PERANAN ICT TERHADAP BIDANG PERTAHANAN D

PERANAN ICT TERHADAP BIDANG PERTAHANAN
DAN KEAMANAN

Disusun oleh
Ganes Nadia Efrata 1401164052
Immanuel Chrismas 1401164165
Muhammad Dafiq Zaidan 1401160146
Muhammad Dylan Geraldie Wibowo 1401160502
Nimah Sakinah 1401164266

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.


Bandung, Oktober 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
BAB. I..................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 4
1.3 Tujuan.............................................................................................................. 4
BAB. II.................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN...................................................................................................... 5
2.1 Pengertian TIK................................................................................................... 5
2.2 Pengertian Ketahanan dan Keamanan Nasional...........................................................7
2.3 Dampak TIK Terhadap Ketahanan dan Keamanan Nasional...........................................8
2.4 Solusi dalam Menanggulangi dampak TIK dalam Ketahanan dan Keamanan Nasional.........12
BAB III.................................................................................................................. 14
KESIMPULAN..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 15


BAB. I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), terutama Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK), memiliki peranan yang sangat krusial. Perkembangan TIK yang sangat
pesat di berbagai belahan dunia juga berimbas kepada semakin canggih dan variatifnya
bentuk-bentuk kerawanan terhadap kedaulatan NKRI. Untuk menghadapi dan mengantisipasi
situasi dan kondisi tersebut diperlukan pembekalan pengetahuan TIK yang tinggi dan
komprehensif bagi para penegak dan penjaga kedaulatan NKRI yakni para Perwira TNI dan
POLRI di bidang TIK. Mengingat bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di
dunia, dengan lebih dari 17.000 pulau, maka tidak dapat disanggah lagi bahwa kebutuhan
akan komunikasi dan informasi sangatlah penting.
TIK berperan dalam menyediakan sarana dan prasarana untuk melakukan komunikasi
dan bertukar informasi yang dapat mencakup seluruh pulau-pulau yang ada di Indonesia.
Bayangkan saja semisal Indonesia tidak memiliki Teknologi Komunikasi yang memadai, jika
suatu saat di suatu pulau atau daerah terjadi bencana dan daerah tersebut tidak bisa
menghubungi daerah lain karena keterbatasan teknologi yang kita miliki, tentu saja hal
tersebut akan mencoreng ketahanan nasional yang dimiliki oleh Indonesia.
Saat ini telah lahir suatu rezim hukum baru yang dikenal dengan hukum cyber istilah

hukum cyber diartikan sebagai padanan kata dari Cyber Law, yang saat ini secara
Internasional digunakan untuk istilah hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi
informasi. Istilah lain yang juga digunakan adalah hukum teknologi informasi (Law Of
Information Tecnology) hukum dunia maya (Vitual World Law) dan hukum mayantara.
Istilah-istilah tersebut lahir mengingat kegiatan internet dan pemanfaatan teknologi informasi
berbasis vitual.

1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Apa yang dimaksud dengan TIK?
Apa yang dimaksud dengan ketanahanan dan keamanan nasional?
Apa dampak TIK terhadap ketahanan dan keamanan nasional?
Bagaimana solusi untuk menanggulangi dampak TIK terhadap ketahanan dan
keamanan nasional?

1.3 Tujuan

1.
2.
3.
4.

Untuk mengetahui pengertian TIK
Untuk mengetahui pengertian ketahanan dan keamanan nasional
Untuk mengetahui dampak TIK terhadap ketahanan dan keamanan nasional
Unuk mengetahui solusi untuk menanggulangi dampak TIK terhadap ketahanan dan
keamanan nasional.

BAB. II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian TIK
Kehadiran globalisasi membawa pengaruh bagi kehidupan suatu bangsa. Pengaruh
globalisasi dirasakan di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ideologi,
ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain-lain yang akan mempengaruhi nilainilai nasionalisme bangsa. Secara umum globalisasi dapat dikatakan suatu proses tatanan
masyarakat yangmendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Menurut Edison A. Jamli
(Edison A. Jamli dkk,Kewarganegaraan, 2005), globalisasi pada hakikatnya adalah suatu
proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain

yang akhirnya sampai padasuatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama
bagi bangsa- bangsa di seluruhdunia. Dengan kata lain proses globalisasi akan berdampak
melampaui batas-batas kebangsaan dan kenegaraan. Sebagai sebuah proses, globalisasi
berlangsung melalui dua dimensi, dalam interaksi antarbangsa, yaitu dimensi ruang dan
dimensi waktu. Dimensi ruang yang dapat diartikan jarak semakin dekat atau dipersempit
sedangkan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Hal
ini tentunya tidak terlepas dari dukungan pesatnya laju perkembangan teknologi yang
semakin canggih khususnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) adalah pendukung utama bagi
terselenggaranya globalisasi. Dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi,
informasi dalam bentuk apapun dan untuk berbagai kepentingan, dapat disebarluaskan
dengan mudah sehingga dapat dengan cepat mempengaruhi cara pandang dan gaya hidup
hingga budaya suatu bangsa. Kecepatan arus informasi yang dengan cepat membanjiri kita
seolah-olah tidak memberikan kesempatan kepada kita untuk menyerapnya dengan filter
mental dan sikap kritis. Makin canggih dukungan teknologi tersebut, makin besar pula arus
informasi dapat dialirkan dengan jangkauan dan dampak global. Oleh karena itu selama ini
dikenal asas “kebebasan arus informasi” berupa proses dua arah yang cukup berimbang yang
dapat saling memberikan pengaruh satu sama lain. Namun perlu diingat, pengaruh globalisasi
dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) meliputi dua sisi yaitu pengaruh
positif dan pengaruh negatif. Pengaruh positif yang dapat dirasakan dengan adanya TIK


adalah peningkatan kecepatan, ketepatan, akurasi dan kemudahan yang memberikan efisiensi
dalam berbagai bidang khususnya dalam masalah waktu, tenaga dan biaya.

Sebagai contoh manifestasi TIK yang mudah dilihat di sekitar kita adalah pengiriman
surat hanya memerlukan waktu singkat, karena kehadiran surat elektronis (email), ketelitian
hasil perhitungan dapat ditingkatkan dengan adanya komputasi numeris, pengelolaan data
dalam jumlah besar juga bisa dilakukan dengan mudah yaitu dengan basis data (database),dan
masih banyak lagi. Sedangkan pengaruh negatif yang bisa muncul karena adanya TIK,
misalnya dari globalisasi aspek ekonomi, terbukanya pasar bebas memungkinkan produk luar
negeri masuk dengan mudahnya. Dengan banyaknya produk luar negeri dan ditambahnya
harga yang relatif lebih murah dapat mengurangi rasa kecintaan masyarakat terhadap produk
dalam negeri. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala
berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia. Pada hakikatnya
teknologi diciptakan, sejak dulu hingga sekarang ditujukan untuk membantu dan memberikan
kemudahan dalam berbagai aspek kehidupan, baik pada saat manusia bekerja, berkomunikasi,
bahkan untuk mengatasi berbagai persoalan pelik yang timbul di masyarakat.
TIK tidak hanya membantu dan mempermudah manusia tetapi juga menawarkan caracara baru di dalam melakukan aktivitas-aktivitas tersebut sehingga dapat mempengaruhi
budaya masyarakat yang sudah tertanam sebelumnya. Budaya atau kebudayaan adalah
kerangka acuan perilaku bagi masyarakat pendukungnya yang berupa nilai-nilai (kebenaran,

keindahan, keadilan, kemanusiaan, kebijaksanaan, dll ) yang berpengaruh sebagai kerangka
untuk membentuk pandangan hidup manusia yang relatif menetap dan dapat dilihat dari
pilihan warga budaya itu untuk menentukan sikapnya terhadap berbagai gejala dan peristiwa
kehidupan. Jadi bagaimana TIK dapat mempengaruhi nilai-nilai yang telah tumbuh di
masyarakat dalam suatu bangsa itu sangat tergantung dari sikap masyarakat tersebut.
Seyogyanya, masyarakat harus selektif dan bersikap kritis terhadap TIK yang berkembang
sangat pesat, sehingga semua manfaat positif yang terkandung di dalam TIK mampu
dimanifestasikan agar mampu membantu dan mempermudah kehidupan masyarakat, dan efek
negatif dapat lebih diminimalkan.

