ANALISIS USAHATANI DAN SKALA USAHA TANAM

ANALISIS USAHATANI DAN SKALA USAHA TANAMAN JARAK
Hermanto Siregar1, Harianto2, dan Noer Azam Achsani3
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dahulu Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor minyak bumi. Akan
tetapi di Indonesia kini produksi minyak dalam negeri sudah tidak mampu
memenuhi konsumsi minyak domestik, sehingga harus tergantung pada impor
minyak dari luar negeri. Humas BPPT (2005) menyebutkan, semester I tahun ini
(2005), Indonesia mengimpor minyak senilai US$ 28,37 miliar. Nilai tersebut jauh
lebih besar dari nilai pada periode sama tahun sebelumnya, yang mencapai US$
20,96 miliar.
Seiring dengan meningkatnya harga minyak dunia yang mencapai US$ 60
per barel, telah menyulitkan perekonomian Indonesia. Pertumbuhan konsumsi
yang sangat cepat terhadap minyak dan dibarengi dengan pasokan bahan bakar
yang berasal dari minyak bumi (sumber energi fosil) yang tidak dapat
diperbaharui yang jumlahnya semakin hari semakin berkurang, menyebabkan
Indonesia terancam krisis bahan bakar minyak (BBM). Oleh karena itu akhir-akhir
ini pemerintah dan para ilmuwan giat mencari sumber-sumber bahan bakar
alternatif yang mungkin untuk dikembangkan di Indonesia.
Salah satu sumber bahan bakar alternatif yang giat dikembangkan saat ini
adalah biodiesel. Biodiesel adalah salah satu sumber energi alternatif yang dapat

diperbaharui (renewable) dan mempunyai beberapa keunggulan dari segi
lingkungan apabila dibandingkan dengan petroleum diesel (solar). Berdasarkan
bahan bakunya, salah satu jenis biodisel yang dapat dikembangkan di Indonesia
adalah minyak biji jarak. Menurut data Biro Pusat Statistik dalam Widya (2005)
lahan kritis yang ada di Indonesia sekitar 13 juta hektar, sebagian besar berada di
luar kawasan hutan, dengan pemanfaatan yang belum optimal atau bahkan
cenderung ditelantarkan. Dengan memperhatikan potensi tanaman jarak yang
1

Dosen FEM-IPB, Direktur Akademik MMA-IPB, dan Scholar Brighten Institute.
Dosen FEM-IPB dan Direktur Brighten Institute.
3
Dosen FEM-IPB, Sekretaris Eksekutif InterCAFE-IPB, dan Scholar Brighten Institute.
Para penulis berterimakasih atas bantuan yang diberikan berbagai pihak, terutama kepada Ir. Tatan
Sukwika, M.Si. dan Suhendi, S.P.
2

mudah tumbuh dan dapat dikembangkan sebagai sumber bahan penghasil minyak
bakar alternatif pada lahan kritis, tanaman jarak dapat memberikan harapan baru
bagi pengembangan agribisnis sekaligus mampu menjadi salah satu solusi krisis

bahan bakar minyak yang mengancam Indonesia.
Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi yang besar untuk
dikembangkannya tanaman jarak karena memiliki sumberdaya lahan yang
potensial, agroklimat yang sesuai, dan sumberdaya manusia yang memadai.
Mengingat pentingnya tanaman jarak sebagai salah satu alternatif pemecahan
terhadap krisis bahan bakar minyak, maka perlu dikembangkan budidaya tanaman
jarak menjadi tanaman yang bernilai ekonomis, yang dahulu biasanya hanya
ditanam sebagai tanaman pagar dan tidak diusahakan secara khusus. Masyarakat
perlu diperkenalkan bahwa tanaman jarak memiliki prospek yang baik untuk
diusahakan dan juga diperkenalkan cara usahatani dan skala usaha yang baik.
Namun sebelum melakukan semua itu, perlu terlebih dahulu dikaji kelayakan
usahatani tanaman jarak, khususnya jarak pagar.
Tujuan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa tujuan
penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut.
1. Menganalisis kelayakan usahatani tanaman jarak, serta sensitivitas kelayakan
tersebut terhadap beberapa perubahan.
2. Mengkaji skala usahatani yang ekonomis bagi tanaman jarak.
2. KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN JARAK
2.1. Tanaman Jarak dan Budidayanya

Tanaman jarak merupakan salah satu tanaman yang telah lama dikenal di
Indonesia. Tanaman jarak termasuk dalam famili Euphorbeacea yang merupakan
tanaman tahunan yang hidup di daerah tropik maupun subtropik. Di Indonesia
terdapat berbagai jenis tanaman jarak, antara lain jarak kepyar (Ricinus
communis), jarak bali (Jatropha podagrica), jarak ulung (Jatropha gossypifolia
L.) dan jarak pagar (Jatropha curcas)

