kajian gender dalam masyarakat keturunan
KAJIAN GENDER DALAM MASYARAKAT INDONESIA KETURUNAN ARAB:
KAJIAN DI SURAKARTA JAWA TENGAH
Pendahuluan
Memerangi ketidakadilan sosial sepanjang sejarah kemanusiaan selalu
menjadi hal yang menarik dan tetap akan menjadi tema penting dalam setiap
pemikiran dan konsepsi tentang kemasyarakatan di masa mendatang. Dalam
memerangi ketidakadilan sosial, sejarah manusia telah melahirkan analisis dan
teori sodial yang sangat berpengaruh dalam membentuk sistem kemasyarakatan
umat manusia. Misalnya, Antonio Gramsci dan Louis Althusser membahas
idiologi dan cultural serta menggugat keduanya karena diangggap sebagai alat dan
bagian dari mereka yang diuntungkan untuk melanggengkan ketidakadilan. Para
supporter dari teori kritis Frankfurt mempersoalkan metodologi dan epistimologi
sebagai salah satu sumber ketidakadilan. Bahkan ilmu pengetahuan dan wacana
yang selama ini dianggap netral juga telah mempertanyakan ketidakadilan.
Menurut pandangan mereka, ilmu pengetahuan bisa dan telah menjadi alat untuk
melanggengkan ketidakadilan sosial. Dari berbagai gugatan ketidakadilan
tersebut, terdapat salah satu analisis yang mempertanyakan ketidakadilan sosial
dari aspek hubungan antar jenis kelamin yang belum pernah disingggung oleh
teori-teori di atas. Analisis yang dimaksud adalah analisis gender, suatu analisis
yang menjdi alat bagi gerakan feminisme.
Kajian gender pada dekade terakhir mulai semakin semarak seiring dengan
menggemanya repertoir perbedaan gender. Hal ini dibuktikan dengan semakin
menggaungnya perbincangan bahkan studi tentang perempuan diberbagi kalangan.
Yang lebih menggembirakan lagi adalah semakin banyaknya bermunculan pusat
kajian atau studi wanita, yang populer dengan studi gender di perguruan tinggi
bahkan lembaga-lembaga yang lainnya, terutama di Indonesia.
Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang terdiriatas bermacammacam suku, golongan, adat, budaya, agama bahkan kepulauan. Dengan semakin
beraggamnya suatu penduduk berarti mereka mempunyai aturan-aturan sosial dan
budaya yang berbeda-beda pula, terutama tata aturan ihwal perbedaan gender.
Masyarakat terkadang memandang perbedaan gender dengan dipengaruhi oleh
konsep syariat suatu agama meskipun tidak secara menyeluruh, misalnya Islam.
Dalam syariat Islam sebenarnya tidak ada ketentuan yang mengihtilafkan
kedudukan pria dan wanita. Kedudukan dan hak wanita dalam syariat Islam
sebenarnya setara dengan pria. Selain itu, wanita sebagai manusia telah dilimpahi
daya kemampuan dan yang tidak terbatas dalam ranah spiritual dan intelektual.
Pandangan terhadap perbedaan gender yang mengatasnamakan konsep syariat
suatu agama juga bermunculan bahkan telah abadi sampai sekarang dalam
masyarakat Indonesia keturunan Arab.
Masalah-masalah perbedaan gender dalam masyarakat Indonesia banyak
bermunculan dalam masyarakat keturunan Arab pada umumnya dan khususnya
pada masyarakat keturunan Arab di Surakarta. Ihwal pengaruh perbedaan gender
ini dapat dilihat dalam kehidupan masyarakatnya. Pengaruh perbedaan gender
tersebut antara lain, keterbatasan dalam memilih pasangan hidup, pendidikan, dan
interaksi sosial. Masalah-masalah perbedaan gender dalam kehidupan wanita
1
keturunan Arab di Surakarta merupakan suatu kajian yang sangat menarik untuk
digali lebih mendalam. Mengapa demikian? Karena walupun kehidupan wanita
keturunan Arab di Surakarta dipengaruhi oleh perbedaan gender akan tetapi
mereka masih tetap ikut serta dan berperan aktif dalam semua kehidupan
bermasyarakat.
Pemilihan Surakarta sebagai objek penelitian ini didasari adanya beberpa
faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain, Surakarta pada zaman dahulu merupakan
suatu kasultanan, Surakarta merupakan pusat kebudayaan. Yang tak kalah
pentingnya, di Surakarta berdiam masyrakat Indonesia keturunan Arab yang
jumlahnya sangat besar tatkala dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya.
Beranjak dari persepsi umum tentang perbedaan gender di atas, menarik
sekali dilakukan penelaahan yang lebih jauh mengenai peran wanita dalam ranah
sosial dan aktifitasnya dalam kehidupan wanita keturunan Arab di Surakarta.
Sehubungan dengan pembahasan ini, jangkauan penelaahan dalam penelitian ini
yang perlu dibatasi menyangkut (a) peran wanita dan (b) aktifitas wanita. Peran
wanita dalam penelitian ini diarahkan pada pembahasan gender dan pengaruhnya
pada kehidupan sosial dan budaya wanita Indonesia keturunan Arab di Surakarta.
Adapun aktifitas wanita dalam penelitian ini dibatasi dalam perihal aktifitas
kehidupan wanita Indonesia keturunan Arab di Surakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal seperti, peran
wanita Indonesia keturunan Arab di Surakarta dalam ranah sosial dan budaya, dan
aktifitas kehidupan wanita keturunan Arab di Surakarta dalam kehidupan
bermasyarakat. Selain perihal tujuan penelitian, ada juga kontribusi dari penelitian
ini adalah bertalian dengan pemahaman masyarakat. Melaui peneliotian
diharapkan adanya pemahaman masyarakat yang memadai terhadap keberadaan
wanita Indonesia keturunan Arab dalam kehidupan bermasyarakat. Lebih jauh lagi
melaui pemahaman yang memadai, diharapkan pula masyarakat dapat bersikap
dan bertindak lebih bijaksana terhadap keberadaan dan peran wanita.
Gender menurut Oakley (dalam Fakih:1997:71) mendefinisikan bahwa gender
adalah perbedaan yang bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan. Perbedaaan
biologis ya’ni perbedaan jenis kelamin adalah kodrat dan oleh karenanya secara
permansn berbeda. Dari definisi iru gender dapat dipahami sebagi perbedaan
perilaku antara laki-laki dan perempuan yang dikontruksi secara soaial, yaitu
perbedaan bukan kodrat Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia melaui proses
sosial dan kultur yang panjang.
Pada proses berikutnya perbedaan gender melahirkan peran gender dan
diangggap tidak menimbulkan masalah, maka tidak pernah digugat. Akan tetapi
yang menjadi masalah dan perlu digugat oleh mereka yang menggunkan analisis
gender adalah struktur ketidak adilan yang ditibulkan oleh peran gender dan
perbedaan gender. Dari kajian yang dilakukan dengan menggunakan anlisis
gender ini ternyata banyak ditemukan berbgai manivestasi ketidakadilan, seperti
ihwal pendidikan, perkawinan, politik, dan sosial. Guna menganalisis peran
gender dan perbedaan gender ini dijadikanlah teori peran gender dari Mosse
(1996)
sebagai pijakan utama dalam penelitian ini. Pendekatan yang
dikembangkan Mosse (1996 : 4) mempunyai prinsip dasar bahwa peran itu
sangatlah dipengaruhi oleh tingkat sosial, usia serta latar belakang budaya dan
etnis. Selain itu juga dikembangkan pula melaui pendekatan historis. Langkah
utama pendekatan Mosse (1996:66) adalah pendekatan kebudayaan. Pendekatan
kebudayaan ini adalah mencari hubungan peran gender dengan pengaruh dari
syariat agama dan latar belakang budaya masyrakat Arab yang masih mengikuti
2
nilai-nilai dan norma-norma sosial dari negara asalnya dan juga dipengaruhi oleh
situasi sosial dan politik pada masa itu. Setalh itu, menghubungkan peran gender
dalam ihwal perkawinan dan pendidikan serta pengaruhnya.
Cara kerja pengkajian dalam penelitian adalah dengan memanfaatkan teori
melalui pendekatan kesyariatan agama Islam, teori historis, dan dan teori budaya.