2.2 Pengertian Ketahanan dan Keamanan Nasional
Banyak para pakar yang menyatakan tentang pemahaman keamanan nasional
(national security).Misalnya, Meehan (1996) menyatakan bahwa keamanan nasional adalah
fungsi utama dari tiap-tiap Negara yang mewujudkan perlindungan atas rakyatnya dari
bahaya luar dan keamanan dalam negeri. Nasution (1992), menyatakan soal keamanan
nasional adalah soal nasional dan bukan soal militer, bukan soal politik saja, tetapi soal kita
semua. Pertahanan, sudah sama dengan keamanan. Setiap bahaya bagi keamanan dari dalam,
selalu dibarengi dan diboncengi oleh bahaya pertahanan dari luar. Pertahanan keluar dan
keamanan ke dalam sudah menjadi satu serta saling merasuki diantaranya. Dari berbagai
pendapat itu, dan dengan adanya pertimbangan kondisi geografis Indonesia sebagai Negara

Kepulauan (Geopolitik), sifat dasar dan hirarki doktrin, serta pemahaman akan perang,
konflik bersenjata, dan damai, dicermati bahwa keamanan nasional dapat diartikan sebagai
sesuatu yang tidak terpisahkan dari pertahanan Negara, yang pemahamannya berangkat dari
konsepsi holistik tujuan nasional. Selain itu, istilah keamanan dapat dipersepsikan lebih luas
dibandingkan dengan istilah pertahanan.
Mengingat, keamanan (nasional), mempunyai fungsi dari berbagai aspek. Misalnya,
aspek Negara, aspek keselamatan bangsa, aspek perlindungan masyarakat, dan aspek
keamanan/ketertiban masyarakat. Dengan kata lain, dalam kaitan paradigma nasional soal
keamanan nasional, jika tataran hirarkhi mengacunya keatasnya maka akan mendukung dan
mendasari soal tujuan nasional, termasuk didalamnya kepentingan nasional. Sebaliknya, ke
bawah mengatur dan/atau asimetris dengan strategi nasional yang didukung kekuatan/strategi
politik, ekonomi, militer, dan lainnya. Berbeda dengan keamanan nasional yang sifatnya
holistik, nasional, dan komperhensif dalam mendukung kepentingan dan atau tujuan nasional
yang melibatkan secara integrative antar tiap komponen bangsa. Pertahanan Negara (2002),
dipahami sebagai usaha untuk mempertahankan kedaulatan Negara, keutuhan wilayah NKRI,
dan keutuhan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan
Negara. Pertahanan Negara, pada hakekatnya sebagai upaya pertahanan bersifat semesta yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga Negara serta
keyakinannya pada kekuatan dirinya sendiri. Dimana, tujuannya adalah menjaga dan
melindungi kedaulatan Negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan bangsa dari segala

ancaman. Sementara itu, fungsinya mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah NKRI

sebagai satu kesatuan pertahanan. Diselenggarakan, melalui usaha-usaha membangun dan
membina kemampuan, daya tangkal Negara dan bangsa, serta menanggulangi setiap
ancaman, yang oleh pemerintah dipersiapkan secara dini dengan sistem pertahanan Negara.
Lalu, sistem pertahanan negaranya diarahkan untuk menghadapi ancaman militer
menempatkan TNI sebagai komponen/kekuatan utama dengan dukungan komponen
cadangan dan pendukung.
Sedangkan, ancaman non militer menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang
pertahanan sebagai unsur utama, dengan didukung unsur lain dari kekuatan bangsa. Adapun
sebagai warga Negara, diatur tentang hak dan kewajiban untuk upaya Bela Negara melalui
setidaknya pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan
lainnya (UU No. 3/2002 pasal 9). Pengertian ketahanan nasional merupakan kondisi
dinamika suatu bangsa berisikeuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekutan nasional didalam menghadapi dan mengatasi segala tantanagan,
ancaman, hambatan dan gangguan (TAHG) baik dari luar maupun dari dalam yang langsung
maupun tidak langsung membahayakan integritas, intensitas kelangsungan hidup bangsa dan
negara serta perjuangan mengejar tujuan perjuanagan nasionalnya. (Riyanto, 2008)

2.3 Dampak TIK Terhadap Ketahanan dan Keamanan Nasional

Perkembangan teknologi informasi yang demikian pesatnya haruslah diantisipasi
dengan hukum yang mengaturnya dimana kepolisian merupakan lembaga aparat penegak
hukum yang memegang peranan penting didalam penegakan hukum, sebab tanpa adanya
hukum yang mengatur dan lembaga yang menegakkan maka dapat menimbulkan kekacauan
didalam perkembangannya. Dampak negatif tersebut menimbulkan suatu kejahatan yang
dikenal dengan nama “CYBERCRIME” yang tentunya harus diantisipasi dan ditanggulangi.
Dalam hal ini Polri sebagai aparat penegak hukum telah menyiapkan unit khusus untuk
menangani kejahatan cyber ini yaitu UNIT V IT/CYBERCRIME Direktorat II Ekonomi
Khusus Bareskrim Polri.
PENGERTIAN CYBERCRIME
Dalam beberapa literatur, cybercrime sering diidentikkan sebagai computer crime.
The U.S. Department of Justice memberikan pengertian computer crime sebagai:”…any
illegal act requiring knowledge of Computer technology for its perpetration, investigation, or
prosecution“. Pengertian lainnya diberikan oleh Organization of European Community

