Perubahan dalam PDRB yang disebabkan ole (1)

i

ii

RINGKASAN

Perekonomian Sulawesi Tenggara dalam satu dasawarsa terakhir telah
tumbuh dengan mencengangkan. Pertubuhan ini menyebabkan naiknya standar
hidup masyarkat Sulawesi Tenggara, baik dalam aset, konsumsi pangan masyarakat
maupun naiknya Indeks Pembangunan manusia.
Dalam teori pembangunan, pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, baik kemampuan daerah (internal) maupun
pengaruh masuk faktor luar (ekternal) yang secara bersama-sama memberikan
andil dalam pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara.
Penelitian ini mencari tahu posisi relatif perekonomian Sulawesi Tenggara
pada konteks perekonomian nasional menggunakan model analisis yang disebut
dengan Shift-share analysis. Hasil penelitian menunjukkan beberapa sektor
perekonomian tumbuh melebihi pertumbuhan nasional, dan beberapa lainnya
tumbuh dibawah pertumbuhan perekonoian nasional. Sektor pertambangan paling
menonjol pertumbuhannya di Sulawesi Tenggara, sementara itu sektor pertanian
mengalami kemunduran.

Key words : Perekonoman Sulawesi Tenggara, Pertumbuhan, Sektor.

iii

PRAKATA
Rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah swt, karena atas berkat yang
diberikan, penelitian ini dapat diselesaikan sesuai jadwal perencanaan.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua stakeholder yang terlibat,
dan telah memberikan dukungan atas terlaksananya penelitian, yakni ;
1. Rektor Universitas Halu Oleo
2. Ketua Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo
3. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Halu Oleo
4. Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara,serta
5. Semua pihak terkait lainnya yang tak dapat kami sebutkan.
Semoga Allah merahmati mereka.

P e n e l i t i,

iv


DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.....................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
RINGKASAN...................................................................................................
PRAKATA.......................................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ..................................................................................
1.2.Rumusan Masalah...............................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu ........................................................................
2.2. Pertumbuhan Ekonomi
2.3. Shift-Share Analysis..........................................................................
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan..............................................................................................
3.2. Manfaat............................................................................................
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian .........................................................

4.2. Jenis Data Penelitian .......................................................................
4.3. Metode Pengumpulan Data..............................................................
4.3. Teknis Analisis Data .......................................................................
BAB. 5. HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................
5.1. Profil Sulawesi Tenggara.................................................................
5.2. Kinerja sektor-sektor ekonomi Sulawesi Tenggara.........................
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN............................................. ............
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
LAMPIRAN.......................................................................................................

i
ii
iii
iv
v
vi
vii
1
1
2

3
3
4
5
9
9
9
9
9
9
10
10
13
13
16
28
29
30

v


DAFTAR TABEL
No

Hal.

1

Peran Sektor Ekonomi Dalam PDRB Sulawesi Tenggara 2007-2011........

19

2

PDRB Sulawesi Tenggara dan PDB Indonesia 2007 -2011
atas dasar harga konstan 2000......................................................................

22

Komponen-komponen pertumbuhan dalam PDRB

Sulawesi Tenggara tahun 2007 - 2011 (dalam persen)...............................

23

Pertumbuhan riil masing-masing komponen terhadap PDRB Sulawesi
Tenggara tahun 2007 – 2011 (jutaan rupiah)..............................................

25

5

Pertumbuhan Sektor Pertanian Sulawesi Tenggara 2007-2011.....................

26

6

Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di Sulawesi
Tenggara 2007-2011..................................................................................


29

Pertumbuhan sektor jasa di Sulawesi Tenggara 2007-2011.........................

31

3

4

7

vi

DAFTAR GAMBAR

No
1.

Hal

Komposisi Sektor Ekonomi Sulawesi Tenggara Tahun
2007-2011...........................................................................

