BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Strategi Persaingan Bisnis (Studi Etnografi tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis pada Perusahaan Otobus CV. Makmur di Kota Medan)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

  Skripsi ini menjelaskan tentang strategi-strategi bisnis yang ada pada perusahaan jasa transportasi darat, dalam hal ini perusahaan otobus. Skripsi mengenai strategi perusahaan ini ditulis untuk dapat memahami bagaimana strategi-strategi itu dibuat dan diterapkan oleh perusahaan transportasi agar mampu unggul dalam persaingan yang dihadapi sehingga sasaran dan tujuan perusahaan dapat tercapai. Seperti yang dikatakan Porter, “strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing” (Rangkuti 2004:4). Selanjutnya Hamel dan Paharalad mendefinisikan strategi “sebagai tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat), terus-menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan dimasa depan” (Rangkuti 2004:4).

  Dengan begitu secara umum tulisan tentang stategi perusahaan ini membahas masalah pengelolaan perusahaan yang erat kaitanya dengan perkembangan dan persaingan bisnis yang terjadi diantara perusahaan transportasi. Pengelolaan yang dimaksud adalah strategi-strategi yang digunakan atau diterapkan oleh suatu perusahaan transportasi agar dapat bertahan dan mampu unggul dalam persaingan. Dengan mempelajari strategi-strategi tersebut maka akan dapat dipahami bagaimana perusahaan tersebut mengelola perusahaannya. Dengan memahami strategi-strategi itu juga akan dapat di dapat gambaran bagaimana sesungguhnya persaingan bisnis yang terjadi.

  Selanjutnya tulisan ini juga akan memperlihatkan bagaimana implikasi dari strategi terhadap budaya perusahaan. Dari temuan yang saya dapati selama di lapangan memperlihatkan adanya implikasi dari terciptanya suatu strategi terhadap budaya di perusahaan, sebab dalam pengimplementasian strategi-strategi tersebut ada nilai-nilai yang di-share kepada seluruh karyawan. Tidak hanya itu saja, pengimplementasian dari suatu strategi juga turut membentuk suatu prilaku organisasi yang baru atau proses kerja yang baru di dalam perusahaan. Seperti yang yang dikatakan Alwi bahwa “strategi yangterimplementasikan dengan baik akan mempengaruhiperilaku suatu organisasi” (Alwi 2001:54).

  Skripsi ini ditulis dalam lingkup ilmu antropologi yang memfokuskan kajiannya untuk mempelajari kebudayaan, atau kebiasaan-kebiasan dan aktivitas yang dilakukan manusia. Kluckhohn dan Kelly mendefenisi kebudayaan sebagai semua rancangan hidup yang tercipta secara historis baik yang tersirat maupun tidak tersirat yang ada pada suatu waktu sebagai pedoman yang potensial untuk perilakunya (Keesing 1999:67). Dalam perkembangan kajian antropologi, budaya juga digunakan dalam referensi organisasi sebagai metafora untuk memahami cara

  

  kerja suatu kelompok . Budaya sebagai metafora akar untuk studi organisasi yang menyediakan kerangka kerja secara interpretatif. Dalam pandangan ini, teori

1 Deborah D’amico, “Diversity, Inequality and Organizational Culture,” Cross-Cultural

  

Management and Organizational Culture, eds. Tomoko Hamada & Ann Jordan (Virginia: Department of Anthropopolgy College of William and Mary) . budaya organisasi menggabungkan rangkaian menarik dari suatu gambar tatanan yang berhubungan antara budaya dan organisasi (Hamada & Jordan 1990:85).

  Keberadaan suatu organisasi tidak terlepas dari dinamika yang terjadi dalam lingkungannya, baik itu internal maupun eksternal. Sehingga setiap organisasi dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar dapat bertahan dan mampu unggul dalam persaingan yang dihadapi (Dirgantoro 2001:39). Semua organisasi pasti mempunyai budaya, begitu pula perusahaan karena perusahaan adalah sebuah organisasi (Deal & Kennedy 1982:4). Suatu perusahaan dapat dikatakan memiliki budaya perusahaan yang kuat apabila perusahaan itu antara lain dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain, sehingga kemampuan bersaing perusahaan tersebut dapat membuat perusahaan itu tetap bertahan. Seperti yang dikatakan Hofsted, budaya yang kuat dan khas yang terdapat pada suatu perusahaan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan itu sendiri (Mulyono 2003:29). Oleh sebab itu keberadaan budaya pada suatu perusahaan juga menentukan kemampuan perusahaan tersebut untuk bersaing.

  Semakin majunya perkembangan di dunia industri membuat persaingan diantara perusahaan semakin jelas terlihat, baik pada perusahaan yang bergerak di bidang jasa maupun non jasa. Khususnya pada perusahaan jasa karena produk yang dihasilkan berbentuk layanan jasa, agar dapat unggul perusahaan harus menciptakan strategi khusus untuk memberikan pelayanan yang lebih agar konsumen merasa nyaman dan percaya akan layanan jasa yang diberikan. Salah satu contoh perusahaan jasa adalah perusahaan otobus yang memberikan layanan jasa transportasi darat. Dalam upayanya untuk bisa tetap bertahan banyak perusahaan otobus menerapkan berbagai macam strategi, dari mulai strategi pelayanan kepada konsumen sampai pada pengelolaan tarif. Namun tidak jarang strategi tersebut malah menjadi bumerang kepada perusahaan itu sendiri karena pelaksanaannya di lapangan yang kurang tepat. Salah satu contohnya adalah kerapian para karyawan perusahaan. Dengan memberikan seragam kepada karyawan, perusahaan bermaksud untuk memperlihatkan kerapian dan kekompakan karyawannya. Namun apabila kerapian tersebut tidak diikuti dengan kesopanan para karyawan dalam melayani konsumen malah akan membawa dampak buruk bagi perusahaan. Tentu ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut mengapa karyawan bisa bersikap seperti itu. Sangat menarik untuk membahas masalah pengelolaan perusahaan transportasi khususnya transportasi darat, karena transportasi darat berbeda dengan transportasi laut dan udara. Jika transportasi laut dan udara harus memiliki standarisasi keahlian khusus untuk para karyawan lapangan misalnya; pilot, pramugari, nahkoda kapal, anak buah kapal, namun pada transportasi darat misalnya perusahaan otobus, tidak ada batasan mengenai standarisasi keahlian khusus untuk para supir dan kondekturnya, cukup bermodalkan SIM dan pengalaman maka ia akan diterima.