Pada tahap pertama adalah mencari hubungan-hubungan yanga ada antara peran
gender dengan tata aturan yang berlaku dalam syariat Islam. Tahap kedua adalah
mendalami perkembangan perbendaan gender dengan meruntut sejarah
kedatangan orang Arab ke Indonesia dan perkembangan historis dari keturunan
Arab di Indonesia. Tahap ketiga adalah mendekati perbedaan gender melalui
pendekatan budaya, adat dan kebiasasaan dari masyarakat keturunan Arab di
Surakarta dalam kehidupannya sehari-hari. Penggunaan pendekatan budaya ini
berdasarkan dari fakta bahwa masyarakat keturunan masih mengikuti adat istiadat,
tata cara, nilai-nilai sosial dari negara asalnya. Selain, itu pendekatan ini juga
menggali peran sosial, politik, pendidikan, serta aktifitas kehidupan wanita
Indonesia keturunan Arab. Semakin berkembangnya peran sosial, politik,
ekonomi, pendidikan, budaya serta aktifitas dari mereka akan semakin membuka
adanya perubahan budaya.
Metode penelitian
penilitian ini merupakan hasil dari penelitian deskriptif tentang kajian gender
dalam masyarakat keturunan Arab di Pasarkliwon Surakarta Jawa Tengah. Oleh
karena itu, setelah dipaparkan perihal pendekatan, teori serta analisis yang
digunakan dalam penelitian ini, metode penelitian perlu dikedepankan guna
memperdalam pendekatan, dan teori yang dimanfaatkan. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif persepsional. Metode pendekatan
deskriptif persepsional dapat dipahami sebagai suatu metode yang digunakan
untuk menggambarkan fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antarfenomena yang
diselidiki secara sistematis, faktual, dan akurat dari sampel penelitian melalui
persepsi yang tepat. Selain itu, juga menggunakan metode kualitatif, pengolahan
data yang disesuaikan dengan jenis dan sifatnya. Pengolahan data atau analisi data
dimaksudkan untuk membantu pemunculan temuan baru yang berasal dari data
empirik.
Guna mendukung metode kualitatif, digunakanlah metode kuantitatif. Metode
kuantitatif dapat dipahami sebagai suatu metode pengolan dan analisis datanya
dilakukan dengan editing, kategorisasi data dan tabulasi. Unit analisa dalam
penelitian ini adalah individu dan rumah tangga. Pengumpulan data-data primer
diperoleh dengan menggunakan dengan menggunakan 2 macam cara, yaitu, simak
dan cakap. Berkaitan dengan metode yang digunakan dalam metode simak adalah
pengamatan berpartisipasi, dan teknik sadap sebagai teknik dasar dan teknik
simak libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat sebagai teknik lanjutan. Metode
cakap adalah metode pengumpulan data dengan cara menggunakan percakapan.
Percakapan ini dilakukan peneliti dengan narasumbernya (penuturnya) dengan
menggunakan teknik pancing sebagai teknik dasar dan sebagai teknik lanjutan
adalah teknik cakap semuka, teknik rekam, dan teknik catat. Metode Kuisoner
adalah metode pengumpulan data dengan bentuk kuisoner. Metode ini digunakan
setelah metode simak dan metode cakap dianalisis. Pemilihan responden
dilakukan dengan cara “snowball sampling” dan “random sampling”. Data-data
3
sekunder didapatkan dari sumber-sumber tertulis, baik berupa buku-buku,
laporan-laporan penelitian. Dokumen-dokumen, majalah-majalah dan sebagainya
Perihal variabel yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah, jumlah
wanita Indonesia keturunan Arab yang bekerja diluar rumah, jumlah wanita
Indonesia keturunan Arab yang tidak bekerja, usia produktif jumlah wanita
Indonesia keturunan Arab (25-50 tahun), jumlah pria yang mendukung kegiatan
istri di bidang sosial, ekonomi, poltik, dan budaya, jumlah pria yang tidak
mendukung kegiatan istri di bidang sosial, ekonomi, poltik, dan budaya,
pendidikan yang diperoleh wanita Indonesia keturunan Arab, nilai-nilai budaya
yang dianut oleh keluarga keturunan Arab.
Setelah data-data di atas terkumpul, diadakan pengklasifikasian data menurut
pemerian yang disesuaikan dengan variabel yang dimanfaatkan dalam penelitian
ini. Hasil dari pengklasifikasian ini kemudian dianalisis dengan memanfaatkan
analisis deskriptif dan kuantitatif. Akhirnya, pelaporan ini disajikan dalam bentuk
pelaporan nonformal.
Bahan dan Alat Penelitian
Instrumen Pelaksanaan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:Tape
Recorder, Kaset, CD, Baterai, Kertas, Buku tulis, Alat tulis, Komputer, Kamera,
Tinta Sprinter, dan lain-lain
Pembahasan
Analisis gender dalam sejarah pemikiran manusia tentang ketidakadilan sosial
dianggap suatu analisis baru, dan mendapat sambutan akhir-akhir ini. Analisis
gender inilah yang telah membantu mempertajam analisis kritis sosial yang sudah
ada. Analisis kritik sosial ini mencoba mendalami perihal ketidakadilan gender
dalam ranah kehidupan sosial, dan budaya.
A. Gender dan pengaruh pada kehidupan sosial dan budaya wanita Indonesia
keturunan Arab di Surakarta
Analisis gender merupakan suatu analisis ketidakadilan gender diantara
mahluk tuhan berkelamin laki-laki dan perempuan. Ketidakadilan ini bukan
mengarah pada persamaan jenis kelamin seseorang atau seksualitas.
Ketidakadilan ini adalah seperangkat peran yang menunjukkan jenis kelamin
(dibaca gender). Ketidakadilan yang dimaksudkan ya’ni ketidakadilan dalam
ihwal peran yang ditimpakan kepada wanita dalam kehidupan sosial dan
budaya. Peran gender ini sangat dipengaruhi oleh tingkat sosial, usia seta latar
belakang budaya dan etnis.
Tingkat sosial, usia, serta latar belakang budaya dan etnis adalah jantung
dalam analisis gender. Dalam kehidupan wanita Indoneisa keturunan Arab di
Surakarta, analis gender membutuhkan penarikan benang-benang kusut ihwal
ajaran agama Islam dan pengaruhnya dalam peran gender, latar belakang
budaya keturunan Arab Indonesia di Surakarta dan pengaruhnya dalam peran
gender, dan pendidikan wanita Indonesia Keturunan Arab di Surakarta dan
pengaruhnya dalam peran gender.
4
1. ajaran agama Islam dan pengaruhnya dalam peran gender
Penduduk Indonesia keturunan Arab di Surakarta kebanyakan
memeluk agama Islam. Islam adalah suatu agama yang mengatur umatnya
dengan syariat-syariatnya. Salah satu bagian tata aturan syariat Islam
adalah ihwal persamaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita. Dalam
syariat Islam persamaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita telah
ditetapkan dengan jelas dalam kitab suci Al-Qur’an maupun hadist
rasulnya. Persamaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita terlihat
dalam hal-hal yang berhubungan dengan pertanggung jawaban manusia
secara umum serta berhubungan antara sesama manusia seperti ketaqwaan,
keimanan, dakwah, hubungan muamalah, dan menuntut Ilmu. Selain
persamaan, syariat Islam juga mengatur perihal perbedaan hak dan
kewajiban antara pria dan wanita. Perbedaan hak dan kewajiban pria dan
wanita ini berhubungan dengan kodrati kelamin. Kodrat kelamin
mencakup tata aturan dalam term kodrat pria dan wanita. Kodrat ini
adakalnya tentang kedudukan, fungsi, maupun status atau posisi dalam
masyarakat. Perbedaan ini tampak dalam pembagian warisan, berpakaian,
dan rumah tangga.
Tata aturan syariat Islam yang mengkaji hak dan kewajiban antara
pria dan wanita ini sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat
Indonesia keturunan Arab di Surakarta. Dalam kehidupan sehari-hari,
perbedaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita menjadi hal yang
menonjol dalam kehidupan mereka. Mereka masih mengganggap wanita
adalah berstreotip lemah. Streotip ini ditunjukkan dengan perlambangan
bahwa wanita itu slalu menjadi mahluk kedua setelah pria. Wanita harus
mematuhi keinginan orang tuanya atau mengiyakan keinginan suaminya.
Wanita Indonesia keturunan Arab di Surakarta akan mendapatkan
warisan yang lebih kecil apabila dibandingkan dengan pria. Fungsi mereka
hanyalah sebagai rumah tangga dan pengatur rumah tangga. Kedudukan
pria selalu menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Hasalahnya,
kehidupan wanita keturunan Arab itu menempati fungsi, posisi atau status
setelah pria dalam kehidupan masyarakat. Perbedaan gender ini sangat
dipengaruhi oleh tata aturan syariat agama yang mereka yakini.