Jarak termasuk dalam tipe tanaman perdu dengan tinggi antra 1-7 meter.
Karakter fisiknya khas dibandingkan dengan tanaman yang lainnya. Batangnya
berwarna hijau atau kemerahan dan berbuku-buku yang terlihat jelas dengan
bekas tumpuan tangkai daun

yang menonjol. Batangnya makin tua makin

berongga. Daunnya berbentuk bundar dengan diameter 10-75 cm, bercangkap
menjari seperti halnya daun ketela pohon. Permukaan atas daun berwarna hijau
tua atau kemerah-merahan, sedangkan permukaan bawahnya berwarna hijau
pucat. Bunganya tersusun dalam suatu malai yang muncul atas ujung batang atau
cabang. Panjang malai bunga antara 10-40 cm. Buahnya berbentuk bulat lonjong
atau jorong, bercuping tiga dan berdiameter 1,5-2,4 cm. Bagian dalam buahnya

terdapat tiga rongga, masing-masing rongga berisi satu biji. Bijinya berbentuk
jorong, berkulit mengkilap, berwarna kelabu pucat sampai hampir hitam. Kulit
buahnya memiliki bercak-bercak hitam (Sujatmaka,1991)
Tanaman jarak memiliki manfaat yang besar dalam kehidupan. Pada
awalnya tanaman jarak (minyak biji jarak) dipergunakan untuk minyak lampu
penerangan, obat-obatan, bahan kosmetik dan ampasnya (residunya) dipergunakan
untuk pupuk, media jamur dan pakan ternak. Akhir-akhir ini pengguna minyak
biji jarak makin berkembang terutama dalam bidang industri antara lain : 1)
Industri cat, bahan pelapis,vernis; 2) Industri polimer berupa resin, plastik kulit
sintetis, fiberglas; 3) Industri tekstil, serat sintetis berupa jala penangkap ikan, tali
pancang; 4) Industri logam berupa ”metal working oil”; 5) Industri elektronika,
materiil untuk isolasi listrik; 6) Industri kertas dan percetakan berupa duplicating
paper, tinta cetak; 7) Industri karet sebagai bahan pembantu pada prosesing karet
alam; 8) Industri otomotif berupa minyak pelumas sintetis, minyak rem; 9)
Industri minyak pelumas peluncuran roket; 10) Ampasnya untuk industri pupuk
organik (Soenardi, 2000).
Selain itu, berkembangnya usahatani tanaman jarak terutama yang
digunakan untuk bahan bakar nabati dinilai bisa menyelesaikan sejumlah
persoalaan, seperti masalah kemiskinan, krisis bahan bakar, lingkungan dan
sekaligus dapat menghemat devisa negara.. Masyarakat miskin yang berada di

pedesaan ataupun di lahan-lahan kering yang tidak termanfaatkan, dapat menanam
tumbuhan penghasil biofuel tersebut untuk meningkatkan pendapatan mereka.

Selain itu pengembangan tanaman jarak diberbagai wilayah di Indonesia dapat
membuka peluang kesempatan kerja sehingga dapat mengurangi angka
pengangguran.
Di antara jenis tanaman jarak yang memiliki potensi sebagai penghasil
minyak bakar (biofuel) adalah jarak pagar. Jarak pagar banyak dikenal oleh
masyarakat Indonesia karena sejak pemerintahan Jepang mayarakat telah
diperintahkan untuk melakukan penanaman jarak sebagai pagar halaman. Biji
jarak telah dijadikan sebagai salah satu sumber bahan bakar.
Menurut Puslitbang Perkebunan (2005) dalam pengembangan usahatani
tanaman jarak pagar perlu diperhatikan syarat tumbuh dan aspek budidayanya.
Kedua

aspek

tersebut

sangat


berpengaruh

terhadap

pertumbuhan

dan

keberlangsungan usahatani tanaman jarak.
Syarat Tumbuh
Tipe iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jarak
pagar. Kondisi iklim yang tidak mendukung mengakibatkan produktivitasnya
rendah, sehingga kurang cocok untuk mengusahakannya dalam bentuk
perkebunan (skala luas). Tanaman jarak mudah beradaptasi terhadap lingkungan
tumbuhnya. Akan tetapi, Jarak pagar tumbuh baik dilahan kering dataran rendah
beriklim kering dengan ketinggian 0-500 m dpl dan curah hujan 300-1000 mm per
tahun, suhu > 200 C. Dalam perkembangannya tanaman ini ditemui juga dilahan
kering dataran rendah beriklim basah dan lahan kering dataran tinggi beriklim
kering/basah sebagai pagar pekarangan rumah atau kebun.

Tanaman jarak dapat tumbuh dilahan-lahan marginal yang miskin hara
tetapi produktivitas optimal akan tercapai dilahan yang subur, drainase dan aerasi
yang baik, serta dapat digunakan sebagai pencegah erosi permukaan karena
perakarannya yang cukup padat di lapisan atas tanah. Produktivitas tanaman
bervariasi antar lokasi karena tanaman ini sangat dipengaruhi lingkungan
tumbuhnya dan cara tanamnya. di berbagai lokasi diperoleh informasi
produktivitasnya berkisar antara 0,5-12 ton biji/ha/tahun. Lahan-lahan yang subur
dimana air tidak tergenang juga dapat digunakan bagi pertanaman jarak pagar.
Bila perakarannya sudah cukup berkembang, jarak pagar dapat toleran terhadap
kondisi tanah-tanah masam atau alkalin (terbaik pada pada pH tanah 5,5-6,5).