32

vii

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Struktur ekonomi dan masyarakat di negara maju dan negara berkembang
sangat berbeda, hal ini menyebabkan masalah pembangunan serta kemampuan
negara tersebut dalam mengatasi masalah pembangunan juga berbeda. Keadaan
demikian menyebabkan pula perbedaan dalam corak prioritas dalam tujuan maupun
dalam kebijakan pembangunan.
Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah pusat di daerah
dimaksudkan untuk meningkatkan pembangunan nasional. Sebaliknya pembangunan
nasional akan mengundang dampak positif terhadap pembangunan di daerah.
Pembangunan ekonomi di daerah Sulawesi Tenggara dapat dilihat melalui
perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Pembangunan ekonomi di Sulawesi Tenggara yang berlangsung secara

menyeluruh dan berkesinambungan telah meningkatkan perekonomian masyarakat.
Pencapaian pembangunan yang dirasakan

masyarakat merupakan agregate

pembangunan dari 12 kabupaten dan kota (Hadini, 2013). Kesenjangan pendapatan
antar kabupaten dan kota di Propinsi Sulawesi Tenggara haruslah menjadi salah satu
pertimbangan dalam perencanaan pembangunan.
PDRB Sulawesi Tenggra tahun 2007 telah berkembang dengan laju
pertumbuhan mencapai 7,96 persen. Besarnya pertumbuhan ini disumbang oleh
pertumbuhan sektor pertanian 5,60 persen, sektor pertambangan dan penggalian
23,84 persen, sektor industri pengolahan 10,42 persen, sektor listrik, gas dan air
bersih 6,39 persen, sektor konstruksi dan bangunan 9,05 persen, sektor perdagangan,
hotel dan restoran 9,32 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi 5,83 persen,
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 7,83 persen dan sektor jasa-jasa
5,99 persen. Sementara itu pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara tahun 2011
mencapai 8,66 persen. Berarti telah terjadi peningkatan pertumbuhan sepanjang
tahun 2007 hingga tahun 2011.
PDRB


Sulawesi

Tenggara

merupakan

salah

satu

indikator

untuk

menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah di Sulawesi Tenggara.
Peranan sektor pertanian masih tinggi, meskipun andilnya dalam perekonomian
1

daerah semakin menurun. Padahal dalam penyerapan tenaga kerja sektor pertanian
masih dominan (Berita Resmi BPS, 2012).

Menurut Balaka (2012) persoalan pokok dalam pembangunan daerah terletak
pada sumberdaya dan potensi yang dimiliki guna menciptakan peningkatan jumlah
dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut
ada kerjasama pemerintah dan masyarakat untuk dapat mengidentifikasi potensipotensi yang tersedia dalam daerah dan diperlukan sebagai kekuatan untuk
pembangunan perekonomian wilayah. Lebih lanjut dikatakan oleh Balaka (2012)
pembangunan tidak dapat dilakukan serempak pada semua sektor perekonomian
akan tetapi diprioritaskan pada pengembangan sektor-sektor perekonomian yang
potensi berkembangnya cukup besar.
Perubahan-perubahan sektor dan perkonomian Sulawesi Tenggara sepanjang
tahun dapat diketahui dengan menguji berbagai indikator yang menentukan
perubahan. Berkaitan dengan itu kegiatan yang direncanakan dan dilakukan adalah
menelusuri kinerja perekonomian Propinsi Sulawesi Tenggara dari tahun ketahun.
Salah satu metode yang digunakan untuk menguji perubahan relatif
perekonomian Sulawesi Tenggara, yakni menggunakan metode yang disebut dengan
analisa shift-share. Metode ini telah banyak gunakan untuk menguji perekonomian
diberbagai negara atau suatu wilayah atau daerah tertentu dengan menggunakan data
empirik.
Demikian diharapkan dapat diperoleh suatu hasil temuan

yang dapat

memperlihatkan komposisi relatif perekonomian Sulawesi Tenggara sepanjang
tahun.

Sehingga dapat menjandi masukan untuk pengambilan kebijakan

pembangunan di Propinsi Sulawesi.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dikemukakan sebagai berikut :
1. Sektor manasaja di

Sulawesi Tenggara yang memiliki tingkat

pertumbuhan melebihi tingkat pertumbuhan nasionalnya.
2. Sektor manasaja di Sulawesi Tenggara yang unggul peranannya dalam
membentuk perekonomian Sulawesi Tenggara.