2. latar belakang budaya keturunan Arab Indonesia di Surakarta dan
pengaruhnya dalam peran gender
Dari observasi yang dilakukan, perbedaan gender masyarakat
indonesia keturunan Arab di Surakarta selain dipengaruhi oleh syariat
Islam, juga dipengaruhi oleh latar belakang budaya mereka. Latar
belakang budaya mereka yang masih menaati dan mengikuti nilai-nilai dan
norma-norma sosial dari negara asalnya. Selain latar belakang budaya
mereka, perbedaan gender juga dipengaruhi oleh situasi politik pada saat
itu. Diakar dari sejarah, orang-orang Arab yang datang ke Indonesia sejak
beberapa abad yang lalu adalah berasal dari para pedagang yang berasal
dari Hadramaut Zaman. Maskat, Persia, Mesir, Oman, dan Bahrain.
Mereka datang ke Indonesia dengan tidak membawa keluarganya. Hal
ini disebabkan karena perjalanan yang sangat jauh dan menyulitkan.
Setelah sampai di Indonesia dan menetap cukup lama kemudian mereka
5
menikahi wanita-wanita pribumi. Perkawinan ini menyebabkan asimilasi
kebudayaan dan interaksi sosial yang erat. Walaupun mereka telah lama
menetap dan berasimilasi kebudayaan, mereka dalam beberapa hal masih
tetap mentaati dan menjunjung tinggi tata cara dan nilai-nilai sosial dari
negara asalnya. Ihwal ini, dapat didapati dalam stratifikasi sosial yang
berdasarkan nasab, pekerjaan seseorang.
Pada masa lalu, masyarakat Hadramaut terbagi kedalam beberapa
golongan, yaitu Sayyid (keturunan Nabi Muhammad dari putrinya
Fatimah), Syaih (ketunan Sahabat), al-Qerwan (tukang kayu, pandai besi,
tukang emas, penyamak kulit), fallah (petani), dan golongan-golongan
yang lainnya. Golongan-golangan tersebut di atas pada dasarnya
penamaannya menggunakan nama-nama keluarga yang khas.
Di Indonesia pada umumnya dan Surakarta pada khususnya, terdapat
bermacam-macam golongan. Stratifikasi masyarakat di Surakarta lebih
sederhan. Hal ini berdasarkan penamaannya yang berasal dari asalnya.
Misalnya, berdasarkan asal keturunannya, melahirkan Sayyid dan Ba’alwi
atau disebut juga golongan manasib dan bukan manasib (Noer, 1992:67).
Penamaan golongan juga ada yang berdasarkan tempat kelahiran mereka
yaitu Wulaiti dan Muwalat. Selain itu, penamaan golongan ada yang
berdasarkan pekerjaan mereka, yaitu ada
Selain stratifikasi sosial, masyarakat Indonesia keturunan juga masih
melestarikan pemakaian nama keluarga yang berdasarkan atas garis nasab
dari pihak laki-laki. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi, dan
posisi atau kedudukan mereka sebagai keturunan Arab. Nama-nama nasab
ini dapat menjadi rujukan dalam penulususran dari golongan manakah
mereka berasal. Penggambaran ini menunjukkan bahwa dalam masyarakat
Indonesia keturunan Arab di Surakarta kaum prialah yang paling dominan
dalam kehidupan sodialnya.
3. pendidikan wanita Indonesia Keturunan Arab di Surakarta dan
pengaruhnya dalam peran gender
Memasuki abad ke-20, fungsi, posisi atau kedudukan wanita
Indonesia keturunan Arab mulai menunjukkan grafik perubahan.
Perubahan ini dipengaruhi oleh politik etis yang dicanangkan oleh
penjajah Belanda. Masyarakat Ibdonesia keturunan Arab kemudian
mendirikan ormas yang bergerak diranah pendidikan. Hal ini dilaksanakan
guna mengimbangi lembaga pendidikan yang diprakarsai oleh Belanda.
Organisasi masyarakat yang bergerak di ranah pendidikan ini
membentuk Ja’iyyat al-Khairiyah pada 17 Juli 1905. Setelah terjadi
perpecahan dalam lembaga ini, mereka mendirikan Jam’iyyat al-Islam wa
al-Irsyad pada tahun 1915 serta Jam’iyat Rabithah al-Alawaliyah pada
1928. Setelah berjalan dalam kurun waktu 6 tahun, muncullah organisasi
Persatuan Arab Indonesia (PAI) pada 4 Oktober 1934 di Semarang.
Organisasi-organisasi di atas mempunyai pengaruh yang amat besar
dalam merubah paradigma masyarakat Indonesia keturunan Arab tentang
ihtamnya pendidikan bagi masyarakat dan paradigma terhadap fungsi,
posisi atau kedudukan wanita. Perubahan paradigma ihwal fungsi, posisi
atau kedudukan wanita sangat dipengaruhi oleh kemunculan PAI. PAI
telah menaruh perhatian terhadap masalah-masalah wanita Indonesia
6
keturunan Arab, misalnya munculnya Barkah Salim Nahdi NSI (persatuan
Istri PAI). NSI bertujuan melepaskan diri kunkungan adat yang
merendahkan wania, membangkitkan kesadaran akan ihtamnya
pendidikan, serta berusaha memperjuangkan persamaan gender antara
wanita dan pria.
Pembentukan PAI ini juga membawa dampaknya sampai ke wanita
Indonesia keturunan Arab di Surakarta. Dampak yang terjadi baik dalam
bidang sosial, ekonomi, politik maupun budaya. Perubahan dibidang sosial
dapat ditemukan dari keberhasilan PAI untuk menyadarkan akan ihtamnya
pendidikan. Wanita-wanita Indonesia keturunan di Surakarta telah
berusaha memberikan pendidikan setingginya kepada putri-putranya.
Dalam bidang ekonomi, perubahan ditandai dengan munculnya pendidikan
dan kursus-kursus ketrampilan yang menjadi modal mereka dalam
mengembangkan diri. Kegiatan mereka dibidang ekonomi telah merubah
paradigma dalam perbedaan gender. Mereka juga berkesempatan mencari
nafkah guna menambah penghasilan rumahj tangga melalui profesi mereka
masing-masing. Dalam bidang politik, mereka telah banyak berpartisipasi
dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Behkan pada masa sekarang,
mereka telah bebas dalam menyalurkan aspirasinya. Serta dalam bidang
budaya, perubahan adat mulai bermunculan, antara lain kebiasaan
memingit mulai memudar, dan mereka mulai diijinkan untuk
mengembangkan wawasannya dengan mengikuti kegiatan diluar rumah.
Akan tetapi penjodohan masih dominan terutama bila perkawinannya
dengan nasab yang berbeda apalagi dengan orang bukan keturunan Arab.
B. Aktifitas wanita Indonesia keturunan Arab di Surakarta dan perannya
Kemunculan organisasi istri Persatuan Arab Indonesia (PAI) pada 1940
telah membawa cahaya cerah dalam merubah kehidupan sosial masyarakat
Indonesia keturunan Arab di Surakarta. Kemunculan organisasi itu juga
meberikan angin segar perihal kesadaran akan ihtamnya persamaan hak antara
pria dan wanita dalam berbagai bidang kehidupan dan ihtamnya peningkatan
kedudukan wanita Indonesia keturunan di Surakarta. Upaya itu antara lain
direalisasikan dengan melebarkan sayap kesempatan untuk memperoleh
pendidikan bagi mereka. Dari 50 responden yang mengisi kuisioner
prosentasenya adalah sebagaimana di bawah ini,
Pendidikan yang ditempuh Prosentase
Formal
SD
18%
SLTP
22%
SLTA
36%
Perguruan Tinggi
24%
Pendidikan
Tabel 1
Dari tabel 1 dapat diketahui ihwal pendidikan wanita Indonesia keturunan
Arab di Surakarta itu menunjukkan bahwa wanita Indonesia keturunan Arab
itu cukup berpendidikan. Walaupun demikian, para Wanita Indonesia
keturunan Arab ini masih dipengaruhi oleh nilai-nilai dan kebiasaan yang
7
berlaku pada masa lalu, yaitu larangan untuk bertemu dengan pria yang bukan
muhrimnya. Hal ini terlihat dari sebagian besar responden (80%) menempuh
pendidikan pada sekolah-sekolah yang muridnya hanya wanita saja. Hanya
20% responden yang menempuh pendidikan pada sekolah-sekolah umum,
antara murid pria dan wanita dicampur.
