Islam dalam Upaya Mempertahankan Kearifa

Islam dalam Upaya Mempertahankan Kearifan Lokal
Jawa di tengah Perubahan Tata Kehidupan Global
(Perubahan Tata Kehidupan Global dan Dampaknya
bagi Perkembangan Bangsa)

Sebagai Syarat Seleksi Tahap Awal untuk Mengikuti LK III (Advance Training)
HMI Badko Jawa Timur
Oleh:
MIRZA QUANTA AHADY HUSAINIY

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
CABANG SURABAYA
KOMISARIAT FISIKA TEKNIK SEPULUH NOPEMBER
2013
1

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Assalamu‘alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Segala puja dan puji hanya milik Allah SWT, Rabb semesta alam atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami selaku mahasiswa sekaligus penyusun

dapat menyelesaikan makalah dengan judul ―Islam dalam Upaya
Mempertahankan Kearifan Lokal Jawa di tengah Perubahan Tata Kehidupan
Global‖. Salawat serta salam mudah-mudahan selalu tercurah kepada rasul kita
tercinta Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia
sampai akhir zaman.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami khususnya kepada Saudari Citra R Indraswari, selaku mahasiswi Ekonomi
Islam yang turut membantu dan membimbing kami hingga karya yang kecil ini
dapat diselesaikan.
Dalam makalah ini kami membahas tentang pengaruh pergeseran
kehidupan menuju era elektronik terhadap kearifan lokal budaya Jawa khususnya
pada pola interaksi social antar sesama manusia dan juga cara masyarakat Islam
Jawa mempertahankan kearifan lokalnya menghadapi pergeseran kehidupan
menuju era elektronik. Semua ini disusun berdasarkan isi serta pemahaman kami
yang didukung oleh sumber lain tentang permasalahan tersebut.
Dalam penyusunan karya kecil ini tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi. Kami sangat menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan, meskipun demikian mudah-mudahan karya yang kecil ini bisa
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya terutama teman-teman dan
pembaca sekalian. Amin. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan kritik dan

saran demi perbaikan di masa yang akan datang.

2

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama

: Mirza Quanta Ahady Husainiy

Pekerjaan

: Mahasiswa

Menerangkan bahwasannya makalah LK II dengan judul ―Islam dalam Upaya
Mempertahankan Kearifan Lokal Jawa di tengah Perubahan Tata Kehidupan
Global‖ merupakan hasil karya saya sendiri. Oleh karena itu, isi yang ada dalam
makalah ini dapat saya pertanggungjawabkan.


Surabaya, 13 Juli 2013

Mirza Quanta Ahady H

3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

i

KATA PENGANTAR

ii

SURAT PERNYATAAN

iii


DAFTAR ISI

iv

BAB I PENDAHULUAN

1

1.1 Latar Belakang

1

1.2 Rumusan Masalah

2

1.3 Tujuan Penulisan

2


1.4 Batasan Masalah

2

1.5 Metode Penulisan

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3

2.1. Perubahan Tata Kehidupan Global menuju e-Global

3

2.2. Kearifan Lokal Jawa dalam Interaksi Sesama Manusia

7


2.3 Dampak Perubahan Tata kehidupan Global terhadap Kearifan
Lokal
2.4 Hubungan Islam dengan Budaya Lokal dalam Interaksi Sosial

11
11

BAB III PEMBAHASAN

15

BAB IV PENUTUP

20

5.1 Kesimpulan

20

5.2 Saran


20

DAFTAR PUSTAKA

21

4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Teknologi Informasi pada dasarnya dipergunakan untuk mempermudah
dan mengefektifkan segala jenis pekerjaan manusia. Di era globalisasi ini
pengembangan sarana dan prasarana begitu pesatnya, meliputi hardware dan
software sehingga dengan begitu manusia dapat dengan mudah memperoleh

informasi kapanpun dan dimanapun dia berada. Konsep globalisasi erat kaitannya
dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seperti yang dikatakan
Thomas L. Friedman (2004) dalam bukunya The World is Flat globalisasi
memiliki dimensi ideologi dan teknologi dimana pasar bebas dan kapitalisme
merupakan bagian dari dimensi ideologi sedangkan teknologi informasi yang
menyatukan dunia sebagai dimensi teknologi. Dengan perkembangan teknologi
informasi yang begitu pesat khususnya di Indonesia membuat semua aspek
kehidupan bergeser menjadi era elektronik atau biasa disebut e-Global. Seperti
yang kita ketahui pada dekade ini kita sering mendengar istilah e-education, egovernment, e-banking hingga e-bussiness yang menunjukkan bahwa semua aspek
kehidupan telah bergeser ke era elektronik atau cyber.
Pada mulanya perkembangan teknologi informasi tersebut memberi
dampak positif dan signifikan bagi perkembangan bangsa, namun di sisi lain juga
menimbulkan berbagai permasalahan social. Salah satunya seperti yang dikatakan
Albert Einstein ―I fear the day that technology will surpass our human
interaction. The world will have a generations of idiots.‖ Tak bisa lagi dipungkiri
bahwa salah satu dampak negatif yang muncul dari globalisasi adalah cultural
homogenization,misalnya saja mewabahnya tarian Gangnam Style dari Korea
Selatan yang secara spontan menenggelamkan kearifan budaya lokal. Bagaimana
tidak, Tari Jathilan (Kuda Lumping) yang memiliki ciri gerakan yang sama
dengan Gangnam Style tenggelam dan kalah pamor. Oleh karena itu dipandang

perlu untuk menumbuhkan lagi nilai-nilai budaya lokal Indonesia sehingga
budaya masyarakat yang anti-sosial karena pengaruh teknologi informasi dapat
diminimalisir. Dalam makalah ini penulis mencoba memaparkan dampak
perubahan kehidupan global yang telah bergeser menuju ke era elektronik
terhadap kearifan lokal budaya Jawa khususnya pada interaksi social antar sesama
manusia. Dalam hal ini penulis mencoba menyuntikkan nilai-nilai Islam sebagai
suplemen untuk menambah daya tahan kearifan lokal Jawa terhadap gempuran
perubahan tata kehidupan global yang terus dinamis dari masa ke masa. Oleh

5

karena Islam telah lama beradaptasi dan melebur dengan budaya Jawa serta nilainilai Islam yang fleksibel dan universal maka penulis mencoba
mengkombinasikan kemudian menganalisanya sehingga dampak negatif dari
perubahan tata kehidupan global yang serba elektronik dapat diminimalisir.
1.2.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh pergeseran kehidupan menuju era elektronik
terhadap kearifan lokal budaya Jawa khususnya pada pola interaksi social
antar sesama manusia?

2. Bagaimana masyarakat Islam Jawa mempertahankan kearifan lokalnya
menghadapi pergeseran kehidupan menuju era elektronik?

1.3.

Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengaruh pergeseran kehidupan menuju era elektronik
terhadap kearifan lokal budaya Jawa khususnya pada pola interaksi social
antar sesama manusia
2. Untuk mengetahui cara masyarakat Islam Jawa mempertahankan kearifan
lokalnya menghadapi pergeseran kehidupan menuju era elektronik.

