BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Keluarga Berencana 2.1.1. Pengertian Keluarga Berencana - Hubungan Jenis dan Lama Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Terhadap Gangguan Menstruasi Pada Ibu Pus di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Program Keluarga Berencana

  2.1.1. Pengertian Keluarga Berencana

  Menurut WHO (1970) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.

  Pengertian Keluarga Berencana secara khusus adalah pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya pembuahan atau mencegah pertemuan sperma dan sel

  8 telur pada saat berhubungan seksual.

  2.1.2. Sejarah Program Keluarga Berencana

  Upaya keluarga berencana mula-mula timbul atas prakarsa kelompok orang- orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu, yaitu pada awal abad

  XIX di Inggris. Hal tersebut sejalan dengan ditinggalkannya cara-cara mengatur kehamilan secara tradisional dan mulai digunakannya alat-alat kontrasepsi yang memenuhi syarat medis. Maka dimulailah usaha-usaha keluarga berencana di abad modern dengan tujuan dan sasaran yang lebih luas, tidak terbatas pada upaya mewujudkan kesehatan ibu dan anak dengan cara membatasi kehamilan/kelahiran

  9 saja.

  Di Inggris dikenal Marie Stopes (1880-1950) yang menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan keluarga buruh. Di Amerika Serikat dikenal Margareth Sanger

  8 pelopor KB modern. Pada tahun 1952 Margareth Sanger meresmikan berdirinya

  International Planned Parenthood Federation (IPPF). Sejak saat itu berdirilah

  perkumpulan-perkumpulan keluarga berencana diseluruh dunia, termasuk di Indonesia, yang merupakan cabang IPPF tersebut. Program KB ini dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, sehingga pada tahun 1970 terbentuk Badan

  9, 10 Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

  5

2.1.3. Visi dan Misi Program Keluarga Berencana

  a. Visi Program Keluarga Berencana

  Visi program Keluarga Berencana Nasional adalah untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan YME.

  b. Misi Program Keluarga Berencana

  Misi program keluarga berencana diantaranya yaitu: 1) memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil yang berkualitas, 2) menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian, dan ketahanan keluarga, 3) meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, 4) meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi, 5) meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui program Keluarga Berencana, dan 6) mempersiapkan SDM berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai dengan usia lanjut.

2.1.4. Metode Keluarga Berencana

  Secara garis besar metode KB dapat dikelompokan menjadi dua yaitu, yang pertama metode sederhana seperti metode kontasepsi tanpa alat (metode kalender, metode suhu badan basal, metode lendir serviks, metode simpto-termal, Coitus interruptus) , dan metode kontrasepsi dengan alat (kondom dan Spermisid).

  Sedangkan metode yang kedua adalah metode modern seperti kontrasepsi hormonal (per-oral, suntikan, implant), Intra Uterine Devices (IUD,AKDR), dan kontrasepsi 5, 11 mantap.

2.2. Kontrasepsi Hormonal

  Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesterone. Estrogen yang terdapat dalam kontrasepsi bekerja dengan menghambat ovulasi melalui fungsi hipotalamus-hipofisis-ovariium, menghambat perjalanan ovum atau implantasi. Sedangkan progesteron bekerja dengan cara

  12 membuat lendir serviks lebih kental, sehinggga penetrasi sperma menjadi sulit.

2.2.1. Jenis Kontrasepsi Hormonal

  Kontrasepsi hormonal merupakan metode kontrasepsi yang efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Kebanyakan jenis hormon yang terkandung dalam kontrasepsi hormonal adalah jenis hormon sintetik, kecuali yang terkandung dalam depo medroksiprogesteron asetat (depo MPA), jenis hormonnya adalah jenis progesteron alamiah. Kebanyakan kontrasepsi hormonal diberikan secara oral (kontrasepsi oral). Sediaan yang mengandung progesteron saja dapat berupa pil, depo dalam bentuk suntik, AKDR, implant/ susuk. Kontrasepsi oral yang mengandung progesteron saja adalah minipil. Saat ini telah tersedia jenis kontrasepsi suntik yang mengandung estrogen dan progesteron.

  9, 13

  Hormon-hormon yang terkandung dalam kontrasepsi yaitu:

  9

  a) Estrogen Sintetik Estrogen alamiah (estradiol) jarang digunakan karena jenis cepat diserap oleh usus dan mudah dihancurkan oleh hati. Agar tidak mudah hancur maka ditambahkan gugusan etinil sehingga terbentuk jenis estrogen sintetik yaitu etinilestradiol. Hormon sintetik estinilestradiol ini sering dipakai untuk kontrasepsi hormonal.

  b) Progesteron/ gestagen sintetik Progesteron/ gestagen sintetik berasal dari turunan progesteron dan testosteron. Jenis-jenis yang sering dipakai seperti noristeron, DL- norgestimat, klormadinon asetat (KMA), siproseton asetat (SPA), medroksi progesteron asetat (MPA), mifepriston dan danazol.

