Partisipasi Masyarakat dalam Program Keluarga Berencana (KB) Nasional di Kelurahan Sei Rengas Permata Kecamatan Medan Area Kota Medan

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI KELURAHAN SEI RENGAS PERMATA

KECAMATAN MEDAN AREA KOTA MEDAN

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

DISUSUN OLEH:

PUTRA WELI

050903010

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Putra Weli NIM : 050903010

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Partisipasi Masyarakat dalam Program Keluarga Berencana (KB) Nasional di Kelurahan Sei Rengas Permata Kecamatan Medan Area Kota Medan

Medan, September 2009

Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara

Drs. Burhanuddin Harahap. Msi Prof.Dr. Marlon Sihombing,M.A. NIP : 131 460 521 NIP : 131 568 391

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Prof. Dr. M. Arief Nasution, M.A. NIP : 131 757 010


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah menganugerahkan segala rahmat dan petunjuk-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Program Keluarga Berencana (KB) Nasional di Kelurahan Sei Rengas Permata Kecamatan Medan Area Kota Medan” ini dengan baik.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini juga dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang turut mengambil dalam membatu peneliti menyelesaikan laporan ini, mulai dari pengarahan di kampus sampai praktek sesungguhnya di lapangan kepada:

1. Motivator utama Saya untuk terus kuliah, kedua orang tua saya tercinta atas perhatian dan bimbingannya selama ini. Kepada abang saya, Nopra Koni, dan adik-adik Saya Dina Purnama Sari, Tiful Sultan, serta Dira Safira Chaniago.

2. Bapak Prof. DR. Muhammad Arif Nasution, MA. selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Prof. DR. Marlon Sihombing, MA. yang telah memberikan rekomendasi serta pembekalan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Burhanuddin Harahap. Msi selaku dosen pembimbing yang penuh kesabaran dan perhatian membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.


(4)

5. Kepada dosen penguji penulis Bapak Rasyudin Ginting MSi sebagai penguji seminar proposal yang telah memberikan banyak masukan.

6. Bapak Seh Razali selaku Lurah Kelurahan Sei Rengas Permata yang telah memberikan waktunya menjadi informan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Data dan informasi yang diberikan sangat berguna bagi penulis.

7. Kepada Novi Andre Prasetyo dan keluarga yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada M. Irsyad Harahap dan keluarga yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Staf pengajar Departemen Ilmu Administrasi Negara yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuannya selama ini kepada penulis.

10.Kak Mega, Kak Emi dan Kak Dian yang telah membantu kami dalam mengurus segala keperluan administrasi dan memberikan segala informasi dari departemen. 11.Teman-teman magang yang juga sobat-sobatku, andri panggabean (hopefully our

friendship for ever and ever), Jhony cool terima kasih atas bantuannya, Fernando

“van nenggo”, semoga cepat tamat. Agrippa Opung, Yessy T. karo-karo S.Sos (thanks friend for your support), dan May Rina (semoga “restorannya” semakin sukses).

12.Rekan-rekan di AN 05, Ainun Mardiah Lbs (thanx a lot), Aci, Reni (makasih Laptopnya), Pengki, Soleman, Hotmada, Sukho Amrih, dan teman lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu persatu .


(5)

13.Kepada seluruh pihak yang mungkin tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu, yang telah banyak menuangkan ide yang bersifat membangun selama pembuatan skripsi ini dilakukan.

Seperti kata pepatah “Tak Ada Gading yang Tak Retak”, demikian pula halnya dengan skripsi ini, tentu ada kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima saran-saran yang konstruktif dan solutif dari pembaca sekalian.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2009 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 4

I.3. Tujuan Penelitian ... 4

I.4. Manfaat Penelitian ... 4

I.5. Kerangka Teori ... 5

I.5.1. Partisipasi Masyarakat ... 5

I.5.2. Program KB Nasional ... 10

I.6. Definisi Konsep ... 15

I.7. Definisi Operasional ... 15

I.8. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II METODE PENELITIAN ... 18

II.1. Bentuk Penelitian ... 18

II.2. Lokasi Penelitian ... 19

II.3. Informan dan Unit Analisa ... 19

II.4. Teknik Pengumpulan Data ... 20

II.5. Teknik Analisa Data ... 20

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 22

III.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 22


(7)

III.1.2. Batas Wilayah ... 26

III.1.3. Topografi ... 26

III.1.4. Iklim ... 27

III.2. Komposisi Penduduk dan Prasarana ... 27

III.2.1. Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa ... 27

III.2.2. Komposisi Penduduk Menurut Usia ... 28

III.2.3. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan .. 29

III.2.4. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok ... 29

III.2.5. Komposisi Penduduk Menurut Agama ... 30

III.2.6. Lembaga Pendidikan ... 30

III.2.7. Prasarana Peribadatan ... 31

III.2.8. Prasarana Kesehatan ... 31

III.2.9. Tingkat Kesejahteraan ... 32

III.3. BKKBN dan Kelurahan Sei Rengas Permata ... 32

III.3.1. Visi dan Misi BKKBN ... 32

III.3.2. Tugas Pokok Lurah ... 33

III.3.3. Struktur Kelurahan Sei Rengas Permata ... 33

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 35

IV.1. Wawancara Langsung dengan Lurah ... 36

IV.2. Wawancara Langsung dengan Petugas PLKB ... 39

IV.3. Wawancara Langsung dengan Masyarakat ... 42


(8)

IV.3.2. Wawancara dengan Ibu Michelle ... 44

IV.3.3. Wawancara dengan Ibu Wenny ... 46

IV.3.4. Wawancara dengan Ibu Lie Nana ... 49

IV.3.5. Wawancara dengan Ibu Angelina Goh ... 51

IV.3.1. Wawancara dengan Ibu Sri ... 53

IV.3.1. Wawancara dengan Ibu Erny ... 55

IV.3.1. Wawancara dengan Ibu Anita ... 57

IV.3.1. Wawancara dengan Ibu Melly ... 62

BAB V ANALISIS DATA ... 65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

1. Kesimpulan ... 68

2. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penduduk Kelurahan Sei Rengas Permata Menurut Suku Bangsa ... 27

Tabel 2. Penduduk Kelurahan Sei Rengas Permata Menurut Usia ... 28

Tabel 3. Penduduk Kelurahan Sei Rengas Permata Menurut Tingkat Pendidikan . 29 Tabel 4. Penduduk Kelurahan Sei Rengas Permata Menurut Mata Pencaharian ... 29

Tabel 5. Penduduk Kelurahan Sei Rengas Permata Menurut Agama ... 30

Tabel 6. Lembaga Pendidikan di Kelurahan Sei Rengas Permata ... 31

Tabel 7. Prasarana Peribadatan di Kelurahan Sei Rengas Permata ... 31

Tabel 8. Prasarana Kesehatan di Kelurahan Sei Rengas Permata ... 32


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran – 1 : Pedoman Wawancara Penelitian Lampiran – 2 : Surat Pengajuan Judul Skripsi

Lampiran – 3 : Surat Undangan Seminar Proposal Penelitian Skripsi Lampiran – 4 : Daftar Hadir Peserta Seminar proposal

Lampiran – 5 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

Lampiran - 6 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Kelurahan Sei Rengas Permata Kecamatan Medan Area Kota Medan


(11)

ABSTRAKSI

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI KELURAHAN SEI RENGAS PERMATA

KECAMATAN MEDAN AREA KOTA MEDAN Skripsi ini disusun oleh :

NAMA : Putra Weli NIM : 050903010

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Burhanuddin Harahap, M.Si

Partisipasi masyarakat dalam Program Keluarga Berencana Nasional adalah keterlibatan masyarakat baik secara mental dan emosional serta fisik dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Program Keluarga Berencana Nasional di Kelurahan Sei Rengas Permata merupakan Program KB Mandiri yang dalam pelaksanaannya, masyarakat membiayai sendiri untuk program/metode yang dijalani.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam Program Keluarga Berencana Nasional, untuk mengetahui pelaksanaan di Kelurahan Sei Rengas Permata serta untuk mengetahui penerimaan masyarakat terhadap Program Keluarga Berencana Nasional.

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi, penelitian ini betujuan untuk menganalisis partisipasi masyarakat dalam Program Keluarga Berencana Nasional di Kelurahan Sei Rengas Permata.

Berdasarkan data dan hasil analisa yang telah dilakukan diketahui bahwa partisipasi masyarakat dalam Program Keluarga Berencana Nasional di Kelurahan Sei Rengas Permata cukup baik, dilihat dari kuantittas perkumpulan di organisasi PKK, adanya gagasan masyarakat untuk pembangunan sebuah rumah sakit, serta kesediaan masyarakat/warga untuk meluangkan waktunya untuk mendengarkan penjelasan dari pertugas PLKB.

Terbatasnya jumlah petugas PLKB menyebabkan sosialisasi Program Keluarga Berencana di Kelurahan Sei Rengas Permata menjadi terkendala karena petugas PLKB yang jumlahnya terbatas tersebut harus memberikan sosialisasi/penyuluhan di seluruh kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Area. Untuk itu, penambahan jumlah petugas PLKB seharusnya dilakukan oleh Pemko Medan agar sosialisasi Program Keluarga Berencaana Nasional dapat berjalan lebih sering.


(12)

ABSTRAKSI

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI KELURAHAN SEI RENGAS PERMATA

KECAMATAN MEDAN AREA KOTA MEDAN Skripsi ini disusun oleh :

NAMA : Putra Weli NIM : 050903010

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Burhanuddin Harahap, M.Si

Partisipasi masyarakat dalam Program Keluarga Berencana Nasional adalah keterlibatan masyarakat baik secara mental dan emosional serta fisik dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Program Keluarga Berencana Nasional di Kelurahan Sei Rengas Permata merupakan Program KB Mandiri yang dalam pelaksanaannya, masyarakat membiayai sendiri untuk program/metode yang dijalani.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam Program Keluarga Berencana Nasional, untuk mengetahui pelaksanaan di Kelurahan Sei Rengas Permata serta untuk mengetahui penerimaan masyarakat terhadap Program Keluarga Berencana Nasional.

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi, penelitian ini betujuan untuk menganalisis partisipasi masyarakat dalam Program Keluarga Berencana Nasional di Kelurahan Sei Rengas Permata.

Berdasarkan data dan hasil analisa yang telah dilakukan diketahui bahwa partisipasi masyarakat dalam Program Keluarga Berencana Nasional di Kelurahan Sei Rengas Permata cukup baik, dilihat dari kuantittas perkumpulan di organisasi PKK, adanya gagasan masyarakat untuk pembangunan sebuah rumah sakit, serta kesediaan masyarakat/warga untuk meluangkan waktunya untuk mendengarkan penjelasan dari pertugas PLKB.

