LINGKUNGAN BISNIS DAN ANALISIS PESAING B (1)

“LINGKUNGAN BISNIS
DAN
ANALISIS PESAING BISNIS”

Oleh kelompok 7 :
1. Imtizal Jauhara Kusuma
2. Reny Oktaviani
3. Inka Yulinda Sari
4. Herningsih
5. M. Ghofar Dwi. S

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panajatkan pada ALLAH SWT yang telah memberikan
kekuatan,kesehatan, dan ilmu pengetahuan sehingga kami dapat meyelesaikan tugas makalah
pengantar bisnis. Kami menyajikan makalah ini dengan harapan mampu menjadi saran
pendidikan yang berguna sekecil apa pun, khususnya untuk para mahasiswa dalam proses
pembelajaran mata kuliah pengantar bisnis.
Materi pembahasan dalam makalah ini lebih ditekankan pada pemahaman lingkungan
bisnis: yang terdiri dari lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Serta pemahaman
tentang analisis pesaing bisnis yang terdiri dari pengertian etika bisnis dan norma-norma dan

tanggung jawab perusahaan. Setiap materi di lengkapi dengan keterangan dari berbagai
sumber beserta contohnya,diharapakan dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan
penguasaan materi bisnis dengan materi pembahasan yang bersangkutan.
Kami menyadari, baik dalam pembahasan materi maupun kelengkapan penyajian
materi dalam makalah ini masih jauh memadahi, oleh karena itu, diharapkan kritik, saran dan
arahan khusunya dari rekan-rekan mahasiswa dan dosen. Kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada kami. Semoga memberikan manfaat
bagi mahasiswa. Amin.

Bab IV
“Lingkungan Bisnis”

1. Pengertian Lingkungan Bisnis
Lingkungan bisnis adalah segala sesuatu yang mempengaruhi aktivitas bisnis
dalam suatu lembaga organisasi atau perusahaan. Faktor-faktor sekitar yang dapat
membantu dan menghambat perkembangan bisnis. Faktor – faktor yang mempengaruhi
tersebut tidak hanya dalam perusahaan (intern), namun juga dari luar (ekstern).
a. Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal terdiri dari segala sesuatu yang berada diluar batas-batas
organisasi yang mempengaruhi organisasi . Batas-batas organisasi adalah batasan

yang memisahkan organisasi dari lingkungan (eksternal). Lingkungan eksternal
adalah institusi atau kekuatan luar yang potensial mempengarui kinerja organisasi.
Lingkungan eksternal terdiri dari dua komponen, yaitu:
 Lingkungan khusus adalah bagian dari lingkungan yang secara langsung
relevan terhadap pencapaian tujuan organisasi.Lingkungan khusus
meliputi orang-orang yang mempunyai kepentingan dalam organisasi
(stakeholder), seperti konsumen, pemasok, pesaing dan kreditur.


Konsumen
Sebagaimana diketahui, perusahaan ada untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Konsumen atau pelanggan merupakan kelompok
potensial yang mengonsumsi output atau barang dan jasa yang
dihasilkan perusahaan atau prganisasi bisnis dan juga lembaga
pemerintahan maupun organisasi nonprofit lainnya.



Pemasok


Perusahaan atau individu yang menyediakan factor-faktor produksi
yang dibutuhkan perusahaan untuk memproduksi produk atau jasanya.
Pasokan meliputi penyediaan bahan baku/material, peralatan, input
keuangan dan tenaga kerja.


Pesaing
Persaingan, meliputi semua tawaran pesaing yang nyata maupun
potensil serta subtitusi yang dipertimbangkan oleh pembeli. Biasanya
setiap perusahaan memiliki satu atau lebih pesaing. Perusahaan perlu
lebih memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen melalui
penawaran produk dan jasa yang lebih baik dari pesaing.



