itu
memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan
lebih baik. Pembelajaran menggunakan teknik pembelajaran word square yang
berpusat pada siswa diharapkan dapat menjadi daya tarik sendiri bagi siswa
sehingga dapat menumbuhkan hasrat untuk belajar dalam diri siswa.
i. Minat
Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat yang
ada di dalam diri siswa. Banyak siswa yang tidak bergairah dalam belajar karena
memang tidak ada minat pada dirinya untuk belajar ataupun sekolah.Jadi adanya
minat sangatlah penting untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa.
j. Tujuan yang diakui
Dalam penelitian ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran di setiap
awal pertemuan. Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa
merupakan alat motivasi yang sangat penting, sebab dengan memahami tujuan
yang harus dicapai karena dirasa angat berguna dan menguntungkan, maka akan
timbul gairah untuk terus belajar.
2.1.4

Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran Kontekstual atau dikenal dengan istilah Contextual Teaching

and Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada
keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara
nyata, sehingga siswa mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil

18

belajar dalam kehidupan sehari-hari. (Mulyasa : 2006) Pembelajaran CTL
merupakan konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan sedikit demi sedikit dan dari proses
mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya sebagai anggota masyarakat
Karakteristik dalam pembelajaran CTL antara lain kerja sama, saling
menunjang, menyenangkan, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi,
menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, siswa kritis guru kreatif. Hal ini
membuat CTL dapat digunakan dalam semua mata pelajaran, tergantung
kreativitas guru masing – masing.Dalam pembelajaran CTL tugas guru adalah
memberikan kemudahan belajar pada siswa dengan menyediakan berbagai sarana
dan sumber pembelajaran yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan
materi pembelajaran berupa hafalan dan strategi pembelajaran, guru harus
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sangat penting dan menunjang
pembelajaran CTL.
Proses CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu
a. Konstruktivisme (membangun)
1) Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru
berdasar pada pengetahuan awal
2) Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi”
bukan menerima pengetahuan

19

b. Inquiry (menemukan)
1) Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman
2) Siswa belajar menggunakan kemampuan berpikir kritis
c. Questioning (bertanya)
1) Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai
kemampuan berfikir siswa.
2) Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran
yang berbasis inquiry
d. Learning Community (Komunitas Belajar)
1) Sekelompok orang yang terkait dalam kegiatan belajar.
2) Bekerjasama dengan orang lain lebih baik dari pada belajar sendiri.
3) Tukar pengalaman
4) Berbagi ide
e. Modeling (Pemodelan)
1) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain bisa berfikir, bekerja
dan belajar.
2) Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
f. Reflection (Refleksi)
1) Cara berfikir tentang apa yang kita pelajari
2) Mencatat apa yang telah dipelajari
3) Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
g. Authentic Assessment (Penilaian yang Sebenarnya)
1) Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
2) Penilaian produk (kinerja)

20

3) Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual (Aqib : 2013)
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan sistem pembelajaran
yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan
makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan
sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima
tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi
dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan
diterapkan dalam tugas pekerjaan. Agar informasi dapat disimpan dalam jangka
lama, harus menempuh langkah – langkah pembelajaran CTL antara lain :
1. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri ,dan mengkonstruksi
sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4. Menciptakan masyarakat belajar
5. Menghadirkan model sebagia contoh belajar
6. Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
7. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Hasil pemetaan pernyataan angket untuk mengukur aktivitas belajar siswa
Tabel 1.
Hasil Pemetaan Aktivitas Siswa
Tabel 1.

No
1.

Aspek Aktivitas
Ketepatan waktu

Hasil Pemetaan Aktivitas Siswa

Kemampuan
yang diukur
Mengikuti
pembelajaran
secara tepat
waktu

Pernyataan Angket
Saya datang sebelum pelajaran
dimulai
Saya datang saat pembelajaran

21

dimulai
Saya datang terlambat
(maksimal 15 menit)
2.

Perhatian

Memperhatikan
penjelasan guru
dengan seksama

Pada saat pembelajaran saya
bersikap tenang dan mencatat
hal – hal yang penting
Pada saat pembelajaran saya
bersikap tidak tenang (berbicara
dengan teman) dan mencatat hal
– hal yang penting
Pada saat pembelajaran saya
bersikap tidak tenang(berbicara
dengan teman) dan tidak
mencatat hal – hal yang penting

3.

Berpendapat

Siswa dapat
menyampaikan
pendapat saat
diskusi

Saya menyampaikan pendapat
dari inisiatif saya sendiri dan
pendapat saya relevan
Saya menyampaikan pendapat
dari inisiatif saya sendiri dan
pendapat saya tidak relevan
Saya tidak menyampaikan
pendapat

4.