Terbatasnya jumlah petugas PLKB menyebabkan sosialisasi Program Keluarga Berencana di Kelurahan Sei Rengas Permata menjadi terkendala karena petugas PLKB yang jumlahnya terbatas tersebut harus memberikan sosialisasi/penyuluhan di seluruh kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Area. Untuk itu, penambahan jumlah petugas PLKB seharusnya dilakukan oleh Pemko Medan agar sosialisasi Program Keluarga Berencaana Nasional dapat berjalan lebih sering.


(13)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah.

Proyeksi penduduk Indonesia Tahun 2008 mencapai 220 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk berkisar antara 1,3-1,49 persen, berarti setiap tahunnya penduduk Indonesia bertambah 3-4 juta jiwa (hampir sama dengan jumlah penduduk Negara Singapura). Permasalahan kependudukan timbul ketika jumlah penduduk yang cukup besar tidak diimbangi dengan tinnginya kualitas Sumber Daya Manusianya. Salah satu kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam rangka menekan jumlah penduduk adalah dengan menggalakkan kembali Program KB Nasional.

Program KB Nasional untuk mengendalikan kelahiran sekarang terabaikan seiring dengan pelaksanaan Otonomi Daerah. Akibatnya Indonesia mengalami ledakan jumlah penduduk yang diestimasikan mencapai 220 juta jiwa tahun ini akan menjadi 248 juta jiwa Tahun 2015 (bkkbn.go.id). Ledakan jumlah peduduk ini akan berdampak luas terhadap penyediaan anggaran dan fasilitas kesehatan serta meningkatnya angka penggangguran. Jika penduduknya berkualitas tidak menjadi masalah, namun jika kualitasnya rendah maka akan menjadi beban negara dan masyarakat.

Dengan telah dilaksanakannya Otonomi Daerah maka berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 maka kepada Daerah diberikan keleluasaan untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup bidang pemerintahannya, kecuali bidang yang berdasarkan Udang-Undang tersebut telah ditetapkan menjadi kewenangan Pusat. Keleluasaan otonomi ini mencakup pula


(14)

kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraan pemerintahan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan., pengendalian dan evaluasi.

Kebijakan ini telah membawa perubahan di dalam pengelolaan Program KB Nasional dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, keberhasilan Program KB Nasional sangat ditentukan oleh dukungan politis dan operasional dari para pengambil kebijakan, baik di pusat maupun di daerah. Tetapi akhir-akhir ini dukungan tersebut mulai menurun dan perlu ditingkatkan kembali di semua tingkat wilayah dengan kegiatan pertemuan serta rapat koordinasi yang merupakan kekuatan dalam penggalangan kesepakatan baik politis maupun operasional serta pendekatan kepada tokoh agama dan masyarakat.

Hal ini juga akan berakibat terjadinya variasi antar kabupaten/kota dalam melaksanakan program KB Nasional, variasi tersebut tergantung dari tiga faktor, yaitu:

1) Tersusunnya kebijakan tertulis dalam bentuk peraturan daerah sebagai wujud komitmen politis pemerintah daerah dalam melaksanakan program KB Nasional

2) Tersedianya anggaran dan sistem pembiayaan yang mencukupi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dan

3) Tersedianya Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan partisipasi masyarakat serta faktor swasta dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ditetapkan.

Di samping itu, keberhasilan desentralisasi program KB Nasional akan dipengaruhi juga oleh kondisi geografis, sosial-ekonomi, dan demografis daerah yang sangat menentukan keberhasilan program KB pasca sentralisasi, misalnya daerah yang luas dan tergolong tak miskin (makmur) belum tentu mau melanjutkan program KB Nasional,


(15)

hal ini karena faktor difusi inovasi manfaat KB belum berhasil menembus seluruh lapisan masyarakat yang ada sehingga ada sebagian masyarakat belum dapat menerima konsep keluarga kecil.

Dengan diserahkannya kewenangan di bidang KB kepada pemerintah daerah, hal ini merupakan tantangan besar bagi kelangsungan program KB Nasional dalam mewujudkan keluarga berkualitas karena persepsi pemerintah daerah dalam memahami dan melihat program KB Nasional sangat beragam.

Di sisi lain, posisi, struktur dan kewenangan Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) berbeda dengan masa Orde Baru. Saat ini persoalan kependudukan ditangani oleh pemerintah daerah. Sayang, komitmen sejumlah pemerintah daerah kurang serius menangani masalah kependudukan. Itulah sebabnya jumlah peserta KB cenderung menurun dibandingkan 10 tahun lalu, jika Tahun 1998 persentase KB mencapai 70,4 persen, Tahun 2006 hanya 69,6 persen (bkkbn.go.id).

BKKBN seharusnya mampu meyakinkan pemerintah kabupaten/kota tentang pentingnya program KB Nasional dalam konteks pembangunan keseluruhan. Pemahaman yang menilai program KB Nasional sebagai program konsumtif (hanya menghabiskan anggaran daerah) telah terbantahkan oleh hasil penelitian cost benefit analysis yang dilakukan oleh Ascobat Gani selama 10 tahun dengan mengambil sampel DKI Jakarta. Ascobat Gani dari Universitas Indonesia mengungkapkan bahwa DKI Jakarta berhasil melaksanakan program KB dengan 1,8 juta kelahiran tertunda. Ascobat Gani menganalisis kebutuhan kesehatan dasar dan pendidikan dasar untuk 1,8 juta jiwa jika terlahir. Kesimpulannya bahwa DKI Jakarta dapat menghemat biaya sebesar 6,8 triliun rupiah setelah dikurangi anggaran untuk program KB sejak Tahun 1990-2000 (bkkbn.go.id).


(16)

Untuk Sumatera Utara dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,32 persen (data bps.go.id), lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk secara nasional yang berkisar 1,49 persen dan juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan target laju pertumbuhan Tahun 2009 sebesar 1,1 persen.

Untuk itu pemerintah kota khususuya Pemerintah Kota Medan harus serius mengatasi persoalan kependudukan. Di tengah minimnya perhatian pemerintah daerah itulah penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Partisipasi Masyarakat dalam Program Keluarga Berencana Nasional”

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang manjadi perhatian dalam penelitian ini adalah Faktor-faktor Apasajakah yang

Menentukan Partisipasi Masyarakat dalam Program Keluarga Berencana Nasional di Kelurahan Sei Rengas Permata ?

I..3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan partisipasi masyarakat. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan Program KB Nasional.

3. Untuk mengetahui tanggapan/penerimaan masyarakat terhadap Program KB Nasional.


(17)

Selain untuk mencapai tujuan penelitian, maka suatu penelitian harus mempunyai manfaat yang jelas adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti sendiri adalah untuk dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama proses perkuliahan serta menambah wawasan dan pengetahuan tentang partisipasi masyarakat.

2. Bagi FISIP USU, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Ilmu Administrasi Negara.

3. Bagi Pemko Medan, dapat menjadi bahan masukan.

I.5. Kerangka Teori

I.5.1. Partisipasi masyarakat

Kata partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation, take a part yang berarti mengambil bagian atau kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Partisipasi merupakan keterlibatan mental atau pikiran dan emosional perasaan sumbangan dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

Yusron (2006), mendefenisikan partisipasi sebagai keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorongnya memberikan sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung jawab bersama mereka. Defenisi ini mengandung tiga gagasan penting, yaitu:

Pertama, partisipasi lebih merupakan keterlibatan mental dam emosional

ketimbang kegiatan otot semata. Keterlibatan diri, dari sekedar keahlian, merupakan produk ingatan dan emosi.


(18)

Kedua, mendorong adanya dukungan. Individu diberi kesempatan untuk

menciptakan prakarsa dan kreativitas demi tujuan kelompok.

Ketiga, mendorong masyarakat untuk menerima tanggung jawab untuk suatu

kegiatan. Karena mereka melibatkan diri dalam kelompok, mereka juga ingin melihat pekerjaannya berhasil. Partisipasi membantu mereka menjadi warga yang bertanggung jawab.

Suksesnya partisipasi berhubungan dengan syarat-syarat tertentu. Kondisi semacam itu terjadi pada partisipasi yang ada dalam lingkungannya. Syarat-syarat tersebut yaitu:

1. Diperlukan banyak waktu untuk berpartisipasi sebelum bertindak, partisipasi tidak terjadi dalam waktu/keadaan mendadak.

2. Biaya partisipasi tidak boleh melebihi nilai-nilai ekonomi.

3. Subjek partisipasi harus relevan dengan organisasi partisipasi.

4. Masyarakat harus mempunyai kemampuan, kecerdasan, dan pengetahuan, untuk berpartisipasi secara efektif.

5. Partisipasi harus mampu berkomunikasi untuk saling bertukar gagasan.

6. Tidak seorangpun merasakan bahwa posisinya terancam dengan adanya partisipasi.

Syahyuti (pusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian), mengungkapkan bahwa partisipasi adalah proses tumbuhnya kesadaran kesalinghubungan


(19)

diantara stakeholder yang berbeda dalam masyarakat, yaitu antara kelompok-kelompok sosial dan komunitas dengan pengambil kebijakan dan lembaga lainnya. Secara sederhana partisipasi dapat didefenisikan sebagai proses seluruh pihak dapat membentuk dan terlibat dalam seluruh inisiatif pembangunan. Secara umum, sisi positif partisipasi adalah program yang dijalankan akan lebih respons terhadap kebutuhan dasar yang sesungguhnya. Ini merupakan suatu cara penting untuk menjamin keberlanjutan program yang dibuat dan lebih efisien karena membantu mengidentifikasikan strategi dan teknik yang lebih tepat.

Tujuh karakteristik tipologi partisipasi yang berturut-turut semakin dekat kepada bentuk yang ideal, yaitu:

1) Partisipasi pasif atau manipulatif, ini merupakan bentuk partisipasi yang paling lemah. Karakteristiknya adalah masyarakat menerima pemberitahuan apa yang sedang dan telah terjadi, pengumuman sepihak oleh pelaksana program tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat sebagai sasaran program, informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional di luar kelompok sasaran.

2) Partisipasi informatif, masyarakat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian untuk program, namun tidak berkesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi proses penelitian.

3) Partisipasi konsultatif, masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi, sedangkan orang luar mendengarkan, menganalisa masalah, dan pemecahannya, belum ada peluang untuk pembuatan keputusan bersama, para profesional tidak


(20)

berkewajiban untuk mengajukan pandangan masyarakat sebagai masukan untuk ditindaklanjuti.

4) Partisipasi insentif, masyarakat memberikan jasa untuk memperoleh imbalan insentif berupa upah walau tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran atau eksperimen yang dilakukan, masyarakat tidak memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan setelah insentif dihentikan.

5) Partisipasi fungsional, masyarakat membentuk kelompok sebagai bagian dari program, setelah ada keputusan yang disepakati, pada tahap awal masyarakat tergantung pada pihak luar, tetapi secara bertahap menunjukkan kemandirian.