Ganbaran perihal pendidikan di atas tampaknya ada korelasi antara tingkat
pendidikan orang tua responden dengan pandangannnya bahwa anak-anak
wanitanya hanya diperbolehkan bersekolah di sekolah khusus wanita. Dari
penelitian lapangan yang dilakukan diperoleh data sebagaimana di bawah ini:
Pendidikan yang ditempuh Prosentase
Formal
SD
26%
SLTP
48%
SLTA
16%
Perguruan Tinggi
10%
Pendidikan
Tabel 2
Dari tabel 2 dapat diambil pemahaman bahwa pendidikan pada
masyarakat Indonesia keturunan Arab di Surakarta menunjukkan grafik cukup
positif. Dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan perihal latar
belakang mereka menyeklolahkan anak wanitanya di sekolahan khusus wanita
adalah dikarenakan aturan yang berlaku dalam masyarakat memang demikian
dan untuk menjaga agar anak-anak wanitanya tidak terpengaruh oleh
pergaulan yang tidak positif. Selanjutnya, alasan mereka menyekolahkan anak
wanitanya di sekolahan yang mencampur antara laki-laki dan perempuan
adalah tidak ingin membedakan antara wanita dan pria, serta agar anak-anak
mereka dapat tumbuh bergaul dengan wajar.
Kesempatan yang dimiliki oleh wanita Indonesia keturunan Arab dalam
memilih pendidikan tidak diimbangi dengan kebebasan mereka dalam memilih
jodoh. Masalah ini dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan. Faktor
pendidikan tidak memiliki pengaruh dalam ihwal pernikahan. Walaupun
pendidikan orangtuanya tinggi, pernikahan itu selalu ditentukan oleh keluarga
besar. Hal ini terbukti dari hasil penelitian pada tabel di bawah ini,
Keterangan
Memilih jodohnya sendiri
Dipilihkan jodohnya
Prosentase
16%
84%
Tabel 3
Dari tabel 3 dapat dimengerti perihal pernikahan dalam wanita Indonesia
keturunan Arab di Surakarta. Wanita Indonesia keturunan Arab di Surakarta
dalam pernikahan selalu diinterferensi oleh keluarga besarnya. Hasil di atas
membuktikan bahwa masalah gender masih sangat berpengaruh dalam
masalah pernikahan. Masalah-masalah itu salah satunya adalah dalam perihal
memilih calon suami. Ihwal, wanita Indonesia keturunan Arab di Surakarta
dalam memilih suaminya terlihat dalam tabel di bawah ini,
8
Calon Suami
Keturunan Arab
Nonketurunan Arab
Keturunan
Arab
Nonketurunan Arab
Prosentase
58%
32%
dan 10%
Tabel 4
Dari tabel 4 dapat diambil pemahaman bahwa wanita Indonesia keturunan
Arab dalam memilih calon suaminya itu ada 3 kemungkinan. Pertama, mereka
berpendapat bahwa calon suaminya nanti itu harus berasal dari golongan atau
keturunan Arab juga dan seagama. Kedua, mereka berpendapat bahwa calon
suaminya kelak tidak harus berasal dari keturunan Arab. Mereka lebih
menekankan bahwa calon suaminya kelak haruslah seagama walupun dia tidak
keturunan Arab. Ketiga, mereka berpendapat bahwa calon suaminya kelak
baik berasal dari keturunan maupun tidak segolongan itu bukanlah hal yang
mendasar. Menurut mereka calon suaminya kelak haruslah seagama dengan
mereka dan tergantung dari mereka yang menjalani.
Dari ketiga asumsi tersebut pendapat yang pertamalah yang memperoleh
prosentase yang paling besar apabila dibandingkan dengan dua asumsi
lainnya. Hal itu dikarenakan bahwa ketaatan mereka tau berbakti mereka
kepada kepada orang tunya yang utama.
Dalam bebapa hal kedudukan wanita Indonesia keturunan Arab slalu
dibedakan dengan kaum laki-laki. Namun, dalam hal memenuhi kebutuhan
keluarga, kedudukan mereka sejajar dengan pria. Kesejajaran tersebut terlihat
dalam hal mencari nafkah. Perihal kesejajaran dalam mencari nafkah tampak
dalam tabel 5 di bawah ini,
Keterangan
Mencari nafkah
Tidak Mencari nafkah
Prosentase
86%
14%
Tabel 5
Dari tabel 5 di atas menunjukkan bahwa kesejajaran wanita Indonesia
keturunan Arab di Surakarta dengan laki-laki itu hanya sebatas dalam mencari
nafkah. Wanita Indonesia keturunan Arab di Surakarta dalam membantu suami
mereka untuk mencari nafkah diwujudkan dengan mendirikan catering,
menjual makanan ringan, membuka toko kelontong dan ada yang bekerja di
instansi-instansi pemerintah maupun instansi-instansi swasta. Dari hasil
responden menunjukkan bahwa tujuan mereka mencari nafkah adalah guna
memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun, suamilah yang lebih dominan
dalam mencari nafkah. Hal ini didasari perihal pandangan masa lalu yang
masih berepengaruh, yaitu tidak diijinkannya wanita bekerja di luar rumah.
Pandangan ini menyebabkan usaha-usaha yang dilakukan itu banyak yang
dilakukan dalam rumah tangga. Sejalan dengan berkembangnya pendidikan
yang diperoleh oleh wanita Indonesia keturunan Arab pekerjaan yang
dilakukan merekapun mengalami perkembangan. Perkembangan itu
9
ditunjukkan dengan bekerjanya mereka di instansi-instansi pemerintah
maupun instansi-instansi swasta.
Selain disibukkan dengan urusan rumah tangga, keluarga, dan kesibukan
menambah nafkah keluarga, wanita Indonesia keturunan Arab juga
mempunyai kegiatan dalam bermacam-macam organisasi. Data observasi
perihal organisasi-organisasi yang mereka ikuti sebagaimana pada tabel 6 di
bawah ini,
Nama organisasi
Darma wanita
PKK
Organisasi sosial
Organisasi lain
Prosentase
Formal
52%
6%
4%
38%
Pendidikan
Tabel 6
Dari tabel 6 di atas dapat diambil kesimpulan bahwa wanita Indonesia
keturunan Arab turut juga berpartisipasi dalam berbagai organisasi.
Kebanyakan dari mereka hanya berpartisipasi pada organisasi-organisasi sosial.
Mereka kurang tampaknya kurang berminat pada organisasi-organisasi massa.
Kekurang minatan mereka terhadap sosial didasari atas pandangan bahwa
bidang tersebut kurang menarik dan tidak menguntungkan pada segi apapun.
Dalam rangka mencari nafkah maupun mengembangkan diri atau
bersosialisasi ada beberapa faktor yang melatarbelakangi wanita Indonesia
keturunan Arab ikut kegiatan tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain
permintaan ijin kepada suami, dan dukungan dari suami, atau ijin dari suami
dan dukungan dari suami. Dari observasi yang dilakukan diperoleh data
sebagaimana tabel 7 di bawah ini,
Keterangan
Dukungan suami
Ijin dan dukungan suami
Prosentase
Formal
26%
48%
Pendidikan
Tabel 7
Kesimpulan
1. Perbedaan gender pada Masyarakat Indonesia keturunan Arab itu
dipengaruhi oleh syariat Islam, adat istiadat, budaya dan pendidikan.
2. Peran wanita Indonesia keturunan Arab di Surakarta Jawa Tengah itu telah
beragam dan mengalami berbagai perkembangan, diantaranya dalam perihal
pendidikan, memilih jodoh atau calon suami, serta peran mereka dalam
kehidupan bermasyarakat.
3. Perihal pendidikan mereka juga mempunyai kesempatann untuk bersekolah
dilembaga yang umum selain mereka berkesempatan bersekolah di lembaga
khusus wanita.
10
4. Dalam perihal memilih jodoh, mereka juga mempunyhai beragam
kesempatan diantaranya dipilihkan oleh keluarga, dan juga berkesempatan
memilih sendiri calon suaminya. Selain itu mereka juga berkesempatan
memilih calon suami baik dari golongan mereka maupun di luar golongan
mereka.
5. Perihal dalam peran mereka dalam kehidupan bermasyarakat, mereka ikut
berpartisipasi dalam berragam organisasi. Guna mendukung kegiatannya
tersebut, mereka membutuhkan ijin dan dukungan dari suami mereka.
Daftar Pustaka
Abdullah, Taufik (editor). Islam di Indonesia: Sepintas Lalu Tentang Beberapa Segi.
Jakarta: Tintamas Indonesia
Abdurrahman. 1994. Emansipasi Adakah dalam Islam Suatu Tinjauan Syariat Islam
Tentang Kehidupan Wanita. Jakarta: Gema Insan Press.
Aidit, Chadidjah.1941. Perempoean dan Masyarakat. Insaf No. 7. September-Oktober.
Berg, L.W.C. Van dan . 1989. Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara. Jakarta:
INIS.
Mosse, Yulia Cleves. 1996. Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: Rifka ANNISA
dan Pustaka Pelajar./
Nahdi, Barkah. 1940. Azaz dan Tujuan PAI Istri. Insaf. No.6-7. September-Oktober.
Noer, A.A. 1940.Organisasi PAI Istri. Aliran Baroe. No. 21.
