MUTU PEMBELAJARAN IPA DAN MATEMATIKA DI MADRASAH IBTIDAIYAH (EVALUASI PROGRAM UJI COBA PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR)

MUTU PEMBELAJARAN IPA DAN MATEMATIKA DI MADRASAH IBTIDAIYAH (EVALUASI PROGRAM UJI COBA PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR)

Djamaluddin

Peneliti Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia Jl. MH Thamrin No. 06 Jakarta Pusat e-mail: Padia_ow@yahoo.co.id HP.08129336848.

Abstract

The quality of science and mathematics in Madrasah is considered a chronic disease. In order to find a solution, the main mission and function of the Religious Center of Research and Development in the years 2007 – 2010 was to implement a test upgrade concerning the quality of science and mathematics through developing the source of study in 48 Madrasah Ibtidaiyah in 12 Cities/Regions and in 6 provinces. Through program evaluation using the CIPP method (context, input, process, product) the results were obtained showing a significant increase in learning in science and mathematics (through the comparison of the pre- and post-test results and the control Madrasah ibtidaiyah students). This proves that the science and mathematics study development resources ap- pear to be effective in increasing the quality of study.

Keyword: study source, study quality, CIPP

Abstrak

Mutu pembelajaran mata pelajaran IPA dan Matematika di madrasah bagaikan penyakit kronis yang susah disembuhkan. Untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut maka sesuai tugas pokok dan fungsi Puslitbang Pendididkan Agama dan Keagamaan pada tahun 2007 - 2010 telah dilaksanakan ujicoba Peningkatan Mutu Pembelajaran IPA dan Matematika di Madrasah Melalui Pengembangan Sumber Belajar pada 48 MI di 12 Kab/Kota di 6 Propinsi. Melalui Evaluasi Program dengan menggunakan metode CIPP (context, input, process, product) diperoleh hasil menunjukkan terjadinya peningkatan yang signifikan nilai hasil belajar IPA dan Ma- tematika siswa MI ujicoba (melalui perbandingan hasil Pre –Post test dan uji banding dengan siswa MI control). Ini membuktikan bahwa ujicoba pengembangan sumber belajar IPA dan Matematika efektif meningkatakan mutu pembelajarn.

Kata Kunci: Sumber Belajar, Mutu Pembelajaran, CIPP

PENDAHULUAN

pendidikan yang diselenggarakan pada awal- nya oleh masyarakat tersebut telah menjadi

Dilihat dari prespektif sejarah, keberada- bukti sejarah yang tidak bisa dihilangkan be- an madrasah sudah ada jauh sebelum negara gitu saja, baik dalam menciptakan lulusan yang ini diproklamirkan. Dengan formulasi yang kemudian terlibat dalam proses kemerdekaan berbeda, Abuddin Nata menyebutkan bahwa dan terbentuknya negara ini maupun sumban- pendidikan agama dan keagamaan di nusan- gan untuk membangun sebuah sistem pendi- tara telah muncul di abad 18. Kontribusi nyata

Naskah diterima 18 Januari 2013. Revisi pertama, 21 Februari 2013. Revisi kedua, 7 Maret 2013 dan revisi terahir 02 April 2013.

78 EDUKASI Volume 11, Nomor 1, Januari-April 2013

Mutu Pembelajaran IPA dan Matematika di Madrasah Ibtidaiyah

EDUKASI Volume 11, Nomor 1, Januari-April 2013 79

dikan nasional. Tetapi argumentasi sejarah, tidaklah cukup untuk menjawab pertanyaan tentang mutu pendidikan di madrasah yang tergambar dalam proses dan hasil. 1

Madrasah sebagai satuan pendidikan ti- dak terlepas dari komponen input, proses dan output. Inti dari proses pendidikan (madrasah) secara formal adalah pembelajaran, sedangkan inti dari proses pembelajaran adalah siswa belajar. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu pendidikan di madrasah, maka yang harus dilakukan adalah peningkatan kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas pem-

belajaran itu akan terjadi apabila intensitas ke- terlibatan siswa dalam belajar juga me ningkat.

Dalam upaya meningkatkan intensitas be- lajar siswa yang tinggi, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain: menja dikan bela- jar sebagai sebuah kebutuhan, mem pertinggi derajat relevansi antara yang diajarkan dan yang berkembang di masyarakat, penggunaan metode pembelajaran yang meng undang has- rat ingin tahu siswa, serta meng gunakan sum- ber belajar yang variatif dan membelajarkan siswa.

Pemanfaatan sumber belajar selain guru dan buku teks sangat jarang dilakukan di ba- wah petunjuk dan kontrol guru. Di samping itu guru sering hanya menggunakan sumber bela- jar yang monoton dan kadang-kadang kurang relevan dengan ciri belajar siswa dan tujuan belajar, hal ini terjadi karena sumber belajar yang digunakan tidak dikembangkan secara optimal. Keterbatasan penggunaan sumber belajar terjadi karena metode pembelajaran yang utama hanyalah metode ceramah. Dalam banyak literatur, antara lain diungkapkan oleh Henry dan Parcepal (1984) dinyatakan bahwa tingkat perhatian (attention span) siswa dalam proses pembelajaran yang menggunakan ce- ramah hanya 25% dan terus menurun ketika makin mendekati akhir pelajaran.

Di samping itu British Audio Visual Asso- ciation (1985), menyatakan bahwa 75% penge-

1 Abudin Nata, (2010): Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Jakar- ta, Grasindo, h.10

tahuan diperoleh melalui indera pengli hatan,

13 % indera pendengaran, 6% indera sen tuhan dan rabaan dan 6% indera pen ciuman dan lidah. Sedangkan hasil penelitian yang dila- kukan oleh perusahaan SOVOCOM COMPANY di Amerika yang dikutip oleh Sadiman et-al. (1986:155-156) disebutkan bahwa tentang ke- mampuan manusia dalam me nyimpan pesan adalah: verbal (tulisan) 20%, Audio saja 10%, visual saja 20%, Audio visual 50%. Tetapi kalau proses belajar hanya menggunakan metode: (a) membaca saja, maka pengetahuan yang mengendap hanya 10%, (b) mendengarkan saja pengetahuan yang mengendap hanya 20%. (c) melihat saja pengetahuan yang mengendap bisa 50%, (d) mengungkapkan sendiri pengetahuan yang mengendap bisa 80%. (f) mengungkapkan sendiri dan mengulang pada kesempatan lain 90%. Dari penjelasan tersebut diatas, bahwa guru harus pandai memilih, mengembangkan dan mengkombinasikan metode pembelajaran dengan sumber belajar yang ada. 2

Di madrasah umumnya proses pem- belajaran terjadi satu arah dimana guru menja- di aktor yang dominan menyampaikan materi atau menjelaskan isi buku pokok, sedangkan sebagian siswa tidak memiliki buku. Akibat dari proses belajar semacam ini, keterlibatan siswa dalam pembelajaran lebih dominan se- bagai pendengar. Akibatnya pengetahuan yang diberikan guru tidak dapat disimpan secara optimal dalam memori siswa. Selain itu, porsi terbesar dari waktu pembelajaran digunakan untuk mencatat, akibatnya kesempatan bagi guru untuk menjelaskan lebih jauh materi pe- lajaran menjadi berkurang, dan muatan materi yang harus disampaikan juga tidak tercapai. Oleh karena informasi pengetahuan yang ter- simpan dalam memori siswa terbatas dan ma- teri yang tidak tuntas, akhirnya berakibat pada hasil belajar juga rendah. Hasil belajar siswa yang rendah mengindikasikan mutu pendidik- an yang rendah.

