BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Terhadap Perjanjian Keagenen (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2363 K/Pdt/2011)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang A. Seorang pengusaha atau produsen dalam rangka memperkenalkan

  produknya baik barang atau jasa dapat melakukan dengan berbagai cara, yaitu bekerjasama dengan pihak lokal/nasional atau pihak asing. Dengan kata lain seorang pengusaha/produsen tidak dapat bekerja sendiri, mereka memerlukan bantuan orang lain untuk membantu dalam pengelolaan perusahaannya.

  Pembantu disini dapat dibagi dua yaitu pembantu dalam lingkungan perusahaan dan pembantu di luar perusahaan. Pembantu dalam lingkungan perusahaan misalnya pemegang prokurasi, pengurus filial, pelayan toko dan pekerja keliling. Sedangkan pembantu luar lingkungan perusahaan ada dua jenis yaitu: 1.

  Pembantu yang mempunyai hubungan kerja tetap dan koordinatif dengan pengusaha, termasuk jenis ini adalah perusahaan dan bank.

2. Pembantu yang mempunyai hubungan kerja tidak tetap dan koordinatif dengan

   pengusaha, termasuk jenis ini adalah agen, komisioner, notaris, pengacara.

  Mencermati hal tersebut ternyata perusahaan perdagangan tidak hanya dijalankan oleh pengusaha perdagangan sendiri, melainkan dengan bantuan pihak lain/perantara dagang untuk mengelola kegiatan perdagangan, mengingat besarnya volume usaha dan luasnya pemasaran. Kerjasama bisnis yang saling mendukung 1 Abdulkadir Muhammad. 1999. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung: Citra Aditya tersebut terjalin karena masing-masing pihak mempunyai suatu kepentingan yaitu untuk tercapainya suatu tujuan ekonomi tertentu berupa mendapatkan keuntungan

  

  ekonomis/kebendaan. Selain itu mempunyai tujuan untuk mempercepat proses pemasaran produknya ke konsumen.

  Sebagai salah satu pembantu di luar perusahaan maka keberadaan agen ini sangat berperan dalam hal penyampaian suatu produk ke tangan pihak ketiga.

  Meskipun pada dasarnya seorang pengusaha memiliki pembantu-pembantu yang memiliki hubungan kerja dengan seorang pengusaha dan dapat dipergunakan secara maksimal dalam hal penyampaian suatu produk ke tengah masyarakat, tetapi dalam hal keadaan-keadaan tertentu keberadaan agen sangat memberikan andil bagi suatu perusahaan. Dimisalkan pada suatu lokasi pemasaran produk suatu perusahaan tidak mencapai daerah tersebut, maka dengan peran agen produk tersebut dapat disampaikan.

  Selain dapat memotong jalur distribusi suatu produk secara ringkas, sehingga suatu perusahaan tidak memerlukan jalur produksi yang panjang atau menempatkan agennya pada suatu wilayah dan harus mengeluarkan biaya untuk membayar ongkos dan agen maka dengan kebedaan agen hal tersebut dapat diatasi.

  Selain memotong saluran distribusi menjadi pendek, maka bagi seorang pengusaha berhubungan dengan agen akan menjadi lebih ekonomis dan efisien.

  Sebagai organ yang dikenal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang maka pengusaha dan agen dalam melakukan aktivitasnya tentunya juga harus dilandasi oleh suatu hubungan kerja, baik itu hubungan kerja secara tertulis maupun tidak tertulis. Kenyataan ini juga menjadikan suatu hubungan antara pengusaha dan agen merupakan suatu hubungan hukum yang menempatkan hak dan kewajiban secara bertimbal balik antara kedua belah pihak.

  Kajian yang menarik terhadap hal di atas adalah terjadinya hubungan tersebut dan akibat hukum jika salah satu pihak tidak mendapatkan haknya dan salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya merupakan suatu hal yang menarik untuk dikaji dalam bentuk skripsi. Dengan dasar tersebut maka diketengahkan pembahasan skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Perjanjian Keagenen (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2363 K/Pdt/2011)”.

  B.

  Perumusan Masalah Adapun permasalahan yang diajukan dalam penulisan skripsi ini adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian keagenen? 2. Bagaimana perlindungan hukum perjanjian keagenan? 3. Bagaimana penyelesaian sengketa perjanjian keagenan? C.

  Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian keagenen.