Soed. Nyonya. 1940. Pergerakan Perempoean Arab di Indonesia. Aliran Baroe.No. 8.
11
KAJIAN DI SURAKARTA JAWA TENGAH
Pendahuluan
Memerangi ketidakadilan sosial sepanjang sejarah kemanusiaan selalu
menjadi hal yang menarik dan tetap akan menjadi tema penting dalam setiap
pemikiran dan konsepsi tentang kemasyarakatan di masa mendatang. Dalam
memerangi ketidakadilan sosial, sejarah manusia telah melahirkan analisis dan
teori sodial yang sangat berpengaruh dalam membentuk sistem kemasyarakatan
umat manusia. Misalnya, Antonio Gramsci dan Louis Althusser membahas
idiologi dan cultural serta menggugat keduanya karena diangggap sebagai alat dan
bagian dari mereka yang diuntungkan untuk melanggengkan ketidakadilan. Para
supporter dari teori kritis Frankfurt mempersoalkan metodologi dan epistimologi
sebagai salah satu sumber ketidakadilan. Bahkan ilmu pengetahuan dan wacana
yang selama ini dianggap netral juga telah mempertanyakan ketidakadilan.
Menurut pandangan mereka, ilmu pengetahuan bisa dan telah menjadi alat untuk
melanggengkan ketidakadilan sosial. Dari berbagai gugatan ketidakadilan
tersebut, terdapat salah satu analisis yang mempertanyakan ketidakadilan sosial
dari aspek hubungan antar jenis kelamin yang belum pernah disingggung oleh
teori-teori di atas. Analisis yang dimaksud adalah analisis gender, suatu analisis
yang menjdi alat bagi gerakan feminisme.
Kajian gender pada dekade terakhir mulai semakin semarak seiring dengan
menggemanya repertoir perbedaan gender. Hal ini dibuktikan dengan semakin
menggaungnya perbincangan bahkan studi tentang perempuan diberbagi kalangan.
Yang lebih menggembirakan lagi adalah semakin banyaknya bermunculan pusat
kajian atau studi wanita, yang populer dengan studi gender di perguruan tinggi
bahkan lembaga-lembaga yang lainnya, terutama di Indonesia.
Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang terdiriatas bermacammacam suku, golongan, adat, budaya, agama bahkan kepulauan. Dengan semakin
beraggamnya suatu penduduk berarti mereka mempunyai aturan-aturan sosial dan
budaya yang berbeda-beda pula, terutama tata aturan ihwal perbedaan gender.
Masyarakat terkadang memandang perbedaan gender dengan dipengaruhi oleh
konsep syariat suatu agama meskipun tidak secara menyeluruh, misalnya Islam.
Dalam syariat Islam sebenarnya tidak ada ketentuan yang mengihtilafkan
kedudukan pria dan wanita. Kedudukan dan hak wanita dalam syariat Islam
sebenarnya setara dengan pria. Selain itu, wanita sebagai manusia telah dilimpahi
daya kemampuan dan yang tidak terbatas dalam ranah spiritual dan intelektual.
Pandangan terhadap perbedaan gender yang mengatasnamakan konsep syariat
suatu agama juga bermunculan bahkan telah abadi sampai sekarang dalam
masyarakat Indonesia keturunan Arab.
Masalah-masalah perbedaan gender dalam masyarakat Indonesia banyak
bermunculan dalam masyarakat keturunan Arab pada umumnya dan khususnya
pada masyarakat keturunan Arab di Surakarta. Ihwal pengaruh perbedaan gender
ini dapat dilihat dalam kehidupan masyarakatnya. Pengaruh perbedaan gender
tersebut antara lain, keterbatasan dalam memilih pasangan hidup, pendidikan, dan
interaksi sosial. Masalah-masalah perbedaan gender dalam kehidupan wanita
1
keturunan Arab di Surakarta merupakan suatu kajian yang sangat menarik untuk
digali lebih mendalam. Mengapa demikian? Karena walupun kehidupan wanita
keturunan Arab di Surakarta dipengaruhi oleh perbedaan gender akan tetapi
mereka masih tetap ikut serta dan berperan aktif dalam semua kehidupan
bermasyarakat.
Pemilihan Surakarta sebagai objek penelitian ini didasari adanya beberpa
faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain, Surakarta pada zaman dahulu merupakan
suatu kasultanan, Surakarta merupakan pusat kebudayaan. Yang tak kalah
pentingnya, di Surakarta berdiam masyrakat Indonesia keturunan Arab yang
jumlahnya sangat besar tatkala dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya.
Beranjak dari persepsi umum tentang perbedaan gender di atas, menarik
sekali dilakukan penelaahan yang lebih jauh mengenai peran wanita dalam ranah
sosial dan aktifitasnya dalam kehidupan wanita keturunan Arab di Surakarta.
Sehubungan dengan pembahasan ini, jangkauan penelaahan dalam penelitian ini
yang perlu dibatasi menyangkut (a) peran wanita dan (b) aktifitas wanita. Peran
wanita dalam penelitian ini diarahkan pada pembahasan gender dan pengaruhnya
pada kehidupan sosial dan budaya wanita Indonesia keturunan Arab di Surakarta.
Adapun aktifitas wanita dalam penelitian ini dibatasi dalam perihal aktifitas
kehidupan wanita Indonesia keturunan Arab di Surakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal seperti, peran
wanita Indonesia keturunan Arab di Surakarta dalam ranah sosial dan budaya, dan
aktifitas kehidupan wanita keturunan Arab di Surakarta dalam kehidupan
bermasyarakat. Selain perihal tujuan penelitian, ada juga kontribusi dari penelitian
ini adalah bertalian dengan pemahaman masyarakat. Melaui peneliotian
diharapkan adanya pemahaman masyarakat yang memadai terhadap keberadaan
wanita Indonesia keturunan Arab dalam kehidupan bermasyarakat. Lebih jauh lagi
melaui pemahaman yang memadai, diharapkan pula masyarakat dapat bersikap
dan bertindak lebih bijaksana terhadap keberadaan dan peran wanita.
Gender menurut Oakley (dalam Fakih:1997:71) mendefinisikan bahwa gender
adalah perbedaan yang bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan. Perbedaaan
biologis ya’ni perbedaan jenis kelamin adalah kodrat dan oleh karenanya secara
permansn berbeda. Dari definisi iru gender dapat dipahami sebagi perbedaan
perilaku antara laki-laki dan perempuan yang dikontruksi secara soaial, yaitu
perbedaan bukan kodrat Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia melaui proses
sosial dan kultur yang panjang.
Pada proses berikutnya perbedaan gender melahirkan peran gender dan
diangggap tidak menimbulkan masalah, maka tidak pernah digugat. Akan tetapi
yang menjadi masalah dan perlu digugat oleh mereka yang menggunkan analisis
gender adalah struktur ketidak adilan yang ditibulkan oleh peran gender dan
perbedaan gender. Dari kajian yang dilakukan dengan menggunakan anlisis
gender ini ternyata banyak ditemukan berbgai manivestasi ketidakadilan, seperti
ihwal pendidikan, perkawinan, politik, dan sosial. Guna menganalisis peran
gender dan perbedaan gender ini dijadikanlah teori peran gender dari Mosse
(1996)
sebagai pijakan utama dalam penelitian ini. Pendekatan yang
dikembangkan Mosse (1996 : 4) mempunyai prinsip dasar bahwa peran itu
sangatlah dipengaruhi oleh tingkat sosial, usia serta latar belakang budaya dan
etnis. Selain itu juga dikembangkan pula melaui pendekatan historis. Langkah
utama pendekatan Mosse (1996:66) adalah pendekatan kebudayaan. Pendekatan
kebudayaan ini adalah mencari hubungan peran gender dengan pengaruh dari
syariat agama dan latar belakang budaya masyrakat Arab yang masih mengikuti
2
nilai-nilai dan norma-norma sosial dari negara asalnya dan juga dipengaruhi oleh
situasi sosial dan politik pada masa itu. Setalh itu, menghubungkan peran gender
dalam ihwal perkawinan dan pendidikan serta pengaruhnya.
Cara kerja pengkajian dalam penelitian adalah dengan memanfaatkan teori
melalui pendekatan kesyariatan agama Islam, teori historis, dan dan teori budaya.