Persiapan Lahan
Langkah awal yang harus dilakukan dalam usahatani tanaman jarak pagar
adalah persiapan lahan. Kegiatan persiapan lahan dapat meliputi pembukaan
lahan, pengajiran, dan pembuatan lubang tanam. Lahan yang akan ditanami
dibersihkan dari semak belukar dan tanaman/sampah yang dapat mengganggu.
Pengajiran dilakukan dengan menancapkan ajir (dari bambu atau batang kayu)
dengan jarak tanam disesuaikan dengan rencana populasi tanaman yang
diharapkan.
Penyediaan benih/pembibitan

Penyediaan benih jarak pagar dapat dilakukan dengan cara perbanyakan
dilapang atau melalui teknik kultur jaringan. Karena untuk saat ini teknologi
kultur jaringan untuk jarak pagar belum dikuasai dan relatif membutuhkan biaya
yang cukup besar, maka penyediaan benih melalui perbanyakan di lapang dapat
merupakan pilihan yang lebih terjangkau.
Benih jarak pagar dapat berupa biji atau stek. Biji harus dipilih dari buahbuah yang telah masak yang ditandai dengan warna buah yang kuning atau dari
buah yang berumur 90 hari setelah bunga mekar. Selanjutnya benih diproses
dengan hati-hati agar tidak menurunkan viabilitasnya. Penjemuran buah tidak
boleh di bawah matahari langsung, benih dikeringkan hingga kadar air 5-7%
kemudian dikemas dalam kantong-kantong kedap air dan udara. Sedangkan untuk
setek harus dipilih dari tanaman yang berumur minimal satu tahun dengan ukuran
diameter 3 cm dan panjang 20-3- cm untuk kebutuhan pertanaman atau 60-100
cm untuk pagar. Saat ini di Indonesia belum ada varietas maupun klon unggul
jarak pagar, sehingga sumber benih masih mengandalkan pengumpulkan dari
petani. Sedangkan untuk pembibitan dapat dilakukan di polibag atau di bedengan.
Polibag diisi dengan tanah yang subur dicampur dengan pupuk kandang. Selama
melakukan pembibitan lakukukan penyiraman, pemeliharaan dan pemilihan serta
tempatkan bibit pada lokasi yang ternaungi.
Penanaman
Untuk memperoleh pertumbuhan yang cepat dan optimal, lahan bakal

kebun tanaman jarak diolah dan dibersihkan dari gulma dan akar tanaman lainnya
yang mengganggu pertumbuhan. Kemudian dibuat lubang dengan jarak sesuai

dengan jarak tanam yang dinginkan. Jarak tanam yang dapat dilakukan antara lain
2.0 m x 3.0 m (populasi 1666 pohon/ha), 2.0 m x 2.0 m (populasi 2500 pohon/ha)
atau 1.5 m x 2.0 m (populasi 3300 pohon/ha).
Penanaman dilakukan setelah lubang tanam yang dibuat dibiarkan selama
2-3 minggu. Pada awal musim hujan agar bibit tidak membusuk campurlah tanah
bagian atas yang berada pada salah satu sisi lubang dengan pupuk kandang dan
pupuk buatan yang telah disiapkan lalu masukkan kedalam lubang tanam.
Potonglah polibag pada bagian bawah dan buatlah irisan pada polibag sampai
ujung kemudian masukkan bibit kelubang tanam.
Penanaman dilakukan pada awal atau selama musim penghujan sehingga
kebutuhan air bagi tanaman cukup tersedia. Bibit yang ditanam dipilih yang sehat
dan cukup kuat serta tinggi bibit sekitar 50 cm atau lebih. Saat penanaman tanah
di sekitar batang tanaman dipadatkan dan permukaannya dibuat agak cembung.
Penanaman dapat juga dilakukan secara langsung di lapangan (tanpa pembibitan)
dengan menggunakan setek cabang atau batang.
Pemeliharaan lahan
Tanah di sekitar tanaman di olah setiap bulan sampai berumur 3-4 bulan

dan bersihkan dari gulma. Tanah di sekitar tanaman diolah ringan agar tidak
mengganggu perakaran.
Pemupukan
Pada awal pertumbuhan tanaman akar tumbuh dengan cepat menjelajahi
tanah untuk mendapatkan unsur-unsur hara. Pertumbuhan awal ini sangat penting,
oleh karenanya unsur hara harus selalu tersedia setiap waktu selama tahun-tahun
awal. Jika tanah tidak subur tanaman harus dipupuk dengan kompos atau pupuk
kandang. Selain pupuk kandang dibutuhkan pupuk dengan dosis 50 kg Urea,150
kg SP-36 dan 30 KCL. Pemberian pupuk organik dimaksudkan untuk
memperbaiki struktur tanah.
Pemangkasan
Pemangkasan pertama (pucuk) dilakukan setelah tanaman mencapai tinggi 1
m untuk merangsang pertumbuhan cabang. Jumlah cabang berkorelasi positif
dengan produksi buah dan biji. Setiap tahun cabang yang tumbuh di pangkal
batang di pangkas untuk bentuk tanaman yang ideal, selanjutnya cabang hasil

pangkasan tersebut dapat dipakai sebagai perbanyakan tanaman untuk ditanam
ditempat lain. Pemangkasan yang dilkukan secara teratur akan membentuk tajuk
seperti payung dan akan meningkatkan produksi tanaman.
Pengendalian Hama dan Penyakit