6) Partisipasi interaktif, masyarakat berperan serta dalam analisis perencanaan kegiatan dan pembentukan lembaga, memiliki peran untuk mengontrol pelaksanaan keputusan sehingga memiliki andil dalam proses kegiatan.

7) Mandiri, masyarakat mengambil inisiatif sendiri secara bebas (tidak dipengaruhi oleh pihak lain), mengembangkan kontak dengan lembaga lain atau pihak luar untuk mendapatkan bantuan dan dukungan teknis serta sumber daya yang diperlukan.

Untuk memperkuat partisipasi perlu ada proses penumbuhan kesadaran dan pengorganisasian masyarakat, partisipasi diperlukan agar terjaminnya program yang berkelanjutan.

Partisipasi sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan kapital yang dimiliki seseorang. Partisipasi hanya mungkin dilakukan seseorang bila ada kapital sosial, yaitu jaringan kerja , aturan-aturan yang jelas, dan kepercayaan masyarakat. Jaringan


(21)

merupakan lintasan bagi proses berlangsungnya pertukaran, sementara kepercayaan menjadi stimulus agar proses pertukaran tersebut berjalan lancar sementara aturan merupakan jaminan bahwa proses pertukaran itu berlangsung adil atau tidak (Saragih,2004).

Taliziduhu (1990) mengungkapkan tiga bentuk partisipasi, yaitu:

1) partisipasi melalui kontak dengan orang lain sebagai titik awal perubahan sosial 2) partisipasi dalam menyerap dan memberi tanggapan terhadap informasi, baik dalam

arti menerima atau menolak

3) partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk dalam pengambilan keputusan.

Tingkat kesadaran berpartisipasi bertingkat-tingkat menurut pengertian, persetujuan, dukungan, dan kepercayaan masyarakat (Soenarko, 2003). Tingkatan tersebut, yaitu:

1) partisipasi dengan menerima saja apa adanya

2) partisipasi sukarela karena terangsang oleh ganti rugi atau penghargaan dalam bentuk apapun

3) Partisipasi sukarela yang timbul karena kesadaran

4) Partisipasi dengan memberikan anjuran dan mengajukan kritik untuk perbaikan suatu kegiatan

5) Partisipasi dengan mengambil prakarsa

6) Partisipasi dengan melaksanakan suatu program.

Soenarko juga menjelaskan sisi positif partisipasi masyarakat dalam negara demokrasi, yaitu;


(22)

Pertama, rakyat akan tumbuh kesadarannya bahwa mereka ikut bertanggung

jawab terhadap kelangsungan dan keselamatan negara.

Kedua, rakyat miskin berkembang kesadarannya bahwa mereka memang

benar-benar ikut memiliki negaranya.

Ketiga, rakyat akan makin matang dalam pengetahuan dan pengalamannya serta

berkembang pula wawasannya.

Keempat, dengan peran serta masyarakat ini maka sistem akan lebih kuat dan lebih

tepat dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah.

Kelima, dengan partisipasi masyarakat maka akan terpelihara dukungan dan

kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan kebijakannya.

I.5.2. Program KB Nasional

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, serta peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.

ARAH KEBIJAKAN PROGRAM KB NASIONAL KE DEPAN VISI : SELURUH KELUARGA IKUT KB

MISI :MEWUJUDKAN KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA GRAND STRATEGY, yaitu:

1. Menggerakkan dan Memberdayakan Seluruh Masyarakat dalam Program KB; 2. Menata Kembali Pengelolaan Program KB;


(23)

3. Memperkuat SDM Operasional Program KB;

4. Meningkatkan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga Melalui Pelayanan KB; 5. Meningkatkan Pembiayaan Program KB.

Awal program kb yang pernah dicanangkan dengan slogan Dua Anak Cukup dalam setiap rumah tangga bertujuan untuk menurunkan angka fertilitas yang masih tinggi (Tukiran dan Endang Estiatuti, 2004).

Program kb bukan permasalahan teknis medis semata, namun terkait erat dengan masalah kemiskinan, nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, dan masalah sosial lainnya. Program yang sudah berjalan lebih dari 30 tahun ini kini tidak lagi bertuan.

Kebutuhan akan standar kualitas pelayanan menjadi bagian yang amat penting mengingat selama ini petugas lapangan kb (plkb) cenderung tidak memberikan informasi secara lengkap tentang kekurangan dan efek samping karena takut calon akseptor kb menjadi mundur. Terkadang juga, minim sekali informasi mengenai cara kerja metode tertentu. Seringkali ditemukan bahwa akseptor kb tidak mempunyai kesempatan bertanya atau petugas menggunakan istilah yang susah dimengerti (Bevaola dan Budi Wahyuni, 2004).

Ada beberapa metode kontrasepsi atau KB yang tersedia (Suririnah, 2005 dalam

www.InfoIbu.com), beberapa metode kontrasepsi tersebut yaitu:

1. Metode Perlindungan:

Metode kontrasepsi jenis ini yang paling banyak digunakan adalah Kondom; yang juga termasuk metode ini adalah diafragma, kondom untuk wanita , dan juga spremisida.


(24)

Ada beberapa cara/metode yang dapat diberikan yaitu suntikan,bentuk pil yang diminum serta susuk atau implant .

3. IUD (spiral)

IUD atau spiral adalah alat kontrasepsi yang diletakkan didalam rahim. Bekerja dengan cara mencegah terjadinya implantasi embrio didalam rahim.

4. Natural atau alamiah

Disebut juga sebagai sistem kalender atau pantang berkala. Pada beberapa wanita ini menjadi satu-satunya metode yang dapat diterima

Program keluarga berencana bukan bertujuan untuk membatasi kelahiran tetapi mewujudkan keluarga bahagia sejahtera. Paradigma baru program KB tidak membatasi seseorang melahirkan, apalagi ide dua anak cukup, tujuan hakiki program KB dicanangkan Pemerintah Indonesia sejak 1970-an untuk mewujudkan kesejahteraan dan ketahanan keluarga. seakan-akan program KB hanya untuk membatasi kelahiran padahal mencakup semua aspek kehidupan manusia, baik ekonomi, pendidikan, kesehatan dan kemiskinan. Paradigma program KB menganjurkan agar tidak terlalu muda, terlalu tua atau terlalu sering melahirkan karena di samping berbahaya bagi kesehatan juga akan berpengaruh kepada keharmonisan keluarga. ide KB bukan semata-mata membatasi kelahiran tetapi lebih diarahkan kepada upaya meningkatkan kualitas pendudukan dan kesejahteraan masyarakat.

Besarnya jumlah masyarakat yang berhasil diajak berkeluarga berencana merupakan salah satu sasaran program KB.


(25)

Dalam program KB sarana utama adalah alat dan obat kontrasepsi. Oleh karena itu selalu diusahakan pemenuhan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi yang sesuai dengan jenis, jumlah dan mutunya dengan pengadaan secara tepat waktu.

Upaya program KB Nasional bukan hanya semata-mata menyangkut pengendalian pertumbuhan/pengaturan kelahiran saja, tetapi juga diarahkan untuk membantu keluarga, termasuk individu agar mengerti hak dan kewajiban dalam berkeluarga, baik sebagai individu, keluarga, anggota masyarakat, maupun warga negara, sehingga jika keluarga mampu merencanakan kehidupan keluarganya dengan baik, maka akan dicapai keluarga berkualitas dan akan didapat generasi yang baik pula. Ini berarti bahwa program KB Nasional adalah Program Investasi Sumber Daya Manusia.

Program penguatan kelembagaan dan jaringan KB merupakan salah satu program pokok yang mempunyai fungsi sebagai program pendukung yang sangat strategis terhadap pokok program pemberdayaan keluarga, KB dan kesehatan reproduksi, serta Program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), ditujukan untuk meningkatkan pelembagaan kemandirian program KB terutama yang diselenggarakan oleh sektor non pemerintah, baik oleh swasta maupun LSM.

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan program sosial dasar yang sangat penting artinya bagi kemajuan suatu bangsa, selain pendidikan dan kesehatan. Program KB adalah program investasi jangka panjang, yang hasil program akan dinikmati dalam jangka panjang pula, dan sangat menentukan dalam upaya membangun sumber daya manusia (SDM) yang tangguh di masa depan. Terwujudnya SDM yang berkualitas akan membangun generasi baru Bangsa Indonesia yang mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia, terutama dalam era globalisasi dan persaingan bebas.


(26)

Sejak pelaksanaan desentralisasi, sesuai dengan Keppres Nomor 09 Tahun 2004, yang melimpahkan sebagian kewenangan di bidang keluarga berencana kepada pemerintah kabupaten/kota, program KB Nasional mengalami masa yang sangat menentukan. Salah satu isu strategis dan tantangan utama yang dihadapi adalah keberlangsungan program dan kelembagaan keluarga berencana di Indonesia.

Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, pemerintah kabupaten/kota berwenang menetapkan prioritas pembangunan sesuai dengan kebutuhan, aspirasi dan kemampuan daerah. Dengan adanya keputusan politik ini, eksistensi program dan kelembagaan yang menangani bidang keluarga berencana sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota.

Dalam konteks kebijakan kependudukan, pelaksanaan otonomi daerah telah menimbulkan beberapa persoalan. Pertama, adanya kesalahan dalam memahami otonomi daerah telah menyebabkan seolah-olah setiap kabupaten/kota tidak lagi memiliki tanggung jawab terhadap kebijakan nasional. Pusat kehilangan kendali terhadap pemerintah daerah.

Kedua, keran otonomi daerah dipahami sebagai usaha untuk meningkatkan PAD, setiap

kebijakan kependudukan pada dasarnya tidak menguntungkan secara materi, kebijakan tersebut dianggap bukan prioritas. Ketiga, diberbagai daerah, otonomi daerah telah melahirkan sikap anti pluralisme dan cenderung anti pendatang. Hal ini tentu saja akan menjadi persoalan dalam mengimplementasikan kebijakan mobilitas penduduk dimasa mendatang.


(27)

I.6. Defenisi Konsep

Untuk menetapkan batasan-batasan yang lebih jelas dari setiap variabel yang akan diteliti, maka peneliti mengemukakan beberapa konsep dalam penelitian ini yaitu :

1) Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat atau individu baik secara mentak maupun emosional dalam situasi kelompok yang mendorongnya memberikan sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung jawab bersama (Yusran, 2006 11). Dalam definisi ini tidak melibatkan diri secara fisik, oleh karena itu penulis menambahkan keterlibatan fisik dan materil.

2) Program KB adalah program peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, serta peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.