  Transportasi sebagai akses penghubung antara suatu daerah ke daerah lain menjadi sesuatu hal yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan daerah.

  Karena dengan adanya transportasi itu perkembangan dari suatu daerah ke daerah lain menjadi cepat. Oleh sebab itu pertumbuhan perusahaan jasa transportasi juga turut berkembang pada saat ini. Kota Medan sebagai gerbang masuk di wilayah sumatera bagian utara menjadi titik pertumbuhan transportasi, khususnya transportasi darat yang menghubungkan Aceh – Medan, Riau – Medan, Sumatera Barat – Medan, dan Kota lainnya yang ada di Sumatera Utara. Semakin berkembangnya perusahaan jasa transportasi membuat banyak pilihan bagi konsumen untuk memilih perusahaan mana yang akan ia gunakan.

  Ketertarikan untuk menulis permasalahan tentang strategi perusahaan transportasi antar provinsi ini diltarbelakangi dua permasalahan yang peneliti anggap cukup menarik untuk dilihat:

  

Pertama, pertumbuhan / perkembangan bus dan perusahaan otobus di Indonesia

  kuhsusnya di kota Medan. Pada tahun 2010 pertumbuhan jumlah armada bus baru meningkat 2,5% dibandingkan pada tahun 2009. Dikatakan oleh Ketua Umum Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) Eka Sari Lorena Soerbakti, perkembangan armada bus penumpang di Indonesia mengalami kenaikan 2,5% dengan total bus mencapai 3 juta unit. Kenaikan pertumbuhan bus ini juga dipengaruhi oleh bertambahnya perusahaan-perusahaan otobus yang

  

  melayani jasa transportasi antar kota dan antar provinsi . Hal ini bisa terlihat dari tabel berikut:

  

Tabel 1

Jumlah Bus Antar Provinsi Menurut Provinsi di Sumatera

2006 - 2010

No Uraian Satuan 2006 2007 2008 2009 2010

  1 Nangroe Aceh Darusalam Unit 509 510 558 544 621

  2 Debiariwidawan, “Persaingan sehat antar PO bus berwujud kemajuan bidang transportas, (diakses tanggal 27 Desember 2011)

  

2 Sumatera Utara Unit 1,054 1,106 1,112 1,078 1,185

  17

  22

  5 Jambi Perusahaan

  31

  31

  33

  34

  35

  6 Bengkulu Perusahaan

  13

  14

  15

  18

  19

  7 Sumatera Selatan Perusahaan

  27

  29

  30

  32

  31

  8 Lampung Perusahaan

  23

  23

  25

  26

  26 Jumlah Perusahaan 202 219 234 247 252

  20

  15

  3 Sumatera Barat Unit 770 767 792 770 841

  18

  4 Riau Unit 236 233 296 337 367

  5 Jambi Unit 423 443 457 470 501

  6 Bengkulu Unit 207 221 253 271 301

  7 Sumatera Selatan Unit 500 524 545 519 559

  8 Lampung Unit 533 536 545 488 565 Jumlah Unit 4,232 4,330 4,558 4,477 4,940

  Sumber: Direktorat LLAJ, Ditjen. Hubdat, Desember 2010. (Buku Statistik Dinas Perhubungan 2011)

  

Tabel 2

Jumlah Perusahaan Bus Antar Provinsi Menurut Provinsi di Sumatera

2006 - 2010

No Uraian Satuan 2006 2007 2008 2009 2010

  1 Nangroe Aceh Darusalam Perusahaan

  15

  14

  17

  18

  2 Sumatera Utara Perusahaan

  15

  32

  34

  35

  39

  41

  3 Sumatera Barat Perusahaan

  59

  59

  60

  61

  61

  4 Riau Perusahaan

  Sumber: Direktorat LLAJ, Ditjen. Hubdat, Desember 2010. (Buku Statistik Dinas Perhubungan 2011) Dari tabel di atas terlihat kenaikan pertumbuhan jumlah bus dan perusahaan otobus dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Khusunya di Medan

  Sumatera Utara hingga tahun 2010 setidaknya terdapat 41 perusahaan dengan 1,185 armada bus. Hal serupa juga diungkapkan oleh pihak MBI (PT. Mercedes

  

  yang paling diminati untuk pembelian chassis

  dan mesin di Indonesia. Mereka menjelaskan “hingga Juli 2011, penjualan bus sudah mencapai 1.876 unit, naik ketimbang periode yang sama pada tahun lalu.

  Diramalkan, tren ke depannya masih terus meningkat. Pasalnya, banyak perusahaan otobus yang notabene pasar paling potensial, mulai gencar

  

  meremajakan armadanya” . Selain membeli bus-bus baru, strategi meremajakan armada adalah salah satu upaya yang dilakukan pihak perusahaan otobus untuk tetap menjaga armadanya agar bisa terus beroperasi dan dapat tetap bersaing dengan armada-armada bus dari perusahaan lain.

  Kedua, berkembangnya perusahaan-perusahaan otobus hingga pada saat ini tidak

  hanya membawa dampak positif bagi dunia transportasi darat, tapi juga berdampak negatif bagi sebagian pengusaha. Pasalnya banyak pengusahaan

   otobus yang gulung tikar akibat tidak mampu bersaing dengan perusahaan lain .

  Ketidak mampuan tersebut terletak pada strategi pelayanan yang pada umumnya mengharuskan perusahaan mengeluarkan modal yang besar, sehingga banyak 3 pengusaha dengan modal yang pas-pasan terancam gulung tikar. Di Kota Medan 4 Vendor adalah pihak ketiga yang menjadi produsen material – material perusahaan.

  Chassis adalah bagian penting dari semua kendaraan yang berfungsi sebagai penopang berat 5 kendaraan , mesin serta penumpang.

  Budi NR, “Pertarungan sengit di ceruk sempit,

6 (diakses tanggal 27 Desember 2011) .

