RESPON TANAMAN JAGUNG TERHADAP APLIKASI PUPUK NITROGEN DAN PENYISIPAN TANAMAN KEDELAI Maize Respond toward Nitrogen Application and Intercropped Soybean
ISSN 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007
RESPON TANAMAN JAGUNG TERHADAP
APLIKASI PUPUK NITROGEN DAN PENYISIPAN TANAMAN KEDELAI
Maize Respond toward Nitrogen Application and Intercropped Soybean
Oleh:
A. Sarjito dan B. Hartanto Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNSOED
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji respon tanaman jagung terhadap penerapan
system tumpangsari jagung-kedelai dan pemupukkan nitrogen. Penelitian dilakukan selama lima bulan, mulai
Juli – Nopember 2003. Penelitian merupakan percobaan lapang berpola faktorial 4 X 3. Percobaan diulang
tiga kali. Jagung ditanam secara monokultur (P0) maupun tumpangsari dengan kedelai varietas Lokal (P1),
Burangrang (P2), dan Lokon (P3). Pemupukkan nitrogen terdiri atas tiga dosis, yaitu: N0: kontrol, N1:
pemupukkan urea 75 kg per hektar, dan N2: pemupukkan 150 kg urea per hektar. Pengaruh tumpangsari
terhadap pertumbuhan dan hasil jagung bergantung pada tingkat pemupukkan nitrogen. Walaupun
tumpangsari menurunkan pertumbuhan dan hasil tanaman, tumpangsari jagung-burangrang memberikan nilai
Indeks Panen tertinggi dibandingkan dengan pola tanam monokultur ataupun yang lain. Kecuali itu
tumpangsari juga meningkatkan serapan N pada tanaman jagung. Pemupukkan nitrogen mengakibatkan
peningkatan pertumbuhan dan hasil jagung. Hasil tertinggi diperoleh pada dosis 150 kg urea per hektar.Kata kunci: pertumbuhan dan hasil jagung, nitrogen, dan penyisipan kedelai.
ABSTRACT This research project aimed at evaluating the respond of maize toward intercropping and nitrogen
application in the maize-soybean intercropping. The research was carried out for five months, from July to
November 2003. A 4 x 3 factorial experiment was laid out in a Randomized Completely Block Design with
three replications. Maize was planted in monoculture (P0) and in intercropping system with three different
varieties of soy been, i.e. Local (P1), Burangrang (P2), and Lokon (P3). Application of nitrogen fertilizer
consisted of N0: control, N1: 75 kg urea per hectare, and N2: 150 kg urea per hectare. Intercropping effects
on maize growth and yield depend on nitrogen fertilized. Although intercropping reduced crop production,
maize-Burangrang intercropping resulted in the highest value of harvest index. In addition, intercropping
increased maize’s N uptake. Nitrogen application caused the improvement of maize growth and yield.Key words: maize growth and yield, nitrogen, and intercropped soybean.
PENDAHULUAN
ketimpangan antara produksi dan permintaan jagung. Prediksi permintaan Jagung merupakan penghasil bahan akan jagung tahun 2010 sekitar 10.35 juta makanan utama ke dua setelah padi dan ton (Badan Penelitian dan Pengembangan merupakan komoditas penting di Pertanian, 2001). Kebutuhan ini sulit Indonesia. Indonesia, sebagai Negara terpenuhi karena, dalam kurun waktu agraris selalu dihadapkan pada masalah 1999 – 2001, produktivitas jagung hanya
ISSN 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007
meningkat rata-rata 2.52% per tahun dengan produksi rata-rata 2.67 ton per hektar (Sudana, 2003). Hal ini terjadi karena berbagai faktor, seperti luas kepemilikan lahan oleh petani, kebiasaan petani menanam jagung dalam pola tumpangsari, penggunaan varietas tidak unggul dan bermutu, dan tingkat budidaya yang rendah.
Tumpangsari merupakan pilihan tepat bagi petani dengan kepemilikan lahan sempit karena beberapa hal. Tumpangasri memberikan hasil panen lebih dari satu kali (Johu et al., 2002), meningkatkan penggunaan cahaya (Hirota, et al., 1995), meningkatkan fiksasi nitrogen secara alami (Ito, et al., 1996). Kecuali itu, tumpangsari menekan resiko kegagalan panen akibat serangan hama/penyakit.