1.4.

Batasan Masalah
Agar memudahkan dalam pembahasan dan semakin terfokusnya
permasalahan penulis membuat batasan masalah sebagai berikut:
1. Kearifan lokal masyarakat Jawa
2. Tinjauan masalah hanya pada pola interaksi sesama manusia
3. Nilai-nilai Islam tentang hubungan sesama manusia

1.5.

Metode Penulisan
Dari beberapa metode penulisan yang diketahui oleh penulis, penulis
menggunakan metode kepustakaan dan observasi.Metode kepustakaan yang
dimaksud adalah dengan menggunakan data-data kepustakaan yang berupa buku,
thesis, dan semacamnya.Observasi yang dimaksud adalah dengan menggunakan
pengamatan dan pengalaman dari penulis.

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Perubahan Tata Kehidupan Global menuju e-Global
2.1.1. Teknologi Informasi sebagai Instrumen Globalisasi
Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses interkoneksi yang terus
meningkat diantara berbagai masyarakat sehingga kejadian yang berlangsung di
suatu Negara mempengaruhi Negara dan masyarakat lainnya. Sedangkan dunia
yang terglobalisasi merupakan dunia dimana peristiwa politik,ekonomi budaya
dan social semakin terjalin erat dan berdampak semakin besar sehingga peristiwa
yang terjadi pada masyarakat tertentu akan lebih mempengaruhi masyarakat yang
lain dalam berbagai aspek kehidupan. Seperti yang dikatakan Thomas L.
Friedman dalam bukunya The World is Flat (2004) bahwa konsep globalisasi erat
kaitannya dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sehingga
globalisasi dipandang memiliki dimensi ideologi dan teknologi dimana pasar
bebas dan kapitalisme merupakan bagian dari dimensi ideologi sedangkan
teknologi informasi yang menyatukan dunia sebagai dimensi teknologi.
Pada perjalanannya proses globalisasi muncul akibat dari perkembangan
teknologi infromasi, pengetahuan dan komunikasi. Di saat kebutuhan akan media
informasi dan komunikasi terjawab dengan pesatnya kemajuan teknologi
informasi sebagian masyarakat mulai was-was dan gelisah mengingat bukan
hanya dampak positif namun juga dapak negatif yang terjadi akibat perkembangan
teknologi yang begitu pesat pada dekade ini. Oleh karena teknologi dipandang
sebagai instrument globalisasi maka secara tidak langsung arus gobalisasi yang
terjadi di dunia pada dekade ini memberikan aspek positif maupun negatif. Dalam
hal ini teknologi haruslah kita gunakan sebagai peluang untuk mengembangkan
diri dan wawasan global sehingga kita akan lebih siap dengan terciptanya
lingkungan teknologi dengan berbagai sarana dan prasarana yang dapat kita
gunakan untuk mempermudah kegiatan kita. Secara umum dapat disimpulkan
bahwa teknologi sebagai instrument globalisasi terkait erat dan memiliki peran
dalam memajukan peradaban dunia.
Proses globalisasi berupa perkembangan teknologi informasi telah
membuat tata kehidupan global bergeser dari semula menggunakan cara-cara
manual konvensional pada dekade ini beralih menjadi sistem elektronik. Dengan
hadirnya teknologi modern semua proses yang semula dilakukan secara manual
berubah menjadi lebih sederhana, hadirnya internet dengan jaringan luas hingga
mendunia memperpendek jarak dan menghilangkan batas antar negara sehingga
internet bias dinyatakan sebagai pelopor perubahan tata kehidupan global menuju
era elektronik. Misalnya saja e-commerce dan e-business dua aspek yang
seringkali menjadi aplikasi penerapan elektronik. Meskipun istilah Electronic

7

Commerce baru beberapa tahun terakhir mendapatkan perhatian, sebenarnya ecommerce telah ada dalam berbagai bentuk selama lebih dari 20 tahun. Teknologi
yang disebut dengan Electronic Data Interchange (EDI) dan Electronic Funds
Transfer (EFT) pertama kali dikenalkan pada akhir tahun 1970-an. Pertumbuhan
penggunaan kartu kredit, ATM, dan perbankan via telepon di tahun 1980-an juga
merupakan bentuk-bentuk Electronic Commerce. Juga pada era pasar bebas ini
yang mana merupakan tujuan akhir dari pengembangan paham neoliberralisme,
perkembangan teknologi yang berujung pada pergeseran tata kehidupan menuju
era elektronik disambut sangat baik, seakan-akan keduanya memiliki sinkronitas.
Pada era ini masyarakat tidak perlu bersusah payah untuk berjalan jauh ke toko,
cukup dengan menekan-nekan gadget atau menggeser-geser mouse bahkan hanya
dengan mengusap layar di ponsel android semuanya menjadi mudah. Dengan
mudah masyarakat bias pergi ke e-shop atau e-market, selang beberapa waktu
barang datang dengan pembayaran tidak perlu menggunakan uang cash, ada
fasilitas e-banking. Sudah jelas dalam perubahan tata kehidupan global elektronik
peran teknologi informasi sangatlah penting, terutama di Indonesia. Bagaimana
peran pendidikan tergantikan oleh e-education, tak perlu lagi ada sekolah jika
murid dan guru bias bertatap muka melalui webcam dengan emanfaatkan jaringan
internet yang ada.
Semua memiliki keunggulan dalam hal efisienitas dan mampu
memisahkan dinding yang dinamakan dimensi ruang dan waktu. Oleh karena
proses perubahan tata kehidupan tersebut maka peran sebagian individu dalam
interaksi sosialnya tergantikan dengan hadirnya teknologi yang serba canggih. Hal
tersebut tentu saja menjadikan dampak yang negatif bagi lingkungan social dalam
masyarakat dan merebaknya budaya konsumerisme karena dengan begitu tingkat
konsumsi masyarakat akan teknologi meningkat seiring dengan kebutuhan yang
memaksa mereka. Ketika semua elemen masyarakat telah siap menyambut era
elektronik yang serba mudah dan nyaman maka semakin tidak terlihat interaksi
antar sesame manusia karena semua bias dilakukan hanya dari tempat kita berada
sekarang, menghadap gadget atau device penunjang komunikasi menggunakan
jaringan internet.
2.1.2. Sejarah Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia
Perkembangan teknologi informasi di Indonesia ttidak jauh berbeda
dengan perkembangan teknologi informasi dunia, hal ini dikarenakan adanya
proses globalisasi yang disengaja untuk memperluas faham neoliberalisme. Dan
Indonesia sebagai Negara berkembang pasti terkena dampak langsung dari proses
globalisasi tersebut. Perkembangan dunia informasi dan komunikasi berawal dari
pengembangan computer dan kemudian jaringan internet mengikuti. Pada
awalnya kebutuhan akan berinteraksi antar sesama manusia membuat manusia
terus mencari dan menciptakan suatu sistem dan alat yang saling berintegrasi
8