  2. Untuk mengetahui perlindungan hukum perjanjian keagenan.

  3. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa perjanjian keagenan 2 Berangkat dari permasalahan-permasalahan di atas penelitian ini

  Sri Rejeki Hartono. 1980. Bentuk-Bentuk Kerjasama Dalam Dunia Niaga. Semarang: diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1.

  Dari segi teoritis sebagai suatu bentuk penambahan literatur di bidang hukum dagang perihal pengaturan perjanjian keagenen.

  2. Dari segi praktis sebagai suatu bentuk sumbangan pemikiran dan masukan para pihak yang berkepentingan sehingga didapatkan kesatuan pandangan tentang perjanjian keagenen.

  D.

  Keaslian Penulisan Adapun penulisan skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap

  Perjanjian Keagenen (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2363 K/Pdt/2011)” ini merupakan luapan dari hasil pemikiran penulis sendiri, dan dari telaah kepustakaan belum didapatkan judul yang sama dengan judul penelitian ini.

E. Tinjauan Kepustakaan Pengertian Perjanjian 1. Apabila membicarakan perjanjian, terlebih dahulu diketahui apa

  

sebenarnya perjanjian itu dan dimana dasar hukumnya. Perjanjian yang

penulis maksudkan adalah perjanjian yang diatur dalam Buku III KUH

Perdata yang berjudul tentang perikatan yang terdiri dari ketentuan umum

dan ketentuan khusus.

  Perkataan perikatan (verbintenis) mempunyai arti yang lebih luas dari perkataan “ perjanjian “, sebab dalam Buku III itu ada juga diatur perihal perhubungan-perhubungan hukum yang sama sekali tidak bersumber pada suatu persetujuan atau perjanjian, yaitu perihal perikatan yang timbul dari perbuatan yang melanggar hukum (onrechmatigedaat) dan perihal perikatan yang timbul dari pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan (zaak waarning). Tetapi, sebagian besar dari Buku III ditujukan kepada perikatan-perikatan yang timbul dari persetujuan atau perjanjian, jadi

   berisi hukum perjanjian.

  Adapun yang dimaksudkan dengan perikatan oleh Buku III KUH Perdata itu adalah: “Suatu perhubungan hukum (mengenai kekayaan harta benda) antara dua orang, yang memberikan kepada yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari

   yang lainnya, sedangkan orang lainnya ini diwajibkan memenuhi tuntutan itu”.

  Perikatan, yang terdiri dari ketentuan umum dan ketentuan khusus itu, mengatur tentang persetujuan–persetujuan tertentu yang disebut dengan perjanjian bernama, artinya disebut bernama karena perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh pembuat undang-undang, dan di samping perjanjian bernama juga terdapat perjanjian yang tidak bernama, yang tidak diatur dalam undang-undang, misalnya perjanjian sewa beli dan lain sebagainya.

  “Perjanjian atau verbintenis mengandung pengertian suatu hubungan hukum/harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak pada suatu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk

   menunaikan prestasi.

  Perikatan seperti yang dimaksudkan di atas, paling banyak dilahirkan dari suatu peristiwa dimana dua orang atau lebih saling menjanjikan sesuatu. Peristiwa ini paling tepat dinamakan “ perjanjian yaitu suatu peristiwa yang berupa suatu rangkaian janji-janji. Dapat dikonstatir bahwa perkataan perjanjian sudah sangat

   populer di kalangan rakyat “. 3 Demikian pula Wirjono Prodjodikoro mengemukakan: “Perjanjian adalah 4 R. Subekti, 1998, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, hal. 101.

  Ibid., halaman 101. suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal sedang

   pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu”.

  Menurut pasal 1233 KUH Perdata bahwa tiap-tiap perikatan dilahirkan

baik karena undang-undang, maupun karena adanya suatu perjanjian.

  

Dengan demikian maka harus terlebih dahulu adanya suatu perjanjian atau

undang-undang, sehingga dapat dikatakan bahwa perjanjian dan undang-

undang itu merupakan sumber suatu ikatan.

  Dasar hukum dari persetujuan adalah pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua persetujuan yang dibuat dengan sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Sedangkan sumber perikatan yang lahir karena undang-undang dapat dibagi dua pengertian yaitu undang-undang saja dan undang-undang karena perbuatan orang. Karena undang- undang saja misalnya kewajiban atau hak orang tua terhadap anak, dan sebaliknya kewajiban anak terhadap orang tua apabila orang tua tidak berkemampuan.