Telah banyak upaya yang dilakukan un- tuk meningkatkan mutu madrasah, namun

2 Arif Sadiman, et. all. (1986): Media Pendidikan. Jakarta, Rajawali, h.155-156

Djamaluddin

secara menyeluruh hingga kini hasilnya be- dilakukan dengan mengembangkan budaya lum sebagai mana yang diinginkan, dalam arti

membaca dan menulis”.

belum mampu secara signifikan meningkatkan Melihat masalah-masalah tersebut yang

mutu madrasah sejajar dengan sekolah umum banyak terjadi di madrasah, Puslitbang Pen- yang setingkat. Diantara upaya tersebut ada- didikan Agama dan Keagamaan pada tahun

lah mengoptimalkan pelaksanaan kebijakan 2007-2009, menyelenggarakan program Uji- peme rintah dengan program desentralisasi

coba Peningkatan Mutu Pendidikan Mad-

pendi dikan, yaitu memberi kesempatan kepa-

rasah (Ibtidaiyah) Melalui Pengembangan

da masyarakat untuk berpartisipasi dalam pro- Sumber Belajar (IPA dan Matematika). Ke- Ke-

ses pengambilan keputusan penyelenggaraan giatan uji coba tersebut dilakukan melalui se- satuan pendidikan. rangkaian (langkah-langkah) aktivitas, sebagai

Desentralisasi pendidikan merupakan ja-

berikut:

waban terhadap perlunya diversifikasi dalam

1. Tahun 2007, tahap persiapan. Pada tahap penyelenggaraan pendidikan. Program terse-

ini dilakukan studi kelayakan, penyiapan but sesuai dengan tuntutan masyarakat dalam

pedoman ujicoba, pedoman monitoring penyelenggaraan pendidikan menja dikan ben-

dan supervisi.

tuk otonomi madrasah dalam konteks (School Based Management).

2. Tahun 2008, tahap pelaksanaan ujicoba. Pada tahap ini dilakukan pengadaan dan

Puslitbang Penda dalam rentang waktu pendistribusian perangkat ujicoba yaitu 2001 – 2004 pernah melaksanakan ujicoba pe-

sumber belajar pabrikat yang diujicoba- laksanaan School Based Management pada 110

kan, orientasi program ujicoba di daerah, Madrasah (MI dan MTs) pada 11 Kabupaten di 5

pemberian dana motivasi, pelaksanaan Propinsi. Ujicoba tersebut telah menghasilkan

monitoring dan supervisi.

pedoman dan pola pelaksanaan School Based Management pada madrasah dan hasilnya te-

3. Tahun 2009/2010 tahap pemantapan lah direkomendasikan kepada Pimpinan Ke-

dan evaluasi. Pada tahap ini dilakukan menterian Agama untu kebijakan lebih lanjut.

monitoring dan supervisi, evaluasi akhir ujicoba, program madrasah imbas, dan

Penelitian lain yang pernah dilakukan

seminar.

oleh Puslitbang Penda dan Keagamaan adalah Kesiapan Guru Pendidikan Agama dalam melak

Tujuan umum Ujicoba adalah untuk me- sanakan KBK, hasilnya menemukan terjadinya

ngetahui pengaruh atau perubahan yang ter- gradasi tingkat kesiapan guru dilapangan. Po- Po-

jadi terhadap peningkatan mutu hasil belajar sisi terlemah dalam rangka pelaksanaan kuri-

siswa madrasah setelah dilakukan treatment kulum tersebut adalah implementasi pembela-

pengembangan sumber belajar. Dengan demi- jaran terutama dalam pengembangan sumber

kian, diharapkan ditemukan model peningkat- belajar.

an mutu hasil belajar siswa madrasah melalui pengembangan sumber belajar, yaitu dengan

Sumber belajar yang umum diintrodusir pembelajaran yang ber makna; interaktif, in-

oleh para guru baik yang tertulis pada RPP spiratif, menye nang kan, menantang, memo- maupun dalam kegiatan pembelajaran adalah

tivasi peserta didik berpartisipasi aktif, serta buku pokok/wajib. Buku tersebut selain belum

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, dimiliki oleh semua siswa, di perpustakaan

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan sebagai salah satu pusat sumber belajar juga

bakat, minat, dan perkembangan fisik serta tidak tersedia dengan cukup. Padahal dalam

psikologis peserta didik.

Peraturan Pemerintah RI No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab IV

Sedangkan tujuan khusus Ujicoba Pening- Standar Proses pada pasal 21 ayat 2 menye-

katan Mutu Pendidikan Madrasah Melalui Pe- butkan “Pelaksanaan proses pembelajaran

ngembangan Sumber Belajar adalah: (1) untuk

80 EDUKASI Volume 11, Nomor 1, Januari-April 2013

Mutu Pembelajaran IPA dan Matematika di Madrasah Ibtidaiyah

meningkatkan kemampuan para guru mad- ngembangan sumber belajar IPA dan ma- rasah dalam mengelola pembelajaran dengan

tematika berjalan dengan baik?

pengembangan sumber belajar, (2) mengha-

4. Masalah produk adalah: apakah pening- silkan pedoman pelaksanaan pembelajaran di katan mutu pendidikan madrasah melalui madrasah yang efektif dengan pengembangan pengembangan sumber belajar IPA dan sumber belajar, (3) Menemukan strategi yang matematika dapat meningkatkan mutu tepat bagi pengembangan sumber belajar di hasil belajar siswa dalam mata pelajaran madrasah, (4) Meningkatkan pemanfaatan

IPA dan matematika.

sumber belajar oleh siswa dalam upaya pening- katan mutu hasil pembelajaran, (5) mengetahui faktor penunjang, kendala dan solusi pemeca-

Manfaat Penelitian

hannya dalam pengembangan sumber belajar

1. Guru Madrasah, dalam upaya mening- di madrasah, (6) menemukan model peningka-

katkan efektivitas proses belajar dengan tan hasil pembelajaran bagi lulusan madrasah

memaanfaatkan sumber belajar dan melalui serangkaian kegiatan ujicoba peng-

mem bangun partisipasi siswa.

embangan sumber belajar.