untuk mencukupi kebutuhannya dalam berinteraksi. Dalam kehidupan manusia
lalu berkembang sistem informasi dimulai dari gambar yang tak bermakna di
dinding atau prasasti hingga sistem informasi yang sangat canggih seperti internet.
Demikian akan dipaparkan sejarah perkembangan computer dari masa ke masa:
1.
Masa Prasejarah (hingga 3000 SM)
Pada masa pra-sejarah teknologi informasi digunakan sebagai sistem untuk
pengenalan bentuk-bentuk yang ingin dikenali. Informasi yang didapatkan
kemudian digambarkannya pada dinding-dinding gua atau tebing-tebing bebatuan.
Pada masa pra-sejarah sudah dimiliki kemampuan mengidentifikasi benda-benda
yang ada disekitar lingkungan dan mepresentasikannya dalam berbagai bentuk
yang kemudian dilukis pada dinding gua tempat tinggal mereka.
Mengkomunikasikan informasi dengan gambar/lukisan menjadi pilihan yang baik
karena kemampuan berbahasa pada waktu itu hanya berkisar pada suara dengusan
dan isyarat tangan. Perkembangan selanjutnya mereka mulai menggunakan alatalat yang menghasilkan bunyi dan isyarat, seperti gendang, terompet yang terbuat
dari tanduk binatang, isyarat asap sebagai alat pemberi peringatan
terhadap keadaan tertentu seperti keadaan bahaya.
2.
Masa Sejarah (3000 SM – 1400 M)
Pada masa sejarah, teknologi informasi berkembang pada masayarakat
kalangan atas seperti para kepala suku atau kelompok, digunakan pada
kegiatan tertentu seperti upacara, dan ritual. Teknologi informasi belum
digunakan secara masal seperti yang kita kenal sekarang ini. Beberapa pembagian
masa menurut tahun dan perkembangannya, sebagai berikut:
3.
Masa Tahun 3000 SM
Pada masa ini mulai dikenal symbol-simbol dan tulisan sehingga dapat
melahirkan ungkapan dan bahasa. Pada saat itu bangsa Sumeria menggunakan
symbol yang dinamakan piktograf.
4.
Masa Tahun 2900 SM
Pada masa ini bangsa Mesir Kuno telah mengenal huruf yang dijadikan
bahasa simbol untuk mengungkapkan sesuatu, tulisan yang dikenal sebagai
hieroglyph ini lebih maju dan lengkap dibandingkan bangsa Sumeria.
5.
Masa Tahun 500 SM
Pada masa ini manusia sudah mengenal bahan untuk menyimpan
informasi selain dari lempengan tanah liat, yaitu serat papyrus yang dijadikan
media menulis saat itu. Papyrus merupakan cikal bakal adanya kertas yang telah
kita kenal sekarang.
6.
Masa Tahun 1455
Pada masa ini ditandai dengan diciptakannya mesin cetak yang terbuat dari
plat besi dan dikembangkan diganti dengan bingki yang terbuat dari kayu oleh
Johann Gutenberg.

9

7.

Masa Tahun 1800
Pada tahun 1830 orang sudah mengenal program komputer. Augusta Lady
Byron pertama menulis program komputer yang berkerjasama dengan Charles
Babbage. Mereka menggunakan mesin analytical. Mesin analytical dengan
programnya didesain untuk mampu menerima data, mengolah data dan
menghasilkan bentuk keluaran dalam sebuah kartu. Selanjutnya, mesin ini dikenal
sebagai bentuk komputer digital yang pertama walaupun cara kerjanya lebih
bersifat mekanis dari yang bersifat digital. Mesin ini merupakan cikal bakal
komputer digital pertama ENIAC I pada 94 tahun kemudian.
Pada tahun 1837 ditandai dengan teknologi pengiriman informasi. Samuel
Morse mengembangkan telegraph dan bahasa kode morse bersama Sir William
Cook dan Sir Charles Wheatstone. Mereka mengirim informasi secara elektronik
antara 2 (dua) tempat yang berjauhan melalui kabel yang menghubungkan kedua
tempat tersebut. Pengiriman dan penerimaan informasi ini mampu mencapai
selisih waktu yang baik dan hampir terjadi pada waktu yang bersamaan.
Penemuan ini memungkinkan informasi dapat diterima dan dipergunakan secara
luas oleh masyarakat tanpa dirintangi atau dibatasi oleh jarak dan waktu.
Pada tahun 1861 orang sudah memikirkan bagaimana menampilkan
informasi dalam bentuk gambar bergerak dalam media layar. Masa itu pula
gambar bergerak yang peroyeksikan ke dalam sebuah layar untuk yang pertama
kali di gunakan. Penemuan ini merupakan cikal bakal teknologi film sekarang.
Pada tahun 1876, Melvyl Dewey mengembangkan sistem penulisan
Desimal. Pada tahun 1877 , Alexander Graham Bell mengembangkan telepon
yang dipergunakan secara umum. Pada tahun itu juga fotografi dengan kecepatan
tinggi ditemukan oleh Edweard Maybridge. Pada tahun 1899 telah dipergunakan
sistem penyimpanan dalam tape (pita) magnetis untuk yang pertama.
8.
Masa Tahun 1900
Tahun 1923, Zvorkyn menciptakan tabung TV (Televisi) yang pertama.
Tahun 1940 dimulainya pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang
informasi pada masa perang dunia II yang dipergunakan untuk kepentingan
pengiriman dan penerimaan dokumen-dokumen militer yang disimpan dalam
bentuk magnetic tape. Tahun 1945, Vannevar Bush mengembangkan sistem
pengkodean menggunakan hypertext.
Tahun 1946 komputer digital pertama didunia yaitu ENIAC I
dikembangkan. Tahun 1948 para peneliti di Bell Telephone mengembangkan
Transistor.Tahun 1957, Jean Hoerni mengembangkan transistor planar. Teknologi
ini memungkinkan pengembangan jutaan bahkan milyaran transistor dimasukan
ke dalam sebuah keping kecil kristal silikon.
Tahun 1969, sistem jaringan yang pertama dibentuk dengan
menghubungkan 4 nodes (titik), antara University of California, SRI (Stanford),

