SEJARAH PEMIKIRAN POLITIK BARAT socrates

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial tidak akan dapat terlepas dari kehidupan
berpolitik. Karena dalam kehidupan sosial, dalam hal yang lebih spesifik, pasti ada yang
memimpin dan yang dipimpin, ada kepala dan ada anggota serta lain sebagainya. Hal
inilah yang menyebabkan kehidupan manusia tidak monoton dan terus menerus
berkembang.
Diketahui, bahwa pemikiran-pemikiran politik di dunia ini dapat terbagi ke dalam tiga
zaman, yaitu zaman klasik, zaman pertengahan dan zaman modern. Kemudian zaman
klasik dapat terbagi ke dalam dua, yaitu zaman Yunani Kuno dan Romawi kuno.
Pemikiran-pemikiran para tokoh di zamannya memiliki pengaruh tersendiri bagi
penguasa atau masyarakat umum yang hidup di zamannya. Sehingga tak jarang terjadi
konflik dan ketegangan karena tidak samanya persepsi.
Makalah ini membahas sekilas mengenai pemikiran-pemikiran politik beserta tokohtokohnya dari mulai zaman klasik, zaman pertengahan sampai zaman modern. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana pemikiran politik pada zaman Yunani Kuno ?
2) Bagaimana pemikiran politik pada zaman Romawi Kuno ?
3) Bagaimana pemikiran politik pada zaman abad pertengahan ?
4) Bagaimana pemikiran politik pada zaman modern ?

C. Tujuan
Menjelaskan konsep pemikiran politik pada zaman klasik, pertengahan, dan modern.
D. Manfaat
Mahasiswa mampu mengetahui konsep pemikiran politik pada zaman klasik,
pertengahan, dan modern.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemikiran Politik Zaman Yunani Kuno
Bila kita menelaah pikiran - pikiran politik di dunia Barat, maka perhatian kita akan
tertuju ke negara Yunani kuno, karena memang di sanalah dimulai pemikiran Barat.
Hingga sekarang pemikiran politik Yunani kuno masih berpengaruh di kehidupan tata
negaraan, malah ada yang mengatakan bahwa tanpa menggali kembali pemikiran politik
Yunani kita tidak akan mengetahui pemikiran politik orang-orang Yunani.1 Di anatara
tokoh-tokohnya adalah Socrates, Plato dan Aristoteles. Mereka berbeda dalam pemikiran,
tetapi hampir sama dalam pembahasannya, yakni mengenai negara.
1) Socrates
Adalah salah seorang filosof masa Yunani. Diperkirakan dilahirkan 469 SM.
Menurutnya negara bukanlah semata-mata keharusan yang objektif, yang berasal dari budi
pekerti manusia. Tugas Negara adalah menciptakan hukum yang ditaati oleh penguasa

yang di pilih oleh rakyat. Di sinilah terkandung konsep demokrasi. Socrates menolak
dengan keras apa yang dismapakan bertentangan dengan undang-undang . Socrates
dihukum mati dengan cara meminum racun karena dianggap meracuni pemikiran pemudapemuda Athena dengan kepandainnya. Walaupun Socrates mati tanpa meninggalkan
tulisan ataupun buku, akan tetapi pemikiran Socrates tetap hidup di dalam pikiran Plato
murid dari Socrates yang paling besar, bahkan plato membuat buku di dalam karangannya
berbentuk Tanya jawab antara plato dengan gurunya. Maka dengan jalan inilah pemikiran
Socrates hidup sampai sekarang.
Yunani kuno merupakan Negara kota atau polis. Sejarah berdirinya berawal dari
sebuah benteng di sebuah bukit di dalamnya hidup masyarakat. Semakin lama polis ini
dihuni banyak orang kemudian munculah organisasi pemerintahan yang mengatur
kehidupan orang–orang hidup Negara ini. Bahkan urusan pribadi warga yang tinggal di
dalam polis diatur oleh polis. Dengan demikian kita bisa menyimpulkan zaman Yunani
kuno dapat diselengarakan sistem pemerintahan yang demokrasi disebabkan pada waktu
itu Yunani masih terdiri dari negara kota kecil atau polis. Persoalan dalam Negara tidak
sekompleks sekarang dan warga Negara masih sedikit. Setiap warga Negara berkewajiban
untuk ikut serta mengatur Negara kecuali orang sakit, budak dan bayi.
Di atas sempat disinggung mengenai Negara Yunani kuno yang menggunakan asas
demokrasi. Yang dimaksud dalam demokrasi Yunani adalah demokrasi langsung yang
mana pemerintahannya dikontrol oleh setiap warga negara. Mereka ikut mengatur setiap
kebijakan Negara dan ikut serta menjalani roda pemerintahan.