2.2.3. Kontrasepsi Pil

  Terdapat begitu banyak jenis pil kontrasepsi yang beredar di pasaran seluruh dunia, tetapi pada dasarnya hanya dua jenis pil KB, yakni pil kombinasi (COCs,

  Combined Oral Contraseptives ) dan pil yang hanya berisi progestin atau sering

  disebut minipill. Dulu dikenal pil sekuensial, tetapi karena efek sampingnya yang banyak, sekarang telah ditarik dari peredaran. Dua steroid utama dalam pil KB adalah estrogen dan progestin. Sejak peluncurannya di tahun 60-an, dosis kedua jenis hormon ini mengalami penurunan yaitu kurang lebih 150 g estrogen dan 10 mg

  10 progestin, menjadi 30 g dan 150 g.

a. Pil Kombinasi

  Pil oral kombinasi (POK) merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon sintesis estrogen dan progesteron. Estrogen bekerja primer untuk membantu pengaturan hormon releasing factors di hipotalamus, membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam ovarium dan merangsang perkembangan endometrium. Progesteron bekerja primer menekan dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini/prematur dari ovarium,

  11 serta juga merangsang perkembangan dari endometrium.

  5, 9, 10 a.1. Jenis Pil Kombinasi

  1. Pil Monofasik Pil kombinasi yang paling banyak digunakan adalah pil monofasik yang berarti pil tersebut berisi estrogen dan progesteron dalam jumlah sama selama 21 hari waktu penggunaan pil, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, mis: Brevinor, Eugynon 30, Femodane, Leostrin 30, Mervelon, Mercilon, Minulet, Ovranette, Ovysmen, Ovran, Ovran 30, Norinyl-1, Yasmin.

  2. Pil Bifasik Pil ini adalah pil 21 hari yang berisi estrogen dalam jumlah sama selama penggunaan paket tetapi ada pil yang memiliki dua kadar progestogen berbeda di dalamnya. Biasanya pil ini diberi kode dengan warna berbeda, mis: Bi Nouvum. Pada bifasik hanya estrogen dulu yang bekerja menekan sekresi gonadotropin, sedangkan pada monofasik estrogen dan progesteron bekerja bersama-sama. Sehingga pada sekuensial ini pengentalan lendir serviks kurang begitu baik sehinga tetep saja terjadi penetrasi sperma. Jenis ini biasanya digunakan dalam pengobatan karena efek samping penggunaan hormonal baik amenorea, metroaragi dan menoragi.

  3. Pil Trifasik Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

  a.2. Mekanisme Kerja

  Titik tangkap utama kontrasepsi oral kombinasi adalah pada hipotalamus dengan menekan gonadotropin realising hormon. Pengaruhnya pada hiposfisis terutama adalah penurunan sekresi luteinizing hormon (LH), dan sedikit follicle

  stimulating hormon (FSH). Dengan tidak adanya puncak LH, maka ovulasi tidak terjadi. Disamping itu ovarium menjadi tidak aktif, dan pemasakan folikel terhenti.

  Lendir serviks juga mengalami perubahan, menjadi lebih kental, sehingga penetrasi sperma menurun. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan

  5, 14 sendirinya akan terganggu pula.. a.3. Efektivitas

  Bila pil digunakan dengan tepat dan benar keefektifan (theoretical

  effectiveness ) mencapai 99,9%, atau hampir menyemai strerilisasi. Dalam praktek (use effectiveness), kegagalan pada pemakaian pil masih cukup tinggi, yakni 2,5%.

  5 Ketidakpatuhan meminum pil merupakan salah satu penyebab kegagalan.

  a.4. Indikasi dan Kontraindikasi

  Indikasi penggunaan pil kombinasi adalah wanita yang menginginkan kontrasepsi oral dengan keefektifan yang sangat tinggi, anemia karena perdarahan haid yang banyak, siklus haid tidak teratur, dismenorea yang berat atau keluhan haid lain seperti nyeri tengah siklus dan sindrom pramenstruasi, kista ovarium yang tidak ganas, riwayat hamil ektopik dan riwayat keluarga yang menderita kanker ovarium. Kontraindikasi yang absolut adalah kehamilan, penyakit kardio dan serebrovaskular, diabetes melitus dengan komplikasi, penyakit hati, tumor ganas dari saluran kelamin dan payudara. Secara relatif pil kombinasi juga dapat diberikan pada keadaan sebagai berikut: sakit kepala yang berat, umur lebih dari 40 tahun, perokok berat (> 15 batang perhari) yang berumur lebih dari 35 tahun, hipertensi (> 160/90 mmHg), diabetes melitus, perdarahan vagina yang tidak diketahui sebabnya, menyusui, anemia, sel

  9,10 sabit dan lain-lain. a.5. Keuntungan

  Keuntungan utama pil adalah keefektifannya yang tinggi apabila digunakan dengan tepat dan benar. Menyerupai efektifitas tubektomi, bila digunakan setiap hari.

  Resiko kesehatan yang ditimbulkan sangat kecil. Penelitian tentang pil sudah cukup banyak sehingga pil diyakini melindungi dari penyakit radang pinggul. Hal ini disebabkan oleh beberapa mekanisme antara lain pil mengurangi jumlah darah menstruasi sehingga mengurangi medium kultur untuk beberapa jenis kuman. Pil menyebabkan lendir serviks menjadi lebih tebal dan kanalis servikalis menjadi kurang lebar sehingga sulit ditembus kuman yang akan masuk ke dalam kavum uteri.