10

University California of Santa Barbara, dan University of Utah dengan kekuatan
50Kbps. Tahun 1972 Ray Tomlinson menciptakan program e-mail yang pertama.
Tahun 1973 – 1990 istilah internet diperkenalkan dalam sebuah paper
mengenai TCP/IP (Transmission Control Protocol) kemudian dilakukan
pengembangan sebuah protokol jaringan yang kemudian dikenal dengan nama
TCP/IP yang dikembangkan oleh grup dari DARPA.
Tahun 1981, National Science Foundation mengembangkan backbone
yang disebut CSNET dengan kapasitas 56 Kbps untuk setiap institusi dalam
pemerintahan. kemudian pada tahun 1986 IETF mengembangkan sebuah server
yang berfungsi sebagai alat koordinasi diantara; DARPA, ARPANET, DDN dan
Internet Gateway.
Tahun 1991sistem bisnis dalam bidang IT pertama kali terjadi ketika
CERN dalam menanggulangi biaya operasionalnya dan memungut bayaran dari
para anggotanya. Tahun 1992 pembentukan komunitas Internet, dan
diperkenalkannya istilah WWW (World Wide Web) oleh CERN. Tahun 1993
NSF membentuk InterNIC untuk menyediakan jasa pelayanan internet
menyangkut direktori dan penyimpanan data serta database (AT&T), jasa
registrasi (Network Solution Inc,), dan jasa nformasi (General Atomics/CERFnet).
Tahun 1994 pertumbuhan internet melaju dengan sangat cepat dan mulai
merambah ke dalam segala segi kehidupan manusia dan menjadi bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari manusia. Tahun 1995, Perusahaan umum mulai
diperkenankan menjadi provider dengan membeli jaringan di backbone, langkah
ini memulai pengembangan teknologi informasi khususnya internet dan
penelitian-penelitian untuk mengembangkan sistem dan alat yang lebih canggih
(Abdul Kadir.2003:81-84).
2.2.
Kearifan Lokal Jawa dalam Interaksi Sesama Manusia
2.2.1. Pentingnya Kearifan Lokal
Menurut Putu Oka Ngakan dalam Andi M. Akhmar dan Syarifudin (2007)
kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam
berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif. Kearifan lokal
berbeda antara tempat satu dengan yang lainnya antara suku yang satu dengan
yang lain. Hal ini dikarenakan perbedaan tantangan alam dan kebutuhan hidup
sehingga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memunculkan berbagai sistem
pengetahuan baik yang berhubungan dengan lingkungan maupun sosial. Kearifan
lokal merupakan suatu bentuk kehidupan manusia yang dinamis, berubah sejalan
dengan waktu tergantung pada tatanan dan ikatan sosial budaya yang ada dalam
masyarakat.
Keraf (2002) menyatakan bahwa kearifan lokal adalah semua bentuk
pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau

11

etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas
ekologis. Bentuk kearifan lokal ini diwariskan secara turun temurun membentuk
pola perilaku manusia baik hubungannya dengan sesama manusia, antara manusia
dengan lingkungan maupun dengan alam gaib. Sementara itu Francis Wahono
(2005) menegaskan bahwa kearifan lokal adalah kepandaian dan strategi-strategi
pengelolaan alam semesta dalam menjaga keseimbangan ekologis yang sudah
berabad-abad teruji oleh berbagai bencana dan kendala serta keteledoran manusia.
Kearifan lokal merasuk menjadi norma, tindakan dan pola tingkah laku tidak
hanya berhenti pada etika sehingga kearifan lokal dapat dijadikan sebagai
pedoman manusia dalam bersikap dan bertindak.
Adanya perkembangan teknologi yang begitu pesat pada dekade terakhir
sebagai efek dari globalisasi dapat mengikis norma-norma kearifan lokal di
masyarakat terutama norma yang berhubungan dengan interaksi antar sesama
manusia. Untuk menghindari hal tersebut maka norma-norma yang sudah berlaku
di suatu masyarakat yang sifatnya turun menurun dan berhubungan erat dengan
kelestarian lingkungannya perlu dilestarikan yaitu kearifan lokal.
Seperti kita ketahui dalam berinteraksi dengan manusia lain dalam suatu
lingkungan sosial masyarakat mengembangkan kearifan yang diwujudkan dalam
pengetahuan, norma adat, nilai budaya, dan instrumen pendukung lain. Norma
adat dan nilai budaya dalam masyarakat seringkali dijadikan dasar pedoman
dalam mengembangkan kehidupan. Keragaman pola interaksi dalam masyarakat
lalu diwariskan secara turun temurun dan menjadikannya suatu pedoman yang
dijadikan acuan untuk generasi mendatang. Untuk itulah pendekatan pada aspek
budaya sangat peru dilakukan untuk menciptakan kesadaran bersama untuk
penguatan kearifan lokal.
Dengan adanya perubahan tata kehidupan global yang bergeser menuju era
elektronik masyarakat yang mampu memfilter serangan budaya luar dan lebih
memanfaatkan teknologi informasi untuk melestarikan budaya lokalnya tidak
akan begitu merasakan dampak negatif globalisasi, berbeda dengan realita yang
terjadi di sekitar kita sekarang ini. Oleh karena itu kesadaran individu dalam
masyarakat untuk memfilter budaya yang datang dari luar akibat adanya
globalisasi sangat penting untuk dilakukan guna menjaga kelestarian kearifan
lokal setempat. Apalagi jika perubahan kehidupan global yang terjadi akibat
kemajuan teknologi tersebut mampu dimanfaatkan secara maksimal sehingga
berkembangnya kearifan lokal tersebut tidak terlepas dari pengaruh berbagai
faktor yang akan mempengaruhi perilaku manusia terhadap lingkungannya.
2.2.2. Kearifan Lokal Masyarakat Jawa
Untuk menjaga hubungan antar sesama manusia, masyarakat melakukan
norma-norma, nilai-nilai atau aturan-aturan yang telah berlaku turun temurun
yang merupakan kearifan lokal setempat. Kearifan lokal tersebut sangatlah luas

12

dan meliputi berbagai aspek kehidupan. Namun dalam makalah ini hanya akan
dijelaskan beberapa contoh kearifan lokal yang ada pada masyarakat Jawa yang
berhubungan dengan interaksi terhadap sesama manusia dipaparkan sebagai
berikut :
1.
Grebeg
Tradisi ini dilaksanakan untuk merayakan hari besar Islam seperti 1
Muharam atau 1 Syawal. Dalam tradisi ini gunungan yang berisi jajanan pasar
maupun hasil bumi diarak dan kemudian diperebutkan oleh para warga yang hadir
dalam perayaan tersebut. Tradisi grebeg memiliki esensi dan makna yang begitu
luhur yang patut untuk kita teladani. Selain mengingatkan manusia atas karunia
yang diberikan oleh Tuhan tradisi grebeg juga bermakna hubungan manusia satu
dengan lainnya. Dengan prosesi arak-arakan gunungan terjadi interaksi sosial
antara lingkungan kerajaan dengan masyarakat biasa dan tidak memandang kelas
sosial. Namun tradisi ini sedikit tercoreng namanya karena setiap upacara
berlangsung selalu terjadi keributan dan perebutan yang berujung anarkisme dari
warga masyarakat sendiri.
2.
Nyadran
Tradisi masyarakat Jawa yang biasanya dilakukan menjelang bulan
Ramadhan. Tradisi ini diwujudkan dengan berziarah ke makam leluhur yaitu
meliputi pembersihan pusara, memanjatkan doa dan tabur bunga. Sebagian orang
membawa tumpeng dan jajanan pasar lain untuk sesaji bagi leluhur yang telah
meninggal. Selain sebagai wujud interaksi dengan leluhur serta pola ritual yang
mencampurkan budaya dengan nilai-nilai Islam tradisi ini juga memiliki makna
interaksi sosial antar individu dalam suatu masyarakat. Hal ini dikarenakan
terdapat prosesi pembersihan desa dan makam secara gotong royong yang
diakukan masyarakat. Maka sudah jelas kearifan lokal terkait kekerabatan,
kebersamaan, guyub dan gotong royong antar warga yang menjadi esensi dalam
tradisi ini sehingga akan meningkatkan pengembangan kebudayaan dan
pelestarian tradisi yang telah turun temurun.
3.
Jimpitan
Tradisi Jimpitan dalam masyarakat Jawa tak pernah lepas dari proses
ronda atau patroli warga dari sudaut kampung satu ke sudut lainnya untuk
menjaga keamanan. Tradisi ini mulai berkembang tatkala warga suatu kampung
yang menyediakan beras yang ditempatkan di sebuah wadah depan rumah
masing-masing untuk diambil oleh petugas ronda saat mereka berkeliling
mengintari kampung untuk berpatroli (Surono,2007). Hal tersebut bertujuan untuk
menjaga kemakmuran dan keharmonisan sosial. Setiap jimpitan beras yang
didapat nantinya dikumpulkan dan digunakan sebagai persediaan bagi warga
kampung tersebut. Interaksi sosial yang kuat menjadi kunci dalam tradisi ini,
karena tanpanya tradisi ini tak akan terlaksana dengan baik.