2) Plato
Adalah murid Socrates yang paling besar hidup tahun 429-374 SM. Pada tahun 389
SM membuka sebuah sekolah di kota Athena yang diberi nama Acemadas. 2 Saat
mengajar di sekolah ini Plato banyak membuat buku - buku yang berbentuk tanya jawab
1
2

Soehino.ilmu Negara.Yogyakrta: Liberti.2008. Hal 14.
Ibid. hal 15-21.

antara plato dengan gurunya Socrates dengan cara inilah Plato menghidupakan pemikiran
gurunya. Buku yang paling terkenal dibuat Plato berjudul politea. Buku ini banyak
memuat mengenai masalah hukum dan Negara dan disusul dua buku yang lain berjudul
Politikos atau Akhli Negara dan Nomoi mengenai undang-undang.
Plato adalah pelopor dari ajaran filsafat alam-cita (ideeenleer) yang menjabarkan
kebenaran terdapat dalam ide manusia. Segala benda di bumi hanyalah bayangan. Apa apa yang di luar dari manusia adalah tidak sama, contoh misal di dunia ini banyak aneka
jenis sapi dari sapi jawa, sapi Australia dan sapi metal tapi pada hakekatnya sama – sama
sapi. Plato selain ahli dengan filsafat juga mengeluarkan teori tentang awal mula
terbentuknya Negara akibat dari kebutuhan dan keinginan manusia yang beraneka ragam,
yang menimbulkan kebutuhan yang bermacam-macam yang mengharuskan untuk

berkerjasama dalam satu wadah yang kemudian disebut masyarakat atau Negara. Selain
itu Plato juga mengklasifikasikan bentuk Negara menjadi lima macam, diurutkan dari
bentuk Negara yang paling tinggi posisnya.
a) Aritokrasi, yaitu Negara yang mana roda pemerintahannya dikuasi oleh para
cendikiawan atau orang ahli di bidang masing – masing yang dalam menjalankan
pemerintahannya berpedoman pada keadilan.
b) Timokerasi. Negara hanya digunakan sang penguasa untuk memenuhi isi perutnya
sendiri. Pada intinya kekayan Negara dikuasai oleh penguasa yang akhirnya akan
melahirkan sekelompok orang yang kaya dihormati masyarakat dan melahirkan
persepsi masyarakat yang pantas untuk menjadi penguasa adalah orang kaya.
c) Oligarki, adalah bentuk Negara yang lahir dari persepsi masyarakat yang
menganggap yang pantas untuk menjadi penguasa adalah orang kaya. Dalam
pemerintahan Oligarki penguasa yang sudah kaya ingin untuk bertambah kaya lagi
akhirnya menimbulkan kemiskinan yang luas di masyarakat, yang kemudian
menyadarkan masyarakat untuk menentang, memberontak atas penguasa yang
menidas masyarakat.
d) Demokrasi, negara yang mana pemerintahnya di pegang oleh rakyat dan
kepentingan umum. Prinsip yang utama adalah prinsip kemerdekaan dan
kebebasan. Akan tetapi kemerdekan dan kebebasan setiap individu akan
menimbulkan mendewakan kebebasan dan kemerdekan yang kemudian

menimbulkan sikap anarki, yaitu sikap orang sesuka hatinya untuk tidak mau diatur
dan tidak mau diperintah yang pada akhirnya timbul kekacauan.
e) Tirani, dalam keadaan semacam di atas diperlukan seorang figur pemimpin yang
cakap dan berwibawa untuk mengontrol pemerintahan. Jadi jalan pemerintah
dipegang oleh satu orang saja, namun timbul hasrat untuk berkuasa secara absolut,
bahkan rival politik tak segan - segan disingkirkan dengan cara dibunuh atau
diasingkan. Tindakan semacam ini mencederai dari prinsip keadilan Negara.
Pemerintah semacam ini disebut dengan pemerintah Tirani. Pemerintah semacam
ini jauh dari cita-cita keadilan. Sebab orang Tirani berusaha menindas rakyatnya.
3) Aristoteles
Murid dari dari plato hidup pada tahun 384-322 SM. Anak dari Nicomachus, seorang
tabib kerajaan Macedonia. Ia diberi tugas oleh raja Philippus untuk mendidik putranya

yang bernama Iskandar Dzulkarnain (Alexander Agung) kemudian menjadi penguasa
dunia.
Meskipun Aristoteles murid dari Plato, namun mereka memiliki perbedaan cara
pandangan. Hal ini terlihat saat ajaran Plato yang masih mencampuradukan semua objek
penyidikan. Sedangkan Aristoteles memisah - misahkan ajarannya di dalam buku yang
berjudul Politica dan Ethica. Jika Plato dikenal sebagai pencetus dari idealism sedangkan
Aritoteles pencetus dari realism. Selain itu ia juga pencipta ilmu filsafat, prima

