Dampak Bendungan di Indonesia Terhadap L

Dampak Bendungan terhadap Lingkungan dan Kehidupan Sosial
Pendahuluan
Waduk Jatiluhur merupakan waduk yang terbentuk dari pembendungan sungai
citarum dan cilalawi.Sebagai waduk terbesar di Indonesia waduk jatiluhur pastinya
mempunyai banyak sekali kegunaan.Pada bagian selanjutnya akan dibahas
mengenai dampak negative dari bendungan terhadap kehidupan social maupun
terhadap lingkungan serta solusinya agar dapat memperkecil dampak yang
ditimbulkan itu.
Pembahasan
1. Dampak Sosial dari adanya Bendungan
Banyak dampak sosial ekonomi yang paling menantang dari pembangunan
bendungan berhubungan dengan migrasi dan pemukiman, bendungan situs atau di
daerah tangkapan air (Bartolome et al, 2000;. Cernea, 2003; Egre dan Senecal,
2003;

Scudder,

sudetan.Bagian

1997,
sudetan


2005).Bendungan
inilah

yang

biasanya

berdampak

dibangun

utama

pada

kepada

bagian


kehidupan

masyarakat.Bagian ini dibuat lurus diantara lekukan sungai yang berfungsi agar
aliran air tidak dapat menimbulkan erosi pada badan sungai. Akan tetapi dengan
dibangunnya waduk pada bagian ini berdampak langsung ke masyarakat yang
dulunya tinggal didaerah ini.Masyarakat dikawasan yang menjadi kawasan dari
proyek ini harus pindah bertransmigrasi ke tempat lain(Scudder, 2005; Komisi Dunia
untuk Bendungan, 2000b). Bendungan Volta di Ghana misalnya, telah memindahkan
secara massal lebih dari 78.000 manusia yang berasal dari 700 kota dan desa.
Danau Kainji di Nigeria memindahkan 42.000 orang, bendungan tinggi Aswan

120.000 orang, bendungan Kariba 50.000 orang, bendungan keban di Turki 30.000
orang, bendungan Ubolratana di Tahiland 30.000 orang, sementara proyek pamong
di Vietnam memindahkan secara massal penduduk setempat sebanyak 450.000
orang.
Jika di perkirakan akan ada jutaan manusia di belahan bumi ini yang terdiri
dari bangsa-bangsa pribumi yang akan dipindahkan secara massal melalui tindakan
pemaksaan, dimana mereka harus meninggalakan tanah leluhur dan bertarung
dalam sebuah kehidupan baru yang tidak pasti.
Menurut kepala Divisi Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia

(Walhi), Nurhidayati, menyebutkan, masyarakat yang berada di daerah genangan
(bendungan) ternyata tidak mendapatkan keuntungan dari proyek bendungan,
terusir dari tempat kelahirannya serta kehilangan nilai-nilai adat budaya yang
selama ini dipegang teguh dan dijaga kelestariannya oleh masyarakat setempat.
Dampak dari pembangunan bendungan juga tidak hanya itu.Selain perubahan
dalam jaringan sosial dan integritas masyarakat(Fuggle dan Smith, 2000) di tempat
asal,masyarakat rural ini biasanya juga akan kehilangan pekerjaan.Sebagaimana
masyrakat perdesaan lainnya,kebanyakan dari mereka bekerja secara tradisional
seperti pertanian dan mengambil langsung dari alam.Pembangunan bendungan
mau

tidak

mau

banyak

mengadakan

penebangan


hutan

dan

pembebasan

lahan.Karena adanya penebangan hutan ini masyaraktpun akan kehilangan mata
pencahariannya.Bagi mereka yang lahannya ditenggelamkan dan diganti lahan baru
ditempat lain ini yang malahan akan mendapatkan dampak yang lebih berat.Karena
bila di tempat asal mereka telah mendapatkan pekerjaan,belum tentu di tempat
emindahan nanti mereka akan mendapatkan pekerjaan baru yang dapat mencukupi
kebutuhan hidup mereka.
Adanya penebangan hutan untuk pembuatan bendungan pada bagian hulu
disertai banyaknya erosi vertical pada bagian hulu akan mengurangi daya serap