13

4.

Rewang
Rewang merupakan sekumpulan orang yang dengan sukarela membantu
orang lain menyelesaikan pekerjaannya tanpa dibayar. Rewang berperan sebagai
wadah sosialisasi yang komunikatif dalam masyarakat. Kearifan lokal gotong
royong dan kesadaran sosial yang tinggi sangat ditonjolkan dalam tradisi ini.
Tradisi rewang ditekankan sebagai wujud bantuan terhadap orang lain untuk
meringankan bebannya. Interaksi sosial sangat berperan dalam tradisi ini, karena
kesadaran sosial yang ditekankan di sini sangatlah tinggi.
5.
Tradisi Lisan Getok Tular
Budaya lisan Jawa yang dikenal dengan nama getok tular ini merupakan
kebudayaan yang diwariskan secara turun temurun sebagai milik bersama. Tradisi
tersebut muncul sebagai pandangan, refleksi, penyulur sikap dan pengesah aturan
sosial. Tradisi lisan cenderung berubah-ubah dari waktu ke waktu dan hanya
memuat aspek histori tertentu. Perwujudan tradisi lisan sebagai kearifan lokal
terdapat pada interaksi sosial dalam masyarakat, selain itu juga terdapat dalam
karya estetik lisan dan pedoman lisan. Karena erat kaitannya dengan interaksi
sosial antar manusia komponen penting dalam tradisi lisan adalah audiens atau
pendengar, bisa juga diposisikan sebagi lawan bicara, sehingga terjadi kontak
psikologis antara pemberi informasi dan pendengar dalam dimensi ruang dan
waktu yang sama.
6.
Permainan Tradisional Jawa
Salah satu peninggalan budaya yang tidak bisa dilewatkan adalah
permainan tradisional Jawa seperti jamuran, gobak sodor, cublak cublak suweng
dan permainan tradisional lainnya. Dimana dari semua permainan tradisional
tersebut memiliki kearifan lokal masing-masing dan menekankan pada interaksi
sosial yang cukup tinggi.
Dari beberapa kearifan lokal Jawa yang terpapar di atas kesemuanya
terkena imbas secara langsung maupun tidak langsung dari perubahan tata
kehidupan global menuju ke era elektronik. Kearifan lokal yang terkena imbasnya
secara langsung diantaranya tradisi lisan dan permainan tradisional sehingga
rawan terjadi kepunahan dan perlu dilakukan penindakan dengan segera.
Sementara yang lain terkena imbas tidak langsung dan di beberapa daerah di Jawa
masih dapat dilestarikan, meskipun begitu perlu dilakukan pertahanan menjaga
supaya tidak terjadi kepunahan. Dampak langsung di sini berarti masuknya
budaya lain dari luar sebagai efek dari perkembangan teknologi yang menuju ke
era elektronik yang mampu menandingi budaya lokal sehingga besar
kemungkinan menyebabkan kepunahan dan hilangnya kearifan lokal Jawa secara
spontan. Sedangkan dampak tidak langsung dapat didefinisikan sebagai dampak
yang menyerang nilai-nilai luhur dalam tradisi sehingga kearifan lokal lama

14

kelamaan akan hilang seiring dengan lunturnya nilai-nilai luhur akibat dari
perubahan tata kehidupan menuju era elektronik dalam individu masyarakat.
2.3.

Dampak Perubahan Tata Kehidupan Global terhadap Kearifan Lokal
Perubahan tata kehidupan global menuju era elektronik akibat dari proses
globalisasi yang melanda seluruh dunia mempunyai dampak bagi bidang sosial
budaya suatu bangsa. Pada awalnya dampak tersebut hanya dirasakan di kota-kota
besar di Indonesia. Namun dengan adanya kemajuan teknologi, komunikasi,
informasi, dan transportasi hal tersebut juga telah menyebar ke seluruh penjuru
tanah air. Perubahan tata kehidupan elektronik global yang penyebarannya sangat
luas dan cepat tersebut membawa dampak positif dan negatif. Dampak positifnya
antara lain sebagai berikut:
1.
Perubahan menuju era elektronik menjadikan kehidupan social ekonomi
lebih produktif, efektif dan efisien sehingga membuat produksi dalam
negeri meningkat
2.
Tingkat kehidupan yang lebih baik karena ditunjang dengan teknologi
informasi dan komunikasi yang canggih
3.
Mobilitas tinggi dan jaringan yang luas dikarenakan kemajuan teknologi
tidak mengenal dimensi ruang dan waktu
Namun diantara sederet dampak positif perubahan tata kehidupan global
tersebut masih ada beberapa dampak negatif, terutama yang berpengaruh terhadap
kearifan lokal, diantaranya adalah:
1.
Akses yang semakin mudah bagi budaya barat untuk memasuki
lingkungan kehidupan lokal menyebabkan terjadinya culture
homogenization dengan asumsi bahwa tidak ada filter kebudayaan yang
dilakukan.
2.
Lunturnya nilai-nilai luhur kearifan lokal disebabkan karena bebasnya
informasi yang beredar sehingga memunculkan nilai-nilai negatif yang
memudarkan kearifan lokal seperti budaya konsumtif dan individualistik.
3.
Masuknya nilai-nilai yang baru dari luar memunculkan ideologi-ideologi
baru yang dapat berkembang dalam masyarakat, hal tersebut semakin
buruk ketika ideologi yang berkembang ternyata merusak kearifan lokal.
4.
Runtuhnya kearifan lokal berimbas pada aspek kehidupan lain misalnya
degradasi lingkungan sekitar.
2.4.
Hubungan Islam dengan Budaya Lokal dalam Interaksi Sosial
Nilai-nilai Islam yang bersifat universal dan bias digunakan di segala
jaman membuat Islam cepat berkembang dan diterima oleh masyarakat Indonesia
pada zamannya. Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia tidak terlepas dari
proses interaksi social dalam masyarakat saat itu. Interaksi tersebut terjadi melalui
proses perdagangan yang dilakukan oleh pedagang-pedagang dari berbagai
belahan dunia seperti Gujarat, Timur tengah, Cina dan India. Interaksi tersebut
15

