DAMPAK INDUSTRI TAHU TERHADAP LINGKUNGAN

DAMPAK INDUSTRI TAHU TERHADAP LINGKUNGAN

DAMPAK INDUSTRI TAHU TERHADAP LINGKUNGAN
(PABRIK TAHU)

Nama Anggota (NPM)

: 1. Ayu Agriyani
2. Fajri Isro
3. Lailatul Hudairiah
4. Maimunah
5. Miftahul Jannah
6. Suci Kadarwati
Kelas
: 3 ID06
Hari / Tanggal
: Senin / 9 Juni 2014
Kelompok
: 1 (Satu)
Dosen
: Irwan Santoso


DisusunOleh:
(31411316)
(32411658)
(34411058)
(34411256)
(34411478)
(36411913)

LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2014

BAB I
1.1 PENDAHULUAN
Tahu adalah salah satu makanan yang digemari masyarakat Indonesia. Oleh karena itu,

banyak industri tahu yang bermunculan, baik industri pabrik maupun industri rumah tangga.
Namun, industri tahu tidak lepas dari limbah produksi tahu. Limbah tersebut dapat merusak
ekosistem dan lingkungan sekitar pabrik.
Pengendalian pencemaran tanah, air, dan udara merupakan satu bagian dari proses
pengelolaan kualitas lingkungan. Salah satu pengolahan udara adalah dengan penerapan
teknologi pengendalian pencemaran udara berupa alat pengendali pencemaran udara, hal ini
merupakan upaya untuk mengurangi emisi agar sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan.
Salah satu cara meminimalisisr pencemaran air dan tanah adalah dengan penerapan teknologi
penyaringan air limbah, hal ini merupakan upaya untuk memisahkan limbah yang seharusnya
tidak dibuang di lingkungan masyarakat.
Meningkatnya produksi yang terjadi pada industri tahu bangsal membuat pencemaran
yang dihasilkan bertambah, emisi yang dihasilkan adalah sampingan dari proses pembuatan tahu.
Terciumnya bau hasil proses pembuatan tahu menunjukkan sistem pengolahan limbah yang
kurang sempurna. Oleh karena itu diperlukan evaluasi terhadap pabrik tahu sehingga dapat
dilakukan perbaikan terhadap pengolahan limbah industri tahu agar aman bagi lingkungan Desa
Bangsal.

1.2 LATAR BELAKANG
Industri tahu Bangsal mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan desa
bangsal, namun juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan

oleh industri tahu mempunyai kadar pencemaran yang cukup tinggi sehingga harus diolah secara
baik dan benar agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
Pabrik tahu Bangsal merupakan industri kecil/rumah tangga yang tidak memiliki instalasi
pengoalahan limbah dengan benar. Karena biaya yang sangat besar dalam pembangunan instalasi
pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya keterbatasan dana tersebut, industri tersebut
lebih sering membuang limbahnya langsung ke sungai.
Proses pembuatan tahu menghasilkan limbah yang mengandung protein, bahan organik
dan padatan terlarut yang tinggi, dengan pH yang rendah. Limbah tahu ini juga akan
menimbulkan aroma yang kurang sedap sehingga mengganggu estetika dan kehidupan ekosistem
sekitarnya.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1

Deskripsi Perusahaan
Pabrik tahu Bangsal terletak di Desa Bangsal RT. 005/007 , Bekasi Timur. didirikan oleh
Bapak Haris, pada tahun 1991, beliau sebagai pemilik modal sekaligus Pimpinan pabrik tahu
tersebut. Tujuan utama didirikan usaha ini adalah untuk penghasilan keluarga selain dipandang

mempunyai prospek ke depan yang baik, karena hasil industri ini juga dapat diterima di semua
lapisan masyarakat. Perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha makanan yang memproduksi
berbagai jenis tahu antara lain, tahu putih, tahu kuning dan tahu pong. Hal ini dilakukan sesuai
dengan permintaan dan kebutuhan konsumen. Dengan dibantu beberapa karyawan, saat ini
pabrik tahu tersebut tetap bertahan dan berkembang untuk memajukan usahanya. Hal ini terbukti
dengan banyaknya konsumen untuk memilih dan membeli tahu yang diproduksi industri ini.
2.2

Pengolahan Tahu

Gambar 2.1 Flowchart Proses Pembuatan Tahu

Pencucian dan perendaman kedelai adalah proses mencuci kedelai sampai bersih, dan
merendam kedelai selama kurang lebih 3 - 4 jam, atau sampai kedelai mengembang. Proses
penggilingan kedelai adalah proses menggiling kedelai yang sudah mengembang hingga menjadi
bubur dan siap untuk di rebus. Proses pemasakan bubur kedelai adalah proses memasak