  Selain itu siklus menstruasi menjadi teratur, banyaknya darah menstruasi berkurang

  (mencegah anemia), tidak terjadi dismenorea. Pil dapat digunakan jangka panjang selama akseptor ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan dan dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause. Penggunaan pil juga mudah dihentikan setiap saat (reversibel) karena kesuburan segera kembali setelah

  5, 9, 14 penggunaan pil tersebut dan dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat. a.6. Kerugian

  Di samping keuntungan yang ada, pil mempunyai beberapa kerugian antara lain harus diminum setiap hari, sehingga ketidakdisiplinan pemakai menyebabkan kegagalan tinggi. Harga pil relatif lebih mahal dibanding cara kontrasepsi lainnya dan pil tidak bisa dipakai pada wanita yang sedang menyusui. Efek samping pil masih cukup banyak seperti perdarahan bercak (break-through bleeding) terutama pada 3 bulan pertama, amenorea, nausea, nyeri payudara, sakit kepala, kenaikan berat badan, akne, perubahan emosi, retensi cairan sampai hipertensi, dan memperberat resiko penyakit kardiovaskular terutama bagi perokok berat. Pada ibu PUS yang mempunyai riwayat sudah pernah mengalami gangguan menstruasi, pada penggunaan pil

  5, 9 kontrasepsi akan mudah mengalami gangguan menstruasi.

  Ketidakpraktisan pil ditambah dengan efek samping yang masih relatif banyak, menyebabkan kelangsungan pemakaian rendah. Angka kelangsungan pemakaian sampai akhir tahun pertama kadang-kadang kurang dari 50%. Pil kombinasi juga berinteraksi dengan obat lain seperti rifampisin, fenitoin, berbiturat dan griseovulvin. Pemakaian obat tersebut mengurangi keefektifan pil karena menurunkan absorbsi dan mengganggu mekanisme kerjanya. Hubungan antara pil kombinasi dengan Kanker leher rahim (Ca servix) masih menjadi kontroversi. Banyak studi mengatakan bahwa ada hubungan antara pemakian pil dengan resiko

  13, 14 munculnya Kanker servix, bahkan setelah faktor seksual diperhitungkan.

b. Pil Progestin (Progestin-Only Pill) b.1. Sejarah Pil Progestin (POP)

  Dalam bahasa aslinya disebut Progestin-Only Pills atau disingkat POP atau Minipil atau Breastfeeding Pill. Dalam bahasa Indonesia disebut Pil Hanya Progestin atau Pil Progestin Saja (PHP atau PPS), atau pil mini atau pil menyusui. Dibuat dipertengahan tahun 1960-an, sebagai alternatif terhasap pil kombinasi dan mengandung dosis progestin yang lebih rendah dibandingkan dengan progestin yang ada dalam pil kombinasi dan sama sekali tidak berisi estrogen. Di Indonesia mini pil dipasarkan dengan nama dagang Exulton (buatan Organon), yang mengandung 0,5 mg linestrenol. Pil ini diminum terus menerus setiap hari, meskipun sedang dalam

  14 keadaan menstruasi. b.2. Jenis Minipil

  Kemasan dengan isi 35 pil: 300 µg levonorgestrel atau 350 µ g nerettindron

  5 dan kemasan dengan isi 28 pil: 75 µg desogestrel.

  10 Tabel.2.1. Jenis Mini Pil

  JENIS PREPARAT KADAR Desogestrel Cerazette 0,0075

  Microval 0,003 Levonorgestrel

  Norgeston 0,03 Femulen 0,5

  Noristeron Micronor 0,35 Noriday 0,35

  Norgestrel Neogest 0,075

  b.3. Cara Kerja

  Cara kerja mini pil yaitu dengan menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium. Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi menjadi lebih sulit. Lendir serviks mengental sehingga menghambat penetrasi sperma. Pada penggunaan jangka panjang minipil dapat mempengaruhi motilitas tuba, fertilisasi, serta transportasi sperma. Motilitasi tuba beresiko terjadinya

  5, 15 kehamilan ektopik menjadi lebih besar. b.4. Efektivitas

  Bagi ibu yang masih menyusui, sampai sembilan bulan pertama post partum keefektifan pil ini mencapai 98,5%. Bagi ibu yang tidak menyusui, atau ibu dalam masa interval, keefektifannya turun menjadi 96%. Apabila digunakan secara

  10, 14 konsisten dan benar, efektivitasnya akan lebih tinggi. b.5. Keuntungan

  Minipil sangat efektif bila digunakan secara benar. Tidak mengganggu hubungan seksual dan tidak mempengaruhi ASI. Apabila pemakaian dihentikan kesuburan cepat kembali. Efek samping yang disebabkan sedikit sehingga nyaman

  5 dan mudah digunakan.

  5, 10 b.6. Kerugian

  Hampir 30-60 % mengalami gangguan menstruasi (perdarahan sela, spotting, amenorea). Terjadinya peningkatan berat badan. Harus digunakan setiap hari pada waktu yang sama. Bila lupa satu pil saja kegagalan menjadi lebih besar. Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis dan timbul jerawat. Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan), tetapi resiko ini lebih rendah jika dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan minipil. Efektifitas minipil menjadi lebih rendah bila digunakan bersamaan dengan obat tuberkulosis atau obat epilepsi.