I.7. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengetahui dan mengidentifikasi suatu variabel, sehingga dalam pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator apa saja yang melekat dalam variabel. Indikator-indikator yang dipergunakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi partisipasi masyarakat dalam program kb di Kelurahan Sei Rengas Permata Kecamatan Medan Area Kota Medan., adalah sebagai berikut :

No Dimensi Indikator 1 2 3 4 Waktu Pikiran Tenaga Uang Meluangkan waktu Masukan, ide, gagasan Kerjasama

Sumbangan Siagian, 2004: 11


(28)

Selanjutnya, partisipasi dapat dijelaskan melalui: 1) Adanya sumbangan pikiran (ide atau gagasan)

2) Adanya sumbangan materi atau biaya yang berasal dari pribadi 3) Adanya sumbangan tenaga

4) Memanfaatkan pelayanan

Untuk mengukur partisipasi masyarakat dalam Program KB Nasional sekarang ini, penulis terlebih dahulu mendefinisikan Program KB Nasional adalah pembatasan jumlah kelahiran anak atau pengaturan jarak kelahiran setiap ibu/keluarga. Sehingga untuk pasangan yang membatasi jumlah anak atau menjarangkan kelahiran berarti berpartisipasi dalam Program KB Nasional.

I.8. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, definisi operasional dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.


(29)

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum atau karakteristik lokasi penelitian di Kelurahan Sei Rengas Permata Kecamatan Medan Area Kota Medan.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh di lapangan dan dokumentasi selanjutnya.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang ada pada bab selanjutnya.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang disajikan sebagai bahan pertimbangan objek penelitian di masa yang akan datang.


(30)

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1. Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan Kualitatif. Narbuko dan Achmadi (2004:44) memberikan pengertian penelitian deskriptif sebagai penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi; ia juga bisa bersifat komperatif dan korelatif.

Danim (2002:41) memberikan beberapa ciri dominan dari penelitian deskriptif yaitu:

• Bersifat mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat faktual. Adakalanya penelitian ini dimaksudkan hanya membuat deskripsi atau narasi semata-mata dari suatu fenomena, tidak untuk mencari hubungan antar variabel, menguji hipotesis, atau membuat ramalan.

• Dilakukan secara survei. Oleh karena itu penelitian deskriptif sering disebut juga sebagai penelitian survei. Dalam arti luas, penelitian deskriptif dapat mencakup seluruh metode penelitian, kecuali yang bersifat historis dan eksperimental.

• Bersifat mencari informasi faktual dan dilakukan secara mendetail.

• Mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung; dan


(31)

• Mendeskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh kelompok orang tertentu dalam waktu yang bersamaan.

II.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelruhan Sei Rengas Permata Kecamatan Medan Area Kota Medan.

II.3. Informan Penelitian dan Unit Analisa

Untuk dapat memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai masalah penelitian yang sedang dibahas, maka dipergunakan teknik informan. Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi ysng jelas, akurat dan terpercaya baik berupa pernyataan-pernyataan, keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memahami persoalan atau permasalahan tersebut. Dalam penelitian ini penulis menggunakan informan kunci (key

informan) dan informan biasa. Informan kunci adalah informan yang mengetahui secara

mendalam permasalahan yang sedang diteliti, sedangkan informan biasa adalah informan yang ditentukan dengan dasar pertimbangan mengetahui dan berhubungan dengan permasalahan saja.

Unit analisa adalah satuan yang diteliti yang bisa berupa individu, kelompok, benda atau suatu peristiwa sosial misalnya aktivitas individu atau kelompok sebagai subjek penelitian (Hamidi, 2005:75). Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah: Kepala Kelurahan Sei Rengas Permata Medan , Tokoh Masyarakat.

Jumlah informan penelitian ditetapkan dengan menggunakan teknik snow-ball, yakni penggalian data melalui wawancara mendalam dari suatu informan ke informan


(32)

lainnya dan seterusnya sampai peneliti tidak menemukan informasi baru lagi (Hamidi, 2005:75).

II.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan yang diperoleh melalui:

Wawancara, teknik pengumpulan data dengan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab (Danim, 2002: 130).

Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun telah diolah, baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam penelitian ini data-data sekunder yang diperlukan antara lain literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel, makalah, peraturan-peraturan, struktur organisasi, jadwal, waktu, petunjuk pelaksana, petunjuk teknis dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

II.5. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh di lapangan dari para informan. Ada tiga unsur utama dalam proses analisis data penelitian kualitatif (Manurung, 2005:89), yaitu:

1. Reduksi Data : bagian dari analisa yang mempertegas, memperpendek dan membuang hal-hal yang tidak penting sehingga kesimpulan penelitian dapat dilaksanakan. Jadi


(33)

laporan lapangan sebagian bahan dapat disingkat dan disusun lebih sistematis sehingga lebih mudah dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh apabila diperlukan.

2. Penyajian Data (Display Data): sajian data adalah suatu susunan informasi yang memungkinkan dapat ditariknya suatu kesimpulan penelitian. Penyajian data dalam bentuk gambaran, skema, dan tabel akan berguna untuk mendapatkan gambaran yang jelas serta memudahkan dalam penyusunan kesimpulan penelitian. Pada dasarnya, sajian data dirancang untuk menggambarkan suatu informasi secara sistematis dan mudah dilihat serta dipahami dalam bentuk keseluruhan sajiannya.

3. Verifikasi (Penarikan Kesimpulan): Kesimpulan merupakan hasil akhir dari reduksi data dan penyajian data. Kesimpulan penelitian perlu diverifikasi agar tepat sasaran dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.


(34)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian III.1.1. Sejarah Kota Medan

Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular. Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut.

Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.

Pada awal perkembangannya merupakan sebuah kampung kecil bernama "Medan Putri". Perkembangan Kampung "Medan Putri" tidak terlepas dari posisinya yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura, tidak jauh dari jalan Putri


(35)

Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga dengan demikian Kampung "Medan Putri" yang merupakan cikal bakal Kota Medan, cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting. Semakin lama semakin banyak orang berdatangan ke kampung ini dan isteri Guru Patimpus yang mendirikan kampung Medan melahirkan anaknya yang pertama seorang laki-laki dan dinamai si Kolok. Mata pencarian orang di Kampung Medan yang mereka namai dengan si Sepuluh dua Kuta adalah bertani menanam lada. Tidak lama kemudian lahirlah anak kedua Guru Patimpus dan anak inipun laki-laki dinamai si Kecik. Pada zamannya Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang berfikiran maju. Hal ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru (menuntut ilmu) membaca Alqur’an kepada Datuk Kota Bangun dan kemudian memperdalam tentang agama Islam ke Aceh.

Keterangan yang menguatkan bahwa adanya Kampung Medan ini adalah keterangan H. Muhammad Said yang mengutip melalui buku Deli In Woord en Beeld ditulis oleh N.Ten Cate. Keterangan tersebut mengatakan bahwa dahulu kala Kampung Medan ini merupakan Benteng dan sisanya masih ada terdiri dari dinding dua lapis berbentuk bundaran yang terdapat dipertemuan antara dua sungai yakni Sungai Deli dan sungai Babura. Rumah Administrateur terletak diseberang sungai dari kampung Medan. Kalau kita lihat bahwa letak dari Kampung Medan ini adalah di Wisma Benteng sekarang dan rumah Administrateur tersebut adalah kantor PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini. Sekitar tahun 1612 setelah dua dasa warsa berdiri Kampung Medan, Sultan Iskandar Muda yang berkuasa di Aceh mengirim Panglimanya bernama Gocah Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin yang mewakili kerajaan Aceh di Tanah Deli.


(36)

Gocah Pahlawan membuka negeri baru di Sungai Lalang, Percut. Selaku Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan memanfaatkan kebesaran imperium Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Medan Deli sekarang. Dia juga mendirikan kampung-kampung Gunung Klarus, Sampali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas Percut dan Sigara-gara.

Dengan tampilnya Gocah pahlawan mulailah berkembang Kerajaan Deli dan tahun 1632 Gocah Pahlawan kawin dengan putri Datuk Sunggal. Setelah terjadi perkawinan ini raja-raja di Kampung Medan menyerah pada Gocah Pahlawan. Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya Tuangku Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya di Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan. Jhon Anderson seorang Inggris melakukan kunjungan ke Kampung Medan tahun 1823 dan mencatat dalam bukunya Mission to the East Coast of Sumatera bahwa penduduk Kampung Medan pada waktu itu masih berjumlah 200 orang tapi dia hanya melihat penduduk yang berdiam dipertemuan antara dua sungai tersebut. Anderson menyebutkan dalam bukunya “Mission to the East Coast of Sumatera“ (terbitan Edinburg 1826) bahwa sepanjang sungai Deli hingga ke dinding tembok mesjid Kampung Medan di bangun dengan batu-batu granit berbentuk bujur sangkar. Batu-batu ini diambil dari sebuah Candi Hindu Kuno di Jawa.

Pesatnya perkembangan Kampung "Medan Putri", juga tidak terlepas dari perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan Deli memberikan kepada Nienhuys Van der Falk dan Elliot dari Firma Van Keeuwen en Mainz & Co, tanah


(37)

seluas 4.000 bahu (1 bahu = 0,74 ha) secara erfpacht 20 tahun di Tanjung Sepassi, dekat Labuhan. Contoh tembakau deli. Maret 1864, contoh hasil panen dikirim ke Rotterdam di Belanda, untuk diuji kualitasnya. Ternyata daun tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi untuk pembungkus cerutu.

Kemudian di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys mendirikan de Deli Maatscapij di Labuhan. Kemudian melakukan ekspansi perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal (1869), Sungai Beras dan Klumpang (1875), sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada tahun 1874. Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas dan berkembang, Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari Labuhan ke Kampung "Medan Putri". Dengan demikian "Kampung Medan Putri" menjadi semakin ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai "Kota Medan".

Perkembangan Medan Putri menjadi pusat perdagangan telah mendorongnya menjadi pusat pemerintahan. Tahun 1879, Ibukota Asisten Residen Deli dipindahkan dari Labuhan ke Medan, 1 Maret 1887,Ibukota Residen Sumatera Timur dipindahkan pula dari Bengkalis ke Medan, Istana Kesultanan Deli yang semula berada di Kampung Bahari (Labuhan) juga pindah dengan selesainya pembangunan Istana Maimoon pada tanggal 18 Mei 1891, dan dengan demikian Ibukota Deli telah resmi pindah ke Medan.

Pada tahun 1915 Residensi Sumatera Timur ditingkatkan kedudukannya menjadi Gubernemen. Pada tahun 1918 Kota Medan resmi menjadi Gemeente (Kota Praja) dengan Walikota Baron Daniel Mac Kay. Berdasarkan "Acte van Schenking" (Akte Hibah) Nomor 97 Notaris J.M. de-Hondt Junior, tanggal 30 Nopember 1918, Sultan Deli menyerahkan tanah kota Medan kepada Gemeente Medan, sehingga resmi menjadi wilayah di bawah


(38)

kekuasaan langsung Hindia Belanda. Pada masa awal Kotapraja ini, Medan masih terdiri dari 4 kampung, yaitu Kampung Kesawan, Kampung Sungai Rengas, Kampung Petisah Hulu dan Kampung Petisah Hilir.