  

Sudarsono Eko, “Pengusaha Otobus Terancam Bangkrut, “http://joglosemar.co/berita/pengusaha- bus-antarprovinsi-terancam-bangkrut-88770.html (diakses tanggal 10 September 2012) sendiri telah banyak perusahaan otobus yang dahulu pernah sukses pada tahun 1980 hingga 1990-an kini harus gulung tikar, seperti: Risma, Martimbang, Purnama Raya, PMTS (Persatuan Motor Tapanuli Selatan), Bani, Bunga Setangkai, ABS (Aek Batanggadis Sejati) dan Palansa. Perpecahan bahkan sampai pada tutupnya suatu perusahaan tidak akan mungkin terjadi jika pengelolaan perusahaan berjalan dengan baik. Setiap manajemen perusahaan dituntut untuk mampu mengetahui apa kelemahan dan apa yang menjadi keunggulan dari perusahaanya agar dapat dibuat suatu strategi untuk megatasi berbagai permasalahan. Dalam bersaing misalnya pada satu trayek yang banyak di isi oleh perusahan lain, selain memberikan pelayanan yang baik bisa juga disiasati dengan mempercepat jadwal keberangkatan atau memberikan snackkepada penumpang.

  Atas dasar inilah saya tertarik untuk menulis tentang strategi pengelolaan pada suatu perusahaan transportasi yang dalam hal ini adalah perusahaan otobus.

  Hal yang menarik yang ingin saya tunjukan adalah bagaimana suatu strategi dibuat akibat dari persaingan yang semakin sengit diantara perusahaan otobus.

  Kemudian bagiamana strategi-strategi yang dibuat itu mampu membuat perusahaan unggul dalam persaingan dan bertahan selama puluhan tahun. Karena setiap perusahaan pastinya mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan visi dan misi perusahaan.

  Dalam skripsi ini peneliti memilih CV. Makmur sebagai perusahaan otobus yang diteliti. Ketertarikan untuk meneliti CV. Makmur dikarenakan dari sekian banyak peruahaan otobus yang ada di Kota Medan CV. Makmur adalah perusahaan yang paling stabil dalam hal perkembangan dan persaingan. Hal tersebut dapat dibuktikan dari kemampuan perusahaan membentuk anak perusahaan baru (CV. Halmahera) yang beridiri di bawah manajemen CV.

  Makmur. Selanjutnya jumlah ijin trayek yang sudah dikantongi perusahaan ini lebih banyak, bahkan sampai dua kali lipat dari perusahaan lain. Dalam sehari (hingga agustus 2012) CV. Makmur memberangkatkan 35 unit armada bus dengan tujuan trayek yang berbeda, dan jumlah tersebut akan terus bertambah mengingat rencana perusahaan yang akan menambah armada bus untuk CV. Halmahera. Kemudian dari segi tipe-tipe kelas yang disediakan, CV. Makmur menyediakan sembilan tipe kelas yang dapat dipilih sesuai dengan keinginan penumpang, namun pada perusahaan paling banyak hanya menyediakan empat tipe kelas saja.

  Pemilihan ini juga didasari atas panjangnya sejarah perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 1958 dengan nama “Subur”, namun sejak tahun 1959 berubah menjadi “Makmur” dan pada agustus 2011 CV. Halmahera resmi dibuka sebagai anak dari perusahaan CV. Makmur. Perusahaan ini memiliki seratus sepuluh unit armada bus.Adapun tipe-tipe kelas yang disediakan bagi penumpang yakni kelas

  

Economi Class (Non-Toilet), Economi Toile,Economi Lux (Toilet), Royal Class

(Ac Toilet), Royal Lux (Ac Toilet), Super VIP , Super Executive,Super Executive

(Lux) .Sedangkan yang menjadi trayek tujuan dari perusahaan ini adalah dari kota

  Medan ke sebagian besar daerah di Provinsi Riau seperti Pekanbaru, Dumai, Duri, Pangkalan Kerinci, Perawang, Sungai Buatan, Bangkinang, Teluk Kuantan, Rengat dan Tembilahan.

  Selain itu dalam menjalankan bisnis layanan jasanya manajemen CV. Makmur menerapkan delapan strategi, kedelapan strategi tersebut adalah: strategi waralaba, strategi promosi, strategi pelayanan, strategi multikulurisme, strategi pembentukan perusahaan baru, strategi peremajaan / penambahan armada baru, strategi sistem ceking, dan strategi jadwal keberangkatan. Hal inilah yang membuat saya tertarik untuk memilih CV. Makmur, hal yang perlu diungkapkan lebih lanjut ialah mengapa CV. Makmur menerapkan banyak strategi dalam menjalankan perusahaannya, padahal dari penjelasan yang telah disampaikan CV. Makmur sudah mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya.

  Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu kantor pusat CV. Makmur yang berada di Jl. Sisingamangaraja Km 6,7 no 12 amplas Medan, dan kantor perwakilan daerah Perawang di Jl. Raya Km 7 Kecamatan Perawang Kabupaten Siak Riau. Penelitian di kantor pusat bertujuan untuk memahami bagaimana suatu strategi dibuat, apa fungsinya, dan atas dasar apa strategi itu dibuat. Sedangkan penelitian di kantor perwakilan daerah bertujuan untuk melihat apakah strategi- strategi tersebut benar dilaksanakan samapai kepada kantor perwakilan daerah.

  Pemilihan Kota perawang sebagai kantor perwakilan daerah di dasari pertimbangan peneliti yang melihat perkembangan kantor wilayah ini belum begitu berkembang, berbeda dengan perwakilan daerah yang lain yang sudah pernah peneliti jalani sebelumnya seperti Pekanbaru dan Dumai. Karena untuk trayek Medan – Pekanbaru dan Medan – Dumai dapat dikatakan CV. Makmur telah menguasai persaingan dengan jumlah keberangkatan sampai dengan 20 unit bus setiap harinya, berbeda dengan trayek Medan – Perawang yang hanya memberangkatkan 3 unit bus setiap harinya.

1.2. Tinjauan Pustaka

  Secara konseptual strategidapat diartikan sebagai suatu pendekatan secara menyeluruh yang berkaitan dengan pelaksanaarencanaan, dan

  

  eksekusi sebuah aktivitas dalam kurtertentu . Pada mulanya konsep strategi digunakan dalam dunia militer yang dalam bahasa Yunanidisebut

  

strategos artinya komandan militer. Namun seiring dengan semakin

berkembangnya jaman konsep strategi juga digunakan dalam dunia bisnis.