Bertanya

Siswa dapat
memberi
pertanyaan
kepada guru
maupun kepada
siswa lain

Saya bertanya dari inisiatif saya
sendiri dan pertanyaan yang saya
ajukan jelas
Saya bertanya dari inisiatif saya
sendiri dan pertanyaan yang saya
ajukan kurang jelas
Saya tidak menyampaikan
pertanyaan

5.

Pengerjaan

Siswa mampu
mengerjakan
lembar diskusi
siswa dengan
baik dan tepat
waktu

Saya mengerjakan lembar
diskusi siswa tepat waktu dan
memberikan jawaban yang
sesuai
Saya mengerjakan lembar
diskusi siswa tepat waktu dan
memberikan jawaban yang

22

sesuai
Saya mengerjakan lembar
diskusi siswa tidak tepat waktu
6.

7.

Keseriusan

Permainan

Pada saat proses
pembelajaran
berlangsung
siswa
menunjukkan
keseriusannya
dengan tidak
berbuat gaduh ata
berbicara dengan
siswa lain

Selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung saya tidak
pernah berbuat kegaduhan

Melihat aktivitas
siswa selama
proses permainan
teknik word
square
berlangsung

Saya dapat menjawab soal dari
permainan word square dengan
jawaban benar

Selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung saya
pernah berbuat kegaduhan
setelah 1-2 kali diperingatkan
Selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung saya
pernah berbuat kegaduhan
setelah lebih dari 3 kali
diperingatkan

Saya dapat menjawab soal dari
permainan word square tetapi
jawaban saya salah
Saya tidak dapat menjawab soal
dari permainan word square

8.

Kerja sama

Selama proses
pembelajaran
diamati siswa
yang melakukan
kerja sama dalam
kegiatan
kelompoknya
masing – masing

Selama kegiatan berkelompok
saya melakukan aktivitas
diantaranya mencari tahu dari
buku, berdiskusi dengan teman
kelompok dan menyampaikan
pendapat dalam kelompok
Selama kegiatan berkelompok
saya melakukan dua aktivitas
dua diantara tiga aktivitas
berikut mencari tahu dari buku,
berdiskusi dengan teman
kelompok dan menyampaikan
pendapat dalam kelompok
Selama kegiatan berkelompok
saya tidak melakukan aktivitas
diantaranya mencari tahu dari

23

buku, berdiskusi dengan teman
kelompok maupun
menyampaikan pendapat dalam
kelompok
9.

10.

Presentasi

Penyimpulan

Siswa melakukan
presentasi di
depan kelompok
lain tentang hasil
lembar diskusi
yang telah selesai
mereka kerjakan
secara
berkelompok

Selama presentasi di depan kelas
saya berbicara dengan jelas dan
benar

Di akhir
pembelajaran
siswa membuat
kesimpulan
tentang apa yang
telah dipelajari

Saya membuat kesimpulan
materi yang telah diberikan

Selama presentasi di depan kelas
saya berbicara dengan terburu –
buru
Selama presentasi di depan kelas
saya tidak berbicara

Saya memperbaiki atau
menambahkan kesimpulan
materi yang telah diberikan
teman, jika kesimpulan teman
masih kurang lengkap
Saya tidak membuat maupun
memperbaiki kesimpulan

Hasil pemetaan pernyataan angket untuk mengukur motivasi belajar siswa
Tabel 2.
Hasil Pemetaan Motivasi Siswa
Tabel 2.

No
1.

Aspek
Motivasi
Perhatian
(attention)

Hasil Pemetaan Motivasi Siswa

Kemampuan yang
diukur
Ketertarikan siswa
dalam mengikuti
pembelajaran dengan
model pembelajaran
CTL teknik word
square

Pernyataan Angket
Saya senang pada pembelajaran
ini sehingga saya ingin
mengetahui lebih lanjut pokok
bahasan ini
Saya telah mempelajari sesuatu
yang sangat menarik dan tak
terduga sebelumnya
Pada awal pembelajaran ada
sesuatu yang menarik bagi saya
Menemukan kata – kata pada

24

word square sangat
menyenangkan bagi saya
2.