Pertumbuhan dan hasil jagung pada system tumpangsari bergantung pada jenis tanaman yang disisipkan. Johu et al. (2002) melaporkan bahwa penyisipan buncis pada tumpangsari jagung-buncis menyebabkan penurunan kedua tanaman. Sebaliknya, Supartoto et al. (1996) menyatakan bahwa penyisipan kacang hijau pada tumpangsari jagung-buncis justru meningkatkan hasil panen 43.1% dibandingkan monokultur, walaupun hasil kacang hijau mengalami penurunan.
Kombinasi jagung dan kedelai cukup menguntungkan. Perbedaan tipe dan karakteristik kedua tanaman memungkinkan jagung dan kedelai ditumpangsarikan. Menurut Hirota et al., (1995) daun kedelai menyebar secara mendatar sehingga memungkinkannya untuk mendapatkan cahaya secara cukup. Kecualitu itu, pola perakaran akan meluas secara nyata jika jagung dan kedelai ditumpangsarikan. Kedelai juga mampu memfiksasi N bebas dari udara, sehingga dapat menghemat konsumsi pupuk nitrogen. Menurut Suarna et al. (1985) keberadaan kedelai mampu manambah nitrogen sebanyak 84 kg N hingga 160 kg N, bergantung pada kondisi lingkungannya.
Keberhasilan penyisipan kedelai pada tumpangsari jagung-kedelai juga ditentukan oleh ketersediaan unsur hara dalam tanah, mengingat jagung sangat responsif terhadap pemupukkan N. Pemberian 150 kg N per hektar pada system tumpangsari menghasilkan bobot 1000 biji maksimal (293.47
g) dibandingkan perlakuan lain dan kontrol (Ali et al., 2002). Penambahan urea hingga 400 kg per hektar justru menekan tinggi tanaman dan cenderung menurunkan hasil (Irdiana et al., 2002).
Berdasarkan pertimbangan di atas, peneliti menganggap perlu melakukan penelitian tentang penyisipan kedelai pada tumpangsari dengan dosis pupuk nitrogen rendah. Tujuannya adalah untuk mengkaji respon tanaman jagung terhadap upaya penyisipan kedelai dan dosis pemupukan nitrogen rendah.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di lahan
Soybean Research and Development Center
Fakultas Pertanian Unsoed. Analisis tanah dan jaringan dilakukan di lboratorium tanah dan agronomi, Fakultas Pertania Unsoed. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian + 110 m di atas permukaan laut dengan jenis tanah inseptisol. Penelitian dilaksanakan selama lima bulan, mulai Juli 2003 sampai dengan Nopember 2003.
Penelitian ini merupakan percobaan lapang berpola faktorial 4 X 3.
ISSN 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007
Percobaan diulang tiga kali. Jagung ditanam secara monokultur (P0) maupun tumpangsari dengan kedelai varietas Lokal (P1), Burangrang (P2), dan Lokon (P3). Pemupukkan nitrogen terdiri atas tiga dosis, yaitu: N0: 0 kg N (control), N1: 34.5 kg N per hektar, dan N2: 69 kg N per hektar.
Jagung ditanam dengan jarak tanam 50 cm x 100 cm. Kedelai ditanam dengan jarak tanam 25 cm x 2 cm. Keduanya ditanam pada saat yang sama. Sebelum penanaman, petak diberi pupuk dasar dengan takaran: 75 kg SP 36 per hektar dan 100 kg KCl per hektar. Pupuk N (urea) diberikan dua kali, yaitu setengah dosis diberikan pada saat tanaman berumur 3 minggu dan sisanya diberikan pada saat tanaman berumur 7 minggu.