(merebus) bubur kedelai yang telah digiling sampai halus yang dicampur dengan air yang
mendidih dengan cara diaduk-aduk terus sampai warna bubur kedelai berubah menjadi kuning
agak pucat. Proses ini memerlukan waktu kurang lebih satu jam. Proses penyaringan sari tahu

adalah proses menyaring bubur kedelai yang sudah berwarna kuning agak pucat untuk
dipisahkan dari ampasnya. Bubur kedelai yang sudah dipisah dari ampasnya kemudian ditambah
cuka (larutan biang) dan di aduk hingga terbentuk endapan atau menggumpal, dan diamkan
selama 15 menit, kemudian disaring.
Tahap pencetakan tahu adalah proses memisahkan air sisa penggumpalan dalam sari
kedelai yang sudah mengental, kemudian dicetak dan ditempatkan pada cetakan yang terbuat
dari papan dengan ukuran 40 x 70 cm. Pada cetakan dialasi kain kasa dimasukkan sari kedelai,
hal ini bertujuan agar tahu rapi dan tidak tercecer. Kemudian papan pengepres diletakkan
menutupi cetakan dengan batu pemberat selama 5 - 10 menit. Proses pemotongan tahu adalah
proses mengangkat sari tahu dari cetakan bila sari tahu sudah terbentuk padat, kemudian balik
sari tahu dari papan cetakan ke ancak yang terbuat dari bambu, ambil kain kasanya dan potongpotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Untuk tahu putih tidak perlu direbus lagi,
sedangkan untuk tahu kuning direbus lagi dengan perasan air kunyit dan garam agar warna
kuning.
2.3

Dampak Positif dan Negatif
Dalam kurun waktu beberapa tahun ini masyarakat di Margahayu khususnya di daerah
sekitar industri tahu banyak memberikan respon terhadap aktivitas produksi tahu tersebut, baik
respon positif maupun respon negative.
Dampak positif limbah yang dihasilkan pabrik tahu berupa kulit kedelai, ampas dan air

tahu masih dapat dimanfaatkan menjadi produk-produk yang bermanfaat. Pemanfaatan limbah
cair tahu menjadi nata de soya dan abon merupakan salah satu bentuk diversifikasi makanan
berbahan baku ampas tahu. Selain itu, limbah cair tapioka juga dapat diolah menjadi nata de
cassava dan limbah air kelapa dapat diolah menjadi nata de coco. Limbah berupa sayur-sayuran
dan sisa bahan yang tidak termasak, bisa diolah menjadi pelet. Beberapa di antaranya bisa diolah
menjadi kompos dengan proses fermentasi dan pencampuran pupuk organik.
Dampak negatif limbah usaha kecil pangan dapat menimbulkan masalah dalam
penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-garam,
mineral, dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Air
buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan Biological Oxygen
Demand ( BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti tanah, larutan alkohol, panas dan
insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya menganggu seluruh
keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairan
lainnya.
2.4

Kecelakaan Kerja
Adapun potensi bahaya dan akibat yang dapat dihasilkan yaitu :
1. a. Bagian kerja
: Bahan (kedelei) yang telah dipilih

b. Potensi bahaya
: sikap kerja, cara kerja.
g timbul : cepat lelah, nyeri punggung, keseleo pada tangan, gangguan aktivitas dan konsentrasi.
2. a. Bagian kerja
:Dilakukan pembersihan

ang timbul

rja

b. Potensi bahaya
: cara kerja, sikap kerja.
c. Akibat yang timbul : nyeri punggung, dan cepat lelah, pegal-pegal.
3 a. Bagian kerja
: Penggilingan
b. Potensi bahaya
: bau, sikap kerja, cara kerja, dan debu.
: pegal-pegal, nyeri punggung, dan cepat lelah, bising

4. a. Bagian kerja

: Bahan dimasak (di rebus).
b. Potensi bahaya
: cara kerja, sikap kerja, dan bau
c. Akibat yang timbul : cepat lelah, pegal-pegal, nyeri punggung
5. a. Bagian kerja
: Dilakukan penyaringan
b. Potensi bahaya
: sikap kerja, cara kerja,
c. Akibat yang timbul : cepat lelah, nyeri pungggung.
7. a. Bagian kerja
: Dicetak
b. Potensi bahaya
: cara kerja, sikap kerja
c. Akibat yang timbul : konsentrasi, cepat lelah, nyeri punggung
8. a. Bagian kerja
: Di dinginkan
b. Potensi bahaya
: sikap kerja, cara kerja
c. Akibat yang timbul : cepat lelah, nyeri punggung
: Menjadi bahan baku (siap dijadikan bahan makanan)

b. Potensi bahaya
: cara kerja, cepat lelah
c. Akibat yang timbul : nyeri punggung
2.6

