BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) Pada Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Tuntangkabupaten Semarang

  

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Gambaran Umum Kecamatan Tuntang Daerah penelitian sesuai dengan perencanaan

  penulisan, berada di Kabupaten Semarang, tepatnya pada Kecamatan Tuntang. Dengan peta wilayah seperti gambar di bawah ini.

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kecamatan TuntangGambar 1.1 diatas menunjukan peta wilayah

  Kecamatan Tuntang di Kabupaten Semarang terdiri atas enam belas desa dan kelurahan. Kecamatan ini terbagi atas enam belas desa antara lain : Kalibeji, Gedangan, Sraten, Rowosari, Jombor, Candirejo, Kesongo, Watuagung, Lopait, Tuntang, Delik, Tlogo, Karangtengah, Karanganyar, Tlompakan, dan Ngajaran.

  Dengan mengacu pada gambar tersebut maka yang menjadi lokasi penelitian penulis dari ke enam belas desa di atas adalah SD Tlogo 01 yang berada di Desa Tlogo, SD Karang Tengah 01 yang berada di Desa Karang Tengah, SD Tlompakan 01 yang berada di Desa Tlompakan dan SD Ngajaran 03 yang berada di Desa Ngajaran.

  2. Gambaran Lokasi Penelitian

  Sesuai dengan uraian gambaran umum daerah penelitian yang telah disebutkan sebelumnya pada bab ini. Dengan demikian sesuai persoalan penelitian, penulis memilih empat sekolah dasar negeri di Kecamatan Tuntang untuk dijadikan tempat atau lokasi penelitian. Hal ini didasari oleh gugus atau kelompok kerja guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) di beberapa sekolah dasar Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Ke empat Sekolah dasar tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.1 Lokasi Penelitian Jenis Alamat / No. Nama Sekolah Dasar Sekolah kecamatan Dasar

  

1 SD Tlogo Negeri Desa Tlogo,

Kecamatan Tuntang

  

2 SD Karang Tengah 01 Negeri Jl. Macanan

Tlogo, Desa Karang Tengah, Kecamatan Tuntang

  3 SD Tlompakan 01 Negeri Desa Tuntang, Kecamatan Tuntang

  4 SD Ngajaran 03 Negeri Desa Ngajaran, Kecamatan Tuntang

Tabel 4.1. : Lokasi Penelitian

  Data pada tabel 4.1 menjelaskan tentang lokasi sekolah di empat desa atau kelurahan dimana penulis melakukan penelitian yakni Sekolah Dasar Negeri Tlogo, Karangtengah 01, Tlompakan 01 dan Ngajaran 03 dengan bertempat pada Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.

  a.

  Sumber Data Penelitian Penelitian dilakukan melalui teknik observasi, wawancara dan kuesioner. Tahap pendahuluan yang dilakukan penulis adalah melakukan studi lapangan dengan pengamatan langsung ke kelas PAK dari guru responden dan pertemuan dengan para guru PAK pada Gugus atau Kelompok Kerja Guru PAK.

  Dalam hasil penelitian, sesuai dengan prosedur penelitian, penulis melakukan studi pendahuluan dengan para guru PAK di Lokasi Penelitian, dan dapat dikatakan Secara keseluruhan responden guru PAK dalam penelitian telah berlangsung berjumlah empat orang berdasarkan gugus atau Kelompok Kerja Guru (KKG) mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen. Data responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Data Guru PAK

  No Nama Guru Sekolah Dasar Tempat

Mengajar

Mengajar Mata

  Pelajaran

  1. Sumaedi SD Negeri Tlogo Pendidikan Agama Kristen

  2. Sulastri SD Negeri Karang Tengah

  01 Pendidikan Agama Kristen

  3. Turyanti SD Negeri Tlompakan 01 Pendidikan Agama Kristen

  4. Paini SD Negeri

Ngajaran 03

Pendidikan Agama Kristen

Tabel 4.2 : Responden Guru PAK SDTabel 4.2 diatas menunjukan data guru PAK pada objek penelitian pada empat sekolah di kecamatan Tuntang, kabupaten Semarang. Dengan masing-masing sekolah dasar terdapat satu guru Pendidikan Agama Kristen (PAK).

B. Analisa Data dan Pembahasan

  Pada tahap ini akan dibahas analisa data dan pembahasan sesuai prosedur penelitian dan pengembangan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya.

  Data ini dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk melihat secara objektif kondisi real dalam pembelajaran di kelas, tentang proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen yang berlangsung di beberapa sekolah pada Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.

  Terhadap persoalan ini, maka penulis melakukan sebuah studi awal di lapangan atau studi pendahuluan untuk menemukan hasil penelitian terkait dengan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Dalam studi pendahuluan, penulis menemukan hal-hal sebagai berikut.

1. Pendidikan Agama Kristen

  Pengetahuan tentang Pendidikan Agama Kristen (PAK) sebagai mata pelajaran bagi para guru PAK di daerah penelitian penulis yaitu, bagi Guru PAK di SD Tlogo, Tlompakan 01, Ngajaran 03 dan Karang Tengah 01 adalah mata pelajaran tentang nilai-nilai kekristenan, berisi tentang Fiman Tuhan, menekankan tentang tingkah laku, perbuatan dan kepercayaan seseorang dan PAK bukan sekedar pelajaran untuk mendapatkan nilai raport tapi lebih dalam dari itu yaitu membawa siswa menuju ke kedewasaan sesuai dengan iman Kristen, nilai-nilai kristiani.

  Dengan demikian dapat dikatakan penulis yaitu pembelajaran Pendidikan Agama Kristen mengajarkan para siswa tentang pengenalan Allah dalam diri Yesus Kristus, berlandaskan Firman Allah dan membentuk siswa untuk bertumbuh dalam kedewasaan iman. Dengan demikian disampaikan oleh para guru PAK di Kecamatan Tuntang bahwa pendidikan agama Kristen bertujuan agar nilai-nilai Kristen tertanam pada anak atau dapat mencontohi perilaku Yesus dalam kehidupannya, serupa dengan pendapat Guru PAK pada SD Ngajaran 03 yaitu supaya siswa dapat mengenal Yesus lebih jelas dan supaya mengetahui siapakah Yesus itu, dan ditambahkan oleh Guru PAK SD Tlompakan 01 dan Karang Tengah 01 bahwa untuk mengenal Juru Selamat dan meneladaninya, kemudian bagi Guru PAK Karang Tengah 01 bahwa PAK tidak hanya untuk mendapatkan nilai raport juga memperdalam iman percayanya pada Tuhan Yesus, sehingga dapat mengasihi sesama dan alam ciptaan.