Pengamatan, untuk mengetahui respon tanaman jagung, dilakukan terhadap variable pertumbuhan dan hasil tanaman. Variabel pertumbuhan meliputi: tinggi tanaman, laju fotosintesis dan transpirasi pada tingkat daun, indeks luas daun (ILD), biomassa akar, panjang akar dan serapan N. Variabel hasil tanaman meliputi: bobot tongkol berklobot, bobot tongkol nir klobot, bobot biji per tanaman, bobot 100 biji, dan indeks panen. Data hasil pengamatan dialasis dengan Uji F dan jika berbeda dilanjutkan dengan uji jarak ganda Duncan’s (DMRT) pada tingkat kesalahan 5%.
Laju fotosintesis dan transpirasi pada tingkat daun diukur dengan alat LCA 4 (Leaf Chamber Anayises Type 4). Analisis kadar N dalam 100 g jaringan dilakukan di laboratorium ilmu tanah Fakultas Pertanian Unsoed. Metode yang digunakan adalah analisis jaringan metode destruksi basah (Kjedhal).
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Komponen Pertumbuhan Jagung.
Pertumbuhan tanaman jagung tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh penyisipan tanaman kedelai maupun peningkatan dosis pupuk nitrogen. Tinggi tanaman, laju fotosintesis, dan laju transpirasi tanaman jagung serta indeks luas daun (ILD) tidak dipengaruhi oleh penyisipan anaman kedelai. Sementara, pemupukkan nitrogen hanya mampu meningkatkan
ILD, biomassa akar dan panjang akar tanaman jagung (Table 1). Interaksi kedua perlakuan hanya terjadi pada variabel panjang akar (Tabel 2).
Penyisipan tanamn kedelai tidak menimbulkan hambatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung bagian atas dan persaingan hara nitrogen, tetapi menghambat tanaman jagung bagian bawah permukaan tanah. Tinggi tanaman dan laju fotosintesis jagung tidak tertekan oleh penyisipan kedelai, baik varietas Lokal, Burangrang, maupun Lokon (Table 1). Jagung memiliki habitus tanaman lebih tinggi dibanding dengan kedelai, sehingga masih dapat memperoleh cahaya matahari secara maksimal. Menurut Ofori dan Stern (1987), kombinasi antara jagung dn kedelai dalam tumpangsari merupakan kombinasi yang ideal karena keduanya memiliki habitus dan perakaran berbeda.
Hayashi dan Shigenaga (1993), yang menyatakan bahwa perakaran tanaman akan meluas jika tanaman jagung dan kedelai ditumpangsarikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyisipan kedelai menyebabkan penuruna biomassa akar antara 24.32% sampai 37.84% (Tabel 1). Hal ini mudah dipahami karena enyisipan kedelai
ISSN 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007
Tabel 1. Respon pertumbuhan tanaman jagung terhadap penerapan pola tanam (P) dan pemupukkan nitrogen (N)
Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Laju fotosintesis
(mmol m-1 sec-1) Laju transpirasi (µmol m-I sec-1)
ILD Biomassa akar (g) Panjang akar (cm)
Tanpa penyisipan 181 a 41.78 a 4.92 a 3.68 a 111 a 23.28 ab
Penyisipan kedelai Lokal 162 a 47.33 a 5.23 a 3.52 a 69 b 21.50 bc Penyisipan
Burangrang 152 a 45.66 a 5.31 a 2.82 a 84 ab 24.34 a Penyisipan Lokon 166 a 45.19 a 4.69 a 3.76 a 75 b 21.00 c 0 kg N 158 a 42.28 a 5.05 a 2.60 b 56.21 c 21.05 b 34.5 kg N 160 a 47.13 a 5.40 a 3.57 ab 86.21 b 22.07 b 69 kg N 177 a 45.57 a 4.67 a 4.17 a 112.05 a 24.47 a Pola tanam Dosis nitrogen per hektar
Keterangan: Huruf yang sama pada variable pertumbuhan sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada tingkat kesalahan 5% uji jarak ganda Duncan’s. menyebabkan sebagian ruang tumbuh perakaran jagung dimanfaatkan oleh kedelai. Menurut Ofori dan Stern (1987) persaingan antara dua tanaman dalam sistem tumpangsari lebih banyak terjadi pada bagian bawah, terutama persaingan ruang tumbuh dan unsur hara. Kecuali itu, dapat juga disebabkan oleh persaingan air yang mengakibatkan penurunan fotosintat. Penurunan ini menyebabkan jumlah fotosintat yang ditranslokasikan ke seluruh tubuh tanaman berkurang (Nugroho et al., 1999), termasuk ke bagian akar tanaman.