Pada tahap pertama adalah mencari hubungan-hubungan yanga ada antara peran
gender dengan tata aturan yang berlaku dalam syariat Islam. Tahap kedua adalah
mendalami perkembangan perbendaan gender dengan meruntut sejarah
kedatangan orang Arab ke Indonesia dan perkembangan historis dari keturunan
Arab di Indonesia. Tahap ketiga adalah mendekati perbedaan gender melalui
pendekatan budaya, adat dan kebiasasaan dari masyarakat keturunan Arab di
Surakarta dalam kehidupannya sehari-hari. Penggunaan pendekatan budaya ini
berdasarkan dari fakta bahwa masyarakat keturunan masih mengikuti adat istiadat,
tata cara, nilai-nilai sosial dari negara asalnya. Selain, itu pendekatan ini juga
menggali peran sosial, politik, pendidikan, serta aktifitas kehidupan wanita
Indonesia keturunan Arab. Semakin berkembangnya peran sosial, politik,
ekonomi, pendidikan, budaya serta aktifitas dari mereka akan semakin membuka
adanya perubahan budaya.
Metode penelitian
penilitian ini merupakan hasil dari penelitian deskriptif tentang kajian gender
dalam masyarakat keturunan Arab di Pasarkliwon Surakarta Jawa Tengah. Oleh
karena itu, setelah dipaparkan perihal pendekatan, teori serta analisis yang
digunakan dalam penelitian ini, metode penelitian perlu dikedepankan guna
memperdalam pendekatan, dan teori yang dimanfaatkan. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif persepsional. Metode pendekatan
deskriptif persepsional dapat dipahami sebagai suatu metode yang digunakan
untuk menggambarkan fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antarfenomena yang
diselidiki secara sistematis, faktual, dan akurat dari sampel penelitian melalui
persepsi yang tepat. Selain itu, juga menggunakan metode kualitatif, pengolahan
data yang disesuaikan dengan jenis dan sifatnya. Pengolahan data atau analisi data
dimaksudkan untuk membantu pemunculan temuan baru yang berasal dari data
empirik.
Guna mendukung metode kualitatif, digunakanlah metode kuantitatif. Metode
kuantitatif dapat dipahami sebagai suatu metode pengolan dan analisis datanya
dilakukan dengan editing, kategorisasi data dan tabulasi. Unit analisa dalam
penelitian ini adalah individu dan rumah tangga. Pengumpulan data-data primer
diperoleh dengan menggunakan dengan menggunakan 2 macam cara, yaitu, simak
dan cakap. Berkaitan dengan metode yang digunakan dalam metode simak adalah
pengamatan berpartisipasi, dan teknik sadap sebagai teknik dasar dan teknik
simak libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat sebagai teknik lanjutan. Metode
cakap adalah metode pengumpulan data dengan cara menggunakan percakapan.
Percakapan ini dilakukan peneliti dengan narasumbernya (penuturnya) dengan
menggunakan teknik pancing sebagai teknik dasar dan sebagai teknik lanjutan
adalah teknik cakap semuka, teknik rekam, dan teknik catat. Metode Kuisoner
adalah metode pengumpulan data dengan bentuk kuisoner. Metode ini digunakan
setelah metode simak dan metode cakap dianalisis. Pemilihan responden
dilakukan dengan cara “snowball sampling” dan “random sampling”. Data-data
3
sekunder didapatkan dari sumber-sumber tertulis, baik berupa buku-buku,
laporan-laporan penelitian. Dokumen-dokumen, majalah-majalah dan sebagainya
Perihal variabel yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah, jumlah
wanita Indonesia keturunan Arab yang bekerja diluar rumah, jumlah wanita
Indonesia keturunan Arab yang tidak bekerja, usia produktif jumlah wanita
Indonesia keturunan Arab (25-50 tahun), jumlah pria yang mendukung kegiatan
istri di bidang sosial, ekonomi, poltik, dan budaya, jumlah pria yang tidak
mendukung kegiatan istri di bidang sosial, ekonomi, poltik, dan budaya,
pendidikan yang diperoleh wanita Indonesia keturunan Arab, nilai-nilai budaya
yang dianut oleh keluarga keturunan Arab.
Setelah data-data di atas terkumpul, diadakan pengklasifikasian data menurut
pemerian yang disesuaikan dengan variabel yang dimanfaatkan dalam penelitian
ini. Hasil dari pengklasifikasian ini kemudian dianalisis dengan memanfaatkan
analisis deskriptif dan kuantitatif. Akhirnya, pelaporan ini disajikan dalam bentuk
pelaporan nonformal.
Bahan dan Alat Penelitian
Instrumen Pelaksanaan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:Tape
Recorder, Kaset, CD, Baterai, Kertas, Buku tulis, Alat tulis, Komputer, Kamera,
Tinta Sprinter, dan lain-lain
Pembahasan
Analisis gender dalam sejarah pemikiran manusia tentang ketidakadilan sosial
dianggap suatu analisis baru, dan mendapat sambutan akhir-akhir ini. Analisis
gender inilah yang telah membantu mempertajam analisis kritis sosial yang sudah
ada. Analisis kritik sosial ini mencoba mendalami perihal ketidakadilan gender
dalam ranah kehidupan sosial, dan budaya.
A. Gender dan pengaruh pada kehidupan sosial dan budaya wanita Indonesia
keturunan Arab di Surakarta
Analisis gender merupakan suatu analisis ketidakadilan gender diantara
mahluk tuhan berkelamin laki-laki dan perempuan. Ketidakadilan ini bukan
mengarah pada persamaan jenis kelamin seseorang atau seksualitas.
Ketidakadilan ini adalah seperangkat peran yang menunjukkan jenis kelamin
(dibaca gender). Ketidakadilan yang dimaksudkan ya’ni ketidakadilan dalam
ihwal peran yang ditimpakan kepada wanita dalam kehidupan sosial dan
budaya. Peran gender ini sangat dipengaruhi oleh tingkat sosial, usia seta latar
belakang budaya dan etnis.
Tingkat sosial, usia, serta latar belakang budaya dan etnis adalah jantung
dalam analisis gender. Dalam kehidupan wanita Indoneisa keturunan Arab di
Surakarta, analis gender membutuhkan penarikan benang-benang kusut ihwal
ajaran agama Islam dan pengaruhnya dalam peran gender, latar belakang
budaya keturunan Arab Indonesia di Surakarta dan pengaruhnya dalam peran
gender, dan pendidikan wanita Indonesia Keturunan Arab di Surakarta dan
pengaruhnya dalam peran gender.
4
1. ajaran agama Islam dan pengaruhnya dalam peran gender
Penduduk Indonesia keturunan Arab di Surakarta kebanyakan
memeluk agama Islam. Islam adalah suatu agama yang mengatur umatnya
dengan syariat-syariatnya. Salah satu bagian tata aturan syariat Islam
adalah ihwal persamaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita. Dalam
syariat Islam persamaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita telah
ditetapkan dengan jelas dalam kitab suci Al-Qur’an maupun hadist
rasulnya. Persamaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita terlihat
dalam hal-hal yang berhubungan dengan pertanggung jawaban manusia
secara umum serta berhubungan antara sesama manusia seperti ketaqwaan,
keimanan, dakwah, hubungan muamalah, dan menuntut Ilmu. Selain
persamaan, syariat Islam juga mengatur perihal perbedaan hak dan
kewajiban antara pria dan wanita. Perbedaan hak dan kewajiban pria dan
wanita ini berhubungan dengan kodrati kelamin. Kodrat kelamin
mencakup tata aturan dalam term kodrat pria dan wanita. Kodrat ini
adakalnya tentang kedudukan, fungsi, maupun status atau posisi dalam
masyarakat. Perbedaan ini tampak dalam pembagian warisan, berpakaian,
dan rumah tangga.
Tata aturan syariat Islam yang mengkaji hak dan kewajiban antara
pria dan wanita ini sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat
Indonesia keturunan Arab di Surakarta. Dalam kehidupan sehari-hari,
perbedaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita menjadi hal yang
menonjol dalam kehidupan mereka. Mereka masih mengganggap wanita
adalah berstreotip lemah. Streotip ini ditunjukkan dengan perlambangan
bahwa wanita itu slalu menjadi mahluk kedua setelah pria. Wanita harus
mematuhi keinginan orang tuanya atau mengiyakan keinginan suaminya.
Wanita Indonesia keturunan Arab di Surakarta akan mendapatkan
warisan yang lebih kecil apabila dibandingkan dengan pria. Fungsi mereka
hanyalah sebagai rumah tangga dan pengatur rumah tangga. Kedudukan
pria selalu menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Hasalahnya,
kehidupan wanita keturunan Arab itu menempati fungsi, posisi atau status
setelah pria dalam kehidupan masyarakat. Perbedaan gender ini sangat
dipengaruhi oleh tata aturan syariat agama yang mereka yakini.
