BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Discovery Learning Berbantuan Media Gambar Siswa Kelas III SD Negeri 4 Jambangan Kabupaten Grobogan Semester II Tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains dalam arti sempit sebagai

  disiplin ilmu. IPA (sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berfikir ilmiah. Fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya ditujukan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka di mana mereka hidup.

  Untuk mencapai tujuan dan memenuhi pendidikan IPA itu, pendekatan yang digunakan dalm proses belajar mengajar IPA antara lain ialah: a) Pendekatan lingkungan, b) Pendekatan keterampilan proses, c) Pendekatan penyelidikan, d) Pendekatan terpadu (terutama di SD).

  Menurut (Usman Samatowa, 2011:3) Setiap guru harus paham akan alasan mengapa IPA di ajarkan di sekolah dasar. Ada berbagai alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasukkan ke daam kurikulum suatu sekolah. Alasan itu dapat digolongkan menjadi empat golongan yakni: (a) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalan panjang lebar. IPA merupakan dasar teknologi, Sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. (b) IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis; misalnya IPA diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. Dengan ini anak dihadapkan pada suatu masalah (c) IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan. (d) Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

2.1.2. Hakikat IPA

  Menurut Ahmad Susanto (2013:167) sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.

  Ilmu pengetahuan alam merupakan pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya Hendro Darmojo (Usman Samatowa, 2011:2)

  Menurut Winaputra (dalam Usman Samatowa,2011:6) ” mengemukakan bahwa tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah

  ”. Menurut Laksmi Prihantoro dkk (dalam Trianto, 2014:137)

  ” mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi

  ”. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Dalam suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.

  Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan IPA adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam secara sistematis, untuk sebuah penemuan.

2.1.3. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

  Depdiknas (2007: 484 - 485) Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: a.

  Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya.

  b.

  Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

  IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c.

  Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

2.1.4. Ruang Lingkup Bahan Kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

  b.

  Hasil belajar adalah wujud dari kemampuan yang diperoleh siswa dari suatu interaksi dalam proses pembelajaran melalui evaluasi hasil belajar baik berupa tes maupun non tes. Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran. Djamarah dan Zain (dalam Ahmad Susanto, 2013:3) setiap proses mengajar menghasilkan hasil belajar.Dan menetapkan bahwa hasil belajar tercapai apabila terpenuhi 2 indikator yaitu (1) daya serap yang diajarkan mencapai prestasi tinggi secara individu maupun kelompok, (2) dalam perilaku yang digariskan dalam suatu tujuan

  Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

  d.

  Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

  c.

  Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

  Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

  d.

  Depdiknas (2007: 485) Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut: a.

  Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

  g.

  f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

  Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

  e.

  Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

2.1.5. Hasil Belajar IPA

  pembelajaran khususnya telah dicapai oleh siswa secara individu maupun kelompok.

  Menurut Sukardi (2008:2) hasil belajar merupakan pencapaian pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Pencapaian belajar ini dapat dievaluasi dengan menggunakan pengukuran melalui hasil tes siswa.

  Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari proses belajar mengajar, karena hasil belajar menjadi tolak ukur keberhasilan seorang guru yang telah melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas. Sehingga dapat diketahui apakah siswa telah meguasai materi pelajaran dengan baik atau tidak.

2.1.6. Model Pembelajaran Discovery Learning

  Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Menurut Wilcox (Hosnan, 2014) dalam pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagaian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Menurut Bell (Hosnan, 2014:281), belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagai hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ia menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan, siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merupakan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan proses induktif atau proses deduktif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi.

  Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivis. Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.

  Pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Dalam Permendikbud Nomer 81A Tahun 2013 pada lampiran menyatakan bahwa untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: (1) berpusat pada siswa,(2) mengembangkan kreativitas siswa, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai,etika, estetika,logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.

  Di dalam pembelajaran, siswa didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan zaman, tempat dan waktu ia hidup.

2.1.7. Tujuan Pembelajaran Discovery Learning

  Menurut Bell (Hosnan, 2014:284) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan yakni sebagai berikut.

  a.

  Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

  b.

  Siswa belajar dalam situasi konkret maupun abstrak.

  c.

  Siswa dapat merumuskan strategi tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat.

  d.