  Sehingga pada saat ini banyak definisi-definisi dari strategi yang pada umumnya lebih berkaitan pada dunia bisnis. Seperti yang dinyatakan oleh Glueck dan Jauch “strategiadalah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan itu dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi” (Glueck W.F, Jauch L.R 1994). Selanjutnya Triton menyimpulkan strategi sebagai berikut:

  

“Strategi adalah sekumpulan pilihan kritis untuk perencanaan

dan penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi sumber

daya yang penting dalam mencapai tujuan dasar dan sasaran,

dengan memperhatikan keunggulan kompetitif, komparatif, dan

sinergis yang ideal berkelanjutan, sebagai arah, cakupan dan

perspektif jangka panjang keseluruhan yang ideal dari individu

atau organisasi” (Tirton PB, 2007:17).

   (diakses tanggal 4 agustus 2012)

  Sejalan dengan penjelasan diatas, dari sekian banyak definisi strategi Amstrong membagi pengertian strategi menjadi tiga bagian besar (Triton PB, 2007:16):

  Dari kedua definis diatas dapat diambil pengertian bahwa strategi adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir (sasaran). Tetapi strategi bukan hanya sekedar suatu rencana, tetapi rencana yang disatukan atau semua bagian rencana serasi dan berkaitan yang disatukan. Artinya strategi mengikat seluruh bagian dalam perusahaan menjadi satu. Strategi itu menyeluruh artinya strategi meliputi semua aspek penting dalam perusahaan dan terpadu.

  • Pertama, strategi merupakan deklarasi maksud yang mendefinisikan cara untuk mencapai tujuan, dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh alokasi sumberdaya perusahaan yang penting untuk jangka panjang dan mencocokkan sumberdaya dan kapabilitas dengan lingkungan eksternal.
  • Kedua, strategi merupakan perspektif dimana isu kritis atau faktor keberhasilan dapat dibicarakan, serta keputusan strategis bertujuan untuk membuat dampak yang besar serta jangka panjang kepada perilaku dan keberhasilan organisasi.
  • Ketiga, strategi pada dasarnya adalah mengenai penetapan tujuan dan mengalokasikan atau menyesuaikan sumberdaya dan peluang sehingga dapat mencapai kesesuaian strategis antara tujuan strategis dan basis sumberdayanya.

  Strategi yang berhasil biasanya memiliki empat unsur utama (Grant 1999:26)

  1. Strategi tersebut harus ditunjukan untuk tujuan yang jelas dan dalam jangka waktu yang panjang.

  2. Strategi didasarkan pada paham yang mendalam terhadap lingkungan eksternal.

  3. Strategi didasarkan pada paham yang mendalam mengenai kemampuan internal individu maupun organisasi.

  4. Strategi dilaksanakan dengan resolusi, kordinasi, serta pemanfaatan yang efektif terhadap kemampuan dan komitmen dari semua anggota organisasi.

  Strategi bisnis berbeda dengan perencana bisnis, Kenichi Ohmae mengatakan perbedaan strategi bisnis dengan perencanaan bisnis terletak pada kata “keunggulan bersaing”. Tanpa pesaing tidak diperlukan adanya strategi (Dirgantoro 2001:63). Konsep strategi dalam dunia bisnis biasa digunakan dalam disiplin ilmu manajemen, yaitu dengan istilah manajemen strategis. Secara definisi strategi dan manajemen strategi memang berbeda. “Manajemen strategisadalah kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan dan penerapan strategi yang didesain untuk mencapai sasaran organisasi” (Pearce dan Robinson, 1988). Selanjutnya Glueck dan Jauch mendefinisikan manajemen strategis sebagai berikut:

  

“Manajemen strategis adalah arus keputusan dan tindakan yang

mengarah pada perkembangan suatu strategi atau strategi-strategi

yang efektif untuk membantu mencapai sasarahn perusahaan.

Proses manajemen strategis ialah cara dengan jalan mana para

perencana strategis menentukan sasaran dan membuat kesimpulan

strategis” (Glueck W.F, Jauch L.R 1994:6).

  Dari kedua definisi diatas secara sederhana dapat diartikan proses manajemen strategis ialah cara dengan jalan mana para perencana strategis menentukan sasaran dan membuat kesimpulan strategi.Manajemen Strategis sebenarnya lebih banyak berhubungan dengan pengelolaan strategis yang mampu membaca dan mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa mendatang sebagai dasar untuk merencanakan tujuan secara luas, mengimplementasikan strategi, dan menyusun serta menetapkan berbagai kebijakan yang tepat. Jika dikaitakan dengan perencanan tujuan yang luas, maka menjadi kebutuhan mendasar bagi suatu organisasi untuk senantiasa mengembangkan kompetensinya.

  Pengabaian terhadap manajemen strategisdapat berakibat fatal(Glueck W.F, Jauch L.R 1994:55). Berbagai analisis telah menemukan bagaimana perencanaan strategi gagal karena melakukan strategi yang salah:Perusahaan akan gagal apabila perencanaan strategi yang berkuasa menciptakan strategi yang terlalu berambisi dan kurang berhati-hati yang tidak mengindahkan gejala lingkungan.

  1. Perusahaan akan gagal apabila perencanaan strategi yang berkuasa menolak merubah strategi lama.

  2. Perusahaan akan gagal apabila pimpinan strategi tidak menciptakan strategi.

  3. Perusahaan akan gagal karena perencana strategi menciptakan strategi yang terlalu berambisi dengan dasar sumber perusahaan yang lemah.

  Jika membahas keunggulan dan kemampuan suatu perusahaan tidak hanya membahas masalah strategi yang diterapkan, karena strategi dibuat dan ditetapkan oleh para manajer sedangkan yang melaksanakannya ialah para karyawan. Oleh sebab itu memahami para karyawan dengan konsep budaya korporat juga merupakan hal yang penting untuk menjelaskan bagaimana suatu perusahaan mampu mencapai keberhasilan.