Development, yaitu: “any illegal, unethical or unauthorized behavior relating to the automatic
processing and/or the transmission of data“. Andi Hamzah dalam bukunya “Aspek-aspek
Pidana di Bidang Komputer” (1989) mengartikan cybercrime sebagai kejahatan di bidang
komputer secara umum dapat diartikan sebagai penggunaan komputer secara ilegal.
Sedangkan menurut Eoghan Casey “Cybercrime is used throughout this text to refer to any

crime that involves computer and networks, including crimes that do not rely heavily on
computer“. Ia mengkategorikan cybercrime dalam 4 kategori yaitu:
1. A computer can be the object of Crime.
2. A computer can be a subject of crime.
3. The computer can be used as the tool for conducting or planning a crime.
4. The symbol of the computer itself can be used to intimidate or deceive.
Polri dalam hal ini unit cybercrime menggunakan parameter berdasarkan dokumen
kongres PBB tentang The Prevention of Crime and The Treatment of Offlenderes di Havana,
Cuba pada tahun 1999 dan di Wina, Austria tahun 2000, menyebutkan ada 2 istilah yang
dikenal :
a. Cyber crime in a narrow sense (dalam arti sempit) disebut computer crime: any
illegal behaviour directed by means of electronic operation that target the security of
computer system and the data processed by them.
b. Cyber crime in a broader sense (dalam arti luas) disebut computer related crime:
any illegal behaviour committed by means on relation to, a computer system offering or
system or network, including such crime as illegal possession in, offering or distributing
information by means of computer system or network.
Dari beberapa pengertian di atas, cybercrime dirumuskan sebagai perbuatan melawan
hukum yang dilakukan dengan memakai jaringan komputer sebagai sarana/ alat atau
komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan
merugikan pihak lain.

MODUS OPERANDI
Kejahatan yang berhubungan erat dengan penggunaan teknologi yang berbasis
komputer dan jaringan telekomunikasi ini dikelompokkan dalam beberapa bentuk sesuai
modus operandi yang ada 7, antara lain:
a. Unauthorized Access to Computer System and Service
Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki/menyusup ke dalam suatu sistem
jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem
jaringan komputer yang dimasukinya. Biasanya pelaku kejahatan (hacker) melakukannya
dengan maksud sabotase ataupun pencurian informasi penting dan rahasia. Namun begitu,
ada juga yang melakukannya hanya karena merasa tertantang untuk mencoba keahliannya
menembus suatu sistem yang memiliki tingkat proteksi tinggi. Kejahatan ini semakin marak
dengan berkembangnya teknologi Internet/intranet
Kita tentu belum lupa ketika masalah Timor Timur sedang hangat-hangatnya
dibicarakan di tingkat internasional, beberapa website milik pemerintah RI dirusak oleh
hacker (Kompas, 11/08/1999). Beberapa waktu lalu, hacker juga telah berhasil menembus
masuk ke dalam data base berisi data para pengguna jasa America Online (AOL), sebuah
perusahaan Amerika Serikat yang bergerak dibidang ecommerce yang memiliki tingkat
kerahasiaan tinggi (Indonesian Observer, 26/06/2000). Situs Federal Bureau of Investigation
(FBI) juga tidak luput dari serangan para hacker, yang mengakibatkan tidak berfungsinya
situs ini beberapa waktu lamanya (http://www.fbi.org)/.
b. Illegal Contents
Merupakan kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke Internet tentang
sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum atau
mengganggu ketertiban umum. Sebagai contohnya, pemuatan suatu berita bohong atau fitnah
yang akan menghancurkan martabat atau harga diri pihak lain, hal-hal yang berhubungan
dengan pornografi atau pemuatan suatu informasi yang merupakan rahasia negara, agitasi dan
propaganda untuk melawan pemerintahan yang sah dan sebagainya.
c. Data Forgery
Merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumendokumen penting yang
tersimpan sebagai scripless document melalui Internet. Kejahatan ini biasanya ditujukan pada