philosophia yaitu filsafat yang mencari sifat - sifat umum dari keadaan.
Pemikiran tertuang dalam karyanya Ethics yang membahas mengenai etika dan
politics yang membahasa mengenai masyarakat dan kenegaraan. Dua subjek dari kedua
buku tersebut (etika dan politik) berkaitan erat. Bahkan menurutnya, etika adalah
pendahulu politik dan politik itu pelengkap studi etika.
Salah satu teori atau pemikiran Aristoteles adalah menurutnya bentuk negara yang
terbaik adalah Republik Konstitusionil. Berbeda dengan Plato yang lebih condong kepada
Aristokrasi. Hal ini disebabkan pendapatnya mengenai tujuan negara, adalah
kesempurnaan diri (kebahagiaan) manusia sebagai anggota masyarakat. Sehingga
kebahagiaan masyarakat menjadi kepentingan umum.
B. Pemikiran Politik Zaman Romawi Kuno
Berbicara mengenai pemikiran politik zaman Romawi Kuno tidak akan lepas sedikit
banyaknya dari pengaruh Yunani Kuno. Namun dari segi pemikiran politik Romawi
memberikan pemahaman berbeda kepada barat tentang teori imperium. Teori imperium
adalah teori tentang kekuasaan dan otoritas neagra dimaman kedaulatan dan kekuasaan
dianggap sebgaia pendelagasian kekuatan rakyat kepada penguasa negara. Tokohnya yang
terkenal adalah Marcus Tullius Cicero.
Dilahirkan pada tahun 106 SM di kota Arpinum, di antara Roma dan Naples. Di usia
20-an ia telah bertindak sebagai pembela di pengadilan, karena sejak kecil telah mendapat
didikan hal-hal klasik dan dipersiapkan berkarier dalam hukum. Ia meninggalkan Roma

menuju Athena dan Rhodes untuk mempelajari filosofi dan retorika. Dan saat kembali, ia
memulai karier politiknya, dari lembaga-lembaga kecil hingga bergerak naik ke senat.
Cicero adalah manusia dengan tindakan. 3Tindakannya yang paling terkenal adalah
tatkala mensponsori sebuah Negara bayangan berhukum militer dalam menanggapi suatu
konspirasi penggulingan kekuasaan dipimpin oleh Catiline, seorang pemimpin rakyat
jelata yang populer.4 Bermula tahun 55 SM, Cicero menulis catatan-catatan filosofinya.
Hal ini bersamaan dengan kekecewaan dan depresi yang hadir sebgaian karena tragedi
pribadi, kematian anak perempuannya dan karena keprihatinannya atsa meluruhnya politik
Roma.
Bagi Cicero, filosofi tidaklah lengkap tanpa aplikasi praktis dalam melayani negara.
Di samping itu, filsuf pun berutang kebijksanaan kota sebagai imbalan atas kesempatankesempatan yang telah diberikan kota. Hal ini tercantum dalam karyanya commonwealth.

3

Joseph Losco dan Leonard Williams. Political Theory. Jakarta: RajaGrafndo Persada.
2005. Hlm 247.
4
Ibid. Hlm 248.

Selain itu, pemikiran politiknya adalah mengenai persemkamuran, hukum alam, dan

penguasa yang baik.
Persemakmuran di sini adalah “sebuah urusan rakyat”. Ia menyatakan bahwa manusia
adalah makhluk sosial yang alami, membuat masyarakat politik sebuah entitas organic dan
tidak sekedar sebuah perangkat. 5 Kemudian mengenai hukum alam, ia menegaskan bahwa
hukum merupakan konvensi-konvensi relative yang melayani penguasa. Sedangkan
keadilan adalah sebuah atribut universal yang muncul dari akal dan dapat diakses oleh
semua makhluk rasional. Dan mengenai penguasa yang baik, ia berpendapat bahwa
penguasa yang baik memliki pengetahuan moral sebagai tujuan dan menegaskan sifat
praktis dalam dirinya, seperti arti penting kejayaan sebagai kekuasaan pemberi motivasi.6
C. Pemikiran Politik Abad Pertengahan
Zaman pertengahan yang dimaksud di sini dimulai sejak abad ke-13 sampai awal abad
ke-17 di Eropa, dimana terdapat garis yang jelas antara teori politik pada masa itu.
Hubungan public pada masa ini banyak dicampuri oleh gereja, dalam hal ini pola
hubungan antara kerajaan dan gereja. Namun, pada abad ke-18 terjadi reformasi yang
cukup besar dimana kalangan aristokrat tidak diperbolehkan mengontrol gereja sama
seperti mereka mengontrol militer dan kekuatan politik masa itu.7
Hal di atas menujukkan sebuah revolusi kepausan dalam sejarah Eropa dan
menyebabkan krisis kekuasaan antara gereja dengan kerajaan. Sepanjang abad ke-13,
sering sekali terjadi konflik yang melibatkan Paus Gregory VII dengan Raja Henry IV,
termasuk perubahan posisi antara Paus Innocent IV dengan Raja Frederick II. Terjadi