Kreditor
Persahaan perlu memperhatikan kreditor atau kelompok kepentingan
tertentu yang mempengaruhi kegiatan organisasi secara financial
(institusi keuangan ataupun individu yang memberikan pinjaman
dana). Kreditor, misalnya bank akan menganalisis secara seksama dan

teliti mengenai perkembangan bisnis dan potensi dari suatu perusahaan
karena bank sangat berkepentingan dalam hal pencegahan terjadinya
kredit macet atau ketidakmampuan perusahaan dalam mengembalikan
pinjaman yang diberikan.

 Lingkungan Umum
Lingkungan umum meliputi berbagai factor, antara lain kondisi ekonomi,
politik dan hukum, sosial budaya, demografi, teknologi dan kondisi global
yang mungkin mempengaruhi organisasi. Perubahan lingkungan umum
biasanya tidak mempunyai dampak sebesar perubahan lingkungan khusus,
namun manajer harus memperhatikannya ketika merencanakan,
mengorganisasi, mengarahkan serta mengendalikan aktivitas organisasi
bisnis.



Kondisi Ekonomi

Tingkat inflasi, masalah pengangguran, tingkat pertumbuhan
pendapatan nasional, keadaan neraca pembayaran, kondisi pasar saham

serta fluktuasi kurs valuta asing dan suku bunga. Secara umum adalah
beberapa factor ekonomi yang mempengaruhi praktik manajemen
dalam aktivitas bisnis. Terdapat hubungan timbale balik antara keadaan
perekonomian dan aktivitas bisnis. Kestabilan dan pertumbuhan
ekonomi akan mendorong perkembangan dunia usaha dan sebaliknya.



Kondisi Politik dan Hukum

Terdapatnya kestabilan politik dan kebijakan pemerintah yang sesuai
dapat menciptakan suasana kondusif untuk mengembangkan aktivitas
organisasi bisnis di berbagai bidang. Pertimbangan hukum juga perlu
diperhatikan, anatara lain adanya peraturan pemerintah mengenai
pembentukan dan pengawasan organisasi yang membatasi kebijakan
manajerial, termasuk dalam hal pengeolaan sumber daya manusia.



Kondisi Sosial Budaya


Para manajer perlu memperhatikan adanya perubahan sosial budaya
masyarakat khususnya pola dan tren pasar yang dituju. Manajer perlu
menyesuaikan strategi bisnis terutama pemasarannya dengan kondisi
nilai-nilai sosial, kebiasaan dan selera masyarakat.



Kondisi Demografi

Kondisi demografi mencakup kebiasaan yang berlaku dalam
karakteristik fisik dari populasi, seperti jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, lokasi geografis dan pendapatan masyarakat. Perubahan
pada karakteristik tersebut dapat berpengaruh pada kebijakan
manajemen dalam merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan
mengontrol bisnisnya.



Teknologi


Teknologi adalah semua cara yang digunakan perusahaan untuk
mencptakan nilai bagi konsituen mereka. Termasuk pengetahuan
manusia, metode kerja, peralatan fisik, elektronik dan telekomunikasi,
serta berbagai sistem pengolahan. Teknologi memungkin segala proses
bisnis lebih efektif, efisien dan produktif. Efektivitas berarti
memberikan hasil yang diinginkan, efesiensi berarti memproduksi
barang dan jasa dengan menggunakan sumberdaya yang sedikit,
produktivitas berarti jumlah keluaran yang dihasilkan dengan
menggunakan jumlah masukan tertentu
E-commerce (pembelian dan penjulan barang via internet) dan basis
data (arsip penyimpana elektronik dimana data disimpan).