menyebabkan terjadinya akulturasi dan asimilasi kebudayaan pribumi dengan
kebudayaan Islam yang dibawa pedagang-pedagang dan ulama dari India dan
Timur Tengah. Dalam proses interaksi tersebut Islam masuk sebagai nilai baru
dalam tatanan kehidupan masyarakat pribumi yang masih banyak dipengaruhi
oleh kebudayaan Hindu dan Budha. Agama Hindu dan Budha banyak
berpengaruh pada saat itu hanya pada kalangan elitenhya saja. Agama-agama
tersebut hany amenyentuh kehidupan social masyarakat Jawa pada bagian atasnya
saja dan itupun hanya pada aspek-aspek kehidupan tertentu saja (Ahmad Syafii
Maarif. 2009:63). Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul mana kala
ada sebuah kebudayaan asing yang masuk dan kebudayaan itu diterima serta
diolah oleh suatu kelompok masyarakat tanpa menghilangkan ciri khas
kebudayaan masyarakat itu sendiri.
Dalam penyebaran Islam di Jawa, walisongo memiliki peranan yang cukup
besar dalam proses akulturasi Islam dengan budaya Jawa. Mereka menghasilkan
karya-karya kebudayaan sebagai media penyebaran Islam. Untuk
memperkenalkan unsur-unsur budaya baru hasil akulturasi Islam dengan budaya
Jawa itu, para wali melakukan pengenalan nilai-nilai baru secara persuasif. Dalam
hal-hal yang sensitif, seperti bidang kepercayaan, para wali membiarkan
penghormatan terhadap leluhur sebagaimana yang biasa dilakukan oleh
masyarakat jawa. Namun perlengkapan dalam upacara diganti seperti sesaji
diganti dengan pemberian makan kepada tetangga dan sanak saudara, yang
dikenal dengan hajatan. Sementara itu mantra-mantra diganti dengan kalimat
thayyibah (puji-pujian kepada Allah).
Beberapa karya lain yang menunjukkan perpaduan Islam dengan budaya
Jawa yang telah dihasilkan para wali antara lain gamelan dan wayang. Dalam
bidang sastra, kitab Ambiya yang berisi tentang kisah-kisah nabi adalah wali.
Kitab tersebut menjadi rujukan kitab Ambiya yang disalin pada masa pemerintah
Surakarta, upaya memadukan unsur Islam dan Budaya Jawa, dimasa selanjutnya
dilakukan oleh Sultan Agung di Mataram. Media yang pernah digunakan oleh
walisongo dalam menyebarkan agama Islam, seperti Grebeg Besar, digunakan
pula oleh Sultan Agung dan keturunannya. Penguasa keraton Yogyakarta maupun
Surakarta, dsampai sekarang masih melestarikan perayaan Sekaten untuk
memperingati Maulud Nabi. Perayaan Sekaten itu merupakan salah satu bentuk
perpaduan unsur Islam dan Budaya Jawa. Sedangkan unsur yang tidak dapat
disatukan, seperti pemujaan arwah leluhur dibiarkan tetap berada dalam
bentuknya masing-masing.
Akulturasi Islam di masyarakat, melibatkan para priyayi atau penguasa
dalam proses perubahan kebudayaan. Karena penguasa adalah panutan bagi
rakyatnya, sehingga menyiapkan ajaran tata krama profesi, agar mereka memiliki

16

komitmen untuk mendukung akulturasi Islam dan budaya Jawa. Bentuk-bentuk
akulturasi budaya tersebut misalnya:
1.
Selametan atau Kewilujengan
Selametan berasal dari bahasa Arab ―salamah‖ yang berarti selamat.
Upacara selamatan ditujukan untuk meminta keselamatan bagi seseorang atau
salah satu anggota keluarga. Upacara selametan biasanya diadakan di rumah suatu
keluarga dan dihadiri anggota keluarga dan tetangga, kerabat dan kenalan.
Selametan mengundang modin atau tokoh agama untuk memberikan doa.
Koentjaraningrat berpendapat bahwa: ―upacara slametan yang bersifat keramat
adalah upacara slametan yang diadakan oleh orang-orang yang dapat merasakan
getaran emosi keramat, terutama pada waktu menentukan diadakannya slametan
itu, tetapi juga pada waktu upacara sedang berjalan.
2.
Ziarah Kubur
Kebiasaan yang sering kita lihat dan dipertahankan oleh masyarakat Islam
Jawa khususnya adalah pada hari Kamis sore atau Jum‘at pagi melakukan ziarah
kubur. Yaitu dengan mengunjungi dan membersihkan makam serta mendo‘akan
jenazah keluarganya.
3.
Haul
Kata ―haul‖ berasal dari bahasa Arab, artinya setahun. Peringatan haul
berarti peringatan genap satu tahun seseorang meninggal. Biasanya peringatanperingatan seperti ini kebanyakan dilakukan oleh masyarakat Islam Jawa. Gema
Haul akan lebih terasa dahsyat apabila yang meninggal itu seorang tokoh
kharismatik, ulama besar atau pendiri sebuah pesantren. Rangkaian acaranya
biasanya dapat bervariasi, ada pengajian, tahlil akbar, mujahadah, atau
musyawarah.
4.
Tahlilan
Tahlilan berasal dari kata hallala, yuhallilu, tahlilan artinya membaca
kalimah La illa ha illallah. Di masyarakat Jawa sendiri terdapat pemahaman
bahwa tahlilan adalah pertemuan yang didalamnya dibacakan kalimat thayyibah.
Biasanya dilaksanakan di masjid, muhola, atau rumah.
Proses dialektika Islam dengan budaya lokal Jawa yang menghasilkan
produk budaya sintetis merupakan suatu keniscayaan sejarah sebagai hasil dialog
Islam dengan sistem budaya lokal Jawa. Lahirnya berbagai ekspresi-ekspresi
ritual yang nilai instrumentalnya produk budaya lokal, sedangkan muatan
materialnya bernuansa religius Islam adalah sesuatu yang wajar dan sah adanya
dengan syarat akulturasi tersebut tidak menghilangkan nilai fundamental dari
ajaran agama. Masyarakat Jawa jauh sebelum datang agama yang berketuhanan
seperti Hindu-Budha maupun Islam telah memiliki kepercayaan metafisik atau
kekuatan di luar dirinya yang termanifestasikan dalam kepercayaan animismedinamisme.

17

Setelah agama-agama tersebut datang, masyarakat Jawa terlibat dalam
proses akulturasi bahkan sinkretisasi agama dan budaya, dengan dimensi dan
muatan agama dan budaya Jawa sendiri. Islam sebagai salah satu agama yang
hadir di Jawa juga terlibat dalam pergumulan dengan budaya lokal Jawa, dan oleh
karenanya tampilan Islam di Jawa mempunyai karekteristik yang berbeda dengan
tampilan di daerah lain. Fenomena ini lahir tidak lepas dari proses islamisasi yang
dilakukan oleh para wali dengan menggunakan pendekatan yang memungkinkan
terjadinya dialektika antara Islam dengan budaya lokal Jawa. Secara metodologis
dalam hukum Islam, adat/tradisi bisa saja dijadikan sebagai dasar penetapan
hukum selama adat tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Berbagai
tampilan dari ekspresi keagamaan di tengah-tengah masyarakat muslim Jawa
dalam berbagai bentuknya adalah bukti nyata adanya dialektika Islam dengan
budaya Jawa khususnya pada aspek formal dari budaya, sedangkan aspek material
diubah dengan semangat ajaran Islam.