  Dengan demikian maka bagi penulis pembelajaran Pendidikan Agama Kristen sangat penting bagi para siswa karena selain membangun pengenalan mereka akan Tuhan Yesus Sang Juruselamat juga membuat anak didik bisa membentuk diri mereka agar bisa menanamkan hal- hal yang baik kepada sesama dan alam ciptaan.

2. Faktor-faktor Dalam Proses Pembelajaran PAK

  Dalam mengajar PAK para guru dituntut agar dapat mengatur proses pembelajaran dengan seefektif mungkin. Karena hasil belajar siswa ditentukan oleh proses pembelajaran dan keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itu dapat diuraikan sesuai dengan penelitian pembelajaran PAK di empat Sekolah Dasar, Pada Kecamatan Tuntang sebagai Berikut.

  a.

  Guru Guru merupakan ujung tombak dalam sebuah proses pembelajaran. Baik buruknya sebuah proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Ada beberapa hal tentang guru PAK yang ditemukan dalam penelitian. i.

  Kemampuan Guru PAK Kemampuan guru merupakan fakor pertama yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Terkait dengan hal ini dari hasil penelitian ditemukan para Guru semampu mereka merancang media pembelajaran sendiri. Walaupun kurangnya media baik buku dan sarana penunjang dalam mengajar tetapi mereka berusaha untuk menyiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan dengan materi. Seperti diungkapkan oleh salah satu guru PAK di SD Karang Tengah 01, ketika dalam mengajar misalnya tentang Peperangan antara Daud dan Goliath, kami mengajarkan anak dengan membuat kartapel. Hal ini senada dengan Guru PAK di SD Tlompakan 01, kemudian ada Perahu nuh juga, kami mengajarkan anak dalam membuat perahu, dan guru menyiapkan baskom isi air dan dipraktekan anak. Hal-hal tertentu guru bisa menyiapkan dan anak juga bisa mempraktekan sendiri agar materi tentang Firman Allah dalam Alkitab bisa dimengerti oleh anak.

  Mengenai kemampuan yang harus dimiliki oleh Guru PAK, maka penulis setuju dengan peran seperti demikian. Sebab pengalaman mengajar menjadi indikator empirik, hal ini dengan melihat pada tingkat keterampilan guru dalam mengajar. Asumsinya semakin lama mereka mengajar, semakin menguasai materi dan dapat menggunakan metode pembelajaran secara baik. Karena itu dapat dikatakan penguasaan materi adalah hasil bentukan pengalaman mengajar. Ini dikarenakan setiap materi yang diajarkan pada suatu semester akan diulangi pada semester berikutnya. Pengulangan terus menerus bagi mereka dapat menumbuhkan pemahaman yang baru dan guru mampu merancang sebuah pembelajaran yang baik. Tetapi dirasakan bahwa ada guru juga yang tidak berusaha untuk mengembangkan kemampuan mengajar mereka dengan alasan karena sudah tua. ii.

  Sikap Profesional Mengenai sikap professional seorang guru ditemukan dalam penelitian bahwa, ada kesan guru sudah tua. Karena usia mereka sudah di atas 45 Ini diungkapkan oleh semua guru PAK dimana peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan gugus atau kelompok keja guru PAK di setiap sekolah lokasi penelitian. Kondisi tersebut disebabkan beberapa faktor seperti alasan usia yang sudah tua, kurang kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran yang berkompetensi serta masih menggunakan lebih banyak teknik ceramah.

  Penulis tidak setuju dengan alasan usia dan sikap pasif yang dikemukakan oleh guru PAK dalam menjelaskan kekurangan dirinya. Guru PAK yang telah memiliki kesempatan mengajar seharusnya bisa mengembangkan diri dalam merespon dunia pendidikan yang senantiasa mengalami perubahan dan kemajuan. Seorang pendidik seharusnya tidak berhenti belajar. Dia harus terus menerus memperdalam atau mencari informasi baru mengenai keberadaan peserta didik yang diajar, mengenai cara atau model pengajaran yang menarik dan relevan. Disamping kemampuan untuk merancangkan pembelajaran juga bagi penulis sebagai pengajar senantiasa mempersiapkan pengajaran dengan baik, namun disamping itu guru juga harus menjadi seorang pembelajar yang berkompeten selalu memperdalam pengetahuannya dalam bidang pengajaran yang ditekuni. Dalam hubungannya dengan peran yang dilaksanakan oleh guru PAK, kedua peran tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengetahuan dan kompetensi guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. iii.

  Latar belakang pendidikan dan mengajar guru Mengingat pentingnya Pendidikan Agama

  Kristen dalam lembaga Pendidikan Fomal (Sekolah) dalam penelitian ditemukan bahwa rata-rata guru PAK pada SD Kecamatan Tuntang Kabupaten berasal dari latar belakang pendidikan jenjang Strata 1 (S1). Hal ini dapat ditunjukan dalam tabel 4.3 dibawah ini.

Tabel 4.3 Data Kualifikasi Kependidikan Kualifikasi No. Nama Guru Asal Sekolah Pendidikan

  1 Sulastri S1 PAK SD Negeri Karang Tengah 01

  

2 Turyanti S1 PAK SD Negeri

Tlompakan 01

  3 Paini S1 PAK SD Negeri Ngajaran

  03

  4 Sumaedi S1 PAK SD Negeri Tlogo

Tabel 4.3 : Responden Guru PAK SD Kecamatan Tuntang

  Berdasarkan data pada Tabel 4.3 tampak bahwa kondisi rill guru PAK SD di Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang ditinjau dari kualifikasi pendidikan yakni rata-rata adalah Strata satu (S1), ini menandakan bahwa sebagai guru yang berasal dari jenjang pendidikan S1 merupakan potensi sumber daya manusia yang baik untuk meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di SD Kecamatan Tuntang.