  Undang-undang karena perbuatan orang dapat pula di dalam dua pengertian yaitu perbuatan yang diperbolehkan undang-undang dan perbuatan yang melawan hukum. Yang diperbolehkan undang-undang misalnya : mengurus harta orang lain tanpa sepengetahuan orang tersebut, sedangkan perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang merugikan orang lain.

  Perikatan yang dilahirkan karena undang-undang saja dan undang-undang karena perbuatan orang, bukanlah merupakan perjanjian karena kedua macam 6 7 R. Subekti, 1996, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Bandung: Alumni, hal. 12.

  Wirjono Prodjodikoro. 1991, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, perikatan tersebut tidak mengandung unsur janji. Seseorang tidak dapat dikatakan berjanji hal sesuatu, apabila sesuatu kewajiban dikenakan kepadanya oleh undang- undang belaka atau dalam hal perbuatan melawan hukum secara bertentangan langsung dengan kemauannya. Dalam hal ini penulis akan mem-fokuskan diri pada perikatan yang bersumberkan pada persetujuan atau perjanjian.

   Pengertian Agen 2.

  Berbagai istilah untuk keagenan didapatkan dalam praktek, misalnya terdapat istilah Autthorized Agent, Sole Agent, Exclusive Agent dan sebagainya.

  Dari istilah tersebut yang lebih lazim dipakai dalam praktek adalah istilah Sole

  

Agent yang dalam bahasa Indonesia disebut Agent Tunggal yang sering pula

   disebut pihak perantara.

  Adapun pengertian agen dalam kegaitan bisnis ini biasanya diartikan sebagai suatu hubungan hukum dimana sesorang/pihak agen diberi kuasa bertindak untuk dan atas nama orang/pihak prinsipal untuk melaksanakan transaksi bisnis

  

  dengan pihak lain. Menurut Muhammad Agen perusahaan adalah orang yang mewakilkan pengusaha untuk mengadakan dan melaksanakan perjanjian dengan

  

  pihak ketiga atas nama pengusaha. Sedangkan menurut Encyclopedia Dictionary

  

Of Business (Prentice Hall Inc Englewood, New York ) agen adalah “orang/pihak

yang menerima kuasa untuk dapat bertindak atas nama pemberi kuasa”. 8 Munir Fuady, 1997, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Bandung: Citra Aditya Bakti, hal. 152. 9 Richard Burton Simatupang, 1996, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 67. 10 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal. 29.

  Mencermati defenisi tersebut, dapat dikatakan bahwa agen adalah seorang atau badan yang usahanya menjadi perantara, dia bertindak atas nama pemberi kuasa bukan bertindak atas namanya sendiri. Sehingga dalam keagenan terdapat 3 pihak yaitu : a.

  Yang member perintah/kuasa untuk melakukan perbuatan hukum disebut prinsipal b.

  Yang diberi perintah/menerima kuasa untuk melakukan perbuatan hukum disebut agen c.

  Yang dihubungi oleh agen dengan siapa transaksi diselenggarakan, disebut pihak ketiga.

  Oleh karena agen bertindak atas nama prinsipal maka agen tidak melakukan pembelian dari prinsipal. Perbuatan apa saja yang harus dilakukan oleh agen untuk prinsipalnya, diatur dalam perjanjian keagenan yang dibuat oleh agen dan prinsipal.

3. Jenis-Jenis Agen

  Menurut Munir Fuady dalam bukunya yang berjudul Hukum Bisnis dalam Teori dan praktek, bahwa dalam praktek perdagangan ada 2 macam keagenan, yaitu : a.

  Agen institusional Agen institusional adalah seorang atau sebuah perusahaan yang memang bertugas semata-mata untuk menjadi agen dari pihak lain, misalnya suatu perusahaan nasional menjadi agen dari perusahaan asing untuk memasarkan produk-produk perusahaan asing di dalam negeri. Agen institusional yang lain adalah agen saham di pasar modal, atau yang lebih popular disebut “pialang”, agen penjualan tiket pesawat atau kapal laut.

  b.

  Agen insidental

  Yang dimaksud dengan agen insidental adalah agen yang semata-mata bertugas atau mempunyai bisnis yang tidak semata-mata di bidang keagenan. Misalnya, dalam hal adanya suatu sindikasi kredit diantara beberapa bank yang ditunjuk sebuah bank untuk menjadi agen sindikasi (in casu agen insidental) yang akan mewakili dan bertindak untuk dan atas nama seluruh bank anggota sindikasi.