2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkaitan tentang perubahan struktur ekonomi telah banyak
dilakukan baik didalam negeri maupun diluar negeri oleh beberapa peneliti,
diantaranya Hadini (2013) tentang pertumbuhan beberapa Kabupaten yang telah
maju di Propinsi Sulawesi Tenggara ; Menurut Hadini pola dan struktur pertumbuhan
ekonomi kabupaten kota di Propinsi Sulawesi Tenggara menurut ukuran Tipologi
Klassen dikelompokkan menjadi empat klasifikasi ; (1) daerah cepat maju dan cepat
tumbuh, (2) derah maju tapi tertekan; (3) daerah berkembang pesat dan (4) daerah
relatif tertinggal. Balaka (2012) tentang penyebab tumbuh dan berkembangnya Kota
Kendari akibat kebijakan perekonomian masa lalu di Kota Kendari ; menyimpulkan
bahwa arah perekonomian Kota Kendari didominasi oleh sektor tersier sebagai
sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB selama kurun waktu
2005-2010. Perubahan struktur ekonomi terjadi akibat perubahan dari sejumlah
faktor disamping itu juga dipengaruhi oleh intervensi pemerintah didalam
pelaksanaan kegiatan ekonomi. Antariksa (2010) melakukan penelitian tentang
komoditi unggulan di Kabupten Konawe Utara yang menjadi salah pendorong
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara. Menurut Antariksa (2010) Penyebaran
komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Kolaka Utara tersebar secara merata
dimasing-masing kecamatan, hal ini disebabkan karena pola pemanfaatannya masih
tradisional, untuk itu pilihan-pilihan kebijakan dengan pola kegiatan identifikasi,
ekstensifikasi , diversifasi, serta rehabilitas

yang diarahkan untuk menunjang

pengembangan wilayah dalam bentuk sentra komoditas unggulan.
Penelitian awal mengenai perubahan struktur ekonomi suatu wilayah pada
perekonomian nasional pertama kali telah dijelaskan oleh Brown (1969) diikuti oleh
penelitian yang dilakukan oleh Lucas dan Prim (1979) tentang wilayah-wilayah yang
maju dan mundur dalam dalam pengembangan industri beberapa tahun. Semua
penelitian yang telah dilakukan menggunakan shift-share analysis sebagai alat
analysis dasar penelitian.

3

2.2. Pertumbuhan Ekonomi
Djojohadikusumo (1994) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah
suatu proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi
masyarakat. Ukuran keberhasilan ekonomi adalah kenaikan pendapatan perkapita
atau produksi total. Sementara itu Sicat dan Arndt (1990) menyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan dalam memproduksi aneka barang dan
jasa bagi rakyatnya. Peningkatan ini bertumpu pada kemajuan teknologi produksi,
yang secara konvensional pertumbuhan diukur dengan kenaikan pendapatan
perkapita. Selanjutnya Sicat dan Arndt mengatakan pembangunan adalah konsep
yang lebih luas, konsep ini menyangkut pula modernisasi lembaga, baik yang bersifat
pemerintah, kota dan desa dan cara berfikir, tidak saja berkenan dengan tujuan agar
dapat memproduksi secara efesien, melainkan agar mengkonsumsi secara rasional
dan hidup lebih baik. Kesemuanya itu membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi
dan mendahului atau bersamaan dengan perubahan sosial.
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai pekembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa

yang diproduksi dalam

masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat menjadi meningkat. Jadi
pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian.
Dari suatu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan
barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh
faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah maupun
kualitasnya. Investasi akan bertambah barang modal dan teknologi yang digunakan
juga

berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat

perkembangan penduduk seiring pengalaman kerja dan pendidikan menambah
keterampilan mereka ( Sukirno dalam Hadini, 2012). Lebih lanjut disampaikan oleh
Sukirno dalam Hadini, 2012, dalam analisis makro, tingkat pertumbuhan ekonomi
yang dicapai oleh suatu negara diukur dari pendapatan nasional riil. Pertumbuhan
ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan
barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran
masyarakat meningkat. Dengan demikian untuk menentukan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang dicapai perlu dihitung pendapatan nasional riil menurut harga tetap

4

yaitu pada harga-harga yang berlaku di tahun dasar yang dipilih. Jadi pertumbuhan
ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian.
Model pertumbuhan ekonomi yang paling terkenal adalah yang dikemukakan
oleh Harrod-Domar dalam Djojohadikusumo, (1994) yang tertarik untuk menemukan
tingkat pertumbuhan pendapatan yang memadai dan tidak mengganggu jalannya
perekonomian. Perhatian Harrod dipusatkan pada perhatian yang harus dipenuhi
untuk memelihara equilibrium antara tabungan-investasi –pendapatan dalam
dinamika pertumbuhan ekonomi. Kesimpulan pokok dalam analisis Harrod : dalam
proses pertumbuhan, melekat secara inheren unsur ketidakstabilan yang sewaktuwaktu dapat mengganggu kondisi ekuilibrium. Hal ini yang disebut instability
theorem yang mendasari teori Harrod. Konsekwensi dari instability theorem adalah
diperlukan