Walaupun tanaman jarak dikenal sebagai tanaman yang beracun dan
mempunyai sifat-sifat seabagai insektisida, tetapi beberapa hama dan penyakit
dilaporkan telah menyerang tanaman ini dan menimbulkan kerusakan ekonomis
pada perkebunan jarak. Hama yang banyak ditemukan menyerang tanaman jarak
pagar adalah ordo Heteroptera, 15 spesiesnya dapat menimbulkan kerusakan
dengan menghisap cairan dari tanaman. Penggerek batang dari famili
Cerambycidae dapat menimbulkan kematian pada tanaman jarak dewasa.
Kumbang

Podagrica

spp

menimbulkan

kerusakan

daun

muda

dan

pucuk/tunas,terutama pada tanaman muda. Untuk pengendalian dapat dilakukan
dengan cara kimia ataupun teknis.
Panen dan Produktivitas
Tanaman jarak pagar merupakan tanaman tahunan yang dapat hidup
sampai 50 tahun. Mulai menghasilkan buah 6 bulan setelah tanam. Jika
varietasnya baik dan kondisi lingkungan tumbuhnya optimal dapat dipanen 2-3
kali per tahun. Produktuvitas tanaman bervariasi antar lokasi karena tanaman ini
sangat dipengaruhi lingkungan tumbuhnya dan cara tanamnya. Di beberapa
negara Afrika produksi biji berkisar 0,3-9 kg/tanaman per tahun dan diberbagai
lokasi diperoleh produktivitasnya berkisar 0,5-12 ton biji/ha/tahum. Cara
pemanenan dilakukan dengan memetik buah yang telah masak dengan tangan atau
gunting.
2.2. Analisis Usahatani Tanaman Jarak
Saat penulisan makalah ini terdapat beberapa lembaga yang menanam
jarak, yang antara lain ialah perkebunan milik PT Rekayasa Industri dan Institut
Teknologi Bandung (ITB) berlokasi di Nusa Tenggara Barat (NTB) seluas 12 ha
dengan 30 ribu pohon, perkebunan milik PT. Energi Alternatif Indonesia (ada 48
ribu pohon) dan Departemen Pertanian (3 ribu pohon) di Nusa Tenggara Timur
(NTT). Selain itu, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) juga berencana
menanam jarak pagar di 2000-2500 ha lahan gundul di Purwakarta. Menurut

perhitungan PT Rekayasa Industri, dari tiga juta ha lahan kering akan dihasilkan
92 ribu barel solar per hari. Untuk memenuhi lahan tersebut diperlukan sekitar 7,5
miliar bibit. Bila dari seluruh tanah tandus seluas 13 juta ha ditanam jarak pagar,
solar yang dihasilkan lebih dari 400 ribu barel (Humas BPPT, 2005).
Minyak jarak dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama di daerah
dengan sumber daya alam marjinal. Jika tiap petani diberi hak mengelola tiga
hektar lahan kering, dengan kerapatan tanaman 2.500 pohon per hektar dan
produktivitas 10.000 kilogram biji per hektar serta harga biji Rp 500 per kilogram,
per bulan satu keluarga petani bisa memperoleh penghasilan Rp 1,25 juta hanya
dari biji jarak. Pendapatan ini dapat bertambah jika bagian lain tanaman juga
dimanfaatkan,

misalnya

dengan

memelihara

ulat

sutra

serta

beternak

(http//jakarta.indymedia.org). Ini berarti bila tiap petani mengelola kurang dari 3
ha maka pendapatan yang akan diterimanya pun akan berkurang.
Menurut Ditjen Bina Produksi (2005) setidaknya terdapat tiga komponen
pembiayaan yang harus ditanggung yakni untuk stek, peralatan dan pemupukan,
pengairan dan lain sebagainya. Dalam lima tahun pembiayaan semakin berkurang.
Misalnya untuk satu hektar pada tahun pertama diperlukan biaya Rp 1500.000,tahun kedua turun menjadi Rp 1.050.000 dan tahun ketiga Rp.1000.000. Pada
tahun pertama belum menghasilkan, tetapi pada tahun kedua diperkirakan sudah
dapat menghasilkan dari penjualan bijin jarak. Untuk satu hektar lahan setidaknya
akan mendapat penghasilan bersih Rp 1.600.000 setahun.
Sebagai contoh analisis finansial dari tanaman jarak pagar, di sini disajikan
proyeksi (perkiraan) kelayakan usahatani tanaman jarak. Analisis ini tidak jauh
berbeda dengan studi kasus yang telah dilakukan oleh sebuah lembaga
(NABARD) di India. Umur ekonomis tanaman yang dapat digunakan adalah 40
tahun, namun demikian pada analisis ini diasumsikan umur ekonomis hanya
bertahan dengan baik hingga 25 tahun.
Penanaman tanaman jarak dalam 1 ha dengan jarak tanam 3 cm x 2 cm,
yaitu sebanyak 1666 tanaman/ha, dikerjakan dengan biaya Rp 4.673.240 / ha
(tanpa irigasi). Secara rinci pengeluaran tersebut digunakan untuk persiapan lahan,
penggalian lubang, tanaman dan bahan, pupuk dan kompos, pengairan dan
perlindungan tanaman dan lain-lain. Untuk harga jual biji jarak digunakan harga