2. Kepala Madrasah, untuk melakukan tin- Setelah program ujicoba dilaksanakan selama

dakan-tindakan yang perlu dilakukan

3 tahun sesuai dengan tahapan, tujuan dan dalam meningkatkan mutu pendidikan di proses di atas, maka pada tahun anggaran 2010

madrasah.

dilakukan penelitian (Evaluasi) terhadap prog- ram ujicoba peningkatan mutu pendidikan ma-

3. Pengawas Madrasah, untuk melakukan drasah melalui pengembangan sumber belajar,

pendampingan dan bimbingan kepada sebagai kegiatan akhir dari program ujicoba.

guru madrasah dalam mengefektivkan kegiatan pembelajaran.

Perumusan Masalah

4. Direktorat Mapenda, sebagai bahan in- formasi dalam penyusunan kebijakan dan

Masalah penelitian ini adalah efektivitas program peningkatan mutu madrasah pening katan mutu pendidikan madrasah mela-

khususnya pemanfaatan sumber belajar lui pengembangan sumber belajar IPA dan ma-

tematika. Oleh karena penelitian meng gunakan

5. Puslitbang Penda, sebagai bahan informa- model evaluasi CIPP, maka masalah penelitian

si tentang tingkat keberhasilan program dirumuskan secara rinci sebagai berikut:

uji coba dan merumuskan program tindak lanjut

1. Masalah pada konteks adalah: apakah program peningkatan mutu pendidikan

6. LPTK, sebagai bahasan informasi untuk madrasah melalui pengembangan sumber

melakukan penyesuaian dan peningkatan belajar IPA dan matematika relevan de-

kualitas pendidikan calon guru dan guru ngan kebutuhan madrasah?

yang mengikuti program sertifikasi.

2. Masalah masukan (input) adalah: apakah ketersediaan sumber daya madrasah yang

Tujuan Penelitian

tersedia dapat menunjang pelaksanaan Tujuan penelitian evaluasi ini adalah program peningkatan mutu pendidikan

untuk mengetahui apakah program ujicoba madrasah melalui pengembangan sumber

pengembangan sumber belajar berpengaruh belajar IPA dan matematika?

terhadap mutu hasil belajar siswa madrasah

3. Masalah pada proses adalah: apakah btidaiyah (MI) pada mata pelajaran IPA dan impelementasi program peningkatan

Matematika.

mutu pendidikan madrasah melalui pe-

EDUKASI Volume 11, Nomor 1, Januari-April 2013

Djamaluddin

Metodologi Penelitian

tugas di 48 MI sasaran ujicoba, Pengawas, kasi Mapenda, dan supervisor dari unsur fakultas

Penelitian/evaluasi dilakukan terhadap Tarbiyah PTAI yang terlibat program ujicoba.

48 MI swasta ( yang belum banyak mendapat Terkait dengan peserta yang mengikuti tes

bantuan dari pemerintah) sasaran ujicoba yang (Pre dan Post Test) adalah siswa MI yang men- terpilih melalui studi kelayakan, yang terdapat

jadi sasaran ujicoba.

di 6 propinsi pada 12 Kabupaten/Kota, yaitu: Sumatera Selatan; Kota Palembang dan

Kabupaten Banyuasin, Banten; Kota Tange-

HASIL PENELITIAN

rang dan Kabupaten Tangerang, Jawa Tengah; Kota Semarang dan Kabupaten Magelang, Jawa

Hasil Evaluasi Konteks

Timur; Kota Surabaya dan Kabupaten Pame- Menurut Undang-Undang Sistem Pendi- kasan, NTB; Kota Mataram dan Kabupaten

dikan nasional (UUSPN), madrasah memiliki Lombok Timur, Kalimantan Selatan: Kota Ban-

kedudukan dan peran yang sama dengan lem- jarmasin dan Kabupaten Banjar.

baga pendidikan lainnya (persekolahan). Na- Metode yang digunakan dalam evaluasi

mun demikian perhatian pemerintah (daerah) ini adalah model CIPP (context, input, process,

terhadap keberadaan madrasah masih sangat product ) yang dikembangkan oleh Stufflebeam

kurang. Berdasarkan data yang dikeluarkan (dari Ward Mitchell Cates, 1990).

Center for Informatics Data and Islamic Studi- es (CIDIES) Departemen Agama dan data base

Model CIPP merupakan model yang ber- EMIS (Education Management Information orientasi kepada pemegang keputusan. Model System) Dirjen Pendi dikan Islam Kementerian ini membagi evaluasi dalam empat macam, Agama, jumlah madrasah (Madrasah Ibtidai- yaitu: yah/MI, Madrasah Tsanawiyah/MTs dan ma-

1. Evaluasi konteks menilai keputusan drasah Aliyah/MA sebanyak 40.464 madrasah perencanaan, yaitu membantu meren-

(tidak termasuk madrasah diniyah, pesantren canakan pilihan keputusan, menentukan

dan RA/BA). Dari jumlah itu 90,65 % bersta- kebutuhan yang akan dicapai dan me-

tus swasta dan hanya 9,35 % yang berstatus rumuskan tujuan program.

negeri. Kondisi status kelembagaan madrasah

2. Evaluasi masukan untuk menilai kepu- ini dapat digunakan untuk membaca kualitas tusan menentukan sumber-sumber yang

madrasah secara keseluruhan, seperti keadaan tersedia, alternatif-alternatif yang diam-

guru, siswa, fisik dan fasilitas, dan sarana pen- bil, rencana dan strategi untuk mencapai

dukung lainnya, karena keberadaan lembaga- kebutuhan, serta prosedur kerja untuk

lembaga pendidikan dasar dan menengah di mencapai tujuan yang dimaksud.

tanah air pada umumnya sangat tergantung kepada pemerintah. Atas dasar itu, tidak ter-

3. Evaluasi proses menilai implementasi, lalu salah kalau dikatakan bahwa madrasah- yaitu sejauh mana program telah dilak-

madrasah swasta yang berjumlah 36.683 buah sanakan.

sebagiannya masih mengalami masalah yang

4. Evaluasi produk untuk mengetahui se- paling mendasar yaitu berjuang keras untuk jauhmana program mencapai tujuan

mempertahankan eksistensinya agar tetap program yang telah ditetapkan., untuk

bisa bertahan hidup.

kebijakan lebih lanjut Di sisi lain, madrasah bagi masyarakat Pengumpulan data dilakukan dengan in-

Indonesia tetap memiliki daya tarik. Hal ini strumen berbentuk tes, angket, penelitian do-

dibuktikan dari adanya peningkatan jumlah kumen, dan wawancara. Responden pene litian

siswa madrasah dari tahun ke tahun rata-ra- terdiri dari: siswa MI kelas V, guru yang meng-

ta sebesar 4,3 %, sehingga berdasarkan data ajar IPA dan Matematika, Kepala MI yang ber-