intervensi

kebijakan

negara

untuk

menanggulangi

gangguan

ketidakstabilan yang melekat dalam proses pertumbuhan itu sendiri.
Domar dalam Djojohadikusumo (1994 ) mengembangkan teorinya tentang
dinamika pertumbuhan ekonomi terlepas sama sekali dengan dari karya Harrod.
Gagasan Domar berpangkal tolak pada berlakunya asas investement multiplier,
sedang dalam analisis Harrod lebih menonjol peran asas akselerasi. Dalam analisis
kedua pemikir,baik Harrod maupun Domar, konsep capital output rasio mengambil
tempat yang sentral. Selaras dengan garis pemikiran Harrod, Domar berpendapat,
jika terjadi penyimpangan dari laju pertumbuhan investasi yang diperlukan untuk
menjaga keadaan equilibrium, maka penyimpangan itu akan terus berlangsung. Tidak
ada kekuatan tandingan untuk mengembalikan perkembangan keadaan kedalam jalur
equilibrium. Untuk hal itu diperlukan intervensi berupa langkah-langkah kebijakan
tertentu.
2.3.Shift-Share Analysis
Salah satu tujuan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu
negara adalah berusaha agar output yang dihasilkan oleh setiap sektor ekonomi
dapat ditingkatkan. Oleh karena itu analisis pertumbuhan ekonomi semakin penting
diperhatikan karena pertumbuhan ekonomi dapat menyebabkan perubahan struktur.
Kuznets (1986) mengemukakan bahwa terjadinya perubahan struktur dalam proses
pembangunan bukan hanya karena adanya perubahan persentase penduduk yang
5

bekerja diberbagai sektor, tetapi karena adanya perubahan kontribusi berbagai sektor
ekonomi kedalam produk nasional.
Penelitian yang dilakukan oleh Chenery dalam Kuncoro (2010) tentang
transformasi struktur produksi menunjukkan bahwa sejalan dengan peningkatan
pendapatan perkapita perekonomian suatu negara akan bergeser dari yang semula
mengandalkan sektor pertanian menuju ke sektor industri.
Pembangunan suatu wilayah dapat didorong melalui kekuatan-kekuatan
sosial ekonomi yang berasal dari dalam dan luar wilayah. Kekuatan-kekuatan itu
terbentuk dalam bentuk faktor-faktor produksi dan permintaan terhadap output
terhadap wilayah seperti potensi jumlah penduduk dan pendapatan perkapita,
Djojohadikusumo(1994).
Adanya kenyataan bahwa tiap daerah mempunyai endowment yang berbeda
yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat dan corak pembangunan daerah
masing-masing. Dengan demikian kebijaksanaan-kebijaksanaan yang bersifat umum
tak dapat diterapkan begitu saja pada masing-masing daerah tanpa adanya proses
penyesuaian lebih dahulu.
Pembangunan ekonomi sebuah wilayah diharapkan akan menyebabkan
terjadinya pertumbuhan output, pendapatan, dan perubahan indek pembangunan
manusia. Pertumbuhan output tersebut akan menyebabkan terbukanya peluang
bekerja bagi tenaga kerja, dengan demikian maka pertumbuhan output bermakna
pada masyarakat.
Chenery (1987) mengemukakan bila kita hendak mengejar pertumbuhan
output, hal yang harus diperhatikan adalah pertumbuhan sektor-sektor ekonomi.
Sektor ekonomi yang dimaksud umumnya dipisahkan menjadi 3, meliputi : (a) sektor
pertanian (b) sektor industri, (c) sektor jasa. Kedudukan sektor yang telah disebut
diatas pada perekonomian daerah secara makro pada dasarnya dapat dijelaskan
komposisi relatifnya dengan suatu pendekatan shift-share analysis.