Pada tahun 1918 penduduk Medan tercatat sebanyak 43.826 jiwa yang terdiri dari Eropa 409 orang, Indonesia 35.009 orang, Cina 8.269 orang dan Timur Asing lainnya 139 orang. Sejak itu Kota Medan berkembang semakin pesat. Berbagai fasilitas dibangun. Beberapa diantaranya adalah Kantor Stasiun Percobaan AVROS di Kampung Baru (1919), sekarang RISPA, hubungan Kereta Api Pangkalan Brandan - Besitang (1919), Konsulat Amerika (1919), Sekolah Guru Indonesia di Jl. H.M. Yamin sekarang (1923), Mingguan Soematra (1924), Perkumpulan Renang Medan (1924), Pusat Pasar, R.S. Elizabeth, Klinik Sakit Mata dan Lapangan Olah Raga Kebun Bunga (1929).

Kelurahan Sei Rengas Permata merupakan kelurahan yang berada di bawah Kecamatan Medan Area. Kelurahan ini terdiri dari 8 lingkungan dengan jumlah penduduk sekitar 5.312 jiwa.

III.1.2. Batas-batas wilayah

Secara administratif, kelurahan sei rengas permata memiliki batas- batas sebagai berikut:

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sukaramai 2 - Sebelah Selatan berbatsan dengan Kelurahan Kota Matsum 1 - Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sei Rengas 1 - Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sei Rengas 2 III.1.3. Topografi


(39)

Topografi adalah keadaan tinggi rendahnya suatu wilayah terhadap permukaan laut dan kemiringan lereng daerah. Keadaan topografi Kelurahan Sei Rengas Permata Kecamatan Medan Area berada pada ketinggian sekitar 12 meter dari permukaan laut, sedangkan luas wilayah sekitar 29,4 km persegi.

III.1.4. Iklim

Iklim adalah gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau merupakan rata-rata cuaca dalam jangka waktu tertentu. Iklim di Kelurahan Sei Rengas Permata Kecamatan Medan Area tidak terlepas dari daerah sekitarnya dan juga tidak terlepas dari iklim di Indonesia pada umumnya.

III.2.Komposisi Penduduk dan Prasarana

III.2.1. Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa.

Komposisi penduduk di Kelurahan Sei Rengas Permata Menurut Suku Bangsa dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 1. Penduduk Kelurahan Sei Rengas Permata Menurut Suku Bangsa No Suku Bangsa Jumlah Persen (%)

1 Tionghoa 4.498 84,67

2 Minang 258 4,85

3 Jawa 142 2,67

4 Melayu 165 3,10

5 Mandailing 147 2,76

6 Karo 82 1,54

7 Aceh 10 0,18

8 Arab 10 0,18

Jumlah 5.312 100

Sumber : Profil Kelurahan Sei Rengas Permata 2008

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penduduk di Kelurahan Sei Rengas Permata Kecamatan Medan Area terdiri dari etnis Tionghoa sekitar 4.498 jiwa ( 84,67% ),


(40)

suku Minang sekitar 258 jiwa (4,85%), suku Jawa sekitar 142 jiwa (2,67%), Melayu 165 jiwa (3,10%), Mandailing 147 jiwa (2,76%), Karo 82 jiwa (1,54%), Aceh 10 jiwa (0,18%), Arab 10 jiwa (0,18%). Mayoritas penduduk yang mendiami Kelurahan Sei Rengas Permata Kecamatan Medan Area adalah etnis Tionghoa.

III.2.2. Komposisi Penduduk Menurut Usia.

Komposisi penduduk Kelurahan Sei Rengas Permata Menurut Usia dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 2. Penduduk Kelurahan Sei Rengas Permata Menurut Usia

No Usia Jumlah Persen (%)

1 0-12 bulan 75 1,36

2 1-4 tahun 184 3,57

3 5-6 tahun 180 3,49

4 7-12 tahun 791 15,37

5 13-15 tahun 289 5,61

6 16-18 tahun 142 2,75

7 19-25 tahun 454 8,82

8 26-35 tahun 820 15,93

9 36-45 tahun 1048 20,36

10 46-50 tahun 423 8,22

11 51-60 tahun 634 12,32

12 76 tahun ke atas 111 2,15

Jumlah 5. 146 100

Sumber : Profil Kelurahan Sei Rengas Permata 2008

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa komposisi penduduk di Kelurahan Sei Rengas Permata Kecamatan Medan Area menurut usia terbanyak ada pada rentang usia 36-45 tahun, yaitu sekitar 1.048 jiwa (20,36%), lalu kedua terbanyak berada pada rentang usia 26-35 tahun sekitar 820 jiwa (15,93%) dan ketiga terbanyak berada pada rentang usia 7-12 tahun sekirtar 791 jiwa (15,37%).


(41)

III.2.3. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan.

Komposisi penduduk Kelurahan Sei Rengas Permata Menurut Tingkat Pendidkan dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 3. Penduduk Kelurahan Sei Rengas Permata Menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pndidikan Jumlah Persen (%)

1 Belum sekolah 428 8,21

2 SD/sederajat 513 9,85

3 SLTP/sederajat 2513 48,26

4 SLTA/sederajat 1513 29,05

5 D-1 56 1,07

6 D-2 24 0,46

7 D-3 35 0,67

8 S-1 109 2,09

9 S-2 16 0,30

Jumlah 2507 100

Sumber : Profil Kelurahan Sei Rengas Permata 2008

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa komposisi penduduk di Kelurahan Sei Rengas Permata Kecamatan Medan Area menurut tingkat pendidikan mayoritas berada pada tingkat pendidikan SLTP/sederajat, yaitu sebanyak 2.513 jiwa (48,26%) dan minoritas berada pada tingkat pendidikan S-2 yaitu sebanyak 16 jiwa (0.3%)

III.2.4. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok.

Komposisi penduduk Kelurahan Sei Rengas Permata Menurut Mata Pencaharian Pokok dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 4. Penduduk Kelurahan Sei Rengas Permata Menurut Mata Pencaharian Pokok

No Mata Pencaharian Jumlah Persen (%)

1 PNS 7 9,72

2 Pedagang 20 27,77

3 Penjahit 2 2,77


(42)

5 Pengusaha 40 55,55

Jumlah 72 100

Sumber : Profil Kelurahan Sei Rengas Permata 2008

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa komposisi penduduk di Kelurahan Sei Rengas Permata Kecamatan Medan Area Menurut Mata Pencaharian Pokok mayoritas bermata pencaharian sebagai pengusaha yaitu sebanyak 40 orang (55,55%).

III.2.5. Komposisi Penduduk Menurut Agama.

Komposisi penduduk Kelurahan Sei Rengas Permata Menurut Agama dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 5. Penduduk Kelurahan Sei Rengas Permata Menurut Agama No Agama Jumlah Persen (%)

1 Islam 584 11,46

2 Kristen 212 4,16

3 Katholik 104 2,04

4 Hindu 1 0,01

5 Budha 4.228 83,03

Jumlah 5.092 100

Sumber : Profil Kelurahan Sei Rengas Permata 2008

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa komposisi penduduk di Kelurahan Sei Rengas Permata Kecamatan Medan Area menurut agama, mayoritas agama yang dipeluk oleh masyarakat Kelurahan Sei Rengas Permata adalah agama Budha sekitar 4.228 pemeluk atau 83,03% dan minoritas adalah pemeluk agama Hindu satu orang pemeluk.

III.2.6. Lembaga Pendidikan .

Lembaga Pendidikan di Kelurahan Sei Rengas Permata dapat dilihat dari tabel di bawah ini:


(43)

Tabel 6. Lembaga Pendidikan di Kelurahan Sei Rengas Permata No Lembaga Pendidikan Jumlah Persen (%)

1 TK 2 18,18

2 SD/sederajat 3 27,27

3 SLTP/sederajat 3 27,27

4 SLTA/sederajat 2 18,18

5 Perguruan Tinggi 1 9,09

Jumlah 11 100

Sumber : Profil Kelurahan Sei Rengas Permata 2008

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa di Kelurahan Sei Rengas Permata Kecamatan Medan Area terdapat perguruan tinggi sebanyak satu unit, dengan adanya perguruan tinggi ini diharapkan tercipta sumber daya manusia yang handal.

III.2.7. Prasarana Peribadatan.

Prasarana Peribadatan di Kelurahan Sei Rengas Permata dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 7. Prasarana Peribadatan di Kelurahan Sei Rengas Permata No Prasarana Peribadatan Jumlah Persen (%)

1 Mesjid 2 25

2 Musholla 1 12,5

3 Gereja 1 12,5

4 Wihara 4 50

Jum lah

Jumlah 8 100

Sumber : Profil Kelurahan Sei Rengas Permata 2008

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa di Kelurahan Sei Rengas Permata Kecamatan Medan Area terdapat wihara sebanayak 8 unit mengingat mayoritas penduduk di kelurahan ini menganut agama Budha.


(44)

Prasarana Kesehatan di Kelurahan Sei Rengas Permata dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 8. Prasarana Kesehatan di Kelurahan Sei Rengas Permata No Prasarana Kesehatan Jumlah Persen (%)

1 Rumah Sakit Umum 1 7,09

2 Apotik 1 7,09

3 Posyandu 8 61,5

4 Dokter Praktek 3 23,07

Jumlah 13 100

Sumber : Profil Kelurahan Sei Rengas Permata 2008

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa di Kelurahan Sei Rengas Permata Kecamatan Medan Area terdapat Rumah Sakit Umum sebanyak satu unit, lalu ada tempat dokter praktek di tiga lokasi, dan terdapat juga apotek sebanayak satu unit.

III.2.8.Tingkat Kesejahteraan.

Tingkat kesejahteraan penduduk di Kelurahan Sei Rengas Permata dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 9. Tingkat Kesejahteraan Penduduk di Kelurahan Sei Rengas Permata No Tingkat Kesejahteraan Jumlah (KK) Persen(%)

1 Keluarga PraSejahtera 0 0

2 Keluarga Sejahtera I 190 18,21

3 Keluarga Sejahtera II 299 28,66

4 Keluarga Sejahtera III 515 49,37 5 Keluarga Sejahtera III Plus 39 3,73 Jum

lah

1043 100

Sumber : Profil Kelurahan Sei Rengas Permata 2008

III.3. Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional dan Kelurahan Sei Rengas Permata.


(45)

VISI : SELURUH KELUARGA IKUT KB

MISI :MEWUJUDKAN KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA GRAND STRATEGY, yaitu:

1. Menggerakkan dan Memberdayakan Seluruh Masyarakat dalam Program KB; 2. Menata Kembali Pengelolaan Program KB;

3. Memperkuat SDM Operasional Program KB;

4. Meningkatkan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga Melalui Pelayanan KB; 5. Meningkatkan Pembiayaan Program KB.