2. latar belakang budaya keturunan Arab Indonesia di Surakarta dan
pengaruhnya dalam peran gender
Dari observasi yang dilakukan, perbedaan gender masyarakat
indonesia keturunan Arab di Surakarta selain dipengaruhi oleh syariat
Islam, juga dipengaruhi oleh latar belakang budaya mereka. Latar
belakang budaya mereka yang masih menaati dan mengikuti nilai-nilai dan
norma-norma sosial dari negara asalnya. Selain latar belakang budaya
mereka, perbedaan gender juga dipengaruhi oleh situasi politik pada saat
itu. Diakar dari sejarah, orang-orang Arab yang datang ke Indonesia sejak
beberapa abad yang lalu adalah berasal dari para pedagang yang berasal
dari Hadramaut Zaman. Maskat, Persia, Mesir, Oman, dan Bahrain.
Mereka datang ke Indonesia dengan tidak membawa keluarganya. Hal
ini disebabkan karena perjalanan yang sangat jauh dan menyulitkan.
Setelah sampai di Indonesia dan menetap cukup lama kemudian mereka
5
menikahi wanita-wanita pribumi. Perkawinan ini menyebabkan asimilasi
kebudayaan dan interaksi sosial yang erat. Walaupun mereka telah lama
menetap dan berasimilasi kebudayaan, mereka dalam beberapa hal masih
tetap mentaati dan menjunjung tinggi tata cara dan nilai-nilai sosial dari
negara asalnya. Ihwal ini, dapat didapati dalam stratifikasi sosial yang
berdasarkan nasab, pekerjaan seseorang.
Pada masa lalu, masyarakat Hadramaut terbagi kedalam beberapa
golongan, yaitu Sayyid (keturunan Nabi Muhammad dari putrinya
Fatimah), Syaih (ketunan Sahabat), al-Qerwan (tukang kayu, pandai besi,
tukang emas, penyamak kulit), fallah (petani), dan golongan-golongan
yang lainnya. Golongan-golangan tersebut di atas pada dasarnya
penamaannya menggunakan nama-nama keluarga yang khas.
Di Indonesia pada umumnya dan Surakarta pada khususnya, terdapat
bermacam-macam golongan. Stratifikasi masyarakat di Surakarta lebih
sederhan. Hal ini berdasarkan penamaannya yang berasal dari asalnya.
Misalnya, berdasarkan asal keturunannya, melahirkan Sayyid dan Ba’alwi
atau disebut juga golongan manasib dan bukan manasib (Noer, 1992:67).
Penamaan golongan juga ada yang berdasarkan tempat kelahiran mereka
yaitu Wulaiti dan Muwalat. Selain itu, penamaan golongan ada yang
berdasarkan pekerjaan mereka, yaitu ada
Selain stratifikasi sosial, masyarakat Indonesia keturunan juga masih
melestarikan pemakaian nama keluarga yang berdasarkan atas garis nasab
dari pihak laki-laki. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi, dan
posisi atau kedudukan mereka sebagai keturunan Arab. Nama-nama nasab
ini dapat menjadi rujukan dalam penulususran dari golongan manakah
mereka berasal. Penggambaran ini menunjukkan bahwa dalam masyarakat
Indonesia keturunan Arab di Surakarta kaum prialah yang paling dominan
dalam kehidupan sodialnya.
3. pendidikan wanita Indonesia Keturunan Arab di Surakarta dan
pengaruhnya dalam peran gender
Memasuki abad ke-20, fungsi, posisi atau kedudukan wanita
Indonesia keturunan Arab mulai menunjukkan grafik perubahan.
Perubahan ini dipengaruhi oleh politik etis yang dicanangkan oleh
penjajah Belanda. Masyarakat Ibdonesia keturunan Arab kemudian
mendirikan ormas yang bergerak diranah pendidikan. Hal ini dilaksanakan
guna mengimbangi lembaga pendidikan yang diprakarsai oleh Belanda.
Organisasi masyarakat yang bergerak di ranah pendidikan ini
membentuk Ja’iyyat al-Khairiyah pada 17 Juli 1905. Setelah terjadi
perpecahan dalam lembaga ini, mereka mendirikan Jam’iyyat al-Islam wa
al-Irsyad pada tahun 1915 serta Jam’iyat Rabithah al-Alawaliyah pada
1928. Setelah berjalan dalam kurun waktu 6 tahun, muncullah organisasi
Persatuan Arab Indonesia (PAI) pada 4 Oktober 1934 di Semarang.
Organisasi-organisasi di atas mempunyai pengaruh yang amat besar
dalam merubah paradigma masyarakat Indonesia keturunan Arab tentang
ihtamnya pendidikan bagi masyarakat dan paradigma terhadap fungsi,
posisi atau kedudukan wanita. Perubahan paradigma ihwal fungsi, posisi
atau kedudukan wanita sangat dipengaruhi oleh kemunculan PAI. PAI
telah menaruh perhatian terhadap masalah-masalah wanita Indonesia
6
keturunan Arab, misalnya munculnya Barkah Salim Nahdi NSI (persatuan
Istri PAI). NSI bertujuan melepaskan diri kunkungan adat yang
merendahkan wania, membangkitkan kesadaran akan ihtamnya
pendidikan, serta berusaha memperjuangkan persamaan gender antara
wanita dan pria.
Pembentukan PAI ini juga membawa dampaknya sampai ke wanita
Indonesia keturunan Arab di Surakarta. Dampak yang terjadi baik dalam
bidang sosial, ekonomi, politik maupun budaya. Perubahan dibidang sosial
dapat ditemukan dari keberhasilan PAI untuk menyadarkan akan ihtamnya
pendidikan. Wanita-wanita Indonesia keturunan di Surakarta telah
berusaha memberikan pendidikan setingginya kepada putri-putranya.
Dalam bidang ekonomi, perubahan ditandai dengan munculnya pendidikan
dan kursus-kursus ketrampilan yang menjadi modal mereka dalam
mengembangkan diri. Kegiatan mereka dibidang ekonomi telah merubah
paradigma dalam perbedaan gender. Mereka juga berkesempatan mencari
nafkah guna menambah penghasilan rumahj tangga melalui profesi mereka
masing-masing. Dalam bidang politik, mereka telah banyak berpartisipasi
dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Behkan pada masa sekarang,
mereka telah bebas dalam menyalurkan aspirasinya. Serta dalam bidang
budaya, perubahan adat mulai bermunculan, antara lain kebiasaan
memingit mulai memudar, dan mereka mulai diijinkan untuk
mengembangkan wawasannya dengan mengikuti kegiatan diluar rumah.
Akan tetapi penjodohan masih dominan terutama bila perkawinannya
dengan nasab yang berbeda apalagi dengan orang bukan keturunan Arab.
B. Aktifitas wanita Indonesia keturunan Arab di Surakarta dan perannya
Kemunculan organisasi istri Persatuan Arab Indonesia (PAI) pada 1940
telah membawa cahaya cerah dalam merubah kehidupan sosial masyarakat
Indonesia keturunan Arab di Surakarta. Kemunculan organisasi itu juga
meberikan angin segar perihal kesadaran akan ihtamnya persamaan hak antara
pria dan wanita dalam berbagai bidang kehidupan dan ihtamnya peningkatan
kedudukan wanita Indonesia keturunan di Surakarta. Upaya itu antara lain
direalisasikan dengan melebarkan sayap kesempatan untuk memperoleh
pendidikan bagi mereka. Dari 50 responden yang mengisi kuisioner
prosentasenya adalah sebagaimana di bawah ini,
Pendidikan yang ditempuh Prosentase
Formal
SD
18%
SLTP
22%
SLTA
36%
Perguruan Tinggi
24%
Pendidikan
Tabel 1
Dari tabel 1 dapat diketahui ihwal pendidikan wanita Indonesia keturunan
Arab di Surakarta itu menunjukkan bahwa wanita Indonesia keturunan Arab
itu cukup berpendidikan. Walaupun demikian, para Wanita Indonesia
keturunan Arab ini masih dipengaruhi oleh nilai-nilai dan kebiasaan yang
7
berlaku pada masa lalu, yaitu larangan untuk bertemu dengan pria yang bukan
muhrimnya. Hal ini terlihat dari sebagian besar responden (80%) menempuh
pendidikan pada sekolah-sekolah yang muridnya hanya wanita saja. Hanya
20% responden yang menempuh pendidikan pada sekolah-sekolah umum,
antara murid pria dan wanita dicampur.
Ganbaran perihal pendidikan di atas tampaknya ada korelasi antara tingkat
pendidikan orang tua responden dengan pandangannnya bahwa anak-anak
wanitanya hanya diperbolehkan bersekolah di sekolah khusus wanita. Dari
penelitian lapangan yang dilakukan diperoleh data sebagaimana di bawah ini:
Pendidikan yang ditempuh Prosentase
Formal
SD
26%
SLTP
48%
SLTA
16%
Perguruan Tinggi
10%
Pendidikan
Tabel 2
Dari tabel 2 dapat diambil pemahaman bahwa pendidikan pada
masyarakat Indonesia keturunan Arab di Surakarta menunjukkan grafik cukup
positif. Dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan perihal latar
belakang mereka menyeklolahkan anak wanitanya di sekolahan khusus wanita
adalah dikarenakan aturan yang berlaku dalam masyarakat memang demikian
dan untuk menjaga agar anak-anak wanitanya tidak terpengaruh oleh
pergaulan yang tidak positif. Selanjutnya, alasan mereka menyekolahkan anak
wanitanya di sekolahan yang mencampur antara laki-laki dan perempuan
adalah tidak ingin membedakan antara wanita dan pria, serta agar anak-anak
mereka dapat tumbuh bergaul dengan wajar.