Shift-Share

Analysis telah digunakan secara luas sebagai suatu peralatan untuk mempelajari
komponen pertumbuhan regional. Pemanfaatan Shift-Share Analysisini umumnya
karena dianggap merupakan peralatan analisis yang akurat. Pendekatan

Shift-Share

Analysis pertama kali diperkenalkan oleh Dunn, Asby (Brown, 1969 ) berpendapat
bahwa analisis ini pada hakekatnya merupakan teknik yang relatif sederhana untuk
6

menganalisis perubahan struktur perekonomian lokal dalam hubungannya dengan
perekonomian acuan yang lebih besar.
Shift-Share Analysis mengakui adanya perbedaan dan kesamaan antar
wilayah, namun dalam hubungan ini Shift-Share Analysis mengasumsikan bahwa
pertumbuhan suatu wilayah dapat dikelompokan kedalam tiga komponen, yaitu :
(a) National Growth Component(NGC),
(b) Industrial Mix Growth Component(IGC) dan,
(c) Regional Share Growth Component(RGC).
Masing-masing dijelaskan sebagai berikut :
(a). NGC : NGC merupakan perubahan pendapatan pada suatu wilayah yang
disebabkan oleh pendapatan secara umum, adanya perubahan kebijaksanaan
ekonomi secara nasional, atau karena adanya perubahan dalam hal-hal yang
mempengaruhi perekonomian wilayah dan sektor-sektor ekonomi secara
seragam, misalnya devaluasi mata uang negara, trend inflasioner, pengangguran,
kebijaksanaan perpajakan, dan sebagainya. Jika diasumsikan bahwa tidak
terdapat perbedaan karakteristik ekonomi antar wilayah atau sektor, maka
pengaruh perubahan diatas pada berbagai wilayah dan sektor kurang lebih sama,
sehingga sector akan bertumbuh sama dengan tingkat pertumbuhan nasional.
Lucas dan Prim (1979 ) telah mengemukakan bahwa : NGC merupakan
perubahan dalam Produk Domesti Bruto (PDB) yang disebabkan oleh perubahan
dalam

kondisi-kondisi

perekonomian

nasional

yang

mempengaruhi

perekonomian semua daerah dan sektor ekonomi secara seragam. Jika dianggap
bahwa tidak terdapat perbedaan ciri-ciri ekonomi antara daerah dan sektor
ekonomi, maka perubahan-perubahan diatas terhadap daerah-daerah kurang
lebih akan sama, setiap daerah dan sektor ekonomi akan bertubuh dengan tingkat
yang hampir sama dengan tingkat pertumbuhan nasional.

Komponen

ini

dapat dihitung dengan cara mengalikan pendapatan nasional dari setiap sector
pada tahun dasar dengan presentase perubahan pendapatan nasionalnya.
(b). IGC : IGC timbul karena adanya perbedaana permintaan pada output akhir,
perbedaan ketersediaan bahan mentah, perbedaan kebijaksanaan industri
(misalnya kebijaksanaan perpajakan, subsidi dan price support), dan perbedaan
tingkat tingkah laku dan kinerja struktur pasar dari setiap sektor ekonomi secara
7

nasional, atau karena adanya perbedaan tingkat pertumbuhan pendapatan antara
suatu sektor ekonomi tertentun secara nasional dengan tingkat pertumbuhan
pendapatan total.
Berkaitan dengan pengertian komponen pertumbuhan proporsional ini, Lucas
dan Prim (1979 ) telah mengemukakan bahwa IGC timbul karena adanya
perbedaan dalam permintaan produk akhir industri atau komoditi, perbedaan
dalam penawaran dan ketersediaan bahan baku, perbedaan dalam tingkah laku
dan kinerja struktur bagi outputnya.

Jadi komponen ini menggambarkan

kondisi sektor ekonomi disuatu wilayah apakah bahan baku atau produksinya
didatangkan atau dipasarkan dari atau kedaerah lain, atau apakah kebijaksanaan
pemerintah tentang pajak, subsidi, intensif harga dapat membawah kemajuan
suatu sektor, atau apakan struktur pasar, tingkah laku konsumen, kondisi
pemasaran dapat mendukung kemajuan suatu sektor atau tidak Komponen