2.2.4. Kontrasepsi Suntik

  Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi yang diberikan kepada wanita yang mendapat suntikan periodik untuk mencegah kehamilan. Suntikan progestin pertama di temukan pada awal tahun 1950 an, yang pada mulanya digunakan untuk pengobatan endometriosis dan Kanker endometrium (Carcinoma endometri). Baru pada awal tahun 1960, uji klinis penggunaan suntikan progestin untuk keperluan kontrasepsi dilakukan.Terdapat dua jenis suntikan progestin yang dipakai, yakni depo medroksiprogesteron asetat dan depo noretisteron enantat. Sedangkan untuk suntikan depo estrogen-progesteron (Cyclofem) ditemukan pada tahun 1960 an. Penambahan estrogen pada obat kontrasepsi progesteron ternyata dapat memperbaiki siklus

  10 menstruasi.

a. Suntikan Kombinasi a.1. Jenis Suntikan Kombinasi

  Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipinoat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali (Cyclofem), dan

  5 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat. a.2. Cara Kerja

  Cara kerja suntikan kombinasi yaitu dengan cara menekan ovulasi membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu. Terjadinya perubahan pada endometrium (atrofi) menyebabkan implantasi terganggu dan

  

5

menghambat teransportasi gamet oleh tuba. a.3. Efektivitas

  Bila digunakan dengan semestinya keefektifan suntik kombinasi sangat tinggi

  14 yaitu (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan). a.4. Keuntungan

  Resiko terhadap kesehatan kecil, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak diperlukan pemeriksaan dalam, dapat mengurang jumlah perdarahan dan nyeri saat menstruasi. Memiliki khasiat untuk pencegahan kanker ovarim dan kanker

  5 endometrium. a.5. Kerugian

  Terjadi perubahan pola menstruasi seperti tidak teratur, perdarahan bercak/

  spotting , atau perdarahan sela sampai 10 hari. Mual sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.

  Akseptor harus kembali setiap 30 hari menyebabkan ketergantungan akseptor terhadap pelayanan kesehatan. Efektifitasnya akan berkurang jika digunakan bersamaan dengan obat epilepsi dan obat tuberkulosis. Terjadi penambahan berat badan dan kemungkinan terlambatnya kesuburan setelah penghentian pemakaian.

  Dapat menyebabkan efek samping yang serius seperti serangan jantung, stroke,

  5 bekuan darah pada paru dan otak, dan kemungkinan timbulnya tumor hati.

b. Suntikan Progestin

  Sutikan progestin sangat efektif dan aman. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi. Kembalinya kesuburan saat penghentian pemakaian rata-rata 4 bulan. Metode Kontrasepsi ini cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.

  5 b.1. Jenis Suntikan Progestrin 5, 11

  Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan progestin yaitu:

  1. Depo Medroksiprogeteron Asetat (Depo Provera), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskuler (didaerah bokong).

  2. Depo Nerotisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskuler

5 Cara kerja suntikan progestin: i) dengan mencegah ovulasi, ii) mengentalkan

  b.2. Cara Kerja

  lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, iii) menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi iv) menghambat transportasi gamet oleh tuba.

  b.3. Efektifitas

  Kedua kontrasepsi suntik progesteron tersebut memiliki efektifitas yang tinggi (0,3 kehamilan per 100 perempuan).

  14 b.4. Keuntungan

  Sangat efektif dalam pencegahan kehamilan jangka panjang dan tidak berpengaruh pada hubungan suami istri. Suntikan progestin tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah. Dapat digunakan oleh perempuan > 35 tahun sampai perimenopause. Selain itu, kontrasepsi suntikan progestin ini juga membantu mencegah terjadinya kanker endometrium, kehamilan ektopik, penyakit radang

  5 pinggul dan krisis anemia bulan sabit. b.5. Kerugian

  Sering ditemukannya ganggu menstruasi seperti: 1) siklus menstruasi yang memendek dan memanjang 2) perdarahan yang banyak dan sedikit 3) perdarahan tidak teratur dan spotting 4) amenorea. Permasalahan berat badan merupakan efek samping yang sering terjadi. Terjadi keterlambatan kesuburan setelah penghentian pemakaian, karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya. Pada penggunaan jangka panjang akan terjadi perubahan pada lipid serum, menurunnya kepadatan tulang, kekeringan pada vagina, menurunkan libido, sakit kepala,

  5 nervositas dan jerawat.

  5,10

2.2.4. Kontrasepsi Implan

  Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima tahun. Metode ini dikembangkan oleh The Population Council, yaitu suatu organisasi internasional yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan teknologi kontrasepsi

  5

a. Jenis Kontrasepsi Implant

  a.1. Norplant

  Norplant terdiri dari 6 kapsul yang secara total bermuatan 216 mg levonorgestrel. Panjang kapsul adalah 3,4 mm dengan diameter 2,4 mm. Kapsul terbuat dari bahan silastik medik (polydimethylsiloxane) yang fleksibel diaman kedua ujungnya ditutup dengan penyumbat sintetik yang tidak mengganggu kesehatan akseptor. setelah penggunaan selama lima tahun, ternyata masih tersimpan sekitar

  50% bahan aktif levonogestrel asal yang belum terdistribusi ke jaringan insterstisial dan sirkulasi.

  a.2. Jadelle (Norplant II) Jadelle terdiri dari dua batang silastik lembut berongga dengan 4,3 cm,

  diameter 2,5 mm, berisi 75 mg levenorgestrel dengan lama kerja 3 tahun. Pelepasan harian hormon levonorgestrel dari Jadelle hampir sama dengan Norplant dan secara

  11 teoritis, masa kerjanya menjadi 40% lebih singkat. a.3. Implanon

  Implanon (Organon,Oss, Netherlands) adalah kontrasepsi subdermal kapsul

  tunggal yang mengandung etonogestrel (3-ketodesogestrel), merupakan metabolit desogestrel yang efek androgeniknya lebih rendah dan aktifitas progestational yang lebih tinggi dari levonogestrel. Terdiri dari satu batang silastik lembut berongga dengan panjang kira-kira 4,0 cm, diameter 2 mm, berisi 68 mg 3-keto-desogestrel