ketidak pahaman mengenai konstitusi pemilihan Raja dan pangeran terpilih, dan
persetujuan Paus, serta mengenai hubungan antara kerajaan Inggris dengan kerajaan
Perancis dan Spanyol.
Kedudukan Paus dalam gereja juga menjadi kontroversi karena Paus memberikan
dukungan terhadap ‘mendicant orders’ dan hal itu semakin meruncingkan oposisi dari
uskup dan pendeta. Juga terjadi sengketa antara otoritas gereja peraturan sekuler apakah
pendeta dibebaskan dari pajak dan dari pengadilan criminal umum, dan apakah uang yang
dikumpulkan oleh gereja lokal seharusnya digunakan oleh kepausan untuk membiayai
pasukan Perang Salib melawan Saracens tapi juga kampanye militer di Eropa.
Persengketaan semacam ini semakin meruncing di akhir abad ke-13 ketika studi
mengenai hukum, filosofi, dan teologi berada pada level yang tinggi. Sampai pada abad
ke-14, perdebatan yang rumit dan panjang terjadi antara Paus Boniface VIII, Raja Philip
dari Perancis, Paus John XXII, Raja Roma ‘Ludwig dari Bavaria’, orang-orang Perancis,
dan Universitas Perancis. Hal ini terjadi karena pakar teologi menciptakan banyak sekali
perjanjian yang mengkhawatirkan hubungan antara agama dan pemerintahan sekular,
konstitusi Gereja, konstitusi pemerintahan sekuler, yang pada akhirnya berujung pada
hukum dan filosifi pengikut Aristoteles.8
1) Aurelius Augustinus (356-430)
5
6

7
8

Ibid. Hlm 249.
Ibid. Hlm 250
Soehino, “Ilmu Negara”,(Yogyakarta:Liberty,2005),hlm.48.
Ibid.hal.50.

Aurelius Augustinus atau Santos Augustinus adalah seorang filsuf, ahli ilmu agama
dan Bapa Gereja Barat yang dilahirkan di Tagaste (kini Souk-Ahras) Algeria pada 13
November 354. Ibunya adalah seorang Kristen yang saleh, sedangkan Ayahnya adalah
seorang penyembah berhala. Augustinus mengikuti jejak ayahnya sebagai seorang
penyembah berhala.9
Pada umur sebelas tahun Augustinus berangkat ke Madaurus untuk belajar bahasa
latin. Pada umur tujuh belas tahun ia berangkat ke Karthago untuk mempelajari filsafat
retorika selama dua tahun dan di sanalah Augustinus mengenal ajaran-ajaran Mani(216276 SM) dan tak beberapa lama ia memutuskan untuk memeluk agama Manichean.
Pada 383 SM, ia berpindah ke Roma dan menganut skeptisisme yang mengajarkan
bahwa di alam dunia tidak ada kepastian, sehingga manusia tidak mungkin mencapai
kebenaran. Pada tahun berikutnya ia pindah ke Milan untuk memerdalam Noeplatonisme
yang meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi tidak diciptakan oleh Tuhan. Di kota

itulah Augustinus merintis karir sebagai pengajar filsafat dan berkenalan dengan Uskup
Besar Santo Ambrose yang menunjukan kebenaran dan keagungan Tuhan sehingga
Augustinus bertobat dan memeluk Kristen pada usia 32 tahun.10
2) Thomas Aquinas
Thomas telah menelurkan beberapa tulisan mengenai kekuasaan paus di Eropa.
Tulisan pertamanya yaitu Scriptum super libros sentetiarum “ketika dua kekuasaan
berkonflik, yang mana yang harus kita patuhi?”. Jawaban yang muncul adalah, jika yang
otoritas yang asli datang dari yang lain, maka ketaatan yang semestinya adalah terhadap
otoritas yang asli. Misalnya kekuasaan pendeta yang diberikan oleh paus, maka yang harus
dipatuhi adalah paus.
Sedangkan, jika yang berkonflik adalah dua kekuasaan yang tertinggi yakni gereja dan
kerajaan, ketaatan harus diberikan terhadap pemegang kekuasaan tertinggi melihat
permasalahan itu apakah berkaitan dengan spiritual atau duniawi. Hal ini dikarenakan
bahwa baik kekuasaan spiritual maupun duniawi berasal dari Tuhan. Masyarakat harus
patuh pada paus dalam persoalan yang menyangkut hal-hal yang telah ditentukan oleh
Tuhan atau dengan kata lain yang menyangkut urusan keagamaan. Di lain sisi, masyarakat
harus patuh terhadap kerajaan jika yang dipersengketakan adalah permasalahan sipil.
Namun, Thomas menambahkan bahwa kekuasaan spiritual dan duniawi dipegang
hanya oleh satu orang, paus, yang oleh Tuhan telah ditunjuk sebagai perpanjangan
tangannya di dunia untuk mengurusi urusan spiritual dan duniawi. Pada level yang rendah,
memang kekuasaan spiritual dan duniawi dipegang oleh dua orang berbeda. Namun pada
level yang lebih tinggi, kedua kekuasaan ini dipegang oleh satu orang yaitu paus.
Tulisan keduanya, De regno, menyatakan bahwa Negara (pemerintahan) bukanlah hal
yang abadi alias akan berakhir pada waktunya dan terdiri dari individu dengan tujuan
masing-masing. Negara ada untuk menjamin keamanan rakyatnya, keamanan yang
dimaksud adalah keamanan yang virtual yang nyata dan juga keamanan yang hakiki yaitu
surga.