3.2. Tugas Pokok Lurah.

SK Walikota Medan No. 63 Tahun 2001 pasal 9 menyebutkan bahwa Lurah mempunyai tugas membantu Camat dalam bidang pemerintahan dan ketertiban, pembangunan kesejahteraan masyarakat serta melaksanakan tugas lainnya yang diberkan oleh Kepala Daerah.

3.3. Fungsi Lurah.

1. Melaksanakan atau menyelenggarakan pelimpahan kewenangan di bidang pemerintahan, ketertiban, pembangunan dan kesejahteraan masyarakat yang menjadi tanggung jawab kelurahan.

2. Menyelenggarakan pelayanan teknis kesekretariatan.

3. Melaksanakan pelayanan administrasi publik yang menjadi tanggung jawab kelurahan.

4. Meningkatkan partisipasi, swadaya serta gotong royong masyarakat. 5. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Kepala Daerah.


(46)

STRUKTUR DAN ORGANISASI TATA KERJA PEMERINTAHAN KELURAHAN SEI RENGAS PERMATA

DENGAN KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 1980

Kepala Kelurahan

Sekretaris

Kepling II Kepling I

Kasie umum

Kepling III

Kasie Ekbang Kasie

Keuanga

Kepling VIII Kepling IV

Kepling VI Keplin V


(47)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini akan diuraikan hasil wawancara yang penulis coba sajikan dalam bentuk hasil wawancara tertulis. Adapun hasil wawancara ini merupakan salinan atas wawancara yang pernah dilakukan di tempat penelitian terhadap informan kunci (key informan) pada penelitian mengenai partisipasi masyrakat dalam Program Keluarga Berencana di Kelurahan Sei Rengas Permata Kecamatan Medan Area Kota Medan.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada informan merupakan pertanyaan yang berasal dari panduan wawancara yang penulis susun sebagai instrumen dalam penelitian ini. Akan tetapi daftar pertanyaan ini bukanlah pertanyaan yang baku, di dalam pelaksanaan wawancara yang telah penulis lakukan, pertanyaan-pertanyaan tersebut mengalami perkembangan yang penulis sesuaikan dengan permasalahan penelitian ini.

Pelaksanaan wawancara langsung dengan informan yang telah penulis lakukan ini dilakukan selama kurun waktu minggu dengan melibatkan informan sebagaimana yang telah direncanakan pada proposal penelitian ini, yaitu:

1. Lurah Sei Rengas Permata : 1 orang

2. Petugas PLKB : 1 orang

3. Masyarakat : 10 orang

IV.1. Wawancara Langsung dengan Bapak Seh Razali Selaku Lurah Sei Rengas Permata.


(48)

(1) Pertanyaan mengenai perkumpulan/organisasi yang mewadahi Program Keluarga Berencana di Kelurahan Sei Rengas Permata.

“Di sini ada PKK yang mewadahi Program KB, organisasi ini ada di kelurahan dan ada juga yayasan serta organisasi informal lainnya.”

Dari penjelasan key informan di atas dapat diketahui bahwa di Kelurahan Sei Rengas Permata terdapat organisasi yang mewadahi Program KB, organisasi tersebut ada yang di bawah kelurahan langsung dan ada juga yang di luar kelurahan, baik yang bersifat formal maupun informal. Organisasi inilah yang merupakan wadah partisipasi yang dapat berupa buah pikiran/gagasan , dana dan sarana serta kemahiran/kemampuan. Melalui organisasi diharapkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), dapat berjalan sehingga pola kerja partisipatif dapat timbul di dalam masyarakat.

(2) Pertanyaan mengenai kuantitas pertemuan di dalam organisasi tersebut.

“Tidak tentu, kalau organisasi PKK mengadakan pertemuan paling banyak dua kali dalam sebulan, masyarakat lebih sering mengadakan kegiatan di luar.”

Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa masyarakat lebih sering mengadakan pertemuan di luar, baik itu yang diadakan oleh yayasan maupuan oleh organisasi informal lainnya. Organisasi informal ini di bentuk atas dasar sukarela dan tentunya kegiatan sosialisasi KB dapat lebih mudah dilakukan pada organisasi ini.

(3)Pertanyaan mengenai gagasan/ ide yang di sampaikan kepada pihak kelurahan.

”Masyarakat pernah mengemukakan ide/gagasan secara langsung dan mereka juga berusaha merealisasikan ide/gagasan tersebut dengan cara meraka sendiri. Seperti rumah sakit yang ada di sini, hasil dari gagasan masyarakat yang terealisasikan setelah bertahun-tahun.”


(49)

Di dalam studi pembangunan, partisipasi aktif masyarakat mulai dari perencanaan hingga implementasi di lapangan merupakan bentuk yang ideal bagi keberlangsungan sebuah program, seperti Program KB. Dengan adanya sebuah Rumah Sakit yang fasilitasnya lebih baik ketimbang puskesmas atau klinik tentu akan memudahkan masyarakat dalam berkonsultasi.

(4)Pertanyaan mengenai anggaran dari pemerintah kota yang dikhususkan untuk Program KB disalurkan ke kelurahan.

”Kalau anggaran dari pemko yang dikhususkan untuk Program KB tidak ada yang disalurkan ke kelurahan ini, Pemerintah Kota menganggap kelurahan ini sudah mandiri dalam hal KB”

Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa pelaksanaan Program KB di Kelurahaan Sei Rengas Permata merupakan Program KB Mandiri, masyarakat yang menjadi akseptor KB menggunakan biaya sendiri tanpa ada bantuan dari pemerintah khususnya Pemerintah Kota Medan.

Semangat kemandirian yang tumbuh dari peserta KB (akseptor KB) dalam usaha untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi merupakan salah satu faktor utama yang menentukan Program KB Nasional ditunjang dengan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang semakin dijadikan prioritas. Salah satu upaya dalam meningkatkan kemandirian berKB adalah dengan mendekatkan tempat pelayanan seperti klinik atau rumah sakit.

(5)Pertanyaan apakah masyarakat yang menjadi akseptor KB menggunakan biaya sendiri atau tidak.

”Saya tidak tahu persis, bisa saja ada yayasan atau pihak lain yang membantu, tapi kebanyakan menggunakan biaya sendiri.”


(50)

Dari penjelasan di atas nampak bahwa tidak semua penduduk mampu untuk mengikuti Program KB (menjadi akseptor KB) dengan biaya sendiri mengingat ada beberapa metode yang memerlukan biaya yang tidak sedikit, seperti metode operasi.

Peranan organisasai swadaya, seperti yayasan atau organisasi informal lainnya seperti perkumpulan marga di Kelurahaan Sei Rengas Permata dapat membantu masyarakat dalam mendapatkan bantuan dana, informasi/edukasi mengenai KB. Tentunya sangat disayangkan jika ada pasangan usia subur (PUS) atau pasangan suami istri lainnya yang ingin menjadi akseptor kB tetapi terkendala biaya.

(6)Pertanyaan mengenai sikap masyarakat kalau ada petugas PLKB yang datang.

”Kalau mereka ada di rumah tentu menerima dengan baik dan bersedia meluangkan waktunya.”

Dari penjelasan di atas terlihat jelas dukungan masyarakat terhadap Program KB, mereka menerima kedatangan petugas PLKB untuk melakukan/memberikan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) kepada masyarakat. Dengan adanya KIE ini diharapkan masyarakat dapat lebih memahami Program KB.

(7) Pertanyaan mengenai sosialisasi di Kelurahan Sei Rengas Permata.

“Kalau sosialisasi, ada yang dilakukan oleh petugas PLKB dengan datang langsung ke rumah warga dan ada juga yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri melalui organisasi PKK ataupun organisasi lainnya.”

Dari penjelasan di atas nampak bahwa sosialisasi Program KB tidak hanya dilakukan oleh petugas PLKB, masyarakat juga berperan serta dalam hal sosialisasi. Tentunya peran serta masyarakat ini tidak terlepas dari keberadaan organisasi- organisasi yang ada di dalam masyarakat itu sendiri, baik itu organisasi yang bersifat formal seperti yayasan sosial maupun organisasi yang sifatnya inforrmal seperti perkumpulan marga.


(51)

Dalam organisasi inilah terjadi suatu proses “take and give”, individu/anggota masyarakat mendapatkan informasi dan memberikan informasi kepada pihak lain.

(8)Pertanyaan mengenai pengetahuan masyrakat tentang Program KB.

”Pada umumnya mereka memaknai Program KB itu hanya memiliki dua anak saja.”

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pemahaman masyarakat terhadap program KB hanya sebatas pada memiliki dua anak saja.

(9)Pertanyaan mengenai penerimaan masyarakat terhadap Program KB.

”Pada umumnya mereka mendukung dan menerima Program KB, dilihat dari kehadiran mereka dalam pertemuan PKK, kalau mereka ada waktu pasti mereka datang.”

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa masyarakat Kelurahan Sei Rengas Permata mendukung Program KB, mereka yang menjadi anggota PKK selalu menyempatkan diri untuk menghadiri pertemuan yang diadakan oleh organisasi tersebut.

(10)Pertanyaan mengenai langkah apa yang harus di tempuh Pemerintah Kota Medan agar masyarakat mau ikut KB.

”Pemerintah Kota Medan menganggap kelurahan ini sudah mandiri dalam hal KB, hanya saja ada beberapa metode KB yang memerlukan biaya yang cukup besar seperti metode operasi, ada anggota masyarakat yang menginginkan metode tersebut tetapi tidak ada biaya. Seharusnya pihak pemko bisa menangani masalah yang seperti ini.”

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa masyarakat Kelurahan Sei Rengas Permata sudah mandiri dalam hal KB, tidak ada bantuan dari pemerintah Kota dalam hal dana. V.2. Wawancara Langsung dengan Petugas PLKB.


(52)

(1) Pertanyaan mengenai sikap masyarakat kalau ada Petugas PLKB yang datang melakukan sosialisasi .

”Kalau mereka di rumah mereka mau untuk meluangkan waktunya untuk mendengar informasi dari kita.”

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa masyarakat Kelurahan Sei Rengas Permata bersedia untuk meluangkan waktunya untuk menerima kedatangan peugas PLKB yang memberikan informasi/penjelasan kepada masyarakat, ini juga merupakan bentuk dukungan dan penerimaan masyarakat terhadap Program KB.

(2) Pertanyaan mengenai gagsasan yang disampaikan masyarakat mengenai Program KB.

”Sudah lama mereka menginginkan sebuah rumah sakit agar pelayanan dalam hal KB lebih baik dan lebih mudah untuk diakses dan sekarang sudah terwujud.”

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa masyarakat Kelurahan Sei Rengas Permata mempunyai gagasan agar keberlanjutan Program KB dapat terlaksana, yaitu dengan adanya sebuah rumah sakit sehingga pelayanan KB yang diberikkn lebih baik dan lebih lengkap daripada pelayanan yang diberikan oleh klinik.

(3) Pertanyaan mengenai sosialisasi Program KB.