18

BAB III
PEMBAHASAN
3.1.

Analisa Dampak Perubahan Tata Kehidupan Global terhadap
Kearifan Lokal Jawa
Dari beberapa dampak perubahan tata kehidupan global menuju era
elektronik Global (e-Global) yang telah diuraikan dalam tinjauan pustaka,
dapat dikelompokkan menjadi dampak positif dan dampak negative.
Secara garis besar dapat dianalisa bahwa dampak positif lebih mengarah
kepada suatu dampak yang berpengaruh pada sesuatu yang materialistis
daripada esensial nilai-nilai budaya kearifan local. Kemudian apabila
dilakukan analisa dampak negatifnya hampir kesemua poinnya mengarah
kepada dampak yang berpengaruh kepada kearifan local yaitu berupa
degradasi nilai-nilai luhur yang telah diwariskan secara turun temurun.
Oleh karena itu perlu dilakukan analisa secara menyeluruh mengenai
dampak negative perubahan tata kehidupan global menuju e-global yang
memberi impact secara langsung bagi kelestarian kearifan local Jawa
dengan mengkomparasikan antara dampak perkembangan teknologi
informasi terhadap kearifan local masyarakat Jawa.
Pada poin dampak negative pertama yaitu terjadinya culture
homogenization dimana budaya sudah menjadi hal yang universal dan
bahkan tidak lagi layak disebut sebagai budaya karena tidak memiliki
keunikan sebagai sebuah identitas diri. Dalam fase perubahan tata
kehidupan yang serba elektronik ini proses homogenisasi budaya sedang
terjadi dan menuju ke arah kekosongan budaya. Misalnya saja
perbandingan antara Gangnam Style yang mendunia dan popular di
kalangan remaja saat ini dengan Tari Jathilan (Kuda Lumping) dari
keariifan budaya local Jawa. Kondisi yang sangat timpang justru terjadi
ketika remaja sekarang lebih percaya diri dan ‗gaul’ ketika menari
Gangnam Style ketimbang memperagakan Tari Jathilan yang merupakan
warisan budaya nenek moyang. Dikhawatirkan pada suatu saat tidak hanya
pada tarian saja namun uniformasi sudut pandang juga mulai dibentuk
yang kemudian akan mempengaruhi pola tingkah laku dalam masyarakat.
Poin berikutnya adalah lunturnya nilai-nilai luhur masyarakat Jawa seperti
gotong royong, guyub dan saling tolong menolong. Esensi nilai luhur yang
ditunjukkan dalam berbagai tradisi jawa seperti, Tradisi lisan Getok Tular,
Jimpitan, Grebeg, Nyadran bahkan pada Permainan Tradisional Jawa akan
berangsur-angsur menghilang oleh karena perubahan tata kehidupan eglobal. Ki Hajar Dewantoro dalam tulisannya yang mengkritik Cipto
Mangoenkusumo (Ahmad Syafii Maarif.2009:50-51) mengatakan bahwa

19

bahasa dan bangsa adalah satu, dan bahwa tidak tepat membunuh satu
bahasa untuk memberi tempat pada bahasa asing yang baru. Hal ini
menunjukkan bahwa sejak dahulu proses pergeseran tata kehidupan
hamper menggerogoti tradisi lisan Indonesia khususnya masyarakat jawa.
Masyarakat akan menjadi individualistic, dan cenderung anti-sosial karena
perkembangan teknologi yang begitu pesat membuat mereka tidak bias
lepas dari zona nyaman bersama gadget mereka. Seakan-akan tidak
memerlukan lagi bantuan dari kerabat maupun orang lain di sekitarnya,
seperti yang dikatakan Albert Einstein.
Dari kedua poin vital yang mempengaruhi pola sosialisasi atau interaksi
social masyarakat jawa sudah menunjukkan gejala degradasi nilai-nilai
luhur bangsa yang terwujud dalam kearifan local masyarakatnya. Untuk
itu diperlukan suatu formulasi baru yang tujuannya untuk membendung
masuknya budaya-budaya dari luar yang mampu menghilangkan kearifan
local.
3.2
Analisa Hubungan Islam dengan Budaya Lokal Jawa dalam Interaksi
Sosial
Nurcholish Madjid mengatakan bahwa antara agama dan budaya tidaklah
dapat dipisahkan namun dapat dibedakan. Tetapi budaya sekalipun
berdasarkan atas agama akan berubah mengikuti waktu dan tempat
(Madjid.1992:117-118). Secara histori Islam datang ke Indonesia pada abad ke
VII Masehi dan hingga sekarang mampu bertahan dan berakulturasi dengan
kearifan local Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa Islam sebagai agama
rahmatalilalamin mampu beradaptasi dan berdialog dengan budaya, kebiasaan
dan cara berpikir penduduk Jawa yang saat itu masih dipengaruhi kebudayaan
Hindu Budha. Terlebih lagi banyak aspek dalam ajaran Islam yang bersifat
fleksibel dan universal sehingga dapat menerima nilai luhur kearifan local
yang selaras dengan ajaran Islam. Nilai-nilai Islam dapat melebur dan
terakulturasi bersama dengan nilai luhur kearifan local dikarenakan adanya
kesesuaian antara kedua nilai tersebut. Keselarasan itu sepatutnya
dipertahankan dan dijaga agar kearifan local mampu bertahan dari perubahan
tata kehidupan global yang semakin dinamis. Misalnya saja pada tradisi
Selametan atau tahlilan masih menjunjung nilai Islam yang selaras dengan
nilai kearifan local Jawa yang tidak individualis. Nilai kearifan local yang
dijunjung pada tradisi tersebut adalah adanya sikap saling tolong menolong
antar sesama manusia, demikian juga Islam mengajarkan demikian. Dalam
hadist nabi diriwayatkan, ―santunanmu pada yang lemah termasuk sedekah
yang paling afdhal‖. Hadist lain menyebutkan, ―Tolonglah saudaramu yang
berbuat zalim atau dizalimi. Jika dizalimi tolonglah dia. Jika berbuat zalim
cegahlah dia.‖ (M Faiz Al Math, 1994:102).