EMIS, pada tahun 2008/2009 jumlah siswanya

82 EDUKASI Volume 11, Nomor 1, Januari-April 2013

Mutu Pembelajaran IPA dan Matematika di Madrasah Ibtidaiyah

EDUKASI Volume 11, Nomor 1, Januari-April 2013 83

mencapai 6,2 juta orang dari sekitar 57 juta jumlah penduduk usia sekolah di Indonesia. Persoalannya adalah, bagaimana memperce- pat peningkatkan mutu 40.464 madrasah dan 6,2 juta siswanya? Peningkatan mutu pendi- dikan secara merata adalah persoalan mutlak bagi eksistensi sebuah bangsa dengan tanpa membedakan identitas kultural masyarakat- nya. Persoalannya, kondisi sebagian besar ma- drasah sedang menghadapi persoalan serius. Menurut Yahya Umar, madrasah diibaratkan sebagai mobil tua sarat beban. Kurikulum ma- drasah adalah 130 % dari kurikulum sekolah karena komposisi kurikulum 70:30 (umum: agama) dan mata pelajaran umum madrasah sama dengan yang ada di sekolah. Apabila di- lihat dari missinya, disamping sebagai sekolah juga sebagai lembaga dakwah. Sedangkan apa- bila dilihat dari kondisi guru, siswa, fisik dan fasilitas, dan faktor-faktor pendukung lainnya kondisinya serba terbatas, untuk tidak menga- takan sangat memprihatinkan. Dengan sing- kat dapat dikatakan bahwa kondisi madrasah sebagian besar menghadapi siklus negatif atau lingkaran setan yang sangat sulit dipecahkan kualitas raw input (siswa, guru, fasilitas) ren- dah, proses pendidikan tidak efektif, kualitas lulusan rendah, dan kepercayaan stakeholder terutama orangtua dan pengguna lulusan ren- dah.

Orientasi utama dari evaluasi context adalah untuk mengidentifikasi kekuatan dan keterbasan objek dalam hal ini kelembagaan madrasah. Data yang digunakan dalam eva- luasi context adalah hasil penelitian/studi ke- layakan. Dalam aspek context, hasil penelitian menunjukkan bahwa MI yang terpilih telah memenuhi kriteria kelayakan untuk sasaran ujicoba program. Kriteria kelayakan yang di- penuhi oleh MI terpilih adalah:

1. Berstatus swasta (MIS), telah beroperasi minimal 10 tahun, dan meluluskan 3 ang- katan.

2. Memiliki gedung sendiri dengan jumlah ruang belajar 6 lokal ditambah ruang ke- pala MI, ruang guru, perpustakaan, dan ruang praktek IPA dan Matematika

3. Memiliki siswa kelas I – VI minimal 150 siswa

4. Memiliki guru bidang studi Matematika dan IPA, dengan kualifikasi pendidikan minimal D-2 dan mengajar di kelas V

5. Status kepegawaian guru adalah PNS atau pegawai tetap yayasan.

Hasil Evaluasi Input

Orientasi utama dari evaluasi input ada- lah menilai perencanaan program ujicoba dan komponen input yang tersedia di madrasah. Evaluasi ini ditujukan untuk melihat kesiapan input pendidikan di madrasah untuk diopera- sikan dalam program ujicoba ini. Dalam aspek input, hasil penelitian menunjukkan bahwa MI yang terpilih menjadi sasaran ujicoba telah memiliki kesiapan secara fisik maupun non fisik. Kesiapan fisik terkait dengan: sarana pra- sarana yang dimiliki (kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, tempat ibadah), administrasi madrasah, kecukupan guru dilihat dari jumlah dan latar belakang pendidikan, keadaan siswa, serta kegiatan pembelajaran matematika dan IPA serta perangkat lain yang sudah dimiliki sebelum ujicoba dilakukan. Kesiapan non fisik terkait dengan kemampuan guru melaksa- nakan ujicoba, kegiatan pembelajaran sesuai rancangan program, pengembangan sumber belajar, dan evaluasi serta pelaporan. Input dari program ujicoba ini terdiri dari:

Perangkat yang diberikan kepada MI ujicoba

1). Buku pedoman penyelenggaraan ujicoba

untuk tim pelaksana pusat dan daerah. 2). Juknis supervisi dan monitoring serta instru-

mennya untuk tim pelaksana pusat dan daerah yaitu; Kasi Mapenda, Supervisor dan Kepala MI .

3). Pengadaan/pengiriman buku paket mata

pelajaran IPA/Sains dan Matematika untuk peserta didik madrasah ujicoba, masing-masing buku sebanyak 40 ekp. (1 rombel kelas 5)

Djamaluddin

4). Pengadaan/pengiriman alat peraga (KIT)

d). Kepala Madrasah

IPA/ Sains dan Matematika sebanyak 1 e). Guru IPA ( permadrasah 1 orang) paket untuk setiap mata pelajaran perma-

yang mengajar di kelas 5

drasah sasaran ujicoba. f). Guru Matematika (permadrasah 1

5). Biaya motivasi untuk masing-masing MI orang) yang mengajar di kelas 5

sasaran ujicoba Rp.4.000.000,- (empat juta rupiah)

Orientasi program telah dilaksanakan sesuai jadwal, yang diikuti oleh peserta yang

Semua perangkat program ujicoba sudah terlibat dalam program ujicoba dengan nara

sampai pada sasaran dan telah dimanfaatkan sumber yang berkompeten terhadap substansi sesuai dengan program dan jadual yang dite-

materi orientasi.

tapkan.

Hasil Evaluasi Proses

Orientasi Program

Orientasi utama dari evaluasi proses ada- Orientasi program ujicoba dilaksanakan pada

lah melakukan monitoring secara terus me- masing-masing daerah:

nerus terhadap proses implementasi ren cana 1). Orientasi dilaksanakan pada setiap kabu-

peningkatan mutu. Tujuannya adalah membe- paten/ kota lokasi ujicoba, selama 3 (tiga)

rikan umpan-balik (feedback) kepada tim pe- hari;

laksana pusat maupun daerah tentang kondisi aktivitas program dan kesesuaiannya dengan

2). Narasumber orientasi adalah tenaga rencana yang disusun dan peman faatan sum-

professional yang punya kompetensi dan ber daya. Hasil dari evaluasi proses ini mem- pengalaman bidang pembelajaran IPA/ berikan informasi tentang hal-hal yang perlu Sains dan Matematika dari tenaga in- disupervisi lebih lanjut dan disempurnakan. struktur/ guru senior berpengalaman.

3). Materi orientasi terdiri dari: Dari aspek proses, hasil penelitian me- nun jukkan bahwa:

a). Program ujicoba, termasuk teknik

a. Alat peraga yang diberikan pada umum-

supervisi dan monitoring (oleh Tim Pusat)

nya untuk memenuhi pokok bahasan pada kelas V sesuai dengan lokus uji coba, b). Pembelajaran IPAdengan praktikum

karena ada juga alat peraga yang diguna-

penggunaan alat peraga pabrikat

kan pada kelas IV dan VI.

dan pengembangan sumber belajar

b. Alat peraga yang diberikan cukup mem-

dari lingkungan alam di sekitar ma-

bantu dalam proses pembelajaran, tetapi

drasah (oleh Nara Sumber Daerah )

jumlah yang masih terbatas atau tidak c). Pembelajaran Matematika dengan

sebanding dengan jumlah siswa, sehingga

praktikum penggunaan alat peraga

keterlibatan siswa dalam penggunaannya

pabrikat dan pengembangan sumber

belum optimal. Hal ini karena alat peraga

belajar dari lingkungan alam sekitar

hanya diberikan kepada setiap MI sasaran

madrasah (oleh Nara Sumber Dae-

ujicoba masing-masing 1 set.

rah).

c. Disamping mengatasi kekurangan alat 4). Peserta Orientasi

peraga yang tersedia para guru mengem- a). Kasi Mapenda Kandepag

bangkan dengan cara membuat alat sede- rhana secara mandiri atau meman faatkan

b). Pengawas sumber-sumber lain yang terdapat di c). Unsur Fak. Tarbiyah IAIN/STAIN/

lingkungan madrasah

STAIS (sebagai supervisor).