Rp 500/kg. Hasil analisis yang lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran;
ringkasan hasil analisis disajikan pada Tabel 1.
Pada analisis finansial tersebut diasumsikan bahwa biji yang dihasilkan
tanaman mulai dapat dijual dari awal tahun ketiga.4 Produksi tersebut meningkat
pada tahun-tahun berikutnya serta stabil pada tahun kedelapan dan sesudahnya.
Untuk tingkat produktivitas menggunakan 0,5-2,5 kg biji/pohon, sebagaimana
yang digunakan pada studi di India.
Tabel 1. Proyeksi Biaya, Penerimaan dan Pendapatan dari Tanaman Jarak (Rp/ha)
Tahun

Biaya

1

2935120

2

1054120

Penerimaan

Pendapatan

NPV

-2935120

-1054120

3

4

5

6

7

8

375000

375000

750000

1125000

1500000

18750

-309000

375000

750000

1125000

1500000

1875000

684000

4418346

Net B/C

2.21

IRR

21.97%

Keterangan: Penerimaan dan pendapatan setelah tahun kedelapan tidak berubah.
Berdasarkan tabel hasil analisis finansial di atas, diperoleh nilai NPV, Net
B/C, dan IRR yang masing-masing sebesar Rp 4.418.346, 2,21, dan 21,97 persen.
Nilai NPV yang lebih besar dari nol yaitu sebesar 4.418.346 menunjukkan bahwa
usahatani tanaman jarak layak untuk diusahakan. Begitu pula dengan nilai Net
B/C yang lebih besar dari 1 yaitu mencapai 2,21, dan IRR (21,97) yang lebih
4

Tahun pertama dan kedua diasumsikan sebagai periode “belajar”, sehingga pada analisis finansial
di sini, produksi biji jarak tahun pertama dan kedua diabaikan.

tinggi dari tingkat suku bunga yang digunakan (12,75 persen), menunjukkan
bahwa usahatani tanaman jarak secara finansial layak untuk diusahakan.
Kondisi suatu usahatani tidak terlepas dari kondisi lingkungan yang
senantiasa dapat berubah. Perubahan-perubahan yang terjadi baik dari sisi
penerimaan atau pengeluaran akan mempengaruhi tingkat kelayakan suatu usaha.
Untuk menyingkapi hal tersebut dapat dilakukan analisis sensitivitas yang
ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kepekaan kondisi suatu usaha terhadap
kemungkinan-kemungkinan perubahan yang akan terjadi.
Untuk usahatani tanaman jarak dengan asumsi umur ekonomis 25 tahun
PERUBAHAN
NPV
Net B/C
IRR
Upah naik menjadi Rp 20.000
(102366,3)
0,99
12,60%
Produksi Biji naik 20 %
5350618
2,49
24,61%
1441006
1,19
14,75%
Upah naik menjadi Rp 20.000
dan Produksi biji naik 20 %
dan produksi biji dimulai tahun ketiga dapat dilakukan analisis sensitivitas,
misalnya terjadi kenaikan upah rata-rata menjadi Rp 20.000/HOK dan produksi
biji meningkat 20 % dari produksi sebelumnya. Dengan kombinasi perubahan ini
maka nilai NPV, Net B/C dan IRR berubah masing-masing menjadi 1.441.006,
1,19 dan 14,75% (Tabel 2). Hasil tersebut menunjukkan bahwa usahatani tanaman
jarak secara finansial masih layak untuk diusahakan.
Tabel 2. Hasil Analisis Sensitivitas Upah Naik Menjadi Rp 20.000/HOK dan
Produksi Biji Meningkat 20%
Bila upah rata-rata naik menjadi Rp 20.000 tanpa diikuti kenaikan
produksi biji 20 % maka nilai NPV, Net B/C dan IRR masing-masing berubah
menjadi (102.366,3), 0,99 dan 12,60%. Pada kondisi ini usahatani tanaman jarak
tidak layak untuk diusahakan karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C
yang kurang dari satu dan IRR yang lebih rendah dari suku bunga yang
digunakan. Lain halnya bila terjadi kenaikan produksi biji 20% tanpa diikuti
kenaikan upah rata-rata menjadi Rp 20.000, nilai NPV, Net B/C dan IRR masingmasing berubah menjadi 5.350.618, 2,49 dan 24,61%. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa usahatani tanaman jarak layak untuk diusahakan. Analisis sensitivitas
tersebut secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.

Bila diasumsikan pada tahun ke dua tanaman jarak sudah mampu
memproduksi biji, maka dapat dilakukan analisis sensitivitas dengan kasus yang
analog dengan yang di atas. Adapun hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 3. Dari analisis sensitivitas tersebut diperoleh hasil bahwa secara
keseluruhan usahatani tanaman jarak layak untuk diusahakan.

Tabel 3. Hasil Analisis Sensitivitas pada Umur Ekonomis 25 Tahun dan
Berproduksi pada Tahun Ke-2

PERUBAHAN
NPV
Net B/C
Upah naik menjadi Rp 20.000
192617,5
1,03
Produksi Biji naik 20 %
5704599
2,76
Upah naik menjadi Rp 20.000 dan produksi
1794986
1,25
biji naik 20 %
Bila usahatani tanaman jarak dilakukan dan dirawat dengan

IRR
13,04%
26,11%
15,31%
baik maka

umur ekonomis tanaman tersebut dapat mencapai 40 tahun. Hasil analisis
sensitivitasnya menunjukkan bahwa usahatani tanaman jarak juga layak untuk
diusahakan. Adapun hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4.