9

Pramana, KA Pudja, “Ilmu Negara”,(Yogyakarta:Graha Ilmu,2009),hlm:68.
Ibid. hal.69.

10

Kepausan menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia harus mencapai keamanan hakiki,
maka dari itu Tuhan membangun gereja di muka bumi agar manusia bisa menerima
bantuan khusus dari Tuhan (God’s special help) berupa pengampunan. Gereja adalah
agensi manusia dari Tuhan yang sengaja dibangun agar manusia bisa lebih mudah
meminta pengampunan dan melakukan pengorbanan sebagai usaha penebusan dosa.
Di sinilah tugas Negara (pemerintah) untuk mengarahkan rakyatnya agar mau
mengejar surga yang dijanjikan. Bahkan gereja juga menginginkan adanya pengaplikasian
hukum gereja dalam kehidupan bermasyarakat seperti, bunuh diri bagi yang bersalah dan
pengorbanan untuk penebusan dosa.
Di era ini terdapat, hirarki antara gereja dan pemerintah. Pemerintah hanya
menginginkan tujuan kesejahteraan secara virtual, fisik, dan nyata. Sedangkan tujuan
akhir bukanlah itu melainkan surga dan hanya bisa dicapai jika seseorang benar-benar taat
pada agamanya (Kristen).
Sehingga, peraturan sekuler harus ditetapkan oleh paus karena hanya dialah yang bisa
menyediakan jalan menuju tujuan akhir yang tingkatannya lebih tinggi dibandingkan
tujuan yang diberikan oleh Negara.
D. Pemikiran Politik Zaman Modern
Tak diragukan, zaman pertengahan adalah zaman kemajuan ilmiah dan artistik.
Berarti juga kemajuan berpikir dalam bidang politik yang menghasilkan perbedaanperbedaan yang saling bertentangan dan perubahan filosofis. Secara politik, negara besar
seperti Prancis, dan Inggris bentuk monarki yang terbatasi kewajiban dan klaim hukum
alam sedikit banyak memberikan jalan kepada monarki absolut. Sebaliknya, di Italia,
disebabkan banyaknya Negara yang bersaing sehingga tiada kewenangan dominan yang
terkembangkan. Kemudian, ditinjau dari segi filosofis, khususnya di antara para penulis
politik, pendekatan yang berlaku adalah mengarahkan kembali pemikiran yang
menekankan individualistik, sehingga mampu menggantikan penekanan zaman
pertengahan yang menekankan komunitas dan saling ketergantungan. Dan para tokoh
pemikir politik zaman modern di antaranya adalah, Niccolo Machiavelli, Thomas Hobbes,
John Locke, Montesquieu dan Jean-Jacques Rousseau.
1) Niccolo Machiavelli
Niccolo Machiavelli dilahirkan di Florence 3 Mei tahun 1469 dan meninggal 21 Juni
1527. Berasal keluarga bangsawan yang termahsyur. Ayahnya seorang pengacara yang
terkadang menangani urusan public di Negara-kota Florence. 11 Tahun 1498 ia ditunjuk
sebagai sekretaris utama Republik Florence dan menjabat selama 14 tahun. Dari sinilah ia
mendapat kesempatan melihat manajemen intern dan ekstern Negara. Karena disamping
tugas domestiknya, ia seringkali dikirim ke luar negeri dan sempat berjumpa dengan
tokoh-tokoh politik seperti Louis XII dan Maharaja Maximilian.
Tahun 1512, ia ditahan dalam operasi pengusiran Prancis dari Italia kemudian
diasingkan ke tanah kelahirannya dekat San Casciano. Di tempat inilah ia mulai menulis
11