Globalisasi

Manajer semakin ditantang dengan meningkatnya jumlah pesaing
sebagai dampak dari adanya pasar global. Tantangan dan peluang yang
timbul dalam lingkungan bisnis. Outsourching yaitu strategi membayar

pemasok dan distributor untuk melaksanakan proses bisnis tertentu
atau menyediakan barang atau sumberdaya yang dibutuhkan viral
marketting (pemasaran gaya virus) yaitu strategi pemasaran dengan
internet dan dari mulut ke mulut untuk menyebarkan informasi produk.

b. Lingkungan Internal
Lingkungan internal adalah sumber daya manusia dan fisik yang
mempengaruhi kinerja bisnis secara langsung. Lingkungan internal adalah
semua sumber daya manusia dan fisik yang mempengaruhi organisasi. Pihak
yang berkepentingan internal yaitu organisasi itu sendiri. Unsur-unsur dari
lingkungan internal antara lain:


Karyawan

Semakin berkembangnya organisasi maka karyawan dituntut untuk lebih
meningkatkan ketrampilan dan kemampuannya. Adakalanya suatu posisi
dalam organisasi menghendaki klasifikasi pendidikan tertentu, seperti
programer komputer mensyaratkan karyawanya untuk menguasai software
terbaru.



Manajemen

Dalam menjalankan usahanya, organisasi memerlukan koordinasi atau
pengaturan agar sasaran organisasi dapat tercapai. Manajemen merupakan
pencapaian berbagai tujuan organisasional secara efektif dan efisien
melalui perencanaan, pengelolaan, kepemimpinan dan pengendalian
sumber daya organisasional.


Pemegang saham dan dewan direksi

Pada sebuah perusahaan publik yang besar, pemegang saham memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan melalui hak
pemberian suara pada rapat umum pemegang saham.


Modal dan peralatan fisik


Organisasi atau perusahaan membutuhkan modal untuk kelangsungan
hidupnya. Untuk organisasi yang telah go public modal diperoleh dari para
penanam saham. Peralatan fisik seperti sarana dan prasarana juga menjadi
modal suatu organisasi.

Bab V
“Analisis Pesaing Bisnis”

1. Etika Bisnis
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ethos yg berarti : kebiasaan/adat,
akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir.
*Menurut Kamus Bahasa Indonesia (Poerwadarminta) etika adalah “ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”
* Menurut Drs. O.P. SIMORANGKIR "etika atau etik sebagai pandangan manusia
dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. "
*Menurut Magnis Suseno, "Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran.Yang
memberi kita norma tentang bagaimana kita harus hidup adalah moralitas".
Etika Bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga


masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan
perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat
dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.

 Pentingnya Etika Bisnis
Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas stakeholder dalam
membuat keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan persoalan
perusahaan. Hal ini disebabkan semua keputusan perusahaan sangat mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh stakeholder. Stakeholder adalah semua individu atau kelompok
yang berkepentingan dan berpengaruh pada keputusan-keputusan perusahaan. Siapa
saja stakeholder perusahaan:
1. Para pengusaha dan mitra usaha
Para pengusaha, selain berfungsi sebagai pesaing, mereka juga berperan
sebagai mitra. Dalam hal ini para pengusaha merupakan relasi usaha yang dapat
bekerja sama dalam menyediakan informasi atau sumber peluang. Loyalitas mitra
usaha akan sangat tergantung pada kepuasan yang diterima dari perusahaan.

2. Petani dan perusahaan pemasok bahan baku
Petani dan perusahaan berperan sebagai penyedia bahan baku. Pasokan bahan
baku yang kurang bermutu dan pasokan yang lambat dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan. Oleh sebab itu, keputusan untuk menentukan kualitas barang dan jasa
sangat tergantung pada pemasok bahan baku. Loyalitas petani penghasil bahan baku
sangat tergantungpada tingkat kepuasan yang diterima dari perusahaan dalam
menentukan keputusan harga jual bahan baku maupun dalam bentuk insentif.
3. Organisasi pekerja yang mewakili pekerja
Organisasi pekerja dapat mempengaruhi keputusan melalui proses tawarmenawar secara kolektif. Perusahaan yang tidak melibatkan karyawan/organisasi
pekerja dalam
mengambil keputusan sering menimbulkan protes-protes yang menggangu jalannya
perusahaan.
4. Pemerintah yang mengatur kelancaran aktivitas usaha