Hasil analisis menunjukkan bahwa panjang akar jagung dipengaruhi oleh pola tanam dan dosis pupuk N (Tabel 2). Penambahan pupuk N meningkatkan
Tabel 2. Angka rerata dan hasil uji jarak ganda Duncan’s panjang akar tanaman jagung pada pola tanam dan dosis pupuk N berbeda.
Jagung monokultur Jagung + Lokal Jagung + Burangrang Jagung + Lokon 0 kg N 21.50 bcd 22.99 abc 21.63 bcd 18.08 d 34.5 kg N 22.40 abc 20.43 cd 25.54 a 19.91 cd 69 kg N 25.94 a 21.08 cd 25.85 a 25.02 ab
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada tingkat kesalahan 5% uji jarak ganda Duncan.
ISSN 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007
panjang akar tanaman jagung dosis pupuk N tidak memberikan monokultur, namun peningkatan yang pengaruh nyata. nyata terjadi pada dosis pupuk 69 kg N Angka rerata dan hasil uji jarak per hektar. Menurut Irdiana et al. (2002), ganda Duncan’s pengaruh penyisipan pemberian nitrogen hingga 300 kg urea kedelai dan pemupukkan N disajikan (138 kg N) per hektar meningkatkan pada Tabel 3. Pada saat jagung berumur pertumbuhan dan hasil jagung. Gejala
64 hst, penyisipan kedelai dan yang sama juga terjadi pada jagung yang penambahan dosis pupuk N tidak disisipi kedelai Lokon. Pada saat jagung berpengaruh nyata. Kondisi sebaliknya disisipi kedelai varietas Burangrang, terjadi pada saat jagung berumur 94 peningkatan panjang akar secara nyata (memasuki fase generatif). Penyissipan terjadi pada dosis 34.5 kg N per hektar kedelai varietas Lokal dan Lokon dan ini tidak berbeda nyata dengan dosis menurunkan serapan N, tetapi tidak 69 kg N per hektar. Pada saat jagung demikian halnya denga varietas disisipi kedelai varietas Lokon, Burangrang. Hal terkahir terjadi karena peningkatan panjang akar jagung secara penyisipan kedelai varietas Burangrang nyata terjadi pada dosis 49 kg N per tidak menghambat pemanjangan akar hektar. Pada varietas Lokal, penambahan jagung (Tabel 2). Mendasarkan variabel
Tabel 3. Angka rerata dan hasil analisis pengaruh penyisipan kedelai dan pemupukkan N terhadap serapan nitrogen.
Serapan N (% N per 100 g bobot kering tanaman) Perlakuan 64 hst 94 hst Tanpa penyisipan 2.37 2.16 a Penyisipan kedelai Lokal 2.11 1.57 ab Penyisipan kedelai Burangrang 2.56 1.88 a Penyisipan kedelai Lokon 1.76 1.15 b F hitung
0.12
3.99 F t .05
3.05
3.05 0 kg N 3.06 1.10 c
34.5 kg N 1.49 1.54 b 49 kg N 2.05 2.07 a
F hitung
0.88
10.38 F t .05
3.44
3.44 Keterangan: Huruf yang sama pada variable pertumbuhan sama dan perlakuan sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada tingkat kesalahan 5% uji jarak ganda Duncan’s
ISSN 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007
Pemupukan N meningkatkan bobot tongkol berklobot, bobot tongkol nir klobot, dan bobot biji per tanaman. Jagung, sebagai tanaman biji-bijian pengahsil karbohidrat memang membutuhkan nitrogrn dalam jumlah banyak. Menurut Irdiana et al., (2002) enambahan urea hingga 300 kg per hektar meningkatkan tinggi dan hasil tanaman. Menurut Ali et al. (2002) penambahan pupuk urea mapu meningkatkan bobot 1000 biji.
Panjang akar dan serapan N, varietas Burangrang merupakan varietas kedelai yang paling cocok ditumpangsarikan dengan tanaman jagung.