Kesempatan yang dimiliki oleh wanita Indonesia keturunan Arab dalam
memilih pendidikan tidak diimbangi dengan kebebasan mereka dalam memilih
jodoh. Masalah ini dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan. Faktor
pendidikan tidak memiliki pengaruh dalam ihwal pernikahan. Walaupun
pendidikan orangtuanya tinggi, pernikahan itu selalu ditentukan oleh keluarga
besar. Hal ini terbukti dari hasil penelitian pada tabel di bawah ini,
Keterangan
Memilih jodohnya sendiri
Dipilihkan jodohnya
Prosentase
16%
84%
Tabel 3
Dari tabel 3 dapat dimengerti perihal pernikahan dalam wanita Indonesia
keturunan Arab di Surakarta. Wanita Indonesia keturunan Arab di Surakarta
dalam pernikahan selalu diinterferensi oleh keluarga besarnya. Hasil di atas
membuktikan bahwa masalah gender masih sangat berpengaruh dalam
masalah pernikahan. Masalah-masalah itu salah satunya adalah dalam perihal
memilih calon suami. Ihwal, wanita Indonesia keturunan Arab di Surakarta
dalam memilih suaminya terlihat dalam tabel di bawah ini,
8
Calon Suami
Keturunan Arab
Nonketurunan Arab
Keturunan
Arab
Nonketurunan Arab
Prosentase
58%
32%
dan 10%
Tabel 4
Dari tabel 4 dapat diambil pemahaman bahwa wanita Indonesia keturunan
Arab dalam memilih calon suaminya itu ada 3 kemungkinan. Pertama, mereka
berpendapat bahwa calon suaminya nanti itu harus berasal dari golongan atau
keturunan Arab juga dan seagama. Kedua, mereka berpendapat bahwa calon
suaminya kelak tidak harus berasal dari keturunan Arab. Mereka lebih
menekankan bahwa calon suaminya kelak haruslah seagama walupun dia tidak
keturunan Arab. Ketiga, mereka berpendapat bahwa calon suaminya kelak
baik berasal dari keturunan maupun tidak segolongan itu bukanlah hal yang
mendasar. Menurut mereka calon suaminya kelak haruslah seagama dengan
mereka dan tergantung dari mereka yang menjalani.
Dari ketiga asumsi tersebut pendapat yang pertamalah yang memperoleh
prosentase yang paling besar apabila dibandingkan dengan dua asumsi
lainnya. Hal itu dikarenakan bahwa ketaatan mereka tau berbakti mereka
kepada kepada orang tunya yang utama.
Dalam bebapa hal kedudukan wanita Indonesia keturunan Arab slalu
dibedakan dengan kaum laki-laki. Namun, dalam hal memenuhi kebutuhan
keluarga, kedudukan mereka sejajar dengan pria. Kesejajaran tersebut terlihat
dalam hal mencari nafkah. Perihal kesejajaran dalam mencari nafkah tampak
dalam tabel 5 di bawah ini,
Keterangan
Mencari nafkah
Tidak Mencari nafkah
Prosentase
86%
14%
Tabel 5
Dari tabel 5 di atas menunjukkan bahwa kesejajaran wanita Indonesia
keturunan Arab di Surakarta dengan laki-laki itu hanya sebatas dalam mencari
nafkah. Wanita Indonesia keturunan Arab di Surakarta dalam membantu suami
mereka untuk mencari nafkah diwujudkan dengan mendirikan catering,
menjual makanan ringan, membuka toko kelontong dan ada yang bekerja di
instansi-instansi pemerintah maupun instansi-instansi swasta. Dari hasil
responden menunjukkan bahwa tujuan mereka mencari nafkah adalah guna
memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun, suamilah yang lebih dominan
dalam mencari nafkah. Hal ini didasari perihal pandangan masa lalu yang
masih berepengaruh, yaitu tidak diijinkannya wanita bekerja di luar rumah.
Pandangan ini menyebabkan usaha-usaha yang dilakukan itu banyak yang
dilakukan dalam rumah tangga. Sejalan dengan berkembangnya pendidikan
yang diperoleh oleh wanita Indonesia keturunan Arab pekerjaan yang
dilakukan merekapun mengalami perkembangan. Perkembangan itu
9
ditunjukkan dengan bekerjanya mereka di instansi-instansi pemerintah
maupun instansi-instansi swasta.
Selain disibukkan dengan urusan rumah tangga, keluarga, dan kesibukan
menambah nafkah keluarga, wanita Indonesia keturunan Arab juga
mempunyai kegiatan dalam bermacam-macam organisasi. Data observasi
perihal organisasi-organisasi yang mereka ikuti sebagaimana pada tabel 6 di
bawah ini,
Nama organisasi
Darma wanita
PKK
Organisasi sosial
Organisasi lain
Prosentase
Formal
52%
6%
4%
38%
Pendidikan
Tabel 6
Dari tabel 6 di atas dapat diambil kesimpulan bahwa wanita Indonesia
keturunan Arab turut juga berpartisipasi dalam berbagai organisasi.
Kebanyakan dari mereka hanya berpartisipasi pada organisasi-organisasi sosial.
Mereka kurang tampaknya kurang berminat pada organisasi-organisasi massa.
Kekurang minatan mereka terhadap sosial didasari atas pandangan bahwa
bidang tersebut kurang menarik dan tidak menguntungkan pada segi apapun.
Dalam rangka mencari nafkah maupun mengembangkan diri atau
bersosialisasi ada beberapa faktor yang melatarbelakangi wanita Indonesia
keturunan Arab ikut kegiatan tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain
permintaan ijin kepada suami, dan dukungan dari suami, atau ijin dari suami
dan dukungan dari suami. Dari observasi yang dilakukan diperoleh data
sebagaimana tabel 7 di bawah ini,
Keterangan
Dukungan suami
Ijin dan dukungan suami
Prosentase
Formal
26%
48%
Pendidikan
Tabel 7
Kesimpulan
1. Perbedaan gender pada Masyarakat Indonesia keturunan Arab itu
dipengaruhi oleh syariat Islam, adat istiadat, budaya dan pendidikan.
2. Peran wanita Indonesia keturunan Arab di Surakarta Jawa Tengah itu telah
beragam dan mengalami berbagai perkembangan, diantaranya dalam perihal
pendidikan, memilih jodoh atau calon suami, serta peran mereka dalam
kehidupan bermasyarakat.
3. Perihal pendidikan mereka juga mempunyai kesempatann untuk bersekolah
dilembaga yang umum selain mereka berkesempatan bersekolah di lembaga
khusus wanita.
10
4. Dalam perihal memilih jodoh, mereka juga mempunyhai beragam
kesempatan diantaranya dipilihkan oleh keluarga, dan juga berkesempatan
memilih sendiri calon suaminya. Selain itu mereka juga berkesempatan
memilih calon suami baik dari golongan mereka maupun di luar golongan
mereka.
5. Perihal dalam peran mereka dalam kehidupan bermasyarakat, mereka ikut
berpartisipasi dalam berragam organisasi. Guna mendukung kegiatannya
tersebut, mereka membutuhkan ijin dan dukungan dari suami mereka.
Daftar Pustaka
Abdullah, Taufik (editor). Islam di Indonesia: Sepintas Lalu Tentang Beberapa Segi.
Jakarta: Tintamas Indonesia
Abdurrahman. 1994. Emansipasi Adakah dalam Islam Suatu Tinjauan Syariat Islam
Tentang Kehidupan Wanita. Jakarta: Gema Insan Press.
Aidit, Chadidjah.1941. Perempoean dan Masyarakat. Insaf No. 7. September-Oktober.
Berg, L.W.C. Van dan . 1989. Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara. Jakarta:
INIS.
Mosse, Yulia Cleves. 1996. Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: Rifka ANNISA
dan Pustaka Pelajar./
Nahdi, Barkah. 1940. Azaz dan Tujuan PAI Istri. Insaf. No.6-7. September-Oktober.
Noer, A.A. 1940.Organisasi PAI Istri. Aliran Baroe. No. 21.
Soed. Nyonya. 1940. Pergerakan Perempoean Arab di Indonesia. Aliran Baroe.No. 8.
11