  Siswa dapat membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, dan menggunakan ide-ide orang lain. e.

  Pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.

  f.

  Pembelajaram lebih mudah ditransfer dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.

  g.

  Siswa dapat menemukan sendiri yang ada di dalam lingkungan sekitar.

  2.1.8. Karakteristik Discovery Learning

  Menurut Hosnan (2014:284-285) terdapat sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu : a.

  Mendorong siswa untuk mandiri, inisiatif, melakukan penyelidikan, dan mengembangkan rasa ingin tahu secara alami.

  b.

  Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai.

  c.

  Belajar merupakan suatu proses pada prinsip-prinsip kognitif seperti predeksi, inferensi, kreasi, dan analisis, bukan menekankan pada hasil.

  d.

  Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.

  e.

  Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa. Berdasarkan pendapat tentang cirri-ciri proses pembelajaran

  kontruktivisme disimpulkan bahwa dalam diskusi kelompok siswa dapat

  menemukan sendiri sehingga mendorong untuk berfikir, memecahkan suatu masalah, dan terlibat secara aktif.

  2.1.9. Langkah-langkah Model Pembelajaran Discovery Learning

  Adapun langkah-langkah penerapan pembelajaran penemuan menurut Syah dalam Hosnan (2014: 289-291): a.

  Stimulation (stimulasi/pemberian rasangan), berarti siswa dapat menyelidiki sendiri pengetahuan yang akan dipelajari secara generalisasi.

  b.

  Problem Statement (pernyataan/identifikasi masalah), berarti siswa mengidentifikasi masalah kemudian dirumuskan dalam bentuk hipotesis. c.

  Data Collection (pengumpulan data), berarti siswa mengumpulkan informasi untuk membuktikan hipotesis.

  d.

  Data Processing (pengolahan data), kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh siswa.

  e.

  Verification (pembuktian), berarti siswa membuktikan hipotesis dan dihubungkan dengan hasil data processing.

  f.

  Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi), berarti siswa menarik kesimpulan berdasarkan pembuktian hipotesis yang sudah dilakukan.

2.1.10. Kelebihan dan Kekurangan Penerapan Discovery Learning

  Menurut Hosnan (2014;287-288), kelebihan penerapan discovery learning yaitu: a.

  Membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan dan proses kognitif.

  b.

  Meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah.

  c.

  Menguatkan pengertian ingatan siswa.

  d.

  Memungkinkan siswa berkembang sesuai dengan kecepatannya sendiri.

  e.

  Memotivasi dan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar.

  f.

  Membantu siswa memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

  g.

  Berpusat pada siswa.

  h.

  Membantu siswa menghilangkan keragu-raguan. Menurut Hosnan (2014:288-289), kekurangan discovery learning yaitu: a.

  Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalah pahaman antara guru dengan siswa.

  b.

  Siswa mudah jenuh c. Menyita waktu banyak d.

  Menyita pekerjaan guru.

  e.

  2.1.11. Media Gambar

  Media gambar merupakan salah satu bahasa yang memungkinkan terjadinya komunikasi. Media gambar juga merupakan bahasa yang diekspresikan lewat tanda atau simbol, dan sering digunakan untuk tujuan dokumen, hiburan dan pendidikan. Gambar membantu mendorong siswa untuk dapat meningkatkan minat siswa. Membantu siswa mengembangkan kemampuan berbahasa dan membantu mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks.

  Arief S. Sadiman (2007:29) media gambar adalah media yang paling umum dipakai dan merupakan bahasa yang umum yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Dan media itu sangat membantu siswa untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

  Menurut Edgar Dale dalam Sudjana (2005:41) gambar dapat mengubah tahap-tahap pembelajaran dari lambang kata beralih kepada tahapan yang lebih konkret yaitu lambang visual.

  Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media gambar adalah perantara yang digunakan oleh siswa untuk menyampaikan pesan, menarik perhatian dan memperjelas sajian ide. Sehingga dapat mempermudah siswa dalam mengingat.

  2.1.12. Keuntungan dalam Menggunakan Media Gambar

  Nana Sudjana (2005: 45) mengemukakan tentang keuntungan dalam menggunakan media gambar yaitu: a.