Relevansi
(relevance)

Menghubungkan
pengetahuan awal
siswa dengan materi
pemlajaran
Menghubungkan
materi pembelajaran
dengan
penerapannya dalam
kehidupan sehari –
hari

Setelah membaca informasi
pendahuluan, saya yakin bahwa
saya mengetahui apa yang harus
saya pelajari dari pembelajaran
ini
Jelas bagi saya bagaimana
hubungan materi pembelajaran
ini dengan apa yang telah saya
ketahui
Isi pembelajaran ini akan
bermanfaat bagi saya
Kata – kata pada word square
terdapat informasi yang dapat
saya terapkan dalam kehidupan
sehari – hari

3.

Percaya diri
(confidence)

Kepercayaan diri
siswa terhadap
pembelajaran

Pertama kali saya melihat
pembelajaran ini, saya merasa
bahwa pembelajaran ini mudah
bagi saya
Soal – soal evaluasi pada
pembelajaran ini terlalu sulit
bagi saya
Untuk menemukan kata – kata
pada word square membutuhkan
waktu yang lama bagi saya

4.

Kepuasan
(satisfaction)

Kepuasan siswa
untuk dapat
menyelesaikan
pembelajaran dengan
maksimal
Kepuasan siswa
terhadap materi yang
disampaikan oleh
guru

Menyelesaikan pembelajaran
dengan berhasil sangat penting
bagi saya
Saya benar – benar senang
mempelajari pembelajaran ini
Saya merasa bahagia
menyelesaikan dengan berhasil
pembelajran ini

25

Sintak Pembelajaran
Pembelajaran menggunakan model CTL dengan teknik Word Square
terdapat langkah – langkah yang harus diperhatikan seperti yang tercantum
pada tabel berikut.
Tabel 3.
Sintak Pembelajaran CTL Dengan Teknik Word Square
Tabel 3.

Komponen
Komponen 1
Konstruktivisme (membangun)
Komponen 2
Inquiry (menemukan)
Komponen 3
Questioning (bertanya)
Komponen 4
Learning Community
(komunitas belajar)
Komponen 5
Modeling (pemodelan)

Komponen 6
Reflection (refleksi)

Komponen 7
Authentic Assesment (penilaian
yang sebenarnya)

Sintak Pembelajaran CTL Dengan Teknik Word Square

Kegiatan Guru
Guru membangun pemahaman siswa dari
pengalaman baru berdasarkan pengetahuan
awal
Guru membentuk proses perpindahan
siswa yang awalnya pengamatan menjadi
pemahaman
Guru mendorong, membimbing dan
menilai kemampuan berpikir siswa
Guru memberikan kesempatan dan
melakukan pengamatan pada siswa yang
telah melakukan kerja sama, tukar
pengalaman dan berbagi ide dengan siswa
lain
Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk menyampaikan hasil pekerjaan di
depan siswa lain, guru memimpin siswa
untuk melakukan permainan word square
dengan membacakan pertanyaan
Guru memberikan umpan balik tentang
pembelajaran dengan teknik word square
di akhir pembelajaran, guru memberi
bimbingan pada siswa untuk
menyimpulkan kesimpulan
Guru melakukan pengukuran aktivitas dan
motivasi belajar siswa

26

Implementasi pembelajaran model CTL dengan teknik word square
pada Bahasa Indonesia berdasarkan standar proses tergambar pada tabel
berikut:
Tabel 4.
Implementasi Pembelajaran CTL Dengan Teknik Word Square
Tabel 4.

Komponen

Implementasi Pembelajaran CTL Dengan Teknik Word Square

Langkah – langkah
dalam Standar Proses

Kegiatan Guru

Konstruktivisme
(membangun)

Pendahuluan

Guru membangun
pemahaman siswa dari
pengalaman baru
berdasarkan pengetahuan
awal

Inquiry
(menemukan)

Eksplorasi

Guru membentuk proses
perpindahan siswa yang
awalnya pengamatan
menjadi pemahaman

Questioning
(bertanya)

Guru mendorong,
membimbing dan menilai
kemampuan berpikir siswa

Learning Community Elaborasi

Guru memberikan
kesempatan dan melakukan
pengamatan pada siswa
yang telah melakukan kerja
sama, tukar pengalaman dan
berbagi ide dengan siswa
lain

(komunitas belajar)

Guru memberikan
kesempatan pada siswa
untuk menyampaikan hasil
pekerjaan di depan siswa
lain, guru memimpin siswa
untuk melakukan permainan
word square dengan
membacakan pertanyaan

Modeling
(pemodelan)

Reflection (refleksi)

Konfirmasi
Penutup

Guru memberikan umpan
balik tentang pembelajaran
dengan teknik word square
di akhir pembelajaran, guru