20

Tidak ada satupun umat atau kelompok yang mengabaikan unsur tolong
menolong kecuali jika mereka ingin menghancurkan symbol dan identitasnya
(Ahmad Abdul Raheem, 2001:166). Sikap tolong menolong dalam interaksi
social masyarakat merupakan tiang tegaknya umat, sebagai penyangga
peradaban dan pilar kehidupan pusat segala system. Apabila kita mencoba
merenungkan ayat-ayat Al Qur‘an terutama pada ayat yang diawali dengan
kalimat ―hai orang-orang yang beriman‖ akan jelas bahwa tolong menolong
dalam Islam menyerupai ruh dalam jasad dan diantara bentuk tolong
menolong dalam Islam adalah dalam bentuk materi.
Zainudin Ali dalam bukunya Pendidikan Agama Islam (2007:35-36)
mengatakan bahwa perilaku manusia dalam bermasyarakat telah diatur dalam
beberapa firman-Nya diantaranya adalah:
1. Q.S. Al Hujurat 49:10 tentang ukhuwah

Artinya:
Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah
supaya kamu mendapat rahmat. (QS. 49:10)
2. Q.S. Al Maidah 5:2 tentang Tolong menolong

21

Artinya:
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaNya (QS. 5:2)
3. Q.S. An Nisa 4:58 tentang bersikap adil

Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kalian untuk menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kalian—jika kalian
menetapkan hukum di antara manusia—untuk menetapkan hukum dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepada kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
(QS 4: 58)
4. Q.S. Ali Imran 3:159 tentang pemaaf

Artinya:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (Q.S. Ali-Imran: 159)

22

3.3

Islam dalam Upaya Mempertahankan Kearifan Lokal Jawa di tengah
Perubahan Tata Kehidupan Global
Dengan perubahan tata kehidupan global yang semakin gencar seperti
sekarang ini masyarakat Jawa tetap memegang teguh kearifan local dengan
segala keunikannya baik dari segi budaya, agama maupun pola kehidupannya.
Namun demikian pengaruh perubahan tata kehidupan global tersebut sedikit
demi sedikit mulai menggerus kearifan local tersebut terutama di kalangan
generasi mudanya. Saat ini banyak ditemukan generasi muda yang lupa akan
jati diri ke-Jawaanya begitu juga pengaruh keyakinan agama yang mereka
anut. Sedangkan perubahan tata kehidupan global saat ini sudah tidak dapat
dihindari lagi. Melihat dampaknya yang begitu besar terhadap kearifan local
dianggap perlu untuk memperkuat nilai luhur budaya Jawa. Dengan
memperkuat nilai-nilai Islam dalam tradisi Jawa yang masih selaras dengan
ajaran Islam diharapkan dapat membantu kearifan local Jawa tetap bertahan di
tengah dinamika perubahan tata kehidupan global. Islam sebagai agama yang
universal terbukti mampu mengatasi perubahan tata kehidupan global yang
terjadi sekarang ini. Nilai-nilai Islam dengan pedoman Al Quran dan Hadist
lebih mampu bertahan daripada nilai luhur kearifan local yang semakin
tergerus dan dipandang primitive oleh sebagian orang. Dengan akultuurasi
budaya seperti yang dilakukan wali songo pada jamannya, diharapkan dapat
meleburkan nilai-nilai Islam ke dalam nilai luhur kearifan local Jawa.
Konkretnya adalah dengan terus mempertahankan tradisi Islam Jawa seperti
tahlilan dan selametan diharapkan mampu menjaga nilai luhur kearifan local
Jawa. Dengan langkah-langkah seperti disebutkan di atas masyarakat Islam
Jawa tidak akan mudah terseret dalam arus perubahan tata kehidupan global
yang merusak kearifan lokalnya. Justru dengan nilai-nilai Islamnya
masyarakat Islam Jawa dapat mendayagunakan ajaran di dalamnya untuk
menjawab tantangan global tanpa harus kehilangan jati dirinya.
Sebuah hadis Nabi menjelaskan: ―Barangsiapa ingin dunia hendaknya
dengan ilmu, barangsiapa ingin akhirat dengan ilmu, baragsiapa ingin
keduanya hendaknya dengan ilmu.‖ Tanpa pegangan iman dalam nilai-nilai
luhur di dalamnya pola tata kehidupan global yang mulai bergeser ini mudah
membawa masyarakat terombang ambing dan menjadi terasing sehingga
menyebabkan runtuhnya kearifan local dan jati diri bangsa (Tarmizi
Taher,2004:143).

23

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Perubahan tata kehidupan global saat ini sudah tidak dapat dihindari lagi
mengingat dampaknya yang begitu besar terhadap kearifan local dianggap
perlu untuk memperkuat nilai luhur budaya Jawa. Dengan memperkuat nilainilai Islam dalam tradisi Jawa yang masih selaras dengan ajaran Islam
diharapkan dapat membantu kearifan local Jawa tetap bertahan di tengah
dinamika perubahan tata kehidupan global. Pemanfaatan teknologi informasi
yang sesuai kadarnya tanpa melupakan filterisasi terhadap budaya luar
seharusnya dilakukan. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut
kearifan local justru dapat diperkuat dan dilestarikan sehingga tidak satupun
generasi muda yang melupakan nilai-nilai luhur peninggalan nenek
moyangnya.
4.2 SARAN
Tentunya penulis bukan yang sempurna dalam penyusunan makalah ini, saran
kami harapkan dari pembaca untuk terus memperbarui cara berpikir kita
sebagai manusia.

24

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainudin, MA. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Alisjahbana, S. Takdir. 2007. Pemikiran Islam dalam Menghadapi Globalisasi dan
Masa Depan Umat Manusia. Jakarta: Dian Rakyat.
Al Math, Muhammad Faiz. 1994. Keistimewaan Islam. Jakarta: Gema Insani
Press.
Al Sayih, Ahmad Abdulraheem. 2001. Keutamaan Islam. Jakarta: Pustaka Azzam
Andi M Akhmar dan Syarifudin, 2007. Mengungkap kearifan lingkungan
Sulawesi Selatan, PPLH Regional Sulawesi, Maluku dan Papua, Kementrian
Negara Lingkungan Hidup RI dan Masagena Press: Makassar.
Burhanudin, Jajat. 2006. Mencetak Muslim Modern. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Francis Wahono, 2005. Pangan, Kearifan Lokal dan Keanekaragaman Hayati,
Penerbit Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas: Yogyakarta
Friedman, Thomas L. 2005. The World is Flat. Jakarta: Dian Rakyat.
Imadudin Abdulrahim, Muhammad. 2002. Islam system nilai terpadu. Jakarta:
Gema Insani Press.
Kadir, Abdul. 2003. Pengenalan Teknologi Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Keraf, S. A., 2002. Etika Lingkungan. Penerbit Buku Kompas: Jakarta.
Mulder, Niels. 1992. Individual and Society in Java; a cultural analysis.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Munawar Rachman, Budhy. 2013. Satu Menit pencerahan Nurcholis Madjid.
Buku Pertama A-C. Jakarta: Penerbit Paramadina
Mundzirin Yusuf, dkk, 2005. Pokja Akademik Islam dan Budaya Lokal.
Yogyakarta.

25

Rahardjo, Turnomo, dkk. 2012. Literasi Media dan kearifan Lokal. Jakarta: Suka
Buku.
Rahmat, M. Imdadun. 2003. Islam Pribumi: Mendialogkan Agama Membaca
realitas. Jakarta: Erlangga
Solikhin, Muhammad. 2010. Ritual dan Tradisi Islam Jawa. Jakarta: Narasi.
Stanis, Stefanus. 2007. Pengelolaan Sumberdaya pesisir dan laut melalui
pemberdayaan kearifan local di Kabupaten lembata Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Jurnal Pasir laut.
Sukri, Sri Suhandjati. 2004. Ijtihad Progresif Yasadipura II. Yogyakarta: Gama
Media.
Surono. 200