Henry J. Schmandt. Filsafat Politi Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno sampai
Zaman Modern. Cet. III. United States of America: The Bruce Publishing Company. 2009.
Hlm 248.

karya-karya besarnya termasuk il Principe, Discourses, A History of Florence, dan
Mandragola.
Machiavelli hidup dalam situasi yang sulit, karena politik di Italia dalam era penuh
pergolakan, perpecahan golongan dan terjadinya kecemburuan yang menimbulkan
meluasnya kekerasan dan pengkhianatan jabatan public serta konspirasi dan pembunuhan.
Salah seorang gurunya, Cesare Borgia adalah orang yang kejam tetapi terampil, dan tidak
ambil pusing dengan pembunuhan terhadap saudaranya sekalipun jika hal itu demi
kepentingannya. Dengan latar belakang inilah Machiavelli membangun filsafat politiknya.
Beberapa teori atau pemikiran politiknya tertuang di dalam bukunya yang berjudul il
principe dan discourses. Ia berpendapat bahwa rezim terbagi pada dua tipe yaitu
principality dan republik. Dalam bukunya il Principe, ia memberikan nasihat yang cukup
mengusik bagi setiap penguasa yang berkeinginan menaklukan atau mereformasi serta
mempertahankan sebuah negara. Untuk melakukannya penguasa mesti mengikuti jalur
yang mengedepankan kebutuhan, kejayaan dan kebaikan negara. Karena hanya dengan
machismo, semangat keprajuritan, dan pertimbangan politik, penguasa dapat memenuhi
kewajiban pada negara dan keabadian sejarah. Selain itu, Macchiavelli berpendapat
tentang penguasa yang bijak hendaknya memiliki hal-hal di antaranya :
a) Sebuah kemampuan untuk menjadi baik sekaligus buruk, baik dicintai maupun
ditakuti,
b) Watak-watak seperti ketegasan, kekejaman, kemandirian disiplin, dan control diri,
c) Sebuah reputasi menyangkut kemurahan hati, pengampun, dapat dipercaya dan
tulus.12
Oleh karena itu, Machiavelli dikenal sebagai pemikir yang tidak mengindahkan nilainilai moral.
Sedangkan dalam Discourses, ia mengalihkan perhatiannya pada penciptaan,
penjagaan dan renovasi sebuah pemerintahan. Perhatian utamanya adalah menunjukkan
bagaimana pemerintahan dapat mendorong stablitas dan kebebasan sambil menghindari
pengaruh korupsi yang membuat lemah. Karena bagi Macchiavelli, keamanan dan
kejayaan merupakan ambisi politik yang dikejar dalam batas yang ditentukan akal,
kearifan, nasib baik dan kebutuhan.
2) Thomas Hobbes
Thomas Hobbes (1588-1679) dilahirkan di Malmesbury, sebuah kota kecil yang
berjarak 25 kilometer dari London. Ia dilahirkan pada tanggal 15 April 1588. Ketika
Hobbes dilahirkan, armada Spanyol sedang menyerbu Inggris. Ayah Hobbes adalah
seorang pendeta di Westport, bagian dari Malmesbury. Ayahnya bermasalah dengan pihak
gereja sehingga melarikan diri dari kota tersebut dan meninggalkan Hobbes untuk diasuh
oleh pamannya. Pada tahun 1603-1608, Hobbes belajar di Magdalen Hall, Oxford pada
usia 14 tahun.13 Di tempat inilah ia mengembangkan suatu kebencian kepada para filsuf
klasik dan ketidakpercayaan terhadap kehidupan akademik.

12

Joseph Losco dan Leonard Williams. Political Theory. Jilid II. Jakarta: RajaGrafndo
Persada. 2005. Hlm 19-20
13
http://id.wikipedia.org/wiki/Thomas_hobbes.