84 EDUKASI Volume 11, Nomor 1, Januari-April 2013

Mutu Pembelajaran IPA dan Matematika di Madrasah Ibtidaiyah

d. Keinginan para guru, siswa, dan juga ke- Berdasarkan data diperoleh informasi pala madrasah agar program semacam ini

bahwa 49% siswa menyatakan guru selalu diteruskan di masa mendatang.

memberikan kesempatan siswa untuk meng- Temuan dari evaluasi proses adalah ter-

gunakan alat peraga di dalam kelas, 29% sering, kait dengan adanya kreativitas dan inovasi

15% jarang, dan 7% menyatakan tidak pernah yang dilakukan guru. Artinya ketidaklengkap-

Berdasarkan data diperoleh informasi an alat pembelajaran pabrikat yang diberikan

bahwa 66% siswa menyatakan suasana belajar kepada madrasah memunculkan kreativitas

menjadi sangat menyenangkan dengan pe- dan inovasi dari para guru mengembangkan

manfaatan sumber belajar, 31% menyatakan alat pelajaran sebagai sumber belajar yang

menyenangkan, 2% menyatakan biasa-biasa berbasis pada sumber daya sekitar dan men-

saja, dan 1% menyatakan tidak menyenangkan. coba material lain sebagai padanannya. Dalam

Berdasarkan data diperoleh informasi pelaksanaannya pengembangan sumber bela- 54% siswa menyatakan sangat semangat bela- jar sesuai dengan materi orientasi yang telah jar dengan ada pemanfaatan dan pengembang- diterima para guru pelaksana ujicoba. an sumber belajar, 40% menyatakan semangat,

Hal lain yang diteliti terkait dengan pro- 5% menyatakan biasa-biasa saja, dan 1% me- ses adalah penilaian siswa terhadap peman-

nyatakan tidak bersemangat.

faatan dan pengembangan sumber belajar. Berdasarkan data diperoleh informasi Jumlah siswa yang menjawab angket tentang bahwa siswa merasa pemahaman mereka ten- pemanfaatan dan pengembangan sumber be- tang pelajaran matematika dan IPA meningkat. lajar berjumlah 420 orang. Terdapat 50% yang sangat paham, 47% lebih

Berdasarkan data diperoleh informasi banyak yang dipahami, dan hanya 3% yang pe- bahwa 73% siswa menyatakan guru selalu me-

mahamannya rendah.

manfaatkan buku sumber, 22% menyatakan sering, dan 5% menyatakan jarang.

Hasil Evaluasi Produk

Berdasarkan data diperoleh informasi Tujuan evaluasi produk adalah mengukur, me-

bahwa 50% siswa menyatakan apa yang dis- nafasirkan, dan menilai pencapain program. ampaikan guru sama persis dengan isi buku, Evaluasi produk menjamin dan memastikan 40% menyatakan sebagian besar sama, 6% me- bahwa program telah memenuhi kebutuhan nyatakan sedikit sekali yang sama, dan 1% me- untuk dilaksanakan. Dalam evaluasi produk nyatakan tidak ada yang sama. dilakukan pengukuran dengan menggunakan

Berdasarkan data diperoleh informasi tes, selanjutnya hasil tes tersebut diuji secara bahwa 53% siswa menyatakan alat peraga

statistik dengan uji-t dan uji-z, untuk melihat pabrikat yang diberikan selalu digunakan guru,

perbedaan yang ditunjukkan oleh hasil tes, 32% sering digunakan, 13% jarang digunakan,

berdasarkan treatment yang dilakukan. dan 2% menyatakan tidak pernah digunakan.

Berdasarkan data diperoleh informasi

Peningkatan prestasi berdasarkan hasil Pretes

bahwa 64% siswa menyatakan guru selalu

dan Postes

memberikan penjelasan tentang tujuan peng- Dalam aspek product, hasil penelitian me-

gunaan alat, 24% sering, 10% jarang, dan 2% menyatakan tidak pernah

nunjukkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa MI untuk mata pelajaran Mate-

Berdasarkan data diperoleh informasi matika dan IPA. Berdasarkan hasil tes dengan bahwa 70% siswa menyatakan guru selalu

36 butir soal matematika, dari rata-rata skor mengembangkan sumber belajar dari lingkun-

12,90 dari hasil pre tes, kemudian mengalami gan madrasah, 23% sering, 5% jarang, dan 2%

peningkatan skor sebesar 5,71 sehingga rata- menyatakan tidak pernah

EDUKASI Volume 11, Nomor 1, Januari-April 2013

Djamaluddin

rata skor hasil pos tes menjadi 18,61. Apabila

a. Hipotesis kesatu

dibandingkan dengan skor pretes, secara pro-

H 0 : tidak terdapat perbedaan antara sentase besarnya peningkatan tersebut adalah hasil pretes dengan postes mata pe- ta pe- 44,26%. Namun tingkat pencapaian dari skor lajaran matematika pada siswa MI maksimal baru mencapai 51,69%.

ujicoba

H : terdapat perbedaan antara hasil pre- yang menggunakan instrumen tes terdiri dari

Berdasarkan hasil tes mata pelajaran IPA

tes dengan postes mata pelajaran

46 butir soal, dengan rata-rata skor 16,51 ha- matematika pada siswa MI ujicoba sil pre tes, kemudian mengalami peningkatan

skor sebesar 13,70 dari rata-rata skor hasil pos Berdasarkan hasil pengujian dengan tes 30,21. Apabila dibandingkan skor pretes

t-tes diperoleh t hit = 28,994 sedangkan secara prosentase besarnya peningkatan terse-

t tab = 1,646. Oleh karena t hit >t tab maka H 0 but adalah 82,97%. Namun tingkat pencapaian

ditolak. Dengan demikian dapat disimpul- dari skor maksimal baru mencapai 65,67%.

kan terdapat perbedaan yang signifikan Berdasarkan hasil pengujian dengan t-tes

ant ara hasil pre tes dengan hasil pos tes diperoleh temuan bahwa terdapat perbedaan

untuk mata pelajaran matematika pada yang signifikan antara hasil pretes dengan hasil

siswa MI ujicoba.

postes untuk mata pelajaran matematika pada

b. Hipotesis kedua

siswa MI ujicoba. Berdasarkan hasil pengujian dengan t-tes diperoleh temuan bahwa terdapat

H 0 : tidak terdapat perbedaan antara ha- perbedaan yang signifikan antara hasil pretes

sil pretes dengan postes mata pela- dengan hasil postes untuk mata pelajaran IPA

jaran IPA pada siswa MI ujicoba pada siswa MI ujicoba.