  Potensi kualifikasi Pendidikan oleh setiap guru PAK ini ditemukan bahwa walaupun masing-masing guru PAK pada SD Kecamatan Tuntang rata-rata berasal dari latar belakang pendidikan yang baik, tetapi masih kedapatan memiliki kemampuan pengajaran yang lemah. Padahal dengan latar belakang pendidikan yang tinggi akan memungkinkan guru memiliki pandangan wawasan yang luas dalam mendesain proses pembelajaran. Ini yang akan mempengaruhi mutu pembelajaran pendidikan Agama Kristen.

  Kemudian dalam melangsungkan proses pembelajaran juga ditemukan beberapa hal terkait dengan pengelolaan proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen sebagai berikut:

  Terkait dengan penelitian pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di Kecamatan Tuntang terkhususnya empat sekolah yang diteliti. Sesuai pada tabel 4.3 telah dibahas tentang kualifikasi pendidikan guru PAK pada SD Kecamatan Tuntang.

  Dapat ditambahkan juga dalam merencanakan pembelajaran yang baik guru perlu melakukan rencana yang meliputi tujuan, materi, metode dan penggunaan media dalam pembelajaran. Ditemukan bahwa Perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen pada SD Negeri Kecamatan Tuntang yaitu guru membuat alokasi waktu analisis KKM, silabus, program tahunan, program evaluasi, soal- soal evaluasi, program perbaikan dan pengayaan serta soal-soalnya, Rencana Harian (RH), RH sebelum mengajar, mengajar tuntas. Semuanya ini bagi guru terkhususnya diungkapkan oleh Guru PAK di SD Ngajaran 03 adalah untuk mengajak siswa ke jalan yang benar.

  Secara umum kerangka rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru PAK di SD Negeri Kecamatan Tuntang telah dirumuskan atas dasar pertimbangan yang matang. Hal ini bisa dicermati dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah memenuhi ketentuan dan standar minimal yang ditetapkan oleh BSNP.

  Terkait dengan perencanaan saat wawancara dengan Kelompok Kerja Guru PAK di Kecamatan Tuntang, mereka mengatakan bahwa dalam perencanaan pembelajaran, RPP sudah dituntut harus ada setiap guru sebelum melakukan pengajaran, RPP sudah dipersiapkan jauh sebelumnya karena juga termasuk tuntutan memang harus ada dan harus mempunyai.

  Persiapan yang matang dari seorang guru sangatlah penting, untuk mengefektifkan proses pembelajaran. Guru harus tahu dan paham persiapan dan metode, serta baik atau buruknya metode tersebut. Persiapan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yakni persiapan tertulis dan persiapan tidak tertulis. Persiapan tertulis meliputi mempersiapkan rencana pembelajaran yang di dalamnya terdapat Scenario pembelajaran yang sesuai dengan metode-metode yang digunakan untuk menyampaikan materi, mempersiapkan bahan atau materi ajar dalam bentuk segmentasi teks atau tugas yang disesuaikan dengan silabus, persiapan sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran PAK yang sesuai dengan materi. Sedangkan persiapan tidak tertulis meliputi persiapan mental, penguasaan bahan dan lain sebagainya. Guru PAK dituntut untuk merencanakan pembelajaran agar proses pelaksanaan pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

  Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan salah satu Guru PAK di SD Karang Tengah 01, beliau mengatakan bahwa

  “Pelaksanaan pembelajaran di sekolah selalu melihat dari pembelajaran RPP, tidak bisa dipisahkan antara perencanaan dan pela ksanaan” Pelaksanaan pembelajaran PAK di SD Negeri Kecamatan Tuntang diampuh oleh Guru PAK. Sedangkan untuk alokasi waktu pembelajaran PAK adalah 4 (empat) jam yaitu 3 (tiga) jam untuk PAK dan 1 (satu) jam untuk Budi Pekerti. Setiap jam terdiri dari 35 menit. Atau ditambakan oleh guru PAK SD Karang Tengah 01 yaitu tiap kelas 1 (satu) kali pertemuan itu 3 (tiga) jam pelajaran PAK ditambah 1 (satu) jam budi pekerti jadi setiap kelas ada 4 (empat) jam pelajaran, 1 (satu) minggu sama dengan 6 (enam) kali 4 (empat) jam pelajaran menjadi 24 (dua puluh empat) jam pelajaran. Tetapi dirasakan waktu yang tersedia tidak cukup memadai. Selain persiapan guru yang berkaitan dengan materi, pelaksanaan pembelajaran PAK di SD Negeri Kecamatan Tuntang juga memperhatikan pendekatan, media dan metode yang dipakai.

  Kemudian ditemukan juga dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen, para guru PAK menegaskan dalam pelaksanaan pembelajaran dikembangkan dengan memiliki tujuan, isi, kurikulum dan metode sebagai berikut: a)

  Tujuan (i)

  Agar materi yang diberikan oleh para guru PAK semakin berbobot bahkan semakin baik diterima oleh para siswa.

  (ii) Membina dan membentuk moral para siswa secara rohani dalam mengenal Yesus

  Kristus. (iii)

  Supaya nilai-nilai kristiani tertanam pada anak dengan kuat. (iv)

  Memperdalam iman percaya para siswa pada Tuhan Yesus sehingga dapat mengasihi sesama dan alam ciptaan Tuhan b)

  Kurikulum (i)

  Gereja (ii)

  Firman (iii)

  Konteks

  c) Metode

  Metode yang biasanya dipakai dalam pembelajaran PAK adalah Cerita, Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi, Pemberian Tugas dan Demostrasi

  Penulis menganalisa bahwa metode penerapan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen yang dilakukan oleh setiap guru berbeda-beda sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Namun meskipun dengan konsep yang berbeda, menurut penulis pada dasarnya guru PAK ingin memperkenalkan peserta didik kepada iman kristiani dalam perbuatan yang nyata setiap hari. Baik belajar memimpin doa bersama, menjaga nilai-nilai kebenaran kristiani dalam perbuatan nyata setiap hari. Baik belajar memimpin doa bersama, menjaga nilai kebenaran kristiani, kemampuan meceritakan kisah Alkitab bahkan mengubah sikap peserta didik

  Kemudian dalam pembelajaran ditemukan juga keberhasilan suatu proses pembelajaran diukur dari evaluasi yang telah dilakukan terhadap semua komponen pembelajaran. Evaluasi pembelajaran PAK yang dilakukan berupa penilaian formatif, dimana, ukuran keberhasilan siswa dinilai baik secara angka, partisipasi maupun sikap. Baik mengenai materi yang sudah disampaikan, tutur kata dan rajin beribadah

  Mengenai dengan penilaian guru PAK terhadap peserta didik, angka yang diperoleh siswa pada umumnya antara 60 sampai 65 Angka pencapaian siswa ini menunjukan bahwa mata pelajaran PAK dapat dipahami siswa dengan cukup baik. Penilaian yang dilakukan tidak hanya semata-mata pada tugas-tugas yang diberikan oleh guru PAK, tetapi penilaian sikap anak didik.