3. ANALISIS SKALA USAHA TANAMAN JARAK
Selama ini pohon jarak dibiarkan begitu saja tanpa disadari manfaatnya.
Masyarakat hanya menanam tanaman tersebut sebagai pagar halaman rumah tanpa
dilakukan perlakuan khusus. Mengingat banyaknya lahan kering yang belum
termanfaatkan dengan baik di Indonesia, dan merujuk hasil analisis di atas bahwa
diperkirakan tanaman jarak secara finansial layak diusahakan, maka tanaman

tersebut memiliki potensi dan prospek yang baik untuk dikembangkan.
Pertanyaannya ialah seberapa luaskah skala ekonomis usahatani jarak bagi petani?
Bila dilihat dari beberapa penelitian, proyeksi rata-rata pendapatan petani
jarak per hektar per bulannya berkisar antara Rp 350.000 hingga Rp 400.000,
dengan kriteria produktivitas tanaman jarak berkisar antara 2.5 – 4.5 kg biji
/pohon /tahun dan populasi pohon sesuai dengan jarak tanam yang
disyaratkan. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 2.0 m x 3.0 m (populasi
1666 pohon/ha), 2.0 m x 2.0 m (populasi 2500 pohon/ha) atau 1.5 m x 2.0 m
(populasi 3300 pohon/ha). Jika Upah Minimum Regional (UMR/UMP) rata-rata
Rp 750.000 per bulan, maka pengusahaan tanaman jarak sebanyak 2 hektar sudah
memadai untuk mencapai kesetaraan dengan UMR/UMP tersebut. Dengan
demikian, agar petani atau masyarakat pedesaan berkeinginan mengusahakan
tanaman jarak, maka skala usahanya hendaklah 2 hektar atau lebih. Namun
demikian, karena relatif kecilnya nilai absolut pendapatan tersebut (jika petani
hanya menjual biji jarak), dan mengingat bahwa rataan biaya akan semakin kecil
dengan bertambahnya skala usaha, maka pengusahaan usahatani tanaman jarak
hingga 3-4 hektar dapat direkomendasikan bagi para petani.
Terkait dengan skala ekonomis usahatani tanaman jarak, peran pemerintah
untuk membantu rumah tangga tersebut sangatlah penting karena umumnya
rumah tangga petani tersebut tidak memiliki lahan yang luas dan modal untuk
memulai usahanya. Selain itu, pemerintah juga seharusnya membentuk lembaga
pemasaran atau industri pengolahan dari tanaman jarak tersebut sehingga rumah
tangga petani dapat memasarkan atau menjual hasil pada lembaga itu dan
mendapatkan pendapatan dari usahatani tersebut.
Dengan kondisi seperti di atas, pengembangan tanaman jarak seyogianya
diarahkan untuk kawasan yang relatif marjinal, di mana akses masyarakat
terhadap banyak hal termasuk minyak tanah demikian terbatas. Rumah tangga di
kawasan tersebut relatif miskin, sehingga pendapatan dari usahatani jarak dengan
besaran sekitar UMR secara umum dipandang memadai. Pengolahan biji jarak
menjadi bio-kerosene akan memenuhi kebutuhan mereka terhadap minyak tanah.
Hal-hal ini diharapkan akan membantu mengurangi beban hidup masyarakat
miskin.

Sebagai catatan penutup perlu dikemukakan bahwa setiap daerah memiliki
potensi yang berbeda-beda untuk pengembangan tanaman jarak, sehingga
menyebabkan perbedaan skala ekonomis di masing-masing wilayah. Potensi hasil
suatu daerah akan tinggi jika kondisi fisik suatu daerah (kandungan hara dalam
tanah dan kondisi iklim) memiliki tingkat kesesuaian yang baik dengan kondisi
fisiologis tanaman jarak, sehingga memungkinkan tanaman tersebut untuk tumbuh
dan berkembang baik. Potensi ekonomi suatu daerah dikatakan baik jika daerah
tersebut secara ekonomi menguntungkan untuk dijadikan tempat pengembangan
tanaman.

Sebelum

suatu

daerah

diputuskan

untuk

dijadikan

tempat

pengembangan tanaman jarak, maka harus diketahui nilai potensi hasil dan
potensi ekonomi di daerah tesebut.
Salah satu alat bantu yang dapat digunakan dalam pengambil keputusan
untuk perencanaan dan pengembangan sistem pertanian dalam hal ini usahatani
tanaman jarak yaitu model ekonomi, yang penerapan atau analisisnya belum
dilakukan dalam makalah ini. Model ekonomi dapat digunakan dalam hal
perhitungan dan pendugaan nilai potensi keuntungan atau kerugian dari suatu
daerah yang akan dijadikan tempat pengembangan tanaman jarak. Sebagai dasar
pertimbangan pengambilan keputusan atau analisis usahatani tanaman jarak pada
penelitian mendatang, dapat menggunakan model ekonomi seperti yang disajikan
pada Lampiran 6.
4. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
4.1. Kesimpulan
1.