  Sampai saat ini budaya adalah salah satu tema yang tidak pernah habis untuk didiskusikan, karena budaya itu sendiri adalah hasil ciptaan manusia yang memiliki karkteristik dan keunikan tersendiri. Dalam perkembangan kajian antropologi, budaya juga digunakan dalam studi bisnis. Pada saat ini perkembangan antropologi bisnis efektif dibagi menjadi tiga bidang: 1) organisasi antropologi (studi kompleks organisasi termasuk budaya mereka, proses bekerja dan mengubah arahan), 2) antropolog, pemasaran dan perilaku konsumen. 3) desain (desain produk dan layanan). Semua ini bergantung pada dasar antropologi metodologi dan teori dan melibatkan mempelajari jenis masalah yang dijelaskan

   di atas .

  Membahas masalah budaya pada suatu perusahaan sudah tidak asing lagi dalam ilmu antropologi. Cherrington menyatakan budaya dari perspektif studi organisasi/korporat, merupakan salah satu karakteristik dari tingkat organisasi, karakteristik ini adalah perasaan tidak tertulis dan biasanya mewakili nilai-nilai, keyakinan, dan pemahaman bersama (Jordan 2003:85). Davis mengatakan “budaya perusahaan adalah keyakinan dan nilai bersama yang memberikan makna bagi anggota sebuah institusi dan menjadikan keyakinan dan nilai tersebut sebagai 8 aturan atau pedoman berperilaku dalam organisasi” (Sobirin 2007:131). Demikian

  

Ann T. Jordan, “The Importance of Business Anthropology: Its Unique Contributions”,

International Journal of Business Anthropology Vol. 1 2010 (University of North Texas).

  Achmad Sobirin (2007), secara umum membagi konsep budaya organisasi menjadi tiga sudut pandang yaitu:Ideational school, Adaptationist

  juga Robbins mengatakan bahwa “budaya korporasi adalah satu sistem nilai-nilai yang dirasakan maknanya oleh seluruh orang dalam organisasi. Selain dipahami seluruh jajaran juga meyakini sistem nilai-nilai tersebut sebagai landasan gerak organisasi” (Moeljono 2003: 18). Dari dua pengertian budaya korporasi di atas tampak jelas bahwa nilai-nilai yang dipahami dan diyakini sebagai landasan ataupun pedoman berprilaku dalam suatu perusahaan.

  school danRealistschool.

  • Pertama – Ideational school lebih melihat budaya sebuah organisasi dari apa yang di-shared (dipahami, dijiwai dan dipraktikkan bersama) anggota sebuah komunitas / masyarakat.
  • Kedua - Adaptationist school melihat budaya dari apa yang bisa diobservasi baik dari bangunan organisasi seperti arsitektur / tata ruang bangunan fisik sebuah organisasi maupun dari orang-orang yang terlibat di dalamnya seperti pola perilaku dan cara mereka berkomunikasi.
  • Ketiga - Realist school menegaskan bahwa budaya organisasi merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara elemen yang bersifat

    Idealistik (nilai-nilai dan kepercayaan) dan behavioral (tingkah laku). Dari sisi fungsi Molejono (2003:22) mengatakan fungsi budaya korporat adalah “ sebagai perekat sosial dalam mempersatukan anggota-anggota dalam mencapai tujuan organisasi berupa ketentuan-ketentuan atau nilai-nilai yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan. Hal tersebut dapat berfungsi pula

sebagai kontrol atas perilaku karyawan”. Sejalan dengan Moeljono, Achmad Sobirin (2007:248-257) mengartikan fungsi budaya organisasi sebagai berikut:

  • Budaya sebagai pembeda antara kita dan mereka

  Budaya yang telah terbentuk menjadikan suatu organisasi berbeda dengan organisasi lain. Dengan kata lain budaya membentuk suatu batasan lain antara “kita dan mereka”.

  • Budaya sebagai pembentuk identitas

  Pernyataan ICIG (The International Corporate Identy Group) yang dikenal dengan “Strathclyde Statement” menyatakan, setiap perusahaan pasti mempunyai identitas diri. Artikulasi dari identitas tersebut tercermin dalam etos, tujuan dan nilai-nilai organisasi. Identitas diri menunjukkan sense of individuality yang bisa membantu organisasi membedakan dirinya dengan organisasi lain dalam lingkup persaingan.

  • Budaya sebagai perekat organisasi

  Organisasi seolah-olah layaknya sebuah keluarga besar dimana masing- masing anggota keluarga memiliki tanggung jawab yang sama, saling peduli diantara mereka, saling berbagi pengalaman, saling mengingatkan jika ada yang salah dan saling melindungi ketika ada ancaman dari luar.

  • Budaya sebagai alat kontrol

  Organisasi tidak akan bisa berjalan dengan baik jika organisasi tersebut tidak mempunyai sistem pengendalian yang memadai. Tanpa sistem pengendalian, aktivitas-aktivitas organisasi berjalan sendiri-sendiri tanpa ada yang mengarahkan dan mengkordinasinya. Demikian juga efisiensi dan efektivitas organisasi sangat bergantung pada berfungsi tidaknya sistem pengendalian tersebut. Belakangan ini, studi tentang budaya korporat menjadi perhatian yang serius. Berbagai kalangan ikut mengambil bagian dan perhatian atas betapa pentingnya peranan budaya perusahaan dalam meningkatkan daya saing

  

  dankinerja perusahaan . Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kotter dan Heskett, menyimpulkan bahwa budaya korporat bisa menimbulkan dampak yang dahsyat terhadap individu dan kinerja, khususnya dalam lingkungan yang kompetitif, bahkan dampaknya bisajadi lebih kuat ketimbang faktor-faktor lain, seperti: strategi, struktur organisasi, sistem manajemen, alat-alat analisis keuangan, kepemimpinan, dan lain-lain (Kotter dan Heskett, 2006). Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Moeljono di Bank Rakyat Indonesia (BRI) menemukan bahwa budaya korporat berperan secara sangat siknifikan terhadap keunggulan korporasi dalam bentuk produktivitas pelayanan. Demikian juga, sebuah studi di Danar Hadi menunjukkan bahwa budaya keluarga yang professional di dalam perusahaan menjadi pendorong bagi keunggulan organisasi (Moeljono, 2005).

  Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa budaya korporat dapat menentukan keunggulan besaing perusahaan. Penelitian lain yang dilakukan Hamilton (Hafner 1999:57-103) yang menceritakan bagaimana kesuksesan perusahaan-perushaan di Taiwan yang membentuk suatu “kebiasan bisnis” dengan memanfaatkan jaringan 9 antar perusahaan. Singkatnya jaringan bisnis diantara perusahaan ini

  Ibid. Hal 18 mengakibatkan persaingan bisnis yang positif, yang menguntungkan masing-

  

  masing pihak (hubungan timbal-balik) . Oleh sebab itu membahas budaya pada suatu perushaan tidak hanya membahas apa saja yang terjadi di dalam (internal) perusahaan, tetapi faktor luar (eksternal) juga penting untuk melihat gambaran budaya perusahaan secara kompleks.

  Berkaitan dengan penelitian ini, setiap perusahaan jasa berusaha memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumennya agar mereka merasa puas terhadap jasa yang mereka rasakan dan mereka mau menjadi pelanggan. Selain pelayanan, fasilitas dalam usaha jasa harus diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan apa yang dirasakan oleh konsumen. Menurut Ginting (2005:38) kepuasan terhadap transportasi dapat ditentukan oleh atribut yaitu: 1.

  Fasilitas angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap penampilan fasilitas yang dimiliki perusahaan jasa transportasi

  2. Keamanan angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap seberapa baik keamanan yang diberikan kepada pelanggan.

  3. Keramahan petugas adalah persepsi pelanggan terhadap sikap petugas yang ramah terhadap pelanggan.

  4. Tarif angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap tarif yang diberlakukan.

  5. Ketepatan waktu Angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap ketepatan 10 waktu berangkat dan waktu tiba ditujuan sesuai kebutuhan pelanggan.

  

Di Taiwan perusahaan-perusahaan besar membentuk jaringan dengan perusahaan kecil dan

menengah, hal ini menyebabkan pertumbuhan pekonomian Taiwan yang jauh lebih tinggi

dibanding Kore dan Jepang.

  6. Image angkutan adalah kesan yang diberikan perusahaan yang pada akhirnya membentuk sikap atau penilaian terhadap perusahaan.

  7. Kenyamanan angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap kenyamanan angkutan.

  1.3 Rumusan Masalah

  Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, jika dipersempit maka yang menjadi rumusan masalah dalam skripsi ini adalah:

  1. Mengapa perusahaan otobus yang sudah berkembang seperti CV. Makmur memerlukan strategi dalam menghadapi persaingan ?

  2. Apa yang melatarbelakangi CV. Makmur memilih ke delapan strategi yang telah diterapkan dalam perusahaannya ?

  3. Bagaimana implikasi dari penerapan suatu strategi dengan budaya perusahaan CV. Makmur ?

  1.4 Maksud dan Tujuan Penulisan

  Maksud dari penulisan atau pembahasan masalah tentang strategi-strategi perusahaan trasnportasi ini adalah untuk menjelaskan kepada pembaca bahwa pentingnya menciptakan suatu strategi yang tepat agar perusahaan mampu unggul dalam persaingan, dan untuk menjaga pertumbuhan dan keinambunagn perusahaan. Sementara tujuan dari pembahasan masalah ini adalah untuk memperlihatkan kepada pembaca bagaimana kebiasan atau aktifitas manusia pada suatu perusahaan dalam menghadapi persaingan yang terjadi.

1.5 Kerangka Penulisan

  Dalam tulisan ini terdapat lima bab pembahasan yang dibagi menjadi dua bagian, bab II akan dijelaskan bagaimana kondisi perkembangan dan persaingan perusahaan otobus di Kota Medan dari tahun 1950-an hingga tahun 2010. Kemudian dari bab III hingga bab VI akan membahas berbagai macam strategi yang diterapkan oleh CV. Makmur. Masing-masing bab terdiri dari dua strategi yang berkaitan. Pada bab III saya menjelaskan strategi waralaba dan strategi promosi yang akan memperlihatkan bentuk perusahaan beserta aturan-atuaran yang berlaku dalam menjalankan perusahaan. Pada bab IV saya menjelaskan strategi pelayanan dan strategi penghilangan citra kebatakan, kedua strategi ini menjelaskan bagaiman usaha yang dilakukan perusahaan agar dapat menjalankan layanan jasa transportasinya.

  Selanjutnya pada bab V saya akan menjelaskan strategi pembentukan perusahaan baru dan strategi peremajaan / penambahan armada baru. Kedua strategi saling berkaitan karena sama-sama membahas bagaimana pihak manajemen menjaga kesinambungan perusahaannya. Terakhir pada bab VI saya menjelaskan strategi sistem ceking dan strategi jadwal keberangkatan. Dalam pembahasan pada bab ini lebih banyak menjelaskan bagaimana perusahaan membuat aturan untuk mengatur pemasukan (keuangan) serta kelancaran armada bus saat beroperasi.

1.6 Metode dan Pengalaman Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dalam lingkup ilmu antropologi, yaitu dengan

  

  menggunakan metode penelitian etnografi da dua cara yang sering digunakan dalam penelitian etnografi untuk memperoleh data yaitu melalui observasi

  

  partisipasi (participant observer) dan wawancara. Dengan observasi partisipasi peneliti bisa ikut serta dalam mengamati langsung serangkaian kegiatan para karyawan, melihat, dan memahami masalah yang menjadi objek dalam penelitian.Dengan melakukan observasi partisipasi, maka yang saya lakukan sebagai peneliti yang akan menulis sebuah skripsi adalah tinggal dan ikut melaksanakan aktivitas para karyawan di lokasi penelitian saya. Hal ini perlu dilakukan dengan tujuan data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan atau bahasa ilmiahnya valid. Dengan tinggal dan ikut melaksanakan aktivitatas bersama karyawan yang diteliti, menjalin komunikasi dan mengakrabkan diri dengan masyarakat akan menjadi lebih mudah dan akhirnya dari situasi dan kondisi seperti ini, hubungan yang baik (rapport) dengan karyawan diperusahaan CV. Makmur akan lebih mudah tercapai.