ini

dapat dihitung dengan cara mengalikan pendapatan setiap sektor pada tahun
dasar dengan tingkat pertumbuhan sektor-sektor tersebut secara nasional.
Hasilnya menunjukan perubahan atau pertumbuhan pendapatan karena adanya
pengaruh komponen pertumbuhan proporsional.
(c). RGC : RGC timbul karena adanya peningkatan atau penurunan tingkat
pendapatan suatu wilayah yang lebih cepat atau lebih lambat dari wilayah
lainnya. Cepat atau lambat pertumbuhan suatu wilayah dibandingkan dengan
wilayah lainnya adalah ditentukan oleh keunggulan komparatif dukungan
kelembagaan, mudahnya kepasar input atau pasar output, infrastruktur sosial dan
ekonomi, dan kebijaksanaan ekonomi wilayah yang dimilikinya.
Lucas dan Prim (1979 ) mengemukakan bahwa : RGC timbul dari kenyataan
bahwa suatu wilayah mempunyai peningkatan atau penurunan pendapatan
wilayah yang lebih tinggi atau lebih rendah dari wilayah lainnya. Suatu wilayah
dapat timbul relatif lebih cepat atau lebih lambat dari wilayah-wilayah lainnya
adalah tergantung pada keunggulan komparatifnya, kemudahan kepasar,
dukungan kelembagaan, persediaan saranan dan prasarana ekonomi, dan
kebijaksanaan ekonomi regional.
Komponen ini dapat dihitung dengan cara mengalikan pendapatan nasional
sektor tertentu pada tahun dasar dengan selisih antara tingkat pertumbuhan
8

pendapatan sektor yang sama di wilayah dengan tingkat pertumbuhan
pendapatan nasional sektor tesebut.

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1.Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah ;
1. Menguji perekonoman Sulawesi Tenggara selama kurun waktu 2007- 2011
menggunakan analysis shift-share.
2. Mengidentifikasi masing-masing sektor ekonomi melalui nasional growth
component, industrial mix growth, dan

regional share growth

untuk

menemukenali peranan sektor-sektor ekonomi yang menentukan pertumbuhan
relatif perekonomian Sulawesi Tenggara.
3.2.Manfaat
Manfaat penelitian meliputi ;
1. Dapat menemukenali sektor- sektor ekonomi yang memberikan kontribusi
terbesar pada perekonomian Sulawesi Tenggara selama kurun waktu 2007 hingga
2011.
2. Memperlihatkan perubahan peranan masing-masing sektor ekonomi dalam
perekonmian Sulawesi Tenggara selama kurun waktu 2007 hingga 2011.

BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Propinsi Sulawesi Tenggara, dengan jangka waktu
penelitian selama 6 bulan
4.2. Jenis Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dengan
periode pengamatan selama enam tahun dimulai tahun 2007 hingga tahun 2011.

9

Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari berbagai sumber tidak langsung. Data
sekunder penelitian ini meliputi;
(a). Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan mulai tahun 2007
hingga tahun 2011 serta
(b). Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan propinsi
Sulawesi Tenggara mulai tahun 2007 hingga tahun 2011.
4.3. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data penelitiaan, tahapan pengumpulan yang dilakukan
meliputi dokumentasi, yakni dengan menelaah dokumen dan literatur dan publikasi
dari berbagai sumber yang relevan.
4.4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Shift-Share
Analysis. Model ini mengasumsikan bahwa perubahan atau pergeseran pendapatan
sektor ke i di wilayah ke j antara tahun dasar dan tahun akhir (tahun terminal) adalah
ditentukan oleh tiga komponen pertumbuhan (Archelo, 1984) yaitu :
(a) National Growth Component(NGC)
(b) Industrial Mix Growth Component(IGC) dan
(c) Regional Share Growth Componet(RGC).
Untuk menjelaskan metode estimasi secara matematik diperlukan notasinotasi sebagai berikut :
i

= indeks dari sektor-sektor n (i = 1, 2, 3, … n) dalam perekonomian

j

= indeks dari wilayah m ( j = 1, 2, 3, …, m) dalam suatu wilayah
Dimisalkan terdapat n sektor ( i = 1, 2, 3, …n) dan terdapat m wilayah ( j = 1,

2, 3, …m). dimisalkan pula Gijdan G’ ijadalah PDRB dari sektor ke i dalam wilayah
ke j antara tahun dasar dan tahun akhir. Dari notasi-notasi di atas dapat dibuat
persamaan perhitungannya uyang dihitung, sebagai berikut :
m
Gi

= ∑ Gij

= PDRB sektor untuk semua wilayah pada tahun dasar

J=1

10

m
Gi

=∑G’ij

= PDRB sektor i untuk semua wilayah pada tahun akhir

J=1
Dengan merumuskan kembali wilayah j = 1, 2, …m, sebagai wilayah nasional ;
n
G..