Gejolak politik di dalam negeri, menyebabkan Hobbes menghadirkan tulisan-tulisan
politik, dan yang paling terkenal adalah leviathan pada tahun 1651. Leviathan terbagi
menjadi empat bagian yaitu tentang manusia (of man), tentang persemakmuran (of
commonwealth), dan tentang persemakmuran Kristen (of a commonwealth), dan tentang
kerajaan kegelepan (of the kingdom of darkness). Hobbes berpendapat bahwa manusia
digerakkan oleh gairah-gairah dan nafsu-nafsu, yang mana dapat menciptakan konflik
karena adanya hasrat untuk mendapat opini baik dari orang lain. Selain itu, manusia pun
memiliki gairah membara akan kekuasaan yang hanya berhenti dengan kematian. Namun,
meskipun seperti itu terdapat juga gairah yang membuat condong kepada kedamaian
karena ketakutan terhadap kematian. Dapat disimpulkan bahwa manusia perlu bersatu di
bawah sebuah kontrak demi kepentingan perdamaian, keselamatan dan penjagaan
bersama, yang dapat terlaksana jika masing-masing individu melakukan hal yang sama.
Maka jelaslah bahwa Hobbes lebih menyukai system monarki karena memiliki keamanan
terbesar dengan kemungkinan kejahatan terkecil yang dibawa oleh golongan.
3) John Locke
Dilahirkan di Wrington, Somerset dekat Bristol, Inggris pada tahun 1632. Ayahnya
seorang jaksa dan panitera hukum yang membesarkannya dengan berpegang teguh pada
aturan-aturan. Sebagai seorang pemuda, ia belajar karya-karya klasik di Westminster
School dan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi di Christ Church dan Oxford.
Setelah menyelesaikan studinya, ia mulai berkecimpung dalam praktik hukum sebagai
sekretaris perutusan di istana Bradenburg di Jerman dan pemikir. Karyanya yang paling
besar adalah the second treatise of government.
Dalam bukunya, ia mengungkapkan pemikiran tentang sifat manusia dan politik.
Layaknya Hobbes, ia pun mengadopsi kontrak sebagai instrumen untuk mendirikan
masyarakat dan pemerintahan.14 Perbedaannya, jika Hobbes menyetujui bahwa
pemerintahan itu berbentuk monarki, sedangkan Locke tidak. Karena memberikan seluruh
kekuasaan kepada satu pemegan kedaulatan atas nama perlindungan diri kita satu sama
lain, sebagaimana disarankan Hobbes, akan seperti pencegahan kejahatan yang dilakukan
“kucing-kucing liar atau rubah-rubah” agar dapat dimangsa “singa-singa”.15
Kemudian dalam maksudnya untuk menciptakan masyarakat politik, dan mencegah
munculnya negara totaliter maka Locke membagi kekuasaan negara kepada 3 bagian,
yaitu legislatif, eksekutif dan federatif.
Kekuasaan legislatif adalah lembaga yang membuat undang-undang dan peraturanperaturan hukum fundamental lainnya.
Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan yang melaksanakan undang-undang dan
peraturan-peraturan hukum yang dibuat oleh kekuasaan legislatif.
Kekuasaan federatif adalah kekuasaan yang berkaitan dengan masalah hubungan
luar negeri, kekuasaan menentukan perang, perdamaian, liga dan aliansi
antarnegara, dan transaksi-transaksi dengan negara asing.16
14

Losco dan Williams. Hlm 135-136.
Ibid. Hlm 136.
16
http://ilhamendra.wordpress.com/2009/03/17/pokok-pokok-pemikiran-john-lockedalam-two-treatises-of-government/. Diakses 1 Maret 2014.
15

Ketiganya harus terpisah dan tidak boleh bersatu dalam satu lembaga saja, karena jika
bersatu dalam satu lembaga akan terjadi sentralisasi kekuasaan.

4) Montesquieu
Bernama lengkap Charles Louis de Secondant Baron de Montesquieu, dilahirkan di
dekat Bordeaux, Prancis pada 18 Januari 1689 dan meninggal pada 10 Februari 1755. Ia
anak dari keluarga bangsawan. Montesquieu sempat mengenyam pendidikan di Juilly dan
Bordeaux. Memulai karirnya sebagai pengacara di pengadilan dan pada akhirnya terkenal
sebagai pengarang serta ilmuwan di usia 30an. Tulisannya yang paling membekas dan
memberikan pengaruh adalah de l’esprit des lois (semangat hukum).
Pemikiran Montesquieu tentang teori politik yang terkenal adalah yang sering disebut
dengan trias politica yakni pembagian kekuasaan agar tidak terjadi kekuasaan absolut.
Teori ini sebenarnya hampir sama dengan pemikiran pendahulunya John Locke.
Perbedaannya, jika John Locke dalam teori pembagian kekuasaannya tidak
mengemukakan masalah yudikatif maka Montesquieu mengemukakannya. Jadi,
pembagian kekuasaan menurut Montesquieu adalah legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Mengenai kekuasaan legislatif dan eksekutif, Montesquieu mengikuti atau sesuai
dengan John Locke. Sedangkan kekuasaan yudikatif adalah kekuasaan yang bertugas
untuk menegakkan keadilan.
Pemikiran Montesquieu mengenai mengemukakan kekuasaan yudikatif dan
menghilangkan kekuasaan federatif karena menurutnya kekuasaan federatif telah tercakup
dalam kekuasaan eksekutif. Teori Montesquieu pun dianggap sebagai penyempurna dari
teori John Locke karena memang terbukti banyak dipraktekkan olah negara-negara yang
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat.17
5) Jean-Jacques Rousseau
lahir di Jenewa, Swiss, 28 Juni 1712 – meninggal di Ermenonville, Oise, Perancis, 2
Juli 1778. Ia dikenal sebagai pemikira yang memiliki pengaruh sangat luas, bukan hanya
dalam politik tetapi juga di bidang filsafat, dan kesusastraan. Kehidupannya penuh warna
sekaligus tragis. Ibunya meninggal ketika melahirkannya sehingga ia diasuh oleh saudara
ibunya. Sedangkan ayahnya seorang pembuat jam, dan guru dansa. Namun ayahnya
meninggalkannya pada usia 10 tahun demi gaya hidup yang ugal-ugalan.18
Terkenal pula sebagai bapak gerakan romantik yang mulai menjelma di Eropa pada
abad ke-18. Gerakan ini menunjang apa yang disebut la sensibilite (sensibility), yaitu
kecenderungan kepada emosi yang digerakkan secara langsung dan kuat dan bukan
disertai pemikiran sebelumnya.19 Mereka dari golongan ini akan menangis ketika suatu
keluarga miskin tetapi bersikap dingin terhadap pemikiran yang akan mengangkat derajat
hidup keluarga miskin itu.
Karyanya terbesar adalah The Social Contract. Dalam buku ini, ia membahas
mengenai keadaan alami manusia sebelum terbentuknya negara, yang mana ia
17
18
19