Ha: terdapat perbedaan antara hasil Berdasarkan hasil pengujian dengan z-tes

pretes dengan postes mata pelajaran diperoleh temuan bahwa terdapat perbedaan

IPA pada siswa MI ujicoba

antara hasil postes mata pelajaran matematika Berdasarkan hasil pengujian dengan t-tes pada siswa MI ujicoba dengan siswa MI kon-

diperoleh t hit = 59,01 sedangkan t tab = 1,646. trol. Berdasarkan hasil pengujian dengan z-tes

diperoleh temuan bahwa terdapat perbedaan hit >t tab maka H 0 ditolak. De-

Oleh karena t

antara hasil postes mapel IPA pada siswa MI ngan demikian dapat disimpulkan ter- ujicoba dengan siswa MI kontrol.

dapat perbedaan yang signifikan antara hasil pre tes dengan hasil pos tes untuk mata pelajaran matematika pada siswa MI

Uji Hipotesis

ujicoba.

Sebelum dilakukan uji hipotesis, terle-

c. Hipotesis ketiga

bih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis

H 0 : tidak terdapat perbedaan antara dengan menggunakan teknik liliefors untuk hasil pos tes mata pelajaran mate- menguji normalitas data, dan uji barlett un-

matika pada siswa MI ujicoba dengan tuk menguji homogenitas data. Berdasarkan

siswa MI kontrol

hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa data penelitian memenuhi persyaratan normalitas

Ha: terdapat perbedaan antara hasil pos dan homogenitas. Selanjutnya dalam evaluasi

tes mata pelajaran matematika pada produk ini terdapat empat hipotesis yang akan

siswa MI ujicoba dengan siswa MI diuji. Hasil pengujian hipotesis disajikan pada

kontrol

bagian di bawah ini. Berdasarkan hasil pengujian dengan z-tes diperoleh z hit = 17,916, sedangkan z tab =

1,645. Karena z hit > z tab maka H 0 ditolak.

86 EDUKASI Volume 11, Nomor 1, Januari-April 2013

Mutu Pembelajaran IPA dan Matematika di Madrasah Ibtidaiyah

Dengan demikian dapat disimpulkan ter- ber belajar. Seringkali ditemukan, madrasah dapat perbedaan antara hasil pos tes mata

mendapatkan bantuan buku atau alat labora- pelajaran matematika pada siswa MI uji-

torium yang cukup banyak, tetapi dalam ke- coba dengan siswa MI kontrol

nyataannya hanya disimpan di perpustakaan, laboratorium atau bahkan di dalam gudang,

d. Hipotesis keempat

tanpa pemanfaatan yang optimal.

H 0 : tidak terdapat perbedaan antara ha- Hal ini terjadi karena kemampuan guru

sil pos tes mata pelajaran IPA pada

untuk memanfaatkannya terbatas dan ada nya

siswa MI ujicoba dengan siswa MI

kekhawatiran barang tersebut rusak, sedang-

kontrol

kan pihak pemeriksa dari pusat tidak mela- Ha: terdapat perbedaan antara hasil pos-

kukan monitoring dan supervisi datang ke

tes mata pelajaran IPA pada siswa MI

madrasah. Kondisi ini menyebabkan bantuan

alat peraga dan sumber belajar ini menjadi Berdasarkan hasil pengujian dengan z-tes

ujicoba dengan siswa MI kontrol

mubazir dan sekedar pajangan belaka. diperoleh z hit = 17,916, sedangkan z tab =

Persoalan lain, seringkali alat peraga 1,645. Karena z hit > z

maka H 0 ditolak.

dan sumber belajar yang diberikan bukan se-

Dengan demikian dapat disimpulkan suatu yang dibutuhkan oleh madrasah yang terdapat perbedaan antara hasil pos tes

tab

bersangkutan. Program ini menjadi bernilai mata pelajaran IPA pada siswa MI ujicoba

positif karena dimulai dengan adanya studi dengan siswa MI kontrol

kelayakan untuk mengetahui profil sekolah, yang antara lain mencakup ketersediaan alat peraga, sumber belajar, pemanfaatannya dan

PEMBAHASAN

tenaga pendidik/pemakainya. Meskipun alat peraga yang diberikan tidak 100% sesuai kebu-

Temuan penelitian/evaluasi menun juk- tuhan atau digunakan, tetapi adanya motivasi kan bahwa pemberian alat peraga pabrikat ke- pabrikat ke- pemanfaatannya memberi efek pada semangat pada madrasah dan mengembangkan sumber belajar siswa, tingkat pemahaman terhadap belajar dalam pembelajaran dapat meningkat- materi yang meningkat serta hasil belajar yang kan prestasi belajar siswa. Hal ini menunjuk-

juga tinggi.

kan bahwa proses pembelajaran akan menjadi lebih efektif, ketika guru dilengkapi atau me-

Belum optimalnya penggunaan alat pera- lengkapi pembelajaran dengan sumber belajar.

ga dan sumber belajar berupa peralatan labora- Meskipun guru yang bersangkutan memiliki

torium MIPA, disebabkan alat yang diberikan kemampuan yang sangat tinggi dalam pen-

adalah alat yang standar. Alat semacam ini guasaan materi pelajaran, namun tetap men-

tidak selalu dapat digunakan dalam pembela- galami kesulitan untuk menyampaikan kepada

jaran karena berbagai faktor seperti kebutuh- siswa. Hal ini juga disebabkan kemampuan

an akan energi listrik dan sebagainya. Namun siswa yang berbeda serta adanya berbagai fak-

demikian, guru yang kreatif dapat mengupa- tor yang “menganggu” konsentrasi siswa saat

yakan sumber daya sekitar untuk melengkapi mengikuti pembelajaran.

atau sebagai alternatif sumber belajar. Hal ini tampak dari angket yang disebarkan kepada

Namun demikian, pemberian sumber be- guru, tentang upaya apa yang mereka laku- la jar saja tidak cukup karena program sema- kan terkait dengan upaya mengatasi masalah cam ini juga pernah dilakukan di masa-masa ketika alat yang diperlukan tidak ada dalam lalu oleh direktorat teknis yang menangani bantuan yang diberikan atau mengatasi ketika persekolahan/madrasah. Yang membedakan mengalami kendala pengoperasionalannya. program ini dengan program yang lain adalah

dilakukannya orientasi kepada guru, terkait Sedangkan pemanfaatan buku bantuan dengan pemanfaatan dan pengembangan sum-

yang belum optimal, disebabkan karena guru-

EDUKASI Volume 11, Nomor 1, Januari-April 2013

Djamaluddin

guru di MI juga sudah memiliki buku pegangan

c. Supervisi dan monitoring melibatkan mengajar lain yang juga mendapat rekomen-

Kasi Mapenda, pengawas dan unsure dari dasi dari Ditjen Pendis Kementerian Agama.