  Mudah dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar b.

  Harganya lebih murah dari pada jenis media lain dan cara memperolehnya mudah.

  c.

  Gambar dapat digunakan dalam banyak hal, untuk berbagai jenjang pelajaran dan disiplin ilmu d.

  Gambar dapat menterjemahkan konsep atau gagasan abstrak menjadi lebih nyata.

  e.

  Gambar dapat mengubah tahap-tahap dari lambang kata menjadi lambang gambar. f.

  Media gambar dapat mempermudah guru dalam mengajar dan siswa mudah menguasai materi dengan adanya media gambar.

  2.1.13. Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar

  Beberapa kelebihan media gambar atau foto adalah sebagai berikut (Musfiqon, 2012: 74): a.

  Sifatnya konkret; gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

  b.

  Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa di kelas, dan tidak selalu bisa dibawa ke objek atau peristiwa tersebut.

  c.

  Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.

  d.

  Gambar dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja.

  e.

  Gambar harganya murah dan gampang didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus.

  Selain kelebihan-kelebihan tersebut, gambar juga mempunyai kelemahan-kelamahan seperti (Musfiqon, 2012: 75): a.

  Gambar hanya menekankan presepsi indera mata.

  b.

  Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

  c.

  Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

  2.1.14. Jenis Media Gambar

  Ada beberapa jenis media gambar atau foto, antara lain (Usman, 2002: 51): a.

  Gambar dokumentasi, yaitu gambar yang mempunyai nilai sejarah bagi individu maupun masyarakat.

  b.

  Gambar aktual, yaitu menjelaskan sesuatu kejadian yang meliputi berbagai aspek kehidupan.

  c.

  Gambar pemandangan, yaitu gambar yang melakukan pemandangan sesuatu daerah atau lokasi. d. Gambar iklan atau reklame, yaitu gambar yang digunakan untuk memperngaruhi orang atau masyarakat konsumen.

  e.

  Gambar simbolis, yaitu gambar yang menggunakan bentuk simbol atau tanda yang mengungkapkan pesan tertentu dan dapat mengungkapkan kehidupan manusia yang mendalam serta gagasan-gagasan atau ide-ide anak didik.

2.2.Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

  Banyak penelitian yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menerapkan metode discovery dalam pembelajaran akan tetapi berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan ini. Seperti penelitian yang dilakukan diantaranya oleh:

  Yuana F (2008) bukunya “Peningkatan aktivitas belajar IPA Melalui

  Metode Discovery-Inquiry Pada Siswa Kel as IV SD Negeri 3 Kartasura”. Menyimpulkan bahwa hasil penelitian dengan menerapkan metode discovery dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 3 Kartasura. Dalam penelitiannya siswa terlibat aktif untuk melihat, mengamati, dan menganalisis proses terjadinya baik dalam menangani masalah atau mengemukakan pendapatnya atas inisiatif sendiri dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sendiri serta bersifat terbuka diharapkan nantinya akan tertanan konsep yang lebih mantap dalam diri siswa.

  Menurut Triyono Judul penelitian : Penggunaan Metode Discovery untuk meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA dalam materi gaya kelas IV semester II di SD Negeri Seloprojo Kabupaten Magelang tahun ajaran 2009/2010. Hasil Penelitian : sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Seloprojo berjumlah 8. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan prestasi belajar siswa yang signifikan. Pada siklus 1 kondisi awal, prestasi belajar siswa termasuk kategori rendah yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai 5,5 sedangkan pada pembelajaran siklus 1 prestasi belajar siswa meningkat ke kategori tinggi yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai 78,95, selanjutnya pada siklus 2 terjadi peningkatan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai 83,75 dengan pencapaian ketuntasan 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Discovery dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV mata pelajaran IPA SD Negeri Seloprojo.

2.3. Kerangka Pikir

  Proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru masih bersifat konvensional, yaitu menggunakan metode ceramah. Yang dimaksud dengan ceramah adalah suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan. Guru masih menjadi pusat pembelajaran, sedangkan siswa kurang aktif, akibatnya siswa mudah jenuh dan bosan, siswa tidak terlibat dalam suatu diskusi, dan hasil belajar siswa masih banyak yang belum mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah.

  Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa perlu adanya penggunaan model dan penggunaan media gambar. Penelitian ini menggunakan model discovery learning berbantuan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

  Pembelajaran discovery learning merupakan salah satu tipe pembelajaran yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai materi yang maksimal. Melalui model discovery learning berbantuan media gambar maka akan membuat siswa tidak merasa jenuh atau bosan dalam mengikuti pelajaran serta hasil belajar siswa meningkat yaitu di atas KKM 63.

  Bagan kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.

  Proses Kompetensi Dasar pembelajaran

  4.2 Mendeskripsikan

  Siswa: yang  Kurang

  hasil pengamatan

  dilakukan aktif.

  Hasil guru masih

  tentang pengaruh

   Mudah belajar bersifat

  energi panas, gerak, jenuh dan

  siswa< konvensioanl, bosan.

  KKM yaitu dengan

  getaran dalam

   Tidak menggunakan

  kehidupan sehari-

  terlibat metode dalam ceramah.

  hari.

  diskusi.

  4.3 Mengidentifikasi sumber energi dan Langkah-langkah Discovery

  Learning kegunaannya.

  a.

   Stimulation (stimulasi/pember ian rasangan) b.

  Problem

  Siklus I Statement

  Pembelajaran menggunakan

  (pernyataan/identi

  model pembelajaran

  fikasi masalah)

  discovery learning Siklus II c.

  Data Collection berbantuan media gambar.

  (pengumpulan data) d.

  Data Processing (pengolahan data) e. Verification

  (pembuktian) f. Generalization

  (menarik kesimpulan/gener

  Siswa: Hasil belajar  Siswa lebih aktif. siswa meningkat

   Pembelajaran menjadi lebih ≥ KKM bermakna dan menarik.  Siswa terlibat langsung dalam diskusi.

  

Gambar 1

Bagan Kerangka Pikir

2.4.Hipotesis Tindakan

  Menurut Sugiyono (2004:44), hipotesis adalah suatu proposional, kondisi atau prinsip yang untuk sementara waktu dianggap benar mungkin tanpa keyakinan supaya bisa ditarik suatu konsekuensi yang logis dan dengan cara ini kemudian diadakan pengujian tentang kebenarannya dengan menggunakan data empiris hasil penelitian.

  Hipotesis dalam Penelitian Tindakan Kelas berdasarkan teori yang telah diungkapkan di atas adalah dengan menggunakan model discovery learning berbantuan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas

  III SD Negeri 4 Jambangan Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Tahun 2014/2015.

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TLOGO SEMESTER II TAHUN 2014 2015

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA dengan Model Pembelajaran Make A Match pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tlogo Semester II Tahun 2014 / 2015

0 1 94

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Menggunakan Problem Based Learning Berbantuan Media Video Pembelajaran dengan Hasil Belajar Menggunakan Metode Konvensional pada Siswa Kelas 5 SD

0 0 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Menggunakan Problem Based Learning Berbantuan Media Video Pembelajaran dengan Hasil Belajar Menggunakan Metode Konvensional pada Siswa Kelas

0 0 35

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Menggunakan Problem Based Learning Berbantuan Media Video Pembelajaran dengan Hasil Belajar Menggunakan Metode Konvensional pada Siswa Ke

0 0 15

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Menggunakan Problem Based Learning Berbantuan Media Video Pembelajaran dengan Hasil Belajar Menggunakan Metode Konvensional

0 0 15

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN DENGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL PADA SISWA KELAS 5 SD NEGERI GENDONGAN 02 DAN 03 KOTA SALATIGA SEMESTER II TAHUN 20142015 SKRIPSI

0 0 15

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - INOVASI PEMERINTAHAN DESA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Rancah Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis)

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Menggunakan Problem Based Learning Berbantuan Media Video Pembelajaran dengan Hasil Belajar Menggunakan Metode Konvensional pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Gendongan 02

0 0 122

H a l a m a n | 32 GAYA KEPEMIMPINAN, KINERJA APARATUR SIPIL NEGARA DAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGUNAN DI KECAMATAN KULO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG Irwan

0 1 14