http://ayurahmadhani-fsip12.web.unair.ac.id/. Diakses 2 Maret 2014.
Delia Noer. Pemikiran Politik di Negeri Barat. Bandung: Mizan Pustaka. 1998. Hlm 149.
Ibid.

merumuskan teorinya tersebut hasil dari membaca karya-karya Thomas Hobbes, John
Locke. Yakni keadaan alami manusia yang berisi dengan penuh keinginan nafsu dan naluri
serta hak-hak yang tidak ada batasnya. keadaan tersebut menurut Rousseau dapat diatasi
dengan mengadakan kontrak sosial.
kontrak sosial menurut Rousseau adalah individu-individu dalam masyarakat sepakat
untuk menyerahkan sebagian hak-hak kebebasan dan kekuasaaan yang dimilikinya kepada
suatu kekuasaan bersama. Hasil dari kontrak sosial ini biasa disebut dengan negara.20
Negara yang diberi legitimasi untuk mengatur unsure-unsur kehidupan manusia,
menurut Rousseau harus memiliki dua hal , yaitu kemauan dan kekuatan. Kemauan adalah
kekuasaan legislatif dan kekuatan adalah kekuasaan eksekutif. Dan dalam sistem
pemerintahan, ia mengidealkan bentuk republik. Kemudian ia pun tidak setuju dengan
adanya perwakilan rakyat dan partai politik. Karena menurutnya itu hanya mengahalangi
hubungan antara manusia dan negara. Hal ini menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang
mendukung sistem demokrasi langsung, yang diambil contohnya dari negara-negara kota
di Romawi Kuno. Oleh karena itu, menurutnya sebuah negara tidak terlalu luas dan tidak
terlalu kecil. Jika terlalu luas maka akan sulit untuk menerapkan demokrasi langsung dan
jika terlalu kecil maka akan sulit untuk mempertahankan diri.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemikiran-pemikiran politik terdahulu, mulai dari zaman Yunani Kuno, Romawi
Kuno, abad pertengahan, dan zaman modern memiliki corak dan ciri masing-masing.
20

http://www.academia.edu/5444375/
Pemikiran_Politik_Jean_Jacques_Rousseau_Mengenai_State_Of_Nature_dan_Teori_Kontrak
_Sosial_w_Hafzh_/ diakses 3 Maret 2014.

Yunani Kuno yang terkenal dengan polis-nya, Romawi Kuno dengan teori imperium, abad
pertengahan dan zaman modern dengan pemikiran-pemikiran yang lebih realistis,
manusiawi dan tidak semena-mena. Meskipun terkadang pendapat dari seorang tokoh
pemikir politik dapat dipengaruhi atau terpengaruh oleh pemikira politik sebelumnya.
Realitanya saat ini, banyak negara yang menggunakan teori-teori politik dari para
tokoh politik terdahulu, baik memang disadari atau pun tak tersadari. Namun hal ini
menjadi bukti bahwa pemikiran politik zaman-zaman sebelumnya sangat memberikan
pengaruh terhadap kehidupan politik sebuah negara.
B. Saran dan Kritik
Kami sadari, sebagai penyusun makalah ini, banyak sekali kekurangan yang terdapat
dalam makalah ini. Oleh sebab itu, kami memohon saran dan kritik yang membangun agar
ke depannya kami mampu menjadi lebih baik lagi. Amiin.

Daftar Pustaka
 Losco, John dan Leonard Williams. Political Theory. Volume I. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
 Losco, John dan Leonard Williams. Political Theory. Volume II. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.