perguruan tinggi. Proses ini diharapkan Faktor kebiasaan dan kenyamanan dengan

menimbulkan kesadaran semua pihak, sistematika pembahasan serta susunan kali-

bahwa mereka memiliki kontribusi dalam mat dari sebuah buku membuat mereka tidak

peningkatan mutu pendidikan.

mudah berpindah ke buku lain. Di samping

d. Supervisi diarahkan pada optimalisasi kebanyakan buku yang mereka gunakan juga

pelaksanaan pembelajaran khususnya dimiliki sebagian siswa, sehingga memudah- pemanfaatan alat peraga dan pengem- kan ketika guru mem berikan penjelasan ma-

bangan sumber belajar.

terinya. Namun demikian, temuan penelitian menunjukkan bahwa guru tetap menggunakan

Ditinjau dari respon siswa, program ini buku bantuan perangkat ujicoba, minimal se-

juga menunjukkan pengaruh yang positif, bagai pengayaan atau pelengkap ketika buku

yaitu meningkatnya semangat belajar, tercip- yang mereka gunakan selama ini ada yang ku-

tanya suasana belajar yang menyenangkan, rang lengkap.

dan peningkatan pada pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan.

Hal menarik yang menunjang tercapai- Sudah menjadi rahasia umum, mata pelajaran

nya tujuan dari program ujicoba peningkatan mate matika dan IPA seperti menjadi momok mutu ialah adanya program supervisi dan mo-

bagi siswa. Program bantuan alat peraga dan nitoring yang terarah, terjadwal, berkesinam-

pengembangan sumber belajar yang dilakukan bungan dan melibatkan langsung pihak-pihak

melalui ujicoba ini bisa mengatasi kondisi ter- kom peten yang terkait, terdiri dari Kepala Ma-

sebut.

drasah (rutin), Kasi Mapenda, Pengawas, dan Supervisor dari Unsur Perguruan Tinggi.

Hasil penelitian ini juga berimplikasi pada perlu penyiapan tenaga pengawas yang

Selama ini madrasah harus berupaya memiliki kemampuan spesifik terhadap prog- sendiri untuk menerjemahkan kebijakan dan ram atau kegiatan supervise dan monitoring. meng operasionalkan dalam kegiatan seha-

Kemampuan ini dalam kenyataan sangat mem- ri-hari. Dengan alasan otonomi pendidikan,

bantu guru dalam menjalankan tugasnya. Se- dalam wujud MBS, madrasah seperti dibiar-

baliknya ketika kemampuan itu minim, maka kan untuk berpikir dan bertindak sendirian.

kinerjanya menjadi tidak optimal dan guru ti- Padahal pimpinan dan para guru juga me-

dak memperoleh bimbingan yang diharapkan. miliki keterbatasan dan juga kesibukan akan

peker jaan-pekerjaan rutin. Dalam kerangka ini Hasil penelitian ini juga berimplikasi supervisi dan monitoring sebagai upaya mem-

pada lembaga pendidikan tenaga kependidikan bantu guru menjadi sangat penting.

(LPTK). Sejauh ini, belum membekali guru atau calon guru dengan kemampuan yang memadai

Berbeda dengan supervisi yang seringkali terkait pemanfaatan sumber bela jar. Meskipun dianggap tidak efektif oleh madrasah, supervisi secara teoretik, hal itu disam paikan dalam

dan monitoring program ujicoba ini dilakukan perkuliahan, tetapi mahasiswa sering sulit me- sangat baik, ditinjau dari beberapa indikator: nemukan wujud teori itu dalam praktek, baik

a. Tujuan supervisi dan monitoring yang yang dilakukan sendiri oleh dosen maupun dilakukan jelas dan spesifik

dalam bentuk simulasi. Dari pengamatan di

b. Supervisi dan monitoring dilakukan oleh lapangan, guru-guru mem butuhkan ilmu ten- tang bagaimana mela ku kan atau memanfaat-

supervisor yang memiliki kapasitas untuk itu dan disiapkan melalui program orien-

kan sesuatu (know-how) bukan sekedar penge- tahuan tentang apa dan mengapa(know-why,

tasi

know-what).

88 EDUKASI Volume 11, Nomor 1, Januari-April 2013

Mutu Pembelajaran IPA dan Matematika di Madrasah Ibtidaiyah

EDUKASI Volume 11, Nomor 1, Januari-April 2013 89

Lebih lanjut, penelitian ini juga berimpli- kasi pada pembenahan madrasah secara kese- luruhan. Hal ini menjadi penting karena peran

madrasah dalam pembangunan bangsa dan pendidikan di Indonesia. Kehadiran madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam di Indone- sia merupakan simbiosis mutualistis antara ma syarakat Muslim dan madrasah itu sendiri. Secara historis kelahiran madrasah tidak bisa dilepaskan dari peran/partisipasi masyarakat terhadap dunia pendidikan. Pendidikan ma- drasah di Indonesia yang lahir pada awal abad ke-20 dengan munculnya Madrasah Mambaul Ulum di Keraton Surakarta tahun 1905 dan Sekolah Adabiyah yang didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad di Sumatera Barat tahun 1909 (Madrasah berdiri atas inisiatif dan realisasi dari pembaharuan Islam yang telah ada), yakni antara pengaruh pembaharuan Islam di Timur Tengah, pendidikan Barat dan tradisi pendidik- an Islam di Indonesia (baca pesantren). Pemba- haruan tersebut meliputi tiga hal, yaitu: usaha penyempurnaan sistem pendidikan pesantren, penyesuaian dengan sistem pendidikan Barat, dan menjembatani antara sistem pendidikan tradisional pesantren dan sistem pendidikan Barat.

Dengan kata lain, munculnya sistem pen- didikan madrasah juga merupakan respon atas kebijakan dan politik pendidikan Hindia Be- landa pada saat itu. Politik pendidikan Hindia Belanda yakni dengan membuka lebih luas ke- sempatan pendidikan bagi penduduk pribumi, yang semula hanya terbatas pada kaum bang- sawan, disamping merupakan po litik etik, ba- las budi, juga merupakan salah satu usaha pe- merintah Hindia Belanda untuk menundukkan masyarakat pribumi melalui jalur pendidikan

Dalam perkembangannya, madrasah seba gai lembaga pendidikan Islam sekarang ditem patkan sebagai pendidikan sekolah da- lam sistem pendidikan nasional. Munculnya SKB 3 Menteri Tahun 1975 (Surat Keputusan Ber sama Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri) menan dakan bahwa eksistensi madrasah cu- kup kuat beriringan dengan sekolah umum. Munculnya SKB 3 Menteri merupakan langkah

positif untuk meningkatkan mutu madrasah; baik dari status, ijazah, maupun kurikulum- nya. Pada awalnya SKB 3 Menteri tersebut juga dipermasalahkan karena komposisi pendidik- an umum dan agama 70 % dan 30 %. Namun oleh Menteri Agama pada saat itu, Mukti Ali, dijelaskan bahwa dalam prakteknya kedua mata pelajaran tersebut dapat saling mengisi, sehingga sama-sama 100 % (Biografi Sosial-Po- litik Menteri-menteri Agama RI, 1998).