  10,11 dengan lama kerja 3 tahun.

b. Cara Kerja

  Mekanisme kerja implan: menebalkan lendir serviks sehinga menghambat pergerakan sperma, mencegah ovulasi, dan menghambat perkembangan siklis dari endometrium sehingga sulit terjadi implantasi. Perubahan terjadi segera setelah pemasangan implan. Progestin juga menekan pengeluaran FSH dan LH dari hipotalamus dan hipofise. Levonorgestrel dan progestin sintetik lalinnya menghambat reseptor progesteron. Mekanisme kerja ini menyebabkan sel endometrium yang melapisi kavum uteri menjadi tipis, sekresi kelenjar lebih sedikit sehingga fungsi

  5, 15 reseptif endometrium menjadi terganggu.

  c. Efektifitas

  Kontrasepsi implan memiliki daya guna yang tinggi ( kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan). Selain itu kontrasepsi implan memberikan perlindungan jangka panjang (5 tahun). Berdasarkan hasil indeks Pearl (jumlah kelahiran per 100 pengguna dalam 1 tahun) adalah 0,2 dan 0,9 untuk dua tahun

  10 pertama; 0,5 dan 1,1 per 100 perempuan untuk tahun ketiga sampai kelima.

  d. Keuntungan

  Implan dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan, tingkat kesuburan cepat kembali setelah implant dicabut dan pada saat pemasangan implan tidak diperlukan pemeriksaan dalam. Kontrasepsi implan hanya mengandung preparat progesteron sehingga bebas dari pengaruh estrogen. Penggunaan implan tidak mengganggu kegiatan senggama dan tidak mengganggu produksi ASI. Penggunaan implan dapat mengurangi dismenorea dan mengurangi jumlah darah menstruasi. Selain itu implan juga dapat melindungi terjadinya kanker endometrium, menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara, dan memberikan perlindungan terhadap beberapa penyebab

  5,10 penyakit radang pinggul.

  e. Kerugian

  Penggunaan implan dapat menyebabkan perubahan pola menstruasi berupa perdarahan bercak (spotting), meningkatnya jumlah darah menstruasi (hipermenorea) dan amenorea. Di samping perubahan pola mensttruasi beberapa efek samping lainnya yaitu: sakit kepala (1,9%), perubahan berat badan (biasanya meningkat) (1,7%), perubahan suasana hati: gugup, rasa cemas (1,1%), depresi (0,9%), lain lain (mual, perubahan selera makan, nyeri payudara, jerawat) ( 1,8%). Efektivitasnya menurun jika menggunakan implan bersamaan dengan penggunaan obat epilepsi dan tuberkulosis. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000

  14 perempuan pertahun).

2.2.5. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dengan Progestin

  AKDR merupakan kontrasepsi yang dimasukkan melalui serviks dan dipasang di dalam uterus. AKDR memiliki benang yang menggantung sampai liang vagina, hal ini dimaksudkan agar keberadaannya bisa diperiksa oleh akseptor sendiri. AKDR mulai dikembangkan di Polandia tahun 1909, yaitu ketika Richter membuat suatu alat kontrasepsi dari benang sutra tebal yang dimasukkan ke dalam rahim. Kemudian pada tahun 1930 berkembang dengan dibuatnya cincin perak yang dimasukkan ke dalam rahim. Pada tahun 1962 dr. Lippes membuat AKDR dari plastik yang disebut lippes

  loop. Pada 1969 AKDR telah ditambahkan dengan kawat tembaga selanjutnya

  dikenal AKDR yang mampu melepas progesteron. Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid adalah Prigestase yang megandung Progesteron dari Mirena berupa

  5,9 levenorgestrel.

  11

  a. Cara Kerja

  Endometrium mengalami transformasi yang irreguler, epitel atrofi sehingga mengganggu implantasi. Mencegah terjadinya konsepsi dengan mencegah pertemuan ovum dengan sperma. Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba fallopi dengan menginaktifkan sperma.

  5

  b. Efektivitas

  AKDR progesteron sangat efektif dalam mencegah kehamilan, yaitu 0,5 - 1 kehamilan per 100 perempuan selama satu tahun pertama penggunaan.

  c. Keuntungan

  Efektif dengan proteksi jangka panjang (satu tahun). Tidak mengganggu hubungan suami istri dan tidak berpengaruh terhadap produksi ASI. Kesuburan akan segera kembali stelah AKDR diangkat dan efek samping sistemik yang sangat kecil. Selain itu kontrasepsi AKDR progesteron dapat mengurangi nyeri menstruasi/ dismenorea, dan dapat mengurangi jumlah darah menstruasi. Dapat digunakan pada usia perimenopause bersamaan dengan pemberian estrogen, untuk pencegahan hiperplasia endometrium. Tidak mengurangi kerja obat tuberkulosis ataupun obat

  14,15 epilepsi, karena AKDR progesteron mempengaruhi endometrium.

  d. Kerugian

  Diperlukan pemeriksaam dalam penyaringan infesi genitalia sebelum penggunaan AKDR dan pemasangannya relatif mahal. PUS tidak dapat menghentikan sendiri sehingga sangat tergantung pada tenaga kesehatan. Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi amenorea. Dapat terjadi perforasi uterus pada saat insersi (< 1/1000 kasus) dan kejadian kehamilan ektopik relatif tinggi. Bertambahnya resiko penyakit radang panggul sehingga dapat menyebabkan infertilitas. Progestin dapat menurunkan kadar HDL-kolesterol pada penggunaan jangka panjang sehingga dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler. Dapat memperburuk perjalanan penyakit kanker payudara. Progestin yang terdapat pada

  5,9 AKDR dapat mempengaruhi hiperlipidemia dan pertumbuhan miom uterus.