  Evaluasi pembelajaran yang dilakukan adalah evaluasi atau penilaian formatif, dimana guru menilai secara keseluruhan dari pribadi siswa. Baik itu penilaian secara angka, respon kreatif dan sikap. Hal ini yang dinilai bukan hanya masalah kognitif siswa, melainkan apakah penguasaan terhadap materi pembelajaran dapat ditampilkan dalam perbuatan nyata.

  Secara keseluruhan evaluasi pengajaran dilakukan pada sebelum semester usai. Dimana guru mengumpulkan dan mengolah data siswa yang bersumber dari tugas, hasil tes, penilaian sikap dan yang lainnya untuk dibuat menjadi sebuah penilaian. Penilaian juga tidak terlepas dari pengamatan guru terhadap siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.

  Evaluasi pengajaran yang dilakukan adalah teknik penugasan, teknik tes tertulis dan penilaian sikap, bentuk instrumen teknik tes penugasan adalah tugas mandiri. Dan tugas kelompok sedangkan bentuk instrumen teknik tes tertulis adalah tes uraian. Penugasan biasanya dilakukan langsung setelah mata pelajaran berakhir, tetapi tes tertulis berupa ulangan dilakukan setelah materi pelajaran disampaikan. Penilaian terhadap siswa dilakukan 3 (tiga) aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Namun sebagian besar responden hanya menyebutkan contoh- contoh penilaian aspek kognitif dan psikomotorik, sedangkan penilaian aspek afektif dan psikomotorik saling tumpang tindih.

  Beberapa bentuk evaluasi serta penilaian siswa yang disebutkan adalah sebagai berikut: 1) Penilaian penguasaan konsep teori (aspek kognitif) dilakukan dalam bentuk tes tertulis maupun lisan (Tanya jawab, diskusi); 2) Penilaian sikap murid (aspek afektif) terhadap teman dan guru di sekolah; 3) Penilaian tugas-tugas atau pekerjaan rumah penilaian (aspek psikomotorik); 4) Absensi kegiatan ibadah ibadah dan absensi kelas agama. Kemudian Bentuk penilaian mandiri lainnya dari hasil prakarya peserta didik yaitu berupa pembuatan pembatas alkitab, menulis puisi dan hafalan Doa Bapa Kami dan Ayat Alkitab.

  d) Sarana Belajar

  Mengenai sarana belajar dalam pembelajaran PAK. Ada beberapa hal yang ditemukan dalam penelitian. i.

  Ruang Kelas Ada beberapa sekolah yang belum menyediakan prasarana ruang khusus untuk jam pelajaran agama Kristen, seperti di SD Tlogo dan SD Ngajaran 03. Dalam penelitian ditemukan bahwa ketersediaan sarana bagi guru PAK di SD Tlogo 01 dan Ngajaran 03 sangat memprihatikan. Di SD Tlogo 01 dikatakan oleh Pak Meidy sebagai pengajar PAK bahwa tidak ada ruangan mengajar, sehingga biasanya menggabungkan tiga kelas sekali mengajar dari kelas 1 sampai kelas 3. Hal ini dirasakan juga oleh Ibu Paini selaku pengajar PAK di SD Ngajaran 03 bahwa tempat pembelajaran yang tidak disediakan sehingga waktu pembelajaran sering berpindah- pindah mencari tempat yang nyaman, kadang pembelajaran berlangsung di Ruang Guru, Koperasi dan di halaman sekolah. Ketika akan melaksanakan pembelajaran. Ketika mengajar harus mencari-cari ruangan yang kira-kira dapat dipakai sehingga kondisi ini menyita waktu jam pelajaran yang sebenarnya. Kadang kala jika tidak ada satupun ruangan yang dapat dipakai pembelajaran dilaksanakan diluar ruangan (out

  

door) dimana guru dan murid belum tentu

  mempersiapkan diri dengan situasi belajar yang demikian.

  Meninjau hal ini, penulis menganalisis kondisi pembelajaran terkhususnya sarana penunjang dalam mengajar PAK sangat memprihatinkan. Padahal keberhasilan implementasi penerapan pembelajaran atau mutu pembelajaran juga dipengaruhi oleh ketersediaan sarana belajar. Kemudian daya serap anak dalam belajar itu ditentukan oleh tingkatan usia mereka. Ketika siswa secara bersamaan diposisikan ada dalam satu kelas dengan tingkatan umur yang berbeda dan materi yang berbeda maka dapat menyebabkan siswa tidak dapat belajar atau memperoses pengetahuan dengan baik. ii.

  Media dan Sumber Belajar Media pembelajaran diartikan sebagai sesuatu yang dapat di gunakan untuk menyampaikan materi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang baik. Adapun media yang digunakan oleh guru PAK di SD Negeri Kecamatan Tuntang adalah sebagai berikut ada yang masih menggunakan Kapur dan ada yang sudah menggunakan spidol (White Board).

  Media ini digunakan dalam menyampaikan materi-materi PAK di kelas. Dengan menggunakan media yang ada berarti memberikan pengalaman belajar kepada siswa mulai dari sesuatu yang abstrak menuju kepada yang konkrit. Akan tetapi tidak selamanya media pembelajaran tersebut dapat digunakan secara tepat untuk berbagai situasi. Seorang guru benar-benar dituntut untuk mampu dan jeli memilih media pembelajaran agar supaya pembelajaran bisa dilakukan seefektif mungkin.