Pemerintah dapat mengatur kelancaran aktivitas usaha melalui serangkaian
kebijakaanyang dibuatnya, karena kebijakan yang dibuat pemerintah akan sangat
berpengaruh terhadap iklim usaha.
5. Bank penyandang dana perusahaan
Bank selain sebagai jantungnya perekonomian dalam skala makro, juga
sebagai lembaga yang dapat menyediakan dana perusahaan.
6. Investor penanam modal
Investor penyandang dana dapat mempengaruhi perusahaan melalui
serangkaian persyaratan yang diajukannya. Persyaratan tersebut akan mengikat dan
sangat besar pengaruhnya dalam mengambilan keputusan. Loyalitas investor sangat
tergantung pada tingkat kepuasan investor atas hasil penanaman modalnya.
7. Masyarakat umum yang dilayani
Masyarakat akan selalu menanggapi dan memberikan informasi tentang bisnis
yang kita jalankan. Dalam hal ini masyarakat juga merupakan konsumen yang akan
menentukan keputusan-keputusan perusahaan dalam menentukan produk barang dan
jasa yang dihasilkan dan juga teknik yang digunakan.

8. Pelanggan yang membeli produk
Barang dan jasa yang akan dihasilkan, teknologi yang digunakan akan sangat
dipengaruhi oleh pelanggan dan mempengaruhi keputusan-keputusan bisnis. Dengan
demikian etika bisnis merupakan landasan penting dan harus diperhatikan, terutama
dalam menciptakan dan melindungi reputasi perusahaan. Oleh sebab itu, etika bisnis
merupakan masalah yang sangat sensitif dan kompleks, karena membangun etika
untuk mempertahankan reputasi lebih sukar daripada menghancurkannya.
 Cara mempertahankan standar etika
1. Menciptakan kepercayaan perusahaan
Hal ini akan menetapkan nilai-nilai perusahaan yang mendasari tanggung
jawab etika bagi stakeholder.
2. Mengembangkan kode etik
Kode etik merupakan suatu catatan tentang standar tingkah laku dan prinsipprinsip etika yang diharapkan perusahaan dari karyawan.

3. Menjalankan kode etik secara adil dan konsisten
4. Melindungi hak perorangan
5. Mengadakan pelatihan etika
6. Melakukan audit etika secara periodik
7. Mempertahankan standar yang tinggi tentang tingkah laku, jangan hanya aturan
8. Menghindari contoh etika yang tercela setiap saat dan diawali dari atasan
9. Menciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah
Komunikasi dua arah sangat penting untuk menginformasikan barang dan jasa yang
dihasilkan dan untuk menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
10. Melibatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika
Para karyawan diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang bagaimana
standar etika yang harus dipertahankan.

 Ada 3 jenis masalah yang dihadapi dalam etika yaitu :
1.Sistematik
Masalah-masalah sistematik dalam etika bisnis pertanyaan-pertanyaan etis
yang muncul mengenai sistem ekonomi, politik, hukum, dan sistem sosial lainnya
dimana bisnis beroperasi.
2.Korporasi
Permasalahan korporasi dalam perusahaan bisnis adalah pertanyaanpertanyaan yang dalam perusahaan-perusahaan tertentu.Permasalahan ini mencakup
pertanyaan tentang moralitas aktivitas, kebijakan, praktik dan struktur organisasional
perusahaan individual sebagai keseluruhan.
3.Individu

Permasalahan individual dalam etika bisnis adalah pertanyaan yang muncul
seputar individu tertentu dalam perusahaan.Masalah ini termasuk pertanyaan tentang
moralitas keputusan, tindakan dan karakter individual.
Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil,
sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu
ataupun perusahaan di masyarakat. Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur
oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar
minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan
wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen
Jouurnal (1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku
etika bisnis, yaitu :


Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh
karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.



Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki
hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus
dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang
lain.



Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.
Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu
untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi
serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi,
diperlukan suatu landasan yang kokoh.
2. Norma-norma dan Tanggungjawab Perusahaan

Selain etika, dikenal pula istilah Moral atau Moralitas yakni ajaran-ajaran
perilaku personal berdasarkan agama atau filosofi. Salah satu penyebab perilaku tidak
etis adalah tidak adanya standar yang berlaku bagi seluruh dunia mengenai perilaku
para pelaku bisnis. Sedangkan norma dan nilai-nilai budaya berbeda-beda untuk
setiap negara dan bahkan antara daerah geografis dan kelompok-kelompok etnis
dalam suatu negara.
Selain faktor-faktor situiasional seperti pekerjaan itu sendiri, supervise dan
budaya organisasi, perilaku etnis seseorang diperngaruhi oleh tahap perkembangan
moral dan cirri-ciri keprobadian lainnya.
Sama seperti hirarki kebutuhan Maslow, perkembangan moral terbentuk dari
keinginan pribadi untuk memperhatikan nilai-nilai universal.
 Relativisme Moral
Relativisme Moral mengatakan bahwa moral bersifat relative pada beberapa
pribadi, sosial atau standar budaya, dan tidak ada standar yang lebih baik dibanding
standar lainnya.
Ada empat tipe relativisme :
1. Naïve Relativism, yakni keyakinan bahwa semua keputusan moral adalah sangat
pribadi dan individu memiliki hak untuk menjalani hidupnya.
2. Role Relativism, yakni melakukan peran sosial disertai dengan kewajiban hanya
pada peran tersebut,
3. Social Group Relativism, yakni kepercayaan bahwa moralitas adalah suatu hal
yang menyertai norma-norma suatu kelompok.
4. Cultural Relativism, yakni bahwa moralitas tergantng pada budaya tertentu dalam
masyarakat tertentu.
Sedangkan nilai (Values) sendiri pada dasarnya merupakan pandangan ideal yang
mempengaruhi cara pandang, cara berfikir dan perilaku dari seseorang. Nilai
Personal atau Personal Values pada dasarnya merupakan cara pandang, cara pikir, dan
keyakinan yang dipegang oleh seseorangsehubungan dengan segala kegiatan yang
dilakukannya

Nilai Personal terdiri dari nilai terminal dan nilai instrumental. Nilai terminal
pada dasarnya merupakan pandangan dan cara berfikir seseorang yang terwujud
melalui perilakunya, yang didorong oleh motif dirinya dalam meraih sesuatu. Nilai
instrumental adalah pandangan dan cara berfikir seseorang yang berlaku untuk segala
keadaan dan diterima oleh semua pihak sebagai sesuatu yang memang harus
diperhatikan dan dijalankan.

 Tanggungjawab perusahaan
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (CSR) dapat didefinisikan sebagai bentuk kepedulian perusahaan
terhadap lingkungan eksternal perusahaan melalui berbagai kegiatan yang dilakukan
dalam rangka penjagaan lingkungan, norma masyarakat, partisipasi pembangunan,
serta berbagai bentuk tanggung jawab sosial lainnya.
Selain definisi diatas masih ada definisi lain mengenai CSR
yakni Komitmen perusahaan dalam pengembangan ekonomi yang berkesinambungan
dalam kaitannya dengan karyawan beserta keluarganya, masyarakat sekitar dan
masyarakat luas pada umumnya, dengan tujuan peningkatan kualitas hidup mereka
(WBCSD, 2002). Sedangkan menurut Commission of The European Communities
2001, mendefinisikan CSR sebagai aktifitas yang berhubungan dengan kebijakan
kebijakan perusahaan untuk mengintegrasikan penekanan pada bidang sosial dan
lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan interaksi dengan stakeholder.
Menurut Carrol tanggung jawab sosial, dari sudut pandang strategisnya bahwa
suatu perusahaan bisnis perlu mempertimbangkan tanggung jawab sosialnya bagi
masyarakat dimana bisnis menjadi bagiannya. Ketika bisnis mulai mengabaikan
tanggung jawabnya, masyarakat cenderung menanggapi melalui pemerintah untuk
membatasi otonomi bisnis.
Carroll menyatakan bahwa manajer organisasi bisnis memiliki empat
tanggung jawab yakni :
1. Tanggung jawab ekonomi yakni memproduksi barang dan jasa yang bernilai bagi
masyarakat.