2.2.6. Patofisiologi Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Terhadap Endometrium

  Semua organ tubuh wanita yang dipengaruhi oleh hormon seks tertentu dengan sendirinya akan dipengaruhi oleh kontrasepsi hormonal. Pada organ-organ tersebut akan terjadi perubahan-perubahan tertentu. Hal tersebut dipengaruhi oleh dosis, jenis hormon dan lama penggunaannya. Organ yang paling terpengaruh oleh

  9 kontrasepsi hormonal adalah endometrium, miometrium, serviks dan payudara.

  Endometrium merupakan bagian dari korpus uteri yang membatasi kavum uteri dengan miometrium. Dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron, maka endometrium dimatangkan dan kemudian akan terlepas secara teratur setiap bulannya sebagai menstruasi. Pil Kontrasepsi banyak digunakan dalam upaya keluarga berencana. Jenis pil yang dipakai serupa, merupakan kombinasi estrogen dan progesteron. Fase proliferasi akan diperpendek, sehingga kelenjar dan stroma tidak tumbuh sempurna. Ketidaksempurnaan ini dibawa terus pada fase sekresi, dimana siklus kerja hormon juga mengalami gangguan. Studi histologiknya pada endometrium tidak menunjukkan struktur endometrium yang sesuai dengan hari siklus menstruasi.

  Pembuluh darah mengecil tidak berkelok. Tahapan gangguan pertumbuhan ini makin lama makin nyata, sehingga struktur endometrium yang atrofi ditemukan. Pada waktu ini stroma endometrium tipis dengan sel tersusun padat. Kelenjar bentuk tubulus terletak berjauhan dengan epitel kuboid selapis tanpa aktifitas sekresi.

  Pada pemberian kontrasepsi memakai hormon progesteron, maka gambaran endometrium akan serupa dengan pemberian pil. Reaksi endometrium yang tergantung kepada lama, intensitas dan jenis rangsangan hormon yang ada. Siklus pertumbuhan endometrium akan normal kembali setelah pemberian

  16 kontrasepsi dihentikan.

2.3. Menstruasi

  Menstruasi atau haid adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. Menstruasi ini merupakan peristiwa yang dialami setiap perempuan. Seorang perempuan yang pertama kali mendapat menstruasi

  17 adalah pertanda bahwa ia siap bereproduksi atau menghasilkan keturunan.

  Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan (deskuamasi) dari endometrium. Panjang siklus menstruasi yang normal

  18 dan dianggap sebagai siklus menstruasi klasik selama 28 hari.

2.3.1. Menstruasi Normal

  Menstruasi merupakan siklus yang kompleks dan berkaitan dengan psikologis-pancaindra, korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan

  endrogen (uterus-endometrium dan alat seks sekunder). Pola menstruasi merupakan

  suatu siklus menstruasi normal, dengan menarche sebagai titik awal. Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama lebih kurang 7 hari. Lama perdarahannya sekitar 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah yang sedikit-sedikit dan tidak terasa nyeri. Jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncaknya hari ke- 2 atau ke-3 dengan jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid

  19, 20

  berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus menstruasi Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus,

  hipofisis , dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran

2.3.3. Fisiologi Menstruasi

  Menstruasi normalnya terjadi setiap 21-35 hari (28 hari merupakan siklus yang khas) dan berlangsung antara 2-7 hari. Selama menstruasi, sekitar 50% merupakan darah, sisanya terdiri dari fragmen jaringan endometrium dan lendir. Endometrium disekresikan secara kimia untuk mencegah pembekuan darah dan memudahkan aliran darah dari serviks ke dalam saluran vagina. Darah yang hilang saat menstruasi sekitar 35-45 ml. Menurut Sadler dkk (2007), hilangnya 20-60 ml masih diterima, namun kerugian yang melebihi 80 ml dapat menyebabkan anemia

  22 yang akan membutuhkan pengobatan.

  Sherman dan Korenman menemukan variasi bahwa dalam kehilangan darah terjadi ketika perempuan mengalami anovulatori siklus berikutnya di mana periodenya sering ringan. Meskipun memiliki fisiologi yang sama, tidak ada dua perempuan memiliki siklus menstruasi yang sama. Ada banyak penyebab variasi dalam siklus menstruasi dari onset menstruasi (menarche), untuk penghentian saat

  23 menopause.

  Siklus menstruasi dikendalikan oleh kelompok hormon, terutama estrogen dan progesteron. Mereka dilepaskan siklus dari indung telur selama masa reproduksi di bawah kendali dari dua hipofisis anterior hormon gonadotropin, Follicle-stimulating

  hormone (FSH) dan Lutenizing hormon (LH). Di bawah pengaruh hormon ini, perubahan terjadi pada endometrium dinding rahim di seluruh siklus menstruasi.

  Menstruasi dianggap mulai pada hari pertama dari siklus berikut yang selama periode sekitar 5 hari, superfisial lapisan dinding rahim, endometrium, secara bertahap

  

19

  meninggalkan gudang basal lapisan bawah. Dari hari ke 5 sampai hari ke-14 yang khas 28-hari siklus (dikenal sebagai proliferasi fase), di bawah pengaruh estrogen yang meningkat, folikel berkembang, sel-sel dalam lapisan basal mulai bertambah banyak untuk penebalan progresif dan meningkatkan vaskularisasi dari lapisan

  23 endometrium yang baru.