G’..

m

= ∑ Gij ∑ Gij
i=1

j=1

n

m

= ∑ Gij ∑ G’ij
i=1

ri = G’ij / Gij

=

= PDB pada tahun dasar

= PDB pada tahun akhir

j=1
Rasio antara PDRB sektor ke i wilayah ke j pada tahun

akhir dan tahun dasar
Ri = G’ij / Gij

= Rasio antara PDB sektor ke I wilayah ke j pada tahun akhir
dan tahun dasar.

Ra = G’../ G..

= Rasio antara PDB tahun akhir dan tahun dasar

Dengan menggunakan notasi-notasi dan asumsi di atas, maka pertumbuhan
pendapatan sektor ke i wilayah ke j dapat dipisahkan dalam tiga komponen, yaitu :
(a) National Growth Component
(b) Industial Mix Growth Component
(c) Regional Share Growth Component
Hal ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
Gij’ – Gij = Gij = Gij (Ra -1) + Gij(Ri –Ra) + Gij (ri –Ra)
Di mana :
Gij’

= PDRB sektor ke i, wilayah ke j tahun akhir,

Gij

= PDRB sektor ke I, wilayah ke j tahun dasar,

∆Gij

= Perubahan dalam PDRB sektor ke I, wilayah ke j

Gij(Ra-1)

= Perubahan dalam PDRB yang disebabkan oleh National
Growth Component

Gij(Ri-Ra)

= Perubahan dalam PDRB yang disebabkan oleh Industial Mix
Growth Component

Gij(ri-Ra)

= Perubahan dalam PDRB yang disebabkan oleh Regional
Share Growth
11

Untuk melihat besarnya presentase pergeseran atau perubahan PDRB sektor
ke i di wilayah ke j, persamaan (1) tersebut dibagi dengan Gij dan hasilnya dikali
dengan 100, sehingga diperoleh presentasi perubahan PDRB sebagai berikut :
di mana : (ri -1) = (Ra -1) + (Ri –Ra) + (ri –Ri)
= Persentase perubahan dalam PDRB sektor ke I wilayah ke j
(R – 1) = Persentase perubahan dalam PDRB yang disebabkan oleh National Growth
Component
(Ri – Ra) = Persentase perubahan dalam PDRB yang disebabkan oleh Industrial Mix
Growth
(ri - Ri ) = Persentase perubahan dalam PDRB yang disebabkan oleh Regional Share
Growth Component
Dari ketiga persamaan masing-masing komponen diatas terdapat ketentuan yang
perlu diperhatikan, yaitu :
(a) Bila suatu sektor mempunyai (Ri – Ra) < 0, sektor tersebut lamban
pertumbuhannya dan berpengaruh negative terhadap PDRB.
Sebaliknya bila sektor memiliki (ri – Ra) > 0, sektor tersebut cepat
pertumbuhannya dan berpengaruh positif terhadap PDRB.
(b) Bila suatu sektor memiliki (ri – Ra) < 0, sektor tersebut memiliki Regional Share
Gorwth kuat di Sulawesi Tenggara.
Sebaliknya bila sektor memiliki (ri – Ra) > 0 sektor tersebut memiliki regional
share growth lemah di Sulawesi tenggara.
(c) Jika wilayah Sulawesi Tenggara memiliki (Ri- Ra) + (ri – Ri) > 0 berarti tingkat
pertumbuhan Sulawesi Tenggara lebih besar dari pada tingkat National Growth
Component.
Sebaliknya bila wilaya Sulawesi Tenggara memiliki (Ri- Ra) + (ri – Ri) < 0
berarti tingkat pertumbuhan regional share growth component Sulawesi
Tenggara lebih kecil dari tingkat pertumbuhan pendapatan nasional.
(d). Bila (Ri – Ra) dan (ri – Ri) > 0, sektor tersebut diklasifikasikan unggul.
Sebaliknya bila (Ri- Ra) < 0 dan (ri – Ri) > 0, sektor tersebut diklasifikasikan
agak unggul.
(e). Bila (Ri-Ra)>0, dan (ri-Ri)

Dokumen yang terkait

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

Kekerasan rumah tangga terhadap anak dalam prespektif islam

7 74 74

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan manajemen mutu terpadu pada Galih Bakery,Ciledug,Tangerang,Banten

6 163 90

Kesesuaian konsep islam dalam praktik kerjasama bagi hasil petani desa Tenggulun Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Jawa Timur

0 86 111

Upaya guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

48 349 84

Konsep kecerdasan ruhani guru dalam pembentukan karakter peserta didik menurut kajian tafsir Qs. 3/Ali-‘Imran: 159

9 101 103