B. Komponen Hasil Jagung.
Pada bobot 100 biji dan indeks panen pengaruh pemeupukkan nitrogen bergantung pada ada tidaknya penyisipan kedelai. Bobot 100 biji jagung tidak berbeda pada saat ditanam secara monokultur maupun disisipi kedelai varietas Lokal. Pada saat disisipi kedelai
3.05
Keterangan: Huruf yang sama pada variable pertumbuhan sama dan perlakuan sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada tingkat kesalahan 5% uji jarak ganda Duncan. n = berbeda nyata, tn = tidak berbeda nyata.
3.44 Perlakuan
3.44
3.44
3.44
3.44
41.62 F hitung 17.22 n 16.12 n 14.17 n 8.20 n 3.11 tn F t .05
3.05 0 kg N 80 b 69 b 54.68 b 24.91 b 35.41 34.5 kg N 124 a 107 a 83.88 a 25.99 b 40.13 49 kg N 145 a 126 a 101.00 a 28.38 a
3.05
3.05
3.05
Tabel 4. Angka rerata dan hasil uji jarak ganda Duncan pengaruh penyisipan kedelai dan pemupukkan nitrogen terhadap komponen hasil jagung.
35.98 F hitung 6.24 n 5.96 n 5.73 n 1.31 tn 1.04 tn F t .05
Angka rerata dan hasil uji jarak ganda Duncan’s pengaruh penyisipan kedelai dan pemupukkan nitrogen terhadap komponen hasil jagung disajikan pada Tabel 4. Penyisipan kedelai berakibat penurunan bobot tongkol berklobot, bobot tongkol nir klobot, dan bobot biji per tanaman. Akan tetapi, pengaruh penyisipan kedelai terhadap bobot 100 biji dan indeks panen ditentukan oleh dosis pupuk nitrogen (Tabel 5 dan 6). Penurunan bobot tongkol dan bobot biji per tanaman mudah dipahami, karena penyisipan tanaman kedelai mengakibatkan persaingan antar tanaman dalam hal ruang tumbuh, air, dan unsur hara. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Johu et al. (2002), Ofori dan Stern (1987), Hayahi dan Shigenaga (1993).
40.84 Penyisipan kedelai Lokon 96.27 b 84.19 b 66.41 b
26.2
39.19 Penyisipan kedelai Burangrang 114.85 b 99.57 b 78.87 b
26.33
40.21 Penyisipan kedelai Lokal 105.14 b 89.73 b 69.73 b
27.57
Indeks panen (g) (%) Tanpa penyisipan 149.13 a 129.97 a 104.41 a
Bobot biji per tanaman Bobot 100 biji
Bobot tongkol berklobot Bobot tongkol nir klobot
25.62
ISSN 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007
Tabel 5. Angka rerata dan hasil uji jarak ganda Duncan pengaruh penyisipan kedelai dan pemupukkan nitrogen terhadap bobot 100 biji jagung.
Jagung monokultur Jagung + Lokal Jagung + Burangrang Jagung + Lokon 0 kg N 26.05 abcd 27.29 abc 22.69 d 23.61 cd 34.5 kg N 28.15 ab 25.08 bcd 27.01 abc 23.72 cd 69 kg N 28.49 ab 26.61 abcd 28.90 ab 29.51 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada tingkat kesalahan 5% uji jarak ganda Duncan.
Tabel 6. Angka rerata dan hasil uji jarak ganda Duncan pengaruh penyisipan kedelai dan pemupukkan nitrogen terhadap indeks panen jagung.