  Ovulasi biasanya terjadi pada titik tengah dari suatu 28-hari siklus, atau 14 hari sebelum onset menstruasi terlepas dari panjang siklus. Fase berikutnya ini dikenal sebagai fase sekresi estrogen dimana terus mempromosikan pengembangan endometrium. Progesteron juga dilepaskan untuk membantu mempersiapkan endometrium untuk menerima sel telur yang akan dibuahi. Jika tidak terjadi kehamilan, korpus luteum berdegenerasi dan pengurangan pasokan estrogen secara tiba-tiba ini mendorong mulainya menstruasi. Meskipun memiliki fisiologis yang hampir sama, namun variasi yang sangat besar dapat terjadi antara naik dan turunnya

  10, 23 siklus menstruasi.

a. Siklus Ovarium a.1. Fase Folikuler

  Siklus diawali dengan hari pertama menstruasi, atau terlepasnya endometrium. FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium. Satu folikel berkembang menjadi folikel de Graf. Folikel terdiri dari sebuah ovum dengan dua lapisan sel yang mengelilinginya. Lapisan dalam yaitu sel granulosa mensintesis progesteron selama paruh pertama siklus menstruasi, dan bekerja sebagai prekusor pada sintesis estrogen oleh lapisan sel teka interna yang mengelilinginya. Kadar estrogen yang meningkat menyebabkan pelepasan LHRH

  24 dari hipotalamus.

  a.2. Fase Luteal

  Kadar estrogen yang tinggi akan menghambat produksi FSH. Kemudian kadar estrogen mulai menurun. Setelah oosit terlepas dari folikel deGraf, lapisan granulosa menjadi banyak mengandung pembuluh darah dan berubah menjadi korpus luteum yang berwarna kuning pada ovarium. Korpus luteum terus mensekresi sejumlah kecil

  24 estrogen dan progesteron yang makin lama semakin meningkat.

  17, 25, 26

b. Siklus Endometrium

  Siklus menstruasi endometrium terdiri dari 4 fase, yaitu:

  b.1. Fase Menstruasi

  Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan. Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah menstruasi mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah dalam hemolisis atau aglutinasi, sel- sel epitel dan stroma yang mengalami disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, serviks, dan kelenjar-kelenjar vulva, berlangsung 3-4 hari.

  b.2. Fase Proliferasi

  Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak hari ke-lima hingga ovulasi, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-14 siklus 28 hari, atau hari ke-18 sikus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap akan kembali normal dalam empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Sejak saat ini, terjadi penebalan 8 sampai 10 kali lipat, yang berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi bergantung dari stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.

  b.3. Fase Sekresi

  Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Setelah ovulasi, diproduksi lebih banyak progesteron sehingga terlihat endometrium yang edematosa, vaskular, dan fungsional. Pada akhir sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya darah dan sekresi kelenjar, tempat yang sesuai untuk melindungi dan memberi nutrisi ovum yang dibuahi.

  b.4. Fase Iskemi

  Implantasi (nidasi) ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7-10 hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan atau implantasi korpus luteum (badan kuning yang mensekresi estrogen dan progesteron) menyusut. Seiring penurunan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme. Selama fase iskemi, suplai darah ke endometrium fungsional berhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional berpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai, menandai hari pertama siklus berikutnya.

2.3.4. Lama Menstruasi

  Lama menstruasi didefinisikan sebagai jumlah hari yang diperlukan dari mulai mengeluarkan darah menstruasi sampai perdarahan berhenti dalam 1 siklus menstruasi. Lama menstruasi dibedakan menjadi 3 yaitu hipomenorea apabila lama menstruasi < 2 hari, normal: lama menstruasi antara 2-8 hari, dan hipermenorea

  27 (menorrhagia): lama menstruasi > 8 hari. Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama satu periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml.

  Konsentrasi Hb normal 14 gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per g, volume darah ini mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap hari siklus tersebut atau 150 sampai

  17 400 mg per tahun.

2.3.5. Gangguan Menstruasi

  Menstruasi pada awalnya terjadi secara tidak teratur sampai mencapai umur 18 tahun setelah itu harus sudah teratur. Menstruasi dianggap normal jika terjadi dengan interval 22-35 hari (dari hari pertama menstruasi sampai pada permulaan periode menstruasi berikutnya) dan pengeluaran darah menstruasi berlangsung 1-8

  19 hari. Jumlah rata-rata hilangnya darah selama menstruasi adalah 50 ml (20-80 ml).

  Gangguan menstruasi paling umum terjadi pada awal dan akhir masa reproduktif, yaitu di bawah usia 19 tahun dan di atas 39 tahun. Gangguan ini mungkin berkaitan dengan perubahan siklus menstruasi, lamanya siklus menstruasi, atau

  21, 30 jumlah dan lamanya menstruasi. Seorang wanita dapat mengalami gangguan itu.

  19, 21

a. Perubahan pada lamanya siklus menstruasi

  a.1. Polimenorea

  Polimenorea adalah siklus menstruasi yang pendek dari biasanya (kurang dari 21 hari pendarahan). Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, akan menjadi pendeknya masa luteal. Penyebabnya ialah kongesti ovarium karena peradangan, endometritis, dan sebagainya.

  a.2. Oligomenorea Oligomenorea adalah siklus menstruasi lebih panjang, lebih dari 35 hari.