  Mengenai media dan sumber belajar dalam pembelajaran PAK ditemukan juga pada SD Tlogo

  01 terkhususnya dalam pengajaran PAK tidak ada buku pegangan murid. Hal ini juga dirasakan di SD Ngajaran 03 yang mana buku tidak lengkap dan harus usaha sendiri. Sementara untuk Guru PAK pada SD Karang Tengah dan Tlompakan 01 tidak ada masalah dalam ketersediaan media dan sumber belajar. Guru tidak memaksakan murid untuk membeli buku paket terbaru tapi buku pelajaran dengan standar kurikulum terbaru, sumbernya dari buku wajib Kementerian Agama terbitan BPK Gunung Mulia, Buku PAK terbitan Andi, LKS Terbitan BPK Gunung Mulia dan LKS Jamrut dari Solo menjadi pegangan guru dan kami mengopynya ke anak sesuai pembelajaran agar anak mempelajarinya nanti setelah pulang kerumah. Selain buku pegangan PAK juga ada sumber belajar lainnya selain Alkitab sebagai sumber pegangan hidup, Konkordansi Alkitab dan Alkitab Penuntun Sumber berkelimpahan.

  Dari hasil penelitian diatas penulis menganalisa bahwa cara guru dalam menjembatani kekurangan sumber belajar sangat berbeda-beda. Terkait dengan kurangnya tersedianya sumber belajar inipun akan mempengaruhi siswa dalam belajar. Sekalipun demikian ada buku milik guru sendiri sebagai penunjang pembelajaran yang disesuaikan dengan standar kompetensi sesuai kurikulum yang sudah ditetapkan. iii.

  Lingkungan Belajar Mengenai lingkungan belajar, ditemukan bahwa kurangnya kerja sama antara guru PAK dengan pemimpin sekolah. Seperti dikatakan oleh Ibu Sulastri sebagai guru PAK di SD Karang Tengah 01 bahwa memang dulu waktu masa kepemimpinan sekolah yang dulu kerja sama kami baik sebagai terkhusunya guru mata pelajaran PAK dan kepala sekolah. Mungkin karena dulu Kepala sekolahnya beragama Kristen, tetapi dengan adanya pergantian kepala sekolah yang baru ini dalam hal ini non kristiani membuat kurang kerja sama yang baik. Ini dirasakan sama oleh Ibu Paini selaku Guru PAK di SD Ngajaran 03 yang berimbas pada tidak adanya ruangan tetap terkhususnya bagi mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen.

  Bagi para guru PAK di SD penelitian penulis ditemukan bahwa para guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif dalam mendukung pembelajaran PAK antara lain menciptakan tata tertib sekolah dalam rangka meningkatkan akhlak peserta didik sebagai berikut : Kewajiban mengucapkan salam antara sesama teman dengan kepala sekolah, peserta didik serta karyawan sekolah apabila baru bertemu pada pagi hari atau mau berpisah pada siang hari, Berdoa sebelum dan sesudah pengajaran, Kewajiban untuk menciptakan suasana aman, bersih, indah, tertib, kekeluargaan dan rindang dilingkungan sekolah dan sekitarnya, Kewajiban siswa menghindari rasa dan sikap permusuhan, perselisihan, dan pertengkaran antara sesame serta meningkatkan sikap disiplin, Peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan lainya berpakaian sesuai ketentuan yang ada.

  Sesuai dengan lingkungan belajar di atas, penulis menganalisa bahwa walaupun dipimpin oleh Kepala Sekolah yang non Kristen yang tidak ada hubungan kerja sama yang begitu baik, tetapi cara guru PAK dalam menciptakan kondisi pembelajaran dalam sekolah menutupi kesenjangan yang ada, dan dikatakan baik.

  e) Siswa

  Terkait dengan siswa dalam pembelajaran di sekolah penelitian penulis ditemukan bahwa karakteristik siswa heterogen dipengaruhi oleh latar belakang budaya, agama serta kehidupan agama masing-masing. Ini nampak dalam pola tingkah laku sehari-hari juga minatnya untuk mengikuti proses pembelajaran.

  Rata-rata sekolah dasar di Kecamatan Tuntang, guru mengajar dengan jumlah murid yang tidak sama. Ditemukan bahwa jumlah siswa sangat sedikit setiap kelas I (satu) hanya terdiri dari 1 (satu) siswa, contohnya pada kelas I (satu). Sementara kelas II dan seterusnya bisa satu bahkan kurang lebih 5 (lima) siswa.

  Maka bagi jumlah murid yang terlalu sedikit menjadi masalah dan mengajar dengan jumlah murid terlalu banyak juga masalah karena kapasitas kelas dianggap tidak proposional. Sementara guru yang mengajar dengan jumlah murid sedikit mengalami kendala kesulitan mengembangkan strategi metode pembelajaran yang variatif. Maka menghadapi keadaan kelas yang seperti ini guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab. Sedangkan mengajar dengan jumlah murid terlalu banyak guru mengalami kesulitan untuk menfasilitasi kebutuhan dan kompetensi seluruh peserta didiknya. Seperti contohnya Pa Meidy pada SD Tlogo 01 dalam mengajar PAK karena terlalu sedikitnya murid dan tidak adanya ruangan belajar maka sekali mengajar menggabungkan 3 (tiga) kelas dalam sekali tatap muka yaitu siswa kelas 1 (satu) sampai 3 (tiga), karena cakupannya tidak sesuai dengan perkembangan yang seharusnya maka pembelajaran tidak berjalan dengan baik. Kelas menjadi gaduh, murid di ajak bernyanyi sebahagian besar ada yang saling melempar dan main dengan teman sebelahnya. Hal ini membuat Pa Meidy Guru PAK di SD Tlogo 01 merasa tidak bisa memenuhi tujuan pembelajaran dengan efektif.

  Ada juga guru PAK yang karena jumlah murid yang sedikit dan tersedianya ruangan belajar khusus Mata Pelajaran PAK maka diajarkan dengan tenang malah disebut dengan private.

  Para siswa ini dibina dan dibimbing untuk memberitakan karya kasih Allah di tengah dunia. Mereka adalah anak dalam usia jenjang sekolah 6 (enam) sampai 12 (dua belas tahun). Terkait dengan penelitian ini, maka penulis menganalisa bahwa para siswa masih berada dalam masa pertumbuhan, sebab itu adanya rasa saling membutuhkan untuk dibina dan dibimbing.