hutan serta akan menyebabkan pendangkalan pada daerah di sekitar bendungan
yang berimmplikasi utama menjadi penyebab terjadinya banjir pada daerah sekitar
waduk.Akan tetapi warga pada daerah hilirlah yang pailing mendapatkan imbas
yang luar biasa dari adanya banjir ini.Contohya saja seperti Jakarta yang

mendapatkan kiriman banjir dari waduk Jatiluhur yang notabene dibuat dengan
melakuakn penebangan hutan pada bagian hulu.Adanya bendungan juga berakibat
kepada ertanian warga pada bagian hilir.Buka tutup pintu bendungan berimplikasi
kepada ketidakpastian lahan mereka dalam mendapatkan air.
Masalah lain yang dapat ditimbulkan oleh waduk-waduk ini adalah adanya
sarang penyakit(Lerer dan Scudder, 1999; McMillan, 1995);.Bendungan-bendungan
besar ini menimbulkan penyakit karena mereka memiliki aliran yang sangat lambat
dan ini merupakan aliran ang sangat baik bagi perkembang biakan nyamuk(Vektor
malaria dan Aides Aegepty dan perkembangbiakan keong(vector schistosomiasis)
akibatnya banyak warga yang berada di bibir bendungan pada musim hujan banyak
terkena penyakit seperti malaria dan demam berdarah yang disebabkan oleh adana
nyamuk.Sedangkan dampak penyakit yang lebih berbahaya diebabkan oleh
schistosomiasis atau dikenal sebagai cacing pipih.Penyakit ini sering menyerang
anak.Penyakit ini dapat menyerang organ internal manusia dan menghambat
pertumbuhan pada anak-anak.Gejala yang ditimbulkan oleh cacing ini diantaranya
batuk,pilek,diare,pembesaran hati,jumlah leukosit yang sangat tinggi,dan dapat
menyebabkan luka pada kelamin.
Ancaman keselamatan adalah ancaman yang paling menjadi perhatian utama
dalam artikel ini. Volume air yang ditampung oleh bendungan dapat mengacam
keselamatan warga yang tinggal di hilir sungai. Karena tekanan air yang ditampung

oleh

bendungan

dapat

melemahkan

konstruksi

bendungan

terlebih

dalam

pembanguna bendungan ini berada di daerah yang terdapat aktivitas rawan gempa.

Mengingat bendungan ini sangat rawan terhadap gempa bumi baik yang disebabkan
oleh aktivitas vulkanik gunung berapi maupun aktivitas tektonik lempeng di selatan

pulau

jawa.Jika

gempa

bumi

itu

nantinya

meruntuhkan

bendungan

yang

bersangkutan dan melepaskan volume air besar yang tersimpan dalam waduk,
dapat menelan ribuan masyarakat yang tinggal di daerah hilir. Seperti yang terjadi

beberapa bulan lalu runtuhnya situ gintung. waduk situ gintung merupakan salah
satu waduk yang dibangun pada 1932 oleh Belanda sebagai bagian dari sistem
pengendalian banjir wilayah selatan jakarta.
Mengingat kontruksi situ yang telah tua dimana kontruksi situ hanya terbuat
dari endapan tanah membuat waduk tak mampu lagi menerima volume air dalam
jumlah yang besar dan akibat ketidakmampuan tersebut waduk situ gintung
akhirnya memuntahkan bebannya ke pemukiman warga yang tinggal di hilirnya dan
telah

menelan

puluhan

korban

jiwa

dan

mengahancurkan


ratusan

rumah

penduduk.