2. Tanggung jawab hukum yakni perusahaan diharapkan mentaati hukum yang
ditentukan oleh pemerintah
3. Tanggung jawab etika yakni perusahaan diharapkan dapat mengikuti keyakinan
umum mengenai bagaimana orang harus bertindak dalam suatu masyarakat.
4. Tanggung jawab kebebasan memilih yakni tanggung jawab yang diasumsikan
bersifat sukarela.
Dari keempat tanggung jawab tersebut, tanggung jawab ekonomi dan hukum
dinilai sebagai tanggung jawab dasar yang harus dimiliki perusahaan. Setelah
tanggung jawab dasar terpenuhi maka perusahaan dapat memenuhi tanggung jawab
sosialnya yakni dalam hal etika dan kebebasan memilih.
Terdapat dua pandangan tentang kepada siapa organisasi bertanggung jawab
sosial, yaitu sebagai berikut :
1. Model Pemegang saham (Shareholder)
Pandangan tentang tanggung jawab sosial yang menyebutkan bahwa sasaran
organisasi yang utama adalah memaksimalkan keuntungan bagi manfaat para
pemegang saham. Lebih spesifik lagi, apabila keuntungan meningkat, maka nilai
saham perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham akan meningkat juga.

2. Model Pihak yang berkepentingan (Stakeholder)
Teori tentang tanggung jawab sosial perusahaan yang mengatakan bahwa
tanggung jawab manajemen yang terpenting, kelangsungan hidup jangka panjang
(bukan hanya memaksimalkan laba), dicapai dengan memuaskan keinginan berbagai
pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (bukan hanya pemegang saham).
 Alasan Perusahaan Menerapkan Tanggungjawab Sosial Perusahaan
Ada beberapa alasan mengapa sebuah perusahaan memutuskan untuk
menerapkan CSR sebagai bagian dari aktifitas bisnisnya, yakni :

1. Moralitas : Perusahaan harus bertanggung jawab kepada banyak pihak yang
berkepentingan terutama terkait dengan nilai-nilai moral dan keagamaan yang
dianggap baik oleh masyarakat. Hal tersebut bersifat tanpa mengharapkan balas jasa.
2. Pemurnian Kepentingan Sendiri : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap
pihak-pihak yang berkepentingan karena pertimbangan kompensasi. Perusahaan
berharap akan dihargai karena tindakan tanggung jawab mereka baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.
3. Teori Investasi : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap stakeholder karena
tindakan yang dilakukan akan mencerminkan kinerja keuangan perusahaan.
4. Mempertahankan otonomi : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap
stakeholder untuk menghindari campur tangan kelompok-kelompok yang ada didalam
lingkungan kerja dalam pengambilan keputusan manajemen.
 Strategi Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
1. Strategi Reaktif
Kegiatan bisnis yang melakukan strategi reaktif dalam tanggung jawab sosial
cenderung menolak atau menghindarkan diri dari tanggung jawab social. Contohnya,
perusahaan tembakau di masa lalu cenderung untuk menghindarkan diri dari isu yang
menghubungkan konsumsi rokok dengan peluang penyakit kanker. Akan tetapi,
karena adanya peraturan pemerintah unuk mencantumkan bahaya rokok setiap iklan,
maka hal tersebut dilakukan oleh perusahaan rokok.
2. Strategi Defensif
Strategi defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan
terkait dengan penggunaan pendekatan legal atau jalur hukum untuk menghindarkan
diri atau menolak tanggung jawab sosial .Perusahaan yang menghindarkan diri dari
tanggung jawab limbah saja berargumen melalui pengacara yang disewanya untuk
mempertahankan diri dari tuntutan hukum dengan berargumen bahwa tidak hanya
perusahaannya saja yang membuang limbah ke sungai ketika lokasi perusahaan
tersebut beroperasi, terdapat juga prusahaan lain yang beroperasi.
3. Strategi Akomodatif