Penanggulangan
Sebagian besar industri tahu membuang limbahnya ke perairan macam polutan yang di
hasilkan mungkin berupa polutan organic (berbau busuk), polutan anorganik (berbau dan
berwarna). Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan pencemaran air untuk
limbah industri, karena limbah dari industri tahu mengandung polutan organik dan anorganik,
maka air limbah tersebut tidak bisa langsung di buang ke sungai, tetapi harus diolah terlebih
dahulu sebelum di buang ke sungai agar tidak terjadi pencemaran.
Untuk mengatasi pencemaran air dapat dilakukan usaha preventif, misalnya dengan tidak
membuang limbah industri ke sungai. Kebiasaan membuang limbah ke sungai dan disembarang
tempat hendaknya diberantas dengan memberlakukan peraturan – peraturan yang diterapkan di
lingkungan masing – masing secara konsekuen. Limbah industri hendaknya dibuang pada wadah
yang telah di sediakan. Masyarakat di sekitar sungai perlu memperhatikan kebersihan lingkungan
dan perlu memahami mengenai pemanfaatan sungai, agar sungai tidak lagi dipergunakan
sebagai tempat pembuangan limbah. Peraturan pembuangan limbah industri hendaknya dipantau
pelaksanaannya dan pelanggarnya dijatuhi hukuman.

Limbah Industri hendaknya diproses dahulu dengan teknik pengolahan limbah, dan
setelah memenuhi syarat baku mutu air buangan baru bisa di alirkan ke sungai. Dengan demikian
akan tercipta sungai yang bersih dan memiliki fungsi ekologis.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1

Kesimpulan
Dalam kurun waktu beberapa tahun ini masyarakat di Margahayu khususnya di daerah
sekitar industri tahu banyak memberikan respon terhadap aktivitas produksi tahu tersebut, baik
respon positif maupun respon negative.
Dampak positif limbah yang dihasilkan pabrik tahu berupa kulit kedelai, ampas dan air
tahu masih dapat dimanfaatkan menjadi produk-produk yang bermanfaat. Pemanfaatan limbah
cair tahu menjadi nata de soya dan abon merupakan salah satu bentuk diversifikasi makanan
berbahan baku ampas tahu. Selain itu, limbah cair tapioka juga dapat diolah menjadi nata de
cassava dan limbah air kelapa dapat diolah menjadi nata de coco. Limbah berupa sayur-sayuran
dan sisa bahan yang tidak termasak, bisa diolah menjadi pelet. Beberapa di antaranya bisa diolah
menjadi kompos dengan proses fermentasi dan pencampuran pupuk organik.
Dampak negatif limbah usaha kecil pangan dapat menimbulkan masalah dalam

penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-garam,
mineral, dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Air
buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan Biological Oxygen
Demand ( BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti tanah, larutan alkohol, panas dan
insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya menganggu seluruh
keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairan
lainnya.
3.2

Saran

Sebagian besar industri tahu membuang limbahnya ke perairan macam polutan
yang di hasilkan mungkin berupa polutan organic (berbau busuk), polutan anorganik (berbau dan
berwarna). Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan pencemaran air untuk
limbah industri, karena limbah dari industri tahu mengandung polutan organik dan anorganik,
maka air limbah tersebut tidak bisa langsung di buang ke sungai, tetapi harus diolah terlebih
dahulu sebelum di buang ke sungai agar tidak terjadi pencemaran.
Untuk mengatasi pencemaran air dapat dilakukan usaha preventif, misalnya dengan tidak
membuang limbah industri ke sungai. Kebiasaan membuang limbah ke sungai dan disembarang
tempat hendaknya diberantas dengan memberlakukan peraturan – peraturan yang diterapkan di
lingkungan masing – masing secara konsekuen. Limbah industri hendaknya dibuang pada wadah
yang telah di sediakan. Masyarakat di sekitar sungai perlu memperhatikan kebersihan lingkungan
dan perlu memahami mengenai pemanfaatan sungai, agar sungai tidak lagi dipergunakan
sebagai tempat pembuangan limbah. Peraturan pembuangan limbah industri hendaknya dipantau
pelaksanaannya dan pelanggarnya dijatuhi hukuman.
Limbah Industri hendaknya diproses dahulu dengan teknik pengolahan limbah, dan
setelah memenuhi syarat baku mutu air buangan baru bisa di alirkan ke sungai. Dengan demikian
akan tercipta sungai yang bersih dan memiliki fungsi ekologis.

REFERENSI
Erwin Muhamad, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan Hidup, Bandung : PT Refika
Aditama, 2008.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/administratum/article/download/3200/2742http://fexel.blogspot.com/2012/12/pe

ncemaran-dan-penyakit-penyakit-yang.html (diakses pada tanggal 10 Juni 2014)
http://library.gunadarma.ac.id/epaper/viewer/106355/10202909#page/1/mode/1up
(diakses pada tanggal 10 Juni 2014)
http://jefreykhunt.blogspot.com/2013/06/pencemaran-lingkungan-yang-di-sebabkan.html (diakses pada
tanggal 10 Juni 2014)
http://lailatulhudairiah.blogspot.co.id/2014/06/dampak-industri-tahu-terhadaplingkungan.html
https://www.slideshare.net/astriiewiinangsiih/dampak