   F. Metodologi Penulisan

  Metodologi penulisan yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1.

   Materi / Bahan penelitian

  Materi / bahan penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini bersumber dari data sekunder. Data sekunder didapatkan melalui: a.

  Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni undang- undang yang di dalamnya mengandung mengenai perjanjian keagenan, seperti KUH Perdata dan KUH Dagang.

  b.

  Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti: hasil-hasil penelitian, karya dari kalangan hukum dan sebagainya.

  c.

  Bahan hukum tertier atau bahan hukum penunjang mencakup : 1)

  Bahan-bahan yang memberi petunjuk-petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder.

  2) Bahan-bahan primer, sekunder dan tertier (penunjang) di luar bidang hukum seperti kamus, ensklopedia, majalah, koran, makalah, dan sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan. 11 Ibid, hal. 153.

   Alat Pengumpul Data 2.

  Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah melalui studi literatur atau studi kepustakaan.

   Analisis Hasil penelitian 3. Untuk mengolah data yang didapatkan dari penelusuran

kepustakaan, maka hasil penelitian ini menggunakan analisa kualitatif.

  

Analisis kualitatif ini pada dasarnya merupakan pemaparan tentang teori-

teori yang dikemukakan, sehingga dari teori-teori tersebut dapat ditarik

beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan dan pembahasan skripsi ini.

G. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan ini dibagi dalam beberapa Bab, dimana dalam bab terdiri dari unit-unit bab demi bab. Adapun sistematika penulisan ini dibuat dalam bentuk uraian:

  Bab I. Pendahuluan Dalam Bab ini akan diuraikan tentang uraian umum seperti penelitian pada umumnya yaitu, Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metodologi Penulisan serta Sistematika Penulisan.

  Bab II. Pelaksanaan Perjanjian Keagenan Dalam bab ini akan diuraikan pembahasan tentang Syarat Sahnya Perjanjian, Wewenang Keagenan, Dasar Hukum Perjanjian Keagenen, serta Pelaksanaan Perjanjian Keagenan.

  Bab III. Perlindungan Hukum Perjanjian Keagenan. Dalam bagian ini akan diuraikan pembahasan tentang: Para Pihak Dalam Perjanjian Keagenen, Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Keagenen serta Perlindungan Hukum Terhadap Perjanjian Keagenen. Bab IV. Penyelesaian Sengketa Perjanjian Keagenen. Dalam bagian ini akan diuraikan pembahasan terhadap Tanggung Jawab Perdata Terhadap Kemungkinan Timbulnya Kerugian Berdasarkan Perbuatan Agen, Upaya Hukum Jika Terjadi Wanprestasi serta Tahapan Penyelesaian Sengketa Perjanjian Keagenan. Bab V. Kesimpulan dan Saran Bab ini adalah bab penutup, yang merupakan bab terakhir dimana akan diberikan kesimpulan dan saran.

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Perjanjian Keagenen (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2363 K/Pdt/2011)

2 82 81

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penegakan Hukum Terhadap Kasus Penggelapan Premi Asuransi (Analisis Putusan No. 1952/Pid.B/2013/PN-Mdn)

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perbuatan Melawan Hukum Akibat Merusak Segel Meteran Milik PT. PLN (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung No.694 K/Pdt/2008)

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Telepon Seluler Akibat Itikad Buruk Layanan Jasa Telekomunikasi (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2995 K/Pdt/2012)

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Anak di Indonesia

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertimbangan Hakim Menolak Kasasi Dalam Kasus Narkotika (Studi Kasus Putusan No. 2338/K.Pid.Sus/2013 Mahkamah Agung Republik Indonesia)

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Hukum Perlindungan Merek Asing Terhadap Tindakan Pendaftaran Secara Itikad Tidak Baik (Studi Putusan No. 108/PK/PDT.SUS/2011)

0 1 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Persetubuhan pada Anak (Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor : 1202 K/PID.SUS/2009)

0 0 46

BAB II PELAKSANAAN PERJANJIAN KEAGENAN Syarat Sahnya Perjanjian - Perlindungan Hukum Terhadap Perjanjian Keagenen (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2363 K/Pdt/2011)

0 0 23