dokumen- dokumen e-commerce dengan membuat seolah-olah terjadi “salah ketik” yang
pada akhirnya akan menguntungkan pelaku karena korban akan memasukkan data pribadi
dan nomor kartu kredit yang dapat saja disalah gunakan.
d. Cyber Espionage
Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan Internet untuk melakukan
kegiatan matamata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan komputer
(computer network system) pihak sasaran. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap saingan
bisnis yang dokumen ataupun data pentingnya (data base) tersimpan dalam suatu sistem yang
computerized (tersambung dalam jaringan komputer)
e. Cyber Sabotage and Extortion
Kejahatan ini dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau penghancuran
terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang terhubung
dengan Internet. Biasanya kejahatan ini dilakukan dengan menyusupkan suatu logic bomb,
virus komputer ataupun suatu program tertentu, sehingga data, program komputer atau sistem
jaringan komputer tidak dapat digunakan, tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau berjalan
sebagaimana yang dikehendaki oleh pelaku.
f. Offense against Intellectual Property
Kejahatan ini ditujukan terhadap hak atas kekayaan intelektual yang dimiliki pihak
lain di Internet. Sebagai contoh, peniruan tampilan pada web page suatu situs milik orang lain
secara ilegal, penyiaran suatu informasi di Internet yang ternyata merupakan rahasia dagang
orang lain, dan sebagainya.
g. Infringements of Privacy
Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan pribadi seseorang yang
tersimpan pada formulir data pribadi yang tersimpan secara computerized, yang apabila
diketahui oleh orang lain maka dapat merugikan korban secara materil maupun immateril,
seperti nomor kartu kredit, nomor PIN ATM, cacat atau penyakit tersembunyi dan
sebagainya.

2.4 Solusi dalam Menanggulangi dampak TIK dalam Ketahanan dan Keamanan
Nasional
Terdapat tiga pendekatan untuk mempertahankan keamanan di cyberspace, pertama
adalah pendekatan teknologi, kedua pendekatan sosial budaya-etika, dan ketiga pendekatan
hukum. Untuk mengatasi gangguan keamanan pendekatan teknologi sifatnya mutlak
dilakukan, sebab tanpa suatu pengamanan jaringan akan sangat mudah disusupi atau diakses
secara ilegal dan tanpa hak. Dengan hadirnya masyarakat yang diyakini sebagai masyarakat
dunia, antara lain ditandai dengan pemanfatan teknologi informasi termasuk pengelolaan
sistem informasi dan sistem elektronik yang semakin meluas dalam berbagai aktivitas
kehidupan manusia. Kondisi yang demikian pada satu pihak membawa manfaat bagi
masyarakat karena memberikan kemudahan dalam berbagai aktifitas terrutama yang terkait
dengan pemanfaatan informasi. Namun disisi lain, hal tersebut memicu lahirnya berbagai
bentuk konflik dimasyarakat sebagai akibat dari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.
Keberadaan internet sebagai salah satu institusi dalam arus utama dunia lebih dipertegaskan
lagi dengan maraknya perniagaan elektronik (E-Commerce). E-Commerce ini tidak hanya
telah menjadi mainstream budaya negara-negara maju tetapi juga telah menjadi bagian dari
model transaksi di Indonesia. Dalam kegiatan perniagaan, transaksi memiliki peran yang
sangat penting. Pada umumnya, makna transaksi sering direduksi sebagai perjanjian jual beli
antar para pihak yang bersepakat untuk itu. Padahal dalam perspektif Yuridis, terminologi
transaksi tersebut pada dasarnya merupakan keberadaan suatu perikatan ataupun hubungan
hukum yang terjadi antara para pihak. Makna yuridis dari transaksi pada dasarnya lebih
ditekankan pada aspek materil dari hubungan hukum yang disepakati oleh para pihak, bukan
perbuatan hukumnya secara formil. Oleh karena itu, keberadaan ketentuan-ketentuan hukum
mengenai perikatan tetap mengikat meskipun terjadi perubahan media ataupun perubahan tata
cara bertransaksi. Dengan demikian, transaksi secara elektronik pada dasarnya merupakan
perikatan atau hubungan hukum yang dilakukan secara elektronik dengan memadukan
jaringan dari sistem elektronik berbasiskan komputer dengan sistem komunikasi, yang
selanjutnya difasilitasi oleh keberadaan jaringan komputer global atau internet. Dalam
lingkup publik, maka hubungan hukum tersebut akan mencakup hubungan antara warga
negara dengan pemerintah maupun hubungan antara sesama anggota masyarakat yang tidak
dimaksud untuk tujuan-tujuan perniagaan.Untuk meningkatkan penanganan kejahatan cyber
yang semakin hari semakin berkembang seiring dengan kemajuan teknologi maka Polri
melakukan beberapa tindakan, yaitu:

a. Personil
Terbatasnya sumber daya manusia merupakan suatu masalah yang tidak dapat
diabaikan, untuk itu Polri mengirimkan anggotanya untuk mengikuti berbagai macam kursus
di negara–negara maju agar dapat diterapkan dan diaplikasikan di Indonesia, antara lain:
CETS di Canada, Internet Investigator di Hongkong, Virtual Undercover di Washington,
Computer Forensic di Jepang.
b. Sarana Prasarana
Perkembangan tehnologi yang cepat juga tidak dapat dihindari sehingga Polri
berusaha semaksimal mungkin untuk meng-up date dan up grade sarana dan prasarana yang
dimiliki, antara lain Encase Versi 4, CETS, COFE, GSM Interceptor, GI 2.
c. Kerjasama dan koordinasi
Melakukan kerjasama dalam melakukan penyidikan kasus kejahatan cyber karena
sifatnya yang borderless dan tidak mengenal batas wilayah, sehingga kerjasama dan
koordinasi dengan aparat penegak hukum negara lain merupakan hal yang sangat penting
untuk dilakukan.
d. Sosialisasi dan Pelatihan
Memberikan sosialisasi mengenai kejahatan cyber dan cara penanganannya kepada
satuan di kewilayahan (Polda) serta pelatihan dan ceramah kepada aparat penegak hukum lain
(jaksa dan hakim) mengenai cybercrime agar memiliki kesamaan persepsi dan pengertian
yang sama dalam melakukan penanganan terhadap kejahatan cyber terutama dalam
pembuktian dan alat bukti yan digunakan.

BAB III.
KESIMPULAN
Walaupun terlambat, kehadiran aturan hukum baru tersebut dapat dilihat sebagai
bentuk respons pemerintah untuk menjerat orang-orang yang tidak bertanggung jawab dalam
menggunakan internet hingga merugikan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Menurut
Menkominfo Muhammad Nuh,sedikitnya ada tiga hal mendasar penyalahgunaan internet
yang dapat menghancurkan keutuhan bangsa secara keseluruhan, yakni pornografi,
kekerasan, dan informasi yang mengandung hasutan SARA. Kalau UU ITE dilihat dalam
perspektif penanggulangan penyalahgunaan internet di atas, makasemestinya tak perlu ada
pro dan kontra. Ini karena pada dasarnya kehadiran UU itu untuk melindungi masyarakat dari
kerugian dan kehancuran akhlak yang akan berimplikasi pada kelangsungan hidup berbangsa
dan bernegara. Meski demikian, kehadiran perangkat hukum itu pun tidak secara otomatis
dapat menghentikan langkah para hacker atau cracker. Bahkan, boleh jadi perangkat hukum
ini akan memancing keberanian mereka untuk mencari titik-titik lemahnya sehingga mereka
bisa terus melancarkan aksinya. Kenyataannya, para pelaku cyber crime secara umum adalah
orang-orang yang memiliki keunggulan dan kemampuan keilmuan dan teknologi di
bidangnya. Sementara itu, kemampuan aparat untuk menangkalnya sungguh jauh dari
kualitas dari para pelaku kejahatan tersebut. Semoga kehadiran UU ITE bisa menjadi payung
hukum bagi aparat kepolisian untuk bertindak tegas dan selektif terhadap berbagai jenis
penyalahgunaan internet. Dengan demikian, kehadiran UU ini tidak menjadi momok yang
menakutkan bagi pengguna dan mematikan kreativitas seseorang di dunia maya.

DAFTAR PUSTAKA

Ramli, A. P. (2004). Cyber Law & HAKI Dalam Sistem Hukum Indonesia.

Refika Adiitama, Baddindg haal.46,, diiakeee dialam
hattp://www.fidditoyon.com/diocnmedt/diowdloadi6nddiadg+nddiadg+ite697499.hatml
Tim Doeed PKd UPI. 2008. Peddiidiikad Kewargadegaraad ndtnk Pergnrnad Tidggi.
Yaeiddio
Mnlti Aepek: Baddindg
hattp://wilie.haimatif.or.idi/diowdloadi/MAKALAH%20UU%20ITE.dioc
hattp://www.bebae.vlem.org/v17/com/ictwatcha/diata/rnn6ite6fidal.dioc
hattp://www.4law.co.il/iddio1.pdi