Analisis yang dilakukan di sini hanya merupakan suatu proyeksi atau
perkiraan, karena secara aktual peneliti belum memperoleh akses ke
usahatani tanaman jarak yang dapat dikaji kinerja finansialnya. Karena itu,
hasil analisis tersebut hanyalah sebuah indikasi.

2.

Berdasarkan indikator finansial yang digunakan, dapat disimpulkan bahwa
usahatani tanaman jarak layak dilakukan. Analisis sensitivitas secara umum
menunjukkan bahwa kelayakan tersebut cukup terjaga walaupun terdapat
beberapa perubahan.

3.

Namun perlu dikemukakan bahwa kelayakan finansial tersebut relatif sensitif
terhadap kenaikan upah tenaga kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa jika
masyarakat di sekitar kawasan penanaman jarak sudah relatif bersifat
komersial, sehingga upah tenaga kerja relatif tinggi dan mudah mengalami
kenaikan, maka usahatani jarak menjadi tidak layak. Oleh sebab itu, pada
kondisi yang demikian, para petani hendaknya tidak sekedar menjual biji
jarak saja. Mereka seyogianya diorganisir agar secara kolektif memiliki unit
pengolahan biji jarak, misalnya untuk menghasilkan bio-kerosene, yang
diperkirakan dapat memberikan pendapatan yang relatif lebih besar.
Setidaknya kebutuhan mereka akan minyak tanah, yang pada kawasan
tersebut relatif mahal dibandingkan di kawasan lainnya, akan dapat terpenuhi
dengan harga yang lebih terjangkau.

4.

Usahatani tanaman jarak oleh para petani sebaiknya diusahakan dengan skala
dua hektar atau lebih. Manakala memungkinkan, agar pendapatan yang
diperoleh para petani cukup menarik, disarankan agar pengusahaan tanaman
jarak dilaksanakan pada skala empat hektar. Kebijakan reforma agraria
diperkirakan dapat mewujud-nyatakan saran ini.

4.2. Implikasi
1.

Pemerintah perlu memberikan dukungan nyata untuk mengembangkan
tanaman jarak pagar kepada para petani. Gerakan nasional seyogianya diikuti
dengan aktivitas nyata berupa bantuan berupa pelatihan dan penyuluhan
usahatani tanaman jarak yang optimal, mendorong tersedianya bibit,
kemudahan

untuk

pengembangan

pemanfaatan

usahatani

lahan,

tanaman

ketersediaan

jarak,

hingga

modal

bagi

pengembangan

agroindustrinya sehingga biji jarak yang dihasilkan segera dapat diolah
dengan harga di tingkat petani yang stabil.
2.

Pengembangan tersebut di atas seyogianya dilakukan Pemerintah dengan
mengikutsertakan para petani miskin, sehingga gerakan tersebut dapat
mengurangi kemiskinan dan menyediakan kesempatan kerja. Partisipasi dan
keseriusan Pemda sangat diperlukan dalam pengembangan tersebut.

3.

Analisis yang dilakukan di sini baru hanya pada level usahatani dan bersifat
perkiraan. Studi kelayakan yang mencakup hingga level agroindustri
pengolahan biji jarak misalnya menjadi bio-diesel dan bio-kerosene serta
pemasarannya (lokal, regional, nasional, dan internasional) perlu dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymus, 2005. Minyak Jarak, Pengganti
http//www.Jakarta.indymedia.org//

Solar.14

Juni

2005.

Ditjen Bina Produksi Perkebunan. 2005. Pohon Jarak sebagai Komoditi
Usahatani Menguntungkan. Agribisnis Indonesia Vol 33 hal 44-47.
Handoko dan Fadjry, D.2003. Penyusunan Model Simulasi Tanaman Jarak
(Ricinus Communis L). Laporan Penelitian. Jurusan Geofisika dan
Meteorologi. FMIPA IPB
Humas BPPT, 2005. Biodiesel Jarak Pagar Jadi Proyek Nasional. 29 Agustus
2005. http//www.bppt.go.id//
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.2005. Pembenihan Jarak Pagar
(Jatropha curcas L). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Deparytemen Pertanian. Bogor.
Soenardi, 2000. Budidaya Tanaman Jarak. Departemen Kehutanan dan
Perkebunan. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat.
Widya,

2005. Pertamina Kembangkan
http://members.bumn-ri.com//

Biodiesel.

18

Agustus

2005.

Sujatmaka. 1991. Prospek Pasar dan Bududaya Jarak. Penebar Swadaya.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Proyeksi Biaya Penanaman Jatropa Curcas (Jarak Pagar) Pada
Satu Hektar Lahan
Jarak tanam
: 3Mx2M
Jumlah pohon/ha.: 1666
Yang hidup
: 1500.
No
1

Kegiatan
Persiapan lahan

Upah rata-rata
Penyulaman

UNIT
10 HOK

: 10.000/HOK
: 10 %

Biaya (Rp) per tahun
1
2
3
100000

TOTAL
(Rp.)
100000

2
3
4
5

Penggarapan awal 6 jam
Tumpang sari
Penjajaran dan pemancangan

20000/jam
Rp.200000
5 HOK

120000
200000
50000

Penggalian lubang (45 cm3 )
& pengisian @ 50 lubang
/HOK dan 150 lubang

44 / 14 HOK

440000

6

Biaya pupuk organik@ 2 kg
/ubang

Rp.30000/ton.