  Perdarahan pada oligomenorea biasanya berkurang. Penyebabnya adalah gangguan hormonal, ansietas dan stress, penyakit kronis, obat-obatan tertentu, bahaya di tempat kerja dan lingkungan, status penyakit nutrisi yang buruk, olah raga yang berat, penurunan berat badan yang signifikan.

  a.3. Amenorea Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang wanita.

  Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause. Siklus menstruasi normal meliputi interaksi antara komplek hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur serta organ reproduksi yang sehat. Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu:

  1. Amenorea primer Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita usia 16 tahun. Amenorea primer terjadi pada 0,1 – 2,5% wanita usia reproduksi

  2. Amenorea sekunder Amenorea sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 siklus (pada kasus oligomenorea (jumlah darah menstruasi sedikit), atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa.

  21, 31

b. Perubahan lama menstruasi

  b.1. Hipermenorea atau menoragia Hipermenorea adalah pendarahan menstruasi yang lebih banyak dari normal

  (lebih dari 8 hari). Terjadinya pada masa menstruasi yang mana menstruasi itu sendiri teratur atau tidak. Pendarahan semacam ini sering terjadi dan menstruasinya biasanya

  anovoasi penyebab terjadinya menoragia kemungkinan terdapat mioma uteri, polip endometrium atau hyperplasia endometrium (penebalan dinding rahim, dan biasanya

  terjadi pada ketegangan psikologi. Menoragia mungkin terjadi disertai dengan kondisi organik uterus, atau mungkin terjadi tanpa ada kelainan pada uterus. Hal ini disebut dengan perdarahan uterus disfungsional.

  b.2. Hipomenorea Hipomenorea adalah pendarahan menstruasi yang lebih pendek dari biasa

  dan/atau lebih kurang dari biasa penyebabnya kemungkinan gangguan hormonal, kondisi wanita dengan penyakit tertentu.

  

32

  c. Perubahan pada pola menstruasi

  Pada keadaan ini terdapat gangguan siklus menstruasi, perdarahan terjadi dengan interval yang tidak teratur, dengan jumlah darah menstruasi bervariasi, pola menstruasi ini disebut metrorargia.

  d. Gangguan lain yang ada hubungannya dengan menstruasi d.1. Sindrom premenstruasi (pre-menstrual syndrom/ PMS)

  Merupakan keluhan-keluhan yang biasanya terjadi mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya menstruasi yang menghilang sesudah menstruasi datang walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti. Penyebab terjadinya tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah ketidakseimbangan estrogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan hormonal, pada

  premenstrual syndrom terdapat defisiensi luteal dan pengurangan produksi

  19 progesterone .

  19, 32 d.2. Dismenorea

  Dismenorea adalah nyeri atau rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga

  dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah. Keluhan ini biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche. Umumnya hanya terjadi pada siklus haid yang disertai pelepasan sel telur. Kadang-kadang juga pada siklus haid yang tidak disertai pengeluaran sel telur (disebut siklus anovulatory), terutama bila darah haid membeku di dalam rahim. Jadi rasa sakit terjadi ketika beku-bekuan itu didorong keluar rahim. Rasa sakit yang menyerupai kejang ini terasa di perut bagian bawah. Biasanya dimulai dua puluh empat jam sebelum menstruasi datang dan berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa menstruasi. Derajat rasa nyerinya bervariasi mencakup ringan (berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan aktivias sehari-hari), sedang (karena sakitnya diperlukan obat untuk menghilangkan rasa sakit, tetapi masih dapat meneruskan pekerjaannya), berat (rasa nyerinya demikian beratnya sehingga memerlukan isirahat dan pengobatan untuk menghilangkan nyerinya).

  Sebab dismenorea dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu dismenorea primer, semata-mata berkaitan dengan aspek hormonal yang mengendalikan uterus dan tidak dijumpai kelainan anatomis, umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus haid berevolusi. Dismenorea sekunder, rasa nyeri yang terjadi saat menstruasi berkaitan dengan kelainan anatomis uterus seperti endometriosis dan infeksi kronik genitalia interna.

  33, 34

2.3.7. Penyebab Terganggunya Siklus Menstruasi Banyak penyebab kenapa siklus menstruasi menjadi panjang atau sebaliknya.

Dokumen yang terkait

Hubungan Jenis dan Lama Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Terhadap Gangguan Menstruasi Pada Ibu Pus di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2014

7 84 128

Pengaruh Kompatibilitas terhadap Keputusan Adopsi Ide dan Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana Pria di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

1 47 128

Partisipasi Masyarakat dalam Program Keluarga Berencana (KB) Nasional di Kelurahan Sei Rengas Permata Kecamatan Medan Area Kota Medan

0 41 83

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Peranan Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Kota Medan Dalam Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Keluarga Berencana - Implementasi Program Keluarga Berencana di Puskesmas Tanjung Beringin Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelaksanaan Program - Pelaksanaan Program Kota Layak Anak Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anak Oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

0 0 41

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Keluarga Berencana - Peran Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dalam Meningkatkan Akseptor KB Aktif di Wilayah Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Defenisi Keluarga Berencana - Hubungan Faktor Kependudukan, Fasilitas Kesehatan, Dan Tenaga Kesehatan Dengan Jumlah Akseptor Aktif Metode Kontrasepsi Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana - Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur (PUS) di Kelurahan Losung Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

0 0 29

2. Suntik 1 bulan - Hubungan Jenis dan Lama Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Terhadap Gangguan Menstruasi Pada Ibu Pus di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2014

0 0 17