  Sehubungan dengan ini saya juga mendekatkan diri kepada para pimpinan perusahaan yakni staf direksi CV. Makmur dan kepala perwakilan daerah 11 perawang. Hal yang pertama sekali yang saya lakukan adalah menyampaikan

  

Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Istilah “etnografi”

digunakan untuk menunjuk aktifitas mempelajari kebudayaan dan dengan produk akhir “sebuah 12 etnografi” (Spradley, 1997:21).

  

Observasi partisipasi yang dimaksud adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap objek

pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktifitas kehidupan

objek pengamatan. Dengan demikian, pengamat betul-betul menyelami kehidupan objek

pengamatan dan bahkan tidak jarang pengamat kemudian mengambil bagian dalam kehidupan mereka (Bungin, 2008:116). maksud dan tujuan saya melakukan penelitian di perusahaan teersebut secara mendetail. Menjalin Hubungan baik dan menyampaikan dengan jelas maksud dan tujuan penelitian penting saya lakukan mengingat masalah penelitian yang saya bahas mengenai persaingan sangatlah sensitiv, karena menyangkut strategi- strategi yang diterapkan oleh perusahaan. Namun sepanjang saya melakukan penelitian di CV. Makmur saya diterima baik oleh pihak manajemen untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. Begitu juga saat saya berada di kantor perwakilan daerah Perawang saya diterima baik oleh mereka untuk mendapatkan data-data yang diperlukan.

  Setiap penelitian lapangan yang dilakukan tentunya mempunyai kendala- kendala yang dihadapi dalam proses pengumpulan data yang dilakukan dan secara pribadi saya juga menemukan hal itu dalam penelitian proses mengumpulkan data di lapangan. Terhadap pihak manajemen perusahaan sebenarnya tidak ada kendala yang begitu berarti karena dari pihak manajemen sendiri sejauh saya menerangkan dari mana asal saya dan untuk apa maksuda dan tujuan saya meneliti di perusahaan mereka, saya dapat diterima dengan baik dan sepertinya pihak manajemen menyambut dengan positif setiap mahasiswa yang datang ke perusahaan untuk melakukan penelitian. Karena sebelumnya saya telah ada dua orang mahasiswa Universitas Sumatera Utara dari Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi yang melakukan penelitan di CV. Makmur. Diterimanya saya di perusahaan dengan alasan dari pihak manajemen karena selama ini mereka belum pernah menerima penelitian dari bidang ilmu sosial, hal ini juga yang membuat saya mudah untuk mendapatkan data-data dari pihak manajemen walaupun data tersebut bersifat rahasia seperti dokumen proposal model dan rencana pembelian bus baru. Namun walaupun telah menjalin hubungan baik dengan pihak manajemen saya juga mengalami kendala saat berada dilapangan untuk mendapatkan data-data dari para karyawan. Ada beberapa karyawan menganggap saya adalah orang suruhan menejer untuk mengawasi pekerjaan mereka. Namun hal itu bisa saya atasi dengan tetap menjalin hubungan yang baik dan menjelaskan bahwa data-data yang saya peroleh nantinya diperlukan untuk membuat tulisan tentang bagaimana perusahaan dapat unggul dalam persaingan.

  Dalam usaha saya mendapatkan data-data yang valid tentang suatu permasalahn tentunya kita harus terlebih dahulu diterima dengan baik oleh kelompok masyarakat yang ingin diteliti. Untuk itu saya juga mendekatkan diri kepada para karyawan perusahaan agar dengan demikian saya mendapatkan data yang valid, dan tidak direkayasa oleh mereka. Salah satu cara saya dalam mendekatkan diri dengan karyawan seperti supir dan kernet CV. Makmur ialah dengan ikut melakukan perjalanan bersama mereka, serta ikut dalam aktivitas mereka sehari-hari, baik itu aktivitas selama perjalanan dari Kota Medan ke Perawang hingga kembali lagi ke Kota Medan.

  Hal yang pertama sekali saya lakukan untuk mendekatkan diri kepada supir dan kernet bus ialah dengan menjumpai salah seorang kernet yang saya kenal melalui gurp “makmur bus lovers” di situs jejaring sosial Facebook. Melalui dirinya saya diperkenalkan dengan para supir dan kernet bus yang lain yang berada di pool maupun di kantor pusat CV. Makmur yakni pada sore hari sebelum mereka melakukan perjalanan. Selama beberapa hari saya melakukan hal ini, agar bisa mengakrabkan diri dengan para karyawan lapangan, supir dan kernet bus. Setelah sebulan mengobservasi dan mengumpulkan data di kantor pusat, akhirnya saya diperblehkan ikut untuk satu trip perjalanan Medan – Perawang – Medan dengan potongan ongkos 50%. Selama dalam perjalanan, banyak sekali data yang saya peroleh mengenai peran para supir dan kernet bus yang turut ambil bagian dalam persaingan dijalanan sampai kepada menjaga nama baik perusahaan. Kemudian, setelah sampai di Perawang saya juga terlibat pada aktivitas mereka sehari-hari dari mulai membersihkan dan mencuci bus, makan, tidur dan melakukan persiapan untuk kembali berangkat pada malam hari. Saat berada di Perawang saya juga menyempatkan diri untuk bertemu dengan para karyawan yang ada di kantor perwakilan tersebut. Pada saat saya ingin mengumpulkan data, memperkenalkan diri lalu menyampaikan maksud dan tujuan saya, sangat kebetulan sekali karena yang menjadi kepala kantor perwakilan daerah disana semarga dengan saya. Hal ini membuat proses pengumpulan data semakin mudah, dan dari pengumpulan data tersebut saya mendapatkan data-data yang penting tentang bagaimana kantor perwakilan daerah mengelola kantornya secara mandiri serta peran vital mereka dalam memberikan promosi serta pelayanan yang baik kepada konsumen di daerah tersebut.

   Kemudian, dalam proses pengumpulan data juga dilakukan wawancara

   13 yang tentunya diawali dengan membina hubungan baik dengan para informan .