100000

7

Biaya Pupuk anorganik @
250 gr/tanaman

10
11
12

Biaya tanaman termasuk
transport
Penanaman & penanaman
ulang @100 tanaman per
HOK
Penyiangan, pengerjaan
tanah, penggunan pupuk.
(3,2,1)
Perlindungan tanaman
Pemangkasan

14

SUB TOTAL
Biaya tak terduga

8
9

120000
200000
50000

140000

580000
100000

Rp.400000

400000

400000

Rp.600/tanama
n

999600

99600

1099200

16 & 5 HOK

160000

50000

210000

300000
20000
200000
308960
0
154480
293512
0

200000
20000
200000

100000
20000
200000

600000
60000
600000

1109600
55480

720000
36000

4919200
245960

1054120

684000

4673240

10 HOK per
pekerjaan
20 HOK
Rp.
5%

TOTAL

400000

1200000

Lampiran 2. Proyeksi Hasil dan Pendapatan Per ha Per Tahun Dari
Tanaman Jarak
Tahun

Biji per
pohon (Kg)

Jumlah
pohon

Banyaknya
biji (kg)

Harga biji
per kg

TOTAL

3

0.50

1500

750

500

375000

4

0.50

1500

750

500

375000

5

1.00

1500

1500

500

750000

6

1.50

1500

2250

500

1125000

7

2.00

1500

3000

500

1500000

8

2.50

1500

3750

500

1875000

Lampiran 3. Hasil Analisis Sensitivitas pada Umur Ekonomis 40 Tahun dan
Tanaman Mulai Berproduksi pada Tahun Ke-3

Lampiran 4. Hasil Analisis Sensitivitas pada Umur Ekonomis 40 Tahun dan
Tanaman Mulai Berproduksi pada Tahun Ke-2

PERUBAHAN
Upah naik menjadi Rp 20.000
Produksi Biji naik 20 %
Upah naik menjadi Rp 20.000 dan Produksi
biji naik 20 %

NPV
508733
6083938
2174325

Net B/C
1,07
2,69
1,29

IRR
13,39%
24,78%
15,36%

PERUBAHAN
Upah naik Rp 20.000
Produksi Biji naik 20 %
Upah naik Rp 20.000 dan produksi biji naik 20
%

NPV
803717
6437918
2528305

Net B/C
1,11
2,99
1,35

IRR
13,79%
26,24%
15,88%

Lampiran 5. Perkiraan Cash Flow Tanaman Jarak Pagar (Rp/ha/tahun)
No

Kegiatan

Unit
1

3
375000

Tahun
4
375000

5
6
7
8
PENERIMAAN
750000
1125000
1500000
1875000
BIAYA
Persiapan lahan
10 HOK
100000
Penggarapan awal 6 jam
20000/jam
120000
Tumpang sari
Rp.200000
200000
Penjajaran dan pemancangan
5 HOK
50000
Penggalian lubang (45 cm3 )
& pengisian @ 50 lubang
44 / 14 HOK
440000
140000
/HOK dan 150 lubang
Biaya pupuk organik@ 2 kg
Rp.30000/ton.
100000
/ubang
Biaya Pupuk anorganik @ 250
Rp.400000
400000
400000
400000
gr/tanaman
Biaya tanaman termasuk
Rp.600/tanaman
999600
99600
transport (1666,166)
Penanaman & penanaman ulang
16 & 5 HOK
160000
50000
@100 tanaman per HOK
Penyiangan, pengerjaan tanah,
10 HOK per
300000
200000
100000
penggunan pupuk.(3,2,1)
pekerjaan
Perlindungan tanaman
20000
20000
20000
Pemangkasan
20 HOK
200000
200000
200000
SUB TOTAL BIAYA
.
3089600
1109600
720000
Biaya tak terduga
5%
154480
55480
36000
TOTAL BIAYA
2935120
1054120
684000
3
PENDAPATAN
-2935120 -1054120 -309000
375000
750000
1125000
1500000
1875000
4
DISCOUNT FACTOR 12,75 %
0.886918 0.786623 0.69767 0.618776 0.548804 0.486744101 0.431702085 0.382884333
5
PRESENT VALUE
-2603211
-829196 -215580 232041.2
411603 547587.1134 647553.1275 717908.1236
6
NPV
4418346
7
PV+
8066332
8
PV-3647986
9
Net B/C
2.21
10
IRR
21.97%
Keterangan : Hasil diatas merupakan hasil proyeksi perhitungan sampai dengan umur ekonomis 25 tahun dan merupakan modifikasi dari studi yang pernah dilkukan di India.
Angka-angka pada tahun kesembilan hingga ke-25 diasumsikan tidak berubah (stabil).
1
2

2

Lampiran 6. Diagram Alur Model Ekonomi (Handoko dan Fadjry, 2003)

Model

Tanah

Database
Tanah

Produktivitas

Harga Pasar
Produksi (4)

Harga (4)
Biaya Transport (5)

Luas Lahan
PEMASUKAN

Harga (5)
Alternatif Lain

Biaya Lahan (1)
Profit BC Ratio
Biaya TK (2)

Biaya Produksi

Biaya Saprodi (3)

Term of Payment

Produksi
Jarak

Harga 1,2,3
Database Cuaca

Decisio
n

Waktu Olah Tanah

Waktu Panen

Cuaca
Keubutuhan TK