2. Dampak Lingkungan dari pembangunan Bendungan
Pembangunan bendungan selain menuai permasalahan sosial juga berimbas
kepada ekologi yang terdapat di sungai. Dimana sungai merupakan ekosistem yang
memiliki keanekaragaman hayati yang beragam dari pada di laut. Sungai
merupakan lingkungan yang memiliki kaya akan zat- zat hara dan nutrient yang
dibutuhkan mahluk hidup, dimana tempat- tempat semacam ini merupakan tempat
yang subur bagI produsen primer yaitu tumbuhan dan disinilah terdapat beragam
jenis ikan dan hewan air berkembang baik, seperti serangga, ikan dan hewan
mamalia lainnya. Bendungan-bendungan besar seperti ini, sangat menimbulkan
pengrusakan lingkungan yang sangat buruk, diantarannya: Menenggelamkan hutan

yang sangat luas, merubah struktur alamiah sungai dan pengerusakan biota sungai,
Pembukaan wilayah-wilayah isolasi untuk pengerukan sumber daya alam dan

Hilangnnya lahan basah pertanian yang luas. anyak bukti yang bisa disaksikan dari
perjalanan sejarah pembangunan yang penuh dengan praktek ekstraktif ini,
misalnnya Bendungan Tucurui dan Balbina bersama-sama menenggelamkan 6.400
kilometer persegi hutan hujan tropis di Amazon Brazil, Bendungan Akosombo
menenggelamkan yang luas melebihi bendungan manapun diseluruh dunia, yakni
8.500 kilometer persegi.
Tanpa kita sadari pembangunan bendungan berdampak langsung kepada
penurunan kualitas air sungai. Akibat dari itu dapat mengacam populasi ikan
bermanfaat dan menimbulkan masalah terhadap ternak dan manusia, Karena
mengubah sistem dari sungai ke danau juga menciptakan habitat yang lebih bagi
nyamuk dan siput (Lanza, 1971).
Selain itu, perubahan kualitas air bendungan juga diakibat oleh pembusukan
hutan dan vegetasi yang tergenang. Pembakaran hutan pada bagian hulu untuk
dijadikan lahan bendungan juga akan menambah polusi udara, termasuk karbon
dioksida, ozon dan gas rumah kaca lainnya, dan zat beracun seperti merkuri.
Setelah terbakar, nutrisi dari abu akan memicu dan mendukung pertumbuhan
bakteri tiba-tiba kelebihan dan ganggang dalam air sebagai reservoir mengisi,
memicu riam masalah kualitas air, termasuk mengurangi oksigen terlarut sangat,
ikan


membunuh,

pembentukan

metabolit

beracun

oleh

cyanobacteria

dan

pelepasan gas beracun dan logam seperti hidrogen sulfida dan merkuri dari sedimen
waduk. Meninggalkan biomassa di belakang juga akan bermasalah, kata Lanza,
karena busuk vegetasi akan meningkatkan emisi gas rumah kaca dari waduk,

menggunakan oksigen yang tersedia dalam air, mematikan ikan dan menghasilkan
air yang tidak cocok untuk di konsumsi dan irigasi.
Bendungan mempengaruhi sistem biofisik terutama dengan mengubah
hidroglogi sungai dan dengan sistem memecah-belah sungai (Kotchen et al., 2006).
Berubahnya hidrologi sungai ke danau membuat aliran air terhambat di waduk.
Sehingga nutrient yang dibutuhkan ikan pada aliran sungai bagian hilir menjadi
terhambat dan menumpuk di waduk. Akibat dari terhalangnya nutrisi di waduk
membuat populasi ikan- ikan yang berada di hilir menjadi lapar akan gizi.
Bendungan juga akan menghambat ikan-ikan untuk bermigrasi.Ada spesiesspesies ikan yang harus bermigrasi untuk melakukan proses pembuahan sel
telur(fertilisasi) akan tetapi dengan adanya bendungan akan menghalangi mereka
untuk melakukan hal itu dan akan beraakibat kepada punahnya spesies ikan yang
melakukan proses ini.Adanya bendungan juga akan menyebabkan ikan tidak dapat
bebas untuk mencari makanan di sepanjang aliran sungai.Adanya ikan-ikan seperti
salmon yang biasanya hidup mengikuti aliran sungai tidak dapat mengalami hal itu
dan terancam berkumpul di satu titik sampai nanti terjadi overpopulation ikan
spesies ini dan akan menyebabkan habisnya persediaan makanan pada bagian hulu.
Bendungan juga menyebabkan penggenangan air terhadap ribuan hektar
hutan. Perencanaan bendungan seringkali mengabaikan nilai ekologis yang sulit
dinyatakan dari pemeliharaan tanah, pengisian kembali air tanah, stabilisasi iklim,
pemurnian air dan udara serta perlindungan terhadap kehidupan margasatwa di
dalamnya. Pembangunan bendungan nantinya akan mencegah endapan air sungai
dibawa ke hilir dan laut. Padahal endapan tersebut mengandung bahan-bahan
bergizi tinggi untuk tanah. Menurut hasil penelitian dari Universitas Umea, di
Swedia. Yang lebih mengherankan adalah bahwa bendungan juga mempengaruhi
tumbuh- tumbuhan yang berada di sepanjang aliran sungai di bagian hilir. Setidak-