Jagung monokultur Jagung + Lokal Jagung + Burangrang Jagung + Lokon 0 kg N 40.79 ab 37.43 ab 38.67 ab 24.57 c 34.5 kg N 41.13 ab 33.80 bc 40.10 ab 45.50 ab 69 kg N 38.53 ab 46.33 a 43.77 ab 37.87 ab
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada tingkat kesalahan 5% uji jarak ganda Duncan. varietas Burangrang dan Lokon, bobot sampai taraf 300 kg urea dapat 100 biji justru meningkat sejalan dengan meningkatkan tinggi tanaman dan hasil peningkatan dosis pupuk nitrogen. Hasil tanaman jagung (Ali et al., 2002). ini memberikan dua informasi penting. Pertama, pada pola tumpangsari terjadi
KESIMPULAN
persaingan antar tanaman, yang terlihat pada saat jagung disisipi kedelai varietas Burangrang dan Lokon yang tidak Secara umum, penyisipan tanaman ditambah pupuk nitrogen (Tabel 5). kedelai pada pola tumpangsari jagung- Kedua, penyisipan tanaman kedelai tidak kedelai menyebabkan penurunan menurunkan hasil tanaman jagung jika pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. disertai dengan pemupukan nitrogen yang Penurunan tersebut tidak terjadi jika memadai. Kedua fenomena ini juga disertai dengan pemupukan nitrogen. terjadi pada variabel indeks panen. Pemupukkan nitrogen 34.5 kg N pe Penyisipan kedelai pada tumpangsari hektar pada tumpangsari jagung-Lokal jagung-kedelai memang mengakibatkan memberikan indeks panen tertinggi hasil panen jagung menurun (Ofori dan (46.33%). Urutan ke dua dan tiga terjadi Stern, 1987), tetapi pemupukan nitrogen pada saat tumpangsari jagung-Lokon
ISSN 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007
diberi pupuk nitrogen sebanyak 34.5 kg N per hektar (45.50%) dan jagung- Burangrang diberi pupuk 69 kg N per hektar (43.77%).
Johu, P. Y. Sugito, dan B. Guritno. 2002.
Kashiwagi,, T.P Rao dan D. Devi. 1996. Dinamics of roots and nitrogen in cropping system of the semi-arid tropics. JIRCAS J. (3): 33-48.
DAFTAR PUSTAKA
Pertanian, 2001. Swasembada pangan, mungkinkah?.
Agrivita 24(1): 17 -24.
II(3): 15- 22.
sp ) di lahan hutan produksi. J. Pembangunan Pedesaan
Setyaningsih, E. 2002. Kajian agronomis jagung dan kacanghijau sebagai tanaman penyela pada pertanaman Damar muda (Agathis
Sudana, W., 2003. Mengurangi impor jagung dengan intensifikasi. On- line: http://pustaka.Bogor.net/publ/ warta/w245-08.htm. Diakses: 25 Juli 2003. Supartoto, Widyasunu, P. dan
. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman, Balitbang, Bogor.
Jagung
Susila. 1986.
41 Pp. Suarna, I.M., I.M. Oka, dan T.G.O.
Agron.
Ofori, F. dan W.R. Stern. Sereal-legum intercropping system. Adv. In
Upaya meningkatkan hadil jagung manis melalui pemberian kompos Azolla dan pupuk N. Agrivita 22(1): 11-17.
Nugroho, A., Syamsulbahri, D. Hariyono, A. Soegianto dan I. Hariatin. 1999.
Pengaruh populasi dan jumlah tanaman per lubang tanaman jagung (Zea mays L.) dalam pola tumpangsari dengan kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.
Warta Penel. Dan Pengemb. Pert.
Ali, J., J. Bakht, M. Shafi, S. Khan, dan W.A. Shah. 2002. Effects of various levels of N and P on yield and yield component of maize.
Pakistan J. of Agron.
1(1): 12-14. Badan Penelitian dan Pengembangan
Ito, O., R. Matsunaga, K. Kagayama, S.
saccharata ) varietas Bisi Sweet. Agrivita 24(1): 9-15.
. 39(3): 168-176 Irdiana, I., Y. Sugito, dan A. Soegianto. 2002. Pengaruh takaran pupuk organic cair dan takaran urea terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays
Jpn. J. Trop. Agric
1995. Yield, Photosynthesis and canopy structure of maize- mungbean intercropping system.
Hirota, O., A. Hashem, dan A. Hamid.
Trop. Agric . 37(2): 93-100.
Distribution of maize and soybean root system under single cropping and intercrooping condition. Jpn. J.
Hayashi, Y. dan S. Shigenaga. 1993.
23(4). On-line: http://www.deptan.go.id/ balitbangtan/swasembada warta w234-9.htm. Diakses: 25 juli 2003.
TObita, J.J. Adu-Gyamfi, J.