  

Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara

Tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana

pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Burhan Bungin, 2007). Informan yang dimaksud di sini adalah semua orang atau semua pihak yang terlibat di dalam perusahaan, baik itu manajer/staf direksi, karyawan kantor (staf administrasi, bagian tiket), karyawan lapangan (supir, kernet, satpam), sampai kepada konsumen dalam hal ini penumpang bus CV. Makmur. Pada penelitian ini

  

  saya tidak membeda-bedakan mana yang termasuk ke dalam informan kunci ,

  

  dan mana yang termasuk ke dalam informan pangkal . Hal ini saya lakukan karena pada intinya semua informasi yang didapat adalah penting.Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah bentuk wawancara mendalam (deph

  

interview) dengan menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara

(interview guide) yang berhubungan dengan masalah penelitian.

  Alasan saya mewawancarai para informan bahwa mereka sendirilah yang benar-benar mengetahui seluk-beluk perusahaan, tentang apa yang mereka lakukan, apa keunggulan dan kelemahan perusahaan tersebut. Pertanyaan- pertanyaan yang bersifat manajerial saya tujukan kepada staf direksi dan para karyawan kantor (bagian administrasi). Sedangkan untuk karyawan lapangan (supir dan kernet bus) pertanyaan yang diajukan lebih bersifat pribadi tentang pengalaman, pengetahuan dan pandangan mereka sendiri selama menjadi 14 karyawan CV. Makmur terhadap persaingan yang terjadi saat ini.

  

Informan adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara. Informan

adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari

15 objek penelitian (Burhan Bungin, 2007).

  

Informan kunci adalah orang yang mengetahui secara mendalam suatu informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian, karena dengannya-lah data dan informasi yang dibutuhkan akan

16 ditelusuri (Moleong, 2004).

  

Informan pangkal adalah informan yang akan membuka wawancara dengan pengetahuan yang

ia ketahui (Moleong, 2004).

  Setelah mendapatkan data-data, saya menganalisi data tersebut dengan analisis data yang biasa dilakukan dalam penelitian antropologi. Analisis data dalam penelitian antropologi sebenarnya tidak spesifik harus dilakukan setelah penelitian lapangan selesai dilaksanakan. Dalam penelitian antropologi yang menggunakan metode etnografi tidak dilakukan hal di mana data dibawa pulang dan barulah proses analisis data dilakukan. Melainkan analisis data dilakukan sejak dari penelitian berlangsung sampai saat penelitian selesai dilaksanakan. Karena antropologi bermain dengan kekuatan observasi partisipasi dan wawancara terhadap informan bukan seperti cabang ilmu lainnya yang bermain dengan kuesioner yang diberikan kepada tiap-tiap responden.

  Dalam melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh, saya mencoba melihat dan menyusun rentetan sebab akibat atas suatu kejadian yang ditemukan dilapangan. Misalnya seperti berikut, mengapa setiap perusahaan otobus harus mempunyai strategi dalam menjalankan bisnis jasa transportasinya? Padahal seperti yang kita ketahui dengan semakin meningkatnya arus mobilisasi penduduk dari suatu daerah ke daerah lain, tentunya setiap perusahaan otobus tidak perlu terlalu khawatir apabila mereka harus bersaing untuk mendapatkan konsumen dalam hal ini penumpang. Maka, saya mencoba menganalisis dari sebab dekatnya yaitu masalah pelayanan dan kepercayaan. Strategi pelayanan yang baik akan membuat konsumen percaya dan akhirnya membuat konsumen menjadi pelanggan tetap pada suatu perusahaan otobus, itulah sebabnya mengapa setiap perusahaan harus memiliki strategi dalam bersaing. Kemudian berlanjut dengan pertanyaan-pertanyaan berikutnya yaitu bagaimana suatu strategi itu diciptakan dan hal-hal apa yang menjadi landasan terciptanya suatu strategi? Apakah strategi-strategi itu diciptakan hanya untuk memenangkan persaingan? Jika setiap perusahaan memiliki strategi, mengapa masih ada perusahaan yang mengalami perpecah bahkan harus gulung tikar? Ternyata berdasarkan data yang didapat dari lapangan menyatakan tidak semua strategi membawa dampak positif bagi perusahaan, strategi yang tepat adalah strategi yang diciptakan melalui pemahaman akan situasi lingkungan internal (bagaimana keadaan perusahaan, termasuk keunggulan dan kelemahannya), dan lingkungan eksternal (bagaimana keadaan pasar termasuk keunggulaan dan kelemahan pesaing).

  Begitulah cara saya untuk mengumpulkan data dan sekaligus melakukan analisis data. Secara umum analisis data yang dilakukan dalam antropologi adalah

  

Dokumen yang terkait

Strategi Persaingan Bisnis (Studi Etnografi tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis pada Perusahaan Otobus CV. Makmur di Kota Medan)

1 43 126

Strategi Persaingan Bisnis (Studi Etnografi Tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis Pada Perusahaan Otobus CV. Makmur Di Kota Medan)

2 46 126

Strategi Persaingan Bisnis Jasa Konstruksi Kapal (Studi kasus tentang penerapan strategi bisnis pada perusahaan konstruksi kapal CV. Marine Construction Belawan)

3 78 118

Strategi Positioning dalam Persaingan Bisnis (Points of Difference dan Points of Parity)

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Strategi Komunikasi Pemasaran dan Keputusan Pelanggan Menginap (Studi Deskriptif tentang Strategi Komunikasi Pemasaran terhadap Keputusan Pelanggan menginap di Hotel Grand Aston City Hall Medan)

0 3 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Strategi Green Cosmetic terhadap Loyalitas Konsumen Sariayu Martha Tilaar (Studi Kasus pada Mahasiswi Ekonomi dan Bisnis USU)

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Strategi Bisnis Melalui Marketing Mix terhadap Penjualan pada CV. Citra Anugrah

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Tari Piring (Studi Etnografi Mengenai Komodifikasi Tari Piring di Kota Medan)

0 8 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Pola Kaderisasi Partai Golongan Karya Kotamadya Pematangsiantar (Studi Etnografi Antropologi Politik tentang Kekuasaan)

0 0 38

BAB II PERKEMBANGAN DAN PERSAINGAN PERUSAHAAN OTOBUS DI KOTA MEDAN 2.1. Perkembangan Perusahaan Otobus Di Kota Medan - Strategi Persaingan Bisnis (Studi Etnografi tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis pada Perusahaan Otobus CV. Makmur di Kota Medan

0 1 10