”Untuk sosialisasi Program KB, kita mengedukasi masyarakat yang ada di organisasi PKK, setelah mereka mendapatkan informasi lalu mereka juga mensosialisasikannya kepada pihak lain. Kita juga datang langsung ke rumah warga”


(53)

Dari penjelasan di atas nampak bahwa sosialisasi Program KB di Kelurahan Sei Rengas Permata bersifat take and give. Di satu sisi masyarakat yang mendapatkan informasi/pengetahuan dari pihak lain (petugas PLKB), namun di sisi lainnya anggota masyarakat juga memberikan informasi/pengetahuan kepada pihak lain/anggota masyarakat lainnya.

(4) Pertanyaan mengenai biaya bagi akseptor KB.

”Mereka pada umumnya menggunakan biaya sendiri, kalau misalnya ada bantuan dari pihak lain misal yayasan atau perkumpulan lainnya itu mungkin saja. Tapi bantuan dari pemerintah kota tidak ada.”

Dari penjelasan di atas nampak bahwa masyarakat di Kelurahan Sei Rengas Permata yang menjadi akseptor (anggota) KB menggunakan biaya sendiri dan tidak ada bantuan dari pemerintah Kota Medan, berarti Program KB di Kelurahan Sei Rengas Permata merupakan Program KB Mandiri. Masyarakat yang menentukan sendiri apa yang mereka butuhkan. Walaupun ada juga yang mendapatkan bantuan dari pihak lain, seperti yayasan sosial atau dari perkumpulan marga yang merupakan organisasi informal yang ada dan sifatnya sukarela.

(5) Pertanyaan mengenai metode KB yang sering dipergunakan masyarakat.

”Hasil dari lapangan, kebanyakan mereka menggunakan metode spiral, ada juga yang menggunakan metode suntik. Kalau yang menggunakan kondom sedikit.”

Dari penjelasan di atas jelas terlihat bahwa masyarakat di Kelurahan Sei Rengas Permata yang menjadi akseptor (anggota) KB memilih metode yang tidak merepotkan dan dijamin efektif seperti, IUD/Spiral dan suntik.


(54)

V.3. Wawancara Langsung dengan Masyarakat Kelurahan Sei Rengas Permata. 3.1. Wawancara dengan Ibu Linda/Law Fung Mei, 31 tahun.

(1) Pertanyaan mengenai pengetahuan dan persetujuan terhadap Program KB.

”Kalau yang Saya tahu Program KB itukan cuma punya dua anak saja, kalau untuk mereka yang sanggup memiliki lebih dari dua anak apa disebut tidak berKB. Saya sendiri punya anak tiga.”

Dari penjelasan di atas nampak bahwa pengetahuan masyarakat mengenai Program KB hanya sebatas pada memiliki dua anak saja.

(2) Pertanyaan mengenai penggunaan metode KB.

“Saya menggunakan spiral/IUD, karena dengan metode ini dapat bertahan bertahun-tahun sehingga tidak merepotkan.”

Dari penjelasan di atas nampak jelas bahwa ada sebagian anggota masyarakat yang tidak menginginkan metode tertentu karena dianggap merepotkan. Metode IUD/Spiral yang digunakan oleh seseorang membuat orang tersebut tidak perlu untuk terlalu sering untuk berkonsultasi ke dokter di klinik atau rumah sakit karena metode tersebut dapat bertahan bertahun-tahun.

(3) Pertanyaan mengenai sosialisasi Program KB.

”Sosialisasi Program KB di sini macam-macam ya, ada yang dilakukan oleh petugas PLKB. Ada yang dilakukan oleh anggota PKK, ada juga yang dilakukan oleh masyarakat. Saya sendiri juga ikut mensosialisasikan Program KB kepada teman-teman di perkumpulan. Masyarakat Tionghoa di sini ada perkumpulan marga masing-masing, jadi di situ kita bisa bertukar informasi semuanya termasuk KB.”

Dari penjelasan di atas nampak bahwa sosialisasi Program KB dilakukan oleh Petugas PLKB, anggoata PKK dan masyaarakat. Masyarakat memiliki organisasi


(55)

perkumpulan marga yang bersifat informal dan sebagai wadah bertukar informasi, khususnya mengenai KB.

(4) Pertanyaan mengenai ide/gagasan yang disampaikan berkaitan dengan Program KB. ”kami pernah menyampaikan gagasan kepada kelurahan, waktu itu kami

ingin di kelurahan ini ada puskesmas tapi tidak ada tindak lanjut dari kelurahan. Untung ada yang mau jadi pemodal untuk bangun rumah sakit, jadi gak perlu jauh-jauh kalau mau mendapatkan pelayanan KB dan kalau rumah sakit kan fasilitasnya lebih lengkap.”

Dari penjelasan di atas nampak bahwa masyarakat Kelurahan Sei Rengas Permata mempuanyai gagasan yang disampaikan kepada pihak kelurahan agar dibangun sebuah Puskesmas, tetapi tidak ada follow up sehingga masyarakat mengupayakan sendiri agar dibangun sebuah rumah sakit sehingga pelayanan KB dan kesehatan menjadi lebih baik.

(5) Pertanyaan mengenai kuantitas mengikuti pertemuan organisasi PKK. ”Saya mengikuti pertemuan PKK sebulan sekali.”

Dari penjelasan di atas nampak bahwa Organisasi PKK mengadakan pertemuan sekali dalam sebulan. Dengan adanya organisasi ini tentunya diharapkan sosialisasi Program KB dapat berjalan dengan baik.

(6) Pertanyaan mengenai konsultasi ke rumah sakit atau klinik.

”Saya menggunakan metode spiral/IUD, jadi kalau untuk konsultasi ke klinik atau rumah sakit kalau ada masalah aja. Dalam sebulan bisa jadi Saya tidak pernah berkonsultasi.”

Dari penjelasan di atas nampak tingkat konsultasi rendah karena dipengaruhi oleh pengggunaan metode KB yang membuat akseptor KB tidak perlu terlalu sering untuk berkonsultasi.


(56)

”Saya menggunakan uang Saya sendiri.”

Dari penjelasan di atas nampak jelas bahwa masyarakat yang menjadi akseptor KB menggunakan biaya sendiri tanpa ada bantuan dari pemerintah Kota Medan. Dapat dikatakan bahwa Program KB di Kelurahan Sei Rengas Permata merupakan Program KB Mandiri.

(8) Pertanyaan mengenai sikap masyarakat atas kedatangan Petugas PLKB.

”Kalau Saya di rumah tentu Saya akan menyempatkan waktu untuk mendengarkan penjelasan dari mereka.”

Dari penjelasan di atas nampak jelas bahwa masyarakat mendukung Program KB dan mau untuk menyempatkan diri mendengarkan penjelasan dari Petugas PLKB.

3.2. Wawancara dengan Ibu Michelle/Che Mei She, 29 tahun.

(1) Pertanyaan mengenai pengetahuan dan persetujuan terhadap Program KB.

” Saya tidak setuju kalau KB itu berarti membatasi jumlah anak hanya menjadi dua, dari iklan dan sosialisasi kan nampak sekali Program KB membatasi jumlah anak menjadi hanya dua saja.”

Dari penjelasan di atas nampak bahwa pengetahuan informan mengenai Program KB hanya terbatas pada pembatasan jumlah anak.

(2) Pertanyaan mengenai penggunaan metode KB.

” Saya memakai Spiral/IUD, lebih efektif dan mudah karena Saya tinggal datang ke klinik/rumah sakit jadi ada jaminan karena yang memasang pasti lebih tahu.”

Dari penjelasan di atas nampak bahwa informan memilih menggunakan metode IUD/Spiral karena dianggap lebih efektif dan ada jaminan dari pihak lain.


(57)

” Untuk sosialisasi, petugas PLKB ada yang datang ke rumah kita, kita juga dapat pengarahan di PKK. Jadi kalau ada perkumpulan marga kita bisa saling memberikan informasi.”

Dari penjelasan di atas nampak bahwa sosialisasi Program KB dilakukan oleh petugas PLKB dan juga masyarakat itu sendiri. Masyarakat yang mendapatkan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) dari petugas PLKB dan di PKK juga menyebarluaskannya kepada masyarakat lainnya di perkumpulan-perkumpulan masyarakat baik yang bersifat formal maupun informal.

(4) Pertanyaan mengenai ide/gagasan yang disampaikan berkaitan dengan Program KB. ” Waktu itu kami pingin di kelurahan ini ada Puskesmas, di PKK sempat

dibicarakan tapi tidak ada kelanjutannya.”

Dari penjelasan di atas nampak jelas bahwa masyarakat di Kelurahan Sei Rengas Permata mempunyai gagasan/ide agar dibangun sebuah Puskesmas di kelurahan tersebut agar pelayanan KB dapat lebih mudah dan murah. Namun, dari pihak kelurahan tidak ada tindak lanjut, sehingga masyarakat mengupayakan sendiri agar di bangun sebuah rumah sakit.

(5) Pertanyaan mengenai kuantitas mengikuti pertemuan organisasi PKK.

” PKK mengadakan pertemuan sebulan sekali, biasanya kita mendapatkan informasi mengenai KB di situ.”

Dari penjelasan di atas nampak jelas bahwa organisasi PKK mengadakan pertemuan dalam sebulan sebanyak satu kali, dengan adanya pertemuan ini maka diharapkan anggota masyarakat mendapatkan informasi atau bertukar informasi.


(58)

” Kalau untuk konsultasi Saya jarang melakukannya karena Saya pakai Spiral/IUD jadi palingan Saya berkonsultasinya 3-6 bulan sekali.”

Dari penjelasan di atas nampak bahwa informan jarang melakukan konsultasi ke klinik/rumah sakit karena metode KB yang digunakan memungkinkan si informan untuk tidak terlalu sering ke klinik/rumah sakit.

(7) Pertanyaan mengenai biaya menjadi akseptor KB. ” Saya menggunakan biaya sendiri.”

Dari penjelasan di atas nampak bahwa informan menggunakan biaya sendiri dalam menjadi akseptor KB. Pihak Pemerintah Kota Medan seharusnya memperhatikan kualitas pelayanan KB yang diberikan agar masyarakat mau untuk menjadi akseptor KB Mandiri sehingga Program KB Mandiri dapat berjalan dengan baik.

(8) Pertanyaan mengenai sikap masyarakat atas kedatangan Petugas PLKB.

” Kalau petugas PLKB datang Saya pasti meluangkan waktu Saya.”

Dari penjelasan di atas nampak bahwa informan menerima kedatangan petugas PLKB dengan baik dan bersedia untuk meluangkan waktunya untuk mendengarkan penjelasan dari petugas tersebut, jadi jelas terlihat dukungan yang tinggi dari masyarakat.

3.3. Wawancara dengan Ibu Wenny/Lie Cien Ling, 31 tahun.

(1) Pertanyaan mengenai pengetahuan dan persetujuan terhadap Program KB.