Strategi Akomidatif merupakan tanggung jawab sosial yang dijalankan
perusahaan dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat dan lingkungan sekitar akan
hal tersebut.Tindakan seperti ini terkait dengan strategi akomodatif dalam tanggung
jawab sosial.contoh lainnya,perusahaan perusahaan besar pada era orde baru dituntut
untuk memberikan pinjaman kredit lunak kepada para pengusaha kecil, bukan
disebabkan karena adanya kesadaran perusahaan, akan tetapi sebagai langakah
akomodatif yang diambil setelah pemerintah menuntut para korporat untuk lebih
memperhatikan pengusaha kecil.
4. Strategi Proaktif
Perusahaan memandang bahwa tanggung jawab sosial adalah bagian dari
tanggung jawab untuk memuaskan stakeholders. Jika stakeholders terpuaskan, maka
citra positif terhadap perusahaan akan terbangun.Dalam jangka panjang perusahaan
akan diterima oleh masyarakat dan perusahaan tidak akan khawatir akan kehilangan
pelanggan, justru akan berpotensi untuk menambah jumlah pelanggan akibat citra
positif yang disandangnya.Langkah yang dapat diambil oleh perusahaan adalah
dengan mengambil inisiatif dalam tanggung jawab sosial, misalnya dengan membuat
khusus penanganan limbah, keterlibatan dalam setiap kegiatan sosial lingkungan
masyarakat atau dengan membarikan pelatihan terhadap masyarakat di sekitar
lingkungan masyarakat.

 Manfaat Tanggungjawab Sosial Perusahaan
1. Manfaat bagi Perusahaan
Citra Positif Perusahaan di mata masyarakat dan pemerintah. Kegiatan
perushaan dalam jangka panjang akan dianggap sebagai kontribusi positif di
masyarakat. Selain membantu perekonomian masyarakat, perusahaan juga akan
dianggap bersama masyarakat membantu dalam mewujudkan keadaan lebih baik di
masa yang akan datang. Akibatnya ,perusahaan justru akan memperoleh tanggapan
yang positif setiap kali menawarkan sesuatu kepada masyarakat. Perusahaan tidak

saja dianggap sekedar menawarkan produk untuk dibeli masyarakat, tetapi juga
dianggap menawarkan sesuatu yang membawa perbaikan masyarakat.
2. Manfaat bagi Masyarakat
Selain kepentingan masyarakat terakomodasi, hubungan masyarakat
dengan

perusahaan akan lebih erat dalam situasi win-win solution. Artinya terdapat

kerjasama yang saling menguntungkan ke dua pihak. Hubungan bisnis tidak lagi
dipahami sebagai hubungan antara pihak yang mengeksploitasi dan pihak yang
tereksploitasi, tetapi hubungan kemitraan dalam membangun masyarakat lingkungan
kebih baik. Tidak hanya di sector perekonomian, tetapi juga dlam sektor sosial,
pembangunan dan lain-lain.
3. Manfaat bagi Pemerintah
Memiliki partner dalam menjalankan misi sosial dari pemerintah dalam hal
tanggung jawab sosial. Pemerintah pada akhirnya tidak hanya berfungsi sebagai wasit
yang menetapkan aturan main dalam hubungan masyarakat dengan dunia bisnis, dan
memberikan sanksi bagi pihak yang melanggarnya. Pemerintah sebagai pihak yang
mendapat legtimasi untuk mengubah tatanan masyarakat agar ke arah yang lebih
baikakan mendapatkan partner dalam mewujudkan tatanan masyarakat tersebut.
Sebagian tugas pemerintah dapat dilaksanakan oleh anggota masyarakat, dalam hal ini
perusahaan atau organisasi bisnis.