  Sebagian guru PAK telah melaksanakan tanggung jawabnya dalam membelajarkan peserta didiknya, Dalam wawancara dan observasi partisipan yang dilakukan, maka guru PAK pada ke empat sekolah dasar kecamatan tuntang selalu mengaplikasikan materi PAK ke perbuatan sehari-hari para siswa. Dalam konsep pengajaran Pendidikan Agama Kristen dipahami oleh sebagian besar pengajar sebagai respon nyata para siswa pada materi pembelajaran yang telah dipelajari. Para siswa diberikan pemahaman bahkan tugas-tugas, untuk melakukan perbuatan-perbuatan seorang Kristen yang telah mereka pelajari dari guru disekolah. Menurut penulis, hanya sebagian pengajar PAK Sekolah Dasar yang memahami dengan baik konsep pembelajaran yang harus dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Pengajar PAK seperti di Karang Tengah 01 dan Tlompakan 01 memberikan pemahaman yang mendalam kepada para murid seperti tata cara yang baik ketika bersekutu bersama Tuhan, bersikap mengasihi sesama, melatih berdoa dan membuka Alkitab. Ini menandakan bagi penulis dalam pembelajaran PAK harus didukung dengan perbuatan nyata, salah satunya kemampuan memimpin doa. Dimana mengajar anak untuk mengenal Allah yang menunjukan kasihNya melalui perlindungan. Dapat dipelajari dari buku-buku yang berisi cerita-cerita Alkitab. Namun, agar para murid menemukan sendiri makna perlindungan Tuhan tersebut, mereka dilatih untuk memanjatkan permohonan dalam doa. Sehingga mereka terbiasa berkomunikasi dengan Tuhan Yesus Kristus sebagai pelindung setiap harinya.

  Kemudian ditambahkan oleh Bapak Guru PAK di SD Tlogo 01 juga diterapkan seperti mengurangi kebiasaan buruk yang sering sekali terjadi dalam lingkungan masyarakat bahkan sekolah, yaitu kecenderungan menghakimi orang lain. Karena dalam pembelajaran PAK memberikan pemahaman bahwa sebagai umat Kristen, para siswa harus bersikap bahkan mempertahankan nilai-nilai kebenaran kristiani yang mereka pelajari. Sering kali masyarakat kita cenderung menghakimi orang lain yang berbuat kesalahan. Mulai dari melakukan kekerasan psikologis maupun secara fisik. Dalam pembelajaran PAK, para siswa ditanamkan sikap kristiani yang penuh kasih. Hal ini bertujuan agar mereka dapat menentukan bahkan melakukan sikap yang benar sebagai seorang Kristen ketika berada dalam kondisi tersebut.

  Keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran PAK yang telah dipaparkan sebelumnya di SD Tlogo 01 dan Ngajaran 03 tidak kemudian membuat para guru itu kehilangan semangat mengajar. Tetapi mereka mengusahakan agar para siswa tidak hanya menerima pelajaran di sekolah. Tetapi memberikan tugas bagi para siswa untuk mengikuti ibadah sekolah minggu dan melaporkan kegiatan yang mereka lakukan pada saat kebaktian, terutama di sekolah minggu. Tujuan utamanya adalah untuk melatih para siswa memahami makna dari pelajaran mengenai bentuk persekutuan kekristenan.

  Pengadaan media dan alat peraga pembelajaran PAK yang terbatas di sekolah dilakukan dengan mengembangkan metode belajar yang aktif dan kreatif. Yakni memberi tugas untuk membaca Alkitab di rumah. Kemudian setiap kali pertemuan di kelas PAK, para siswa diberikan kesempatan untuk menceritakan kembali kisah atau tokoh yang mereka baca dari Alkitab tersebut. Ini diterapkan dengan tujuan agar dapat membantu meningkatkan pemahaman para siswa dalam mengenal Tuhan melalui Alkitab. Hal tersebut terbukti dari laporan orang tua tentang para siswa yang selalu terpacu untuk membaca Alkitab di rumah meski tanpa ditugaskan.

  Kemudian dirasakan oleh guru dalam belajar bahwa ketidaktersedianya sarana dan media pembelajaran bagi para siswa mengakibatkan menjadi kendala dalam mengajar. Sehingga metode yang selalu dipakai guru adalah adalah metode cerita, diskusi, Tanya cawab, ceramah dan demonstrasi.

  Dengan demikian maka, dalam menganalisis hal ini bagi penulis kurang setuju dengan metode yang dipakai guru PAK di SD penelitian penulis hanyalah satu arah atau lebih berpusat pada guru. Sehingga model pembelajaran seperti ini membuat siswa hanya menjadi penerima pasif. Model pembelajaran ini lebih mengutamakan hasil daripada proses. Padahal dalam pembelajaran PAK lebih berpusat pada Alkitab, bagaimana mungkin anak dapat memahami cerita tentang kisah-kisah di Alkitab karena dengan memakai pembelajaran satu arah. Hal ini mengakibatkan dalam pembelajaran PAK anak menjadi jenuh. Karena guru PAK hanya menginginkan hasil yang dicapai daripada proses maka sebagian besar siswa memperoleh nilai dengan remidi atau perbaikan. Karena rata-rata tidak mencukupi nilai sesuai KKM 70.

  Hal ini dapat digambarkan dalam tabel hasil belajar sebagai berikut :

Tabel 4.4 Tabel Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen SD Negeri Tlogo 01, Kecamatan Tuntang

  Tahun Nilai Kategori akademik tertinggi 2010/2011

  60 Tidak Tuntas 2011/2012

  61 Tidak Tuntas 2012/2013

  65 Tidak Tuntas 2013/2014

  64 Tidak Tuntas Sumber : Data sekunder Kurikulum Pembelajaran PAK SD Negeri Ngajaran 03, Kecamatan Tuntang

  Tahun Nilai Kategori akademik tertinggi 2010/2011

  62 Tidak Tuntas 2011/2012

62 Tidak Tuntas

  2012/2013

  Kategori 2010/2011

  masih disekitar nilai standar ketuntasan belajar minimal yang telah ditentukan yakni 70 secara rata- rata belum memenuhi indikator standar ketuntasan belajar. Untuk mendapatkan hasil belajar yang tinggi maka siswa dituntut untuk lebih memahami dan menguasai materi pelajaran Pendidikan Agama Kristen.