27

memberi bimbingan pada
siswa untuk menyimpulkan
kesimpulan
Guru melakukan
pengukuran aktivitas dan
motivasi belajar siswa

Authentic Assesment
(penilaian yang
sebenarnya)

Setiap pembelajaran pastinya ada kelebihan dan kekurangan, di bawah ini
merupakan kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL). Kelebihan CTL antara lain :
- Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai
dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga siswa terlibat aktif dalam
proses belajar mengajar.
- Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data,
memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih
kreatif
- Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
- Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh
guru.
- Pembelajaran lebih menyenangkan.
- Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
- Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok
Kekurangan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) antara
lain :
-

Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada
kebutuhan

siswa

padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan

28

siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam menetukan
materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama
-

Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam
proses belajar mengajar

-

Proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara
siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki
kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya
diri bagi siswa yang kurang kemampuannya

-

Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini
akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena
dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari
keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti
setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman
yang tertinggal dan mengalami kesulitan.

-

Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model
CTL ini.

2.1.5

Word Square
Word Square terdiri dari 2 kata word dan square. Word berarti kata

sedangkan square adalah persegi. Jadi word square adalah pengisian huruf/angka
pada kotak yang disediakan. Mujiman (2007) mengemukakan bahwa model
pembelajaran word square merupakan pengembangan dari metode diskusi yang
diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui pengelompokan metode diskusi
yang berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran.

29

Teknik pembelajaran word square merupakan teknik pembelajaran yang
memadukan

kemampuan

menjawab

pertanyaan

dengan

kejelian

dalam

mencocokan jawaban pada kotak – kotak jawaban. Mirip seperti mengisi teka –
teki silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun di samarkan dengan
menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf atau angka penyamar
atau pengecoh. Model pembelajaran ini sesuai untuk semua mata pelajaran.
Tinggal bagaimana guru untuk memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang
dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif. Tujuan huruf atau angka pengecoh
bukan untuk mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.
Beberapa kelebihan dari teknik pembelajaran word square yaitu :
1. Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran.
2. Melatih untuk berdisiplin.
3. Dapat melatih siswa berpikir teliti dan kritis.
4. Merangsang siswa untuk berpikir efektif.
Sedangkan beberapa kekurangan dari teknik pembelajaran word square yaitu :
1. Mematikan kreatifitas siswa.
2. Siswa tinggal menerima bahan mentah.
3. Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan
kemampuan atau potensi yang dimilikinya.
Teknik pembelajaran ini siswa tidak dapat mengembangkan kreativitas
masing – masing, dan lebih banyak berpusat pada guru. Karena siswa hanya
menerima apa yang disampaikan oleh guru, dan jawaban dari lembar kerja pun
tidak bersifat analisis, sehingga siswa tidak dapat menggali lebih dalam materi

30

yang ada dengan teknik pembelajaran word square ini. Dapat disimpulkan bahwa
teknik pembelajaran word square adalah suatu pengembangan dari metode
ceramah namun untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang telah
disampaikan maka diberikan lembar kerja yang didalamnya berisi soal dan
jawaban yang terdapat dalam kotak kata. Membutuhkan suatu kejelian dan
ketelitian dalam mencari pilihan jawaban yang ada dengan tepat. Namun
sebagaimana teknik pembelajaran yang lainnya, teknik pembelajaran word square
mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kekurangan dari model pembelajaran ini
yaitu siswa hanya menerima bahan mentah dari guru dan tidak dapat
mengembangkan kreativitasnya, karena siswa hanya dituntut untuk mencari
jawaban bukan untuk mengembangkan pikiran siswa masing -

masing.

Sedangkan kelebihannya yaitu meningkatkan ketelitian, kritis dan berpikir efektif
siswa, karena siswa hanya dituntut untuk mencari jawaban yang paling tepat dan
harus jeli dalam mencari jawaban yang ada dalam lembar kerja.
Langkah – langkah pembelajaran mencakup tujuh komponen CTL yang
dimulai dengan Konstruktivisme (membangun) berupa guru memberikan
apersepsi dengan menanyakan kepada siswa tentang asal usuk terjadinya candi
prambanan.Komponen yang kedua Inquiry (menemukan) dengan langkah
pembelajaran siswa menjawab pertanyaan dari guru tentang asal usul terjadinya
candi prambanan. Komponen ketiga adalah Questioning (bertanya) dengan
langkah guru mendorong, membimbing siswa dalam berdiskusi. Komponen
selanjutnya adalah Learning Community (Komunitas Belajar) dengan langkah
siswa melakukan diskusi secara berkelompok. Komponen kelima adalah
Modeling (Pemodelan) yaitu dengan langkah siswa mempresentasikan hasil