Jauh sebelum SKB 3 Menteri tersebut, pemerintah telah meningkatkan penataan madrasah sebagai lembaga pendidikan formal. Penataan itu antara lain; Keputusan Menteri Agama No. 1 Tahun 1952, yang berisi klasifi- kasi dan penjenjangan pendidikan madrasah. Berdasarkan keputusan itu, pendidikan di ma- drasah dilaksanakan dalam tiga tingkat, yaitu tingkat dasar 6 tahun (Madrasah Ibtidaiyah), tingkat menengah pertama 3 tahun (Madrasah Tsanawiyah), dan tingkat menengah atas 3 tahun (Madrasah Aliyah). Dalam peraturan ini disebutkan juga bahwa di ketiga tingkat ma- drasah tersebut minimal harus mengajarkan tiga mata pelajaran akademik yang diajarkan di sekolah umum dan mengikuti standar kuri- kulum Departemen Agama.

Sebelumnya pada tahun 1958, Kemen- terian Agama mengusahakan pengembangan mad rasah dengan memperkenalkan model Mad rasah Wajib Belajar (MWB) yang ditempuh selama delapan tahun. Pendidikan Madrasah Wajib Belajar ini memuat kurikulum terpadu antara aspek keagamaan, pengetahuan umum, dan ketrampilan. Kendatipun demikian hasil-

nya belum optimal. Munculnya Undang-Undang Nomor 2 Ta-

hun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang kemudian diperbaharui dengan UU no. 20/2003, memperjelas posisi madrasah sama atau adalah sekolah umum. Madrasah Ibtidai- yah adalah Sekolah Dasar (berciri khas Islam), Madrasah Tsanawiyah adalah SLTP (berciri khas Islam) dan Madrasah Aliyah adalah SMU (berciri khas Islam). Konsekwensi dari semua itu adalah bahwa madrasah harus memberikan

Djamaluddin

90 EDUKASI Volume 11, Nomor 1, Januari-April 2013

materi kurikulum minimal sama dengan mate- ri kurikulum yang ada di sekolah umum.

Upaya untuk meningkatkan kualitas dan keberadaan madrasah tersebut, dalam per- kem bangannya tidak pernah lepas dari proble- matika-problematika yang dihadapi. Terdapat dualisme pemaknaan terhadap madrasah. Di satu sisi, madrasah diidentikkan dengan seko- lah (umum) karena memiliki muatan kuriku- lum yang realtif sama dengan sekolah umum. Di sisi lain, madrasah diang gap sebagai pesan- tren dengan sistem pendi dikan klasikal yang kemudian dikenal de ngan madrasah diniyah. Di sisi lain muatan kurikulum yang relatif sama dengan muatan kurikulum di sekolah, menja- dikan madrasah kurang memiliki jati diri se- bagai lembaga yang mencetak ahli-ahli agama. Kendatipun status madrasah sudah disamakan dengan sekolah (umum), namun dalam reali- tasnya keberadaan madrasah masih ada yang menganggap sebagai pendidikan kelas dua, baik dari segi kualitas akademik, maupun sara- na dan dan prasarana

Dari aspek manajemen di madrasah se- ring menunjukkan model manajemen tradi- sional, yakni model manajemen paternalistik atau feodalistik. Dominasi senioritas semacam ini terkadang mengganggu perkembangan dan peningkatan kualitas pendidikan. Muncul- nya kreativitas inovatif dari kalangan muda ter kadang dipahami sebagai sikap yang tidak menghargai senior. Kondisi yang demikian ini mengarah pada ujung ekstrem negatif, hingga muncul kesan bahwa meluruskan langkah atau mengoreksi kekeliruan langkah senior diang- gap tabiat su’ul adab.

Tidak optimalnya peran serta pengelola madrasah dalam menjalankan prinsip-prinsip manajemen dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, pengambilan keputusan, pelaksa- naan kurikulum dan aktivitas kurikuler lain- nya. Prinsip manajemen seperti bagaimana penerpan planning, organizing, controlling dan evaluating belum dijalankan sepenuhnya. Pola kepemimpinan sebagai bagian dari manajemen pengelolaan madrasah masih banyak yang ber- sifat sentralistik, dimana ke ba nyakan kepala

madrasah masih dominan dalam penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan. Tentu hal ini, sangat menghambat pengembangan madrasah untuk mampu ber saing dengan se- kolah formal lainnya atau paling tidak menjadi pilihan bagi masyarakat untuk mempercaya- kan pendidikan anaknya kepada madrasah.

Persepsi masyarakat terhadap madrasah di era modern belakangan semakin menjadi- kan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang unik. Di saat ilmu pengetahuan dan tek- nologi berkembang pesat, di saat filsafat hidup ma nusia modern mengalami krisis keagamaan dan di saat perdagangan bebas dunia makin mendekati pintu gerbangnya, keberadaan ma- drasah tampak makin dibutuhkan orang. Terle- pas dari berbagai problema yang dihadapi, baik yang berasal dari dalam sistem seperti masalah manajemen, kualitas input dan kondisi sarana prasarananya, maupun dari luar sistem seperti persyaratan akreditasi yang kaku, madrasah yang memiliki karakteristik khas yang tidak di- miliki oleh model pendidikan lainnya itu men- jadi salah satu tumpuan harapan bagi manusia modern untuk mengatasi keringnya hati dari nuansa keagamaan dan menghindarkan diri dari fenomena demoralisasi dan dehumanisasi yang semakin merajalela seiring dengan kema- juan peradaban teknologi dan materi. Sebagai jembatan antara model pendidikan pesantren dan model pendidikan sekolah, madrasah menjadi sangat fleksibel diakomodasikan da- lam berbagai lingkungan.

Melihat kenyataan seperti itu, tuntutan pengembangan madrasah akhir-akhir ini dira- sa suatu keniscayaan. Oleh karena itu banyak model pendidikan madrasah ber mun culan di tengah kota, baik di kota kecil maupun di ko- ta-kota metropolitan. Meskipun banyak ma- drasah yang berkembang di luar lingkungan pesantren, budaya agamanya, moral dan etika agamanya tetap menjadi ciri khas sebuah lem- baga pendidikan Islam. Etika pergaulan, peri- laku dan performance pakaian para santrinya menjadi daya tarik tersendiri, yang menjanji- kan kebahagiaan hidup dunia akhirat sebagai- mana tujuan pendidikan Islam.

Mutu Pembelajaran IPA dan Matematika di Madrasah Ibtidaiyah

EDUKASI Volume 11, Nomor 1, Januari-April 2013 91