Tabel 4.4. menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang kurang memuaskan karena nilai yang diperoleh

  65 Tidak Tuntas

Sumber : Data sekunder Kurikulum Pembelajaran PAK

  62 Tidak Tuntas 2013/2014

  62 Tidak Tuntas 2012/2013

  63 Tidak Tuntas 2011/2012

  Tahun akademik Nilai tertinggi

  60 Tidak Tuntas 2013/2014

  64 Tidak Tuntas

Sumber : Data sekunder Kurikulum Pembelajaran PAK

SD Negeri Karang Tengah 01, Kecamatan Tuntang

  62 Tidak Tuntas 2013/2014

  60 Tidak Tuntas 2012/2013

  60 Tidak Tuntas 2011/2012

  Kategori 2010/2011

  Tahun akademik Nilai tertinggi

  63 Tidak Tuntas

Sumber : Data sekunder Kurikulum Pembelajaran PAK

SD Negeri Tlompakan 01, Kecamatan Tuntang

  Ini menandakan bahwa untuk menghasilkan suatu mutu pembelajaran, guru sebagai manajer dalam proses pembelajaran harus memperhatikan upaya peningkatan kualitas belajar siswa secara berkelanjutan. Bagaimanapun tanpa adanya upaya kreatif dan inovatif dari guru terhadap pembelajaran di setiap sekolah secara terencana dan terarah, maka tidak mungkin dicapai pembelajaran yang efektif. Karena itu peningkatan kualitas pengajaran merupakan konsekuensi yang harus diperhatikan dan ditingkatkan oleh para pengajar. Terkait dengan hal ini sesuai dengan tujuan Pendidikan Agama Kristen, maka siswa perlu dibina dan dibimbing untuk memberitakan karya kasih Allah di tengah dunia. Mereka adalah anak usia sekolah. Untuk itu adanya rasa saling membutuhkan untuk dibina dan dibimbing.

  Untuk itu dalam memaksimalkan proses pembelajaran PAK maka diperlukan usaha oleh para guru PAK sebagai desainer pembelajaran untuk keberhasilan proses belajar-mengajar.

C. Pembahasan

  Menyadari pentingnya mutu pembelajaran, maka semestinya guru dituntut melakukan bidang tugasnya secara professional. Setelah melakukan pengamatan dalam penelitian dan analisa data terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di SD Tlogo, Ngajaran 03, Tlompakan 01 dan Karang Tengah 03. Maka kendala yang telah dijelaskan terutama pada kekurangan sarana pembelajaran terkait dengan media dan sumber belajar yang adalah pendukung pembelajaran, maka guru dituntut sebagaimana mestinya untuk melakukan usaha perbaikan kekurangan media dan sumber belajar tersebut.

  Dalam menjembatani hal ini, pembelajaran dikatakan baik dan bermutu ketika keberhasilan pembelajaran itu didukung oleh salah satu faktor yaitu ketersediaan dan pemanfaatan media dan sumber belajar. Guru berperan sebagai desainer pembelajaran. Terkait dengan masalah penelitian dalam pembelajaran, salah satunya pada ketersediaan media dan sumber belajar, maka sesuai dengan pertimbangan penulis terhadap masalah faktor pembelajaran tentang media pengajaran ini, maka masalah ini dapat dijadikan potensi penulis untuk membuat media pembelajaran yang dapat dipakai dalam pembelajaran. Sesuai dengan analisis kebutuhan yang telah dibahas sebelumnya maka dapat diusulkan rancangan model konseptual berupa strategi hipotetik dan Produk desain media pembelajaran PAK yang dipilih oleh penulis adalah Flash Card.

  

1. Peningkatan Mutu Pembelajaran

Strategi Pendidikan Agama Kristen.

  Mengenai rancangan model konseptual berupa strategi hipotetik yang diusulkan penulis untuk meningkatkan mutu pembelajaran menjadi tanggung jawab guru sebagai berikut. a.

  Guru Pendidikan Agama Kristen harus menciptakan suasana kelas dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dengan mendorong para peserta didik agar mereka merasa dirinya penting, berharga memliki bakat dan kemampuan sebagai anak Tuhan. Ini dapat dilakukan dengan cara: Memasang gambar Alkitab di dinding ruang kelas (kartun), ruang kelas dapat juga ditata seperti taman dengan menempel gambar pohon atau bunga. guru memahami keadaan dan kebutuhan anak dan mengingat semua nama mereka, agar mereka merasa diri mereka penting bagi guru, menyambut peserta didik dengan ramah-tamah, mengajak murid bernyanyi lagu Pujian Kristen dan Memberi kesempatan kepada anak dengan pujian agar bisa memimpin doa sebelum memulai pelajaran Pendidikan Agama Kristen.

  b.

  Guru Pendidikan Agama Kristen harus menguasai peserta didik dengan pendekataan kecintaan, perhatian dan kasih sayang, tidak dengan ancaman dan kekerasan. Hal ini dapat diterapkan dengan cara menyambut anak dalam kelas sebelum memulai pembelajaran dengan penuh kasih sayang, senyum dan menanyakan bagaimana kabar mereka.

  c.

  Guru harus mendekati peserta didik dengan teladan,

  Positive Thingking dan dengan bahasa yang mudah

  dipahami serta dengan cara yang mudah dipahami dengan cara menciptakan iklim belajar yang menyenangkan. Ini dapat dilakukan dengan cara selalu menyapa anak dengan senyum ketika berpapasan dan mengatur iklim pembelajaran dengan menyanyikan lagu pujian anak sambil bertepuk tangan atau dengan gaya anak setelah itu mengajak anak dan berdoa, membaca Alkitab sebagai sumber belajar sebelum mengajar.

  d.

  Selalu belajar dari kesalahan dan kegagalan dalam proses pembelajaran, serta tidak melakukan sesuatu yang dilakukan oleh orang-orang yang telah gagal dalam mendidik. Ini berarti guru harus selalu mengevaluasi proses pembelajaran setiap selesai mengajar.

  e.