” KB itu punya dua anak, jadi dengan cuman punya dua anak saja beban keluarga kan tidak terlalu besar. Tentunya Saya setuju dengan Program KB sekarang ini, dan Saya sendiri punya dua anak.”


(59)

Dari penjelasan di atas nampak bahwa informan setuju dengan Program KB dan dapat diketahui juga bahwa pengetahuan informan terhadap Program KB hanya pada pembatasan jumlah anak saja.

(2) Pertanyaan mengenai penggunaan metode KB. ” Saya pakai Spiral/IUD, karena efektif.”

Dari penjelasan di atas nampak bahwa informan menggunakan Spiral/IUD karena dianggap efektif untuk mencegah kehamilan.

(3) Pertanyaan mengenai sosialisasi Program KB.

” Saya dan anggota PKK lainnya pernah mensosialisasikan KB kepada masyarakat, kami melakukan bagi-bagi stiker. Di PKK kami mendapatkan pengarahan dan Saya juga banyak mendapatkan informasi dari orang lain di perkumpulan marga Saya dan dari yayasan sosial.”

Dari penjelasan di atas nampak bahwa informan mensosialisasikan Program KB langsung ke masyarakat bersama-sama anggoata PKK lainnya. Peranan organisasi PKK dan organisasi lainnya di luar PKK yang sifatnya baik formal maupun informal sangat berarti karena dengan adanya organisasi tersebut masyarakat dapat memperoleh pengetahuan mengenai Program KB.

(4) Pertanyaan mengenai ide/gagasan yang disampaikan berkaitan dengan Program KB. “ Kami dulu ingin ada Puskesmas atau rumah sakit di sini, tapi entah

kenapa kok kayaknya tidak ditanggapi dengan serius oleh pihak kelurahan. Tapi sekarang udah ada rumah sakit jadi pelayanan KB lebih mudah sekaranag.”

Dari penjelasan di atas nampak bahwa masyarakat menginginkan sebuah Puskesmas atau rumah sakit di kelurahan, namun tidak ada tanggapan dari pihak kelurahan sehingga masyarakat berusaha agar berdiri sebuah rumah sakit di kelurahan ini.


(60)

(5) Pertanyaan mengenai kuantitas mengikuti pertemuan organisasi PKK.

“ Pertemuan di PKK itu sebulan sekali, di situ masyarakat diberikan pembekalan mengenai KB oleh pihak kelurahan.”

Dari penjelasan di atas nampak jelas bahwa di Kelurahan Sei Rengas Permata terdapat organisasi PKK yang mengadakan pertemuan sebulan sekali sehingga proses edukasi dapat berjalan.

(6) Pertanyaan mengenai konsultasi ke rumah sakit atau klinik.

“ Palingan enam bulan sekali atau kalau ada masalah aja baru Saya datang ke rumah sakit.”

Dari penjelasan di atas nampak bahwa informan berkonsultasi ke klinik/rumah sakit sekali dalam enam bulan atau kalau ada masalah dengan metode KB yang digunakan. Jarangnya informan berkonsultasi ke klinik/rumah sakit dikarenakan metode yang digunakan.

(7) Pertanyaan mengenai biaya menjadi akseptor KB.

” Biaya sendiri, tidak ada bantuan dari pihak manapun.”

Dari penjelasan di atas nampak bahwa biaya dalam menjadi akseptor KB berasal dari biaya sendiri, tanpa ada bantuan dari pihak manapun, baik itu dari pemerintah kota maupun dari pihak lainnya.

(8) Pertanyaan mengenai sikap masyarakat atas kedatangan Petugas PLKB.

” Saya dan teman-teman di PKK malah membantu petugas PLKB agar dapat menjumpai warga, sehingga sosialisasi Program KB dapat berjalan.”

Dari penjelasan di atas nampak bahwa informan merupakan mediator petugas PLKB dengan warga dan tentunya informan mendukung Program KB Nasional.


(1)

umumnya masyarakat yang ingin menjadi akeptor KB dibiayai oleh pemerintah dan diberi insentif, maka hal ini berbeda dengan KB Mandiri, dalam KB Mandiri masyarakat yang menjadi akseptor KB mengeluarkan biaya sendiri. Untuk itu, pelayanan yang diberikan oleh pihak swasta tentunya harus berkualitas dan dapat memuaskan akseptor KB agar warga masyarakat mau untuk menjadi akseptor KB.

Salah satu cara untuk meningkatkan gairah masyarakat untuk menjadi akseptor KB adalah dengan mendekatkan tempat pelayanan KB dengan lingkungan masyarakat, sehingga masyarakat yang ingin menjadi akseptor KB tidak perlu jauh-jauh untuk meninggalkan tempat kediamannya hanya untuk mendapatkan pelayanan KB.

Pembangunan klinik, Puskesmas, ataupun rumah sakit di Kelurahan Sei Rengas Permata merupakan keinginan yang telah lama dinanti oleh anggota PKK dan masyarakat pada umumnya agar pelayanan KB lebih mudah untuk dijangkau.

c. Sumbangan tenaga/waktu.

Sosialisasi sebuah program pemerintah merupakan langkah yang harus ditempuh agar masyarakat mengetahui program pemerintah yang dimaksud. Dalam hal Program KB Nasional, sosialisasi dilakukan oleh petugas PLKB (Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana) yang datang langsung ke rumah warga ataupun mengedukasi anggota PKK. Sosialisasi Program KB Nasional di Kelurahan Sei Rengas Permata juga dilakukan oleh yayasan yang mengadakan seminar-seminar, keberadaan organisasi swadaya semacam ini tentunya mempunyai peranan yang penting dalam hal sosialisasi Program KB Nasional.

Masyarakat yang didatangi oleh petugas PLKB bersedia meluangkan waktunya untuk mendengarkan penjelasan dari petugas tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap Program KB Nasional, masyarakat yang menjadi anggota PKK juga selalu berusaha untuk


(2)

menghadiri pertemuan PKK yang diadakan sekali dalam sebulan agar mendapatkan informasi mengenai KB.

d. Pemanfaatan pelayanan pembangunan.

Keberadaan rumah sakit di Kelurahan Sei Rengas Permata yang merupakan hasil dari gagasan masyarakat diharapkan mampu untuk memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat, terutama dalam hal KB. Dari hasil observasi di lapangan, terlihat masyarakat memanfaatkan keberadaan rumah sakit di kelurahan ini untuk berbagai keperluan, misalnya dalam hal mendapatkan pelayanan KB.


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan.

Partisipasi masyarakat dalam Program KB Mandiri di Kelurahan Sei Rengas Permata berjalan dengan baik, hal ini didasarkan pada hasil wawancara dan observasi di lapangan yang hasilnya antara lain:

a) Masyarakat Kelurahan Sei Rengas Permata memiliki ide/gagasan yang berperan dalam meningkatkan gairah masyarakat untuk ikut KB Mandiri dengan pendirian sebuah rumaah sakit di kelurahan ini. Mendekatkan tempat pelayanan KB dengan masyarakat merupakan salah satu cara agar masyarakat semakin mudah dalam mendapatkan pelayanan KB.

b) Dalam ikut KB, masyarakat di Kelurahan Sei Rengas Permata menggunakan biaya sendiri tanpa ada bantuan dari pemerintah. Khusus untuk metode KB yang memerlukan biaya yang tidak sedikit, misalnya operasi medis ada anggota masyarakat yang ikut KB dengan metode tersebut mendapatkan bantuan dari pihak yayasan swadaya masyarakat.

c) Sosialisasi Program KB Nasional dilakukan oleh banyak pihak, baik itu oleh pemerintah melalui petugas PLKB, oleh yayasan swadaya masyarakat melalui seminar-seminar, ataupun oleh masyarakat itu sendiri yang ada dalam PKK yang membantu petugas PLKB untuk sosialisasi Program KB Nasional.

Dari kesimpulan di atas dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat Kelurahan Sei Rengas Permata dalam dalam Program KB Nasional sudah cukup baik.


(4)

2. Saran.

a) Petugas PLKB merupakan ujung tombak dalam hal sosialisasi Program KB Nasional, tetapi di Kecamatan Medan Area jumlah petugas PLKB sangat minim sehingga petugas PLKB sangat jarang sekali memberikan edukasi kepada anggota PKK ataupun datang langsung kerumah warga. Pemerintah Kota Medan seharusnya dapat mengambil langkah strategis dalam menambah jumlah petugas PLKB sehingga sosialisasi Program KB Nasional dapat lebih digiatkan.

b) Metode operasi medis merupakan metode yang sangat efektif dalam mencegah kehamilan, tetapi mengingat biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan metode tersebut cukup besar sehingga tidak semua calon akseptor KB mampu untuk membiayai sendiri metode tersebut. Pemerintah Kota Medan ataupun BKKBN Provinsi Sumatera Utara seharusnya dapat mengatasi hal yang demikian, jangan sampai ada anggota masyarakat yang menginginkan ikut KB dengan metode ini tetapi terkendala biaya sehingga mengurungkan niatnya untuk ikut KB.


(5)

Daftar Pustaka

Bevaola, Budi Wahyuni, 2004, Alternatif Kebiakan Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Masa Otonomi Daerah dalam Faturrachman, dkk, (eds) , Dinamika Kependudukan dan Kebijakan. Hlm 159-174.

Danim, Sudarwan, 2002, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung:Pustaka Setia. Manurung, P, 2005, Metode Penelitian, Medan:Diktat.

Narbuko, Cholid, Abu Achmadi, 2004, Metodologi Penelitian, Jakarta:Bumi Aksara.

Ndraha, Taliziduhu, DR, 1990, Pembangunan Masyarakat, Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas , Rineka Cipta.

Saragi, Tumpal, P, Mewujudkan Otonomi Masyarakat Desa, Yogyakarta: CV Apuy

Soenarko, H, DR, 2003, Public Policy:pengertian pokok untuk memahami dan analisa kebijaksanaan pemerintah, Surabaya,:Airlangga University Press.

Sukamdi, 2004,Memahami Masalah Kependudukan di Indonesia Pasca Orde Baru dalam Faturrachman, dkk, (eds) , Dinamika Kependudukan dan Kebijakan. Hlm 51-97 Tukiran, Endang Estiatuti, 2004, Penduduk Indonesia Saat Ini dan Tantangan di Masa

Mendatang dalam Faturrachman, dkk,(eds), Dinamika Kependudukan dan Kebijakan. Hlm 21-53.

Yusran, Andi, 2006, Kelembagaan Partisipasi Kewenangan, Riau:Suska Press

Sumber lain:

Undang-Undang No 32 Tahun 2004 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992


(6)

Keppres No 09 Tahun 2004 www.infoibu.com

www.pemkomedan.go.id www.bkkbn.go.id

http://72.14.235.132/search?q=cache:GN4c9BJV0sJ:www.geocities.com/syahyuti/P artisipasi.pdf+syahyuti+partisipasi&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id