tidaknya jenis tanaman yang berada dikiri dan kanan sungai. Selama 70 tahun
pembangunan bendungan di swedia, jenis tumbuhan yang punah mencapai 15
persen.
Masalah ekologi selanjutnya yang disebabkan oleh hilangnya kadar sedimen
dari air di hilir adalah erosi tanah di daerah pantai atau delta. Karena semua hasil
pada beban sedimen bendungan hilir berkurang, sungai dibendung dikatakan
"lapar" untuk sedimen. Karena laju deposisi sedimen sangat berkurang membuat
pasokan deposit ( zat- zat nuttrien) untuk sungai berkurang tetapi laju erosi tetap
hampir konstan, aliran air menggerogoti di tepi sungai dan dasar sungai,
mengancam ekosistem pantai, memperdalam sungai, dan penyempitan sungai.
mengurangi kadar air, homogenisasi aliran sungai dan ekosistem sehingga
mengurangi variabilitas, mengurangi dukungan untuk satwa liar, dan mengurangi
jumlah sedimen mencapai dataran pantai dan delta.
Solusinya
Untuk mengatasi adanya ketidakseimbangan angkutan sedimen dan memperlancar
migrasi ikan maka sebaiknya jenis bandungan yang digunakan yaitu jenis
tirol(saringan bawah). Tipe bendung saringan bawah ini terutama cocok digunakan
di daerah pegunungan, karena hampir tidak mempunyai bagian yang memerlukan
eksploitasi. Bangunan ini dapat bekerja tanpa pengawasan. Penggunaan saringan
bawah ini juga sangat menguntungkan di bagian sungai yang kemiringannya curam
dengan bahan sedimen yang lebih besar. Karena bendung saringan bawah tidak
mempunyai bagian yang merupakan penghalang aliran sungai dan bahan kasar,
maka bendung ini tidak mudah rusak akibat hempasan batu-batu bongkah yang
diangkut aliran. Batu-batu bongkah ini akan lolos begitu saja ke hilir sungai.
Bendung saringan bawah dapat direncana dengan berhasil baik di sungai yang

kemiringannya curam, mengangkut material berukuran besaratau batu – batuan dan
memerlukan bangunan dengan elevasi rendah.
Atau bisa juga menggunakan bendungan tipe gerak. Bendung gerak adalah
jenis bendung yang tinggi pembendungannya dapat diubah sesuai dengan yang
dikehendaki.Pada bendung gerak, elevasi muka air di hulu bendung dapat
dikendalikan naik atau turun sesuai yang dikehendaki dengan membuka atau
menutup pintu air (gate). Bendung gerak biasanya dibangun pada daerah hilir
sungai atau muara. Pada daerah hilir sungai atau muara sungai kebanyakan tebingtebing sungai relative lebih landai atau datar dari pada di daerah hilir. Pada saat
kondisi banjir, maka elevasi muka air sisi hulu bendung gerak yang dibangun di
daerah hilir bisa diturunkan dengan membuka pintu-pintu air (gate) sehingga air
tidak meluber kemana-mana (tidak membanjiri daerah yang luas) karena air akan
mengalir lewat pintu yang telah terbuka kea rah hilir (downstream).
Fishway atau tangga ikan merupakan alternatif yang dapat diaplikasikan
pada suatu bangunan sungai yang sudah atau baru akan dibuat. Dengan
keberadaan bangunan tambahan ini diharapkan siklus migrasi ikan tidak terputus
sehingga ikan dapat terus tumbuh dan berkembangbiak tanpa adanya faktor
ancaman tersebut.