31

diskusi yang berupa word square dalam bentuk teka teki silang. Komponen
selanjutnya adalah Reflection (Refleksi) dengan langkah pembelajaran yaitu siswa
mencatat rangkuman materi dan siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan
guru. Komponen yang terakhir adalah Authentic Assesment (Penilaian yang
Sebenarnya), di komponen ini guru melakukan penilaian kognitif siswa. Peniliti
melakukan penilaian aktivitas dengan mengisi lembar observasi aktivitas siswa.
Siswa mengisi angket motivasi siswa dengan bimbingan guru.

32

2.2

Kerangka Pikir
Siswa kurang tertarik dalam pembelajaran

Aktivitas siswa rendah

Teknik Word Square

Siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran

Proses belajar mengajar

Membangkitkan motivasi siswa

Aktivitas siswa meningkat
Gambar 1.

Kerangka Pikir Penerapan Model Word Square terhadap Aktivitas dan Motivasi Siswa

Gambar 1.
Kerangka Pikir Penerapan Teknik Word Square
terhadap Aktivitas dan Motivasi Siswa

2.3 Kajian Penelitian
Di bawah ini terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya mengenai teknik pembelajaran word square, antara lain :
1. Stef Riko Saputra (2012) pada jurnalnya yang berjudul “Pengaruh
Penerapan Model Contextual Teaching And Learning (CTL) dan
Kemampuan

Membaca

Pemahaman

Terhadap

Hasil

Belajar

Matematika Soal Cerita Siswa Kelas V SD Kecamatan Wonogiri”.
Hasil penelitian tersebut adalah pertama ada pengaruh antara model
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran, hasil belajar

33

matematika model pembelajaran CTL lebih baik daripada model
pembelajaran konvensional, kedua ada pengaruh signifikan antara
tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa terhadap hasil belajar
matematika. Ketiga tidak terdapat interaksi pengaruh antara model
pembelajaran dan tingkat kemampuan membaca pemahaman terhadap
hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimental semu.
2. Gusmitawati, dkk (2012) pada jurnalnya yang berjudul “Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Word Square untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jurnal
Pendidikan.” Hasil penelitian tersebut adalah penerapan model
pembelajaran kooperatif word square dapat meningkatkan hasil belajar
siswa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV B di
Sekolah Dasar Negeri Cibalagung 5 Bogor, selain itu penerapan model
pembelajaran

ini

dapat

meningkatkan

kualitas,

pelaksanaan

pembelajaran di kelas serta meningkatkan keaktifan, kerja sama siswa
dalam proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan penelitian
tindakan

kelas

(PTK),

dilaksanakan

secara

kolaboratif

dan

menggunakan dua siklus.
3. Devia Jonelisa (2013) pada jurnalnya yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Word Square untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jurnal
Pendidikan.” Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada
aktivitas dan hasil belajar siswa. Peningkatan siswa aktif terlihat dari

34

persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I 53,29 kategori
sedang, siklus II 63,02 kategori tinggi, dan siklus III 75,17 kategori
tinggi. Sedangkan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar
38,89% kategori rendah dengan nilai rata-rata 61,39, siklus II sebesar
61,11% kategori tinggi dengan nilai rata-rata 67,22 dan siklus III
sebesar 88,89% kategori sangat tinggi dengan nilai rata-rata 79,22.
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dengan tiga siklus dan empat tahapan setiap siklusnya yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Melihat penelitian – penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya
mengenai Model CTL maupun teknik word square, peneliti melakukan
penggabungan antara keduanya agar lebih inovatif yaitu menggunakan Model
Pembelajaran CTL dengan teknik word square. Ketiga penelitian diatas
menggunakan penelitian yang berbeda – beda, namun untuk penelitian ini peneliti
menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan 2 siklus. Setiap siklusnya
terdapat tiga tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan
pengamatan, dan tahap refleksi. Diharapkan dengan adanya penggabungan antara
Model CTL dan teknik word square dapat meningkatkan aktivitas serta motivasi
siswa kelas IV SD dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

35

2.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah meningkatnya aktivitas belajar dan
motivasi siswa dengan model pembelajaran CTL dengan teknik word square pada
pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV SD N Baledu Temanggung dan dapat
mendeskripsikan langkah – langkah agar word square dapat meningkatkan
aktivitas dan motivasi belajar siswa.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24