  Guru Pendidikan Agama Kristen harus menghargai sekecil apapun pandangan, pendapat dan kreatifitas peserta didik. Dapat dilakukan dengan cara selalu memberikan pujian kepada anak ketika menanyakan anak tentang materi pembelajaran atau kreatifitas anak dalam memimpin doa, lagu atau metode demonstrasi yang dilakukan anak dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dan dapat juga member pujian kepada anak ketika anak menyampaikan tugas rumah dari guru seperti buku ibadah dan ayat hafalan.

  f.

  Guru Pendidikan Agama Kristen harus memiliki keteladanan dan professional yang memadai. Ini berarti yang harus dilakukan guru PAK adalah penyiapan diri sebelum mengajar baik materi dan cara menyampaikan pelajaran.

  g.

  Guru harus menciptakan iklim kelas yang terbuka.

  Ini berarti karena pentingnya Pelajaran PAK maka, guru dalam menyampaikan materi harus menyampaikan komunikatif dengan peserta didik, menghargai dirinya sebagai ciptaan Tuhan kemudian anakpun dapat diajak untuk menghargai sesame lingkungan dan keluarga sebagai pemberian Tuhan yang maha mulia.

  h.

  Guru harus bertindak sebagai pelayan belajar yang bertugas membantu kesulitan belajar peserta didik, serta tidak bertindak sebagai penguasa kelas. Ini berarti dalam mengajar guru harus selalu ramah dengan bahasa yang komunikatif agar peserta didik mampu memahami materi pembelajaran.

  Mengenai hal-hal di atas dalam peningkatan strategi pembelajaran juga, seorang Guru PAK diharapkan sebagai manajer yang kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran PAK secara terencana dan terarah agar pembelajaran menjadi efektif dan kualitas pengajaran dapat ditingkatkan.

  Mengingat guru sebagai manager pembelajaran maka guru bertugas untuk memanajemen pembelajaran dengan baik sebelum proses belajar mengajar, selama mengajar dan sesudah mengajar agar terjadi peningkatan mutu pembelajaran. Oleh karena itu dalam melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen, maka peran guru dalam memanajemen pembelajaran Pendidikan Agama Kristen sebagai berikut.

  a.

  Manajemen sebelum proses belajar mengajar yang termasuk dalam kegiatan inti antara lain : i. pembagian tugas mengajar

  Mengatur Pendidikan Agama Kristen ii. Menyusun jadwal pelajaran Pendidikan Agama

  Kristen iii. Menyusun program pembelajaran baik program per semester maupun program tahunan iv.

  Menyusun atau membuat persiapan mengajar sesuai dengan ketentuan yang berlaku di sekolah. (untuk pembelajaran PAK bisa dimulai dengan Nyanyian, Doa, Pembacaan Alkitab baru Mengajar Materi sesuai Standar Kompetensi) b. Manajemen Selama Proses Pembelajaran. Kegiatan ini akan meliputi antara lain : i.

  Mengisi daftar kemajuan kelas Guru harus menggambarkan sejauh mana sesuatu kelas mempelajari materi pelajaran

  Pendidikan Agama Kristen sebagaimana yang terprogram dalam garis besar program pembelajaran. ii.

  Mengelola Organisasi Kelas Mengatur siswa dalam pembelajaran baik pengaturan tempat duduk, Alkitab da Buku- buku pelajaran serta menggunakan metode atau taktik bahkan strategi pengajaran agar tujuan instruksionalnya tercapai secara efektif serta efisien. iii.

  Menyelenggarakan evaluasi hasil belajar Dalam mengevaluasi hasil belajar

  Pendidikan Agama Kristen, yang harus dilakukan Guru PAK adalah menyusun soal, mengawasi evaluasi, memeriksa hasil tes, membuat dokumentasi nilai dalam buku nilai (daftar nilai).

  Sedangkan tugas dari pihak administrasi adalah : Menggandakan soal dan Membuat dokumentasi nilai dari buku nilai sekolah.

  c.

  Manajemen sesudah selesai Proses Belajar Mengajar. i.

  Menyusun laporan hasil pendidikan ii. Kegiatan pencatatan yang berhubungan dengan masalah perbaikan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Kristen (Remedial

  teaching)

2. Desain Produk Pembelajaran.

  Desain produk pembelajaran disusun berdasarkan studi pendahuluan terhadap data-data penelitian dalam proses pembelajaran pendidikan Agama Kristen. Desain produk ini juga dibuat berdasarkan hasil analisis temuan terhadap masalah-masalah dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen yang dapat dijadikan potensi dalam pengembangan desain produk pembelajaran pendidikan Agama Kristen. Ketika masalah dalam pembelajaran ditemukan sebahagian besar terletak pada ketidak tersedianya sarana dalam hal ini media pembelajaran Pendidikan Agama Kristen, maka sesuai karakteristik siswa dalam penelitian, penulis mengusulkan desain produk berupa media pembelajaran Flash Card.

  Tahap ini akan dirancang dan dibuat produk berupa bahan ajar yang berwujud (tangible) dari seluruh komponen dasar desain pembelajaran dengan berbasis media grafis. Media Grafis yang dimaksudkan disini adalah media yang aplikatif, sangat membantu proses belajar mengajar, mudah dijalankan, serta didapatkan atau dibuat. Dengan cara menggunakan media pengajaran Flash Card. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan siswa di kelas 1 dalam proses kegiatan belajar-mengajar Pendidikan Agama Kristen Pada beberapa Sekolah Dasar di Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.

  Flash Card adalah salah satu media yang

Dokumen yang terkait

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Di SMK Saraswati Salatiga (Studi Tentang Partisipasi Masyarakat)

0 0 54

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Di SMK Saraswati Salatiga (Studi Tentang Partisipasi Masyarakat)

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Di SMK Saraswati Salatiga (Studi Tentang Partisipasi Masyarakat)

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar dari Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Education pada Siswa Kelas 5 SD di Gugus Diponegoro Kota Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar dari Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Education pada Siswa Kelas 5 SD di Gugus Diponegoro Kota Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 10

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Realistic - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar dari Penerapan Pendekatan Realistic

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar dari Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Education pada Siswa Kelas 5 SD di Gugus Diponegoro Kota Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar dari Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Education pada Siswa Kelas 5 SD di Gugus Diponegoro Kota Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 67

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) Pada Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Tuntangkabupaten Semarang

1 0 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) Pada Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Tuntangkabupaten Semarang

1 0 28